• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina Umat sejahtera Pondok Gede

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina Umat sejahtera Pondok Gede"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

Oleh:

ANITA MEGA UTAMI NIM. 207046100145

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR











Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Sebagai insan yang tak lepas dari ketidaksempurnaan, penulis menyadari skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENDAPATAN BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK GEDE ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu serta pengalaman yang penulis miliki.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam berbagai penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesai skripsi ini. 4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih

atas penyediaan fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk melakukan studi kepustakaan.

5. Bapak Fuad Ali Budiman, SH., MM., selaku Manager Koordinator Wilayah I yang telah memberikan izin untuk peneliti untuk mengadakan penelitian di BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede, dan Bapak Kukuh Setiawan selaku Kasi Marketing Wilayah I yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan dalam proses penyelesaian penulisan ini.

6. Orang tua penulis (Ayah Drs.H. Dahlan MM dan Mamah H. Syarifah) yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun materil, untuk AA, Teteh Ika, Teteh Intan, Afaiz, Afadli yang telah menberikan masukan dan sarannya, serta untuk keponakan-keponakan Zaidan, Azzam, Eca, Affan, Kanz yang telah menghibur untuk tetap semangat. 7. Sahabat kuliah penulis Nisa, Uci, Arma, Bili, Ian, Aul, Ical, Kodrat, Dwi, Nahla,

(5)

8. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap apa yang merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan ini, baik itu yang menyangkut; penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara tuntutan teoritis dan praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari pihak penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.

Jakarta, 09 Maret 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

D. Kajian Kepustakaan 6

E. Kerangka Teori 7

F. Variabel Penelitian 10

G. Hipotesis 10

H. Metode Penelitian 11

I. Sistematika Penulisan 19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Lembaga Keuangan 21

(7)

C. Pembiayaan 28

D. Mudharabah 36

BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINA UMMAT SEJAHTERA

A. Sejarah Singkat 46

B. Visi dan Misi 48

C. Prinsip Operasional 50

D. Produk-Produk 54

E. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah 60 B. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT 62 C. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan

BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede 64 D. Strategi BMT Bina Umat Sejahtera dalam Meningkatkan

Pendapatan 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 79

B. Saran 81

DAFTAR PUSTAKA 82

(8)
[image:8.612.114.539.54.561.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Perbandingan Review Studi Terdahulu 6 4.1 Pembiayaan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

Periode 2008-2010 60

4.2 Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah 61

4.3 Pendapatan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

Periode 2002-2010 62

4.4 Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah 63

4.5 Variabel Entered/Removed 64

4.6 Koefisien Penentu (Determinan) 65

4.7 Regresi Pembiayaan Mudharabah 67

4.8 Uji T Statistik 69

4.9 Uji F Statistik 70

4.10 Uji Autokorelasi 73

(9)
[image:9.612.113.543.54.452.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Variabel Penelitian 10

2.1 Struktur Organisasi BMT Sederhana 26 2.2 Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk 27

2.3 Skema Akad Mudharabah 45

3.1 Ilustrasi Penyaluran Dana BMT Bina Umat Sejahtera 57

4.1 Uji Normalitas 71

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi Islam saat ini di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total jumlah kantor baru mencapai 550 unit, dalam rentang lima tahun (2005- 2010), pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS dan jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit.1 Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten/kota di 33 provinsi.

Keberhasilan Perbankan Syariah di Tanah air tidak bisa dilepas dari peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Kedudukan LKMS yang antara lain dipersentasikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat

1 Ali Rama, “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 31 Desember 2010

(11)

Tamwil (BMT) Koperasi Pesantren (KOPONTREN) sangat vital menjangkau transakasi syariah di daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank yang membuka unit syariah.2

Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan swasta sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Keberadaan BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan khususnya sebagian umat Islam yang menginginkan jasa layanan bank syariah untuk mengelolah perekonomiannya.

Bila menengok perjalanan baitul maal di Indonesia, sebenarnya sudah sedemikian tua usia kelahirannya, bermula dari pengorganisasian zakat di kalangan kaum muslimin pada masa pendudukan Jepang yang pada saat itu dimotori oleh Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) dengan membentuk sebuah Baitul Maal Pusat.3

Ketua Umum Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (Absindo), Aries Muftie, mengatakan saat ini setidaknya terdapat sekitar 25 BMT yang telah terinterkoneksi satu sama lain dari sekitar 3.000-4.000 BMT di Tanah Air.4

Pertumbuhan BMT di tanah air ini terus melesat, lembaga yang mempunyai padanan kata usaha mandiri terpadu ini secara konseptual mempunyai dua fungsi sekaligus yang pertama yaitu sebagai pengembangan harta (baitul tamwil) dan fungsi

2

M. Lutfi Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003), h.79.

3

Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Islam (Bandung: Angkasa Bandung, 2003), h.84.

4

(12)

yang kedua yaitu menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah (baitul maal) serta mengoptimalkan distribusinya sesuai peraturan dan amanahnya.5

Produk-produk BMT yang bermacam-macam disediakan untuk masyarakat, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan lainnya. Produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Produk pembiayaan BMT diantaranya murabahah,

mudharabah, bai’ bitsamanan ajil, dan musyarakah. Drs Abdullah Yazid MM selaku

ketua BMT Bina Umat Sejahtera mengatakan bahwa produk keuangan yang banyak diminati di masyarakat adalah mudharabah, ia optimis target tersebut karena Inkopsyah BMT ini berjalan di jalur perjuangan.6 Produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang.

Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang masih sangat besar. Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional BMT-BMT. Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu kualitas ini harus dijaga, agar jangan sampai menjadi

5

Yeyen Rostiyani, “BMT Harus Menentukan Jati Dirinya,”Republika, 26 Oktober 2010, h.15.

6Firkah Fansuri, “Aset Inkopsyah BMT Capai Rp 70 M,”

(13)

pembiayaan bermasalah, yang akibatnya bukan saja menyebabkan kerugian karena tidak terbayarnya kembali dana yang ditanamkan dalam pembiayaan tersebut.7

Berdasarkan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa nampaknya pembiayaan mudharabah merupakan salah satu unsur yang dapat menpengaruhi pendapatan BMT. Maka penulis tertarik membahas masalah tersebut dalam penelitian skripsi dengan judul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP

PENDAPATAN BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK GEDE.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas maka sesuai judul skripsi tersebut di atas penulis membatasi masalah yaitu besarnya pembiayaan mudharabah dengan pengaruhnya pada pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokok-pokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede ?

2. Strategi apa yang dilakukan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam meningkatkan pendapatannya ?

7

(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

2. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam meningkatkan pendapatannya.

Adapun Manfaatnya yaitu :

a. Bagi penulis

Memberikan wawasan pengetahuan penulis mengenai pembiayaan mudharabah dan pendapatan.

b. Bagi Lembaga (BMT).

Memberikan informasi bagi pihak pengelola Perbankan Syariah/Lembaga Keuangan Syariah dalam usahanya meningkatkan kualitas kinerjanya dalam usaha mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c. Bagi pihak Lain

(15)

dengan sistem syariah Islam. Serta sebagai acuan untuk keperluan penelitian yang sejenis pada waktu dan tempat yang berbeda.

[image:15.612.108.536.82.706.2]

D. Review Studi Terdahulu

Tabel 1.1

Perbandingan Review Studi Terdahulu Nama Skripsi

Tahun

Judul Hasil Perbedaan

Mochammad Irfansyah

2007 Pengaruh Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan Terhadap

Tingkat Rasio Non Perfoming Financing (NPF)

Metode Kuantitatif. Regresi Y= -0.0039+0.000006 7X. Setiap adanya peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan sebesar 1% maka menurunkan rasio NPF sebesar 0.0000067. Variabel independen yang digunakan yaitu pembiayaan yang disalurkan dan variabel dependen yang digunakan yaitu NPF Yanti Widyarti

2007 Persepsi

Pedagang Kecil di Pasar Kanjengan Terhadap Pembiayaan Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang Metode Kualitatif. Regresi Y= 22.45+0.248X. Semakin baik variabel persepsi pedagang kecil maka pembiayaan mudharabah bertambah sebesar 0.248. Variabel independen yang digunakan yaitu persepsi pedagang kecil di pasar kanjengan dan variabel

(16)

Sriyatun 2009 Analisis Pengaruh Pemberian Pembiayaan Musyarakah BMT Terhdap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Metode Kualitatif. Regresi Y1 =

-3.140 + 1.154X artinya apabila tidak terdapat perubahan pembiayaan maka pendapatan akan mempunyai skor rata-rata sebesar 3.140 satuan. Persamaan Kedua Y2 = -11.085 + 0.276X artinya apabila tidak terdapat perubahan pembiayaan maka pendapatan nasabah akan mempunyai skor ratarata sebesar -11.085 satuan Variabel independen yang digunakan yaitu pemberian pembiayaan musyarakah, sedangkan variabel dependen yang digunakan ada dua yaitu Y1 besarnya

pendapatan

keseluruhan dan Y2

besarnya bagi hasil

E. Kerangka Teori

Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga keuangan yang dalam melaksanakan akad (transaksi) keuangannya dilakukan dengan berdasarkan prinsip bagi hasil.

Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya

(17)

kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.8

Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi masyarakat kelas bawah mungkin untuk lebih tepatnya disebut dengan lembaga keuangan syariah (LKS) yaitu organisasi ekonomi yang operasionalnya berdasarkan syariah Islam. Sebagai lembaga keuangan mikro bergerak dalam kegiatan usaha menghimpun dan menyalurkan dana dari masyrakat.

Dalam kegiatan penyaluran dana Bank Syariah atau Lembaga Syariah lainnya melakukan investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya.9 Disebut pembiayaan karena bank syariah atau lembaga syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang secara formal di Indonesia masih relatif baru. Lembaga ini tumbuh dan berkembang

8

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.183.

9

(18)

seiring dengan dikeluarkannya pranata hukum berupa Kepres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.10

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.11 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Dalam pelayanan, lembaga-lembaga syariah harus berupaya tampil sebagai lembaga yang memiliki mutu layanan yang berkualitas, meskipun hal itu masih dalam bentuk perencanaan. Oleh sebab itu untuk menciptakan kepuasan mitra usaha, para pemerhati ekonomi syariah dituntut berusaha melakukan penambahan produk atau memberikan inovasi produk dan pemenuhannya dengan tujuan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi dan yang dapat meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.12

Produk dapat diklasifikasikan baik sebagai produk bisnis (industri) atau sebagai produk konsumen, tergantung dari niat para pembeli. Perbedaan kunci antara

10

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cet.II(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.102.

11

M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta, 2010), h.42.

12

(19)

kedua jenis produk adalah penggunaannya. Jika penggunaan yang diharapkan adalah untuk keperluan bisnis, maka produk diklasifikasikan sebagai produk bisnis atau produk industri.13

[image:19.612.113.538.141.437.2]

F. Variabel Penelitian

Gambar 1.1 Variabel Penelitian

Untuk lebih jelasnya dan fokus variabel penelitian ini maka variabel penelitian sebagai berikut :

X = Pembiayaan Mudharabah Y = Pendapatan BMT

G. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karen itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

13

Charles W. Lamb, dkk, Pemasaran, Ed.1 (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h.414.

Pembiayaan Mudharabah

X

Pendapatan BMT Y

(20)

kalimat pertanyaan.14 Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui suatu pengujian atau test yang disebut tes hipotesis. Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).15 Adapun rumusan hipotesisnya yaitu:

1. H0: β = 0, tidak terdapat pengaruh yang linear antara variabel pembiayaan

mudharabahdengan pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

2. H1 : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang linear antara variabel pembiayaan

mudharabah dengan pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede. Dalam hipotesis ini disebutkan bahwa pembiayaan Mudharabah mempunyai pengaruh terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejatera Pondok Gede.

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan skripsi ini adalah :

a. Penelitian Pustaka (Library research), dalam penulisan ini penulis menelaah data tertulis yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian baik dalam bentuk buku, artikel makalah, koran, majalah dan lain-lain untuk menemukan kajian teoritis.

b. Penelitian Lapangan (Field research), untuk mendapatkan data-data secara langsung. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

14

Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alvabeta, 2009), h.93.

15

(21)

research) bersifat deskriptif analitis, maksudnya memaparkan data-data yang ditemukan di lapangan dan menganalisisnya untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empiris kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan pencatatan hasil penelitian dalam bentuk angka. Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.16 Sample adalah bagian dari populasi.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede, cabang ke-64 yang beralamatkan : Jln. Raya Pondok Gede No.1 RT006/RW01, Jakarta Timur 13810.

4. Sumber Data Penelitian

a. Data primer adalah data yang diperolah langsung dari salah satu seorang staff bagian resepsionis BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data berupa data kuantitatif yang dikeluarkan oleh BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

16

(22)

5. Teknis Analisis Data

Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan menggunakan data-data yang sudah ada

Alasan menggunakan regresi linear sederhana adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan BMT).

a. Regresi Linear Sederhana

Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

X = Variabel independen yaitu pembiayaan mudharabah Y = Variabel dependen yaitu pendapatan BMT

a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0

(23)

b. Koefisien Determinasi

Analisis untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan BMT). Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r). Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan rumus :

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :17

c. Uji Hipotesis 1) Uji t

Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat

17

J.Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid II, Ed.4 (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 201.

R2 = r2 x 100%

n . ∑X.Y - ∑X.∑Y

√(n.∑X2(∑X)2. (n. ∑Y2(∑Y)2

(24)

menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap variabel dependen.

Hipotesisnya yang digunakan :

a) Bila Ho : bi ≤ 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif

terhadap variabel dependen.

b) Bila Ho : bi > 0 = Variabel Independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t tabel < t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel independent secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan BMT).

2) Uji F

(25)
[image:25.612.149.537.56.423.2]

dengan membandingkan dengan nilai kritis yang diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikan tertentu.

Hipotesis yang digunakan adalah :

a) Ho : b1 = b2 = 0, berarti variabel independen secara

keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, berarti variabel independen secara

keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen.

(26)

d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.18

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

18

(27)

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0 b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola. 3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut: a) Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada

autokorelasi

(28)

6. Teknik Penulisan skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Buku Pedoman Penulisan Skripsi: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Fakultas Syariah dan Hukum.

I. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini yaitu :

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kejian Kepustakaan, Kerangka Teori, Variabel Penelitian, Hipotesa, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI yang meliputi : Lembaga Keuangan, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Pembiayaan, dan Mudharabah.

[image:28.612.99.537.59.432.2]
(29)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN yang meliputi : Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah, Analisis Perkembangan Pendapatan BMT, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede, dan Strategi BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam Meningkatkan Pendapatan.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Lembaga Keuangan

1. Pengertian Lembaga Keuangan

Istilah lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan.1

Menurut Y. Sri Susilo, lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.2

Andri Soemitra mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan.3

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan lebih lanjut bahwa lembaga keuangan adalah lembaga atau perusahaan sejenisnya yang dalam kegiatan lembaga tersebut dapat berupa

1

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cet.II ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.1.

2

Y.Sri Susilo,dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2000),h.2-3.

3

(31)

menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang ingin membuka usaha atau berinvestasi.

Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagi lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.4

Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu dari sisi penyediaan jasa-jasa penyedia finansial, kedudukannya dalam sistem perbankan, sistem finansial, dan sistem moneter.5

Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam operasionalya Lembaga Keuangan Syariah secara esensial berbeda dengan lembaga keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawabnya.

4

Veithzal Rivai, dkk, Bank and Finansial Institution Management (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.20.

5

(32)

B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

1. Pengertian BMT

Menurut Euis Amalia, Baitul Maal wa at-Tamwil (BMT) adalah lembaga swadaya masyarakat, dalam artian, didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat.6

M. Zaidi Abdad mendefinisikan bahwa ‘baitul mal’ adalah suatu lembaga keuangan yang dibentuk pemerintahan Islam guna mengatur segala aktivitas perputaran keuangan, baik mulai penerimaan, penyimpanan, maupun pendistribusian untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat berdasarkan Syariat Islam.7

Andri Soemitra mendefinisikan BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.8

Dari definisi di atas mengandung pengertian bahwa BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama yaitu: 9

6

Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.82.

7

M. Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat Di Dunia Islam (Bandung: Angkasa, 2003), h.79.

8

(33)

a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi;

b. Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat bawah dan kecil dengan berlandaskan sistem syariah, yang mempunyai tujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat dan mempunyai sifat usaha yakni usaha bisnis, mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelolah secara profesional. Sedangkan dari segi aspek Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan sadaqoh.10

9

Ibid, h.447.

10

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi

(34)

2. Prinsip-Prinsip Utama BMT

Dalam mengembangkan prinsip BMT, BMT sendiri mempunyai prinsip-prinsip utama, yaitu:11

a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata;

b. Keterpaduan (Kaffah) dimana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berahlak mulia;

c. Kekeluargaan (kooperatif); d. Kebersamaan;

e. Kemandirian; f. Profesionalisme;

g. Istikamah: konsisten, kontinuitas atau berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ke tahap berikutnya, dan hanya kepada Allah berharap.

3. Struktur Organisasi

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di

11

(35)

dalam BMT tersebut. Adapun struktur tersebut terbagi menjadi struktur organisasi sederhana dan standar pinbuk.

[image:35.612.150.538.52.450.2]

Gambar 2.1

Struktur Organisasi BMT Sederhana12

12

A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.193.

Badan Pendiri

Badan Pengawas

Anggota BMT

(36)
[image:36.612.126.538.54.486.2]

Gambar 2.2

Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk13

Dalam struktur organisasi standar pinbuk, musyawarah anggota pemegang simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan pembina manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir, dan pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan koordinatif dengan maal, pemasaran, kasir, dan pembukuan.

13

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Cet.III (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h.107.

Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok

Dewan Syariah

Pemasaran

Maal Tamwil

Manajer

Pembina Manajemen

Anggota dan Nasabah

Pembukuan Kasir

Keterangan : Garis Koordinasi

(37)

C. Pembiayaan

1. Lembaga Pembiayaan

Pemaparan terhadap pembiayaan akan dijelaskan terlebih dahulu dengan singkat yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan. Istilah lembaga pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing intitution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan

pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dan tidak menarik dana secara langsung.14

2. Unsur-Unsur Lembaga Pembiayaan

Berdasarkan definisi di atas, dalam pengertian lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut.15

a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.

14

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, h.1.

15

(38)

c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan.

d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan sebagainya.

e. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak mengambil uang secara langsung dalam giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank yang jadi kreditornya.

f. Masyarakat, yaitu yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

3. Pengertian Pembiayaan

Dalam kegiatan penyaluran dana Bank Syariah atau Lembaga Syariah lainnya melakukan investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya.16 Disebut pembiayaan karena Bank Syariah

16

(39)

maupun Lembaga Syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak memperolehnya.

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. 17

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 No. 25, dinyatakan bahwa :

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas

17

(40)

dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.18

Antonio memandang bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediyaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.19

Dari uraian-uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembiayaan bisa berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang misalnya bank atau lembaga pembiayaan membiayai pembelian mobil atau barang lainnya. Kemudian adanya kesepakatan antara pihak pemberi pembiayaan terhadap pihak penerimaan pembiayaan dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam perjanjian pembiayaan tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta perolehan keuntungan yang telah ditetapkan bersama berdasarkan kedua belah pihak.

4. Jenis-Jenis Pembiayaan

Kegiatan pembiayaan (financing) yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:

18

UU ini diakses pada 13 Februari dari http://www.dpr.go.id/id/undangundang/2008/21/UU/-Perbankan-Syariah

19Muhammad Syafi’i Antonio,

(41)

a. Pembiayaan Produktif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan sektor riil.20

Menurut keperluannya, pembiayaan Produktif dapat dibagi dalam hal berikut:21

1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, diantaranya:

a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;

b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

20

M.Nur Al Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, h.43.

21

(42)

b. Pembiayaan Konsumtif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya konsumtif.22

5. Prinsip Pembiayaan

Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga syariah untuk menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, dimana keuntungan telah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual.23 Akad yang dipergunakan dalam produk jual beli ini antara lain:

1) Murabahah

Murabahah adalah jual beli pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.24

22

A Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, h.43.

23

Ibid.h.43.

24Syafi’i Antonio,

(43)

2) Salam

Salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang dikemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelum dalam perjanjian.25

3) Istishna

Istishna adalah akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat (manufactured) lebih dahulu dengan kriteria yang jelas.26

b.Pembiayaan dengan Prinsip Sewa

Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, dimana keuntungan ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau barang yang di sewa.27 Yang termasuk dalam katagori ini adalah ijarah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT).

25

Veitzal Rifai, dkk, Bank and Finansial Institution Management, h.780

26

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Cet.III (Jakarta: Kencana, 2006), h.91.

27

(44)

c.Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, produk tersebut terdiri dari:

1) Musyarakah

Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan.28

2) Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.29

d. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk mempelancar pembiayaan dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas. Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah (alih hutang-piutang), rahn (gadai), qard (pinjaman uang), wakalah (perwakilan), kafalah (garansi bank).

28

Wirdyaningsih, Bank Dan Ansuransi Islam Di Indonesia, Cet.III (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h.119.

29Syafi’i Antonio,

(45)

D. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Istilah mudharabah merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai qiradh atau muqaradah.

Wirdyaningsi mendefinisikan mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.30

Sri Nurhayati dan Wasilah mendefinisikan mudharabah adalah akad kerjasana usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan uasaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesapakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kesalahan (misconduct), kelalaian (negligence), atau pelanggaran (violation) oleh pengelola dana.31

Slamet Wiyono mendefinisikan mudharabah adalah akad kerjasama untuk usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana,

30

Wirdyaningsih, Bank Dan Ansuransi Islam Di Indonesia, h.105.

31

(46)

kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelolah dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.32

Sedangkan menurut Veitzal Rifai, dkk mendefinisikan mudharabah adalah bentuk pembiayaan bagi hasil ketika si pemilik modal, biasa disebut shahibul mal atau rabbul mal, menyediakan modal (100%) kepada pengusaha

sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelum dalam akad (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar).33

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa mudharabah adalah kerjasama antara kedua belah pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai suatu usaha, pihak penyedia modal disebut shohibul maal dan pihak pengusaha yang usahanya dibiayai disebut dengan mudharib. Dengan demikian, pembiyaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga syariah seperti BMT kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

Dari pembiayaan ini BMT sebagai pemilik modal membiayai pembiayaan sebesar 100% kebutuhan suatu usaha, sedangkan nasabah bertindak sebagai mudharib. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana

32

Slamet Wiyono, Akuntansi Perbankan Syariah: Berdasarkan PSAK dan PAPSI (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h.122.

33

(47)

dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu pihak BMT dengan pihak pengusaha.

2. Jenis-Jenis Mudharabah

Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).34

a. Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.35

b. Mudharabah Muqayyadah

Yaitu transaksi mudharabah ketika shohibul mal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib, baik mengenai tempat, tujuan, maupun jenis usahanya.36 Dalam skim ini mudharib tidak diperkenankan untuk mencampurkan dengan modal atau dana lain. Pembiayaan mudharabah

34

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.48.

35Syafi’i Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.97.

36

(48)

muqayyadah antara lain digunakan untuk investasi khusus dan

reksadana.

3. Landasan Hukum Mudharabah

Mudharabah pada dasarnya dapat dikatagorikan ke dalam salah satu bentuk musyarakah (perkongsian). Namun para cendikiawan fikih Islam meletakan mudharabah dalam posisi yang khusus dan meberikan landasan hukum tersendiri.

a. Landasan Hukum Al-Qur’an

Artinya : “... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah SWT...” (QS. Al-Muzzamil /73:20)





Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu di muka

(49)

b. Landasan Hukum Al-Hadits37

Artinya: Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia

mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni

lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan

tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.

Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. dan

Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)

Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib r.a dari ayahnya ia berkata bahwa Rasulullah

saw. bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual

beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur

gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”

(HR Ibnu Majah no.2280, kitab at-Tijarah).

37Syafi’i Antonio,

(50)

4. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah

Sedangkan landasan hukum pembiayaan mudharabah terdapat dalam Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). Dalam diktum pertama tentang ketentuan pembiayaan menyebutkan sebagai berikut:38

a. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan lembaga syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

b. Dalam pembiayaan ini, lembaga keuangan syariah sebagai shaibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

c. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (lembaga keuangan syariah dengan pengusaha).

d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan lembaga keuangan syariah tidak ikut serta dalam management perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

38

(51)

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

f. Lembaga keuangan syariah sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai menyalahi perjanjian.

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

i. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

(52)

5. Rukun dan Syarat Mudharabah

a. Rukun mudharabah ada empat yaitu:39

1) Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana

2) Objek mudharabah, berupa: modal dan kerja

3) Ijab kabul atau serah terima

4) Nisbah keuntungan

b. Syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan di atas adalah :

1) Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.

2) Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c) tunai, dan d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.

3) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.

39

(53)

6. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Mudharabah

Secara umum dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pembiayaan mudharabah terbagi dua, yaitu tujuan untuk tingkat ekonomi makro dan mikro. Tujuan pembiayaan mudharabah untuk tingkat makro diantaranya, peningkatan ekonomi umat, tersedianya dana untuk peningkatan usaha, peningkatan produktifitas, pembukaan lapangan kerja baru, dan terjadinya distribusi pendapatan. Sedangkan tujuan di tataran ekonomi mikro antara lain, maksimalisasi laba, minimalisasi resiko, pendayagunaan sumber daya ekonomi yang merupakan mixing antara sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sumber daya modal, dan terakhir adalah untuk menyalurkan kelebihan dana.

Adapun fungsi pembiayaan mudharabah antara lain adalah meningkatkan daya guna uang dan barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan usaha, meningkatkan stabilitas ekonomi dan sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

(54)
[image:54.612.128.540.55.535.2]

7. Mekanisme Mudharabah

Gambar 2.3

Skema Akad Mudharabah

KEUNTUNGAN PROYEK/USAHA AKAD MUDHARABAH

MODAL PEMODAL

SHAHIBUL MAAL

PENGUSAHA

MUDHARIB

Modal 100%

SKIL L

Bagian Keuntungan X MODAL 100%

(55)
[image:55.612.134.536.57.431.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT SEJAHTERA

A. Sejarah Singkat BMT Bina Umat Sejahtera

KJKS Baitul Maal Wat Tamwil Bina Ummat Sejahtera berdiri, bermula dari sebuah keprihatinan menatap realitas perekonomian masyarakat lapis bawah yang tidak kondusif dalam mengantisipasi perubahan masyarakat global. BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS), didirikan tahun 1995, beroperasi di daerah pesisir utara Jawa, diantara nelayan-nelayan kecil, di Lasem, Rembang. Pemrakarsanya adalah para sahabat Drs Abdullah Yazid MM, S-2 di Universitas Muhammadiyah Solo, berhasil menggerakkan lebih dari 20 para pendiri dengan mengumpulkan modal awal Rp. 10 juta.

(56)

Kabupaten Rembang) Badan Hukum Koperasi Serba Usaha “Unit Simpan

Pinjam” Nomor Badan Hukum 13801 / BH / KWK.11 / III / 1998.1

Karena perkembangan lembaga ini mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat, maka pada tahun 1998 berubah menjadi Koperasi Serba Usaha (KSU), pada tahun 2002 berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam Syari'ah (KSPS) BMT Bina Ummat Sejahtera sampai pada akhirnya pada tahun 2006 berubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS).

Melihat perkembangan lembaga ini, maka kantor cabang pun mulai diliris di DKI Jakarta yaitu sejak bulan Oktober 2007. Untuk cabang yang pertama di Jakarta yaitu terletak di Tanjung Priuk. kemudian BMT Bina Umat Sejahtera membuka cabang di daerah Pondok Gede Jakarta Timur, dengan berbagai pertimbangan dan dorongan dari para sahabat bapak Abdullah Yazid dengan dibukannya kantor cabang di daerah Pondok Gede karena dianggap bisa menjadi percontohan.2

Sebagaimana motto KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera sebagai "Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat" Dari Ummat Untuk Ummat, Sejahtera Untuk Semua.

Sejak awal berdiri sampai sekarang KJKS Bina Ummat Sejahtera senantiasa mengedepankan kepentingan anggota, salah satu wujud kepedulian

1

Ditulis oleh Administrator Rabu, 26 Mei 2010 11:53 Identitas Lembaga, http://bmt bus.com /index.php?option=com_content&view=article&id=53&Itemid=65

2

(57)

tersebut tercermin dalam program kerja yang telah disusun untuk kepentingan anggota, program-program yang saat ini telah teraplikasi seperti pembagian hadiah untuk anggota si Rela secara proposianal tanpa diundi, kepedulian terhadap dunia pendidikan dangan pemberian beasiswa untuk anak anggota kurang mampu, pengajian akbar anggota, pembagian zakat maal dan shodaqoh, pembagian daging kurban dan lain sebagainya. Hal tersebut diatas dilakukan atas dasar Ta'awun dalam rangka pemberdayaan ekonomi ummat penuh kerahmatan, serta sebagai upaya membangun peradaban ekonomi ummat.

B. Visi dan Misi BMT Bina Umat Sejahtera

Setiap institusi termasuk di dalamnya BMT dapat dipastikan memiliki visi dan misi untuk menjalankan aktivitas usahanya. Adapun visi dari BMT Bina Umat Sejahtera adalah menjadi lembaga keuangan mikro syariah terdepan dalam perdampingan usaha kecil yang mandiri.

BMT Bina Umat Sejahtera memiliki misi yang ingin dicapai dalam menjalankan aktivitas usahanya. Misi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Membangun lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang mampu

memberdayakan jaringan ekonomi mikro syari’ah, sehingga

menjadikan ummat yang mandiri.

(58)

syari’ah lain, sehingga mampu membangun tatanan ekonomi yang

penuh kesetaraan dan keadilan.

3. Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar ta’awun dari

golongan aghniya, untuk disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil dan menengah serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodakoh, guna mempercepat proses menyejahterakan ummat, sehingga terbebas dari dominasi ekonomi ribawi.

4. Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri, melalui penyertaan modal dari para pendiri, anggota, pengelola dan segenap potensi ummat, sehingga menjadi lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang sehat dan tangguh.

5. Mewujudkan lembaga yang mampu memberdayakan, membebaskan dan membangun keadilan ekonomi ummat, sehingga menghantarkan ummat Islam sebagai Khoera Ummat. Selain memiliki visi dan misi jauh ke masa depan, ternyata BMT Bina Umat Sejahterah juga mempunyai motto dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Adapun motto dari BMT Bina Umat Sejahterah adalah Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat Dari Ummat Untuk Ummat Sejahtera Untuk

(59)

C. Prinsip Operasional

1. Prinsip Kerja BMT Bina Umat Sejahtera

Sebagai lembaga keuangan non bank, BMT Bina Umat sejahtera melakukan prinsip kerjanya secara konsisten dengan mengacu kepada ketetapan-ketetapan syar’i sebagaimana terkandung dalam Al-Qura’an dan hadits Rasulullah SAW serta ijma dan fatwa ulama. Sedangkan dalam menjalankan prinsip kerjanya BMT Bina Umat Sejahtera mempunyai prinsip kerja sbagai berikut :

a. Pemberdayaan

BMT Bina Ummat Sejahtera adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang selalu menstransfer ilmu kewirausahaan lewat pendampingan manajemen, pengembangan sumberdaya insani dan teknologi tepat guna, kerjasama bidang finansial dan pemasaran, sehingga mampu memberdayakan wirausaha - wirausaha baru yang siap menghadapi persaingan dan perubahan pasar.

b. Keadilan

(60)

c. Pembebasan

Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah, BMT Bina Ummat Sejahtera yang berazaskan akhlaqul karimah dan kerahmatan, melalui produk-produknya, insya Allah akan mampu membebaskan ummat dari penjajahan ekonomi, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mandiri dan siap menjadi tuan di negeri sendiri.

2. Struktur Organisasi

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi, musyawarah, anggota pemegang simpanan pokok, dewan syariah, pembina manajemen, pemasaran, kasir, dan pembukuan.3

Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang berbeda, hal ini dipengeruhi oleh:

a. Ruang lingkungkup atau wilayah operasi BMT b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT

c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang

3

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi

(61)

d. Jumlah sunber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi BMT.

Untuk BMT Bina Umat Sejahtera wilayah Jakarta struktur organisasinya mengikuti group Lasem, sehingga manjadikan Jakarta menjadi bagian wilayah I.4 Dalam groupnya struktur organisasi di pecah menjadi:

a. Manajer Koordinator Wilayah I oleh Bapak Fuad Ali Budiman, S.H., M.M.

b. Kasi Operasional atau Pemasaran Wilayah I oleh Bapak Kukuh Setiawan

c. Koordinator Cabang-cabang Wilayah I oleh Bapak Kukuh Setiawan

Wilayah I meliputi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Luar Jawa.

3. Sasaran Mutu BMT Bina Umat Sejahtera

Dengan memanfaatkan jaringan dan pengalaman, BMT Bina Ummat Sejahtera memfokuskan sasarannya pada :

a. Memberdayakan Pengusaha kecil menjadi potensi masyarakat yang handal.

4

(62)

b. Sebagai lembaga intermediary, dengan menghimpun dan menyalurkan dana anggota secara permanen dan kontinyu untuk mengembangkan ekonomi produktif bagi kemaslahatan masyarakat.

c. Proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan

d. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke tingkat yang lebih baik.

e. Mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya ( kaum berpunya ).

4. Budaya Kerja BMT Bina Umat Sejahtera

BMT Bina Ummat Sejahtera sebagai lembaga jasa keuangan mikro

syari’ah menetapkan budaya kerja dengan prinsip - prinsip syariah yang

mengacu pada sikap akhlaqul karimah dan kerahmatan.

Sikap tersebut terinspirasi dengan empat sifaf Rosulullah yang disingkat SAFT;

a. Shidiq

(63)

b. Amanah

Menjadi terpercaya, peka, obyektif dan disiplin serta penuh tanggung jawab.

c. Fathonah

Profesionalisme dengan penuh inovasi, cerdas, trampil dengan semangat belajar dan berlatih yang berkesinambungan.

d. Tablig

Kemampuan berkomunikasi atas dasar transparansi, pendampingan dan pemberdayaan yang penuh keadilan.

D. Produk-produk BMT Bina Umat Sejahtera

Produk-produk yang terdapat pada BMT Bina Umat Sejahtera terdiri dari produk simpanan dan pembiayaan.

Produk simpanan terdiri dari :

1. Si Rela (Simpanan Sukarela Lancar)

Si Rela merupakan simpanan anggota yang didasarkan atas akad Wadiah Yadhomanah yaitu atas seizin pemilik dana lembaga boleh menggunakan untuk operasional dan mudharabah yaitu simpanan yang didalamnya ada perjanjian pembagian nisbah bagi hasil.5

5

(64)

2. Si Suka (Simpanan Sukarela Berjangka)

Si Suka adalah simpanan berjangka yang berdasarkan prinsip mudharabah, dengan prinsip ini simpanan dari pemilik modal akan diperlakukan sebagai investasi oleh pengelolah dana. BMT akan memanfaatkan dana tersebut secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat dengan profesional dan sesuai syariah. Hasil usaha tersebut dibagi antara pemilik modal dan BMT sesuai nisbah (porsi) yang telah disepakati di awal. 6

3. Si Sidik ( Simpanan Siswa Pendidikan)

Si Sidik merupakan simpanan yang dikhususkan untuk kepentingan pendidikan sampai jenjang lulus SLTA, simpanan ini didasarkan pada akad wadiah yadhomanah.7

Sedangkan produk pembiayaan terdiri dari : a. Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah akad yang dilakukan antara dua pihak, dimana anggota sebagai mudharib (pengelolah usaha) dan BMT BUS sebagai shohibul maal

6

Ibid, h.36.

7

(65)

(penyedia modal) atas kerjasama ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati.

b. Bai Bitsamanajil

Jual beli adalah menjual dengan harga asal, ditambah margin keuntungan yang telah disepakat dan dibayar secara angsur dengan jangka waktu yang telah disepakati pula.

c. Murabahah

Pembiayaan melalui sistem pengadaan barang dan di dalamnya terdapat kesepakatan besarnya pemberian Mark Up dan pembayaran secara jatuh tempo sesuai kesepakatan

(akad)

d. Qardul Hasan

Pembiayaan dengan tujuan kebijakan yang diperuntukan bagi anggota dengan pertimbangan sosial dan tidak diambil keuntungan dari padanya, anggota hanya diwajibkan mengembalikan pokok pinjaman saja.

(66)

bersangkutan dan yang terpenting adalah dapat membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

E. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah 1. Metode Penyaluran Dana

[image:66.612.130.540.59.456.2]

Dalam melakukan peran sebagai perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami surplus dana dengan unit-unit-unit-unit yang lain yang membutuhkan dana. Metode penyaluran dana BMT Bina Umat Sejahtera terpusat secara umum diilustrasikan dalam gambar berikut:

Gambar 3.1

Ilustrasi Metode Penyaluran Dana BMT Bina Umat Sejahtera

M A S Y A R A K A T Jual Beli Bagi Hasil Pembiayaan Pinjaman

Investasi Khusus /

Mudharabah Muqayyadah

B

M

(67)

Dalam penyaluran dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah dibagi ke dalam tiga katagori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :

a. Transakasi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual-beli;

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan prinsip sewa;

c. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak ditentukan di depan dan menjadi harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan BMT ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil.

(68)

2. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah

Umumnya pembiayaan mudharabah pada perbankan sama dengan lembaga syariah yaitu salah satunya adalah BMT. Masyarakat di sekitar BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede sangat berminat pada pembiayaan mudaharabah. Secara teknis BMT menyebutkan bahwa mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi anggota. Maka berlakulah bahwa BMT sebagai pemberi modal yaitu pembiayaan mudharabah dan anggota atau nasabahnya sebagai penerima pembiayaan.

Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah di BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede ini calon nasabah harus melalui beberapa tahapan antara lain, tahap permohonan pembiayaan, tahap analisa pembiayaan, tahap persetujuan dan penandatanganan akad pembiayaan mudharabah, tahap pencairan pembiayaan mudharabah serta tahap monitoring pembiayaan mudharabah.

(69)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah

[image:69.612.129.524.94.676.2]

Data-data yang dipergunakan dalam analisis ini di dapat dari laporan keuangan bulanan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede. Berikut ini penulis akan menyajikan data pembiayaan mudharabah selama tiga tahun terakhir dari tahun 2008 sampai dengan 2010.

Tabel 4.1

Pembiayaan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede Periode 2008 – 2010

(Dalam Rupiah)

Bulan 2008 2009 2010

Januar

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1 Perbandingan Review Studi Terdahulu
Gambar 1.1 Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pengambilan data untuk nilai posstes dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji instrument untuk mengetahui kevalidan instrument dala penelitian

Penambahan belimbing wuluh dalam ransum ayam kampung diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap performan yang diperlihatkan dari pertambahan bobot

Dalam penelitian ini, perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat menghambat pertumbuhan pada daun, serta dapat menyebabkan mutasi sehingga daun akan mengalami

kearifan  lokal,  dan  hak  masyarakat  hukum  adat  yang  terkait  dengan  perlindungan 

Metode penelitian ini melalui beberapa tahapan; (1) pada tahap awal yaitu melakukan persiapan, menentukan subjek yang akan diteliti dan menyiapkan beberapa lagu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sediaan salep anti jerawat dari ekstrak rimpang temulawak yang memiliki konsistensi baik.. Secara

Selanjutnya dengan adanya penanaman nilai karakter melalui pendidikan karakter maka akan memberi dampak positif terhadap diri individu yang salah satunya adalah individu

Oleh karena fungsi dari Expansion Valve ini untuk mengabutkan Refrigerant kedalam Evaporator, maka lubang keluar pada alat ini berbentuk lubang kecil (Orifice)