• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI

Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejauhmana gambaran kompetensi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Batanghari menurut persepsi siswa dan kepala sekolah, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dan objek penelitian adalah siswa dan kepala sekolah di Kecamatan Batanghari, sedangkan data di kumpulkan dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Batanghari sudah memenuhi apa yang menjadi tuntutan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005. Hal itu dibuktikan dengan beberapa aktifitas pendukung dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh beberapa guru penjas. Dan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti.

Rekomendasi: Ditujukan kepada lembaga terkait/ dinas terkait tentang perlunya sosialisasi yang luas dan jelas tentang pentingnya kompetensi pada masing-masing guru bidang studi, termasuk guru pendidikan jasmani, sehingga tidak timbul perbedaan persepsi dari masyarakat.

(2)

PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI

SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

Oleh Arifai

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa : ARIFAI Nomor Pokok mahasiswa : 0913051020

Program Studi : Pendidikan Jasmani

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Dr. Herpratiwi, M.Pd NIP. 19581021 198503 1 003 NIP. 19640914 198712 2 002

2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sudirman Husin, M.Pd. ...

Sekretaris : Dr. Herpratiwi, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Arifai

NPM : 0913051020

Tempat tanggal lahir : Sidodadi, 28 Mei 1991

Alamat : Sidodadi 53 P. Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2013. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila

dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik

sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 24 April 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Arifai, lahir di Sidodadi pada tanggal 28 Mei 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Sabilan dan Ibu Sukinah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:

Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Sidodadi dan selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Negeri 1 Batanghari tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.

Semasa pendidikan formal, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, baik intra maupun ekstra, diantaranya ketua PRAMUKA sewaktu di SD, ketua bidang ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa OSIS dan ketua umum Rohis, dan anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan pramuka di SMP, di SMA penulis juga aktif dalam berbagai organisasi, seperti kepala bidang kebugaran jasmani OSIS dan ketua umum Rohis tahun 2006/2007, dan pada tahun ajaran 2007/2008 penulis terpilih sebagai ketua OSIS, anggota pramuka, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Rohis, dan paskibraka di SMA N 01 Batanghari Lampung Timur.

(7)

MOTTO

Jika A adalah Kesuksesan dalam hidup, maka A=X+Y+Z. Dimana bekerja adalah X, bermain adalah Y, dan Z adalah menjaga mulutmu untuk diam

(Albert Einstein)

Jangan pernah takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan baru

dan cari jalan yang benar pada langkah yang kedua

(Buya Hamka)

Jadilah dirimu sendiri dan percayalah akan kemampuanmu sendiri, karena karya sendiri itu pasti akan lebih indah dan berkesan

Hidup Itu Berawal Dari Mimpi

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan ke pada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan

kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayah handa Sabilan dan IbundaSukinah,

kakakku Safrudin alias endox, kakekku Wiyono Alm.

dan semua keluarga besarku yang kusayangi (Mbak Yulia Efiana, Om Legiman, Bude Supat,

Bibi Sarponah, dan semua paman, tante, adik, kakek, nenek),

dan yang selalu kurindukan Bu Menteri Raras Kartika Sari di Malang, yang selalu memberi

semangat melalui hujan,

serta sahabat dan teman yang telah

membantu & mendoakan,

serta mendukung demi

yang terbaik

untukku

Almamater Tercinta

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat

serta berkahnya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU

PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI

LAMPUNG TIMUR” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses

penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari

dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap

dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs.Sudirman Husin, M.Pd. selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

4. Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini

(10)

menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepala SD N 1 Balekencono, SD N 2 Balekencono, SD N 2 Selorejo, SD N 1

Bumimas, SD N 2 Banarjoyo, SD N 2 Rejo Agung yang telah memberikan

izin dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

8. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses

perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar Penjas angkatan 2009, Silvia Lestari, Adi DNSP, Duhita

Kurnia, Bang Satria, Kim Davin, Lingga Pesek, Agata, Bang RY, aa’ Aditya

Gumantan, Ishaq Gery, yang selalu membantu dan mendukung dalam

terwujudnya tulisan ini.

10. Bapak Sigit Hardiyanto alias Tomang yang banyak memberi dukungan dan

bantuan dalam penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 24 April 2013

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .. ... xiv

DAFTAR GAMBAR .. ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 7

II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 9

2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Jasmani ... 11

B. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 14

C. Persepsi ... 16

1. Pengertian Persepsi ... 16

2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam persepsi ... 18

3. Proses Terjadinya Persepsi ... 21

D. Guru Pendidikan Jasmani ... 22

E. Kompetensi Guru ... 26

F. Sertifikasi ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 39

(12)

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 43

3. Studi Dokumentasi ... 44

D. Teknik Pengolahan Data ... 44

1. Reduksi Data ... 45

2. Display Data ... 45

3. Kesimpulan/ Verifikasi ... 46

4. Triangulasi ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .. ... 48

1. Gambaran umum guru pendidikan jasmani ... 48

2. Temuan Penelitian .. ... 49

B. Pembahasan .. ... 55

1. Deskripsi Data Temuan penelitian ... 55

2. Analisis Hasil Penelitian ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Kisi-Kisi tentang kompetensi Guru Pendidikan Jasmani ... 87

4.1. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik ... 89

4.2. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi pedagogik ... 90

4.3. Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian ... 101

4.4. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi kepribadian ... 102

4.5. Persepsi siswa tentang kompetensi sosial ... 109

4.6. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi sosial ... 110

4.7. Persepsi siswa tentang kompetensi profesional ... 116

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kantor Pelaksana Dinas (KPD) Kecamatan Batanghari... 120

2.

Sekolah Dasar Negeri 1 Balekencono... 121

3.

Sekeloah Dasar Negeri 2 Balekencono ... 121

4.

Sekolah Dasar Negeri 1 Selorejo... 122

5.

Sekolah Dasar Negeri 1 Bumiemas ... 122

6.

Sekolah Dasar Negeri 2 Rejoagung ... 123

7.

Sekolah Dasar Negeri 2 Banarjoyo ... 123

8.

Suasana sekolah tempat observasi ... 124

9.

Kegiatan siswa ... 125

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses interaksi

antara guru dengan siswa melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran pendidikan jasmani selain dapat

mengembangkan kepribadian juga dapat mengembangkan kemampuan gerak

siswa. Berkaitan dengan pengertian pendidikan jasmani seperti dijelaskan

oleh Pangrazi dan Dauer dalam Suherman (2000:3), yakni: “pendidikan

jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi

kontribusi terutama melalui pengalaman gerak terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh.”

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah

yang menekankan pada aktifitas jasmani, memuat materi dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan gerak dasar dan kesehatan, sehingga

memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan gerak

pada dirinya dalam berolahraga.

Dari penjelasan mengenai pengertian pendidikan jasmani, maka

lembaga pendidikan atau sekolah harus mampu mengembangkan potensi,

(16)

Pendidikan Nasional. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam

proses pendidikan, baik berkaitan dengan subjek maupun objek pendidikan.

Kedudukan guru sebagai subjek pendidikan dituntut untuk dapat membawa

anak didik pada arah perbaikan dan perubahan perilaku yang lebih baik,

meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu, guru

mempunyai peran penting dalam pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005)

dalam ketentuan umum pasal 1 butir 1 dijelaskan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peran guru pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan formal

dituntut untuk dapat mengembangkan kegiatan olahraga pada lembaga

pendidikan. Jika dilihat dari kompetensinya justru guru pendidikan jasmani

diutamakan untuk dapat menjadi tenaga pendidik, khususnya mendidik pada

segi kegiatan jasmani siswa, kesehatan, beserta nilai-nilai penting yang

terkandung dalam setiap tujuan intruksional pembelajarannya

Mengingat minimnya pemahaman pihak lain mengenai hal tersebut,

keberadaan guru pendidikan jasmani menjadi tumpang tindih dengan

keberadaannya sebagai guru pendidikan jasmani yang menitik beratkan pada

melatih siswa untuk dapat menguasai cabang olahraga. Maka dari itu pada

posisi yang paling sentral guru pendidikan jasmani harus dapat memiliki

(17)

yang berkualitas, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler

di sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan, dipengaruhi kompetensi guru dalam

proses pembelajaran. Hal ini sesuai dalam UU RI No. 14 Th. 2005. Pasal 1

butir 10 dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

guru atau dosen dalam tugas keprofesionalan.” Hal tersebut menjadi suatu

tuntutan khusus yang harus dimiliki oleh setiap guru, karena guru mempunyai

kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pada

jalur pendidikan formal sesuai dengan perundang-undangan.

Berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya dalam pendidikan

jasmani hendaknya dirancang dan dikondisikan mengarah kepada hasil yang

diperoleh dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk mengetahui

kompetensi guru, salah satunya dapat dilakukan melalui penyetaraan atau

sertifikasi. Dalam hal ini, upaya untuk menjamin mutu guru agar tetap

memenuhi standar kompetensi, diperlukan adanya suatu mekanisme yang

memadai. Penjaminan mutu guru ini perlu dikembangkan berdasarkan

pengkajian yang komprehensif untuk menghasilkan landasan konseptual dan

empirik, melalui sistem sertifikasi. Mengenai pengertian sertifikasi dijelaskan

oleh Mulyasa (2008:34) bahwa: “Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan

oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk,

proses, atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.” Dengan kata

(18)

berwenang untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah

memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru.

Pada dasarnya pemberdayaan guru melalui sertifikasi dapat dilakukan

dengan cara mengembangkan sebuah kesadaran awal dari para guru untuk

dapat melakukan tindakan dalam meningkatkan kehidupannya dan

memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih baik,

mengurangi perasaan ketidakmampuan dan meningkatkan kepercayaan diri

dari para guru, sehingga seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan

kepercayaan diri, maka para guru harus dapat belajar atau berlatih lebih

banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan

berdampak pada pencapaian pada proses pembelajaran. Oleh karena itu,

sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk

membangkitkan kemampuan dan potensi guru agar memiliki kemampuan

mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, uji kompetensi guru melalui

sertifikasi merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan terhadap setiap

guru, dan calon guru. Hal ini penting, terutama untuk mempersiapkan guru

kreatif, profesional, dan menyenangkan.

Pernyataan di atas berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan, yaitu

ketika peneliti melakukan observasi awal pada saat melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL), terlihat jelas bagaimana kompetensi guru

pendidikan jasmani sangat kurang dari yang seharusnya, hal ini ditunjukkan

oleh pelaksanaan proses pembelajaran, banyak guru yang tidak mampu

(19)

suasana pembelajaran yang menyenangkan. Maka dari itulah peneliti ingin

mengetahui bagaimana sesungguhnya persepsi siswa dan kepala sekolah

mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari

Lampung Timur khususnya guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang

sudah disertifikasi.

Bertolak dari pemahaman-pemahaman yang telah dipaparkan di atas,

maka dengan demikian peneliti mengambil judul:

PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR”

B. Indentifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, penulis dapat mengidentifikasi

masalah yang timbul dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu

1. Masih simpang siurnya pendapat siswa tentang peran guru pendidikan

jasmani dalam proses pembelajaran.

2. Masih banyak yang berpandangan negatif terhadap guru pendidikan

jasmani dalam kehadiran dan proses pembelajaran penjas dan olahraga,

baik secara kompetensi, maupun profesional.

3. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi guru pendidikan

jasmani sekolah dasar di Kecamatan batanghari Lampung timur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini

(20)

jasmani SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung

Timur?”. Maka dari itu penulis menetapkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi guru pendidikan

jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan

Batanghari Lampung Timur ?

2. Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang kompetensi guru

pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di

Kecamatan Batanghari Lampung Timur ?

3. Bagaimana profil guru pendidikan jasmani setelah di sertifikasi ?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat:

1. Gambaran lebih luas tentang kompetensi guru pendidikan jasmani SD

yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur

menurut persepsi siswa.

2. Gambaran secara utuh tentang kompetensi guru pendidikan jasmani

SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur

(21)

E.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Melalui penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang

berarti serta menjadi suatu informasi dalam usaha peningkatan mutu

dan kualitas atau kompetensi seorang guru pendidikan jasmani di

Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Selain itu dengan

dilakukannya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada dinas

terkait mengenai kinerja anggota instansinya.

2. Secara Praktis

1. Diketahuinya gambaran siswa tentang kompetensi guru pendidikan

jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan

Batanghari Lampung Timur.

2. Diketahuinya gambaran kepala sekolah tentang kompetensi guru

pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di

Kecamatan Batanghari Lampung Timur?

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah

tersebut. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu

(22)

atau juga disebut proses sensorik. Proses terjadinya persepsi yaitu objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

2. Pendidikan jasmani adalah proses interaksi melalui aktivitas jasmani,

permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Kompetensi yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

tugas keprofesionalan.

4. Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pemerintah sebagai

amanat untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk,

(23)

II. KAJIAN TEORI

A. Hakekat Pendidikan Jasmani 1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah

memiliki peran yang relatif besar terhadap perkembangan perilaku siswa

seperti aspek kognitif, afektif, dan khususnya aspek psikomotorik. Lutan

(2000:6) menjelaskan bahwa: “Istilah pendidikan jasmani (physical

education) merupakan suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan

memanfaatkan kegiatan jasmani, termasuk olahraga. Dengan kata lain,

pendidikan jasmani adalah pendidikan.” Dari penjelasan tersebut, maka

pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai perbuatan mendidik tubuh

atau badan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan

mata pelajaran lainnya, dan dikategorikan sebagai mata pelajaran yang

wajib diikuti oleh semua siswa. Pendidikan jasmani memberikan

dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dalam bidang olahraga dan

kesehatan, juga memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan

dirinya, agar mencapai suatu prestasi dalam berbagai cabang olahraga.

Selain itu, pedidikan jasmani juga berperan untuk membina kerja sama,

(24)

menyebarkan dan mengembangkan olahraga, kegiatan ini merupakan

bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

menekankan pada aktivitas jasmani siswa.

Menurut Husdarta (2009:3) dijelaskan bahwa pendidikan

jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktifitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan

perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental,

serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai

sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya

seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bidang ilmu

yang memiliki kajian yang luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan

gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjaskes berkaitan dengan hubungan

antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari

perkembangan tubuh-fisik dan pikiran dan jiwanya.fokusnya pada

pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan

perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.

Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani dan

kesehatan yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Berdasarkan pandangan holistik yang dikemukakan oleh

Jawatan (1960) yang dikutip Suherman (2000:3) bahwa: “pendidikan

jasmani diartikan sebagai pendidikan yang mengaktualisasikan

(25)

bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita

kemanusiaan.”

Berdasarkan penjelasan dan pandangan para pakar tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani yang kondusif dimana siswa

dibantu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan tahap pertumbuhan

dan perkembangannya secara optimal dalam mencapai taraf kedewasaan

tertentu. Selain itu, pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang

mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap,

tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang

seutuhnya. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran pendidikan

jasmani, siswa diarahkan untuk dibina guna menjalankan pola hidup

sehat. Selain itu juga melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan

ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Maka,

pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui

aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara

menyeluruh yang direncanakan dengan sistematis dan mencapai tujuan

pendidikan nasional.

2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk membantu anak didik

menuju kearah kedewasaan yang dalam prosesnya syarat dengan

nilai-nilai positif bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, sosial,

(26)

dan tujuan pendidikan jasmani disekolah. Suherman dan Mahendra

(2001:14) menyatakan bahwa:

Tujuan pertama pembuatan program pendidikan jasmani adalah untuk menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membantu terbentuk landasan gerak yang kokoh, yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidup yang aktif dan sehat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu

pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasamani, olahraga

dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi

manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami

berkembang searah dengan perkembangan zaman. Namun demikian,

perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah

itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa

disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan

berolahraga.

Pendidikan jasmani sebagi suatu kegiatan mendidik melalui

aktivitas jasmani memiliki tujuan tertentu, yang menurut Lutan (2000:1)

sebagi berikut:

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan

(27)

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Sedangkan menurut Mahendra (2008:20) menjelaskan sebagai

berikut:

Ada tiga hal penting yang menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani yaitu:

 Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.  Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya,

serta

 Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan pendidikan jasmani

adalah membentuk perkembangan fisik, mental dan sosial yang diberikan

kepada guru pendidikan jasmani terhadap siswa. Dengan demikian,

pendidikan jasmani membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani

siswa melalui aktivitas fisiknya sehingga akan menumbuh kembangkan

kemampuan motorik dan membentuk pribadi yang memiliki jiwa dan

budi pekerti luhur atau mengembangkan perilaku siswa yang mencakup

(28)

B.Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dengan

siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan

belajar siswa dan kegiatan pembelajaran dengan guru. Belajar sering diartikan

sebagai upaya sadar, terencana dan bertujuan baik sendiri maupun dengan

bantuan orang lain ataupun media. Oleh karena itu, peningkatan mutu

pembelajaran merupakan persoalan penting dalam pendidikan jasmani.

Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses seseorang dalam

menambah informasi atau wawasan, pengetahuan dan kemampuan yang

tadinya tidak tahu menjadi tahu atau yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.

Namun tidak semua perubahan yang terjadi tersebut disebabkan karena

seseorang telah belajar, akan tetapi perubahan-perubahan tersebut juga dapat

terjadi karena kematangan (maturition).

Belajar menurut Witherington yang dikutip Yusuf (2001:4)

“merupakan suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana

dimanifestasikan dalam prubahan penguasaan-penguasaan pola respon atau

tingkah laku baru yang membentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,

kemampuan atau pemahaman.” Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang

dilakukan secara sadar dalam rangka mencapai tujuan berupa perubahan

tingkah laku yang menetap melalui latihan dan pengalaman. Selain itu juga

belajar merupakan suatu upaya seseorang dalam mengembangkan

(29)

perubahan secara menetap melalui interaksi dan pengalamandengan

lingkungannya.

Pembelajaran sering diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan

pengetahuan, pengertian, pemahaman, sikap dan keterampilan murid melalui

proses pengajaran (mendidik, membina dan mengarahkan dengan

menggunakan berbagai metode pengajaran) untuk mencapai tujuan-tujuan

pengajaran. Maka, pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan

menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.

Menurut Suherman (2000:5) “Pembelajaran pada dasarnya adalah

mendorong siswa agar belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.”

William H. Burton yang dikutip Sagala (2007:61) menjelaskan bahwa:

“pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan,

dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.” Sedangkan Nasution

yang dikutip Darmadi (2010:39) menjelaskan bahwa: “pembelajaran adalah

aktivitas guru dalam mengorganisasi lingkungan dan mendekatkannya kepada

anak didik, sehingga terjadi proses belajar.”

Dari penjelasan para ahlli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada prinsipnya adalah upaya guru dalam menciptakan

lingkungan yang kondusif sehingga terjadi proses belajar pada diri siswa.

Dalam proses pembelajaran keterpaduan interaksi antara guru dan siswa tidak

dengan sendirinya dapat langsung terjadi. Hal ini diperlukan pengaturan dan

perencanaan baik sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran

(30)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan bahwa proses

pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi secara aktif antara guru

dengan siswa yaitu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Interaksi kegiatan antar guru dengan

siswa terjadi karena terikat oleh tujuan-tujuan yang akan dicapai. Oleh karena

seluruh aktivitas yang berlangsung dalam pembelajaran semuanya dipusatkan

untuk mendorong siswa agar belajar. Dengan demikian, melalui proses

pembelajaran pendidikan jasmani membantu perkembangan dan pertumbuhan

jasmani siswa melalui aktivitas fisik dan akan meningkatkan kemampuan

motorik atau membentuk pribadi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

C.Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Secara etimologi, persepsi dalam bahasa Inggris dikenal dengan

nama “perception”, berasal dari bahasa latin yaitu “perceptio” dan

berasal dari kata “percipere” yang artinya menerima atau mengambil.

Dalam banyak sumber, kata persepsi berkaitan dengan psikologi. Gullo

dalam kamus psychology menyatakan bahwa persepsi adalah

“pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera”.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi dapat terjadi

karena pengalaman indera kita terhadap suatu keadaan,

(31)

menghasilkan sebuah tanggapan atau tafsiran baik secara lisan maupun

tulisan.

Winardi (2008:46) mengemukakan bahwa:

“persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing-masing individu, sekalipun demikian, ia secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda”.

Berdasarkan pengertian persepsi di atas, bahwa persepsi bersifat

otomatis tetapi ia bisa bekerja dengan cara yang hampir sama. Salah satu

alasan mengapa persepsi begitu penting dalam menafsirkan sesuatu,

karena kita masing-masing mempersepsi secara berbeda tentang suatu

situasi/keadaan.

Senada dengan hal tersebut, Thoha (2007:141) mengemukakan

bahwa:

“persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan suatu tatanan yang benar terhadap situasi”.

Berdasarkan hal di atas, persepsi dapat diartikan sebagai suatu

proses kognitif yang dialami oleh semua manusia dalam memahami

informasi melalui alat indera dan kunci untuk memahami persepsi tersebut

adalah melalui pengenalan, karena pada hakikatnya persepsi merupakan

(32)

Sedangkan Rivai (2003:231) mengemukakan bahwa:

“persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka. Persepsi itu penting dalam studi perilaku organisasi, karena perilaku orang yang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa persepsi ditempuh untuk

menafsirkan kesan-kesan yang ada di dalam alat indera dan persepsi itu

sangat penting untuk menilai suatu perilaku manusia.

Senada dengan hal tersebut, Walgito (2003:87), berpendapat bahwa

persepsi merupakan “suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensorik”. Proses tersebut

didahului oleh proses penginderaan yang dilakukan oleh individu.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas,

maka persepsi merupakan keadaan dimana seseorang akan menilai sesuatu

yang dilihat dan dirasakan melalui alat indera. Persepsi lahir dari suatu

proses di dalam otak manusia, dimulai dari menafsirkan informasi dan

menyimpulkan melalui pengalaman, peristiwa dan situasi yang terjadi

disekitar.

2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam persepsi

individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang

(33)

bersangkutan. Dengan demikian, stimulus merupakan salah satu faktor

yang berperan dalam pembentukan persepsi.

Selanjutnya Walgito (2003:89) menyebutkan bahwa “faktor-faktor

yang berperan dalam persepsi” diantaranya adalah:

 Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi dapat juga datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

 Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untk mengadakan respon diperlukan syaraf motorik.  Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Dari hal-hal tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

untuk memberi persepsi harus adanya beberapa faktor yang berpengaruh,

yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu: objek yang dipersepsi,

alat indera dan syaraf-syaraf dan perhatian.

Selain faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dijelaskan juga

mengenai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Menurut Rivai

(2003:359) dan Miftah Thoha (2007:147), ada beberapa faktor yang

(34)

a. Psikologis

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis b. Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya, orang tua yang telah mengembanngkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. c. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaryuhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

Menurut pendapat di atas bahwa faktor-faktor pengembangan diri

individu bisa dipengaruhi oleh faktor psikologi, famili, dan kebudayaan

dan dari kesemua faktor di atas merupakan faktor yang penting dalam

pembentukan persepsi.

Rivai (2003:360), menyebutkan “faktor-faktor dari luar yang

mempengaruhi proses seleksi persepsi” antara lain: intensitas, ukuran,

berlawanan atau kontras, pengulangan, dan gerakan. Sedangkan

faktor-faktor dari dalam yang mempengaruhi persepsi adalah: belajar dan

persepsi, motivasi dan persepsi, kepribadian dan persepsi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

menginterpretasikan persepsi harus melakukan seleksi persepsi terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi baik dari luar maupun dari

dalam.

Sesuai pernyataan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa dalam diri individu bisa mengadakan persepsi, ini merupakan faktor

(35)

ada faktor lain yang dapat mempengaruhi, yaitu faktor dari luar yang

berasal dari pengaruh-pengaruh lingkungan tempat individu berinteraksi.

Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai

faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Banyak hal terjadi dalam proses pembentukan atau terjadinya suatu

persepsi, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang

menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia,

proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut

Walgito (2003:90), menyebutkan bahwa:

“Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor (proses fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak (proses fisiologis). Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari stimulus apa yang diterimanya. Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor”.

Antara stimulus dan objek itu berbeda, tetapi adakalanya bahwa

objek dan stimulus itu menjadi satu, yaitu dalam hal tekanan, benda

sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan

tersebut.

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang

merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu untuk

(36)

persepsinya. Menurut Sobur (2003:447), “dalam proses persepsi terdapat

tiga komponen utama” yaitu:

1) Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. 3) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah

dalam persiapan persepsi itu, tetapi individu dikenai berbagai macam

stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Walgito (2003:91)

berpendapat bahwa “tidak semua stimulus mendapatkan respon dari

individu, tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan”.

D. Guru Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya seorang guru merupakan suatu sosok yang harus

mampu untuuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan seseorang

dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Hamalik (2009:55)

menjelaskan bahwa: “pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik”. Seorang guru

pendidikan jasmani harus bertanggung jawab dan mampu mendidik,

memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan sisiwa ke arah yang

(37)

Mengacu pada peran dan tugas guru pendidikan jasmani yang bersifat

mejemuk tersebut, ternyata tugas guru ini banyak sekali. Namun demikian,

keberadaan guru di depan sebagai pemimpin dalam pendidikan jasmani bukan

sajalah penting secara ideal, tetapi juga secara fisik amat menentukan proses

kegiatan pembelajaran. Guru pendidikan jasmani sebagai manajer proses

pembelajaran pendidikan jasmani harus mampu merencanakan kegiatan,

mengimplementasikan atau menciptakan lingkungan belajar, menggerakkan

siswa-siswanya ke arah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan

memberikan suatu penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen yang dikutip dari standar kompetensi dan sertifikasi

guru. Menurut Mulyasa (2007:21) profesi guru merupakan bidang pekerjaan

khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas. 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang diperlukan sesuai dengan prestasi

kerja.

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap

(38)

intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan

belajar siswa yang berhasil guna (efektif). Salah satu aspek yang dianggap

penting dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak dalam

proses pembelajaran adalah kreatifitas guru dalam memberikan suatu

pelajaran, dalam hal ini pendidikan jasmani. Peran tersebut meliputi

merencanakan, menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi kegiatan

belajar dan pembelajaran bagi siswa.

Setiap siswa menganggap bahwa seorang guru adalah ahli dalam

segala hal dan pandai dalam wawasan ilmu pengetahuannya serta bisa

memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,

mengacu pada teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara, yang dikutip oleh Supandi dalam Husdarta (2010:77),

menjelaskan peran dan tugas guru sebagai berikut: “menjadi teladan bila

berada dimuka (ing ngarso sung tulodo), membangun semangat bila di tengah

(ing madyo mangun karso), mengasuh dan mengayomi bila berada

dibelakang (tut wuri handayani).” Dalam hal ini, maka seorang guru harus

dapat membantu para siswa dalam mengembangkan minat, bakat dan

potensinya terhadap proses belajar siswa-siswanya sebagai berikut: Guru

sebagai pemimpin proses pembelajaran, guru sebagai manajer proses

pembelajaran, guru sebagai fasilitator proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa peran dan tugas seorang guru

pendidikan jasmani sebagai pemimpin adalah guru pendidikan jasmani

(39)

belajar siswa, menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat-saat

menjalankan tugas, karena perilaku guru berpengaruh terhadap proses belajar

siswa-siswanya.

Sebagai manajer, seorang guru harus dapat menciptakan iklim belajar

yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik, memiliki kemampuan

menyusun rencana pelajaran sesuai dengan kurikulum, mampu

mengorganisasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan

mengendalikan kegiatan belajar siswa serta dapat menilai siswa berdasarkan

proses belajar mengajar.

Sebagai fasilitator seorang guru berperan dalam memberikan

pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, guru harus

dapat menekankan pada perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan

bukan pada kontrol proses tersebut, membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran dan kontrol terhadap proses tersebut dilakukan bersama antara

guru dan siswa dan memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan selama

proses pembelajaran dan menetapkan bahwa tujuan belajarnya telah tercapai.

Mengacu pada peran dan tugas guru pendidikan jasmani yang bersifat

majemuk tersebut, ternyata tugas guru ini banyak sekali. Namun demikian,

keberadaan guru di depan sebagai pemimpin dalam pendidikan jasmani bukan

saja penting secara ideal tetapi juga secara fisik amat menentukan proses

kegiatan belajar mengajar. Guru pendidikan jasmani sebagai manajer proses

belajar mengajar pendidikan jasmani harus mampu merencanakan kegiatan,

(40)

siswa-siswanya ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dan

memberikan suatu penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.

Dengan demikian, peranan dan tugas pokok dari guru pendidikan

jasmani yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar

secara lebih efektif dan efisien. Tanpa manajerial atau pengelolaan yang

rasional, proses belajar mengajar kemungkinan besar akan mengalami

penyimpangan atau tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bahkan salah

arah tanpa disadari. Pengelolaan proses belajar mengajar sangat terpaut

dengan kegiatan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai.

E. Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang diterapkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (1995)

yang dikutip Mulyasa (2008:25) mengemukakan bahwa: “Kompetensi guru

merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat prilaku guru yang penuh arti.”

Sedang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen yang dikutip Mulyasa (2008:25) dijelaskan bahwa:

“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku

yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

(41)

Menurut Mc. Leod (1989) yang dikutip Usman (2007:15) dijelaskan

bahwa: “Kompetensi adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan

yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.” Kemudian

Finch dan Crunkilton yang dikutip Susilo (2007:98) menjelaskan bahwa:

“Kompetensi adalah sebagi penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.” Lebih

lanjut Mc. Ashan (1981) yang dikutip Sagala (2007:244) menjelaskan bahwa:

Kompetensi adalah sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Dari penjelasan beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesionalan,

disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam

prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Dengan kata lain kompetensi

mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui

pendidikan, hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas,

keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki oleh setiap guru untuk

dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran mencakup domain kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Pada hakikatnya kompetensi guru adalah untuk mendapatkan guru

yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan

fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya,

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan jaman. Dari beberapa

(42)

karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional, Mulyasa

(2008:17) menjelaskan sebagai berikut:

1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsi dengan tepat.

3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan disekolah.

4. Mampu melaksanakan peran dan fungsi dalam pembelajaran di kelas.

Dari proses pembelajaran yang merujuk pada profesional, guru harus

memiliki kompetensi. Usman (2007:15) menjelaskan bahwa: “Dalam

melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat

kemampuan (competency) yang beraneka ragam.” Oleh karena itu, dalam

melakukan tugas-tugasnya, seorang guru harus memiliki kompetensi dalam

mengajar untuk menunjukkan performance dan perbuatan yang rasional

untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas

pendidikan.

Kompetenssi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan teknologi, sosial, dan spiritual dan membentuk kompetensi standar

profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap

peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme. Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup

pengembangan instuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap

dan kemampuan mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan

(43)

penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karakteristik peserta didik,

dan melakonkan pembelajaran yang mendidik, disamping itu, guru perlu

dilandasi sifat ikhlas dan bertanggung jawab atas profesi pilihannya, sehingga

berpotensi menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan memiliki jati diri.

Dalam hal ini, guru harus melakukan perannya secara maksimal demi

perkembangan siswa. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 yang dikutip Ginting

(2008:12) ditegaskan bahwa: “Untuk mampu melaksanakan tugas profesinya

dengan baik, seorang guru harus memiliki empat kompetensi inti yakni:

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.”

Seperti dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun

2008, bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam pasal 3

dijelaskan tentang kompetensi, yaitu:

1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

(44)

2) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

3) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik.

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3

butir a, ditegaskan bahwa: “Kompetensi pedagogik adalah mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”

Merujuk kepada Rancangan Peraturan Pemerintah atau RPP Guru No. 19

Tahun 2005 sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2007:75) bahwa:

“Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b. Pemahaman terhadap peserta didik.

c. Pengembangan kurikulum atau silabus. d. Perancangan pembelajaran.

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. g. Evaluasi Hasil Belajar (EHB).

h. Pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

(45)

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlak nulia. Kepribadian guru ini

sangat penting mengingat dalam masyarakat Indonesia dianut budaya yang

menempatkan guru sebagi tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat. Ini

tercermin dari pemahaman masyarakatIndonesia yang melihat guru

sebagai tokoh yang digugu dan ditiru. Oleh sebab itu sebagaimana

diingatkan oleh Mulyasa dalam Ginting (2008:13) diungkapkan bahwa:

“Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pribadi peserta didik.”

3. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan yang berkenaan dengan

tenaga kependidikan, dijelasskan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan

masyarakat sekitar. Sebagaimana dikutip oleh Mulyasa dalam Ginting

(2008:13) ditegaskan bahwa kompetensi sosial tersebut

sekurang-kurangnnya meliputi kemampuan dalam:

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik; dan

(46)

4. Kompetensi Profesional

Sebagaimana dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan, yang

dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan itu, ruang lingkup dari

kompetensi profesional yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi:

a. Landasan-landasan pendidikan yang meliputi filosofis, psikologis,

fisiologis, ideologis, metodologis, dan sosiologis yang diperlukan

untuk memahami pribadi peserta didik guna memberikan layanan

pendidikan yang terbaik kepadanya.

b. Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar atau bidang studi yang

menjadi tanggungjawabnya dalam tugas penyelenggaraan kegiatan

belajar dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang aktual.

c. Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi pendidikan

modern dan relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan

belajar dan pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam mencapai

hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

siswa.

Dari uraian tentang empat kompetensi intin yang harus dimiliki

oleh seorang guru Indonesia sesuai dengan amanah Undang-Undang, dapat

kiranya dirangkum tentang peran utama guru dalam proses belajar dan

(47)

jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. Kedua tokoh ini mempunyai

wewenang mengarahkan perilaku anak dan menuntunnya mengikuti

norma-norma perilaku sebagaimana yang diinginkan. Jika orang tua,

terutama bertanggungjawab terhadap kesejahteraan fisik dan mental anak

selama anak berada di rumah, maka di lingkungan sekolah guru terutama

bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual anaak serta

membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak.

F. Sertifikasi

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tantang Guru

dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti

formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat

diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah

memiliki kmompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada

satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan

oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji

kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi

seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

National Commission on Educational Service (NCES), memberikan

pengertian sertifikasi secara umum dalam Mulyasa (2008:34) bahwa:

Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a

(48)

Dalam hal ini, artinya bahwa sertifikasi merupakan prosedur untuk

menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan

untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga

keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan sekolah ataupun perguruan

tinggi baik negeri maupun swasta.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk

meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi

dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat

kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Wibowo (2004)

dalam Mulyasa (2008:35) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk

hal-hal sebagai berikut:

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan,

dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk

melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan

tenaga kependidikan.

5) Memberikaan solusi dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan tenaga kependidikan.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga

kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:

(49)

a. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan

menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik.

b. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi

untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara

berkelanjutan.

c. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik

pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun

pengembangan karier selanjutnya.

d. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih

bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai

peningkatan profesionalisme.

2) Penjaminan Mutu

a. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi

terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi

masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap

organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian

pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna

akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya,

organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi

para pelanggan/pengguna.

b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para

pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam

(50)

Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Pasal 61 menyatakan

bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi

bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar,

diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat kompetensi

diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus

uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang

terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik

untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin memasuki

profesi guru.

Sertifikasi guru dikenakan baik pada calon guru lulus LPTK, maupun

yang berasal dari perguruan tinggi non-kependidikan (bidang ilmu) tertentu

yang ingin memilih guru sebagai profesi. Lulusan dari jenis perguruan tinggi

nonkependidikan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti

program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK. Di samping itu, agar

fungsi penjaminan mutu guru dilakukan dengan baik, guru yang sudah

bekerja pada interval waktu tertentu (10-15) tahun, dipersyaratkan mengikuti

program sertifikasi. Adapun kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi

kompetensi guru baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun S1 non

kependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, Lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami

Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, untuk tenaga

pendidik hanya memrlukan uji kompetensi dilaksanakan oleh pendidikan

(51)

Kedua, lulusan program sarjana non kependidikan harus terlebih

dahulu mengikuti proses Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM) pada

perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan

(PPTK) secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan

kompetensi mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan boleh mengikuti

sertifikasi. Sedangkan lulusan program sarjana kependidikan tentu sudah

mengalami proses pembentuukan kompetensi mengajar, tetapi tetap

diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat

kompetensi.

Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status

lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji

kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru

harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan

oleh Ditjen Dikti Depdiknas (Depdiknas (2004) dalam Mulyasa (2008:40)).

Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus baik

yang dari lulusan program sarjana pendidikan maupun non kependidikan

diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki

kewenangan untuk melakukan praktik dalam profesi guru pada jenis dan

jenjang pendidikan tertentu.

Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang

melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu (10-15) tahun sebagai

bentuk kegiatan penyelenggaraan dan pemutakhiran kembali sesuai dengan

tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian Angka Kematian Balita Kota Dumai Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target

Sedangkan untuk pemasangan iklan display dan iklan kolom dimulai dengan konsumen mengorder via telepon, fax dan email, setelah itu di kirim ke bagian design untuk

Jika Ho dalam pengujian diterima berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampel-sampel diambil dengan taraf

Keuntungan dengan menggunakan transaksi melalui e-commerce adalah untuk meningkatkan pendapatan dengan penjualan online yang biayanya lebih murah. Tujuan pembuatan web ini

Setiap wilayah memiliki kekhasannya sendiri yang dapat dikembangkan menjadi sebuah pendapatan yang digunakan untuk membiayai belanja daerahnya masing-masing, Yogyakarta sebagai

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.. dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah mikroorganisme pada sampel tanah dari lahan perkebunan kakao semi intensif lebih tinggi dibandingkan pada lahan