• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Pusat Studi Flora Indonesia Di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Pusat Studi Flora Indonesia Di Bogor"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN PUSAT STUDI FLORA INDONESIA

DI BOGOR

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah DI.38309 Tugas Akhir Semester Genap tahun akademik 2015/2016

Oleh:

Yoga Lesmana 52011001

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Yoga lesmana

Alamat

: Jl. Pramukha XIII No. K129

RT.12 RW.13

Tempat/Tgl Lahir

: Bandung, 28 April 1993

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status

: Mahasiswa

TB/BB

: 176 cm / 72kg

Kewarganegaraan

: Indonesia

Pendidikan

: - SDN Gatot Subroto 4 Bandung

- SMPN 27 Bandung

- SMAN 14 Bandung

- Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Keorganisasian

:

SD : - Mengikuti ekstrakulikuler karawitan (Alat musik suling bambu)

Prestasi :

Pernah menerima beasisiwa dari PUSSENIF TNI AD

SMP : - Mengikuti ekstrakulikuler DEGUNG

(seni musik dan tari : sebagai pemain Gong selama 1,5 thn dan

penari)

Prestasi : Pernah tampi dalam acara Pemprof Jawa Barat tahun

2007 di Lapangan Tegalega sebagai pengisi Acara.

- PKS (Patroli Keamanan Sekolah) sebagai ketua regu 1 bintang 2

SMA :- Mengikuti ekstrakulikuler LISES (lingkungan seni sunda)

Prestasi :

Mengikuti FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa

Nasional) tahun 2009 di UNINUS Tingkat Kota Bandung,

untuk kategori lomba tari kelompok pria (mendapatkan

penghargaan

khusus)

(6)

tingkat kota bandung untuk kategori lomba seni kriya

sebagai perwakilan sekolah

-

PRAMUKHA, menjabat sebagai kerani (sekertaris 1)

-

ITAZURA (Anggota Komunitas Bahasa jepang)

UNIKOM : - Menjabat sebagai Bendahara 2 HIMA Desain Interior tahun

2014

- Menerima beasiswa PPA tahun 2013

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam menyelesaikan studi strata-1 atau S1, dan mata kuliah tersebut bertujuan untuk merancang sebuah fasilitas umum yang akan dipresentasikan dalam sidang akhir untuk menentukan kelulusan mahasiswa yang bersangkutan. Perancangan Pusat Studi Flora Indonesia merupakan judul yang diambil untuk menyelesaikan mata kuliah tugas akhir. Dalam perancangan tersebut, fokus utama terletak dalam perancangan ruang laboratorium dan ruang konservasi serta ditunjukan untuk menjadi sebuah fasilitas dalam merawat dan melindungi flora Indonesia. Selain itu fungsi dibuatnya fasilitas ini bukan hanya untuk media informasi dan edukasi namun juga sebagai media rekreasi.

Bandung, 22 Agustus 2015

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA . . . . . .

LEMBAR PENGESAHAN . . . i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA . . . .ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI . . . iii

RIWAYAT HIDUP . . . . . . . . . iv

KATA PENGANTAR . . . vi

DAFTAR ISI . . . .. . . .. . . .vii

DAFTAR GAMBAR . . . . . . .x

DAFTAR TABEL . . . . . . xii

DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . .xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah . . . .1

1.2. Gagasan Perancangan. . . 4

1.3. Fokus Permasalahan. . . .6

1.4. Permasalahan Perancangan. . . .6

1.5. Maksud dan Tujuan perancangan . . . 7

(9)

viii

2.1.1. Pengertian pusat Studi . . . 9

2.1.2. Pengertian Pusat Studi Flora . . . 9

2.1.3. Pengertian Konservasi . . . .. . . .10

2.1.4. Ruang Laboratorium . . . .11

A. Elemen Sistem Mutu Perancangan Laboratorium . .11 B. Tata Letak Alat Laboratorium . . . 17

2.1.5. Ruang Pameran . . . 20

A. Prinsip Tata Pameran . . . 20

B. Metode Penyajian Koleksi Ruang Pameran . . . 20

2.2. Studi Antropometri . . . .. . . 22

2.2.1. Sudut Pandang dan Jarak pandang . . . 22

2.2.2. Sistem Pencahayaan . . . 24

2.2.3. Sistem Penghawaan dan Keamanan . . . .29

2.2.4. Karakteristik warna dalam Pusat Studi . . . .32

2.2.5. Studi Khusus Laboratorium . . . .32

2.3. Studi Banding . . . . . . 36

2.3.1. Kebun Raya Bogor . . . 36

BAB III KONSEP PERENCANAAN 3.1. Data dan Karakteristik User . . . 44

(10)

ix

3.3. Struktur Organisasi . . . .49

3.4. Alur Sirkulasi . . . .49

3.5. Program Kedekatan Antar Ruang . . . .51

3.6. Zoning – Blocking . . . .52

3.7. Studi Image . . . .57

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Deskripsi Tema dan Konsep Perancangan . . . 59

4.2. Implementasi Konsep Perancangan . . . 60

4.2.1. Floor Plan . . . 60

4.2.2. Ceiling Plan. . . 61

4.2.3. Lighting Plan . . . .63

4.2.4. Way Finding System. . . 64

4.2.5. Skema Material . . . .65

4.2.6. Skema warna . . . 66

4.2.7. Skema Bentuk . . . .67

4.2.8. Desain Furnitur. . . 68

4.3. Teknis Penghawaan dan Kelembapan . . . 69

4.4. Teknis Keamanan . . . .70

(11)

1

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Jumlah spesies tumbuhan atau flora di Indonesia amatlah banyak. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat 2 jutaan spesies tumbuhan yang telah dikenali dan 60 persen dari jumlah tersebut terdapat di Indonesia. Meskipun Indonesia kaya akan keragaman flora, namun, saat ini baru ada 8.000 jenis yang sudah teridentifikasi. Jumlah tersebut diperkirakan baru 20 persen dari jumlah flora yang ada di Indonesia. (Yunanto, 2015)

Banyaknnya tipe tumbuhan Indonesia yang belum teridentifikasi, menjadikan pemanfaatan flora di Indonesia kurang maksimal. Hal ini berkaitan dengan manfaat flora atau tumbuhan sebagai penunjang dalam kehidupan manusia. Banyaknya ragam jenis flora yang belum diketahui membuat perkembangan terhadap flora dirasa seperti sebuah

‘rahasia’ yang perlu dicari keberadaannya. Flora (tumbuhan) memiliki fase hidup sederhana yaitu tumbuh (Grow), bergerak (Move), terarah (Aimed), flora juga memiliki banyak hal unik selain fase hidup yaitu warna, jenis hingga manfaatnya dalam kehidupan.

(12)

2

tumbuhan yang dilindungi dalam Ketentuan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Walau sebenarnya menurut data IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Redlist yaitu badan yang

meneliti perkembangan tumbuhan maupun konservasi disetiap lembaga maupun pemerintahan yang bertujuan menetapkan standar daftar spesies dan upaya penilaian konservasi di setiap negara, Indonesia mempunyai sekurang-kurangnya 397 spesies tumbuhan yang terancam punah. Jumlah di Indonesia yang terancam punah tersebut tergolongkan dalam 2 spesies dengan status Extinct In the Wild (Punah di Alam Liar), 115 tipe dengan status Critically Endangered (Gawat), 74 tipe tumbuhan berstatus Endangered (Terancam), serta 206 spesies tumbuhan dengan status Vulnerable (Rawan).

(13)

3

konservasi harus menjadi langkah yang tepat dalam mengatasi masalah perawatan serta perlindungan tumbuhan.

Laboratorium digunakan sebagai tempat yang bertujuan untuk meneliti. Khususnya dalam Pusat Studi Flora Indonesia, laboratorium digunakan untuk meneliti tumbuhan yang belum teridentifikasi dan sekaligus melakukan berbagai macam percobaan dalam dunia flora untuk menghasilkan tanaman hibrida maupun bibit-bibit unggul. Yang nantinya digunakan sebagai langkah konservasi tumbuhan yang ada di indonesia. Namun Pusat Studi Flora Indonesia tidak dibuat hanya untuk tujuan penelitian dan konservasi saja, namun juga untuk tujuan rekreasi agar dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk masyarakat umum. Sehingga ada beberapa laboratoium dan ruang konservasi yang dibuka untuk umum agar masyarakat tidak hanya tau tentang tumbuhan, manfaatnya, tetapi juga proses pembentukannya.

(14)

4

hiburan. Sehingga ada beberapa fasilitas yang sifatnya tertutup dan hanya untuk orang-orang khusus, namun akan dibuat terbuka untuk umum sehingga lebih fleksibel dan sesuai dengan tujuan perancangan Pusat Studi Flora Indonesia.

Pusat Studi ini juga terletak di kota bogor, karena bogor merupakan salah satu kota yang banyak menyediakan fasilitas konservasi alam. Baik berupa kebun raya, science park hingga lembaga pendidikan maupun lembaga yang bersifat milik negara ataupun swasta.

1.2 Gagasan Perancangan

Pusat Studi Flora Indonesia merupakan fasilitas pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan tentang flora atau tumbuhan yang ada di Indonesia. Pusat studi ini digunankan sebagai fasilitas penelitian dan konservasi namun juga sebagai media Informasi, edukasi dalam pengenalan terhadap flora, agar masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan dengan baik dan benar sesuai aturan. Selain itu dikemas secara rekreatif sehingga masyarakat dapat berkunjung tidak hanya untuk studi namun juga untuk rekreasi.

(15)

5

yaitu untuk skema bentuk, baik untuk bentukan ruang hingga bentukan furniture. Maka membuat ruangan yang dapat menampung tiga kebutuhan yaitu penelitian, konservasi, dan edukasi kedalam satu kemasan yang rekreatif yang memiliki citra segar, asri, alami yang melambangkan tumbuhan. Selain itu banyak tumbuhan di Indonesia yang belum dikenal dengan baik masyarakat, baik dari jenis hingga pemanfaatan dalam kehidupan sehari- hari. Maka memunculkan ide untuk membuat ruang yang memiliki kesan rahasia atau ‘secret’. Oleh karena itu ruangan di desain menggunakan tema “Secret Garden”.

(16)

6 1.3 Fokus Perancangan

1. Pusat Studi Flora Indonesia memiliki fungsi sebagai tempat Penelitian dan Konservasi, yang digunakan sebagai media Informasi serta edukasi namun dikemas secara rekreatif.

2. Mendesain ruang Laboratorium dan ruang konservasi sebagai sarana edukasi namun juga sebagai sarana rekreasi.

3. Mendesain ruangan dengan konsep dan bentuk yang dapat mencerminkan perkembangan tumbuhan seperti tumbuh (grow), bergerak (move) dan terarah (aimed)

4. Mendesain ruangan yang mengusung citra segar, asri dan alami.

1.4 Permasalahan Perancangan

1. Bagaimana cara mendesain ruangan Pusat Studi Flora indonesia yang memiliki tiga fungsi sekaligus yaitu sebagai media informasi, edukasi, dan rekreasi?

2. Bagaimana cara mendesain ruang Laboratorium dan ruang Konservasi sebagai area rekreasi ?

3. Bagaimana cara mendesain sebuah ruangan yang memiliki konsep dan bentuk yang dapat mencerminkan perkembangan tumbuhan seperti tumbuh (grow), bergerak (move) dan terarah (aimed) ?

(17)

7 1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan

1.5.1. Maksud

1. Merancang desain interior Pusat Studi Flora Indonesia sebagai fasilitas penelitian dan konservasi (perawatan serta perlindungan) tumbuhan yang bertujuan sebagai media informasi dan edukasi yang dikemas secara rekreatif.

2. Merancang ruang yang dianggap tertutup dan hanya boleh dimasuki oleh orang yang berkepentingan, seperti ruang laboratorium dan ruang konservasi sebagai fasilitas terbuka.

3. Merancang desain interior sebuah ruangan yang memilki konsep dan bentuk yang berkaitan dengan tumbuhan dan merupakan cerminan terhadap perkembangan tumbuhan seperti tumbuh (grow), bergerak (move) dan terarah (aimed).

4. Merancang desain interior ruangan yang memiliki citra segar, asri

1.5.2. Tujuan

1. Untuk mendesain Pusat Studi Flora yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan Penelitian dan Konservasi sebagai media informasi dan pembelajaran.

(18)

8

3. Untuk mengimplementasikan berbagai macam ciri-ciri khas dari tumbuhan sebagai media pembelajaran namun juga dapat diaplikasikan kedalam perancangan interior.

(19)

9

Bab II Tinjauan Umum Pusat Studi Flora dan Interior Pusat

Studi Flora

2.1. Studi Literatur

2.1.1. Pengertian Pusat Studi

Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpuan. (www.kbbi.web.id), diakses pada tanggal 5 April 2015

Studi : Penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan. (www.kbbi.web.id), diakses pada tanggal 5 April 2015

Maka pusat studi dapat diartikan sebagai fasilitas atau tempat tumpuan dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Setiap pusat studi memiliki fungsinya masing-masing hal ini ditinjau dari disiplin bidang keilmuan yang berkaitan atau disiplin bidang keilmuan yang dipelajari di tempat tersebut.

2.1.2. Pengertian pusat Studi Flora

(20)

10

bangunan yang digunakan sebagai sarana dalam menimba ilmu mengenai flora atau tumbuhan. Berkaitan dengan fungsi setiap bidang keilmuannya, maka pusat studi flora ini memiliki fasilitas dalam penilitian, konservasi, maupun studi pustaka yang semua hal didalamnya berkaitan dengan flora atau tumbuhan.

2.1.3. Pengertian Konservasi

Konservasi dimaknai sebagai tindakan untuk melakukan perlindungan atau pengawetan, atau sebuah tindakan untuk melestarikan sesuatu dari kerusakan. Dan salah satu fokus konservasi adalah melestarikan bumi dan alam semesta dari kerusakan atau kehancuran yang diakibatkan oleh manusia. Namun pada perkembangannya konservasi juga dimaknai sebagai pelestarian warisan kebudayaan. Menurut “World Conservation strategy” atau dalam bahasa Indonesia di artikan sebagai “strategi

konservasi sedunia”, konservasi memiliki tiga tujuan utama yaitu memelihara proses ekoloigi yang potensial dan sistem pendukung kehidupan, mempertahankan keanekaan genetis, dan menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkelanjutan.

(21)

11

Indonesia memiliki beberapa peraturan yang berkaitan dengan konservasi. Peraturan ini mengacu pada usaha pemerintah untuk melestarikan sekaligus melindungi SDA (Sumber Daya Alam) yang rusak oleh manusia maupun alam itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat salah satu contohnya adalah hutan Indonesia sebagai pasokan oksigen terbesar. Kebijakan konservasi diatur dalam UU No.5 Tahun 1990 adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin keninambungan persediaaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (pasal 1 butir 2). Selain itu ada juga UU No 23 Tahun 1997, berkaitan dengan definisi sekaligus pemanfaatan konservasi.

2.1.4. Ruang Laboratorium

A. Elemen –Elemen Sistem Mutu Perancangan laboratorium :

Menurutn Hadi (2000 : 21-26) dalam pelaksanaan perancangan menejemen mutu laboratorium harus dapat memenuhi dua persyaratan yaitu:

1. Persyaratan Manajemen

(22)

12

Laboratorium harus merupakan kesatuan yang legal dapat dipertanggung jawabkan, memuaskan kebutuhan pelanggan, mencakup pekerjaan di lab. permanen, di luar lab. permanen dan atau di lab. sementara atau bergerak, dan bersifat independen, serta apabila laboratorioum merupakan bagian dari suatu organisasi dengan kegiatan selain pengujian, tanggung jawab personil harus didefinisikan. Misalnya, bagian marketing atau produksi tidak boleh mempengaruhi kesesuaian dengan standar.

b. Sistem Mutu

Laboratorium harus menetapkan, menerapkan, memelihara, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan Sistem Mutu sesuai dengan lingkung kegiatannya. Laboratorium harus mendokumentasikan kebijakan, sistem, program, prosedur, dan instruksi sejauh yang diperlukan untuk menjamin mutu hasil pengujian. Dan harus dikomunikasikan serta dimengerti dan diterapkan oleh semua personel yang terkait sehingga dijadikan Panduan Mutu.

c. Pengendalian dokumen

(23)

13

penting unruk sistem mutu dan dokumen tersebut harus dikaji ulang dan disahkan.

d.Kaji Ulang Permintaan, Tender & Kontrak

Laboratorium harus melakukan kaji ulang yang berkaitan dengan kontrak pengujian, dan perbedaan apapun antara permintaan, tender dan kontrak harus diselesaikan sebelum pekerjaan dilakukan. Setiap kontrak dibuat atas persetujuan Laboratoriun dan pelanggan. Kebijakan dan prosedur untuk melakukan kaji ulang yang berkaitan dengan kontarak pengujian harus memastikan bahwa persyaratan metode uji yang akan digunakan, ditetapkan, didokumentasikan dan dipahami sebagaimana mestinya, serta mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memenuhi persyaratan.

e.Subkontrak Pengajuan

Laboratorium dapat mensubkontrakkan pekerjaan kepada laboratorium lain (subkontraktor) yang kompeten dan harus memberitahu secara tertulis kepada pelanggan tentang semua pengaturan yang dilakukan.

f. Pembelian Jasa dan perbekalan

(24)

14

pembekalan yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.

g.Pelayaan kepada Pelanggan

Laboratorium harus melakukan kerja sama dengan pelanggan sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakannya dengan tetap menjaga kerahasiaan pelanggan lainnya

h.Pengendalian Pekerjaan Pengujian atau Kalibrasi yang Tidak Sesuai Laboratorium harus memiliki kebijakan dan prosedur dalam mengendalikan pekerjaan pengujian atau aspek apapun yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan atau persyaratan pelanggan yang telah disepakati. Dan dilakukan evaluasi yang berkelanjutan dilakukan tindakan perbaikan.

2. Persyaratan Teknis

a. Umum

(25)

15

2. Setiap faktor tersebut mempunyai kontribusi pada ketidakpastian pengukuran. Laboratorium memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam mengembangkan metode pengujian atau kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifikasi pesonel dan pemilihan peralatan alat-alat dan bahan yang terdapat dalam laboratorium guna meningkatkan kualitas.

b. Personel

Semua pekerjaan di laboratorium dilaksanakan oleh personel yang kompeten dibidangnya. Kemampuan kerja setiap individu, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam aturan maupun sistem yang berlaku.

c. Kondisi Akomodasi dan Lingkungan

Laboratorium harus dilengkapi dengan fasilitas yang mampu menjamin kebenaran unjuk kerja pengujian serta mengendalikan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil mutu. Dan untuk kondisi lingkungan dan akomodasi yang mempengaruhi hasil pengujian yang harus di dokumentasikan.

d. Metode Pengujian dan Validasi

(26)

16

kegiatannya, dan siap dugunakan serta dioperasikan guna memenuhi kebutuhan.

e. Peralatan

Laboratotium harus dilengkapi dengan peralatan untuk menunjang kegiatannya yang mampu menghasilkan data yang absah dan akurasi yang diperlukan. Program kalibrasi harus ditetapkan untuk besaran atau nilai utama peralatan, apabila sifat-sifatnya berpengaruh nyata pada hasil.

f. Ketelusuran dan Pengukuran

Semua pengukuran yang dilakukan di laboratorium harus tertelusur ke standar nasional atau internasional atau pada bahan acuan yang bersertifikat.

g. Pengambilan Sampel

Laboratorium harus memiliki prosedur dan rencana dalam melakukan pengambilan sampel yang akan diuji, untuk menghasilkan informasi yang diperlukan.

h. Penanganan Barang yang diuji dan Dikalibrasi

(27)

17

penerimaan, penanganan, perlindungan dan penyimpanan serta pembuangan contoh uji.

i. Jaminan Mutu Hasil Pengujian

Laboratorium harus memiliki prosedur dalam melakukan pengendalian untuk memantau unjuk kerja dan keabsahan pengujian/kalibrasi yang dilakukan.

j. Pelaporan hasil

Laboratorium yang melaporkan setiap hasil pekerjaannya dengan akurat, jelas, tidak meragukan dan objektif dalam bentuk laporan hasil pengujian yang digunakan.

B. Tata Letak Alat Laboratorium

Laboratorium memiliki aturan dalam menempatkan atau meletakan peralatan. Aspek ini berkaitan dengan penilaian mutu atau kualitas laboratorium yang berkaitan dengan manajemen laboratorium.

Menurut Al (2007 : 1-3) Laboratorium paling tidak terdiri dari beberapa ruang kegiatan Penting yaitu :

1. Ruang Praktek :

(28)

18

4. Ruang Penyimpanan khusus (Isolasi)

5. Ruang Gelap (untuk kegiatan yang tidak membutuhkan cahaya) 6. Ruang Specimen dan kultur

7. Ruang Olah data (ruang khusus kepala Lab + ruang Arsip) 8. Area Timbang

Perlengkapan Laboratorium paling tidak terdiri dari :

1. Alat alat Lab : alat peraga, alat ukur, alat optik dan magnetik, alat dasar, alat alat penunjang, model-model, dll

2. Perabot : meja dan kursi, lemari, rak, meja demonstrasi,dll 3. Perkakas : obeng, tang, kikir, gergaji

4. Kotak P3K beserta isinya 5. Alat pemadang kebakarang 6. Alat pembersih

7. Buku-buku : buku inventaris alat dan bahan, buku catatan kegiatan, buku peminjaman alat, buku sumber, katalog alat, buku petunjuk, petunjuk operasional alat yang standar

Tata letak laboratorium berkaitan dengan :

1. Tidak terletak di arah angin agar terhindar dari polusi dari tempat lain 2. Memiliki jarak jauh terhadap sumber air, untuk menghindari

pencemaran air

(29)

19

4. Memiliki jarak cukup jauh terhadap bangunanlain untuk memperoleh ventilasi yang cukup dan penerangan alami yang optimum

5. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol

Selain itu juga, Menurut Al (2007 : 3) Peletakan alat laboratorium harus disusun berdasarkan:

1. Tempat atau ruang

a. di Ruang Kegiatan b. di Ruang Preparasi c. di Gudang

d. Ruang Timbang 2. Sarana

a. Lantai tepi ruang kegiatan b. Almari alat

c. Almari display

d. Almari alat-alat penunjang e. Meja

f. Dinding 3. Sifat penempatan

a. Permanen

(30)

20 2.1.5. Ruang Pameran Pemanfaatan Flora

A. Prinsip Tata Pameran.

Menurut Tugas akhir : Perancangan dan Perencanaan Interior Pusat Studi Kebudayaan masyarakat jawa Surakarta (2009 : 40) Prinsip-prinsip umum untuk penataan dan membuat satu desain dalam museum yaitu:

1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story line) 2. Tersedianya benda museum atau koleksi yang akan menunjang

jalannya cerita dalam pameran tadi.

3. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran. 4. Sarana serta prasarana yang akan dipakai, dana atau biaya yang perlu disediakan.

B. Metode Penyajian Koleksi Pada Ruang Pameran

(31)

21

1. Agar pengunjung dapat mengetahui secara jelas mengenai jenis-jenis obyek koleksi dari obyek dua dimensi dan tiga dimensi dari hasil karya seni di Indonesia.

2. Agar memudahkan dalam membentuk suasana tiap ruang pamer sesuaidengan jenis obyek koleksi yang dipamerkan.

Selain itu menurut Tugas akhir : Perancangan dan Perencanaan Interior Pusat Studi Kebudayaan masyarakat jawa Surakarta (2009 : 46) Metode penyajian dapat disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan atau pengunjung Pusat Studi, yakni dengan menggunakan secara terpadu ketiga metode seperti:

1. Metode penyajian artistik, untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari warisan budaya atau koleksi yang tersedia.

2. Metode penyajian intelektual atau edukatif, dimana benda-benda yang dipamerkan tidaklah bendanya saja, tetapi dipamerkan juga semua segi yang bersangkutan dengan benda itu sendiri seperti urutan proses terjadinya benda tersebut sampai pada cara penggunaan atau fungsinya.

(32)

22 2.2. Studi Antropometri

2.2.1 Sudut pandang dan jarak pandang

Terkait dengan Perancangan Pusat Studi flora Indonesia maka ruang yang dikhususkan dalam perancangannya yaitu ruang konservasi, ruang penelitian dan juga ruang pemanfaatan flora berupa ruang pamer tanaman. maka studi mengenai antropometri berkaitan dengan penyajian display di dalam ruang-ruang tersebut. Selain itu juga di dalam ruang konservasi studi antropomerti ini berkaitan dengan sistem display tanaman yang dibuat atau disusun secara vertikal (Vertical garden), maupun secara horizontal (Horizontal garden). Pada prinsip Vertical garden, tanaman disusun dengan format memanjang keatas sehingga

dibuat bertingkat – tingkat. Hal ini biasanya digunakan untuk mengatasi permasalahan ruang yang kecil sehingga dibuat dengan solusi susunan vertikal. Selain itu pada prinsip horizontal biasanya digunakan dalam ruang yang luas sehingga tidak perlu disusun keatas.

2.1 Gambar Sudut pandang dengan jarak pandang

(33)

23

Dalam perancangan ruang konservasi, ruang laboratorium maupun ruang pameran maka studi sudut pandang dan jarak pandang berkaitan dengan benda yang akan didisplay yang berkaitan langsung dengan kenyamanan dalam melihat benda koleksi. Beberapa hal yang harus diperhitungkan diantaranya yaitu sudut pandang dan jarak sudut pandang. Hal ini berguna dalam menentukan tata letak bagi display tumbuhan, baik itu jarak antara satu display dengan yang lainnya ataupun jarang ketinggian display, yang nantinya berkaitan dengan posisi 0(nol) pada lantai yang cocok agar sesuai dengan penglihatan mata.

Gambar 2.2 juga merupakan karakter dari sudut pandang manusia terhadap benda yang terpampang didepanya. Karakter ini berkaitan dengan sudut nyaman dalam penglihatan.

2.2 Gambar sudut pandang terhadap benda display

[image:33.595.175.531.379.551.2]
(34)

24 2.2.2. Sistem Pencahayaan

Perancangan atap pada ruang Konservasi akan menggunakan elemen kaca karena ruang konservasi akan dibuat layakanya ruamah kaca (Grean House) yang di letakan di area roof top. Penggunaan elemen ini ditunjukan untuk tanaman yang ada didalamnya agar dapat menyerap cahaya matahari secara maksimal dan bertumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Namun untuk mencapai tujuan itu tidaklah mudah, karena ruang konservasi harus memperhitungkan jumlah cahaya masuk yang efisien sesuai dengan bentukan ruang. Gambar diatas menunjukan bagaimana bentuk atap ruang dapat berpengaruh terhadap cahaya yang masuk ke dalam ruang tersebut. Selain bentuk ruang tentu saja efisiensi berkaitan dengan luas ruang yang proporsional.

(35)

25

Dalam merancang pencahayaan di dalam ruang pameran, maka pencahayaan pada koleksi yang dipamerkan ditujukan menimbulkan kenyamanan visual bagi pengunjung galeri. Hal ini dikarenakan dengan adanya cahaya dapat menimbulkan efek tiga dimensi dari koleksi terutama pada koleksi yang ingin ditonjolkan dan mudah untuk membaca label. Namun pemakaian yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan permanen pada koleksi, terutama untuk koleksi yang sensitif terhadap cahaya. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan pengaturan dan manajemen pencahayaan pada koleksi dengan lebih memperhatikan penggunaan jenis lampu yang dipakai.

Menurut Makalah Seminar Tugas Akhir sistem pengaturan Intensitas cahaya (2004 : 3)

Berikut ini adalah konsep pencahayaan yang dapat digunakan :

1. Pencahayaan individual atau khusus, ditujukan untuk benda-benda koleksi museum. Dengan menggunakan jenis lampu spot light yang disorotkan ke bagian dinding galeri, bukan ke arah karya karena dikhawatirkan cahayanya dapat membuat warna menjadi pudar. Hal tersebut terutama untuk jenis karya lukisan, drawing dan fotografi. Pencahayaan khusus ini menggunakan sistem tracklight dengan penggunaan rel lampu di plafon untuk memudahkan dalam mengubah sorot pencahayaan.

(36)

26

iluminasi yang sedang. Kombinasi dari jenis lampu halogen dengan filter UV digabung dengan lampu incandescent merupakan pencahayaan yang tepat diletakkan di dalam galeri karena jangkauan nya yang luas dan sifatnya yang tidak merusak karya tergantung dari pemilihan lux lampu yang tepat. Untuk konsep pemasangan lampu dapat berupa downlight dengan tipe warm light. Bertujuan membuat suasana lebih hangat dan

menampilkan warna yang baik dari karya. Fungsi dari general lighting dapat menerangi ruangan yang memfasilitasi kegiatan berkarya, membaca, menulis dan bekerja, dan beraktifitas yang membutuhkan gerak cepat. Fungsi lainn terhadap sirkulasi adalah menerangi jalur sirkulasi.

3. Pencahayaan dekoratif, digunakan untuk menciptakan suasana ruang yang lebih dramatis dan mendukung pencapaian image ruang yang hendak ditampilkan

(37)

27

[image:37.595.107.548.155.717.2]

Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Tabel 2.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

JENIS KEGIATAN TINGKAT PENCAHAYAAN

MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar dan tidak terus –menerus 100

Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus – menerus 200

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300

Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus

500

Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000

Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci

3000

Tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

(38)

28

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut

[image:38.595.109.549.262.766.2]

Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kerja

Keperluan Pencahayaan (LUX) Contoh Area Kegiatan

Pencahayaan Umum untuk ruangan dan areayang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana

20

Layanan penerangan yang minimum dalam area sirkulasi luar ruangan, pertokoan didaerah terbuka, halaman tempat penyimpanan

50 Tempat pejalan kaki &

panggung

70

Ruang boiler

100

Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.

150

Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan.

Pencahayaan umum untuk interior

200 Layanan penerangan yang

minimum dalam tugas

300

Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip.

(39)

29

Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis.

1500

Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat halus,

perakitan mesin presisi kecil dan instrumen; komponen elektronik, pengukuran & pemeriksaan bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)

Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat

3000

Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran

Maka dari tabel 2.1 dan 2.2 maka dapat diperhitungkan berapa jumlah pencahayaan yang dibutuhkan untuk merancang ruang pameran hingga ruang khusus penelitian atau laboratorium.

2.2.3. Sistem Penghawaan dan Keamanan Sistem Penghawaan

Menurut Satwiko (2004 :4-9), Sistem penghawaan didapatkan dengan 2 sistem yaitu sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan buatan. Sistem penghawaan alami dibuat dengan membuat banyak bukaan dalam bangunan baik itu berupa jendela ataupun nakas. Sedangkan

(40)

30

sistem penghawaan buatan menggunakan AC atau Air Conditioner. Adapun beberapa tipe AC sebagai berikut :

1. AC Unit

A. Tipe Paket Tunggal, dikenal dengan tipe jendela (windows type). Pada tipe ini seluruh AC berada dalam satu wadah.

Dan diletakan dengan cara menempatkan mesin langsung menembus dinding.

B. Tipe Paket Terpisah, atau dikenal dengan Tipe split, Ac ini mempunyai dua bagian terpisah yaitu unit dalam ruang dan unit luar ruang. Ada beberap penerapan dalam type split ini seperti tipe terpasang dinding atau disebut wall type, lalu ada tipe terpasang dilantai, dan terakhit tipe cassette yaitu terpasang di ceiling.

2. AC terpusat yaitu tipe besar yang dikendalikan secara terpusat untuk melayani satu gedung besar, baik yang pembagiannya seperti ruang sederhana toko maupun ruang rumit seperti perkantoran dan perhotelan.

Penghawaan khusus untuk ruangan yang digunakan untuk konservasi tanaman :

(41)

31

merata. Ventilator untuk sirkulasi udara di rumah kaca membuat aliran udara terus-menerus didaur ulang sekitar tanaman.

2. Exhaust fan yang digunakan untuk membuat ventilasi paksa dan mengurangi kelembaban berlebih. Ini fans bekerja pada as roda sentrifugal yang secara otomatis membuka kipas mencakup ketika mereka diaktifkan dan menutup mereka ketika fans berhenti beroperasi.

3. Hot Air Generator, Dalam generator udara panas, bahan bakar yang dibakar dalam kotak bahan bakar dan knalpot panas dilewatkan melalui berdinding tipis, tabung logam (penukar panas). Panas dipindahkan ke logam dan knalpot dihapus dari rumah kaca melalui cerobong. Udara panas dapat ditiup langsung ke rumah kaca atau dipaksa melalui tabung polietilen (jet tube) menjalankan panjang rumah kaca. Sistem ini dapat menggunakan minyak tanah, propana cair atau gas alam sebagai sumber bahan bakar. Sistem ini dirancang untuk mencapai temprature yang dibutuhkan oleh tanaman.

Sistem Keamanan

Sistem keamanan merupakan salah satu aspek dalam penilaian kualitas bangunan, yaitu agar bangun dapat terjaga dan pelaksanaannya lancar serta terkendali.

(42)

32

1. CCTV

2. Smoke Detector

3. Fire Detector

4. Water Sprinkler

2.2.4. Karakteristik Warna dalam Pusat Studi

Pusat studi merupakan fasilitas pembelajaran bagi umum atau kalangan tertentu untuk mempelajari bidang keilmuan terterntu. Maka menurut dari hasil penelaahan penulis, pusat studi memiliki karakteristik warna yang netral dan terkesan formal. Seperti putih dan krem, hal ini bertujuan agar orang yang belajar didalamnya dapat belajar dengan konsertrasi yang baik. Namun pusat studi ini juga digunakan sebagai pembelajaran terhadap flora maka karakteristik warna yang digunakan mengarah pada warna-warna natural dan netral seperti hijau, coklat, hingga abu dapat digunakan.

2.2.5. Studi Khusus Laboratorium

(43)

33

[image:43.595.192.447.369.659.2]

Dalam penerapan standar perancangan laboratorium ada beberapa yang dibuat dengan aturan standar, salah satunya adalah gambar diatas yang menjadi ilustrasi dalam pertimbangan antropometrik, yang diikut sertakan dalam perancangan sebuah laboratorium. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara pengguna lab dengan meja kerjanya. Dan nantinya dapat digunakan sebagai standar perancangan yang ergonomi. Berikut ini adalah tabel keterangan mengenai gambar pertimbangan area kerja.

Tabel 2.3 Pertimbangan Area Kerja

Selain berkaitan mengenai hubungan antara pengguna laboratoium dan area kerja. Namun juga ada posisi mata ataupun posisi tinggi mata

In Cm

A 30 76,2

B 24 61

C 18 45,7

D 30-36 76,2 – 91,4 E 34-38 86,4 – 96,5

F 27 68,6

G 12-15 30,5 – 38,1

H 39 maks 99,1 maks

I 42 maks 106,7 maks

(44)

34

dalam posisi duduk maupun berdiri. Hal ini nantinya berkaitan dengan hubungan pandangan pengamat dengan alat baca atau peralatan laboratorium Maupun dengan barang-barang yang ada didalam laboratoium. Tidak hanya itu namun juga ada ilustrasi mengenai posisi pengamat berdasarka ukuran tubuh

2.5 Gambar ilustrasi posisi mata pada saat berdiri (Sumber :Julius Panero, Dimensi manusia, 2003)

(45)

35

[image:45.595.192.446.311.590.2]

Pada dua gambar ilustrasi sebelumnya menunjukan hubungan antara posisi mata yang baik saat menggunkanan peralatan laboratorium. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam membuat atau menentukan posisi maupun ukuran dari peralatan laboratorium. Dan berikut ini penjelasan mengenai gambar ilustrasi sebelumnya :

Tabel 2.4 Pertimbangan Posisi Mata Pengguna Lab

In Cm

A 5 6 12,7 15,2

B 18 45,7

C 24 61

D 36 91,4

E 72 182,9

F 30 76,2

G 52,5 133,4

(46)

36 2.3. Studi Banding

2.3.1. Kebun Raya Bogor

1. Lokasi

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI Jl. Ir. H Juanda No 13 Bogor, Jawa Barat

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi

"Menjadi salah satu Kebun Raya terbaik di dunia dalam bidang

konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan dan pariwisata".

Misi

 Melestarikan tumbuhan tropika.

 Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika.

 Mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan.

 Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Tujuan

 Mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbuhan tropika umumnya.

(47)

37

 Memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex situ tumbuhan.  Meningkatkan jumlah dan mutu terhadap konservasi dan

pendayagunaan tumbuhan.

 Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan bidang konservasi ex situ tumbuhan.

 Meningkatkan pendidikan lingkungan.

 Meningkatkan pelayanan jasa dan informasi perkebunrayaan.

3. Tugas Pokok

Penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program,

pelaksanaan penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika serta evaluasi dan penyusunan laporan.

4. Fungsi

 Penyiapan bahan perumusan kebijakan bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika.

 Penyusunan pedoman, pembinaan dan pemberian bimbingan teknis penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika.

 Penyusunan rencana dan program serta pelaksanaan penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika.

(48)

38

 Pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika.

 Evaluasi dan penyusunan laporan penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika.

5. Jasa dan Fasilitas

1. Magang dan Penelitian 2. Identifikasi Tanaman 3. Herbarium

4. Perpustakaan 5. Bank Biji

6. Penelitian

1. Laboratorium Kultur jaringan 2. Laboratorium Treub :

- Laboratorium Molekul (Genetika Konservasi) - Laboratorium Anatomi, Morfologi dan Sitologi - Laboratorium Konserasi Biji

- Laboratorium Ekologi konserasi

7. Kegiatan dalam ruang laboratorium

1. Lab. Kultur jaringan : Melakukan Penelitian dan Pelatihan magang mahasiswa

(49)

39

3. Lab. Anatomi, Morfologi dan Sitologi : Penelitian Anatomi yang berkaitan dengan keberagaman jumlah rekomendasi untuk persilangan.

4. Lab. Konservasi Biji : Penelitioan dan Pengujian Biji (daya simpan, viabilitas, dan cara perkecambahan)

5. Lab. Ekologi Konservasi : Penelitian Mengenai status Kelangkaan dan species prioritas.

8. Jenis Kegiatan Secara Umum

Berdasarkan Kebutuhan :

1. Pendidikan : - Pembelajaran - Penelitian

2. Hiburan : - Wisata - Tamasya - Bermain

Berdasarkan Jenjang Usia :

1. Anak – Anak (Usia 1- 6 thn) : Hiburan

2. Pelajar dan mahasiswa : Pendidikan & Hiburan 3. Dewasa : Pendidikan & Hiburan

(50)

40 9. Jumlah koleksi

10. Struktur Organisasi

2.8 Gambar Struktur Organisasi KR-LIPI

(Sumber : www.krbogor.lipi.go.id), diakses pada tangga 20 April 2015 2.7 Gambar Jumlah Koleksi

(51)
[image:51.595.109.537.166.617.2]

41 Analisa Lapangan

Tabel 2.5 Analisa lapangan KRB

Fasilitas Keterangan

1. Area Pengunjung & area pameran sejararah anggrek

(Sumber Gambar : Data Penulis)

Area ini digunakan sebagai lobby untuk bangunan griya anggrek. Ruang ini juga digunakan sebagai area pameran untuk

memamerkan foto –foto sejarah anggrek serta sejarah mengenai orang-orang penting dalam bidang biologi konservasi

3. Griya Anggrek Griya anggrek merupakan salah

satu bangunan publik di kebun raya bogor yang digunakan sebagai fasilitas hiburan.

Ruangan ini juga didesain seperti green house atau rumah kaca

(52)

42

(Sumber Gambar : Data Penulis)

3. Ruang Pengembangan

Banyak sekali yempat yang digunakan sebagai area

pengembangan produk tanaman. Area ini memang dikhususkan untuk dimasuki oleh para peneliti untuk mengetahui perkembangan tanaman yang sedang diteliti. Selain itu fasilitas ini juga hanya boleh dimasuki oleh yang yang berkepentingan, sehingga

(53)

43

(Sumber Gambar : Data Penulis)

(54)

59

BAB IV Konsep Perancangan

4.1. Deskripsi Tema dan Konsep Perencanaan

Tema dalam Perancangan adalah “Secret Garden” sedangkan penggayaan yang diusung dalam perancangan adalah Modern Natural. Tema Secret Garden dalam perancangan dirasa mewakili tumbuhan sebagai obyek utama. Konsep taman rahasia dibalik sebuah ruangan menjadi perpaduan unik dalam perancangan. Konsep taman rahasia ini merujuk pada tempat yang tidak terlihat dari luar namun akan terasa jika sudah didalamnya. Penggunaan panel atau sekat-sekat tertutup menjadi salah satu pengaplikasian dari konsep tersebut.

Penggunaan elemen-elemen partisi pada gambar 4.1 merupakan salah

(55)

60

satu pengaplikasian bentuk yang bergerak dan terarah. Selain itu, aplikasi tanaman jenis hedera digunakan sebagai konservasi tanaman dalam ruang, namun juga aplikasi untuk tema taman rahasia.

4.2. Implementasi Konsep Perancangan

Secret garden yang di dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai taman

rahasia menjadi tema utama dalam Perancangan Pusat Studi Flora Indonesia dan pengaplikasiannya diterapkan dalam beberapa elemen interior seperti berikut :

[image:55.595.129.530.442.737.2]

1.2.1. Floor Plan

Tabel 4.1 Tabel Analisa Floor Plan

Ruang Persyaratan Bahan

R. Konservasi

Sederhana, terlihat bersih dan memberikan

kesan Natural. Dan mudah di rawat, terikat

aturan standar dalam perancangannya

Ceramik

R. Laboratorium

Standar, harus terlihat bersih, mudah dirawat,

tidak licin.

Vynil

R. Pemanfaatan flora

Harus terlihat menarik, mencerminkan penggayaan maupun

konsep

Marmer & Granite

(56)

61

Tabel analisa floor plan menunjukan sebagian elemen material yang digunakan dalam perancangan. Namun material yang dominan adalah marmer yang dapat memberikan kesan alami juga modern. Selain implementasi pada material yang digunakan, namun implementasi tema dan konsep juga diaplikasikan kedalam rencana pola lantai ini, dengan dibuat berbentuk bergerak dan terarah.

4.2.2. Ceiling Plan

[image:56.595.205.454.299.508.2]

Implementasi konsep pada pola langit – langit atau ceiling : Tabel 4.2 Tabel Analisa Ceiling Plan

Ruang Persyaratan Bahan

R. Laboratorium

Memberikan kesan bersih, tidak terlalu banyak warna, biasanya

GypsumBoard

Fin. ACP

[image:56.595.130.532.681.766.2]
(57)

62

dibuat standar. R. Konservasi

(Green House)

Harus banyak cahaya masuk, penerangan yang lebih dari cukup

Kaca atau Acrylic

R. Lobby R. Pemanfaatan

flora

Menarik dan mendukung suasana ruang, sehingga memberikan kesan yang diinginkan,

Harus banyak pilahan motif dan warna

GypsumBoard

Fin. Warna Natural (sesuai dengan konsep

warna)

Selain Ruang diatas masih banyak ruangan lainnya, namun pada perencanaannya dibuat dengan material yang sama yaitu gypsum hanya saja finishing yang digunakan berbeda. Ada yang hanya difinishing dengan menggunakan cat. Ada juga yang difinishing dengan material kayu sehingga memberikan kesan natural, serta penggunaan material ACP umtuk menumbuhkan kesan modern. Namun secara keseluruhan penggunaan elemen gypsum mendominasi perancangan kecuali ruang Konservasi utama yang menggunakan elemen kaca pada bagian atapnya.

(58)

63 4.2.3. Lighting Plan

Penggunaan tata cahaya yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang berada dalam ruang konservasi, sehingga pemilihan cahaya buatan tidak hanya terletak pada suasana atau atmosfer yang ingin di dapat namun juga efisiensi. Oleh karena itu dalam perancangan digunakan pencahayaan umum yaitu berupa lampu T5 (fluorescent) pada hampir keseluruhan ruangan. Dan ada juga pencahayaan khusus yaitu lampu khusus untuk Tanaman, LED Grow Light lampu yang berfungsi sebagai pengganti cahaya alami untuk

tumbuhan dalam ruang. Berfungsi sebagai pengganti intensitas cahaya yang seharusnya didapat dari matahari namun karena berada didalam ruang sehingga digantikan dengan cahaya buatan. Serta jarak penempatan lampu LED grow light yaitu 1 lampu untuk jarak 1-1.5m2.

Sedangkan lampu jenis T5 dengan warna kekuningan dengan efek “early

sunrise” dirasa dapat menambahkan kesan dramatis dalam implementasi konsep taman rahasia namun juga terlihat natural layaknya cahaya matahari.

(59)

64

Konsep Pencahayaan seperti gambar 4.3 merupakan pengaplikasian cahaya kekuningan (early sunrise) untuk memberi efek dramatis. Dan cahaya yang dihasilkan spotlight pada tanaman merupakan lampu jenis LED Growlight

4.2.4. Way Finding System

Penggunaan Material yang berbeda dalam pola lantai merupakan salah satu pengaplikasian way finding system dalam perancangan interior Pusat Studi flora. Selain itu penggunaan elemen partisi yang disusun terarah merupakan salah satu cara menentukan arah atau alur cerita didalam ruang tersebut. Dapat dilihat dalam gambar 4.2 yaitu gambar perancangan lantai. Dimana dalam gambar tersebut, penggunaan jalan yang hanya satu arah digunakan sebagai cara untuk menemukan alur dari sistem way finding.

(60)

65 4.2.5. Skema Material

Adapun implementasi material dalam perancangan pusat studi flora ini sebagai berikut :

Salah satu material yang digunakan dalam skema material adalah kayu, yang mewakili tumbuhan sebagai obyek utama. Tidak hanya mewakili tumbuhan sebagai obyek utama namun juga memberikan kesan natural atau alami. Dan untuk meningkatkan unsur alami maka juga digunakan unsur bebatuan untuk meningkatkan citranya. Selain itu penggunaan unsur Alumunium, besi dan kaca juga mendominasi ruang interiornya sebagai elemen pendukung dalam pengaplikasian tema desain modern.

4.4 Gambar Skema material

(Sumber : http://rikaarba.wordpress.com), diakses pada tanggal 18 April 2015 Lantai

Dinding

(61)

66

Namun selain itu juga material pendukung sperti jenis finishing HPL, Vynil juga diaplikasikan sebagai material pendukung untuk meningkatkan citra dalam tema perancangan, penggunaan bahan tersebut dikarenakan elemen yang jauh lebih modern dan juga memiliki cara pengemasan yang terlihat alami atau natural karena memiliki efek serat kayu.

1.2.6. Skema Warna

Konsep taman rahasia mengacu pada kata kunci “taman” yaitu kedalam

gradasi warna alami, seperti gradasi warna hijau lalu kuning lalu coklat,

sedangkan kata kunci “rahasia” mengacu pada warna netral seperti

hitam, abu –abu dan putih namun juga dapat memberikan kesan dramatis. Berikut ini beberapa warna yang dipilih dalam perencanaan interiornya. Baik untuk warna pada dinding, langit-langit maupun pada elemen lantai.

4.5 Gambar Skema warna

(Sumber : www.NPYDA-Indonesia.com), diakses pada tanggal 12 Mei 2014

Ceiling

(62)

67

Penggunaan warna coklat muda atau krem digunakan sebagai warna dasar dalam pengaplikasian konsep taman rahasia. Selain memberikan efek ketenangan, warna krem juga melambangkan usur alami. Selain itu juga ada warna gradasi hijau memberikan kesan asri karena menampilkan citra tanaman atau flora yang diusung sebgai icon utama dalam perancangan Pusat studi Flora.

1.2.7. Skema Bentuk

Pemilihan skema bentuk disesuaikan dengan tema dan penggayaan maka bentuk-bentuk yang sederhana, dinamis dan bergerak merupakan kata kunci dalam perancangan. Sehingga bentuk-bentuk tersebut dirasa cocok dalam perancangan yang mengusung tema mengenai tumbuhan atau flora. Bentuk yang tumbuh, bergerak dan terarah merupakan implementasi dari fase pertumbuhan sebuah tanaman. Dan memiliki skema bentuk yang terlihat bergerak, meski penggayaan modern yang sederhana namun tetap terlihat dinamis.

(63)

68 4.2.7. Konsep Desain Furnitur

Konsep desain furnitur yang digunakan adalah melengkung yang memberikan kesan bergerak layaknya tumbuhan. Namun selain menggunakan bentuk yang melengkung, juga ada beberapa yang menggunakan bentuk- bentuk dasar seperti persegi maupun bentuk sederhana lainnya. Selain itu bentuk yang dibuat dengan cara disususn vertikal dapat memberikan kesan “tumbuh” atau berkembang layaknya tumbuhan.

Salah satu aplikasi dari bentuk yang bergerak adalah desain furnitur untuk deiplay tanaman obat, furnitur tersebut tidak hanya dibuat melengkung namun juga mengakomodasi fungsi sistem penamanan tumbuhan didalam ruangan.

(64)

69

Seperti pada gambar 4.5 dapat dilihat pada bagian gambar kerja bahwa terdapat sebuah sistem yang dapat memfasilitasi tanaman untuk tumbuh baik dari tempat tumbuh, media tumbuh hingga sistem saluran pembuangan. Pada bagian yang didesain seperti laci merupakan konsep jalur sistem pembuangan air kotor sisa tanaman. Dan nantinya laci tersebut dapat di lepas dan dipasang kembali secara manual.

4.3. Pilihan Teknik Penghawaan dan Kelembapan

Dalam perancangan ini, sistem penghawaan alami melalui cross ventilation dan bukaan bovenlicht digunakan untuk penghawaan alami untuk tanaman jenis bunga di area lorong dari ruang pemanfaatanh flora Indonesia. Hal inu dikarenakan tanaman jenis bungga membutuhkan udara alami untuk membantu dalam proses penyerbuka. Selain itu juga mengggunakan penghawaan buatan berupa AC Split, maupun AC Central dengan pertimbangan sebagai berikut ini sesuai kebutuhan ruang

- Kerena setiap pelaku aktivitas di dalam bangunan ini mempunyai tingkat kepekaan dingin yang berbeda baik berkaitan dengan kebutuhan ruang yang sesuai dengan kebutuhan fungsinya serta

penggunaan dengan tujuan tertentu.

(65)

70

- Satu contoh adalah ruang konservasi dimana di dalam ruang itu memiliki kontrol AC yang berbeda dibandingkan dengan AC di ruang yang lain. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan ruang yang disesuai dengan tanaman agar suhunya stabil.

Selain itu penggunaan AC outlet digunakan untuk menyedot udara berupa CO2 yang dikeluarkan dari tanaman yang nantinya akan dibuang melalui saluran outlet atau pembuangan. Selain penghawaan ada juga sistem kelembapan udara menggunakan alat pengatur suhu kelembapan udara yaitu Digital air humidity controller. Berguna selain utuk pengukur kelembapan namun juga untuk mengatur kelembapan. Yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pengaturan kelembapan media tanam atau tanah didalam ruangan.

4.4. Teknik Keamanan

Penggunaan sistem keamanan dengan menggunakan kamera CCTV sebagai pengawasan. Lalu juga menggunakan berbagai jenis sistem deteksi seperti smoke detector atau fire detector. Lalu juga ada water sprinkler, selain itu untuk sistem benda yang dipajang akan menggunkan

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Al, Suyitno 2007 “Tata Letak Alat Laboratorium”. Journal. Edisi 1, http://bnnkotadepok.org.in/Jul_06/2110.html, 21 juli 2015.

Dinhari, Pandu 2009. “Tugas akhir : Perancangan dan Perencanaan Interior Pusat Studi Kebudayaan masyarakat jawa Surakarta” Surakarta : Universitas sebelas Maret

Efendi, Darda 2009 “Pusat kajian hortikultultura”. Journal, http://Ippm.ipb.ac.id/index, 28 Maret 2015

Hadi, Anwar 2000 “Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Cetakan Pertama” Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kehakiman R.I 1996. “UUD’45” Surabaya : Indah surabaya

KEPMENKES RI, “Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja” 2002. Journal. No 1405, http://depkes.go.id, 21 April 2015.

Panero, Julius - Zenlik, Martin 2003. “Dimensi Manusia dan Ruang Interior” Jakarta : Erlangga

Satwiko, Prasasto 2004. “Fisika Bangunan 2” Yogyakarta : Penerbit Andi

Sunardi, 2004 “Makalah Seminar Tugas Akhir : Sistem Pengaturan Intensitas

Cahaya” Semarang : Universitas Diponogoro

UNEP, “Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan” 2014. Web. http://www.energyefficiencyasia.org, 15 Juni 2015.

Yunanto, “Baru 20 persen Flora yang teridentifikasi” Kompas, 2013. Web. http://www.kompas.com, 30 April 2015.

www.NPYDA-Indonesia.com, diakses pada tanggal 12 Mei 2014 www.bp.blogspot.com, diakses pada tanggal 16 januari 2015 www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 5 April 2015

Gambar

Gambar 2.2 juga merupakan karakter dari sudut pandang manusia
Tabel 2.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kerja
Tabel 2.3 Pertimbangan Area Kerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pelatihan ini manfaat yang diharapkan akan diperoleh diantaranya: kreatifitas siswa dan nelayan dalam mengembangkan potensi pariwisata domestic; mampu berpikir

Didasari oleh hal ini maka pihak manajemen CV, Sentral Abadi Sentosa dengan serius menakar besaran bonus yang akan diberikan pada salesman agar jumlah bonus yang diberikan

Bahwa atas putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut, Kuasa Hukum Penggugat telah menyatakan banding pada tanggal 26 Agustus 2011, permohonan banding tersebut

Supervisor memberikan evaluasi kepada mahasiswa selama kegiatan supervisi, presentasi, dan laporan sesuai form nilai yang telah disediakan.. Kegiatan Pembimbingan

Berdasarkan hasil klasifikasi atau pengelompokan kemudian data akan dihubungkan, disentesakan, dan diperbandingkan sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh

Fitur GPS sekarang sudah ada di handphone sehingga sangat mudah bagi orang-orang untuk menggunakan GPS.Dalam penelitian ini dibuat Sebuah system yang akan

Siswa Pelamar, menggunakan NISN dan password yang diberikan oleh Kepala Sekolah pada waktu verifikasi data di PDSS, login ke laman SNMPTN http://snmptn.ac.id untuk

Dalam metode ini untuk menentukan jumlah responden untuk distribusi kuisoner adalah dari hasil survei kordon yang dilakukan di kampus UNS dengan melaukan survei di