• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi Kuesioner Littlears Berbahasa Indonesia Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Validasi Kuesioner Littlears Berbahasa Indonesia Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Jakarta"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA

INDONESIA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA DOKTER

OLEH :

HANA FADHILAH

NIM: 110103000072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat belajar hingga tepat pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. DR (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menggali ilmu di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL selaku pembimbing 1 yang telah memberikan masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

4. dr. Erike A. Suwarsono, MPd selaku pembimbing 2 yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Yanti Susianti, SpA selaku pembimbing akademi yang telah banyak membantu dalam pengoreksian tulisan

6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian di setiap pertemuan modul Riset.

7. dr. Mohamad Baharuddin, SpOG, MARS dan Ibu Kiki selaku direktur RS Budi Kemuliaan dan Perawat RS Budi Kemuliaan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan wawancara kepada pasien di RS Budi Kemuliaan. 

8. Segenap responden penelitian ini yang telah bersedia diwawancarai mengenai perkembangan pendengaran pada putra-putrinya.

(6)

9. Kepada orang-orang yang saya sayangi, kedua orangtua saya dr.Chamim, SpOG (K) dan Ir.Mirna Kurniati. Suami dan anak yang saya cintai Adwin Haryo Indrawan Sumartono dan Adrian Indra Prawiro Sumartono yang selalu mendukung saya.

10. Teman-teman satu kelompok penelitian: M.Fauzan Maulana, Ilham Ibrahim Marpid, Manda Pisilia, dan Hafidhu Nalendra. Terimakasih atas kerja sama yang luar biasa selama melakukan penelitian dan penyusunan laporan. Semoga kerja sama kita dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, BEM FKIK, BEMJ Pendidikan Dokter dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran di Indonesia. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Ciputat, 8 September 2014

(7)

ABSTRAK

Objektif : Mengadaptasi kuesioner LittlEars dalam bahasa Indonesia dan Menilai korelasi antara total skor kuesioner LittlEars dengan usia anak.

Metode : Penelitian dilakukan di RS.Budi Kemulyaan, Jakarta Pusat pada bulan Maret-Juli 2013 dengan desain cross sectional. Jumah responden 30 orangtua/pengasuh dengan pendengaran normal pada anak umur 0-6 bulan, laki-laki 17 anak (67%) dan perempuan 13 anak (33%). Data diolah dengan program SPSS 17, Corrected Item Total Correlation dan Pearson dihitung untuk mengevaluasi setiap pertanyaan yang berbeda dapat membedakan tingkat perkembangan pendengaran. Cronbach’s alpha coefficient untuk mengevaluasi konsistensi internal tiap item pertanyaan, menilai validitas kuesioner, dan menilai korelasi total skor dengan usia bayi. A non

linier regression untuk mendapatkan data normatif dengan skor maksimum dan minimum sesuai

dengan usia.

Result: Corrected Item Total Correlation dan Pearson antara 0.13-0.69. Cronbach’s alpha

sebesar 0.707 (p<0.5), menunjukan penelitian bersifat reliable. The linier correlation antara total skor dan usia sebesar 0.763. The Regression analysis terlihat pada data normative bahwa 58% variasi total skor dapat dipengaruhi oleh usia anak.

Kesimpulan : Adaptasi kuesioner LittlEars dalam bahasa Indonesia valid untuk mengevaluasi tumbuh kembang pendengaran anak umur 0-6 bulan.

Kata Kunci : Kuesioner LittlEars

ABSTRACT

Objective: To adapt the LittlEars questionnaire in “Bahasa Indonesia” and assess the correlation between the total score of the questionnaire LittlEars with the child's age.

Methods: The study was conducted in RS.Budi kemulyaan, Central Jakarta in March-July 2013 with a cross-sectional design. The number of respondents included 30 parents / caregivers whom the child has normal hearing aged 0-6 months, 17 male children (67%) and 13 female (33%). The data was processed with SPSS 17, Corrected Item Total Correlation and Pearson was calculated to evaluate whether each question can distinguish different levels of auditory development. Cronbach's alpha coefficient was for evaluation of internal consistency of each questions, assess the validity of the questionnaire, and assess the correlation of the total score with the age of the child. A non-linear regression was to obtain normative data with maximum and minimum scores according to age.

Results: Corrected Item Total Correlation and Pearson was between 0.13-0.69. Cronbach's alpha shows 0.707 (p <0.5), which shows the research is reliable. The linear correlation between the total score and age was 0.763. The Regression analysis in normative data shows that 58% of total variation in scores can be influenced by the age of the child.

Conclusion: Adaptation in “Bahasa Indonesia” of the LittlEars questionnaire was proven valid to evaluate and assess the growth and development of hearing in children aged 0-6 months.

(8)

DAFTAR ISI  

LEMBAR PERNYATAAN i 

LEMBAR PERSETUJUAN ii 

LEMBAR PENGESAHAN iii 

KATA PENGANTAR iv 

ABSTRAK vi 

DAFTAR ISI vii 

DAFTAR SINGKATAN xi 

DAFTAR TABEL xii 

DAFTAR GAMBAR xiii 

BAB 1 PENDAHULUAN 1 

1.1 Latar Belakang Masalah 1 

1.2 Rumusan Masalah 3 

1.3 Pertanyaan Penelitian 3 

1.4 Hipotesis 3 

1.5 Tujuan Penelitian 3 

1.5.1 Tujuan Umum 3 

1.5.2 Tujuan Khusus 3 

(9)

1.6.1. Bagi Peneliti 4 

1.6.2. Bagi Kampus 4 

1.6.3. Bagi Dunia Kedokteran 4 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5 

2.1 Embriologi Telinga 5 

2.2 Anatomi Telinga 5 

2.3 Fisiologi Pendengaran 9 

2.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia 11 

2.5 Skrining Pendengaran 12 

2.6 Metode Skrining 15 

2.7 Kuesioner LittlEARS 16 

2.8 Tata Laksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit 17 

2.9 Kerangka Teori 18 

2.10 Kerangka Konsep 19 

BAB 3. METODE PENELITIAN 20 

3.1 Desain Penelitian 20 

3.2 Waktu Penelitian 20 

3.3 Tempat Penelitian 20 

3.4 Populasi Penelitian 20 

3.4.1 Populasi Terjangkau 20 

3.4.2 Populasi Target 20 

(10)

3.5 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 20 

3.6 Besar Sampel 21 

3.6.1 Perhitungan besar sampel 21 

3.6.2 Sampel yang diambil 21 

3.7 Variabel Penelitian 21 

3.7.1 Variabel Terikat 21 

3.7.2 Variabel Bebas 21 

3.8 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 22 

3.8.1 Faktor Inklusi 22 

3.8.2 Faktor Ekslusi 22 

3.9 Analisis Statistik 22 

3.9.1 Uji Validasi 22 

3.10 Cara Kerja 22 

3.10.1 Alur Penelitian 22 

3.10.2 Alat dan Bahan 23 

3.11 Definisi Operasional 23 

BAB 4. HASIL PENELITIAN 24 

4.1. Karateristik Penelitian 24 

4.2. Penyebaran skor kuesioner 25 

4.3. Validitas dan Realibilitas 26 

(11)

4.4. Uji Korelasi dan Regresi 28 

BAB 5. DISKUSI HASIL 30 

5.1. Karakteristik Penelitian 30 

5.2 Penyebaran Skor Pendengaran 32 

5.3 Validitas dan Realibilitas 32 

5.4 Korelasi dan Regresi 34 

5.5 Keterbatasan Penelitian 37 

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 39 

6.1 Simpulan 39 

6.2 Saran 39 

DAFTAR PUSTAKA 40 

LAMPIRAN 43 

 

(12)

DAFTAR SINGKATAN

APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration ABR :Auditory Brainstem Response

BBLR : Bayi berat lahir rendah

EHDI : Early Hearing Detecttion Infant NICU : Neonatal Intensive Care Unit OAE : Otoacoustic Emissions WHO : World Health Organization  

(13)

   

DAFTAR TABEL 

Tabel. 2.4 Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun 13

Tabel 3.11 Definisi Operasional 23

Tabel 4.1 Karakteristik Responden 24

Tabel 4.2 Histogram 25

Tabel 4.3.1 Cronbach’s Alpha 26

Tabel 4.3.2 Score Cronbach’s Alpha 27

Tabel 4.4 Anova 28

Tabel 4.5 Model Summary 28

Tabel 12. Perbandingan total skor kuesioner Littlears dalam beberapa bahasa 34

(14)

   

DAFTAR GAMBAR 

Gambar 2.2 Anatomi telinga 6

Gambar 2.3 Skema Fisiologi Pendengaran (Hall, J. 1998) 10

Gambar 2.5. Alur universal newborn hearing screening di RSCM 14

Gambar 2.8 Resusitasi Bayi Baru Lahir ( IDAI ;2011) 17

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir pada anak mengakibatkan gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Kasus kehilangan pendengaran cukup tinggi di Indonesia. Sekitar 4000-5000 bayi di Indonesia lahir setiap tahunnya. Berdasarkan survey Multi Centre Study di Asia Tenggara, beberapa negara mempunyai termasuk dalam 4 negara dengan prevalensi gangguan pendengaran cukup tinggi yaitu 4.6% di Indonesia, sedangkan 3 negara lainnya yaitu Srilanka (8.8%), Myanmar (8.4%), dan India (6.3).1

Banyak faktor yang menyebabkan kehilangan pendengaran pada bayi antara lain tingginya kadar bilirubin, keracunan obat pada telinga bayi, Apgar score yang rendah, meningitis, bayi prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi lahir dengn malformasi pada telinga, saat ibu hamil terkena virus TORCH juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran pada bayi. Gangguan pendengaran juga bisa terjadi akibat mutasi genetik yang terjadi selama perkembangan embrio sehingga genetic counseling dibutuhkan selama masa kehamilan ibu. 2 Survey kesehatan Nasional pada tahun 1997 terdapat 2.7% ketulian di Indonesia. Selain itu, didapatkan data bahwa bayi lahir dengan keadaan tuli sejumlah 0.1-0.2% dengan angka kelahiran di Indonesia 2.0%. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa, maka dapat dikalkulasikan ada 400-500 bayi lahir menderita tuli di Indonesia setiap tahunnya. Survei Kesehatan Indera tahun 1994-1996 yang dilakukan pada 7 provinsi Indonesia terlihat prevalensi morbiditas THT sebesar 38.6%, morbiditas telinga 18.5%, gangguan pendengaran 16.8%, dan ketulian 0.4%.3,4

Berdasarkan penelitian Basharudin J, insidens gangguan pendengaran permanen mencapai angka 1-2 bayi per 1000 kelahiran. Survei ini dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya dari 12.757 bayi baru lahir yang dilakukan skrining awal, 297 (23 per 1000) dicurigai mengalami gangguan pendengaran. Selain itu keterbatasan pemeriksaan baku emas skrining pendengaran pada bayi dilakukan dengan Auditory Brainstem Response (ABR) dan atau

Otoacoustic Emission (OAE), Kedua metode ini merupakan pemeriksaan yang akurat, tidak

(16)

lain ketersediaan alat skrining di rumah sakit, jarak yang terpaut jauh dari rumah sakit yang mempunyai skrining dari tempat tinggal masyarakat, serta kesadaran masyarakat mengenai gangguan pendengaran pada bayi dan anak menyebabkan sering terlambatnya dilakukan diagnosis dan tata laksana dini pada anak dengan gangguan pendengaran.5,6

Berdasarkan data di atas, peneliti melihat bahwa penting dilakukan pra skrining pendengaran berupa kuesioner LittlEars yang tidak hanya bisa dilakukan oleh paramedis tetapi orangtua atau pengasuh dapat juga melakukan dan mengetahui apabila terjadi tanda-tanda keterlambatan perkembangan pendengaran dan bahasa. Kuesinoner ini pertama kali diperkenalkan di Jerman dengan tingkat validitas mencapai 93% dan kemudian dilanjutkan diterjemahkan dalam 15 bahasa tidak termasuk bahasa Indonesia antara lain Spanyol, Poland, China, Russia, Switzerland, Finland, France, Belgium, Bulgaria, Romania, Serbia, Slovakia, Slovenia, dan USA dengan tingkat validitas antara 0.93-0.98.7

(17)

1.2 Rumusan Masalah

• Angka kejadian gangguan pendengaran di Indonesia semakin meningkat. Sehingga menjadi masalah yang serius dan perlu kita perhatikan. Dampak dari gangguan dengar dapat menghambat pertumbuhan kognitif suatu anak. Apakah deteksi dini gangguan pendengaran anak dapat dilakukan ?

• Apakah kuesioner LittlEars dapat diadaptasi sebagai praskrining pendengaran untuk mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak umur 0-6 bulan ?

1.3Pertanyaan Penelitian

Apakah kuesioner valid untuk diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia untuk mengevalusi pertumbuhan dan perkembang pendengaran anak 0-6 bulan?

1.4Hipotesis

Kuesioner Littlears memiliki validitas yang baik diadaptasi dalam Bahasa Indonesia untuk mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan perkembangan anak 0-6 bulan

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengadaptasi kuesioner LittlEars sebagai metode praskrining untuk deteksi gangguan pendengaran pada anak usia kurang dari 24 bulan

1.5.2 Tujuan Khusus

• Mengadaptasi kuesioner LittlEars sebagai praskrining dini pertumbuhan dan perkembangan pada anak umur 0-6 bulan tanpa faktor risiko gangguan pendengaran di Jakarta.

(18)

1.6 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1.6.1. Bagi Kalangan Medis

• Kuesioner LittlEars sebagai deteksi dini gangguan pendengaran di Indonesia bagi anak usia di bawah 24 bulan

• Sebagai acuan penelitian selanjutnya 1.6.2. Bagi Peneliti

• Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan

• Memperoleh pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian

• Memperoleh Ilmu tentang gangguan dengar pada bayi, faktor risiko, serta deteksi dini pada bayi di bawah umur 24 bulan

1.6.3. Bagi Perguruan Tinggi

• Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Pendengaran

Pada saat usia kehamilan kurang dari 22 hari terjadi penebalan ektoderm pada kedua sisi rombensalon yang terdiri dari plakoda telinga yang membentuk gelembung telinga. Selanjutnya bagian ventral membentuk sacculus dan ductus cochlearis, unsur dorsal membentuk utriculus, canalis semicircularis, dan ductus endolymphaticus, bagian epitel ini dikenal sebagai labirin membranosa.9

Pada bulan ke-3 kehamilan sel-epitel pada bagian dorsal celah faring pertama berkembang membentuk sumbat meatus kemudian pada bulan ke-7 sumbat ini menghilang dan epitel yang melapisi dasarnya ikut membentuk gendang telinga tetap. Selain itu gendang telinga juga terbentuk dari lapisan ektoderm dari meatus acusticus, lapisan

endoderm cavum tympani, dan lapisan tengah yang berasal dari stratum fibrosum. Gendang

telinga sebagian menempel pada ujung dari tulang maleus dan sebagian lain membentuk batasan pemisah antara telinga luar dan cavum tympani.9

Terdapat 6 buah lapisan mesenkim yang terdapat di lengkung faring pertama yag berkembang menjadi daun telinga (aurikula) kemudian berkembang tonjolan-tonjolan daun telinga yang masing-masing terdapat pada sisi telinga luar dan menyatu membentuk daun telinga yang tetap. Bagian telinga luar berkembang dari bawah leher hingga setinggi mata.9 2.2 Anatomi Pendengaran

(20)

dalam diubah oleh sistim sensorik yaitu koklea menjadi impuls saraf sehingga dapat mendengar suara dan apparatus vestibularis untuk menjaga keseimbangan manusia.10,12

Gambar 2.1 Anatomi telinga

Sumber : Sherwood, 2011

2.2.1 Telinga luar

Telinga luar merupakan gerbang masuknya gelombang suara yang berasal dari udara luar dan disalurkan ke telinga dalam, anatomi telinga luar merupakan gabungan dari tulang rawan yang dilapisi oleh kulit. Telinga luar terdiri dari pinna daun telinga dengan bentuk berbentuk helix dan bagian inferiornya tesusun atas jaringan lunak, fungsinya menangkap gelombang suara dan menyalurkan ke telinga tengah. Meatus auditorius eksternus merupakan struktur tabung berbentuk S dengan ukuran 2,5 cm yang berkembang ke arah membran timpani. Terdapat rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea, kulit yang melapisi

the external acoustic canal terdapat kelenjar yang mensekresikan serumen yang disebut

(21)

Membran timpani berlapis ganda yang ukuran diameternya sekitar 1cm, struktur ini terdapat di antara the external acoustic canal dan telinga tengah. Lapisan terluar cekung

stratified squamous dan lapisan cembung dalam epitel kolumner tipi, struktur membran

timpani tipis dan sangat peka dengan nyeri sehingga dilakukan pemeriksaan atau tindakan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika gelombang suara melewati membran timpani maka akan bergerak melekuk ke dalam dan ke luar sesuai dengan fekuensi gelombang suara.10 2.2.2 Telinga Tengah

Merupakan struktur yang berisi udara disebut dengan rongga timpani. Sebagian tulang mengandung oval window dan round window yang memisahkan telinga tengah dari telinga bagian dalam. Terdapat dua pintu untuk menuju rongga timpani antara lain the epitympanic

di bagian posterior yang menghubungkan rongga timpani dengan rongga mastoid dan tabung

eustachius yang menghubungkan rongga timpani anterior dengan nasofaring yang berfungsi

untuk menyamakan tekanan udara pada kedua bagian membran timpani.10,11

Getaran udara membuat membran timpani dan tulang-tulang pendengaran bergerak dan menyalurkan gelombang suara ke semua bagian rongga timpani dan menuju oval window.

Selanjutnya getaran suara akan membuat cairan bergerak dan mulai merangsang reseptor pada pendengaran. Tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai sistem yang saling menguatkan gelombang suara, terdapat m.tensor timpani dan m.stapedius yang menempel pada tulang maleus dan stapes membantu dalam refleks dan melindungi telinga dalam dari suara yang melebihi ambang batas pendengaran manusia.10,11

2.2.3 Telinga Dalam

(22)

membran ini merupakan reseptor untuk keseimbangan (vestibularis) dan pendengaran (koklearis) .10,11

Vestibule merupakan bagian tengah labirin tulang yang berisi oval vestibular yang sesuai dengan tulang stapes dan koklea yang terdapat di ujung. Membran struktur ini terdiri dari utricle dan saccule, Keduanya mengandung reseptor yang peka terhadap gravitasi dan gerakan linier dari kepala. Canalis semicularis terdiri dari 3 bagian yaitu canalis semicularis superior, posterior, dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Ketiga tulang ini membentuk membran labirin dan setiap ujungnya melebar membentuk

ampulla yang akan menghubungkan bagian atas belakang dari utrikulus.10,11

Cochlear merupakan struktur spiral yang berukuran kacang polong yang dilindungi oleh tulang, terbagi atas skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dalam koklea berisi cairan perilimfa yang terbagi menjadi dua ruang yang terpisah yaitu scala vestibule dan scala timpani dengan konsentrasi natrium lebih tinggi dibandingkan kalium, Kedua ruang ini memiliki struktur yang melingkar sampai bagian apeks koklea dan membentuk sebuah rongga bernama helicotrema. Di antara kedua ruang tersebut terdapat struktur yang penting dalam mekanisme sensoris pendengaran yaitu duktus koklearis atau skala media yang dibatasi oleh membrane Reissner, membrane basilaris, lamina spiralis, dan dinding lateral, berisi cairan endolimfa yang memiliki konsentrasi kalium lebih tinggi dibandingkan natrium.10,11

Ada struktur/unit yang menjadi bagian terkecil dari mekanisme sensoris pendengaran, yaitu organ spiral (spiral organ of Corti). Unit terkecil ini terdiri dari beberapa struktur. Pertama sel yang menempel pada membran basilaris dinamkan sel penyokong (supporting cells). Sel penyokong ini disertai sel rambut yang terbagi menjadi tiga baris sel rambut luar dan sebaris sel rambut dalam yang berperan dalam mengubah gelombang suara dalam bentuk getaran diubah dan disampaikan ke otak dalam bentuk energi listrik.10,11

2.3 Fisiologi Pendengaran

(23)

• Nada : tergantung dari frekuensi getaran. Manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi 20-20.000 siklus perdetik.

• Intensitas atau kepekaan : tergantung pada amplitudo suatu gelombang suara. Manusia dapat mendeteksi intensitas dari suara bisikan ampai suara jet lepas landas. Sedangkan kepekaan dinyatakan dalam desibel.

Timbre (Kualitas): merupakan frekuensi dtambahan yang menimpa nada dasar.

Kualitas suara atau wara nada ini yang menyebabkan perbedaan suatu gelombang suara atau kekhasan suara manusia.

Gelombang suara yang datang dikumpulkan dan disalurkan ke telinga luar oleh pinna, merupakan suatu lempeng tulang rawan selanjutnya getaran suara masuk ke kanalis telinga yang terdiri dari rambut-rambut halus dan menghasilkan serumen, serumen tersebut menangkap benda-benda asing yang masuk ke dalam telinga. Gelombang udara yang melewati telinga tengah datang dengan tekanan yang tinggi dan rendah berselang seling yang menyebabkan gerakan gendang telinga seirama dengan frekuensi gelombang suara. Tekanan udara di kedua sisi membrane tympani harus sama karena saat gelombang suara mengenainya bisa bergerak bebas selain itu gendang telinga yang dekat dengan telinga tengah juga terkena tekanan udara melalui tuba eustachius lalu yang akan dihubungkan dengan faring. Pada keadaan normal tuba eustachius dalam keadaan tertutup dan dapat terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap, kemudian saat terbukanya tuba eustachius terjadi penyamarataan tekanan di luar dan di dalam telinga.12

Telinga tengah memindahkan gelombang yang menggetarkan membrane tympani ke dalam telingah dalam yang dibantu oleh tiga tulang antara lain maleus, inkus, stapes yang berjalan melewati membrane tympani dan berakhir di tulang stape yang menempel pada jendela oval. Jalan ini merupakan pintu masuk koklea yang isinya berupa cairan dengan frekuensi yang sama. Ketika transmisi gelombang suara menggetarkan membrane

tymapani dan tulang-tulang pendengaran terdapat dua mekanisme yang memperkuat

(24)

udara saat melewati jendela oval menjadi dua puluh kali lipat dari gelombang yang langsung sehingga dapat menggetarkan cairan koklea.12

Di sepanjang organ corti yang terdapat di membrana basilaris mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor suara selanjutnya sel-sel rambut ini akan menghasilkan sinyal saraf jika di permukaanya mengalami perubahan bentuk yang berhubungan dengan gerakan cairan di telinga dalam dan terbenam dalam membrana tektorial. Sepanjang gelombang berjalan di membrana basilaris terjadi puncak gelombang yang mengakibatkan membengkoknya streosilia oleh kerja pemberat membran tektoria. Timbul depolarisasi sel yang membuat potensial aksi yang pada serabut saraf pendengaran yang akhirnya mengubah gelombang suara mekanis menjadi energi elektrokimia yang berjalan melalui nervus VIII. Serabut-serabut saraf berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis kemudian ada yang menuju kolikus inferior kontralateral dan ada yang menuju koklearis dorsalis ipsilateral. Terjadi penyilangan pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior

yang kemudian berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian lanjut ke korteks pendengaran pada lobus temporalis.12

(25)

2.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pendengaran menjadi masalah yang umum di Indonesia. Berdasarkan hasil survey dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada beberapa RS menunjukan insidensi gangguan dengan di Indonesia sekitar 1-2 bayi per 1000 kelahiran. Oleh karena itu beberapa National Commitee termasuk National Institutes of Health,

the America Academy of Otolaryngology/ Head and Neck Surgery mengajukan bahwa gangguan

dengar pada bayi baru lahir merupakan hal yang harus diidentifikasikan dan diberikan perlakuan secara maksimal pada usia enam bulan pertama, pada bayi yang terlambat diidentifikasi pendengaran hingga 2-3 tahun berikutnya kemungkinan mengalamai gangguan dalam bicara, bahasa, dan kemampuan kognitif. 13

Penyebab gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain tingginya kadar bilirubin, keracuan obat ke telinga, penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu yang lama, Apgar score yang rendah, meningitis, kelahiran prematur, dan kelahiran dengan berat yang rendah. Selain itu infeksi virus juga dapat berakibat fatal pada gangguan dengar.13

Mendeteksi gangguan dengar bisa dilakukan sedini mungkin. Ada beberapa metode menurut WHO, antara lain Family questionnaire, behavioural, and physiological. Untuk melakukan metode skrining harus ditentukan terlebih dahulu metode yang dilakukan untuk evaluasi pendengaran bayi.14

Family questionnaire, sistim skrining ini menggunakan metode dengan orangtua atau

pengasuh yang mengisi kuesioner untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan bahasa individu. Sebelum itu kuesioner harus divalidasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan.14

Behavioural, metode pemeriksaan DDTS II ini dilakukan langsung terhadap bayi dengan

memberikan rangsangan terhadap bayi, pemeriksa melihat respon audiologi bayi. Tetapi pemeriksaan ini memiliki nilai positif palsu dan negative palsu yang tinggi karena dipengaruhi faktor dari keahlian pemeriksa dan keadaan bayi.14

Physicological, merupakan pemeriksaan OAE atau ABR, metode skrining untuk

(26)

mengukur keadaan bagian auditori perifer sampai dengan sel sel rambut luar koklea sedangngkan ABR mengukur bagian sistem pendengaran perifer sampai dengan saraf VIII, dan jalur pendengaran di batang otak. 14

2.5 Skrining Pendengaran

Hearing Early Detection merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan U.S yang tergabung dalam healthy people 2010. Berdasarkan data yang didapat, meningkatnya jumlah bayi yang menjalankan skrining mengalami kehilangan pendengaran pada umur 1 bulan, seharusnya dievaluasi kembali pada umur 3 bulan dan diawasi hingga bayi umur 6 bulan.15

Tahun 1969 Downs M, mengusulkan untuk membuat prosedur untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi dari gangguan pendengaran. Selanjutnya belum ada tehnologi skrining yang memadai sampai tahun 1994 sehinga JCIH berusaha untuk mengadakan universal newborn hearing screening.15

Tujuan yang diraih dalam deteksi dini pendengaran ini antara lain :15

• Semua bayi yang baru lahir diperiksa untuk gangguan pendengaran sebelum usia 1 bulan,

sebaiknya sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Rumah Sakit akan memiliki protokol

tertulis untuk memastikan semua kelahiran disaring, hasilnya dilaporkan kepada orang tua

bayi dan PHCP, dan merujuk bayi (≤ 4%) dirujuk untuk evaluasi diagnostik.

• Semua bayi yang diperiksa hasilnya positif, memiliki evaluasi audiologik diagnostik sebelum

usia 3 bulan.

• Semua bayi diidentifikasi dengan gangguan pendengaran menerima layanan yang sesuai

intervensi dini sebelum usia 6 bulan (medis, audiologik, dan intervensi dini).

• Semua bayi dan anak-anak dengan onset terlambat atau kehilangan pendengaran yang

progresif diidentifikasi pada saat sedini mungkin. Rumah Sakit dan orang lain melaporkan

(27)

Tabel. 2.4 Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun

Pendengaran Bahasa

Lahir-3 bulan :

Terkejut dengan suara keras

Diam atau tersenyum ketika diajak bicara

Mulai mengenali suara ibu dan menangis jika

suaranya menghilang

Lahir-3 bulan :

• Bersuara cooing,going

• Menunjukan tangisan berbeda seusai dengan kebutuhan

• Tersenyum ketika melihat ibu atau orang yang dikenal

4-6 bulan :

Gerakan mata mengikuti sumber suara

Merespon ketika ibu/pengasuh mengubah intonasi

suara

Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara

Memperhatikan musik

4-6 bulan :

• Mengoceh dengan suara yang berbeda-beda termasuk huruf

p,b,m

• Tertawa ringan

• Membuat gurgling sound ketika sendiri dan bermain bersama

orangtua

7 bulan-1 tahun :

Menyukai permainan cik-luk-baa

Bergerak dan mulai mencari suara

Mendengarkan orang berbicara

Mulai mengenali beberapa kata dengan satu sylabel

Mulai merespon permintaan yang sederhana

“kesini” atau “mau lagi?”

7 bulan-1 tahun :

• Mengoceh dengan kombinasi suara yang panjang dan pendek

seperti “tata upup bibibi”

• Menggunakan suara tidak menangis untuk mendapatkan

perhatian

• Menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi

• Mengusai satu atau dua kata saat ulang tahun pertama

walaupun belum bersuara jelas

1-2 tahun :

Menunjuk anggota badan ketika diminta

Mengikuti perintah sederhana dan mengeti

pertanyaan sederhana (“cium ibu” atau “dimana

bolanya ?”)

Mendengarkan cerita sederhana, lagu, dan sajak

Menunjuk pada gambar di buku cerita ketika

disebut

1-2 tahun :

• Mengucapkan lebih dari satu kata setiap bulan

• Menggunakan satu atau dua kata untuk bertanya (“di mana

bola?”, “bye-bye”)

• Menggabungkan dua kata bersamaan (“buku cerita”)

• Menggunakan konsonan yang berbeda-beda untuk memulai

kata

(28)

Di Indonesia Kementerian Kesehatan mengeluarkan 2 kebijakan pada skrinning gangguan pendengaran antara lain :

Universal Newborn Hearing Screening (UNHS)

Targeted Newborn Hearin Screening

Universal Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada semua

bayi yang baru lahir saat usia bayi 2 hari dengan pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan OAE tetapi bagi rumah sakit yang tidak memiliki saran yang memadai pemeriksaan OAE tetap harus dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan di rumah sakit lain. Hasil pemeriksaan baik lulus maupun tidak lulus harus menjalani evaluasi pendengaran dengan pemeriksaan BERA dalam kurun waktu 1-3 bulan.Diagnosis dapat ditegakkan dalam usia 3 bulan dengan keadaan bayi yang ternyata mengalami gangguan pendengaran, sebaiknya dilakukan pemeriksaa ASSR atau dengan BERA dengan stimulus tone burst. Pemeriksaan ini akan membantu penentuan alat bantu dengar bagi pasien.16

Targeted Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada bayi

yang mempunyai faktor risiko gangguan pendengaran. Metode ini dilakukan di NICU atau ruangan Perinatologi.16

(29)

2.6 Metode Skrinning

Dimulai muncul pada akhir 1980 tanpa perkembangan yang signifikan, mulai berkembang dengan 2 metode awal yaitu Otoacoustic emissions (OAE) dan Auditory Brainstem Response

(ABR).15

OAE merupakan tes yang berfungsi menilai kesehatan koklea, terutama fungsi sel

rambutnya. Uji ini sering digunakan untuk keperluan menilai pendengaran neonatus, balita, maupun bayi. Selain itu, tes ini juga bisa digunakan pada orang dengan kelainan pendengaran. Uji ini juga berguna untuk menilai sensitivitas pendengaran. Selain itu, OAE bisa membedakan antara kelainan pendengaran sensoris dari neural serta bisa menentukan kelainan fungsional atau kelainan sementara. Koklea yang sehat tidak hanya menerima suara dari luar, tetapi juga mengeluarkan suara dengan intensitas rendah. Suara ini dinamakan otoacoustic emissions dan suara ini yang ingin dideteksi pada pemeriksaan OAE. Koklea memproduksi suara ini karena berekspansi dan berkontraksi ketika menerima suara.15

Prosedur dalam OAE dengan cara sebuah probe dimasukan kedalam liang telinga. Probe ini fleksibel dan lunak sehingga pasien tidak terasa sakit. Ukuran probe ini bervariasi antara neonatus dan dewasa. Perlu diingat bahwa semakin kecil liang telinga, semakin besar efektivitas tekanan suara. Sebuah OAE diukur tetapi harus tetapi mengingat suara ambien (suara sekitar). Pada pemeriksaan pasien diharapkan tidak bergerak sehingga tidak memproduksi suara-suara tambahan yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Hal tersebut berlaku untuk semua OAE terutama SOAE. Untuk tiga lainnya, diperlukan adanya stimulus tertentu.15

(30)

ABR terdiri dari beberapa gelombang antara lain :15,17

• Gelombang I terbentuk dari bagian perifer nervus VIII • Gelombang II terbentuk dari bagian proksimal nervus VIII • Gelombang III terbentuk dari nucleus koklearis

• Gelombang IV terbentuk dari superior olivary complex • Gelombang V terbentuk dari lateral lemniscus

ABR merupakan awal di mulainya rangsangan dari dasar koklea dan bergerak menuju puncak selama periode 4 m/s. Saat di puncak merupakan aktivitas dari daerah yang paling basal pada koklea karena saat pergerakan menuju puncak banyak fase yang mengalami kegagalan.17

2.7 Kuesioner The LittlEars

Merupakan Kuesioner yang diberikan kepada orangtua yang dibuat untuk melihat perkembangan pendengaran pada anak di setiap tahapan verbal anak. Pertama kali kuesioner ini berkembang di Austria oleh Coninx et al dan digunakan dalam bahasa Jerman. Sekarang test ini sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa antara lain Greek dan American English. 7

(31)

2.8 Tata Laksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit

Perawatan bayi segera setelah baru lahir bayi mulai dilakukan penilaian seperti bayi diletakkan di atas kain bersih dan kering pada perut bawah ibu, penilaian dilakukan mulai dari: 32

Gambar 2.8 Resusitasi Bayi Baru Lahir ( IDAI ;2011)

Setelah penilaian memenuhi kriteria, langsung dilakukan perawatan rutin yaitu beri kehangatan, bersihkan jalan nafas, keringkan, dan nilai warna kulit. Selanjutnya dilakukan perawatan tali pusat, pada umumnya tali pusat diklem dengan forsep bedah tepat setelah bayi dilahirkan dengan ukuran 3-4 cm dari permukaan perut bayi. Lebih baik perawatan kering yang dilakukan untuk tali pusat dan tidak ditutup dengan perban, rata-rata dengan perawatan kering dalam 9-10 hari.Perawatan berikutnya inisiasi menyusu dini, dalam 24 jam pertama menyatukan ibu dan anak dalam satu ruangan dan menaruhnya dalam dekapan ibunya merupakan kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan ikatan dan sangat efektif untuk inisiasi menyusi dini.18

(32)

Perawatan selanjutnya adalah pemberian profilaksis vitamin K1, pemberian ini berdasarkan seringnya terjadi perdarahan otak dengan angka kematian yang cukup tinggi 10-50%, sering terjadi pada bayi umur 2 minggu samapi dengan 6 bulan. Faktor-faktor mempengaruhi timbulnya PDVK pada ibu yang selama hamil mengkonsumsi obat-obatan yang menghambat metabolisme vitamin K. HTA merekomendasikan bayi mendapatkan 1mg dosis tunggal intramuskular.18

2.9 Kerangka Teori

  usia dan pola asuh  Pekerjaan,tingkat pendidikan, lama  interaksi 

Anak  Orangtua 

Skor LittlEars 

Tumbuh‐Kembang Pendengaran  anak 0‐6 bulan 

(33)

2.10 Kerangka Konsep

Pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada anak umur 0-6 bulan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia anak, pola asuh, pekerjaan orangtua, tingkat pendidikan orangtua/pendidikan pengasuh, dan lama interaksi anak dan orangtua. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa, bicara, dan kognitif anak. Terkadang faktor risiko tersebut diabaikan oleh orangtua, sehingga zaman sekarang banyak orangtua yang terlambat mengetahui anak sudah mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang pendengaran.19,20

Kuesioner LittlEars memberikan solusi untuk mengevalusi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak dengan usia 0-6 bulan dengan memberikan kuesioner kepada orangtua, sehingga meningkatkan kesadaran orangtua tentang proses pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak.7,8

Tumbuh‐Kembang Pendengaran  anak 0‐6 bulan 

Anak  Orangtua 

  usia dan pola asuh  Pekerjaan,tingkat pendidikan, lama  interaksi 

Skor LittlEars 

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode analisis observatif untuk melihat kefektifan dari kuesioner LittlEars dan desain penelitian ini memilih metode cross sectional/potong lintang. 3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Maret- Juli 2013 3.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Budi Kemulyaan Jakarta Pusat 3.4. Populasi

3.4.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak dengan usia 0-6 bulan yang tidak memiliki gangguan pendengaran di RS Budi Kemulyaan Jakarta Pusat

3.4.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah anak dengan usia 0-6 bulan di Indonesia 3.5. Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel

(35)

3.6. Besar Sampel

3.6.1. Perhitungan Besar Sampel

n = 7

Keterangan :

Zα : derivat baku alfa Zβ : derivat baku beta r : korelasi

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diadaptasi dalam Bahasa German

didapatkan nilai r sebesar 0.91

Untuk kepentingan validasi kuesioner dibutuhkan 30 sampel 3.6.2. Sampel yang diambil

Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel minimal yang diambil adalah 30 orang.

3.7. Variabel Penelitian

3.7.1. Variabel terikat

Total skor dari hasil kuesioner LittlEars

3.7.2. Variabel bebas

(36)

3.8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.8.1. Faktor Inklusi

• Anak usia 0-6 bulan 3.8.2. Faktor Eksklusi

• Anak yang sudah mempunyai gangguan dengar sejak lahir

• Orangtua yang menolak untuk diperiksa

• Infeksi saat kehamilan

• Lahir kurang bulan (<36 minggu)

• Anak sering pilek

• Anak dengan riwayat kuning

• Orangtua yang menolak mengisi kuesioner untuk kedua kalinya 3.9. Analisis Statistik

3.9.1. Uji Validasi

Pada penelitian kali ini uji validasi yang digunakan adalah dengan melihat cronbach’s alpha pada SPSS.  

3.10. Cara Kerja

3.10.1. Alur Penelitian

Penerjemahan kuesioner oleh penterjemah tersumpah dan dilakukan penafsiran kembali kedalam bahasa asli untuk cek silangketepatan terjemahan

Perizinan penelitian

Pengumpulan data

Orang tua anak 0-6 bulan tidak

bersedia mengisi kuesioner

Orang tua anak 0-6 bulan bersedia

mengisi kuesioner

(37)

3.10.2 Alat dan Bahan

Kuesioner LittlEars 3.11 Definisi Operasional

Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur Skala Pengukuran

Usia Anak Jangka waktu anak dari lahir sampai dengan pengisian kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Jika ibu

Perempuan atau Laki-laki Peneliti - Nominal

1. Perempuan 2. Laki-laki Pendidikan Pendidikan terakhir yang

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bayi umur 0-6 bulan dengan tujuan untuk menvalidasi kuesioner LittlEars dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengambil 30 responden yang dilakukan di rs.Budi Kemulyaan Jakarta Pusat pada bulan Maret-Mei 2013 dengan rerata usia orang tua 20-30 tahun. Berdasarkan 30 responden terdapat 3 kuesioner yang dieliminasi dengan nilai skor >2.5 SD, tetapi peneliti mengambil lagi sampel sebanyak 3 responden untuk memenuhi kuota 30 responden dengan hasil skor yang memenuni kriteria.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Lama berinteraksi

2 jam 2 7%

3 jam 2 7%

4 jam 5 17%

Variabel Jumlah Persentase

Jenis Kelamin

Laki-Laki 17 67%

Perempuan 13 33%

Lulusan

SMP 2 10%

SMA 14 47%

(39)

5 jam 4 13%

6 jam 4 13%

10 jam 1 3%

12 jam 2 7%

16 jam 1 3%

18 jam 1 3%

24 jam 8 27%

Berdasarkan data karakteristik, responden terbanyak adalah laki-laki dengan persentase 67%, tingkat pendidikan orangtua dengan persentase 47% lulusan SMA, dan lama interaksi orang tua dengan bayi selama 24 jam sebesar 27%.

4.2 Penyebaran Skor Kuesioner

Tabel 4.2 Tabel Histogram Total skor 

us

ia

 

(40)

Berdasarkan tabel histogram dan statistik mendapatkan rerata skor 13.47 ± 0.67421. Rasio

skewness 0.634 dan Rasio Kurtosis -0.816 berada di antara rasio -2 sampai dengan 2 berarti data dalam distribusi dalam range normal dengan total skor minimal 8.00 dan skor maksimal 21.00 4.3 Validitas dan Realibilitas

Uji validasi kuesioner LittlEars dilakukan untuk menilai kemampuan pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak, dengan ini peneliti menilai validitas dilakukan dengan uji korelasi Pearson dan nilai corrected item total correction dengan menilai skor total terhadap skor tiap item. Peneliti ingin menilai tingkat kepercayan alat ukur yang akan digunakan. Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui nilai realibilitas dengan menggunakan uji cronbach’s

alpha dengan mengukur nilai skor total pertama pengujian dengan skor total selang dua minggu

sampai dengan satu bulan. Apabila nilai cronbach’s alpha >0.5 maka dapat dikatakan reliable.25 Tabel 4.3 Statistik Cronbach’s alpha

Peneliti ingin mengukur tingkat kepercayaan/ reliabilitas alat ukur yang digunakan. Cara untuk mengukur reliabilitas yang umum digunakan adalah dengan mencari nilai cronbach’s alpha. Jika nilai cronbach’s alpha >0,5 maka suatu construct dapat kita katakan reliable.25 Tabel 4.3.1 Cronbach’s Alpha

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil, cronbach’s alpha sebesar 0.707, maka penelitian ini bersifat dapat dipercaya.

Cronchbach’s Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of items

(41)

Tabel 4.3.2 Score Cronbach’s Alpha

Nomor Pertanyaan Cronbach’s Alpha

Pertanyaan 15 0.691

Pertanyaan 18 0.632

Pertanyaan 13 0.632

Pertanyaan 21 0.588

Pertanyaan 20 0.571

Pertanyaan 4 0.526

Pertanyaan 16 0.513

Pertanyaan 17 0.462

Pertanyaan 12 0.462

Pertanyaan 10 0.441

Pertanyaan 19 0.395

Pertanyaan 7 0.384

(42)

4.4 Uji Korelasi dan Regresi

4.4.1 Anova

Berdasarkan tabel Anova, nilai Significancy test homogenity of variences sebesar 0.000 (p<0.05), dapat ditarik kesimpulan terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang dinilai.

Tabel 4.4 Anova

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 310.321 1 310.321 16.549 .000a

Residual 525.046 28 18.752

Total 835.367 29

4.4.2 Korelasi

Hasil perhitungan korelasi didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.763 yang berarti korelasi bersifat linier. Oleh karena korelasi bersifat linier maka dapat dilanjutkan dengan uji regresi. Tabel 4.5 Model Summary

Model R R Square Adjusted R

square

Std. Error of the estimate

1. 0.763 0.582 0.567 2.43048

(43)

0  5  10  15  20  25 

0  1  2  3  4  5  6  7 

Total Skor 

Usia 

Grafik Regresi Linear 

Pada uji regresi karena terdapat dua variabel yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain maka dapat dinyatakan sebagai sebuat fungsi Y=f(x) dan didapatkan persamaan regresi sebagai berikut dengan y sebagai total skor dan x sebagai usia :

Y = 7.342 + 1.914*x

(44)

BAB V

DISKUSI

5.1 Karakteristik Penelitian

Kuesioner Littlears menilai pertumbuhan dan perkembangan pendengaran dari bayi umur 0-6 bulan yang merupakan salah satu dari aspek yang berperan besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain peran orangtua/pengasuh yang mengurus anak sehari hari, lama interaksi orangtua atau pengasuh, tingkat pendidikan orangtua atau pengasuh, dan jenis kelamin anak.19 Lama orangtua dan pengasuh berinteraksi dengan anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada anak, selain itu interaksi yang positif yang dibentuk orangtua dengan anak akan mencapai perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian responden paling banyak berinteraksi dengan anak selama 24 jam, dengan rentang mulai dari 2 jam sampai dengan 24 jam sehari (tabel 4.1 karakteristik responden). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu merupakan ibu rumah tangga yang kesehariannya menemani anak di rumah. Pola interaksi ini membentuk hubungan yang positif antara orangtua dan anak. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan orangtua merupakan stimulasi yang sangat bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir, dan interaksi yang dilakukan orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembanga pendengaran anak yang secara langsung mempengaruh emosi anak dan tingkat kapasitas anak dalam mengerti bahasa.19

(45)

Tingkat pendidikan orangtua dan pengasuh tersebut terdapat responden (47%) lulusan SMA dan (33%) lulusan S1. Kuesioner LittlEars dapat diterima dan dimengerti di kalangan pendidikan SMA sampai dengan S1. Responden lebih banyak orangtua yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah. Berdasarkan data tersebut terlihat orangtua sadar dan peka dalam mengawasi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran anak, sehingga orangtua bisa dengan segera melakukan skrining apabila terjadi keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jumlah orangtua dan skor dalam kuesioner sampai dengan kriteria yang diharapkan, berarti kesadaran orangtua terhadap deteksi dini pada bayi berhasil dalam program skrining pendengaran.20

Perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan berhubungan perkembangan sistim saraf pusat, kadar testosteron yang tinggi berhubungan dengan meningkatnya lateralisasi

cerebral, dan mengecilnya corpus callosum serta menurunkan hubungan interhemispheric.

Kehilangan hormon androgen saat critical period dari perkembangan sistem saraf pusat membuat pembentukan dari sirkuit saraf yang berbeda pada otak perempuan, sehingga pada laki laki kemampuan visuospatial lebih baik daripada perempuan tetapi pada perempuan kemampuan verbal dan lingustik lebih baik. 21,22

Skrining pendengaran menjadi isu yang berkembang secara perlahan di dunia, dengan fakta yang terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia menjadi salah satu penelitian bahwa 2-4 dari 1000 (28.000) bayi di negara berkembang kehilangan pendengaran permanen dibandingkan dengan negara maju 6 dari 1000 (737.000) kelahiran bayi kehilangan pendengaran permanen, keterlambatan pendengaran dan gangguan pada sensorik sejak dini memerlukan perhatian lebih .(16) Tetapi hampir seluruh negara berkembang pemeriksaan skrining tidak terlaksana secara universal sehingga banyak ditemukan gangguan keterlambatan pendengaran pada anak-anak.14

(46)

Berdasarkan hal-hal yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan pendengaran dan fakta yang terjadi pada bayi umur 0-6 bulan, ada beberapa metode atau instrument untuk mengetahui jejak pertumbuhan perkembangan pendengaran dengan melihat lingkungan bayi, orangtua, dan fakta-fakta yang terdapat di lingkungan, antara lain pemeriksaan physiological

merupakan yang paling akurat tetapi terkadang finansial keluarga menjadi masalah.14,24

Skrining yang kedua yaitu behavioural, mempunyai risiko tingkat nilai kesalahan yang tinggi saat pemeriksaan. Skrining ini membutuhkan keahlian pemeriksa dan keadaan bayi harus tenang saat dilakukan pemeriksaan. Sehingga Family questionnaire atau LittlEars dianggap yang paling memungkinkan untuk dilakukan skrining dini pada bayi, dengan kemudahan mengisi kuesioner dan penjelasan tentang setiap konten pertanyaan pada kuesioner dapat membantu orangtua maupun pengasuh yang sehari-hari menemani dapat mengetahui secara pasti pertumbuhan dan perkembangan bayi dan apabila terjadi keterlambatan dapat dilakukan pemeriksaan lanjut lebih dini.14,24

5.2 Penyebaran Skor Pendengaran

Berdasarkan hasil output yang ditampilkan pada tabel histogram, distribusi total skor dalam batas normal. Dengan SD 3.6, nilai maksimal skor adalah 21.00, dan nilai minimum skor adalah 8.00. Berdasarkan sebaran total skor terlihat pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal. Berdasarkan rasio skewness dan rasio kurtosis dengan nilai 0.634 dan -0.816 berarti kedua rasio berada di angka -2 sampai dengan 2. Nilai ini menjelaskan bahwa distribusi total skor terhadap usia dalam range normal.

5.3 Validitas dan Realibilitas

Untuk mengetahui kuesioner LittlEars dapat digunakan di Indonesia, kita harus memeriksa tingkat validitas dan realibilitas dari kuesioner tersebut. Kuesioner yang digunakan harus sesuai dan mudah dimengerti sehingga kita dapat mengetahui secara pasti ketepatan alat ukur kuesioner. Ada beberapa metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Pearson

(47)

Pertanyaan dengan validitas paling besar yaitu dengan nilai cronbach’s alpha. Urutan tingkat validitas dijabarkan pada tabel 6 uji validitas tiap pertanyaan pada kuesioner. Uji reabilitas yang dilakukan untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pada hasil penelitian didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.707 lebih besar dari 0.5 dapat disimpukan bahwa penelitian bersifat realibel untuk digunakan di Indonesia.25

Metode Pearson nilai dapat diintrepertasikan dengan kekuatan nilai r yang didapat dengan kekuatan korelasi nilai r mulai range 0.0-1.00.Dengan hasil penelitian didapatkan 13 pertanyaan yang berdasarkan hasil output antara lain nomor ( 1,22,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 ) tidak dapat dihitung karena semua responden menjawab sama dengan jawaban ‘ya’ semua ataupun jawaban ‘tidak’ semua. Metode corrected item total correlation dapat dinilai dengan menbandingkan nilai r yang didapat dengan nilai r tabel adalah 0.3610. Berdasarkan hasil penelitian uji reabilitas terdapat 14 pertanyaan yang valid antara lain pertanyaan nomor 4,7, 10, 12, 13,15,16, 17, 18, 19, 20,21.

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi umur 0-6 bulan seperti pada umur 1 sampai 2 bulan bayi sudah bisa terseyum apabila ada orang yang berusaha kontak dengan bayi sesuai dengan pertanyaan pada kuesioner nomor 1 “Apakah anak anda merespon suara yang sudah lazim?” maka semua ibu menjawab ‘ya’ sehingga pertanyaan nomor 1 menjadi tidak valid sedangkan pertanyaan 22 samapai dengan 35, ibu maupun pengasuh menjawab tidak. Bayi umur 0-6 bulan belum mampu melakukan seperti menirukan suara, mengikuti perintah, membawakan barang yang diminta, mengikuti suara mainan, ataupun mengulang rangkaian kata pendek mupun panjang dengan tepat.26

(48)

terus berkembang hingga aktif diajak berkomunikasi, tertawa keras, berteriak, dan mulai mencari mainan dan memegangnya dengan sengaja sampai dengan umur 6 bulan .26

5.4 Korelasi dan Regresi

Berdasarkan analisis korelasi, untuk menilai kekuatan hubungan antar variabel didapatkan koefisien korelasi r, hal ini menunjukan korelasi antara total skor dengan usia. Variable dependent merupakan total skor dan variable independent yaitu merupakan usia dari anak, dengan hasil output koefisien korelasi r sebesar 0.763 menunjukan realibilitas baik sehingga menunjukan terdapat korelasi positif antara total skor dengan usia anak. Selain itu didapatkan hasil R square menunjukan keragaman total skor sebesar 0.582 dari variable independent (total skor) dapat dipengaruhi oleh variable dependent (usia). 25

Berdasarkan tabel scatterplot terdapat beberapa responden dengan hasil yang di atas rata-rata dan di bawah rerata-rata pada pertumbuhan dan perkembangan bayi umur 0-6 bulan tetapi itu bukan berarti terdapat gangguan, apabila dibandingkan dengan penelitian di Spanyol hasil dengan umur 0-6 bulan masih dalam batas total minimum. Berdasarkan angka di negara lain seperti Spanyol bisa hasil posibilitas mencapai angka 95%. Berikut sebagai tabel perbandingan total kuesioner Littlears di beberapa bahasa.7,2

Tabel 12. Perbandingan total skor kuesioner Littlears dalam beberapa bahasa

Usia anak Spanyol Indonesia German

0 bulan 9 7,3 2

1 bulan 10,8 9,2 4.3

2 bulan 12,6 11,1 6.4

3 bulan 14,4 13,1 8.4

4 bulan 16,1 15 10.3

5 bulan 17,9 16,9 12.2

(49)

Dengan perbandingan hasil total skor dan usia terdapat tiga responden dengan nilai terkecil terdapat di bawah garis rata-rata. Tidak berarti anak pasti mengalami keterlambatan pendengaran karena dibandingkan dengan penelitian sebelumnya nilai tersebut berada pada total nilai minimum, hal ini menunjukan bahwa responden tersebut dalam penelitian ini masih memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dan tidak anak responden yang mengalami keterlambatan pertumbuhan perkembangan pendengaran.7,25

Jika dilihat dari perbandingan total skor pada responden umur 0-6 bulan di dua bahasa yang berbeda. Nilai di Indonesia berbeda 0.9-1.7 dibawah nilai Bahasa Spanyol dan dibandingkan dengan skor 4.8-8.7 diatas nilai Bahasa Jerman, bahwa Indonesia masih berada di antara range

kedua negara tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak aspek, antara lain perbedaan budaya sosial ekonomi, pola orangtua dalam berintraksi dan mendidik anak di beberapa negara kawasan Eropa. Keadaan keluarga dengan kondisi yang berkecukupan membuktikan bahwa anak dapat berkembang lebih optimal dibandingkan dengan keadaan keluarga yang tidak berkecukupan.27 Hal itu menunjukan bahwa kuesioner LittEars dapat diterima dan dimengerti oleh ibu-ibu dan pengasuh bayi tetapi dalam pengisiannya tidak terlepas dari hal-hal seperti pertama, tingkat pendidikan orangtua para diresponden sebagian lulusan SMA yang pada dasarnya mempunyai kemungkinan ketidakpahaman terhadap kuesioner yang diberikan sehingga bisa saja mempengaruhi jawaban nilai total skor pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada bayi.27

(50)

Saat anak lahir ke dunia setiap orang tua mengharapkan anak dapat tumbuh kembang dengan baik. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan sesuai tetapi banyak faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa balita. Pada masa ini perkembangan terdiri dari motorik kasar seperti pergerakan tubuh, motorik halus seperti bayi belajar menggengam benda dan kreativitas bayi, bahasa, dan kepribadian. Empat ranah tersebut pada manusia sangat berkembang pesat.13,28

Dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, orangtua merupakan guru yang pertama bagi anak, dimulai saat mengajarkan anak tersenyum, berbicara, dan bermain karena sangat penting peran orangtua dalam kegiatan anak sehari hari. Terdapat 5 tugas sebagai orangtua antara lain penyediaan lingkungan belajar, predictability, ping-pong, persisten, dan jangan menjadi professor. Orang tua juga dapat menstimulasi 4 hal pada anak yaitu responsiveness, reasoning, rationality, dan reading.13,23

Pertumbuhan dan perkembangan anak harus dirangsang sejak bayi agar partumbuhan dan perkembangan dapat optimal. Orang tua dapat mulai dengan menstimulasi anak dari sejak lahir, ketika stimulasi dilakukan dengan tepat anak dapat tumbuh dan kembang dengan cepat di bandingkan anak yang tidak diberi stimulasi. 23,28

Stimulasi bayi mulai dari umur 0-3 bulan banyak hal yang dapat dilakukan untuk merangsang tumbuh kembangnya. Orangtua dapat menunjukan kasih sayang, rasa tenang, dan nyaman dengan cara menemani, memberikan ASI yang akan membentuk ikatan batin antara anak dengan ibu, dan merawatnya. Selain itu sering-sering menatap mata bayi dengan jarang 30 cm, tersenyum kepadanya, dan memberikan mainan yang tergantung di atasnya, hal-hal tersebut data merangsang perkembangan sosial dan kognitif anak. Untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi yang telah ada sejak bayi masih dalam kandungan ibunya seperti mendengarkan musik, mengajak berbicara, menggunakan mainan yang dapat mengeluarkan suara. Kita merangsang perkembangan pendengaran sebenarnya sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Pembicaraan sehari-hari yang bayi, membacakan dongeng, maupun mendengarkannya musik.29-31

(51)

mulai dengan mencari sumber suara, mengulang-ulang kata. Perkembangan motorik kasar dan halus dapat distimulasi dengan melatih bayi untuk meraih benda yang jauh, memegang benda dengan kedua tangan, melatih tengkurap, dan posisi duduk.Apabila dari ciri-ciri ini bayi tidak terlihat kemampuannya sebaiknya bayi dapat melanjutkan skrining lanjutan seperti OAE atau ABR.29-32

Skrining merupakan sebuat tes yang dilakukan pada semua bayi yang baru lahir bertujuan untuk pemeriksaan lanjutan dan pencegahan secara langsung. Prinsip-prinsip skrining pendengaran pada bayi antara lain masalah kesahatan yang penting telah dikenali gejala awalnya, tersedia tes diagnostik yang cocok dan dapat diterima masyrakat, terdapat pengobatan dan intervensi yang tersedia, dan menempatkan biaya diagnosis dan pengobatan berhubungan dengan pengeluaran untuk perawatan medis secara keseluruhan. 14,24

Manfaat pada deteksi dini skrining pendengaran pada bayi sangat besar pada awal sebulan kehidupan untuk pencegahan kehilangan pendengaran permanen. Intervensi audiologi dan pendidikan untuk bayi dan keluarga dibantu oleh protocol, pelayanan kesehatan, sistem sosial, dan pendidikan harus dilakukan sehingga meningkat kesadaran pada pertumbuhan dan perkembangan pendengaran bayi.14

Berdasarkan penjelasan hasil yang didapat bahwa kuesioner LittlEars dapat digunakan sebagai skrining awal pertumbuhan dan perkembangan pendengaran pada bayi umur 0-6 bulan di Jakarta.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain : 5.5.1 Desain Penelitian

Penelitian kuesioner LittlEars menggunakan metode cross sectional yang melihat korelasi antara variabel terikat dan variabel bebas pada saat ini, sehingga hasil yang didapat hanya dalam satu waktu tertentu. Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan study cohort atau

(52)

5.5.2 Asal Populasi

Peneliti mengambil sampel hanya di satu rumah sakit di Jakarta, sehingga terdapat kemungkinan bias saat mengambil sampel dan kesalahan informasi.

5.5.3 Tidak Dapat Meneliti Faktor Lain

(53)
(54)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian kuesioner LittlEars ditarik simpulan bahwa kuesioner

LittlEars dengan Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan

dan perkembangan pendengaran anak umur 0-6 bulan di Indonesia.

2. Beberapa pertanyaan kuesioner yang relevan pada usia anak 0-6 bulan dengan uji realibilitas ada 14 pertanyaan, antara lain nomor 4, 7, 10, 12, 13,15,16, 17, 18, 19, 20,21.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian korelasi LittlEars dengan pemeriksaan OAE dan BERA automatik.

2. Perlu dilakukan penelitian kuesioner LittlEars dengan kondisi pendidikan, kebudayaan, dan bahasa yang berbeda di Indonesia.

3. Perlu dilakukan batasan lama interaksi antara orangtua dengan anak sebagai pengamat tumbuh kembang pendengaran anak 0-6 bulan.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mathers C, Smith A, Concha M. Global burden of hearing loss in the year 2000. Available from: http://www.who.int/healthinfo/statistics/bod_hearingloss.pdf 2. De Michelle, Ruth RA. Newborn hearing screening.available from:

http://emedicine.com/snt/topic.576.htm

3. Bashiruddin JE. Newborn Hearing Screening in Six Hospitals in Jakarta and

Surroundings. Departemen Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009;59;3-4

4. State of Hearing and Ear Care in South Asia Region, WHO Regional Office SEARO 2004.

5. Sokol J, Hyde M. Hearing screening. Neonatology.pediatries in review.2002;23;155-162 6. Michael P. Gorga A, Leisha EM. Boys Town National Research Hospital

from:http://www.babyhearing.org/Audiologists/factSheets/UNHSFactSheet. pdf 7. Spitzer JB, Zavala JS. Development of Spanish Version of the LittlEars Parental

Questionnaire for Use in The United States and Latin America. Audiology Research. 2011: 23-29. Diunduh dari http://audiologyresearch.org pada tanggal 13 Januari 2013 8. Obrycka A, Garcia J-L. P., Pankowska, A, Lorens A, Skarzynski, H. Production and

Evaluation of a Polish Version of The LittlEars Questionnaire for the Assesment of Auditory Development in Infants. International Journal of Pediatric Otolaryngology 73. 2009:1035-42.

9. Sadler T. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta : EGC.2009 10.Kent M. Van De Graaf. Human Anatomy.edisi 6.jakarta : EGC. 2010 ; h 517-23.

11.Marieb EN, Wilhelm PB. Mallat J. Human Anatomy 6th edition. Benjamin Cummings : San Francisco, CA;2012 : 502-6

12.Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2011 13.Soedjatmiko. Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan

(56)

14.World Health Organization. Newborn and Infant Hearing Screening. Outcome of a WHO Informal Consultation Heald at WHO Headquarters, Geneva, Switzerland, 09-10

November 2009

15.Karl R, White RN, Irene F, John MA, Karen M. The Foundations & Evolution of EHDI. Availaible from: http://www.infanthearing.org/ehdi-ebook/2012_ebook/Chapter1.pdf 16.HTA Indonesia 2010.Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah

Sakit.avalaible from : http://buk.depkes.go.id

17.Douglas L, Beck AuD, David P. Speidel MS, Michelle P. Auditory Steady-State Response (ASSR): A Beginner's Guide. Availaible from:

http://www.oticonusa.com/eprise/main/SiteGen/Uploads/Public/Downloads_Oticon/The_ Hearing_Review/Hearing_Review_12_07.pdf.

18.Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. 2010

19.Deroche, Mickael LD, Zion, Daniele J, Schurman, JR. et al. Sensitivity of School-Aged Children to Pitch-Related Cues. Journal Acoustical Society of America 131 (4). 2012: 2938-47.

20.Quam C, Swingley D. Development in Children’s Interpretation of Pitch Cues to Emotions. Child Development, January/February 2012, Vol 83 :236–250

21.Hindmarsh GJ, O'Callaghan MJ, Mohay HA, Rogers YM. Early Human Development. 2000 Dec;60(2):115-22.Available from

http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC2951302

22.Cho June, Davis, Diane H, Miles, Margareth S. Effect of Gender on the Health and Development of Medically At-Risk Infant. J-obstet Gynecol Neonatal Nurs. September 2010: 39(5) : 536-49

23.Granholm, Jennifer M, Olszewski, Janet. Social Development in Young Children. A Guide produced by the Michigan department Community Health.2012. 4-14 Available from :http://www.michigan.gov/documents/Social_Emotional_Development_in_Young_ Children_Guide_88553_7.pdf

(57)

Detection and Intervention Programs. Pediatrics 2007; 120-898. diunduh dari

http://pediatrics.aappublications.org/content/120/4/898.full.html pada tanggal 13 Januari 2013

25.Sunyoto D. Analisis Validitas dan Asumsi Klasik. Jakarta: Gava Medika. 2012

26.Behrman W, Kliegman R, Arvin A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC. 2000

27.Andriani, Rini, Sekartini, Rini, Suwento, Ronny, et al. Peran Instrumen Modifikasi Tes Daya Dengar sebagai Alat Skrining Gangguan Pendengaran pada Bayi Risiko Tinggi Usia 0-6 Bulan. Sari Pediatri Vol 12, No. 3, Oktober 2010: 174-83

28.Kania N. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang Optimal. Avalaible from :

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/stimulasi_tumbuh_kembang_anak_optimal.pdf

29.James L, Sue R, Rush TS, Robert V, Clegg R, Judy SR, Peters A. Tim Investigating the role of language childres early educational outcomes. Departement for Education University of the West of England, Briston. June 2011. 29-31. Available from :

https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/181549/D FE-RR134.pdf

30.Brandone, Amanda C, Sallkind, Sara J. Golinkof, Roberta Michnick. Langueage Development. University of Delaware. Chapther 38. 500-509. Available from : http://udel.edu/~roberta/pdfs/Bear%20chaptBrandone.pdf

31.Pam W. Early Childhood Services, Department of Education and Children’s Services, South Australia, March 2010. 24-30. Available from:

http://www.mceecdya.edu.au/verve/_resources/ECD_Story-Neuroscience_and_early_childhood_dev.pdf

Gambar

Tabel. 2.4     Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun
Gambar 2.2   Anatomi telinga                                                                                                              6
Gambar 2.1 Anatomi telinga
Gambar 2. Skema Fisiologi Pendengaran (Hall, J. 1998)12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas artikel ini bertujuan untuk menguji pengalaman konsumen dan dampak manfaat desain produk terhadap kepuasan dan dampaknya terhadap niat

Dampak kenaikan harga BBM yang diukur dari perubahan benefit dan atau perubahan kerugian menunjukkan bahwa jenis sayur seledri tidak mengalami perubahan keuntungan dan

Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dalam pengkajian keragaman genetik berdasarkan marka molekuler terhadap sumber plasma nutfah kelapa sawit pisifera Nigeria

Pengaruh pemberian fungisida botani berupa ekstrak cengkeh dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa antara perlakuan C1 (ekstrak cengkeh 100 ml/l air) sebesar 86,25 % dan

[r]

Hasil pengukuran logam Pb dalam susu asal sapi perah Kelurahan Kebon Pedes yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu rumput lapangan, klobot jagung serta

1. Dalam keajegan tembakan berbeda karena ada perbedaan perlakuan tinggi ring.. lebih mudah tinggi ring yang rendah karna berpeluang memasukkan bola kedalam

Untuk mengetahui apakah YouTubers yang tidak di endorse dapat lebih dapat. dipercaya dibandingkan seorang YouTubers yang di