RADIO ER-DAMMAH 107,7 FM
SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)
Herdiawan
NIM: 104051001863
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
RADIO ER-DAMMAH 107,7 FM
SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)
oleh :
Herdiawan
NIM: 104051001863
Di bawah bimbingan:
M. Hudri, M.Ag
NIP. 150 289 437
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAN NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul RADIO ER-DAMMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH ini telah di ujikan dalam siding munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 15 Desember 2008 M. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memeproleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 Desember 2008 M Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA NIP. 150 254 102
Sekretaris Merangkap Anggota
Umi Musyarofah, MA NIP. 150 281 980
Penguji I
Prof. Dr. H. Ismah Salmah, M.Hum NIP. 150 096 770
Penguji II
Drs. Suhaimi, M.Si NIP. 150 270 810
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Radio merupakan teknologi komunikasi massa yang sifatnya portable, dapat dibawa ke mana-mana; murah, dapat dimiliki oleh rakyat jelata. Karena karakteristik ini, maka boleh dikatakan, radio merupakan saluran dakwah yang efektif. Dakwah yang selama ini lebih berkonotasi ”ceramah di atas mimbar” seharusnya dihadirkan dalam medium baru yang lebih menarik pengemasannya. Er-Dammah merupakan salah satu stasiun radio islami yang melakukan terobosan itu. Dalam serba-keterbatasan fasilitas dan finansial, radio ini berkomitmen memberikan siaran Islami yang bermutu dan bermasyarakat; menampilkan wajah Islam dengan gaya yang santai dan ’gaul’.
Penelitian ini merupakan sebuah studi kualitatif yang meneliti aspek-aspek pengembangan dakwah radio ini di wilayah Tangerang, yang meliputi aspek isi program, aspek pendengar, aspek media, dan aspek penggunaan nama dan motto. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan manajemen Er-Dammah dan melakukan studi intensif atas dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian ini dibingkai oleh teori Naisbitt dan Aburdene mengenai mainstream dunia yang berupaya menunjukkan nilai-nilai lokal di tengah serbuan globalisasi. Penonjolan identitas lokal tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis dari homogenisasi nilai yang datang dari Barat. Er-Dammah berupaya menangkalnya. Er-Dammah salah satu stasiun radio yang sehaluan dengan ideologi Partai Keadilan Sejahtera, memiliki pandangan bahwa syari’at Islam di Indonesia sampai saat ini sebetulnya belum benar-benar terlaksanakan, terutama nampak dari hal berpakaian. Karena itu, radio ini berkomitmen untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan wajah yang berbeda, yang lebih bersahabat dan bermasyarakat. Program-program Er-Dammah juga berisikan acara-acara yang meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga sampai kebudayaan, disampaikan oleh penyiar-penyiar yang bermacam-macam, dan didengar oleh pendengar yang kebanyakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Satu hal menarik lainnya adalah, penggunaan istilah-istilah Arab pada Radio Er-Dammah semakin menunjukkan sebuah penonjolan identitas.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain ucapan puji syukur ke
hadirat Allah swt, atas segala nikmat yang dilimpahkan kepada penulis. Hanya
kepadanya kita memohon pertolongan dan hanya kepadanya pula kita memohon
perlindungan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada reformis
pendobrak jalan kesesatan, junjungan alam, kanjeng nabi Muhammad
Saw.,beserta keluarga, sahabat, serta para mujahid Islam sejati yang selalu
istiqomah hingga nyawa terlepas dari raga.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul,”Pengembangan Dakwah Islam di Radio Er-Dammah (Radio Dakwah
Al-Ummah) 107,7 FM”. Ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar S1,
Sarjana Sosial di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dialami penulis, baik yang berkaitan dengan pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan, pengaturan keuangan, dan lain sebagainya.
Namun, berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka segala
kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan tentunya dengan izin yang maha
kuasa. Dengan kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun materil
kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada:
1. Bpk. M. Hudri, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan terima
2. Bapak Dr. Murodi, MA.,selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
serta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, dan Ibu Ummi Musyarofah, MA., selaku sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah menjalankan
fungsinya dengan baik, dan terima kasih atas segala bantuannya kepada
penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membekali
penulis dengan ilmu yang tak ternilai harganya, yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per-satu, seluruh staf dan karyawan perpustakan
dakwah dan komunikasi, Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta bagian tata usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
telah memberikan pelayanan yang baik.
5. Khusus kepada yang tercinta, Ayahnda Samsudin dan yang tersayang,
Ibunda Nuriyah yang telah memberikan motivasi dan arahan, serta tak
henti-hentinya mendoakan penulis dalam menempuh pendiikan “Diamnya
kalian adalah jeritan hati, dan suara kalian adalah panah yang menusuk
hati” yang selalu memberikan spirit moril maupun materil dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara, serta kepada istri tercinta
Karwati, dan si ganteng, yang selalu menjadi cambuk dalam menatap masa
(Hasby), dan tak lupa, si Bontot, Dede Heryadi (Chodel), yang selalu
menjadi dambaan setiap wanita.
6. Kepada Segenap Manajemen Radio Er-Dammah, khususnya Bapak Dedi
Mardianto dan istri Ummi Ahmad, serta Crew penyiar yang sudah
memberikan izin dan membantu untuk menyelesaikan penelitian ini
7. Teman-teman KPI D Angkatan 2004 yang selalu terkenang dalam suka
maupun duka, Ki Yayan, Ki Sholah, Bung Away, Ustad Zakariya
Al-Anshori, Bung Ari, Bung Delon, Bung Ichal, Bung Irfa, Bung Asrul, Bung
Riyadh, Bung Saipul, dan Para Bunga-Bunga KPI D, Dedeh yang selalu
Hepi, bunda Dian yang Caem, Hijrah, Mila, Mpo Nida, Odah, Susi yang
semakin seksi, Ajus (Tina), Mba Yuli, Ratnasari, Kesi, Hana, Ane, Shela,
Eka, Ulfa, Inne, Aci, Eska. Kalian sudah menjadi warna dalam
pengalaman hidup penulis. Thanks, ya, atas segalanya.
8. Kepada Teman-teman seperjuangan The Bajai, FC BU, BU United,
Forsida, yang sudah menemani hari-hari penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak yang perlu diulas lebih dalam. Untuk itu, saran dan kritik penulis harapkan
demi kesempurnan skripsi ini. Demikian pula penulis harapkan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin
Jakarta, 3 Desember 2008 M
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Metode Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan... 10
BAB II RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH A. Sejarah Munculnya Radio ... 11
B. Perkembangan Radio di Indonesia... 12
C. Radio Sebagai Media Dakwah... 12
1. Media Dakwah ... 12
2. Karakteristik Radio ... 14
3. Radio sebagai Media Dakwah ... 15
D. Pengertian Pengembangan Dakwah ... 19
E. Radio Sebagai Media Pengembangan Dakwah ... 21
F. Efek Globalisasi: Teori Naisbitt dan Aburdene... 21
BAB III SEKILAS TENTANG RADIO ER-DAMMAH A. Latar Belakang... 25
B. Rancangan Pengembangan Dakwah Islam Melalui Radio Er-Dammah ... 27
1. Tujuan Pendirian Radio Er-Dammah... 27
3. Misi Radio Er-Dammah ... 29
BAB IV PENGEMBANGAN DAKWAH DI RADIO ER-DAMMAH
(RADIO AL-UMMAH) 107,7 FM TANGERANG
A. Analisis Konstruksi Program Dakwah Radio Er-Dammah 30
B. Analisis Pendengar Dakwah Radio Er-Dammah... 41
C. Analisis Media Siaran Radio Er-Dammah ... 43
D. Analisis Nama dan Motto Radio Er-Dammah... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 49
B. Saran... 53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah sebuah fenomena ketika informasi dapat diperoleh dengan
mudah melalui media massa: radio, televisi, surat kabar, internet. Akbar S. Ahmed
dan Hastings Donnan mendefinisikan globalisasi sebagai,
“perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi
yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (menjadi hal-hal) yang bisa
dijangkau dengan mudah.”1
Persoalannya, globalisasi di dunia saat ini dikendalikan oleh ‘tangan-tangan’
Barat yang menguasai media komunikassi. Logikanya sederhana: mereka yang
mempunyai media, mereka pula yang menentukan isi media. Para akademisi yang
humanistis boleh mengatakan bahwa masyarakatlah yang memilih apakah
menerima informasi itu atau tidak, tapi jika informasi itu dilakukan secara
bombardir, berulang-ulang, oleh tokoh yang mempunyai otoritas, oleh kemasan
yang menarik, dan—parahnya—dikonsumsi oleh masyarakat awam, tidak
mustahil pada kenyataanya, asumsi “pilihan bebas” berganti menjadi “khalayak
yang termanipulasi”.
Nilai-nilai yang dibawa oleh ‘tangan-tangan’ Barat itu sarat dengan
kepentingan Barat. Film Perang Vietnam dikemas sedemikian rupa sehingga
menempatkan Amerika sebagai lakon dalam aktor “Rambo”; “Saddam Husein
1
juga ditempatkan dalam posisi teroris”—seperti halnya banyak orang-orang
berhidung mancung keturunan Arab lainnya yang diberi-peran teroris. Padahal
semua orang mengetahui dengan jelas, siapa yang teroris dan siapa yang membuat
film.2 Parahnya, segenap film, berita, dan informasi yang dibawa Barat melalui
media komunikasi Massa yang mereka kuasai semuanya berbunyi sama,
semuanya homogen—dengan segenap pernak-pernik budaya Barat yang
bertentangan dengan budaya lokal di segenap penjuru dunia. Dan, inilah yang juga
masuk ke media Indonesia. Inilah yang menyuntikkan nilai-nilai baru ke tengah
masyarakat Indonesia, semacam westernisasi.
Ini bukan hanya fenomena di Indonesia, ini merupakan fenomena global.
Karena itu kecemasan semacam ini bukan hanya dirasakan orang Indonesia, tetapi
juga orang Jepang, Cina, Thailand, Turki, Irak, dan lain sebagainya. Mereka
merasa terancam dengan nilai-nilai yang sarat kepentingan itu, karena itu mereka
melakukan apa yang disebut Naisbitt dan Aburdene sebagai Nasionalisme
Kultural.3 Mereka lakukan penonjolan identitas lokal mereka, mereka hidupkan
kembali bahasa tanah air mereka agar tidak tergantikan dengan bahasa Inggris
yang sudah mengglobal, mereka hidupkan kembali nilai agama mereka yang
sudah ditelanjangi dengan agama universal. Walhasil, banyak agama—dalam
berbagai bentuknya—bangkit pada milenium ini seiring dengan berkembangnya
media massa.
Hal semacam ini cukup memprihatinkan, mengingat di Era globalisasi
seperti sekarang, informasi apapun bisa diperoleh dengan mudah. Siapapun bisa
2
Jalaluddin Rakhmat, Reformasi Sufistik (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998)
3
memperoleh informasi apapun. Hal itu terjadi karena pengaruh perkembangan
teknologi yang kian hari kian pesat, terutama internet. Kejadian apapun bisa
dengan mudah diketahui, bahkan di belahan dunia lainpun bisa kita terima pada
saat itu pula. Kemajuan teknologi komunikasi memberikan dampak bagi para
penggunanya terlepas positif maupun negatifnya.
Pada saat masyarakat mendapatkan keluasan untuk memperoleh dan
menyerap informasi, berbagai media masa, baik cetak maupun elektronik, juga
terus berusaha menata diri untuk memberikan dan mampu memenuhi harapan
masyarakat. Perkembangan-perkembangan dan inovasi baru terus diupayakan,
baik dari segi isi pesan, teknologi, maupun teknik pengembangan.
Komunikasi dengan menggunakan media massa dewasa ini, menurut para
ahli komunikasi, besar pengaruhnya dalam membentuk dan merubah masyarakat.
Sekalipun paradigma humanistis saat ini membantah efek langsung dari media
massa, namun di sadari atau tidak—dalam observasi sehari-hari di sekitar
masyarakat, selalu saja ditemukan bocah kecil yang bernyanyi seperti Ariel
Peterpan, ustad-ustad yang udeng-udengnya meniru Aa Gym, atau siswa-siswi
yang “mengatakan: ‘ya, iya, lah, masa ya iya, dong?!” meniru para pelawak di
televisi. Ditolak atau dicampakkan, efek media massa—dengan intensitas
apapun—selalu dijumpai.
Kuatnya eksistensi sebuah media komunikasi di tengah-tengah masyarakat
yang berakibat informasi berubah menjadi kebutuhan dan komoditi dalam
masyarakat, seperti yang di komentari Marwah Daud Ibarahim :
“komuditi” terpenting. Jika dalam masyarakat agraris, tanah merupakan sumber kekuatan utama, maka dalam masyarakat pasca industri, informasi yang memgang kendali keuasaaan. Siapa yang memiliki informasi dialah yang dianggap memgang komuniditi kehidupan.” 4
Agama merupakan pondasi setiap perbuatan manusia. Realitas di atas
menunjukan bahwa betapa pentingnya agama sebagai sumber nilai yang berperan
untuk mengantar manusia menuju khaiyru Ummah. Nilai-nilai yang harus
dipahamai secara sistematik dengan membangaun kesadaran untuk dapat
mengaplikasukan dengan amal soleh.5
Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan
pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap
kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah
di masjid, atau tabligh akbar di Istiqlal. Dakwah seharusnya dikemas dengan cara
yang menarik yang sesuai dengan minat masyarakat. Dan, di era globalisasi
seperti sekarang, agaknya dakwah melalui media massa merupakan sebuah
alternatif yang cukup efektif.
Dakwah dapat menggunakan media-media yang digunakan sebagai media
komunikasi modern, seperti surat kabar, radio, televisi, yang dikenal sebagai
media massa. Menurut M. Bahri Ghozali , “Dakwah dengan mengunakan media
komunikasi lebih efektif dan efisien, atau dengan bahasa lain dakwah yang
demikian merupakan dakwah komunikatif”6
4
Marwah Daud Ibrahim, Dakwah Tahun 2000-an, Makalah Pengantar Pada Stadium General Fakultas dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1990, h 2
5
M.Bahri Gozali, Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h, 6
6
Dakwah melalui media komunikasi massa ini haruslah tetap berada dalam
sistem komunikasi massa . Sehingga hasil dari tujuan dakwah akan dicapai tidak
keluar dari konteks agama . Menurut Rusjdi Hamkan Rafiq sistem komunikasi
massa yaitu: “Menyabarkan (menyampaikan) informasi kepada pendengar,
pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT”.7
Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah
dakwah melalui radio. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagi media yang bisa
distimuli begitu banyak suara yang berupaya memvisualisasikan suara penyiar
dengan berbagai informasi faktual ke telinga pendengarnya.8
Penggunaan radio sebagai media dakwah memiliki daya jangkau yang
relatif luas, mengingat radio merupakan media elektronik yang bersifat auditif
sehingga dapat dinikmati di tengah kesibukan pendengarnya, sehingga mad`u
dapat mendengar isi pesan dakwah seorang da`I tanpa perlu mengindari bertatap
muka dengan sang da`i.
Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah terus berkembang yang
diikuti dengan metode serta medianya. Perkembangan ini sudah menjadi
keharusan agar dakwah dapat diterima oleh objek dakwah secara mudah. Tujuan
dakwah bukan hanya mempengaruhi informasi tentang Islam, melainkan juga
untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain agar bersedia menerima masuk ke
dalam Islam . Dengan kata lain tujuan dakwah bukan hanya informasi tetapi juga
persuasi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan
memanfaatkan media elektronik seperti radio.
7
M.Bahri Ghazali,Dakwah Komunikatif:Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya,1997) h. 6
8
Di Indonesia terdapat banyak pilihan media massa baik cetak maupun
elektronik yang menginformasikan dan menayangkan kegiatan-kegiatan dakwah.
Baik melalui acara-acara ceramah agama, diskusi, tadarusan, dan sebagainya.
Dengan radio, acara-acara keagamaan atau siraman rohani dapat dinikmati di
mana saja. Radio bisa dibawa ke mana-mana, sifatnya portable.
Sebagai media massa elektronik, radio memiliki banyak kelebihan: ia
memiliki kesederhanaan bentuk (probability) dan kemampuan menjangkau setiap
pendengarnya yang sedang melaksanakan kegiatan-kegiatan lain sekalipun, atau
bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar atau
orator, pada saat itu juga diterima oleh khalayak, walaupun sasaran yang dituju
sangat jauh.9 Pesawat radio sering kita jumpai diputar semalam suntuk di warung
kopi, pos-pos keamanan, mobil, bahkan, tak jarang, tukang becak sekalipun selalu
memutar radio sambil menunggu penumpang. Oleh sebab itu alangkah
bermanfaatnya radio yang diputar selalu membawa pesan dakwah.10
Ada satu hal yang penting diperhatikan yaitu bahwa di masa sekarang
radio siaran masih menduduki posisi yang strategis karena kemampuannya
sebagai media massa. Posisi strategis itu di sebabkan oleh bebrapa faktor yaitu
memiliki daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.11 Kelebihan dakwah
melalui radio terletak pada efektifitas dan efisiensi dakwah. Hal ini Nampak dari
adanya bentuk yang sederhana tanpa harus bertemu antara da`I dan mad`unya.
9
Onong Uchjana Efendy,Dinamika Komunikasi (Bandung:Remaja rosda karya.2000) hal 108
10
M.Arifin”Dakwah Multi Media” hal 13
11
Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah
dakwah melalui radio, seperti halnya yang dilakukan oleh radio ER DAMMAH
(Radio Dakwah Al Ummah) 107.7 FM. yang mengemas pesan-pesan Islam secara
menarik dan memikat. Radio ini cukup signifikan dalam proses pengembangan
dakwah di Indonesia. Radio ini cukup signifikan dalam menanamkan benteng
iman yang tebal dalam menghadapi informasi Barat yang memborbardir. Dan
sudah jelas, radio ini merupakan salah satu mata rantai dari arus besar yang
disebut dengan globalisasi; berdirinya radio ini merupakan sebuah efek global
akibat homegenisasi. Selain itu, di mata masyarakat, radio semacam ini
merupakan pencerahan di mana mereka dapat menemukan agama dengan cara
yang mudah dan bersahabat.
Siraman keagamaan melalui radio tentunya mendapat perhatian dan
perhitungan oleh masyarakat. Oleh sebab itu maka kajian dan penelitian tentang
PENGEMBANGAN DAKWAH DI RADIO ER DAMMAH 107.7 FM (Radio Dakwah Al Ummah) tentunya memiliki nilai strategis, karena pesan dakwah dikemas dengan sedemikian rupa dan dengan cara-cara yang sangat menarik.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada radio Er-Dammah FM yang mengudara di wilayah
tangerang. Masalah penelitian dibatasi pada cara radio Er Dammah FM dalam
mengemas dan menyampaikan pesan-pesan dakwah , faktor pendukung dan
penghambatnya.
1. Bagaimanakah bentuk strategi Er-Dammah dalam mengembangkan
dakwah di Tangerang?
2. Bagaimanakah bentuk Dakwah Er-Dammah dilihat dari konstruksi isi
program, Karakteristik Pendengar, media siaran, penggunaan istilah pada
nama program dan mottonya?
C. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui strategi pengembangan dakwah radio Er-Dammah
FM dalam menyampaikan ajaran Islam.
b Untuk mengetahui posisi dakwah radio Er-Dammah di tengah dakwah
Islam yang lain.
2) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengembangan dakwah Islam melalui sarana media
massa.
D. Metodologi Penelitian a Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dengan metode ini,
strategi pengembangan dakwah radio er-Dammah akan dipaparkan secara analitis
dalam tinjauan beberapa aspek: pertama, aspek konstruksi isi program-propgram
siaran dakwah; kedua, aspek pendengar Er-Dammah, ketiga, aspek media
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di stasiun radio Er-Dammah (Radio Dakwah Al-Ummah)
107,7 FM. yang terletak di Jl. Boulevard Raya Blok D-2 Villa Tangerang Elok
Pasar Kemis Tangerang 15560 Banten.
c. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara:
1. Wawancara. Responden adalah manajemen radio Er-Dammah
2. Observasi. Pengamatan menjadi salah satu instrument penelitian ini
dalam rangka melihat secara langsung praktek pengembangan dakwah di
studio Er-Dammah.
3. Analisis Dokumen. Analisis dokumen diperlukan untuk menunjang
keterangan-ketarangan wawancara dalam rangka memahami pengembangan
dakwah di stasiun radio Er-Dammah.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan melakukan kategorisasi atas temuan data
deskriptif. Kategori-kategori disusun berdasarkan pemikiran kekinian mengenai
arus besar kembali kepada agama yang terjadi di dunia sebagaimana yang
diramalkan oleh Nasibitt dan Aburdene, yang dilanjutkan dengan dampaknya
pada fenomena “islamisasi media”, nasionalisme kultural, termasuk kemunculan
d. Sistematika Tulisan
Bab I berisi latar belakang perkembangan teknologi komunikasi dan
telekomunikasi di dunia, eksistensi media massa radio, dan terakhir, urgensi
dakwah melalui radio.
Bab II berisi selayang pandang tentang Radio dan kerangka teori yang
menjelaskan konsep-konsep dalam penelitian ini: radio, pengembangan dakwah,
dan sebagainya. Terakhir, di sini juga dijelaskan teori Naisbitt dan Aburdene
mengenai “trend” nasionalisme kultural dan kebangkitan agama-agama lokal.
Bab III berisi uraian singkat tentang radio Er-Dammah. Di sini
dijelaskan tujuan berdirinya radio Er-Dammah, diikuti dengan visi dan misinya.
Bab IV berisi analisis peran radio Er-Dammah dalam pengembangan
dakwah di wilayah Tangerang berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Di sini,
peran radio Er-Dammah dianalisis dari berbagai aspek, dimulai dari aspek isi,
aspek pendengar, dan aspek penggunaan bahasanya. Dari Aspek isi berkaitan
dengan berbagai program radio Er-Dammah yang mencirikan “kebangkitan” atau
“islamisasi” di tengah era global. Aspek pendengar berhubungan dengan
karakteristik pendengar radio Er-Dammah dan penyesuaian program Er-Dammah
dengan karakteristik tersebut. Aspek penggunaan istilah meliputi analisis nama
Radio Er-Dammah dan Mottonya, yaitu “jalin ukhuwah, cerdaskan ummat.”
Bab IV berisi kesimpulan umum mengenai hasil penelitian ini. Secara
umum, di sini akan dijawab beberapa analisis yang dipaparkan secara panjang
BAB II
PERAN RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH
A. Sejarah Munculnya Radio
Radio sebagai media massa elektronik muncul setelah adanya beberapa penemuan
teknologi, antara lain telepon, fotografi (yang bergerak maupun yang tidak
bergerak), dan rekaman suara12. Keberhasilan penemuan ini dipimpin oleh
seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Inggris ‘ James Maxwell’ yang mendapat
julukan Scientific Father of Winelas, yang berhasil menemukan formula yang
diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis, pada tahun 1865 ketika ia
berusia 29 tahun13. Penemuan itu diteruskan Tomas Alva Edison, yang kemudian
menemukan player rekaman.
Penemuan gelombang elektromagnetis oleh Heiurich Heuzt juga
meratakan jalan bagi terwujudnya radio. Pada tahun 1887. Ilmuan Jerman ini
menunjukan bahwa variasi kecepatan elektrik dapat diproyeksikan keluar angkasa
dalam bentuk gelombang radio sama dengan gelombang cahaya.
Setelah beberapa penemuan di atas, barulah pada tahum 1895 Guaghelmo
Marconi, seorang ilmuwan Italia, menemukan adanya gelombang elektro
magnetic yang tampak oleh mata dan gerak lewat udara dengan kecepatan suara.
Gelombang tersebut kemudian dimanfaatkannya untuk mengirim tanda-tanda
12
David McQuil, Teoti komunikasi masa : suatu pengantar,( Jakarta : Erlangga-1984) edisi ke-2 h.15
13
melintas jarak jauh tanpa harus melalui saluran kawat. Kondisi inilah yang
melahirkan adanya perangkat yang disebut Radio.14
B. Perkembangan Radio di Indonesia
Studi tentang Radio di Indonesia sampai beberapa saat lalu masih sangat minim.
Ada dua kendala yang menyebabkan terjadinya fenomena ini, yaitu kendala
akademis dan politis. Secara akademis, belum ada riset yang mendalam tentang
sejarah radio di Indonesia. Dalam radio siaran, teori dan praktek, Prof Onong
Uchana Effendi hanya menyebutkan, radio pertama di Indonesia adalah
Bataviasche Radio Virgining (BRV). Radio ini resmi didirikan pada 16 Juni 1925
di Jakarta. Hal yang menarik adalah pada waktu Indonesia masih bernama hindia
Belanda dan radio BRV ini berstatus swasta, bukan milik pemerintah. Meskipun
belum diteliti secara cermat mungkin faktor “swasta” inilah yang menyebabkan
tanggal tersebut tidak ditetapkan sebagai hari radio.15 Kendala politisnya jelas.
Radio adalah salah satu dari watchdog yang dikhawatirkan pemerintah.
Eksistensinya mampu membuka borok pemerintah.
C. Radio Sebagai Media Dakwah 1. Media Dakwah
Dakwah dapat dimengerti sebagai sebuah kegiatan untuk mengajak orang ke
jalan Tuhan. Seperti pendapat Jalaluddin Rakhmat, “apa saja kegiatan
14
M.Bahri Ghozali. Dakwah Komunikatif : membangun kerangka dsar ilmu komunikasi dakwah ( Jakarta : Pedoman ilmu Jaya 1997 ). H.6
15
komunikasi yang membawa orang ke jalan Tuhan, itu disebut dakwah.”16
Sedangkan media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat
Bantu memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya
tujuan.
Keberadaan media dakwah sangat urgen sekali, karena dengan adanya
media, dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad`u).
Dalam kamus, telekomunikasi media adalah sarana yang di gunakan
oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan apabila komunikas berada jauh tempatnya, banyaknya, atau
keduanya.17
Pemanfaatan media dalam kegiatan dakwah memungkinkan
komunikasi antara da`I dan mad`u (sasaran) dakwahnya lebih dekat. Oleh
kerena itu, eksistensi media sebetulnya amat penting dan menentukan.
keberhasilan dakwah—berapapun tingkatnya.18 Ada sebuah adagium klasik
yang sering terdengar di pesantren: “Al-Thariqat Ahamm min Al-Maddah”
(metode itu lebih penting daripada materi). Bukan bermaksud mengecilkan
arti penting isi dakwah, tapi memang pada nyataya, banyak pesan dakwah
yang gagal karena tidak disampaikan dengan packaging (cara-mengemas)
yang sesuai dengan selera audiens.
16
Wawancara Syarifah Umi Hani dengan Jalaluddin Rakhmat untuk skripsinya “Retorika Dakwah Jalaluddin Rakhmat” Pada Kamis, 6 April 2006 M di Universitas Paramadina Jl. Simatupang ruko 3 Pondok Indah, Jakarta Selatan
17
Ghazali Syahdar BC.TT, Kamus istilah komunikasi. (Bandung : Djembatan 1992) cet ke 2 h 22
18
Dakwah yang disampaikan melalui radio dewasa ini telah
menggejala—kebetulan atau tidak—sesuai dengan kecenderungan dunia yang
sedang mengarah kepada “agamisasi” dan nasionalisme kultural, seperti yang
diramalkan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000.
Program dakwah yang disajikan radio pada dasarnya dapat
berlangsung lebih efektif dengan melakukan penyesuaian antara
program-program yang disusun dengan “kekuatan” yang dimiliki oleh radio itu sendiri,
yang tergambar dalam berbagai macam karakteristiknya.
2. Karakteristik Radio
Mengingat kekuatan radio adalah pada aspek “pendengaran”, audio, maka
metode dakwah yang digunakan lewat radio adalah dengan lisan. Untuk itu,
seorang da`I yang professional harus mampu mengemas materi dengan baik
agar tidak menimbulkan kejenuhan para pendengar.
Berdakwah melalui media (radio) sangatlah beresiko mengingat objek
atau sasaran berjumlah banyak dan heterogen. Karena itu, bagi para da`I
menggunakan radio sebagai media dakwah hendaklah memperhatikan
karakteristik radio siaran yaitu :
a. Sifat siaran hanya bersifat untuk didengar
b. Bahasa yang di duganakan haruslah bahasa tutur
c. Orang mendengar radio dalam keadaan asantai, bisa sambil mobil, tiduran,
kerja di kantor, dan sebagainya.
e. Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah.19
3. Radio Sebagai Media Dakwah
Kewajiban dakwah di dasarkan pada satu ajaran islam yaitu agama sebagai
risalah ummat seluruhnya. Ummat islam adalah pendukung amanah untuk
meneruskan risalah itu kepada umat yang lain ataupun perseorangan di
manapun mereka berada, menurut kemampuan mereka masing-masing. Nhal
ini juga senada dengan firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 125 yang
berbunyi :
"#
$
%
&'(
)
*, $
-.
/
%
0123$
4
5
6'(78%9
:;
<
#=5
>* ?7%9
6
: '@
6
A
9
)
#=5
%
>* ?7%9
BC
- D7,
$
E@F
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Hal serupa juga diperkuat dengan argumen Nabi Muhammad SAW
berdasarkan hadist Al Bukhori yang berbunyi, “balligh ‘anni wa law ayat”,
menceritakan Muhammad bin yusuf kepada kami dari hasan bin athiyah, dari
19
Abdullah bin umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sampaikanlah apa
yang kamu terima dari padaku walau satu ayat” (HR Bukhori)20
Tersebarnya agama islam keseluruh plosok dunia adalah melalui
dakwah bukan melalui pedang. Hal ini karena para da`I periode awal islam
tidak bermaksud menghancurkan peradaban generasi, tetapi menggunakan
akal dan hati.
Dapat dilihat bahwa kegiatan dakwah islam itu selaras dengan ajaran
agama islam yang berorientasi pada amal sholeh dan menghindarkan
pemeluknya dari perbuatan munkar. Amal sholeh yang dimaksud sudah
barangkali sesuai dengan tingkah laku yang selaras dengan pedoman-pedoman
dasar agama, yaitu alqur`an dan sunnah Rasulullah SAW.21
Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah
islamiyah semakin mengalami perkembangan, dilihat dari periode penyebaran
yang dilakukannya, penyebaran siar islam di era globalisasi ini diantaranya
melaui media yang semakin terbuka untuk tayangan-tayangan mancanegara
(tayangan barat yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma islam)
di sampimg untuk meluaskan sasaran dakwah tentunya.22
Salah satu penyampaian dakwah adalah melalui media-media elektronik
yaitu radio siaran. Dakwah melalui radio siaran adalah sebuah urutan metode
dari salah satu kategori dakwah yaitu bi lisan. Penyampain materi-materi
dakwah melalui radio siaran di era globalisasi merupakan tuntunan dari kedua
institusi yaitu radio siaran dan islam, dalam melengkapi program acaranya
20
Imam Bukhori Shohih Bukhori (Singapura Juz 11.tt) Hal 50
21
MH.Israr “Rethorika dan dakwah islam era modern”(Jakarta : Firdaus 1986) cet ke 1 h 54
22
demi penyasuaian tujuan adil, radio siaran menyiarkan program-program
keagamaan meski dalam waktu yang terbatas dan bukan dalam waktu tayang
utama (prime time).23
Dalam hal ini media massa difungsikan sebagai media dakwah. Di mana
melihat fungsi komunikasionalnya. Maka jelaslah bahwa media seperti halnya
tersebut di atas menduduki peran yang sangat penting dan menentukan dalam
kehidupan masyarakat, menyajikan informasi, edukasi, dan hiburan.24
Meskipun terdapat radio memiliki berbagai kekurangan, seperti sifatnya
yang unrepeatable (tak dapat diulang), terikat dengan waktu siaran, dan peka
akan gangguan teknis, 25 namun pada umumnya media radio siaran tetap
dianggap sebagai media komunikasi yang efektif karena beberapa kelebihan
berikut :
a. Memiliki daya langsung. Pesan dakwah dapat disampaikan secara
langsung kepada khalayak yang sedang berada di mana saja—di
kantor, kamar tidur, mobil, pos ronda dan lain-lain—26 dan
menyiarkan peristiwa secara langsung dari tempat kejadian (on the
spot reporting ). Dialog dengan telepon antara narasumber dan
pendengar dapat terjadi dan di dengar semua orang.
23
M.Muis.”Islam dan arus globalisasi dalam komunikasi islam “ (Rosda:bandung 2001) h 161-162
24
Rusjdi Hamka Rafiq “ Islam dan era informasi “ (Jakarta : pustaka panji mas.1989) cet ke 1 h 35
25
Hafied Cangara.Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta:bulan bintang 1996) cet ke-7 h 26
26
b. Memiliki daya tembus. Siaran radio tidak mengenal jarak dan
rintangan. Bagaimanapun jauhnya tempat yang di tuju oleh tabligh
melalui radio siaran dapat ditembus, selama dalam jangkauan
pemancar—di gunung di lembah, padang pasir, rawa, hutan,
pedalaman lautan, pedesaaan apalagi perkotaan.27
c. Memiliki daya tarik. Radio tetap bisa hidup dan diminati karena
adanya daya tarik, perpaduan suara manusia (spoken word), suara
musik dan bunyi tiruan (sound effect). Itulah yang menjadikan daya
tarik tersendiri bagi pendengar radio.
d. Musik. Tulang punggung tabligh lewat radio adalam musik.
Kebanyakan orang menyetel radio terutama untuk mendengarkan
musik, sebagai hiburan untuk melepas kepenatan mereka. Karena itu,
petugas radio siaran berusaha agar segala macam program
diupayakan bernuansa hiburan.
e. Radio merupakan bagian budaya masyarakat.
f. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas
memiliki alat itu.
g. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat
dan akurat.
h. Pesawat radio mudah dibawa ke mana saja dan kapan saja28.
27
Ibid
28
Dengan kelebihan ini, sebetulnya dakwah melalui radio dapat
berkembang secara lebih efektif. Tapi persoalannya, apa yang di maksud
dengan “berkembang”? apakah dalam arti perkembangan program
kegiatannya? Perubahan arah dakwahnya? Ataukah efektivitasnya?
D. Pengertian Pengembangan Dakwah
Pengembangan secara bahasa bermakna proses, cara, perbuatan mengembangkan.
Sedangkan mengembangkan sendiri adalah membuka lebar-lebar,
membentangkan menjadikan besar, menjadikan maju, (baik dan sempurna).29 Kata
yang semakna dengan “pengembangan” adalah “perkembangan.”
Mengembangkan dakwah sama artinya dengan dakwah berkembang. Lantas, apa
makna dari “pengembangan” atau “perkembangan” itu sendiri?
Sebuah sekolah dikatakan berkembang jika bangunannya bertambah
menjadi tiga atau empat gedung padahal sebelumnya hanya satu. Sekolah itu juga
dikatakan berkembang jika siswa-siswanya mendapatkan penghargaan dalam
kompetisi antar-sekolah padahal sebelumya belum meraih apa-apa. Gedung itu
sebuah perkembangan secara fisik sedangkan prestasi adalah perkembangan
secara non-fisik. Persoalannya adalah, jika demikian, maka “berkembang” dapat
meliputi makna yang luas tergantung dari sudut pandang mana ia dilihat.
Untuk itu, makna perkembangan semestinya dipahami dalam konteks yang
searah dengan tujuan. Sebagai contoh sederhana, ada teori negara berkembang
dan negara maju dalam kajian ekonomi-politik. Sebuah negara disebut masih
berkembang atau sudah maju jika pendapatan perkapitanya sudah mencapai
29
standar tertentu. Jika sebuah negara yang masih berkembang mempunyai
masyarakat yang religius, suka gotong royong, saling membantu, rajin beribadah
dan bertakwa kepada Tuhan, negara itu tetap tidak dapat dikatakan maju, karena
kemajuan dalam teori ini adalah kemajuan ekonomi, bukan kemajuan agama.
Demikian halnya dengan dakwah. “Perkembangan” dalam konteks
dakwah mempunyai ukuran yang tidak dapat diadopsi dari ukuran ekonomi,
misalnya. Namun, karena paradigma mengenai dakwah itu sendiri amat beragam,
maka teknik mengukur perkembangan dakwah juga ikut beragam.
Sebagai misal, jika dakwah didefinisikan secara formal saja, maka
mengukur dakwah mungkin dilakukan dengan mengukur jumlah majlis ta’lim
yang bertambah atau frekuensi mengikti pengajian yang meningkat.
Tapi jika dakwah didefinisikan secara luas, maka perkembangan dakwah
dapat dilihat dari menurunnya angka kriminalitas, misalnya. Mengapa? Karena
dakwah yang pertama dipahami sebagai kegiatan ustadz yang melakukan tabligh
atau media massa berlabel “islam” yang menyiarkan program-program keislaman
dan mengajak kepada format-format sholat, haji, sedekah, hukum agama, dan
sebagainya, sedangkan dakwah yang kedua dipahami sebagai upaya masyarakat
dalam meningkatkan taraf hidup dan nilai-nilai kebajikan universal, seperti
keadilan, persamaan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Artinya, pengembangan itu
sendiri sejalan dengan definisi dakwah yang digunakan.
Di sini, makna perkembangan dakwah dipahami sebagai perkembangan
dalam arti yang pertama, dakwah yang dipahami secara formal. Berangkat dari
jumlah kegiatan dakwah beserta pendengarnya, secara kuantitas, dan perubahan
akhlak pendengarnya ke arah yang disarankan pendakwah, secara kualitas.
E. Radio Sebagai Media Pengembangan Dakwah
Seiring dengan perkembangan zaman sain dan teknologi yang sangat pesat yang
disertai dengan kecanggihannya, begitu juga dengan perkembangan dakwah,
dewasa ini banyak sekali media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah, dan
salah satunya adalah radio.
Radio merupakan salah datu media yang digunakan oleh masyarakat, hal ini
terjadi karena radio bisa cepat berkembang karena radio banyak dimiliki oleh
lapisan masyarakat, baik masyarakat desa terlebih masyarakat kota. Dan pada
dasarnya dakwah memiliki prinsip yang sama, baiak di masjid-masjid,
gedung-gedung pertemuan maupun rapat-rapat akbar. Perinsip-perinsip dakwah yang
diemban tidak berbeda. Demikian pula persoalan materi dan ideologi dakwah
yang diemban tidaka akan pernah berbeda-beda semuanya senantiasa berpegang
kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dakwah dengan menggunakan media merupakan salah satu bentuk
pengoptimalan fungsi teknologi. Media radio khususnya yang merupakan salah
satu media dakwah dapat memperluas jangkauan kegiatan dakwah. Oleh karena
itu penguasaan dan pemanfaatan IPTEK sangat penting bagi aktivis dakwah.
F. Efek Globalisasi: Teori Naisbitt dan Aburdene
Globalisasi ditandai dengan intensitas komunikasi yang semakin tinggi berkat
penghalang komunikasi. Seorang pengusaha dapat memonitor kegiatan usahanya
dari tempat yang jauh. Sebagai contoh, Yuliana dan Rini menggambarkan Federal
Express (FedEx):
FedEx, firma pengiriman barang yang terkenal (sejenis Tiki), menggunakan laporan elektronik untuk memungkinkan pelanggannya mengetahui status barang mereka sewaktu-waktu. Firma tersebut mempunyai salah satu dari situs-situs yang paling populer di dunia. Dan, menggunakan satelit yang luas beserta teknologi komputer untuk menelusuri jejak lokasi setiap kiriman dalam sistem., dan pelanggan dapat me-log-on situs FedEx untuk mengetahui di mana barang kiriman mereka. Sistem pengiriman ini bukan hanya membantu perusahaan melayani pelanggannya, tetapi juga memotong biaya, karena FedEx tidak lagi membutuhkan banyak orang lewat telepon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan.30
Persoalannya adalah, industri perfilman, berita internasional, dan teknologi
canggih, didominasi oleh negara-negara Barat. Industri perfilman Holywood
dikonsumsi negara-negara dunia dan mengajarkan masyarakat dunia untuk
berfikir, merasa, dan bertindak seperti halnya masyarakat Barat melakukan itu.
Singkatnya, mereka mencoba menyeragamkan gaya hidup di dunia melalui
teknologi komunikasi massa yang mereka kuasai.
Kini Ayam Amerika (Kentucky Fried Chicken) dinikmati semua orang di
dunia, McDonald bertebaran di mana-mana. Dasi orang Eropa dipakai orang
Indonesia, Jepang, Arab, Pakistan, dan Iran. Orang muda Cina menyukai jeans
dan musik rock masyarakat Barat. Apalagi orang Indonesia. Bagaimana semua
produk Barat itu diterima masyarakat dunia? Tak lain kecuali berkat media massa.
Film Amerika menguasai 50% pasar Italia, Belanda, dan Denmark, 60 % pasar
Jerman, dan 80 % pasar Inggris.31
30
Yuliana dan Julia Eka Rini, Introduction to Communication (Jakarta: Grasindo, 2002) h. 18
31
Naisbitt dan Aburdene berteori bahwa ketika teknologi maju menyerbu,
masyarakat di negara berkembang—yang pada umumnya sudah mempunyai
nilai-nilai yang mapan—merasa terancam. Mereka merasa nilai-nilai-nilai-nilai yang sudah lama
mereka anut akan terhapus, tergilas, dan tergantikan oleh nilai-nilai global. Gaya
hidup lama akan diganti dengan gaya hidup baru. Serangan budaya inilah yang
disebut dengan “imperialisme kultural”.32
Mengutip kolumnis Georgie Anne Geyer, Naisbitt dan Aburdene
mengatakan, “Imperialisme kultural merembes ke suatu negara melalui radio dan
TV, melalui turis dan perawat tentara perdamaian; imperialisme kultural
melangkah memasuki negara kuno yang menderita…”33
Lantas apakah efek dari imperialisme kultural ini? Apakah masyarakat dunia
sekadar merasa terancam? Naisbitt dan Aburdene pada akhirnya mengatakan: “di hadapan homogenisasi yang semakin tumbuh, kita semua akan berusaha melestarikan identitas kita, apakah itu agama, kultur, kebangsaan, bahasa, atau ras.”34Fenomena inilah yang pada kenyataannya terjadi di dunia.
Ketika bahasa Inggris melanda dunia, banyak negara yang melakukan
penekanan untuk menggunakan bahasa nasional. Contohnya Wales, sebuah negara
yang, pada tahun 1930-an, tersisa 30 persen penduduknya yang menggunakan
bahasa Wales (selebihnya berbahasa Inggris), pada tahun-tahun sesudah itu
membuka kursus-kursus intensif untuk bahasa Wales. Orang-orang tua negeri itu
“membuat pengorbanan besar dalam mengirimkan anak-anak ke sekolah-sekolah
32
Ibid. h. 125
33
Ibid.
34
Wales, kadang mengantar mereka dua puluh mil sekali jalan untuk
mengikutinya.”35
Upaya mempertahankan identitas juga terjadi pada agama. Revolusi Islam
Iran (RII) sebetulnya merupakan imbas dari imperialisme kultural. Sebab
pemicunya memang imperialisme ekonomi, tapi kebijakan-kebijakan Syah
Pahlevi, raja Iran pra-revolusi yang dikendalikan Amerika Serikat, yang mengikis
budaya-budaya Islam (seperti penggantian kalender Islam dengan kalender Persia
Kuno) merupakan sebab-sebab tak terbantahkan yang membuat kaum agamawan
bereaksi dan menggagas gerakan-gerakan revolusioner.
Reaksi terhadap globalisasi ini jugalah yang pada akhirnya membangkitkan
fenomena “islamisasi” atas berbagai media massa. Di Indonesia muncul majalah
“sabili”, “hidayatullah”, “sufi”, dan sebagainya. Harian Republika juga dianggap
mewakili suara umat Islam, sebagai ‘tandingan’ Kompas yang dianggap mewakili
suara umat Kristiani. Belakangan Radio-Radio berlabel Islam juga muncul, seperti
Radio Asy-Syafi’iyah. Dengan berbagai perangkat yang sudah di”islamisasikan”
itu, maka counter terhadap nilai-nilai global lebih dapat terjamin—selain umat
Islam juga dapat meneguhkan identitasnya.
35
BAB III
SEKILAS TENGAN RADIO ER-DAMMAH
I. Latar Belakang
Ada dua alasan penting yang melatar belakangi berdirinya radio Er-Dammah.
Pertama, dakwah merupakan panggilan bagi setiap muslim. Setiap muslim
dipanggil Tuhan untuk menyampaikan yang hak dan mencegah yang batil, sesuai
dengan pedoman Al-Quran dan sunnah Rasulullah. Dalam Al-Quran (Surat
Ali-Imran: ) disebutkan, “Dan hendaklah dari kalian ada segolongan ummat yang
mengajak kepada kebaikan”
Dengan memahami kata “min” sebagai “setiap orang”, maka hukum
wajibnya berdakwah jatuh pada setiap orang, hukumnya menjadi fardhu ‘ain,
kewajiban bagi setiap individu. Inilah landasan pertama yang mendorong
berdirinya Radio Komunitas Er-Dammah.
Kedua, Radio dewasa ini menempati tempat yang penting, seperti halnya
televisi dan internet. Sekalipun radio tak menyajikan gambar, tapi ia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki televisi, antara lain sifatnya yang portable, dapat
dibawa ke mana-mana dengan mudah.
Dalam fungsinya sebagai media massa, radio mampu menyampaikan satu
pesan kepada orang banyak yang tersebar luas secara geografis. Jika dakwah
seorang ustad pada acara maulidan hanya didengar oleh sekitar 100 orang, maka
dakwah yang sama dengan menggunakan teknologi radio dapat disimak oleh lebih
membedakannya dari televisi—dan dengan pengemasan yang menarik, maka
dakwah yang disampaikan melalui radio memiliki kemungkinan efektif yang
tinggi.
Sebetulnya, karena dua landasan pemikiran itulah Radio Er-Dammah
berdiri. Didorong oleh panggilan keimanan, dan pertimbangan media yang
matang, maka kini Radio Er-Dammah telah mengudara dan menyampaikan
pesan-pesan Islam.
Radio Er-Dammah yang merupakan sebuah radio Komunitas berada di Kota
Tangerang, sebuah kota di Indonesia yang terletak di lintasan garis khatulistiwa—
berkisar antara 1060 20’-1060 43’BT dan 6000’-6020’ LS—merupakan sebuah kota
yang luas, dan karena itu terbagi atas dua pemerintahan: Kabupaten Tangerang—
terdiri dari 26 kecamatan dengan luas 1.110 K m2— dan Kota Tangerang—terdiri
dari 11 kecamatan dengan luas 164,54 Km2.
Prediksi keberhasilan dakwah radio Er-Dammah didukung oleh statistik
penduduk Tangerang yang berjumlah lebih dari 4.5 juta jiwa. Terlebih lagi,
ternyata 96,6 % darinya beragama Islam. Jumlah yang sangat besar ini tentunya
merupakan lahan dakwah yang sangat efektif
Karena besarnya persentase ini, maka dakwah yang disampaikan
Er-Dammah tentunya bukan dakwah yang bentuknya mengkonversi orang non-Islam
menjadi Islam, tapi lebih kepada dakwah yang melakukan “islamisasi-kembali”
untuk mengingat Tuhan, orang-orang Islam yang tidak tahu teknis berhaji
diajarkan bagaimana caranya.
II. Rancangan Pengembangan Dakwah Islam Melalui Radio Er-Dammah Inti dari segala bentuk siaran dakwah radio Er-Dammah adalah syiar Islam. Radio
Er-Dammah menyiarkan hal-hal yang 100 persen Islami, tidak terkontaminasi
dengan hal-hal yang sekuler, tetapi tetap dilakukan secara ringan, santai, dan
bermasyarakat, agar wajah Islam nampak lebih bersahabat. Jadi, kalau ada
pemutaran lagu di radio Er-Dammah, pemutaran itu tidak berarti menjadikan radio
ini sebagai institusi hiburan. Segala macam format program radio Er-Dammah
seluruhnya ditujukan untuk syi’ar Islam. Hal itu tergambar dalam visi, misi, dan
tujuan berdirinya radio Er-Dammah.
1. Tujuan Pendirian Radio Er-Dammah
Maksud pendirian radio Er-Dammah adalah tak lain seperti maksud berdirinya
radio-radio yang lainnya. Layaknya sebuah radio berdiri dalam rangka
menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasarnya, oleh pendengarnya.
Informasi tersebut dapat bertujuan mendidik, menghibur, atau memberi informasi.
Namun demikian, ketiga tujuan itu dilandaskan atas satu prinsip penting yang
seringkali dilupakan banyak orang dewasa ini, yaitu suatu prinsip yang disebut
Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktualnya dengan prinsip “membangun
jembatan”.36 Prinsip ini dikenal dengan silaturrahmi.
36
Radio Er-Dammah membangun siarannya di atas prinsip silaturrahmi,
sebab setiap personilnya menyadari bahwa sistem global masa kini mampu
mengombang-ambingkan persahabatan dan persaudaraan, sampai-sampai segala
hal mesti direduksi kepada tujuan-tujuan singkat yang sarat kepentingan dan
sangat pragmatis.
Belakangan kerap terdengar ujaran: “tak ada persahabatan yang sejati,
yang ada hanyalah kepentingan.” Dalam suasana semacam ini, jalinan hubungan
kasih dan persaudaraan menjadi amat sangat bernilai. Mendasarkan penyiaran
berdasarkan prinsip ukhuwwah dan persaudaraan merupakan sebuah pilihan yang
menghidupkan kembali kommitmen keislaman, komitmen untuk merapatkan
barisan di tengah arus globalisasi yang menawarkan standard-standard nilai yang
seringkali bertentangan dengan kebudayaan dan agama lokal. Dalam butir-butir
tujuan berdirinya radio Er-Dammah disebutkan:
”Ikut memberikan kontribusi yang real dalam merajut tali ukhuwwah dan
mencerdaskan ummah bersama radio-radio lainnya yang penyelenggaraannya
berada di wilayah Tangerang, khususnya dan Banten pada umumnya.
”Ikut berpartisipasi dalam penyebaran informasi, pendidikan, dakwah, dan
hiburan secara seimbang sebagaimana layaknya fungsi radio sebagai media
elektronik yang berdaya guna.”37
37
2. Visi Radio Er-Damma
Visi atau cita-cita ke depan radio Er-Dammah sangat sarat akan nilai keislaman,
yakni, “menjadi stasiun penyiaran terdepan yang mampu menyajikan ragam
informasi dengan mengedepankan landasan syari’ah Islamiyah dalam
mewujudkan tatanan masyarakat madani yang cerdas, intelektual, berintegrasi,
harmonis, dan berwawasan keislaman.”
Dan, tentunya visi itu tak lepas dari keinginan akan terwujudnya kualitas
profesional sebagai sebuah stasiun penyiaran, yang mampu menyiarkan
dakwahnya secara lebih efektif.
Di wilayah Tengerang sendiri, sebetulnya, belum banyak radio komunitas
Islam yang mengudara. Bahkan, yang baru mengantongi izin siaran secara resmi
baru dua: Er-Bamba dan Er-Dammah ini. Radio-Radio dakwah lainnya masih
terbilang jarang.
Sampai saat ini, pendengarnya sudah cukup banyak dan memiliki semacam
ketertarikan untuk senantiasa bersilaturrahmi dengan radio Er-Dammah. Dengan
terjalinnya kontak yang intensif seperti yang selama ini tengah berlangsung,
pewarisan nilai-nilai agama juga akan semakin intensif.
3. Misi Radio Er-Dammah
Misi radio Er-Dammah dirumuskan sebagai berikut:
Menyelenggarakan siaran berkualitas yang bersifat edukatif, informatif, dan
menghibur
2. Mengoptimalkan, mengembangkan potensi dan kompetensi sumber
daya manusia
3. Menjalin kemitraan bisnis yang bersih, sinergis, dan islami
BAB IV
RADIO ER-DAMMAH (RADIO DAKWAH AL-UMMAH) 107.7 FM SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
A. Analisis Konstruksi Program Dakwah Radio Er-Dammah
Kegiatan radio Er-Dammah dirancang sedemikian rupa dan terorganisir dengan
baik. Kegiatan-kegiatannya meliputi kegiatan jangka panjang dan jangka pendek,
yang terencana atau yang aksidental. Semua program kegiatan itu diarahkan
kepada pencerahan wawasan keislaman yang lebih baik lagi; semua kegiatan
ditujukan untuk memberikan semacam identitas Islam bagi masyarakat Islam
yang—yang menurut Er-Dammah—belum islami.38
Dengan menimbang lebih dari 90 % jumlah muslim di wilayah Tengerang,
maka setiap program kegiatan Radiio Er-Dammah lebih berisi program-program
yang sifatnya “islamisasi”, atau penguatan kembali nilai-nilai akidah dan
pengetahuan mengenai Islam dengan cara memberikan mereka pemahaman Islam
yang benar, memperbaiki kekeliruan mereka, dan lain sebagainya.
Di samping itu, program kegiatan Radio Er-Dammah juga tidak melupakan
hal-hal yang tengah menarik di masyarakat. Isu-isu yang tengah hot disajikan
secara populer agar mudah dicerna. Dan yang terpenting, format acaranya
seringkali disusun secara dialogis, yang memungkinkan pendengar untuk
melontarkan pernyataan atau memberikan umpan balik kepada nara sumber.
Secara umum, memang, format siaran radio Er-Dammah meliputi format dialog
38
interaktif, penyiaran live mengenai materi-materi kontemporer, Road Show,
informasi layanan masyarakat, dan hiburan. Dan yang terpenting di atas semua
itu, semua materi ini bernafaskan islam. Semua materi ini disusun sedemikian
rupa untuk memberikan masyarakat pengetahuan yang jelas dengan gaya bahasa
yang lugas sehingga keislaman masyarakat dapat lebih ditingkatkan. Secara lebih
rinci, berikut program siaran radio Er-Dammah:
1. Tarbiyah Islamiyah. Program ini merupakan program yang menyiarkan
kajian agama secara interaktif, baik yang meliputi ibadah-ibadah seperti
sholat, zakat, shaum, haji, sedekah, dan sebagainya, maupun
ibadah-ibadah yang cakupannya sosial seperti berpolitik, berbudaya, dan
sebagainya. Secara bahasa “tarbiyah islamiyah” berarti pendidikan
agama Islam. Namun dalam konteks ini, istilah ini bisa dipahami sebagai
sebuah upaya Radio Er-Dammah dalam rangka memberikan pemahaman
yang jelas mengenai seluruh aspek ajaran Islam. Di Era globalisasi,
program semacam ini sangatlah penting dan membantu. Kenapa? Sebab
arus nilai global yang ditonton masyarakat melalui televisi memberikan
banyak sekali nilai alternatif yang jauh dari agama. Ada pula
nilai-nilai yang mungkin tidak bertentangan dengan agama, tapi di mata
masyarakat masih meragukan, karena mereka belum memahaminya. Di
sini peran pemuka-pemuka agama menjadi sangat penting. Tarbiyah
Islamiyah bisa dipahami sebagai sebuah counter-attack.
2. Aqidah. Program akidah merupakan program yang sangat penting,
Barangkali, hari ini semua orang sudah bertuhan-satu. Dengan logika
rasional, bahkan melalui beberapa penemuan eksperimental di bidang
fisika, orang sudah dapat menerima eksistensi Tuhan yang satu dan
mampu membedakan antara mitologi dan sejarah, antara yang palsu dan
yang benar, antara yang pasti dan spekulatif. Namun, persoalan di
bidang akidah dewasa ini adalah persoalan pemurnian dan peneguhan
akidah. Orang mungkin sudah percaya Tuhan itu Esa, tak mungkin
berbilang, tapi pada praktiknya mereka masih pergi ke dukun. Orang
mungkin sudah percaya Tuhan itu Esa, tak mungkin berbilang, tapi
ketika kesulitan dan berbagai bencana besar menimpa, mereka putus asa
dan mengakhiri hidup mereka. Kenyataan seperti ini yang hendak
dimurnikan dalam Program Akidah Radio Er-Dammah.
3. Tsaqofah. Istilah ini dalam bahasa indonesia berarti kebudayaan. Istilah
tsaqofah meliputi pemikiran yang tertuang dalam diskusi-diskusi,
literatur atau karya sastra, teknologi, hidangan makanan sehari-hari,
fashion pakaian yang sedang in, hiburan yang menjadi mainstream,
seperti musik, dan sebagainya. Aspek yang tercakup dalam tsaqofah
amat luas, dan nampaknya, diskusi-diskusi radio Er-Dammah mengenai
kebudayaan yang Islami ini perlu bersaing dengan berbagai kebudayaan
asing yang mulai dikenal masyarakat umum. Persoalan kesetaraan
Gender, hak asasi manusia, negara hukum, musik, etika teknologi
modern, merupakan persoalan-persoalan yang tak kunjung habis dan
kejelasan untuk menyikapinya. Di sinilah Radio Er-Dammah mengisi
peran penting itu.
4. Tahsin. Secara bahasa kata ini berarti “pembagusan”. Secara istilah ini
adalah program Er-Dammah dalam mendidik masyarakat dalam
mengenal Al-Quran, yang meliputi teknik membaca yang benar dengan
pengetahuan yang memadai akan hukum-hukumnya.
5. Samara. Istilah ini kepanjangan dari “Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah.”
Dengan program ini, radio Er-Dammah berupaya keras dalam
membimbing masyarakat dalam konteks berumah tangga yang islami.
Sebagaimana diketahui umum, rumah tangga merupakan unit terkecil
dari negara, dan merupakan sentral pendidikan yang penting dalam
mencetak generasi bangsa dan agama ke depannya.
6. Fikih. Kajian fikih berhubungan dengan tata cara ibadah, hampir mirip
dengan Tarbiyah Islamiyah. Hanya saja, aspek fikih ini menekankan
hukum-hukum yang berkenaan dengan ibadah sehari-hari, baik yang
berhubungan dengan Allah, maupun yang berkenaan dengan sesama
manusia.
7. Ruqyah. Kajian interaktif ini berhubungan dengan berbagai modus
kejahatan melalui gangguan jin. Memang perlu diakui bahwa di dunia
modern yang menganut asumsi-asumsi empiris sains, perdukunan masih
merajalela. Dokter-dokter rumah sakit spesialis manapun tidak akan
mampu mengobati orang yang kesurupan, karena pendekatan mereka
diobati dengan pendekatan dunia gaib, sebagaimana dikenal dalam Islam
kepercayaan pada “yang gaib”. Melalui program inilah radio
Er-Dammah melebarkan sayap dakwahnya.
8. Kajian Islamiyah. Program ini terdengar umum, yaitu kajian tentang
Islam. Namun yang dimaksud dengan kajian Islamiyah di sini adalah
kajian tentang khusus tentang wanita muslimah dalam rangka
membentuk kepribadian muslimah yang berkualitas. Dari sini,
sebetulnya sudah nampak bahwa dakwah Radio Er-Dammah betul-betul
diarahkan searus dengan konteks kekinian di mana wanita seolah
menjadi pusat perhatian dan perubahan. Isu-isu semacam kebebasan dan
kesetaraan gender sebetulnya perlu diinterpretasikan lebih baik
9. Jepara. Kalau Kajian Islamiyah khusus untuk kaum mudi, maka yang satu
ini diperuntukkan bagi kaum muda. Program ini menyiarkan
pembinaan-pembinaan kepribadian para pemuda agar cerdas secara spiritual,
emosional, power (jasadiyah), dan intelektual. Peran dakwah kajian
islamiyah dan jepara amat penting, sebab sasaran khalayaknya adalah
pemuda.
10.Motivation Night. Kajian on-air ini adalah kajian motivasi, yaitu
pembinaan mental yang positif, percaya diri, semangat, dan bertujuan
dalam menjalani hidup.
11.Jendela Keluarga. Jendela keluarga adalah siaran khusus yang mencoba
melihat problem-problem keluarga dari sudut pandang wanita
12.Permata Hati. Program ini masih berhubungan dengan pembinaan
keluarga yang islami, seperti halnya samara dan jendela keluarga.
Namun, siaran yang satu ini berfokus pada pendidikan untuk anak-anak,
agar menjadi anak-anak yang sholeh. Dewasa ini problem anak-anak
merupakan problem keluarga yang serius. Sebagai ‘tunas yang baru
tumbuh’, anak-anak masih menjadi makhluk yang melakukan imitasi
terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama dalam hal perilaku,
pandangan terhadap sesuatu, bahkan hobi. Banyak orang tua yang
tahu—sedikit—mengenai apa yang pantas dilihat dan apa yang tidak,
apa yang dibolehkan dan apa yang tidak. Tapi sedikit dari mereka yang
mempunyai cara yang jitu untuk membiasakan anak agar memiliki
perilaku yang santun itu.
13.Lentera Hati. Ini adalah siaran yang tujuannya mencerahkan spiritualitas.
Program ini tidak ditujukan untuk para eksekutif yang mengalami
kevakuman eksistensial, program ini ditujukan oleh radio Er-Dammah
untuk para pendengar yang sebagian besar awam. Namun bahasa
spiritualitas adalah bahasa yang universal. Seperti bahasa musik, dapat
diterima oleh siapa saja dan kapan saja. Selalu terdengar indah, nyaman,
dan damai. Karena itu, program siaran ini dapat dinikmati siapa saja,
terutama bagi orang-orang yang ingin bertaqarrub (mendekatkan diri)
Mays katakana, ”kemanusiaan kita sedang membutuhkan sesuatu yang
spiritual.”39
14.Erdammah Medika. Ini siaran konsultasi online, terutama dalam bidang
kesehatan, psikologi, pengobatan, dan lain-lainnya. Program ini bernilai
tambah bagi dakwah islam. Sebab, tujuan dakwah tidak hanya agar
masyarakat sholat dan haji, tapi juga agar masyarakat hidup sejahtera
dan sehat.
15.Healthy Care. Ini juga salah satu siaran mengenai tips-tips hidup yang
sehat, baik secara jasadiy maupun fikri.
16.Dunia Islam. Er-Dammah berupaya menyampaikan berita terkini
mengenai sejarah Islam di dunia.
17.Sirah Nabawiyah. Sunnah nabi merupakan salah satu rujukan penting
dalam Islam. Apa yang dilakukan nabi dalam satu konteks biasanya
dijadikan ukuran untuk menilai apa yang perlu dilakukan pada masa
kini. Slogan “kembali kepada Al-Quran dan Sunnah” merupakan sebuah
ciri penting dari satu keadaan di mana orang-orang islam ingin
menonjolkan identitasnya; satu keadaan di mana eksistensi agama mulai
tercampur baur dengan hal-hal yang bukan agama, yaitu nilai-nilai
global.
18.Nuansa Islam. Ini program tentang nuansa hidup orang-orang di bawah
naungan Islam, yang disertai dengan kisah nyata orang yang
mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah.
39
19.Tokoh Islam. Program dakwah Er-Dammah ini mengetengahkan sejarah
para tokoh Islam dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,
ekonomi, politik, sosial, budaya, kedokteran, astronomi, matematika,
fisika, dan lain-lain. Kajian ini merupakan spirit untuk mengembalikan
lagi kepercayaan diri masyarakat. Sebab, secara histories, Islam pernah
besar dalam berbagai bidang yang kini dikuasai oleh Barat.
20.Dunia Anak. Program ini mengetengahkan cerita-cerita, kisah teladan, dan
anak-anak berprestasi. Tujuannya adalah pembinaan anak dalam
keluarga. Lagi-lagi, di sini dakwah Er-Dammah di arahkan benar-benar
ke pondasi pembentukan ummat yang balanced.
21.Serba-Serbi. Informasi dan hiburan ini mengetengahkan berita terkini dari
seluruh penjuru dunia. Tujuannya memberikan wawasan global, agar
tahu perkembangan.
22.Pelangi Nusantara. Informasi ini mengetengahkan tempat-tempat
pariwisata di Indonesia beserta lokasi-lokasi bersejarahnya.
23.Opini Anda. Program ini jelas-jelas membuat radio Er-Dammah masuk ke
lingkungan masyarakat. Program ini ibarat sebuah rumah yang membuka
pintu rumahnya lebar-lebar dan mempersilahkan para tetangganya
berkunjung masuk. Mereka berkenalan dengan tuan rumah, dan ketika
mereka bertemu saat-saat tertentu, mereka bertegur sapa. Program ini
membuka kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan opininya
24.Tips dan Kiat. Er-Dammah juga memberikan kiat-kiat yang sifatnya
memotivasi dan mendukung hidup agar lebih terasa bermakna dan
bertujuan.
25.Bursa Lowongan Kerja. Karena memang lebih banyak pendengar
Er-Dammah yang berasal dari kelas bawah, program ini sangat membantu.
Di sini disajikan berbagai informasi mengenai lowongan kerja di
berbagai daerah yang disajikan secara apik dan terkini.
26.Bahasa Arab. Belajar bahasa Arab merupakan salah satu langkah utama
dan penting dalam memahami agama Islam. Banyak orang Islam yang
mempelajari agamanya tanpa memahami bahasa Arab. Rujukannya
hanyalah buku-buku sekunder yang ditulis dari tangan orang lain.
Akibatnya, ketika penulis pertama ini membuat asumsi yang salah, maka
orang-orang yang merujuk darinya juga ikut membangun asumsi yang
salah. Dengan mempelajari bahasa Arab dasar, minimal, ketika
menerima konsep-konsep yang khas Islam, dalam sholat, pengajian,
buku bacaan, ceramah agama, dan lain-lain, informasi yang diterima
dapat diserap dan dihayati lebih maksimal.
27.Er-Dammah English. Bahasa Inggris merupakan bahasa global.