• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK. Anita Padang *) FPIK Unidar Ambon ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK. Anita Padang *) FPIK Unidar Ambon ABSTRAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN

TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK

Anita Padang *)

FPIK – Unidar Ambon

ABSTRAK

Karakteristik sedimen dipengaruhi oleh aktivitas diatom bentik, meiofauna dan organisme bentik lainnya, dimana diatom bentik yang berikatan dengan sedimen memiliki peranan dalam stabilisasi sedimen dengan cara mengeluarkan material yang mengandung karbohidrat yaitu EPS (Extracellular Polymeric Substances) sehingga mampu mengikat butiran sedimen agar tidak mudah tererosi. Melihat keterkaitan antara sedimen dengan organisme yang hidup didalamnya, maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran butiran sedimen bagi diatom bentik. Dari hasil penelitian ternyata diperoleh ukuran butiran sedimen berbeda antara stasiun penelitian dengan didominasi oleh pasir kecuali stasiun Poka 3 yang didominasi oleh lumpur. Ukuran butiran sedimen berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis diatom bentik dengan nilai r sebesar 0,5 dimana pengaruh terbesar berdasarkan analisa PCA berada pada stasiun Lateri 2 dan Poka 3.

Kata Kunci : Sedimen, Stasiun, Diatom Bentik

PENDAHULUAN

Sedimen adalah material fragmental yang terjadi dari penghancuran batuan dan bahan-bahan organik yang terendapkan oleh tenaga air, angin atau es (Setiyono, 1996). Sedangkan Asdak (2007) mengemukakan bahwa sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen tersebut akan masuk ke sungai dan akhirnya bermuara di wilayah pesisir dan laut (Dahuri, 2003).

Ukuran butir sedimen sangat penting dalam mengontrol kemampuan sedimen untuk menahan dan mensirkulasi air dan udara. Ketersediaannya dalam celah-celah sedimen diperlukan untuk kehidupan organisme. Jika ukuran butiran sedimen terlalu kasar ketika terjadi pasang surut, maka air tidak akan tertahan dalam sedimen oleh aksi kapiler tetapi akan membuat aliran air pada lapisan yang sangat tipis. Sementara, sedimen berbutir halus

dapat menahan air dalam celah-celah sedimen melalui aksi kapiler (Nybakken, 1988).

Karakteristik sedimen dapat dimodifikasi oleh aktivitas mikrofitobentos, meiofauna dan organisme bentik makrofauna yaitu dengan mengubah karakteristik sedimen dan menempatkan partikel tersebut pada batas permukaan sedimen (Efriyeldi, 1997).

Mikrofitobentos (diatom bentik) yang berikatan dengan sedimen memiliki peranan dalam stabilisasi sedimen dengan cara mengeluarkan material yang mengandung karbohidrat yaitu EPS (Extracellular Polymeric

Substances) yang mampu mengikat butiran

sedimen sehingga tidak mudah tererosi (Little, 2000). Dengan melihat keterkaitan antara sedimen dengan organisme yang hidup didalamnya, maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran butiran sedimen bagi diatom bentik.

(2)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2008 di Teluk Ambon Dalam dengan empat stasiun yaitu Poka, Waiheru, Lateri dan Halong.

Keterangan :  Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pengambilan Sampel

Sampel penelitian meliputi sedimen dan diatom bentik yang diambil dengan menggunakan sediment core berdiameter 5 cm (sampel sedimen) dan berdiamter 2 cm (sampel diatom bentik). Sampel sedimen untuk analisa ukuran butiran dimasukan ke kantong plastik dan sampel diatom bentik dimasukan ke botol sampel kemudian diawetkan dengan formalin 4% yang telah ditambahkan boraks. Besar sampel sedimen disesuaikan dengan besar sampel diatom bentik yang ditentukan dengan

formula menurut Dowing et al, (1987) dalam Khouw (2008).

Analisa Laboratorium

Analisa ukuran butiran sedimen menggunakan

sieve shecker (Wibisono, 2005) dan identifikasi

diatom bentik menggunakan mikroskop type NIKON SF pada pembesaran 400 kali.

Analisa Data

Analisa pengaruh ukuran butiran sedimen terhadap keanekeragaman jenis diatom bentik menggunakan analisa PCA yang diolah dengan PRIMER 5.2 serta analisa regresi menggunakan microsoft excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tekstur Sedimen

Ukuran sedimen yang ditemukan pada ketiga belas stasiun penelitian umumnya didominasi oleh sedimen berpasir (Lateri 2 dan Halong 4 masing-masing sebesar 100%), sedangkan sedimen lumpur tidak ditemukan pada kedua stasiun tersebut seperti terlihat pada tabel 1.

Tingginya presentase pasir di semua lokasi penelitian kecuali Poka 3, didukung oleh posisi stasiun-stasiun tersebut yang berada di bagian Tabel 1. Presentase Ukuran Butiran Sedimen

Tekstur Sedimen Stasiun P1 P2 P3 W1 W2 W3 L1 L2 L3 H1 H2 H3 H4 PSK 7.53 5.19 8.25 4.44 5.18 4.11 9.25 7.70 16.50 10.09 18.43 25.79 43 PK 8.93 11.06 7.41 5.05 6.53 3.54 48.09 71.04 26.45 7.48 8.58 19.91 55 PSD 38.51 35.42 7.29 20.06 71.82 18.56 18.55 17.77 42.14 37.06 22.56 37.62 1 PH 23.33 19.09 7.65 24.33 11.32 21.89 14.84 2.55 9.55 36.71 22.34 12.15 1 PSH 11.67 13.60 19.30 21.33 3.94 21.85 4.50 0.94 3.63 7.54 15.51 2.16 1 L 10.02 15.63 50.12 24.69 1.20 30.05 4.42 - 1.37 1.12 12.60 2.38

-Keterangan: P1 = Poka 1, P2 = Poka 2, P3 = Poka 3, W1 = Waiheru 1, W2 = Waiheru 2, W3 = Waiheru 3, L1 = Lateri 1, L2 = Lateri 2, L3 = Lateri 3, H1 = Halong 1, H2 = Halong 2, H3 = Halong 3, H4 = Halong 4, PSK = Pasir Sangat Kasar, PK = Pasir Kasar, PSD = Pasir Sedang, PH = Pasir Halus, PSH = Pasir Sangat Halus dan L = Lumpur

(3)

luar muara dengan kedalaman yang relatif dangkal serta air yang selalu bergoncang. Hal ini juga dipengaruhi oleh material sedimen yang terbawa oleh aliran sungai.

Posisi stasiun Poka, Waiheru, Lateri dan Halong meskipun berada di Teluk Ambon Dalam yang merupakan perairan bertipe semi tertutup namun karena dekat dengan laut, maka pengaruh pergerakan air (arus dan gelombang) dapat menyebabkan bahan-bahan yang tersuspensi tidak selalu mengendap ke dasar perairan. Menurut Holme dan Mclntyre (1971)

dalam Amrul (2007) bahwa kecepatan arus akan

mempengaruhi erosi dan deposisi dari sedimen. Nybakken (1988) menyatakan bahwa di estuari yang arusnya kuat akan banyak ditemukan substrat berpasir karena ukuran partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat, sedangkan yang ukurannya kecil akan terbawa jauh oleh aktivitas arus dan gelombang. Selanjutnya Odum (1996) menyatakan bahwa kecepatan arus secara tidak langsung mempengaruhi dasar perairan.

Sedimen pada ketiga belas lokasi penelitian merupakan sedimen yang berasal dari laut (marine sediment) dan sedimen dari darat (fluvial sediment). Sedimen fluvial terbawa dari darat sebagai akibat erosi DAS, terutama jika curah hujan yang tinggi sebagaimana yang ditemukan selama penelitian, yaitu curah hujan bulan Juni sebesar 673,8 mm (BMG Ambon, 2008), sedangkan sedimen dari laut merupakan sedimen yang terbawa bersama arus dan gelombang. Claphman (1973) dalam Amrul (2007) menyatakan bahwa air sungai mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan bercampur dengan air laut, partikel lumpur akan

membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar perairan.

Dengan melihat kesamaan tekstur sedimen yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa spesies diatom bentik yang ditemukan tidak terlalu berbeda jauh. Spesies-spesies yang dominan ditemukan adalah jenis Navicula sp 1,

Navicula sp 2, Navicula sp 3, Nitzschia sp 1 dan Diploneis sp 1, dimana keempat spesies ini

termasuk ordo Pennales. Levinton (1995) menyatakan bahwa karakteristik sedimen mempengaruhi distribusi, morfologi fungsional dan tingkah laku bentos. Selanjutnya Knox (2000) dan Van de Koppel (2001) dalam Muslih (2007) menyatakan bahwa tipe sedimen mempengaruhi produksi kehidupan diatom.

Ketiga belas stasiun penelitian yang berada di pesisir Teluk Ambon Dalam selain mendapat pengaruh dari darat juga mendapat pengaruh dari laut. Faktor fisika-kimia perairan dari kedua ekosistem yang berbeda tentu saja akan sangat mempengaruhi karakteristik sedimen yang terbentuk yang akhirnya akan memberikan dampak bagi keberadaan diatom bentik yang berasosiasi dengan sedimen.

Davis (1990) dalam Efriyeldi (1997) menyatakan bahwa distribusi ukuran partikel sedimen cenderung menggambarkan dua sumber utama sedimen yaitu pasir dan pasir berlumpur yang umumnya berada pada mulut sungai dan mulut estuari sedangkan lumpur berada di tengah-tengah estuari.

Selanjutnya Nybakken (1988) mengemukakan bahwa butiran pasir yang halus cenderung menampung banyak air dibandingkan dengan butiran pasir yang kasar dan kerikil. Diatom bentik adalah organisme mikroskopik yang berikatan dengan sedimen serta membutuhkan air dalam pergerakannya, sangat

(4)

cocok hidup pada substrat dengan sedimen yang berpasir halus (Little 2000 dalam Huliselan, 2002). Sementara Bengen (2001) mengemukakan bahwa produksi primer pantai berpasir rendah, meskipun kadang-kadang dijumpai populasi diatom bentik.

Masnang (2003) mengemukakan bahwa sungai sebagai komponen utama DAS mempunyai potensi seimbang yang ditunjukkan oleh daya guna sungai tersebut antara lain untuk pertanian, energi, dan lain-lain. Sungai juga mampu mengakibatkan banjir, pembawa sedimentasi, pembawa limbah (polutan dari industri, pertanian, pemukiman dan lain-lain).

Haslam (1992) dalam Anna (2001) mengemukakan bahwa beberapa jenis aktivitas utama yang menimbulkan pencemaran sungai antara lain: 1) kegiatan domestik; 2) kegiatan industri; 3) kegiatan pertanian terutama akibat penambahan pupuk dan pembasmi hama, dimana senyawa-senyawa yang terdapat di dalamnya tidak mudah terurai walaupun dalam jumlah yang sedikit, tetapi justru aktif pada konsentrasi yang rendah.

Sedimen dapat mengakibatkan polusi dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan secara kimia. Secara fisik termasuk sifat turbiditas sedimen yang akan membatasi penetrasi matahari dan sedimentasi; secara kimia misalnya pengikatan logam-logam dan phospor yang bersifat kimia organik hidrophobik (Masnang, 2003). Pengaruh sedimen yang tersuspensi ditentukan oleh sifat sedimen itu sendiri dan keadaan tanah tempat sedimen terendapkan, bila sedimen berasal dari daerah yang subur akan mempersubur dan memperbaiki tekstur tanah berpasir tempatnya mengendap. Sebagaimana yang terjadi pada lokasi penelitian yang mendapat masukan

sedimen dari daerah pertanian, industri maupun limbah rumah tangga.

Hubungan Keanekaragaman Diatom Bentik dengan Ukuran Butiran Sedimen

Sebaran ukuran butiran sedimen yang digambarkan dengan Analisa Komponen Utama (PCA) pada dua komponen utama (PC1 dan PC2). Dari Analisa Komponen Utama terhadap ukuran butiran sedimen ternyata pengaruh ukuran butiran sedimen terbesar di stasiun Lateri 2 sebesar 56,7% dan Poka 3 sebesar 23,6% (Gambar 2).

Gambar 2. PCA

Dari gambar di atas terlihat bahwa pengaruh ukuran butiran sedimen terhadap kepadatan diatom bentik sebesar 80,3%. Posisi antara stasiun cukup berbeda ukuran butiran sedimennya, dimana stasiun Poka 3 memiliki ukuran butiran lumpur terbesar dari stasiun lainnya yaitu sebesar 50,12% sedangkan stasiun Lateri 2 memiliki ukuran butiran pasir kasar terbesar dari stasiun lainnnya yaitu sebesar 71,04%.

Hubungan regresi antara keanekaragaman jenis diatom bentik dengan nilai PCA (Gambar 3), dengan nilai r sebesar 0,5 memperlihatkan bahwa ukuran butiran sedimen mempengaruhi keanekaragaman jenis diatom bentik di Teluk Ambon Dalam.

(5)

Gambar 3. Regresi Keanekaragaman Jenis Diatom Bentik dengan Nilai PCA

KESIMPULAN

Didasarkan pada hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh ukuran butiran sedimen terhadap keanekaragaman jenis diatom bentik di Teluk Ambon Dalam dengan nilai r sebesar 0,5 dan pengaruh terbesar berdasarkan analisis PCA terjadi pada stasiun Lateri 2 dan Poka 3.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Amrul, H.M.Z.N. 2007. Kualitas Fiska-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan). 96 hal.

[2]. Anna S. 2001. Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Kawasan Pesisir Secara Terpadu. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. [3]. Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. 620 hal.

[4]. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2008. Laporan Tahunan.

[5]. Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Institut Pertanian Bogor. 59 hal.

[6]. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 412 hal.

[7]. Efriyeldi. 1997. Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Keterkaitannya dengan Karakteristik Sedimen di Perairan Muara Sungai Bantan Tengah, Bengkalis. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan). 102 hal.

[8]. Huliselan, N.V. 2002. Diatom Bentik (Komposisi dan Distribusi) di Perairan Pantai Desa Naku Kodya Ambon-Maluku. Indonesian Journal of Marine Sciences Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Vol VII : 26.

[9]. Khouw. 2008. Metode dan Analisa Kuantitatif Dalam Bioekologi Laut. 346 hal. [10]. Knox, G.A. 2000. The Ecology of

Seashores. Christchurch, New Zealand. 557 pp.

[11]. Liitle, C. 2000. The Biology of Soft Shores and Eustuarie, Biology of Habitat, Oxford University Press. 252 pp.

[12]. Masnang, A. 2003. Konversi Penggunaan Lahan Kawasan Hulu dan Dampaknya Terhadap Kualitas Sumberdaya Air di Kawasan Hilir. http://

tumotou.net/6-sem2-023/andi-masnang.htm

[13]. Muslih. 2007. Struktur Komunitas Diatom Bentik di Muara Sungai Tapak Semarang. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Tidak Dipublikasikan), Semarang. 68 hal.

[14]. Newel, G.E and R.C. Newel. 1977. Marine Plankton a partical guide. Fifth Editon. Hutchinson Education. 244 pp. [15]. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologis. Gramedia - Jakarta. 459 hal.

[16]. Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. 697 hal.

[17]. Setiyono, H. 1996. Kamus Oseanografi. Gadjah Mada University Press. 211 hal. [18]. Wibisono, M.S. 2005., Pengantar Ilmu

Kelautan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. y = -0.071x + 2.6425 R2 = 0.2229 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 Nila i P C A In de ks S ha nn on

Gambar

Tabel 1. Presentase Ukuran Butiran Sedimen
Gambar  3.  Regresi  Keanekaragaman  Jenis  Diatom  Bentik dengan Nilai PCA

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun ofo, biji buah mojoi, buah coro dan rimpang kuso mafola

Hasil dari penelitian tentang persepsi mahasiswa bahasa inggris pada mata kuliah Non-TBI dalam implementasi kurikulum 2011 di program studi pendidikan bahasa

Apakah electronic word of mouth yang dilakukan Nasi Goreng Mafia melalui Instagram dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen 1.4.1 Tujuan Penelitian. Berdasarkan

Artikel ini membahas 2 masalah pokok yaitu 1) Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh penyidik Polrestabes Surabaya terhadap anak sebagai korban kegiatan eksploitasi seks

Katalog perpustakaan berfungsi sebagai alat dalam temu kembali informasi. Pembuatan katalog berdasarkan pada aturan tertentu, yang bertujuan sebagai pedoman dan standarisasi

Kebiasaan merokok bagi perokok aktif maupun kebiasaan menghirup asap rokok yang tidak di sengaja bagi perokok pasif adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan kadar

Hasil ini dapat diintepretasikan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan konsep fisika antara kelompok siswa yang

Toponimi Pertahanan dan Keamanan Bangunan/Kantor Pertahanan Keamanan Lainnya Nama bangunan/kantor pertahanan keamanan lainnya; Bangunan kantor tidak termasuk klasifikasi yang telah