• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pisifera asal nigeria berdasarkan analisis marka simple sequence repeats (SSR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pisifera asal nigeria berdasarkan analisis marka simple sequence repeats (SSR)"

Copied!
332
0
0

Teks penuh

(1)

ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA

Simple Sequence Repeats (SSR)

ZULHERMANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keragaman Genetik Intra dan

Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria

Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR) adalah karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Zulhermana

(3)

ZULHERMANA. 2009. Intra and Interpopulation Genetic Diversity Based on Simple Sequence Repeats (SSR) Markers Analysis of Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq.) Pisiferas Originated from Nigeria. Under direction of

SUDARSONO and DWI ASMONO.

The objectives of this experiment were to determine intra and inter population genetic diversity of TxP family and tissue culture clones of pisifera palm collections originated from Nigeria that have been used as pollen sources for producing oil palm’s DxP commercial.

Intra and interpopulation genetic diversity of Nigeria’s pisifera analisis in this experiment was assessed using 12 loci of oil palm’s specific SSR markers. Results of the experiment indicated out of 12 SSR marker loci evaluated, two loci were monomorphic in all pisifera palms evaluated while 10 loci were polymorphic. The average alele numbers of the marker in the pisifera populations were 3.7 aleles per locus.

The result showed that out of six different clonal populations of pisiferas palm analyze, intrapopulation of clone 22, 24 and 32 showed uniform alele profiles in almost all SSR marker loci tested, indicating the clonal nature of the population members. However, intrapopulation of clone 14, 23 and 33 showed diversity among individuals within population, indicating possibilities of either existance of somaclonal variation or mislabelled individuals. The results also showed that intrapopulation of four population of Nigeria pisifera’s TxP family were all on genetically diverse.

Interpopulation analysis showed that all of Nigeria’s pisiferas both clones and TxP family were band together as a cluster at 0,50 coefficient similarity value. However, interpopulation of Nigeria’s pisifera showed interrelated among population of clone and TxP family. Based on 12 loci of SSR markers data the pisifera clones were shown to have high similarity to a number of individual of the TxP pisifera population. The interrelation among Nigeria’s pisifera population indicating that there are genetic relationship among Nigeria’s pisiferas family.

Based on general combining ability analysis in the traits have been observed, result showed that TxP family 320 from family 24 of Nigeria’s pisifera have been selected as pollen sources for producing commercial DxP oil palm. All the Nigeria’s pisiferas palm have been selected by family and individual palm selection’s method and result showed that all the individual palm selected evenly distributed throughout the population group of TxP family 320 on the dendogram of UPGMA analysis.

Genetic diversity analysis based on SSR marker can be used to give an accurate information of genetic relatedness of oil palm germplasm and the molecular information can also be used as a tool for selection in order to maintain genetic variability to determine breeding activity for the future.

(4)

RINGKASAN

ZULHERMANA. 2009. Keragaman Genetik Intra dan Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR). Dibawah bimbingan SUDARSONO dan DWI ASMONO.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan, jika pada tahun 1970 hanya 133.000 ha, pada tahun 2008 telah mencapai 7,16 juta ha dan diperkirakan pada tahun 2009 luas areal pengembangan akan terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan permintaan benih untuk tanam baru dan tanam ulang mencapai hingga 150 juta benih di tahun 2009. Untuk memenuhi benih tersebut, kelapa sawit pisifera sebagai tetua jantan penghasil serbuk sari merupakan sumber genetik yang berperan penting dalam membentuk turunan yang unggul dan berkualitas.

Sumber genetik ini perlu mendapat perhatian, tidak hanya dalam bentuk mengumpulkan dan memelihara, tetapi juga mengkarakterisasi keragaman genetik, mengevaluasi sifat-sifat yang dikehendaki dan memanfaatkannya untuk pemuliaan tanaman. Bertitik tolak dari hal itu maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pisifera yang berasal dari Nigeria. Kelapa sawit pisifera tersebut digunakan sebagai sumber serbuk sari untuk menghasilkan benih Dura x Pisifera komersial.

Salah satu penelitian dilakukan untuk membandingkan penggunaan dua marka molekular, RAPD dan SSR untuk menganalisis keragaman genetik pisifera kelapa sawit yang berasal dari Nigeria. Hasil analisis UPGMA menunjukkan bahwa marka RAPD dan SSR mampu memisahkan individu pisifera Nigeria yang berasal dari TxP famili dan klon. Marka RAPD mengelompokan seluruh pisifera Nigeria pada tingkat kesamaan 0,83 sedangkan marka SSR pada koefisien 0,68. Ketika analisis dilakukan menggunakan marka RAPD dan SSR, seluruh pisifera klon membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 1,00 hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klon yang dianalisis benar-benar seragam

Berdasarkan keunggulan dari marka SSR yang bersifat kodominan, tingkat polimorfisme yang tinggi, penafsiran hasil yang sederhana dan reprodusibilitas yang tinggi maka marka SSR ini lebih lanjut digunakan untuk menganalisis keragaman genetik kelapa sawit pisifera Nigeria.

Penelitian analisis keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit pisifera Nigeria ini dilakukan menggunakan 12 marka SSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 marka yang digunakan, 10 marka bersifat polimorfis dan 2 marka yang lain bersifat monomorfis. Jumlah alel yang dihasilkan adalah 3,7 alel perlokus.

(5)

klon 14 dan 23 yang secara genetik berbeda dengan yang lain, dengan perbedaan satu lokus dari 12 lokus yang dianalisis. Adanya keragaman ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya variasi somaklonal. Sedangkan pada populasi klon 23 dan 33 juga terdapat masing-masing satu individu yang berbeda dengan yang lain, dengan perbedaan lima dan sepuluh lokus dari 12 lokus yang dianalisis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mislabelling pada saat kultur.

Analisis intrapopulasi empat pisifera Nigeria TxP famili yang dilakukan juga menunjukkan adanya keragaman pada seluruh populasi. Populasi TxP 317 membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 0,72 sedangkan populasi TxP 318 membentuk kelompok pada koefisien 0,50. Populasi TxP 319 membentuk kelompok pada koefisien 0,85 dan populasi TxP 320 membentuk kelompok pada koefisien 0,78.

Analisis interpopulasi pisifera Nigeria secara umum menunjukkan bahwa seluruh kelapa sawit pisifera asal Nigeria membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 0,65. interpopulasi pisifera Nigeria dapat dibedakan atas empat kelompok yaitu kelompok pisifera TxP famili 319, kelompok pisifera TxP famili 318, kelompok pisifera TxP 320 dan kelompok Klon 33 dan14. Serta terdapat kelompok lain yang sangat berbeda yaitu kelompok klon 23 dan TxP 318/56.

Hasil uji keturunan (progeny test) dari lima famili DxP test cross terbaik dari masing-masing famili pisifera Nigeria menunjukkan bahwa pisifera Nigeria famili 24 menunjukkan keragaaan yang terbaik untuk karakter, pertambahan

tinggi (HI) sebesar 45 cm/tahun, tandan buah segar (FFB) sebesar 202 kg/pokok/tahun, total produk ekonomi (TEP) sebesar 54,30% dan

peningkatan total produk ekonomi seluruh pisifera (%TEP-all) sebesar 127,08%. Nilai daya gabung umum (GCA) tertinggi untuk karakter-karakter komponen minyak menyebar merata pada seluruh famili pisifera Nigeria. Pisifera Nigeria famili 14 menunjukkan rasio minyak per tandan (O/B) yang tertinggi dengan nilai 27,84%, famili 22 menunjukkan rasio buah pertandan (F/B) yang tertinggi dengan nilai 66,40%, famili 23 menunjukkan rasio kernel pertandan (K/B) yang tertinggi dengan nilai 5,23%, famili 24 menunjukkan rasio minyak per mesokarp segar (O/WM) yang tertinggi dengan nilai 53,47% dan famili 32 menunjukkan rasio mesokarp perbuah (M/F) yang tertinggi dengan nilai 81,20%. Sedangkan nilai GCA untuk karakter tandan buah segar (FFB), pertumbuhan meninggi (HI) dan total ekonomi produk (TEP) yang tertinggi terdapat pada pisifera Nigeria famili 24 dengan nilai masing-masing sebesar 172 kg/pokok/tahun, 52 cm/tahun dan 46,42%.

(6)

Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dalam pengkajian keragaman genetik berdasarkan marka molekuler terhadap sumber plasma nutfah kelapa sawit pisifera Nigeria ini, disarankan analisis marka molekuler dapat diikutsertakan sebagai salah satu perangkat seleksi dalam menyusun program pemuliaan kelapa sawit di masa depan. Informasi marka molekular berupa keragaman dan jarak genetik juga dapat membantu dalam pengkayaan basis genetik. Analisis keragaman genetik kelapa sawit menggunakan marker SSR ini dapat digunakan sebagai salah satu perangkat seleksi dalam pemeliharaan keragaman genetik yang tersedia, memberikan informasi yang akurat mengenai tingkat kekerabatan genetik, monitoring keseragaman di antara dan di dalam populasi klon serta pendeteksian kultur yang tercampur (mislabelling).

(7)

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(8)

ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA

Simple Sequence Repeats (SSR)

ZULHERMANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR)

Nama : Zulhermana

NRP : A151060101

Program Studi : Agronomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc Dr. Ir. Dwi Asmono, MS, APU Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS

(10)

Puji beriring syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

”Keragaman Genetik Intra dan Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR)” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pendidikan dan penelitian ini

merupakan program pengembangan riset berkelanjutan dari PT Bina Sawit

Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk. dan seluruh pembiayaannya didanai

sepenuhnya oleh PT bina Sawit Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk.

Penulis mengawali penelitian ini dengan tanpa dasar pengetahuan akan

teknis dan analisis molekuler. Namun Alhamdulillah penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc dan Bapak Dr. Ir.

Dwi Asmono, MS, APU selaku pembimbing yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan mulai dari pemahaman tentang teknik dan analisis molekuler,

perencanaan, pelaksanaan hingga terselesaikannya penelitian ini dengan sangat

baik.

Ucapan terima kasih yang tidak berhingga secara khusus penulis sampaikan

kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Asmono, MS, APU selaku Direktur Riset

PT Sampoerna Agro Tbk. yang peduli terhadap peningkatan sumber daya manusia

Indonesia, penulis bersyukur menjadi salah seorang yang diberi kesempatan untuk

meningkatkan potensi diri melalui jenjang akademik. Terima kasih secara khusus

juga penulis haturkan kepada Bapak Allan Goh yang telah memberikan

kesempatan dan motivasi kepada penulis sehingga kesempatan yang tidak terduga

ini dapat dijalani.

Kepada segenap jajaran Direksi PT Sampoerna Agro Tbk. penulis ucapkan

terima kasih yang tidak terhingga atas motivasi serta dukungan dana dan fasilitas

dalam menjalani pendidikan pasca sarjana ini. Kepada Staf dan Karyawan

PT Bina Sawit Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk, penulis juga mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas pemikiran, sumbang saran dan bantuan

(11)

ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA

Simple Sequence Repeats (SSR)

ZULHERMANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keragaman Genetik Intra dan

Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria

Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR) adalah karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Zulhermana

(13)

ZULHERMANA. 2009. Intra and Interpopulation Genetic Diversity Based on Simple Sequence Repeats (SSR) Markers Analysis of Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq.) Pisiferas Originated from Nigeria. Under direction of

SUDARSONO and DWI ASMONO.

The objectives of this experiment were to determine intra and inter population genetic diversity of TxP family and tissue culture clones of pisifera palm collections originated from Nigeria that have been used as pollen sources for producing oil palm’s DxP commercial.

Intra and interpopulation genetic diversity of Nigeria’s pisifera analisis in this experiment was assessed using 12 loci of oil palm’s specific SSR markers. Results of the experiment indicated out of 12 SSR marker loci evaluated, two loci were monomorphic in all pisifera palms evaluated while 10 loci were polymorphic. The average alele numbers of the marker in the pisifera populations were 3.7 aleles per locus.

The result showed that out of six different clonal populations of pisiferas palm analyze, intrapopulation of clone 22, 24 and 32 showed uniform alele profiles in almost all SSR marker loci tested, indicating the clonal nature of the population members. However, intrapopulation of clone 14, 23 and 33 showed diversity among individuals within population, indicating possibilities of either existance of somaclonal variation or mislabelled individuals. The results also showed that intrapopulation of four population of Nigeria pisifera’s TxP family were all on genetically diverse.

Interpopulation analysis showed that all of Nigeria’s pisiferas both clones and TxP family were band together as a cluster at 0,50 coefficient similarity value. However, interpopulation of Nigeria’s pisifera showed interrelated among population of clone and TxP family. Based on 12 loci of SSR markers data the pisifera clones were shown to have high similarity to a number of individual of the TxP pisifera population. The interrelation among Nigeria’s pisifera population indicating that there are genetic relationship among Nigeria’s pisiferas family.

Based on general combining ability analysis in the traits have been observed, result showed that TxP family 320 from family 24 of Nigeria’s pisifera have been selected as pollen sources for producing commercial DxP oil palm. All the Nigeria’s pisiferas palm have been selected by family and individual palm selection’s method and result showed that all the individual palm selected evenly distributed throughout the population group of TxP family 320 on the dendogram of UPGMA analysis.

Genetic diversity analysis based on SSR marker can be used to give an accurate information of genetic relatedness of oil palm germplasm and the molecular information can also be used as a tool for selection in order to maintain genetic variability to determine breeding activity for the future.

(14)

RINGKASAN

ZULHERMANA. 2009. Keragaman Genetik Intra dan Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR). Dibawah bimbingan SUDARSONO dan DWI ASMONO.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan, jika pada tahun 1970 hanya 133.000 ha, pada tahun 2008 telah mencapai 7,16 juta ha dan diperkirakan pada tahun 2009 luas areal pengembangan akan terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan permintaan benih untuk tanam baru dan tanam ulang mencapai hingga 150 juta benih di tahun 2009. Untuk memenuhi benih tersebut, kelapa sawit pisifera sebagai tetua jantan penghasil serbuk sari merupakan sumber genetik yang berperan penting dalam membentuk turunan yang unggul dan berkualitas.

Sumber genetik ini perlu mendapat perhatian, tidak hanya dalam bentuk mengumpulkan dan memelihara, tetapi juga mengkarakterisasi keragaman genetik, mengevaluasi sifat-sifat yang dikehendaki dan memanfaatkannya untuk pemuliaan tanaman. Bertitik tolak dari hal itu maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pisifera yang berasal dari Nigeria. Kelapa sawit pisifera tersebut digunakan sebagai sumber serbuk sari untuk menghasilkan benih Dura x Pisifera komersial.

Salah satu penelitian dilakukan untuk membandingkan penggunaan dua marka molekular, RAPD dan SSR untuk menganalisis keragaman genetik pisifera kelapa sawit yang berasal dari Nigeria. Hasil analisis UPGMA menunjukkan bahwa marka RAPD dan SSR mampu memisahkan individu pisifera Nigeria yang berasal dari TxP famili dan klon. Marka RAPD mengelompokan seluruh pisifera Nigeria pada tingkat kesamaan 0,83 sedangkan marka SSR pada koefisien 0,68. Ketika analisis dilakukan menggunakan marka RAPD dan SSR, seluruh pisifera klon membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 1,00 hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klon yang dianalisis benar-benar seragam

Berdasarkan keunggulan dari marka SSR yang bersifat kodominan, tingkat polimorfisme yang tinggi, penafsiran hasil yang sederhana dan reprodusibilitas yang tinggi maka marka SSR ini lebih lanjut digunakan untuk menganalisis keragaman genetik kelapa sawit pisifera Nigeria.

Penelitian analisis keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit pisifera Nigeria ini dilakukan menggunakan 12 marka SSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 marka yang digunakan, 10 marka bersifat polimorfis dan 2 marka yang lain bersifat monomorfis. Jumlah alel yang dihasilkan adalah 3,7 alel perlokus.

(15)

klon 14 dan 23 yang secara genetik berbeda dengan yang lain, dengan perbedaan satu lokus dari 12 lokus yang dianalisis. Adanya keragaman ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya variasi somaklonal. Sedangkan pada populasi klon 23 dan 33 juga terdapat masing-masing satu individu yang berbeda dengan yang lain, dengan perbedaan lima dan sepuluh lokus dari 12 lokus yang dianalisis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mislabelling pada saat kultur.

Analisis intrapopulasi empat pisifera Nigeria TxP famili yang dilakukan juga menunjukkan adanya keragaman pada seluruh populasi. Populasi TxP 317 membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 0,72 sedangkan populasi TxP 318 membentuk kelompok pada koefisien 0,50. Populasi TxP 319 membentuk kelompok pada koefisien 0,85 dan populasi TxP 320 membentuk kelompok pada koefisien 0,78.

Analisis interpopulasi pisifera Nigeria secara umum menunjukkan bahwa seluruh kelapa sawit pisifera asal Nigeria membentuk satu kelompok pada tingkat kesamaan 0,65. interpopulasi pisifera Nigeria dapat dibedakan atas empat kelompok yaitu kelompok pisifera TxP famili 319, kelompok pisifera TxP famili 318, kelompok pisifera TxP 320 dan kelompok Klon 33 dan14. Serta terdapat kelompok lain yang sangat berbeda yaitu kelompok klon 23 dan TxP 318/56.

Hasil uji keturunan (progeny test) dari lima famili DxP test cross terbaik dari masing-masing famili pisifera Nigeria menunjukkan bahwa pisifera Nigeria famili 24 menunjukkan keragaaan yang terbaik untuk karakter, pertambahan

tinggi (HI) sebesar 45 cm/tahun, tandan buah segar (FFB) sebesar 202 kg/pokok/tahun, total produk ekonomi (TEP) sebesar 54,30% dan

peningkatan total produk ekonomi seluruh pisifera (%TEP-all) sebesar 127,08%. Nilai daya gabung umum (GCA) tertinggi untuk karakter-karakter komponen minyak menyebar merata pada seluruh famili pisifera Nigeria. Pisifera Nigeria famili 14 menunjukkan rasio minyak per tandan (O/B) yang tertinggi dengan nilai 27,84%, famili 22 menunjukkan rasio buah pertandan (F/B) yang tertinggi dengan nilai 66,40%, famili 23 menunjukkan rasio kernel pertandan (K/B) yang tertinggi dengan nilai 5,23%, famili 24 menunjukkan rasio minyak per mesokarp segar (O/WM) yang tertinggi dengan nilai 53,47% dan famili 32 menunjukkan rasio mesokarp perbuah (M/F) yang tertinggi dengan nilai 81,20%. Sedangkan nilai GCA untuk karakter tandan buah segar (FFB), pertumbuhan meninggi (HI) dan total ekonomi produk (TEP) yang tertinggi terdapat pada pisifera Nigeria famili 24 dengan nilai masing-masing sebesar 172 kg/pokok/tahun, 52 cm/tahun dan 46,42%.

(16)

Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dalam pengkajian keragaman genetik berdasarkan marka molekuler terhadap sumber plasma nutfah kelapa sawit pisifera Nigeria ini, disarankan analisis marka molekuler dapat diikutsertakan sebagai salah satu perangkat seleksi dalam menyusun program pemuliaan kelapa sawit di masa depan. Informasi marka molekular berupa keragaman dan jarak genetik juga dapat membantu dalam pengkayaan basis genetik. Analisis keragaman genetik kelapa sawit menggunakan marker SSR ini dapat digunakan sebagai salah satu perangkat seleksi dalam pemeliharaan keragaman genetik yang tersedia, memberikan informasi yang akurat mengenai tingkat kekerabatan genetik, monitoring keseragaman di antara dan di dalam populasi klon serta pendeteksian kultur yang tercampur (mislabelling).

(17)

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(18)

ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA

Simple Sequence Repeats (SSR)

ZULHERMANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR)

Nama : Zulhermana

NRP : A151060101

Program Studi : Agronomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc Dr. Ir. Dwi Asmono, MS, APU Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS

(20)

Puji beriring syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

”Keragaman Genetik Intra dan Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeats (SSR)” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pendidikan dan penelitian ini

merupakan program pengembangan riset berkelanjutan dari PT Bina Sawit

Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk. dan seluruh pembiayaannya didanai

sepenuhnya oleh PT bina Sawit Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk.

Penulis mengawali penelitian ini dengan tanpa dasar pengetahuan akan

teknis dan analisis molekuler. Namun Alhamdulillah penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc dan Bapak Dr. Ir.

Dwi Asmono, MS, APU selaku pembimbing yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan mulai dari pemahaman tentang teknik dan analisis molekuler,

perencanaan, pelaksanaan hingga terselesaikannya penelitian ini dengan sangat

baik.

Ucapan terima kasih yang tidak berhingga secara khusus penulis sampaikan

kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Asmono, MS, APU selaku Direktur Riset

PT Sampoerna Agro Tbk. yang peduli terhadap peningkatan sumber daya manusia

Indonesia, penulis bersyukur menjadi salah seorang yang diberi kesempatan untuk

meningkatkan potensi diri melalui jenjang akademik. Terima kasih secara khusus

juga penulis haturkan kepada Bapak Allan Goh yang telah memberikan

kesempatan dan motivasi kepada penulis sehingga kesempatan yang tidak terduga

ini dapat dijalani.

Kepada segenap jajaran Direksi PT Sampoerna Agro Tbk. penulis ucapkan

terima kasih yang tidak terhingga atas motivasi serta dukungan dana dan fasilitas

dalam menjalani pendidikan pasca sarjana ini. Kepada Staf dan Karyawan

PT Bina Sawit Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk, penulis juga mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas pemikiran, sumbang saran dan bantuan

(21)

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB yang dikordinir

oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc dan seluruh staf tehnisi di laboratorium,

untuk ini penulis haturkan terima kasih. Kepada seluruh teman-teman di

Laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, saya ucapkan terima kasih atas

bantuan saran, tenaga dan motivasinya. Kepada seluruh team di statistical unit dan breeding unit kebun Surya Adi, PT Bina Sawit Makmur, terima kasih atas bantuan data dan pengiriman sampel daunnya. Semoga tetap menjadi team yang solid dan

sukses selalu. Tak lupa kepada seluruh team purchasing department dan payroll department PT Sampoerna Agro Tbk. yang membantu penyediaan bahan-bahan penelitian dan pengaturan pembiayaan penelitian ini, penulis ucapkan terima kasih

karena tanpa bantuan teman-teman penelitian ini tidak akan dapat berjalan dengan

baik.

Kepada motivator sejati, istri tercinta Zubaidah Harahap dan anak-anakku

M. Aulia Khairu Rizqy Sembiring dan Rifqy Arikin Halim Sembiring, penulis

ucapkan terima kasih karena selalu memberi dorongan semangat dan doa, walau

kadang terabaikan. Khusus kepada Ibunda tercinta Almh. Siti Rukiah br. Tarigan

penulis haturkan doa dan terima kasih karena cita-cita beliau menjadi semangat

kepada penulis untuk terus maju walaupun jenjang yang dicapai saat ini tidak

pernah terbayangkan beliau. Kepada Ayahanda serta seluruh keluarga terima

kasih atas dukungan dan doanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,

terutama keterbatasan informasi dan waktu penelitian. Namun demikian, penulis

berharap semoga tesis ini bermanfaat kepada pembaca dan semua pihak yang

membutuhkannya.

Bogor, Juli 2009

(22)

ZULHERMANA SEMBIRING dilahirkan di Kabanjahe Kabupaten Karo

Sumatera Utara pada tanggal 15 Pebruari 1970 sebagai putra pertama dari

ayahanda Y. Heryanto Sembiring dengan ibunda Almh. Siti Rukiah Br. Tarigan.

Pada tanggal 16 Pebruari 2003 penulis menikah dengan Zubaidah Harahap, dan

telah dikaruniai dua orang putra bernama M. Aulia Khairu Rizqy Sembiring dan

Rifqy Arikin Halim Sembiring.

Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di kota Medan, Sumatera

Utara; yaitu Sekolah Dasar Negeri No 060448 Medan (1983), Sekolah Menengah

Tingkat Pertama Negeri 8 Medan (1986), Sekolah Menengah Tingkat Atas

Negeri 1 Medan (1989). Gelar sarjana pertanian (S1) diperoleh dari Fakultas

Pertanian (Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan Tanaman)

Universitas Sumatera Utara di Medan (1995) dengan predikat sangat memuaskan.

Pada tanggal 3 Juli 1995 penulis diterima bekerja di PT Tania Selatan, salah

satu perusahaan perkebunan di Sumatera Selatan sebagai Asisten Lapangan.

Pada tahun 2003 penulis ditugaskan sebagai research officer kebun induk PT Bina Sawit Makmur, Selapan Jaya Group. Dan pada tahun 2006 penulis diberi

kesempatan untuk mengikuti pendidikan Pasca Sarjana di Institut Pertanian Bogor

pada program studi Agronomi. Sampai saat ini penulis bertugas sebagai

(23)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 5 Manfaat ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7 Kelapa Sawit ... 7 Pemuliaan Kelapa Sawit ... 13 Marka Molekuler ... 18

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MARKA RAPD DAN SSR DALAM ANALISIS KERAGAMAN GENETIK SEMBILAN AKSESI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA ASAL NIGERIA ... 19

Abstrak… ... 19 Abstract ... 20 Pendahuluan ... 21 Bahan dan Metode ... 23 Hasil dan Pembahasan ... 26 Kesimpulan ... 35

KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA KLON ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA SSR ... 36

(24)

xii

Halaman

KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA TxP FAMILI ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA SSR ... 53

Abstrak… ... 53 Abstract ... 54 Pendahuluan ... 55 Bahan dan Metode ... 57 Hasil dan Pembahasan ... 59 Kesimpulan ... 68

KAITAN ANTARA KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA ASAL NIGERIA DENGAN KARAKTER UTAMA SELEKSI ... 69

Abstrak… ... 69 Abstract ... 70 Pendahuluan ... 71 Bahan dan Metode ... 73 Hasil dan Pembahasan ... 76 Kesimpulan ... 83

PEMBAHASAN UMUM ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(25)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis primer dan urutan sekuen primer acak, jumlah marka RAPD dan ukuran marka RAPD yang dihasilkan oleh masing-masing primer ... 26 2. Nilai tingkat kemiripan antar empat individu ramet klon pisifera dan

lima individu dari famili TxP berdasarkan data marka RAPD ... 28 3. Nama primer, urutan sekuen primer, jumlah alel total dan alel

polimorfik dalam analisis marka SSR ... 30 4. Nilai tingkat kemiripan antar empat individu ramet klon pisifera dan

lima individu dari famili TxP berdasarkan data marka SSR ... 31 5. Hasil perbandingan analisis marka RAPD dan marka SSR dari

sembilan aksesi pisifera Nigeria ... 33 6. Nama lokus, urutan basa dan jumlah alel dari 12 marka SSR yang

digunakan dalam penelitian analisis keragaman genetik intra dan inter populasi kelapa sawit pisifera klon Nigeria ... 42 7. Jumlah alel dan nilai polimorfisme dari 13 primer SSR yang

digunakan dalam penelitian analisis keragaman genetik intra dan inter populasi kelapa sawit pisifera klon Nigeria . ... 43 8. Data keragaman intrapopulasi pisifera klon Nigeria yang dianalisis

menggunakan 12 marka SSR ... 46 9. Data perbedaan jumlah lokus intrapopulasi pisifera klon Nigeria dari

12 lokus yang diuji ... 47 10. Nama lokus, urutan basa dan jumlah alel dari 13 primer SSR yang

digunakan dalam penelitian analisa keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit pisifera TxP famili ... 59 11. Jumlah alel dan nilai polimorfisme dari 13 primer SSR.yang

digunakan dalam penelitian analisa keragaman genetik intra dan interpopulasi kelapa sawit pisifera TxP famili ... 60 12. Data koefisien kemiripan masing-masing populasi TxP family yang

membentuk satu kelompok ... 61 13. Data koefisien kemiripan masing-masing populasi TxP famili yang

membentuk keragaman ... 61 14. Data performance 5 (lima) individual DxP test cross terbaik dari

6 (enam) famili pisifera origin Nigeria. ... 77 15. Data performance 5 (lima) famili DxP test cross terbaik dari 6 (enam)

(26)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tanaman kelapa sawit komersial yang telah berbuah, yang merupakan persilangan antara dura x pisifera (DxP) dengan tetua pisifera yang digunakan berasal dari Nigeria ... 5 2. Tipe pembungaan monoecious pada tanaman kelapa sawit. Bunga

jantan (bj) dan bunga betina (bb) dalam dua tandan yang terpisah ... 6 3. Gambar bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit. (a) Tandan bunga

jantan kelapa sawit yang sedang antesis dan (b) Tandan bunga betina kelapa sawit yang siap diserbuki ... 6 4. Tenera yang merupakan persilangan tetua betina dura dengan tetua jantan pisifera ... 8 5. Keragaan DxP test cross dengan pejantan Nigeria. (a) Tanaman

dengan tipe buah virescence, (b) Tanaman dengan tipe buah nigrescence, (c) Tandan dan buah virescence, (d) Tandan dan buah nigrescence ... 10 6. Metode seleksi yang melibatkan dua heterotik group: Group A tetua

betina dura dan Group B tetua jantan pisifera ... 14 7. Dendrogram hasil analisis UPGMA pada sembilan aksesi

pisifera Nigeria menggunakan marka RAPD yang dihasilkan dari lima primer acak. ... 28 8. Contoh visualisasi marka RAPD yang dihasilkan dengan

menggunakan primer acak, OPR-11. ... 29 9. Dendrogram hasil analisis UPGMA pada sembilan aksesi

pisifera Nigeria menggunakan marka SSR yang dihasilkan dari lima primer spesifik. ... 32 10. Visualisasi DNA hasil amplifikasi plasma nutfah kelapa sawit pisifera

Nigeria menggunakan primer SSR, P-9 dan P-11. ... 32 11. Dendrogram analisis UPGMA populasi pisifera klon menggunakan

12 primer SSR. ... 45 12. Visualisasi profil pita hasil elektroforesis DNA kelapa sawit populasi

klon 33 dan klon 14 menggunakan primer SSR 1 dan 7 ... 48 13. Dendrogram analisis UPGMA populasi pisifera klon dan

keterkaitannya dengan pisifera TxP famili menggunakan 12 primer SSR ... 50 14. Dendrogram analisis UPGMA populasi pisifera TxP 318

menggunakan 12 primer SSR ... 62 15. Dendrogram analisis UPGMA populasi pisifera TxP 320

menggunakan 12 primer SSR ... 63 16. Visualisasi profil pita hasil elektroforesis DNA kelapa sawit populasi

(27)

xv

17. Dendrogram analisis UPGMA populasi pisifera TxP famili dan keterkaitannya dengan pisifera seluruh pisifera Nigeria menggunakan 12 primer SSR ... 66 18. Dendrogram keterkaitan hasil analisis UPGMA dari 12 primer SSR

(28)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silsilah populasi pisifera origin Nigeria (GHA 608) ... 97 2. Prosedur baku pembuatan larutan kimia dan ekstraksi DNA daun

kelapa sawit ... 98 3. Prosedur baku pembuatan larutan kimia dan elektroforesis horizontal

DNA kelapa sawit ... 110 4. Prosedur baku analisis SSR kelapa sawit ... 116 5. Prosedur pengolahan data molekuler menggunakan program

NTSYSpc versi 2.02 ... 133 6. Dendogram analisis UPGMA terhadap pisifera Nigeria menggunakan

(29)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AFLP : amplified fragment length polymorpism

ALJ : asam lemak jenuh

ALTJ : asam lemak tak jenuh

BC : backcross

BI : Bunch index

bp : basepair

BSM : Bina Sawit Makmur

CD : crown desease

CIRAD : centre de cooperation internationale en recherche

agronomiquepour le developpement

CPO : crude palm oil

CTAB : cetyl-trimethyl-ammoniumbromide

D : Dura

dATP : 2’-deoxyadenosine 5’-triphosphate

dCTP : 2’-deoxycytidine 5’-triphosphate

dGTP : 2’-deoxyguanosine 5’-triphosphate

DNA : deoxyribonucleic acid

dNTP : 2’-deoxy any base 5’-triphosphate

dTTP : 2’-deoxythymidine 5’-triphosphate

DxP : Dura x Pisifera

FAD : fatty acid desaturase

FIPS : family and individual palm selection

GCA : general combining ability

GHA : Ghana

IPC : Integral plate chamber

Jacq. : Jacquin (Nicolaus Joseph von Jacquin)

KIAA : kloroform : isoamilalkohol

LDM : Leaf dry matter

(30)

xviii

nig : nigrescence

P : Pisifera

PCR : polymerase chain reaction

PKO : palm kernel oil

PVPP : polyvinilpolypyrrolidone

QTL : quantitative trait loci

RAPD : random amplified polymorphic DNA

RFLP : ristriction fragment length polymorphisms

RRS : recurrent reciprocal selection

SCA : specific combining ability

SJ : Sriwijaya

SSR : simple sequence repeats

TAE : [Tris]-[Acetic Acid Glacial]-[EDTA]

Taq : Thermus aquaticus

TBS : tandan buah segar

TE : [Tris]-[EDTA]

TEP : Total Economic Product

TxP : Tenera x Pisifera

TxT : Tenera x Tenera

UPGMA : unweighted pair group method with arithmetic

UV : ultra violet

(31)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produktivitas kelapa sawit sebagai komoditi penghasil devisa terus

mengalami peningkatan. Bila pada tahun 1978, tingkat produksi CPO di Indonesia

hanya 501.284 ton, maka pada tahun 2008 tingkat produksi CPO telah mencapai

19,8 juta ton. Dari sisi luas areal, perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang pada

tahun 1970 hanya 133.000 ha dan pada tahun 2008 telah mencapai 7,16 juta ha.

Diperkirakan pada tahun 2009 luas areal pengembangan akan tetap mengalami

peningkatan. Permintaan benih untuk tanam baru dan tanam ulang pada tahun

2009 mencapai 150 juta benih. Devisa yang diperoleh dari ekspor 11,9 juta ton

minyak kelapa sawit dan turunannya pada tahun 2007 mencapai US$ 7,9 milyar.

Usaha perkebunan tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 3,3 juta kepala

keluarga (Dirjen Bun, 2008).

Kelapa sawit pisifera sebagai tetua jantan penghasil serbuk sari merupakan

sumber genetik yang berperan penting dalam membentuk turunan yang unggul

dan berkualitas. Sumber genetik kelapa sawit pisifera ini perlu mendapat

perhatian, tidak hanya dalam bentuk mengumpulkan dan memelihara, tetapi juga

mengkarakterisasi keragaman genetik, mengevaluasi sifat-sifat yang dikehendaki

dan memanfaatkannya untuk pemuliaan tanaman (Bennet 1993). Kelapa sawit

pisifera asal Nigeria merupakan salah satu tetua jantan penghasil serbuk sari yang

digunakan untuk produksi benih kelapa sawit DxP komersial. Hasil uji progeni

DxP test cross yang dilaksanakan di lahan S3 (kurang subur) di Sumatera Selatan menggunakan pisifera Nigeria (GHA 608) memperlihatkan hasil

dengan rerata produksi minyak 7,3 ton/tahun, rendemen 26,3% serta kecepatan

meninggi 56 cm/tahun pada TM 3-7 (BSM 2007).

Guna mendukung upaya pemberdayaan potensi plasma nutfah pada program

seleksi maka mutlak diperlukan kelengkapan informasi yang berkaitan dengan

berbagai karakter morfologi maupun genetiknya. Informasi genetik sangat

bermanfaat untuk memberi kelengkapan informasi tanaman dan mampu

(32)

memberi gambaran yang akurat tentang perbedaan genetik individu, baik pada

tingkat spesies maupun dengan kerabat jauhnya. Menurut Tanksley (1983),

penanda molekuler dapat mendeteksi variasi genetik dan polimorfismenya tidak

dipengaruhi oleh lingkungan.

Marka SSR untuk kelapa sawit pertama kali dikembangkan oleh CIRAD

Perancis. Bilotte et al. (2001) berdasarkan hasil analisis data multivariat melaporkan kemampuan marka SSR yang sangat efisien untuk menunjukkan

struktur keragaman genetik genus Elaeis sesuai dengan daerah asalnya. Berdasarkan tingkat variabilitas aleliknya yang tinggi, marka SSR dapat menjadi

perangkat yang sangat bermanfaat untuk kajian genetik genus Elaeis, antara lain untuk identifikasi plasma nutfah dan pemetaan genetik intra atau interspesifik.

Sanghai-Maroof et al. (1994) mengemukakan beberapa alasan pemakaian SSR yaitu; (1) melimpah, (2) terdistribusi dengan seragam, (3) sangat polimorfis, (4)

kodominan, (5) dihasilkan dengan cepat melalui PCR, (6) relatif sederhana untuk

ditafsirkan, dan (7) mudah diakses oleh laboratorium lain melalui publikasi

sekuen primer. Karena itu marka SSR ini dapat digunakan untuk mendeteksi

keragaman genetik populasi tanaman yang berkerabat dekat dengan lebih baik

dibandingkan dengan marka molekuler yang lain. Singh et al. (2007) juga menjelaskan bahwa marka SSR dapat digunakan untuk pengendalian mutu dalam

memproduksi klon kelapa sawit melalui kultur jaringan dalam skala komersial.

Penerapan marka SSR sebagai pelacak DNA sangat efektif untuk:

(1) mengidentifikasi klon, (2) mendeteksi tercampurnya kultur, (3) memonitor

keseragaman garis keturunan dan (4) mengkonfirmasikan identitas ramet untuk

recloning.

Karakterisasi keragaman genetik secara molekuler terhadap sumber plasma

nutfah dapat membantu pemulia menyeleksi progenitor dari populasi dasar untuk

menyusun program pemuliaan. Keragaman genetik dan jarak genetik yang

ditentukan berdasarkan marka molekuler juga dapat membantu dalam pengkayaan

basis genetik. Marka molekuler dapat juga bermanfaat untuk mengevaluasi

duplikat dan defisiensi khusus dalam bank plasma nutfah sehingga menghasilkan

strategi pemeliharaan dan pengelolaan koleksi yang efisien. Data marka

(33)

untuk meminimalkan jumlah pemeliharaan keturunan yang tidak perlu dalam bank

plasma nutfah dan memudahkan akses pemulia terhadap bank plasma.

Karakterisasi molekuler dapat membantu menyeleksi pohon-pohon yang dapat

digunakan sebagai ortet. Hal ini akan sangat bermanfaat bila sudah diketahui

secara jelas keterkaitan (linkage) antara lokus marka molekuler dan lokus penentu sifat kuantitatif yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti kandungan minyak

buah. Oleh karena itu, analisis linkage antara marka molekuler dan lokus-lokus sifat kuantitatif (QTL) menjadi fokus penelitian masa depan (Setiyo et al. 2001).

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengevaluasi keragaman genetik

plasma nutfah intra dan interpopulasi TxP famili kelapa sawit pisifera Nigeria,

(2) Mengevaluasi keragaman genetik plasma nutfah kelapa sawit intrapopulasi

klon pisifera Nigeria dan (3) Melihat keterkaitan komponen vegetatif dan

generatif serta keragaman genetik pisifera origin Nigeria.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai: (1) Bahan

informasi yang akurat mengenai tingkat kekerabatan genetik plasma nutfah

pisifera Nigeria, (2) Dasar bagi kepentingan penetapan aktivitas program

pemuliaan kelapa sawit di masa datang dan upaya melakukan konservasi sumber

daya genetik kelapa sawit, (3) Dasar seleksi dan pelestarian serta pemeliharaan

plasma nutfah yang potensial dan (4) Deteksi dini serta konfirmasi asal tanaman

(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Asal

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat dan ada beberapa bukti kuat yang mendukungnya. Di Abydos (3000 SM)

ditemukan lemak dalam kendi yang terkubur di makam, yang diduga berasal dari

kelapa sawit. Fosil polen mirip dengan polen kelapa sawit yang dipelihara saat ini

ditemukan di Afrika Barat dari jaman Miocene dan dari lapisan yang lebih muda

di delta Niger, serta bukti lingustik yang menyebutkan ditemukannya spesies

pohon mirip kelapa sawit. Elaeis oleifera atau Elaeis melanococca merupakan spesies kelapa sawit yang banyak tumbuh di Amerika. Ada pendapat lain bahwa

kelapa sawit berasal dari Amerika yang kemudian dibawa ke Afrika. Ada dua

alasan yang mendukung bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika, yaitu (1) Palma

tersebut tumbuh di area pantai Brazil dan (2) Seluruh genera berasal dari Amerika.

Ketika Colombus menemukan Amerika, diyakini bahwa kelapa sawit sudah

tumbuh di Amerika. Akan tetapi, tidak ada catatan otentik tentang hal itu (Hartley

1988).

Tanaman kelapa sawit diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1848.

Sebanyak empat bibit kelapa sawit ditanam di Kebun Raya Bogor. Dari keempat

bibit tersebut, dua bibit diintroduksi dari Bourbon atau Mauritius pada

bulan Pebruari 1848, dau bibit yang lain diintroduksi dari Amsterdam pada

bulan Maret 1848 (Pamin 1998).

Botani

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), berasal dari bahasa Yunani, yaitu

elaion yang berarti minyak dan guineensis yang menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari pantai Guinea Afrika Barat, sedangkan Jacq., adalah singkatan dari nama belakang Nicolaus Josef von Jacquin, orang yang memberi

nama kelapa sawit secara botani (Hartley 1977). Tanaman ini memiliki genom

(35)

Tanaman kelapa sawit tergolong monokotil. Akarnya terdiri atas akar

primer, sekunder, tersier dan kuarter serta merupakan akar serabut yang sebagian

besar berada dekat permukaan tanah dengan kedalaman 15-30 cm. Batangnya

tegak tidak bercabang, berdiameter 40-75 cm dan dengan tinggi batang dalam

pembudidayaan tidak lebih dari 15-18 m (Gambar 1). Daunnya majemuk dengan

pelepah daun tersusun melingkari batang berbentuk spiral. Panjang pelepah daun

mencapai 9 m dan panjang helaian daun mencapai 1.2 m dengan jumlah 100-160

pasang. Untuk perkebunan kelapa sawit, jumlah pelepah daun yang dipertahankan

sekitar 30-50 pelepah (Hartley 1977).

Tipe pembungaan kelapa sawit adalah monoecious, berarti bunga jantan dan betina ada di satu tanaman, tetapi pada tandan yang berbeda (Gambar 2). Bentuk

bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 3.

[image:35.612.197.448.354.644.2]

Rasio bunga jantan terhadap betina dapat dipengaruhi keadaan iklim. Pada musim

(36)
[image:36.612.135.506.78.338.2]

Gambar 2. Tipe pembungaan monoecious pada tanaman kelapa sawit. Bunga jantan (bj) dan bunga betina (bb) dalam dua tandan yang terpisah.

Gambar 3. Gambar bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit. (a) Tandan bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis dan (b) Tandan bunga betina kelapa sawit yang siap diserbuki.

kemarau biasanya bunga jantan yang mendominasi sedangkan pada musim

penghujan bunga betina yang mendominasi. Kadangkala dijumpai bunga

hermaprodit pada tanaman kelapa sawit muda yang berumur sekitar 2-4 tahun,

bunga ini akan menyusut atau hilang sejalan dengan bertambahnya umur tanaman.

Pada setiap ketiak pelepah daun kelapa sawit tumbuh hanya satu tandan bunga,

a

b

bj

(37)

dapat berupa bunga jantan atau bunga betina. Periode antesis bunga jantan dan

reseptif bunga betina tidak bersamaan sehingga memungkinkan terjadinya

penyerbukan silang antar pohon kelapa sawit. Buah kelapa sawit merupakan buah

batu yang terdiri atas kulit buah, daging buah, cangkang dan inti yang tersusun

dalam satu tandan. Minyak sawit sebagian besar (20-27%) terdapat pada perikarp

(kulit buah) dan mesokarp (daging buah) sedangkan pada bagian inti hanya

mengandung sedikit minyak (4-6%) (Hartley 1977).

Berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa sawit dapat dibedakan menjadi

kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Dura: persentase mesokarp terhadap buah bervariasi antara 35-55%,

meskipun ada yang mencapai 65%; ketebalan cangkang 2-8 mm; tidak

mempunyai lingkar serabut di sekeliling inti; inti relatif besar dan rendemen

minyak relatif rendah (17-18%). Penampang biji dura dapat dilihat pada

Gambar 4. Dura sengat baik digunakan sebagai induk betina dalam produksi

benih komersial.

b) Pisifera: tidak mempunyai cangkang; cangkang digantikan oleh lingkar

serabut di sekeliling inti; persentase mesokarp terhadap buah sangat besar dan

rendemen minyak sangat tinggi (45-50%). Penampang biji pisifera dapat

dilihat pada Gambar 4. Pisifera disebut juga sebagai pohon betina yang steril

karena sebagian besar tandan aborsi pada awal perkembangannya. Sehingga ia

digunakan sebagai induk jantan dalam produksi benih komersial.

c) Tenera: merupakan hasil persilangan dura dengan pisifera; banyak ditanam

secara komersil di perkebunan dan mempunyai karakteristik gabungan dari

kedua induk ura dan pisifera. Ketebalan cangkang 0.4-4 mm; di sekelilingnya

ada lingkar serabut dan perbandingan mesokarp terhadap buahnya cukup

tinggi mencapai (60-96%). Tenera menghasilkan tandan relatif lebih banyak

dibandingkan dura, walaupun ukuran tandannya lebih kecil dari dura.

Rendemen minyak mencapai 22-24% (Soehardjo et al. 1996). Penampang biji tenera dapat dilihat pada Gambar 4. Tenera merupakan tanaman kelapa sawit

komersial yang ditanam untuk menghasilkan minyak sawit.

Sifat ketebalan cangkang pada masing-masing tipe kelapa

(38)
[image:38.612.131.509.72.350.2]

Gambar 4. Tenera yang merupakan persilangan tetua betina dura dengan tetua jantan pisifera.

(Sh+ dan Sh-) yang berekspresi kodominan. Secara teoritis bila pohon dura

(Sh+ Sh+) disilangkan dengan pohon tenera (Sh+ Sh-) maka dalam proses

reproduksinya, pohon dura akan menyumbangkan satu jenis gamet (Sh+)

sedangkan pohon tenera menyumbangkan dua jenis gamet (Sh+ dan Sh-). Dalam

proses penyerbukan dan pembuahan, gamet dari masing-masing tetua akan

berpadu bebas sehingga pada turunannya akan terbentuk 50% tipe dura dan

50% tipe tenera. Tetapi variasi ketebalan cangkang yang terlihat pada

masing-masing tipe disebabkan oleh perbedaan perkembangan lignifikasi cangkang yang

diwariskan secara kuantitatif dan dikendalikan oleh banyak gen (Corley et al. 1978). Tenera lebih disukai untuk digunakan sebagai bahan tanaman komersial

(Setiyo et al. 2001). Karena mempunyai proporsi kandungan minyak di dalam mesokarpnya 30% lebih besar dari dura. Untuk mendapatkan 100% tenera (DxP)

maka tetua betina tipe dura (DxD) disilangkan dengan tetua jantan tipe pisifera

(TxP) (Gambar 4).

Dura (Sh

+

Sh

+

)

X

Pisifera (Sh

-

Sh

-

)

(39)

Pisifera Nigeria

Kelapa sawit pisifera Nigeria merupakan salah satu sumber tetua jantan

penghasil serbuk sari yang digunakan untuk produksi benih kelapa sawit DxP

unggul untuk skala komersial. Pisifera Nigeria yang ada di PT Bina Sawit

Makmur berasal dari Pusat Penelitian Kade di Ghana yang dihasilkan melalui

kerja sama Wonkkyo-Appiah pada tahun 1978. Tetua betina pisifera Nigeria yang

digunakan untuk menghasilkan (GHA 608) berasal dari Calabar, sedangkan tetua

jantannya berasal dari keturunan Ufama dan Aba (BSM 2004). Dari serangkaian

penelitian yang dilakukan di ASD Costa Rica diketahui kinerja material GHA 608

yang baik, yaitu pertambahan meninggi yang lambat dan produksi tandan serta

ekstraksi minyak yang tinggi dibanding materi genetik pisifera lainnya. Penelitian

lanjutan yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan bahwa DxP testcross

menggunakan pisifera Nigeria (GHA 608) yang ditanam di lahan S3 (kurang

subur) di Sumatera Selatan memperlihatkan hasil yang baik dengan rataan

produksi minyak 7,3 ton per tahun, rendemen minyak 26,3% dan kecepatan

meninggi 56 cm/tahun pada TM 3-7 (BSM 2007).

Benih kelapa sawit DxP unggul dengan pejantan pisifera Nigeria

ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia melalui SK

No. 435/Kpts/LB.320/7/2004 dan diberi nama DxP Sriwijaya 1. Populasi pisifera

Nigeria yang ada di PT Bina Sawit Makmur saat ini terdiri atas pisifera dari famili

TxP dan pisifera klon. Saat ini sebagai pejantan penghasil serbuk sari yang

digunakan hanyalah pisifera Nigeria dari famili TxP, sedangkan pisifera Nigeria

yang berasal dari klon belum digunakan sebagai pejantan penghasil serbuk sari

secara komersial karena masih perlu penelitian lebih lanjut berupa studi pewarisan

genetik, fisiologi, maupun analisis molekuler (DNA) untuk mengkonfirmasi

identitas dan normalitas pisifera dan turunan DxP-nya (BSM 2007).

Karakteristik morfologi DxP testcross menggunakan sumber serbuk sari pisifera Nigeria ini menghasilkan dua tipe warna buah (Gambar 5) yaitu tipe

(40)
[image:40.612.133.507.77.370.2]

Gambar 5. Keragaan DxP test cross dengan pejantan Nigeria. (a) Tanaman dengan tipe buah virescence, (b) Tanaman dengan tipe buah nigrescence, (c) Tandan dan buah virescence, (d) Tandan dan buah nigrescence.

Karakteristik lain dari DxP test cross dengan sumber serbuk sari pisifera Nigeria adalah pertumbuhan meninggi yang relatif lambat, dengan kecepatan

meninggi 56 cm per tahun berdasarkan data dari tanaman hingga berumur 9 tahun

yang ditanam pada lahan S-3 (kurang subur), jenis tanah alluvial (aquic kandiudultc, plinthaquic kandiudults) dengan iklim yang relatif kering dan

distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun di daerah Sumatera

Selatan (BSM 2007). Karakteristik sekunder tipe buah virescence dan pertumbuhan meninggi yang lambat ini cukup memberikan nilai tambah yang

bermanfaat dalam budidaya kelapa sawit.

Sampai saat ini untuk produksi benih DxP komersial di PT Bina Sawit

Makmur, PT Sampoerna Agro Tbk. hanya digunakan pejantan pisifera Nigeria

yang berasal dari famili TxP. Salah satu kerugian penggunaan famili TxP sebagai

pejantan (tanaman tipe pisifera) karena 50% yang lain akan menjadi tanaman tipe

tenera yang tidak digunakan sebagai pejantan. Pisifera Nigeria yang berasal dari

a

b

d

(41)

perbanyakan klonal masih belum digunakan secara karena kekhawatiran akan

timbulnya abnormalitas pembungaan, yaitu kemunculan buah mantel pada turunan

yang dihasilkan. Berbeda dengan famili TxP yang hanya 50%-nya pisifera, semua

individu dalam klon pisifera adalah tanaman pisifera. Hal ini merupakan nilai

positif penggunaan pisifera klon dalam produksi kelapa sawit DxP secara

komersial.

Serangkaian penelitian untuk membuktikan keberadaan abnormalitas

pembungaan tersebut masih terus dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas

penggunaan pejantan klon pisifera Nigeria dalam memproduksi DxP testcross. Salah satu keunggulan dari pejantan klon pisifera Nigeria adalah populasi

tanamannya relatif seragam dan bentuk buah yang seluruhnya bertipe virescence. Penelitian berbasis molekuler diharapkan dapat membantu mempercepat

penggunaan pejantan klon pisifera Nigeria untuk merakit varitas unggul kelapa

sawit DxP pada skala komersial (BSM 2007)

Pemuliaan Kelapa Sawit

Tujuan Pemuliaan

Pemuliaan kelapa sawit Indonesia menurut Asmono et al. (2005) umumnya ditujukan untuk menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit unggul yang memiliki

produktivitas minyak tinggi dan karakteristik sekunder (auxiliary traits) tertentu dan spesifik seperti kualitas minyak, fenologi, ketahanan terhadap cekaman biotik

atau cekaman abiotik.

a) Perbaikan CPO

Pemuliaan untuk perbaikan kandungan CPO menjadi perhatian utama

seluruh lembaga riset kelapa sawit. Hal ini tidak terlepas dari nilai keunggulan

kompetitif kelapa sawit yang mampu menghasilkan minyak dalam

kuantitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman penghasil

minyak lainnya. Untuk perbaikan produktivitas CPO, seleksi ditekankan

pada komponen-komponen utama yang terkait dengan produksi tandan

(42)

b) Perbaikan PKO

Minyak inti sawit (PKO) mengandung asam laurat yang berkisar antara

41-55% sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan

baku industri oleokimia. Seiring dengan pengembangan industri hilir kelapa

sawit, permintaan terhadap PKO akan terus meningkat. Saat ini, produksi

rata-rata PKO dari bahan tanaman kelapa sawit komersial hanya sebesar

0,28 ton/ha/tahun. Seleksi dilakukan untuk memperoleh bahan tanaman yang

memiliki persentase inti per buah di atas 10%. Melalui perbaikan persentase

inti per buah dari 5 % menjadi lebih dari 10%, diharapkan dapat meningkatkan

produksi minyak inti menjadi 0,5-1,0 ton/ha/tahun.

c) Kultivar yang Seragam

Peningkatan produksi minyak kelapa sawit per satuan luas, telah dapat

dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman klonal. Peningkatan produksi

terjadi karena bahan tanaman klonal diharapkan mempunyai keseragaman

fenotipe di lapangan. Dalam hal ini, induk yang diperbanyak secara klonal

adalah 5% terbaik dari populasi tanaman unggul.

d) Perbaikan asam lemak tak jenuh (ALTJ)

Kepedulian akan kesehatan mendorong pemulia kelapa sawit untuk menaruh

perhatian yang lebih serius terhadap perbaikan kualitas minyak, terutama

kandungan ALTJ dan β karoten, tokoferol serta tokotrienol. Program silang

balik (back cross) antara E. oleifera dan E. guineensis dengan sasaran utama memindahkan alel bermanfaat yang berasosiasi dengan ALTJ dari E. oleifera

ke E. guineensis saat ini terus dilakukan. e) Perbaikan fenologi tanaman.

Pengembangan kultivar dengan karakter batang yang pendek dan tajuk yang

kompak sangat diinginkan karena meningkatkan umur ekonomis dan efisiensi

manajemen tanaman.

f) Toleransi terhadap cekaman biotik dan abiotik

Sejalan dengan meningkatnya intensitas penanaman kembali dan perluasan

areal kelapa sawit ke areal baru dengan tanah yang marjinal, di masa yang

akan datang dibutuhkan bahan tanaman yang memiliki toleransi terhadap

(43)

ketahanan terhadap ganoderma dan bahan tanaman yang memiliki sifat toleran terhadap cekaman kekeringan serta toleran terhadap tanah masam

(gambut) merupakan bahan tanaman yang perlu dikembangkan.

Metode Pemuliaan

Asmono et al. (2005) juga menjelaskan bahwa plasma nutfah yang mempunyai keragaman genetik tinggi menjadi bekal utama bagi lembaga riset

yang bekerja untuk pemuliaan kelapa sawit Indonesia. Plasma nutfah tersebut

diperlukan untuk perakitan dan perbanyakan varietas, yang dapat dilakukan

dengan beberapa strategi yaitu; seleksi berulang timbal balik (Recurrent Reciprocal Selection, RRS), seleksi famili dan individu (Family and Individual Palm Selection, FIPS), silang balik, biak sel dan jaringan, serta MAS ( marker-assisted breeding).

a) RRS (Recurrent Reciprocal Selection)

Penggunaan RRS diilhami oleh Comstock dan Robinson (1949) yang

memperkenalkan alat bantu seleksi dengan sasaran utama meningkatkan

alel-alel bermanfaat, mempertahankan keragaman genetik, dan mengeksploitasi

heterosis. Sejalan dengan temuan dua gugus heterotik pada kelapa sawit,

dura dan pisifera, Gascon et al. (1989) menyarankan penggunaan metode RRS untuk memperbaiki produktivitas minyak tanaman kelapa sawit.

Efektivitas program RRS untuk mengeksploitasi heterosis pada kelapa sawit

telah dibuktikan oleh Gascon et al. (1989). Hasil pengujian di Pantai Gading menunjukkan bahwa hasil siklus ke-1 RRS yang dilakukan mampu

meningkatkan produktivitas minyak sebesar 18%. Pada akhir siklus ke-2

RSS, produktivitas minyak meningkat 36%, relatif terhadap rataan

produktivitas minyak pada populasi dasar DxP pra-RRS. Penerapan strategi

RRS menurut Asmono et al. (2005) melibatkan dua heterotik group yaitu, Group A yang mencakup materi tetua betina dura dan Group B tetua jantan,

pisifera dari famili tenera/pisifera (Gambar 6). Dari populasi dasar yang

telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis

dan menentukan individu tanaman terbaik yang dilihat berdasarkan

(44)
[image:44.612.182.465.77.305.2]

Gambar 6. Metode seleksi yang melibatkan dua heterotik group: Group A tetua betina dura dan Group B tetua jantan pisifera.

keturunan (progeny test) untuk mengetahui daya gabung umum (GCA) dan daya gabung khusus (SCA) dari tetua (progenitor) masing-masing persilangan

yang diuji. Dari hasil pengujian keturunan diperoleh data yang menunjukkan

potensi dan daya gabung dari tetua-tetua yang digunakan. Berdasarkan data

tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua terpilih yang dapat

dijadikan sebagai pohon induk untuk produksi benih komersial. Selain

penentuan pohon induk untuk benih komersial, pada tahapan seleksi ini juga

dipilih tetua-tetua terpilih yang akan direkombinasikan (saling silang antar

tetua DxP dan antar tetua TxT) untuk mencari segregan dan rekombinan

dengan potensi yang lebih baik pada siklus pemuliaan berikutnya. Pemilihan

tetua yang terpilih akan direkombinasikan berdasarkan atas data hasil uji

keturunan. Melalui segregasi dan rekombinasi diharapkan dapat terbentuk

populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar

sebelumnya.

b) FIPS (Family and Individual Palm Selection)

Prosedur pemuliaan yang lain adalah dengan menerapkan strategi seleksi

yang didasarkan pada seleksi famili dan individu, yang lazim disebut Family

Seleksi Tetua Elite Dura

Seleksi Tetua Elite Pisifera

DXD SELF DXD REKOMBINASI

TXT SELF; REKOMBINASI TXP REKOMBINASI Superior DxP pada

Seed Production

DXP TEST CROSS GENERASI LANJUT

Nilai Fenotipe Dura

Nilai Fenotipe Pisifera

PROGENI D x P

GCA – SCA Tests

DURA PISIFERA

IMPROVED

(45)

and Individual Palm Selection (FIPS). Menurut Asmono et al. (2005) seleksi dan rekombinasi dilakukan pada famili dura, sedangkan untuk

pengujian dura-dura tersebut disilangkan dengan tester berupa pisifera

unggul. Tujuan utama dari penggunaan FIPS adalah untuk memperbaiki

produksi CPO. Prosedur seleksi ini juga dilakukan untuk memperbaiki sifat

sekunder, seperti pertumbuhan meninggi yang lambat. Keberadaan varietas

yang mengandung CPO tinggi dan mempunyai pertumbuhan meninggi yang

lambat diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi kelapa sawit.

c) Biak Sel dan Jaringan.

Peningkatan produksi minyak kelapa sawit per satuan luas areal juga dapat

dilakukan dengan menggunakan material kelapa sawit klonal hasil kultur

jaringan. Pengembangan klon melalui teknologi kultur jaringan ini masih

terus dilakukan. Hasil pengamatan di lapang pada percobaan PPKS

menunjukkan bahwa tanaman klon asal kultur jaringan mampu menghasilkan

tandan buah segar (TBS) 30-40% lebih tinggi dari produksi TBS tanaman asal

benih (Latief et al. 2003). Peningkatan produksi terjadi karena keseragaman tanaman klonal dan karena penggunaan pohon induk terpilih dari 5% terbaik

populasi DxP hasil seleksi RRS. Namun demikian kendala terbesar yang

dihadapi bahan tanaman asal kultur jaringan adalah keberadaan tandan buah

yang abnormal (mantled).

d) Silang Balik (Backcross). Backcross merupakan prosedur umum yang digunakan untuk mentransfer karakter-karakter spesifik dari satu spesies ke

spesies lainnya. Saat ini dikenal dua spesies utama pada kelapa sawit:

E. guineensis yang berasal dari Afrika dan E. Oleifera yang berasal dari Amerika. Kelapa sawit komersial yang dikenal saat ini, E. guineensis, memiliki berbagai keunggulan, utamanya kandungan CPO yang tinggi.

Namun demikian, ada beberapa kelemahan diantaranya komponen penting,

seperti kandungan asam lemak tak jenuh (ALTJ), pada E. guineensis umumnya sangat rendah (hanya 40-60 %) dengan pertumbuhan meninggi

yang relatif cepat. Di sisi lain, E.oleifera dikenal sebagai spesies kelapa sawit yang memiliki kandungan CPO sangat rendah, persentase ALTJ sangat tinggi

(46)

lembaga riset dengan menggunakan metode backcross, saat ini berupaya untuk mentransfer karakter unggul E. oleifera, utamanya ALTJ tinggi, ke

E, guineensis. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan kelapa sawit unggul yang mempunyai kandungan CPO sekaligus ALTJ yang tinggi.

d) Marker-Assisted Selection (MAS).

Untuk memecahkan kendala inefisiensi program pemuliaan diperlukan

pendekatan baru dengan sasaran memperpendek siklus seleksi. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggabungkan teknologi marka

molekuler ke dalam kegiatan seleksi, atau lazim disebut marker-assisted selection (MAS). Secara empiris maupun teoritis MAS efektif dan mampu memperpendek siklus seleksi pada berbagai tanaman. Integrasi marka

molekuler ke dalam program seleksi membawa dua implikasi penting bagi

pemuliaan tanaman kelapa sawit. Pertama, pengurangan jumlah siklus seleksi

sejalan dengan peningkatan efektifitas seleksi. Kedua, pengurangan waktu

yang diperlukan untuk uji keturunan di dalam satu siklus seleksi, karena siklus

seleksi berikutnya dapat dilakukan tanpa harus menunggu tanaman mencapai

puncak usia menghasilkan. Pada tanaman kelapa sawit, secara normal satu

siklus seleksi memerlukan waktu antara 7-10 tahun. Jika marka molekuler

mampu mendeteksi keunggulan suatu karakter sejak dini, maka siklus seleksi

berikutnya dapat dimulai pada saat tanaman mulai belajar menghasilkan yaitu

umur 2-3 tahun (Asmono et al. 2005).

Marka Molekuler

Potensi

Keragaman genetik secara konvensional dapat terjadi karena segregasi,

rekombinasi atau mutasi alami. Dengan kemajuan teknologi, keragaman

genetik juga dapat diinduksi melalui variasi somaklonal, perlakuan radiasi

sinar gamma, fusi protoplas dan rekayasa genetika. Informasi mengenai

keragaman genetik plasma nutfah perlu diketahui karena sangat penting untuk

(47)

Keragaman genetik juga sangat diperlukan dalam pengembangan program

pemuliaan tanaman (Bennet 1993).

Pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan teknik bantuan molekuler

(molecular breeding) merupakan kegiatan pemuliaan tanaman bantuan yang melibatkan pemakaian marka DNA untuk memfasilitasi proses pemuliaan

tersebut. Berdasarkan sejarahnya, para pemulia tanaman mengandalkan fenotipe

tanaman dalam rangka pengembangan kultivar tanaman dengan sifat-sifat yang

unggul. Para pemulia dapat menggunakan teknik molekuler sebagai alat untuk

melengkapi teknik pemuliaan klasik (Forbes 2000).

Sekarang, teknologi marka molekuler mengandalkan amplifikasi sejumlah

kecil DNA melalui polymerase chain reaction (PCR). Fragmen yang teramplifikasi dipisahkan melalui gel elektroforesis dan divisualisasikan melalui

pewarnaan dengan pewarna spesifik untuk DNA. Dengan marka molekuler,

proses seleksi dapat dipercepat. Selain itu, lokus DNA yang bertanggung jawab

terhadap sifat kuantitatif tertentu dapat dipetakan (Jung 1999).

Potensi penggunaan marka sebagai alat untuk melakukan karakterisasi

genetik tanaman telah dikenal sejak puluhan tahun lalu. Marka bisa dikategorikan

sebagai marka morfologi, sitologi, dan yang terbaru adalah marka molekuler

(Moritz dan Hillis 1996). Informasi genetik tanaman dapat diduga dengan

menggunakan marka molekuler, seperti isozim, RFLP, RAPD, SSR, AFLP, dan

yang lainnya (Plieske dan Struss 2001).

SSR (simple sequence repeats)

Dalam DNA pada individu eukariot terdapat tiga kelas pengulangan fraksi

DNA, yaitu fraksi sangat berulang (highly repeated fraction), fraksi berulang secara moderat (moderately repeated fraction), dan fraksi tidak berulang (nonrepeated fraction). Fraksi sekuen sangat berulang terdiri atas satelit DNA, minisatelit DNA, dan mikrosatelit DNA. Pengulangan sekuennya tersusun secara

tandem. Satelit DNA terdiri atas sekuen-sekuen pendek dengan ukuran 5-10 bp

yang jumlah pengulangannya sangat banyak sehingga membentuk cluster sangat besar dan panjang DNA-nya dapat mencapai 100 juta bp. Minisatelit DNA,

(48)

mengandung 1000-3000 pengulangan. Mikrosatelit DNA terdiri atas

sekuen-sekuen pendek dengan ukuran 2-5 bp dan berada pada cluster yang rata-rata pengulangannya maksimum 100 kali (Karp 1996). Sekuen berulang

sederhana yang dimiliki mikrosatelit atau SSR, tersebar secara acak dalam genom

eukariot.

Saghai-Maroof et al. (1994) mengemukakan beberapa alasan pemakaian SSR untuk analisis molekular yaitu: (1) melimpah, (2) terdistribusi dengan

seragam, (3) sangat polimorfis, (4) kodominan, (5) dihasilkan dengan cepat

melalui PCR, (6) relatif sederhana untuk ditafsirkan, dan (7) mudah diakses oleh

laboratorium lain melalui publikasi sekuen primer. Bahkan Powell et al. (1996) membuktikan bahwa dari empat marka molekuler yang diuji (RFLP, RAPD,

AFLP dan SSR) marka SSR memiliki kandungan informasi (kemampuan untuk

membedakan genotipe) yang paling tinggi untuk mengevaluasi plasma nutfah

kedelai dibandingkan dengan marka molekuler yang lain .

Penerapan SSR pada Tanaman Kelapa Sawit

Marka SSR untuk kelapa sawit pertama kali dikembangkan oleh C

Gambar

Gambar 1. Tanaman kelapa sawit komersial yang telah berbuah, yang merupakan persilangan antara dura x pisifera (DxP) dengan tetua pisifera yang digunakan berasal dari Nigeria
Gambar 3. Gambar bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit. (a) Tandan bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis dan (b) Tandan bunga betina kelapa sawit yang siap diserbuki
Gambar 4.  Tenera yang merupakan persilangan tetua betina dura dengan tetua jantan pisifera
Gambar 5. Keragaan DxP test cross dengan pejantan Nigeria. (a) Tanaman dengan tipe buah virescence, (b) Tanaman dengan tipe buah nigrescence,     (c) Tandan dan buah virescence, (d) Tandan dan buah nigrescence
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “ Intensitas Serangan Oryctes rhinoceros

Jika zat cair yang digunakan adalah minyak transformator maka pada saat tegangan diterapkan pada dua buah elektrode yang dicelup pada minyak transfor- mator, akan

Tombol 3 berfungsi untuk proses menahan tangki utama dalam keadaan vakum Pada Gambar 8 ketika tombol 3 ditekan warna tombol akan berubah menjadi warna hijau dan

Spearman’s rho, hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan antara pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresif remaja di SMK Negeri 11 Medan” diterima.. Remaja yang

Disisi lain persepsi mahasiswa atas harga pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian mahasiswa terhadap harga (biaya pendidikan) yang ditawarkan perguruan

Hasil uji statistik antara infeksi Askariasis dengan pendapatan orangtua pada murid SDN 29 Purus Padang diperoleh hasil p value 0,370 ( p > 0,05), dengan

Hubungan Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2.. dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP H.Adam

Hasil penelitian dengan menggunakan media permainan kartu domino diperoleh data bahwa aktivitas belajar peserta didik meningkat dari siklus I ke siklus II, peserta