• Tidak ada hasil yang ditemukan

| Website Resmi Bappeda Kota Dumai |

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "| Website Resmi Bappeda Kota Dumai |"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR I SI

Kata Pengantar ... i

Daftar I si ... ii

Daftar Tabel. ... iii

Daftar Grafik. ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Landasan Hukum . ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan... 5

1.4 Sistematika Penulisan ... 6

BAB I I TUGAS DAN FUNGSI DI NAS KESEHATAN ... 7

2.1 Tugas Pokok dan Fungsi ... 7

2.2 Susunan Organisasi ... 8

BAB I I I EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2014 ... 10

3.1 Sumber Daya Kesehatan ... 10

3.2 Situasi Derajat Kesehatan ... 18

3.3 Telaahan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renja 2014 ... 33

BAB I V VI SI DAN MI SI DI NAS KESEHATAN... 35

4.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Dumai ... 35

4.2 Misi Dinas Kesehatan Kota Dumai ... 36

BAB V SASARAN, ARAH KEBI JAKAN DAN STRATEGI ... 38

5.1 Sasaran ... 38

5.2 Arah Kebijakan ... 39

5.3 Strategi ... 40

5.4 Program Pembangunan Kesehatan ... 42

5.5 Rencana Kerja (Renja) Tahun 2015... 43

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Perincian Puskesmas se Kota Dumai Tahun 2014... 11

Tabel 3.2 Perincian Puskesmas Pembantu se Kota Dumai Tahun 2014 ... 12

Tabel 3.3 Perincian Penyebaran Puskesmas Keliling dan Ambulans

se Kota Dumai Tahun 2014 ...13

Tabel 3.4 Perincian Pembiayaan Kesehatan Kota Dumai Berdasarkan

Sumber Anggaran dan Unit Kerja Tahun 2014………....17

Tabel 5.1 Alokasi Anggaran Berdasarkan Program Rutin dan Urusan

(4)

DAFTAR GRAFI K

Halaman

Grafik 3.1 Persebaran Jumlah Tenaga yang bekerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah Kota Dumai berdasarkan Kategori Tenaga

Tahun 2014... 16

Grafik 3.2 Pesebaran Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga di RSUD Kota Dumai dan Puskesmas se Kota Dumai Tahun 2014 ... 16

Grafik 3.3 Pencapaian Angka Kematian Bayi Kota Dumai dari Tahun 2011

Sampai dengan 2014 serta Target Tahun 2015... 19

Grafik 3.4 Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai tahun 2014 ... 20

Grafik 3.5 Pencapaian Angka Kematian Balita Kota Dumai Dari Tahun 2011

sampai dengan 2013 serta Target 2015 ... 21

Grafik 3.6 Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai

Tahun 2014 ... 21

Grafik 3.7 Pencapaian Angka Kematian I bu Melahirkan di Kota Dumai Dari

Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015 ... 22

Grafik 3.8 Jumlah Kematian I bu Melahirkan Berdasarkan Kecamatan di Kota

Dumai Tahun 2014 ... 23

Grafik 3.9 Jumlah Kematian I bu Berdasarkan Jenis Kematian I bu Dan

Kelompok Umur Di Kota Dumai Tahun 2014 ... 23

Grafik 3.10 Pencapaian Angka Harapan Hidup Waktu Lahir di Kota Dumai Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta target 2015... 24

Grafik 3.11 Pencapaian Angka Kesakitan Malaria Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015 ... 25

(5)

Grafik 3.14 Prevalensi Penderita HI V terhadap Penduduk Beresiko Kota Dumai Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015 ... 28

Grafik 3.15 Pencapaian Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Kota

Dumai Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015... 29

Grafik 3.16 Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai Tahun

2014 ... 29

Grafik 3.17 Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Kota Dumai Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015 ... 31

... Grafik 3.18 Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Kota Dumai

(6)

kare pemerintah daerah di Strategis bidang keseh pembangunan daerah d Kerja (Renja) yang disu diharapkan dapat d pembangunan kesehat Sehat 2016.

Kepada semua pikirannya sehingga te Kesehatan Kota Dumai

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang arena berkat Rahmat dan HidayahNya, Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan K

ahun 2016 yang berisi tentang rencana rogram pembangunan kesehatan tahun 2 elesai disusun.

atan Kota Dumai sebagai pelaksana seba di bidang kesehatan telah menyusun suat ehatan sebagai kerangka perencanaan dan p h di bidang kesehatan yang dijabarkan mela

isusun pada setiap tahunnya. Rencana Kerja dijadikan sebagai pedoman dalam me atan di Kota Dumai dalam rangka mewujud

ua pihak yang telah menyumbangkan te tersusunnya Dokumen Rencana Kerja (Re ai Tahun 2016 ini, kami mengucapkan terim

Dumai, Oktober 2010

Kepala Dinas Kesehatan

se

Kota Dumai

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa I ndonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomi.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1)

Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia

kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen

dan informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut

dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi

penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan I lmu Pengetahuan

dan Teknologi (I PTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat

kemitraan dan kerja sama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada

peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan

preventif. Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap

kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.

Dengan berpedoman pada Renstra Kementerian kesehatan Republik

I ndonesia pada periode 2015-2019 Pembangunan kesehatan diarahkan pada

Program I ndonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan

dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemeratan pelayanan kesehatan.

Program I ndonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu

paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan

nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi

(9)

kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan

kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan, menggunakan pendekatan continuem of care dan intervensi

berbasis risiko. kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional

dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu

dan kendali biaya.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/ MENKES/ 52/ 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019, telah ditetapkan Arah kebijakan dan strategi

Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi

nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Arah kebijakan Kementerian

Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni : Penguatan Pelayanan

Kesehatan Primer (Primary Health Care), Penerapan Pendekatan

Keberlanjutan Pelayanan (Continuem Of Care), dan I ntervensi Berbasis Risiko

Kesehatan ( health risk ).

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun

2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan

oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,

menurunnya Angka Kematian I bu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada

balita.

Rencana strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Dumai

merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat

program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan

langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai maupun dengan mendorong

peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun 2016-2020. Renstra Dinas

Kesehatan Kota Dumai Tahun 2016-2020 ini memberikan penekanan pada

pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM)

bidang kesehatan di Kabupaten/ Kota, dan Dengan akan berakhirnya agenda

Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 Kelanjutan program

(10)

Renstra Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2016-2020 juga sebagai

pedoman dalam mengatasi isu-isu strategis di bidang kesehatan dengan

menerapkan paradigma pembangunan kesehatan baru yang mengacu pada

PROGRAM

I NDONESI A

SEHAT

dengan menerapkan kebijakan

pembangunan berwawasan kesehatan untuk mendukung visi Presiden

Republik I ndonesia yang diikuti oleh Kementerian Kesehatan yaitu “Terw ujudnya I ndonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- royong”, serta memperhatikan visi Dinas Kesehatan Propinsi Riau “

Masyarakat Riau Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Pada

Tahun 2020”.

Memasuki abad ke 21 yang merupakan era persaingan bebas antar

bangsa, sektor Kesehatan harus mampu meningkatkan derajat kesehatan

yang nantinya akan meningkatkan produktifitas dan kreativitas tenaga kerja,

dan pada akhirnya akan mempertajam daya saing bangsa. Oleh karena itu

pembangunan kesehatan sebagai bagian dari Pembangunan Nasional yang

dilaksanakan secara bertahap, terpadu dan menyeluruh serta

berkesinambungan, membutuhkan suatu perencanaan strategis yang sesuai

dengan kondisi, potensi permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta

aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di Kota Dumai.

Dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota

Dumai Tahun 2016 ini acuan utama yang digunakan adalah rumusan Visi,

Misi, Arah Kebijakan dan Rencana Program I ndikatif Walikota/ Wakil Walikota

Dumai terpilih periode Tahun 2016 – 2020.

Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota Dumai

Tahun 2016 ini juga mengacu kepada RPJP Nasional, RPJM Nasional ,Renstra

Dinas Kesehatan Propinsi Riau, RPJPD Kota Dumai dan RPJP Propinsi Riau,

RPJM Propinsi Riau dan Renstra Dinas Kesehatan Kota Dumai serta berbagai

(11)

Dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota

Dumai Tahun 2016, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai rujukan

yaitu :

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Menengah Nasional Tahun 2005- 2025

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

7. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedom an

Pengelolaan Keuangan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik I ndonesia Nomor

741/ Menkes/ PER/ VI I / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten/ Kota

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/ Menkes/ SK/ V/ 2009 tentang

Sistem Kesehatan Nasional

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik I ndonesia Nomor

HK.02.02/ MENKES/ 52/ 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik I ndonesia Nomor 54 Tahun

2010 tentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)

13. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana

(12)

14. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor 717 tanggal 22

Mei 1999 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Kesehatan Kotamadya Daerah Tingkat I I Dumai

15. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 16 tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tatakerja Dinas Daerah

16. Peraturan Walikota Dumai Nomor 15 Tahun 2008 tentang Sistem

Kesehatan Kota Dumai

17. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD) Pemerintah

Kota Dumai tahun 2005-2025

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2016 ini

disusun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai acuan dokumen

perencanaan Dinas Kesehatan Kota Dumai yang memuat kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan bidang kesehatan yang akan

dilaksanakan pada tahun 2016.

(13)

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2016 ini

disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Landasan Hukum

1.3. Sistematika Penulisan

BAB I I . TUGAS DAN FUNGSI DI NAS KESEHATAN

2.1. Tugas Pokok dan Fungsi

2.2. Susunan Organisasi

BAB I I I . EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2014

3.1. Sumber Daya Kesehatan

3.2. Situasi Derajat Kesehatan

3.3. Telaahan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renja 2014

BAB I V. VI SI DAN MI SI DI NAS KESEHATAN

4.1. Visi Dinas Kesehatan Kota Dumai

4.2. Misi Dinas Kesehatan Kota Dumai

BAB V. SASARAN, ARAH KEBI JAKAN DAN STRATEGI

5.1. Sasaran

5.2. Arah Kebijakan

5.3. Strategi

5.4. Program Pembangunan Kesehatan

5.5. Rencana Kerja (Renja) Tahun 2016

BAB VI . PENUTUP

BAB I I

(14)

2.1.

Tugas Pokok Dan Fungsi

Dinas Kesehatan Kota Dumai berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Dumai Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Dumai yang dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai

tugas membantu walikota dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi

dibidang kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Walikota Dumai Nomor 19 Tahun 2013,

tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Dumai,

bahwa Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis penanganan dibidang kesehatan;

2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang

kesehatan;

3. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup tugas

dan fungsinya;

4. Pembinaan umum dibidang kesehatan meliputi pendekatan,

pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan;

5. Perencanaan sistem kesehatan daerah, akreditasi dan sertifikasi

kesehatan serta peningkatan sumber daya manusia kesehatan

berdasarkan kebijakan teknis;

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

(15)

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota Dumai ditetapkan

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 16 tahun 2008 yang

terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat

a. Subbagian Administrasi dan Umum

b. Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

c. Subbagian Kepegawaian

3. Bidang Kesehatan Masyarakat

a. Seksi Kesehatan Keluarga

b. Seksi Promosi Kesehatan

c. Seksi Gizi dan Peran serta Masyarakat

4. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Seksi Pengendalian Penyakit

b. Seksi Penyehatan Lingkungan

c. Seksi Surveilans dan Kesehatan Matra

5. Bidang Pelayanan Kesehatan

a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

b. Seksi Bina Rumah Sakit

c. Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan

6. Bidang Sumber Daya Kesehatan

a. Seksi Jaminan Kesehatan

b. Seksi Sumber Daya Kesehatan dan Akreditasi

c. Seksi Pelayanan Sarana Kesehatan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

a. Puskesmas

8. Kelompok Jabatan Fungsional

(16)

Bagan Struktur Organisasi Dan Tatakerja Dinas Kesehatan Kota Dumai

KEPALA DI NAS

SEKSI PENGENDALI AN PENYAKI T

SEKSI SURVEI LANS DAN KESEHATAN MATRA

SEKSI FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

BI DANG SUMBER DAYA KESEHATAN

SEKSI JAMI NAN KESEHATAN

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN DAN

AKREDI TASI

(17)

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2014

3.1. Sumber Daya Kesehatan

.

a. Sarana Kesehatan

Sejak berdirinya Kota Dumai pada tahun 1999 sampai dengan tahun

2011 telah terjadi peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kota

Dumai, baik itu rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan

puskesmas keliling serta sarana Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) , Pos Kesehatan

Desa/ Kelurahan (Poskesdes), dan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) . Hal

tersebut menunjukan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar

dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit sudah meningkat. Diharapkan

dengan meningkatnya jumlah sarana pelayanan kesehatan tersebut sebagian

besar masyarakat akan memanfaatkannya secara optimal.

Namun akses terhadap pelayanan kesehatan belum merata di

seluruh Kota Dumai terutama di beberapa daerah terpencil yang berada di

Kecamatan Bukit Kapur, Medang Kampai, dan Sungai Sembilan, karena kondisi

geografis yang sulit dan masih terbatasnya transportasi dan infrastruktur.

1) Rumah Sakit

(18)

2) Puskesmas

Pada awal berdirinya Kota Dumai jumlah puskesmas yang ada

sebanyak 3 (tiga) buah dan merupakan hibah dari Kabupaten Bengkalis

yakni Puskesmas Dumai Timur (sekarang bernama Puskesmas Dumai

Kota), Puskesmas Dumai Barat dan Puskesmas Bukit Kapur. Dari tahun ke

tahun jumlah puskesmas yang ada terus berkembang dan pada saat ini

jumlah puskesmas yang ada di Kota Dumai sebanyak 10 buah. Sejak bulan

Oktober 2014 Puskesmas Bukit Kayu Kapur (puskesmas baru yang

dibangun tahun 2013 dengan menggunakan dana budget sharing propinsi)

sudah mulai beroperasi. Puskesmas baru Bukit Kayu Kapur pada awalnya

adalah puskesmas pembantu yang kemudian ditingkatkan statusnya

menjadi

puskesmas.

Pada

umumnya

pembangunan

puskesmas-puskesmas di Kota Dumai menggunakan anggaran bersumber non APBD

Kota Dumai seperti dana Budget Sharing Propinsi Riau, dana APBN (DAK

Kesehatan) dan dana bantuan luar negeri (DHS ADB).

Tabel 3.1. Perincian Puskesmas Sekota Dumai Tahun 2014

No Kecamatan Nama Puskesmas Non Rawat

I nap

Rawat I nap

Jumlah Tempat Tidur

1. Dumai Timur 1. Jaya Mukti V

2. Dumai Barat 2. Dumai Barat V

3. Purnama V

3. Bukit Kapur 4. Bukit Kapur V 15

5. Bukit Kayu Kapur V

4. Sungai Sembilan 6. Sungai Sembilan V 15

5. Medang Kampai 7. Medang Kampai V 18

6. Dumai Kota 8. Dumai Kota V

7. Dumai Selatan 9. Bumi Ayu V

10. Bukit Timah V

(19)

bangunan lama Puskesmas Dumai Kota. Puskesmas santun usila telah

diresmikan oleh Ibu Walikota Dumai pada tanggal 21 Januari 2008.

3) Puskesmas Pembantu

Puskesmas pembantu berfungsi meluaskan jangkauan pelayanan

puskesmas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pada awal berdirinya Kota Dumai jumlah puskesmas pembantu yang ada

sebanyak 10 (sepuluh) buah. Pada tahun 2014 jumlah puskesmas

pembantu yang ada sebanyak 13 buah, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2. Perincian Puskesmas Pembantu Sekota Dumai Tahun 2014

No Kecamatan Wilayah Kerja

Puskesmas

Nama Puskesmas Pembantu

1. Dumai Barat Purnama 1. Parit Pisang Mas

2. Bukit Kapur Bukit Kapur 2. Gurun Panjang

3. Simpang Murini 3. Sungai Sembilan Sungai Sembilan 4. Suka Damai

5. Basilam Baru

6. Simpang Pulai 7. Kampung Sejati

8. Sungai Sembilan/ Transmigrasi 9. Sungai Teras

10. Bulu Hala

11. Sei Sepit 4. Medang Kampai Medang Kampai 12. Pelintung

5. Dumai Kota Dumai Kota 13. Rimba Sekampung

4) Puskesmas Keliling dan Ambulans

Pada awal berdirinya Kota Dumai jumlah puskesmas keliling yang

ada sebanyak 1 (satu) unit. Seiring dengan bertambahnya jumlah

puskesmas, jumlah puskesmas keliling dan ambulans yang ada dari tahun

ke tahun terus berkembang. Pada saat ini dari 10 puskesmas keliling lama

yang ada, yang masih operasional sebanyak 6 unit dan 4 unit lainnya tidak

operasional lagi karena sedang dalam proses penghapusan aset.

(20)

berfungsi/ operasional lagi sebanyak 2 unit. Jumlah ambulans yang ada dan

masih operasional sebanyak 4 unit.

Sehingga total puskesmas keliling dan ambulans yang masih

operasional di puskesmas sebanyak 10 buah. Adapun kondisi puskesmas

keliling dari 6 unit yang masih operasional sebanyak 4 unit (67% ) rusak

sedang dan 2 unit (33% ) rusak berat, sedangkan seluruh ambulans (100% )

kondisinya baik seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3. Perincian Penyebaran Puskesmas Keliling dan Ambulans

Se Kota Dumai Tahun 2014

No Nama Puskesmas

Uraian Pengadaan Puskesmas Keliling & Ambulans

Keterangan Jenis/ Merk Jumlah

Tahun Pengadaan/ Sumber Dana

1. Dumai Kota Pusling/ Mitsubitshi L 300

1 unit 2005/ APBD Kota Dumai

Dalam proses penghapusan Pusling/ Toyota Kijang 1 unit 1995/ APBD Kab

Bengkalis

Kondisi rusak berat 2. Bumi Ayu Pusling/ New Armada 1 unit 2005/ APBD

Propinsi Riau

Dalam proses penghapusan 3. Dumai Barat Pusling/ MI tsubitshi L

300

1 unit 2005/ APBD Kota Dumai

Dalam proses penghapusan Pusling/ Toyota Kijang 1 unit APBD Kab.

Bengkalis

Kondisi rusak total (tidak berfungsi lagi) 4. Bukit Timah Pusling/ I suzu 1 unit 2004/ APBD

Propinsi Riau

Kondisi rusak sedang 5. Bukit Kapur Pusling/ Toyota Kijang 1 unit 2002/ APBD

Propinsi Riau

Kondisi rusak sedang Pusling/ I suzu 1 unit 2003/ APBD

Propinsi Riau

Kondisi rusak berat Ambulance/ I suzu ELV 1 unit Hibah CSR

Pertamina 2011

Baik

6. Sungai Sembilan

Pusling/ Toyota Kijang 1 unit 2002/ APBD Kota Dumai

Kondisi rusak sedang Pusling/ I suzu 1 unit 2006/ APBD

Kota Dumai

1 unit 2014/ APBD Kota Duma

Kondisi baik

7. Medang Kampai

Pusling/ KI A Travello 1 unit 2007/ APBD Kota Dumai

Kondisi rusak sedang 8. Jaya Mukti Ambulance/ KI A

Travello

1 unit 2014/ APBD Kota Dumai

Kondisi baik

9. Purnama Pusling/ KI A Travello 1 unit 2007/ APBD Kota Dumai

Dalam proses penghapusan 10 B. Kayu Kapur Ambulance/ KI A

Travello

1 unit 2012/ APBN-P (Hibah Pusat)

Baik

(21)

operasional puskesmas keliling dan melalui dana Tugas Perbantuan dari Ditjen

Pembinaan Upaya Kesehatan (PUK) Kementerian Kesehatan RI Tahun

Anggaran 2014 telah diadakan 6 unit puskesmas keliling standar/single gardan

sehingga total mobil puskesmas keliling baru sebanyak 11 unit.

5) Posyandu

Pada awal berdirinya Kota Dumai jumlah posyandu balita yang ada sebanyak 121 buah. Dari tahun ke tahun perkembangan jumlah posyandu yang ada cenderung meningkat. Pada tahun 2014, jumlah posyandu yang ada di Kota Dumai sebanyak 190 posyandu, dengan perincian seluruhnya posyandu mandiri.

Dari jumlah tersebut, seluruh posyandu berstatus strata mandiri (100% ). Selain posyandu balita, di Kota Dumai telah dikembangkan posyandu usila sebagai salah satu pengembangan program pelayanan kesehatan usia lanjut (usila). Posyandu usila pertama kali dikembangkan pada tahun 2005 di kelurahan Jaya Mukti yakni Posyandu Lansia Nuri. Pada tahun 2014 jumlah posyandu usila yang ada di Kot a Dumai berjumlah 58 posyandu. Saat ini jumlah kader posyandu usila sebanyak 290 orang. Kegiatan yang dilaksanakan setiap bulannya adalah pemeriksaan kesehatan lansia, pengobatan, penyuluhan kepada para lansia, senam lansia, wirid pengajian, home care, membuat kerajinan tangan serta rekreasi.

6) Polindes

Pada awal berdirinya Kota Dumai jumlah polindes yang ada

sebanyak 13 buah. Jumlah polindes mengikuti jumlah bidan PTT yang ada

pada saat itu. Pada tahun 2014, jumlah polindes yang ada di Kota Dumai

sebanyak 27 polindes. Saat ini jumlah bangunan polindes yang permanen

sebanyak 7 buah. Sedangkan sebanyak 20 polindes yang lain status

bangunannya menumpang pada sarana kesehatan yang ada, menyewa

rumah penduduk, atau menumpang pada sarana kelurahan setempat.

7) Pos Kesehatan Desa/ Kelurahan (Poskeskel)

(22)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2007 tentang

Pengembangan Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa, pada tahun 2014

jumlah desa/kelurahan siaga di Kota Dumai sebanyak 33 kelurahan. Ini

berarti seluruh (100%) kelurahan di Kota Dumai sudah menjadi kelurahan

siaga dan memiliki Poskeskel.

Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Dumai telah mendapatkan

penghargaan Manggala Karya Bakti Husada dari Pemerintah Indonesia

melalui Menteri Kesehatan RI atas keberhasilannya mengembangkan

Kelurahan Siaga di Kota Dumai.

Sampai saat ini telah dibangun 24 (dua puluh empat) buah poskeskel

bersumber dari APBD Kota Dumai dan Dana Alokasi Khusus (DAK), 3

poskesdes merupakan alih fungsi dari bangunan puskesmas pembantu.

Sedangkan untuk 9 poskeskel lainnya status bangunannya ada yang

menumpang di puskesmas pembantu, posyandu, rumah dinas/kantor, dan

menyewa. Guna meningkatkan penampilan poskeskel, setiap bangunan

poskeskel yang mengalami kerusakan secara bertahap direhabilitasi atau

direnovasi. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di Poskesdes adalah

bidan PTT. Bidan PTT bersama-sama kader kesehatan mengelola

poskesdes. Kegiatan yang diberikan di poskeskel meliputi pelayanan

kesehatan dasar, surveilans, KIA, kesehatan lingkungan, pemantauan gizi,

usila, PHBS dll.

b. Tenaga Kesehatan

Pada tahun 2014 total tenaga yang ada di sarana kesehatan milik

pemerintah Kota Dumai sebanyak 1.256 orang terdiri dari PNS, TKS Pemko

Dumai, PTT, dan tenaga honorer/ lepas, yang tersebar di 3 unit kerja yang ada

yakni puskesmas (511 orang), RSUD Kota Dumai (650 orang), dan Dinas

(23)

1.002 orang (79,84%)

adalah tenaga kesehatan seperti terlihat pada grafik

berikut:

Grafik 3.1. Persebaran Jumlah Tenaga Yang Bekerja

di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah Kota Dumai

Berdasarkan Kategori Tenaga Tahun 2014

Sedangkan persebaran tenaga kesehatan menurut jenis tenaga

menunjukan perawat merupakan jenis tenaga kesehatan yang paling

banyak yakni sebesar 41% seperti terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik 3.2. Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga

di RSUD Kota Dumai dan Puskesmas se Kota Dumai Tahun 2014

Sampai dengan tahun 2014 tenaga kesehatan yang jumlahnya masih

kurang adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, Perawat,

(24)

masyarakat dan terapi fisik. Untuk tenaga bidan dan teknisi medis jumlahnya

sudah mencukupi.

Permasalahan tenaga kesehatan yang dihadapi dewasa ini dan di

masa depan adalah: a) Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan

belum dapat memenuhi kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan;

b) Perencanaan kebijakan dan program SDM Kesehatan masih lemah dan

belum didukung sistem informasi SDM Kesehatan yang memadai; c) Masih

kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis SDM

Kesehatan. Kualitas hasil pendidikan SDM Kesehatan dan pelatihan kesehatan

pada umumnya masih belum memadai; d) Dalam pendayagunaan SDM

Kesehatan, pemerataan SDM Kesehatan berkualitas masih kurang.

c. Pembiayaan Kesehatan

Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 perkembangan

alokasi anggaran kesehatan (Dinas Kesehatan dan RSUD) bersumber APBD

Kota Dumai cenderung meningkat. Namun bila dilihat berdasarkan unit kerja,

alokasi anggaran kesehatan untuk Dinas Kesehatan Kota Dum ai lebih sedikit

dibandingkan dengan RSUD Kota Dumai.

Anggaran kesehatan Kota Dumai berasal dari berbagai sumber biaya

dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.4. Perincian Pembiayaan Kesehatan Kota Dumai Berdasarkan Sumber Anggaran dan Unit Kerja Tahun 2014

No. Sumber Anggaran

Unit Kerja

Jumlah % Dinkes (Rp) RSUD Kota

Dumai (Rp)

1. APBD Kota Dumai 60.788.814.631,50 131.884.233.505,00 192.673.048.137,50 98,51

2. APBD Provinsi Riau 35.170.000,00 -- 35.170.000,00 0,02

3. APBN 2.664.130.000,00 -- 2.664.130.000,00 1,36

4. Sumber Lain (Global

Fund) 220.260.000,00 -- 220.260.000,00 0.11

Total Anggaran 63.708.374.631,50 131.884.233.505,00 195.592.608.136,50 100

Meskipun alokasi anggaran kesehatan bersumber APBD Kota Dumai

(25)

berdasarkan belanja terlihat persentase belanja tidak langsung (gaji pegawai)

mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan persentase belanja

langsung cenderung menurun.

Permasalahan pembiayaan kesehatan yang dihadapi lebih pada

alokasi yang cenderung pada upaya kuratif dan masih kurangnya anggaran

untuk biaya operasional dan kegiatan langsung untuk puskesmas. Akibat dari

pembiayaan kesehatan yang masih cenderung kuratif dibandingkan pada

promotif dan preventif mengakibatkan pengeluaran pembiayaan yang tidak

efektif dan efisien, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan pada

kecukupan dan optimalisasi pemanfaatan pembiayaan kesehatan.

Pembiayaan pembangunan kesehatan merupakan salah satu sumber

daya yang penting untuk ikut menentukan keberhasilan pembangunan

terutama di bidang kesehatan. Hasil dan dampak dari pembangunan kesehatan

tidak dapat diukur dalam kurun waktu yang relatif singkat, tetapi pelaksanaan

pembangunan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, agar Visi Dumai

Sehat 2015 dapat tercapai. Untuk itu pembiayaan pembangunan kesehatan

perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah, lintas

sektor dan swasta khususnya untuk pelayanan kesehatan di bidang pelayanan

publik terutama untuk peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, penduduk

miskin, dan kelompok lanjut usia serta difokuskan pada upaya promotif dan

preventif dengan tetap memperhatikan besaran satuan anggaran kuratif yang

relatif lebih besar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3.2.

Situasi Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan adalah tingkat keadaan kesehatan perorangan,

kelompok atau masyarakat yang diukur dengan indikator kualitas hidup,

mortalitas, morbiditas dan status gizi. Kualitas hidup antara lain dilihat dari

indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir sedangkan mortalitas dilihat dari

indikator – indikator Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka

Kematian I bu Melahirkan dan Angka Kematian Diare pada Balita. Morbiditas dilihat

dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue, Angka

(26)

HI V/ AI DS Sedangkan Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase Balita

dengan Gizi Buruk dan Gizi Kurang.

A. Mortalitas ( Angka Kematian )

Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi mencerminkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan terhadap perinatal. Pada tahun 2014 jumlah kasus kematian bayi yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 103 kasus dari 7.875 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kematian bayi di Kota Dumai sebesar 13,08 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 dimana angka kematian bayi sebesar 14,70 per 1000 kelahiran hidup, terlihat angka kematian bayi pada tahun 2014 mengalami penurunan. Namun bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2014 yakni < 23 per 1.000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian bayi di Kota Dumai masih di bawah target (yang berarti tingkat pencapaiannya baik). Hal ini menggambarkan kualitas kuantitas pelayanan kesehatan terhadap perinatal masih baik. Pencapaian Angka Kematian Bayi Tahun 2011 sampai dengan 2014 dan target 2015 Kota Dumai dapat di lihat pada grafik 3.3 berikut ini :

Grafik 3.3

Pencapaian Angka Kematian Bayi Kota Dumai

Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target Tahun 2015

(27)

Grafik 3.4

Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai tahun 2014

Penyebab kematian bayi didominasi oleh kasus Asfiksia dan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR).

Angka Kematian Balita

(28)

Grafik 3.5

Pencapaian Angka Kematian Balita Kota Dumai Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Gr

Berdasarkan Kecamatan, jumlah kasus kematian balita terbanyak berada di Kecamatan Dumai Selatan yakni sebanyak 28 kasus, disusul dengan Dumai Timur sebanyak 27 kasus, seperti terlihat pada grafik 3.6 berikut ini:

Grafik 3.6

Jumlah kematian Balita Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai Tahun 2014

Penyebab kematian balita masih didominasi oleh kasus Asfiksia dan Berat

(29)

Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kondisi ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2014 jumlah kasus kematian ibu yang ditemukan di Kot a Dumai sebanyak 9 kasus dari 7.875 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kematian ibu tahun 2014 di Kota Dumai sebesar 114,29 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013, di mana angka kematian ibu sebesar 64,49 per 100.000 kelahiran hidup, maka terlihat ada peningkatan angka kematian ibu pada tahun 2014. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2014 yakni 118 per 100.000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian ibu ini masih di bawah target (yang berarti tingkat pencapaiannya baik). Pencapaian Angka Kematian I bu dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta target 2015 Kota Dumai dapat di lihat pada grafik 3.7 berikut ini:

Grafik 3.7

Pencapaian Angka Kematian I bu di Kota Dumai Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Berdasarkan Kecamatan, jumlah kasus kematian ibu terbanyak berada di kecamatan Dumai Timur sebanyak 3 kasus, seperti terlihat pada grafik 3.8 berikut ini :

Grafik 3.8

2011 2012 2013 2014 2015

(30)

Jumlah Kematian I bu Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai Tahun 2014

Penyebab kematian ibu adalah Pendarahan ante partum, eklampsi dan pre eklampsi (sebanyak 3 kasus) perdarahan yang terjadi karena retensio plasenta, atonia uteri dan inveersio uteri. Berdasarkan kelompok umur, kasus kematian ibu banyak terjadi pada kelompok umur 20-35 tahun yakni sebanyak 6 kasus (66,66% ), sedangkan berdasarkan kelompok kematian, kasus kematian terbanyak pada kelompok ibu nifas sebanyak 4 kasus seperti terlihat pada grafik 3.9 berikut ini:

Grafik 3.9

Jumlah Kematian I bu Berdasarkan Jenis Kematian I bu dan Kelompok Umur Di Kota Dumai Tahun 2014

Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

Pada tahun 2014 angka harapan hidup waktu lahir (umur harapan hidup) di Kota Dumai sebesar 72,29 tahun. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 yakni sebesar 71,64 tahun, terlihat ada peningkatan

0 1 2 3 4 5 6

Ibu HamilIbu Bersalin

Ibu NifasTotal Kematian

Ibu

0 0 0 0

1 2

3 6

1 1 1

3

Ju m la h

(31)

harapan hidup waktu lahir secara tidak langsung memberikan gambaran tentang adanya kemungkinan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pencapaian Angka Harapan Hidup waktu lahir di Kota Dumai tahun 2011 sampai dengan 2014 serta target 2015 dapat di lihat pada grafik 3.10 berikut ini :

Grafik 3.10

Pencapaian Angka Harapan Hidup Waktu Lahir di Kota Dumai Dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta target 2015

B. Morbiditas ( Angka Kesakitan)

70

70.5 71 71.5 72 72.5

2011 2012 2013 2014 2015

71 71

71.6

72 72

71.33 71.33

71.64

72.29

U m u r (T a h u n )

Tahun

(32)

Angka Kesakitan Malaria

Upaya kegiatan pengendalian vektor melalui penyemprotan rum ah (I RS) dapat dinilai efektif bila dilihat dari dampak terhadap penurunan angka malaria klinis. Pada tahun 2014 ditemukan sebanyak 833 kasus malaria klinis di Kota Dumai dengan Annual Malaria I ncidence (AMI ) sebesar 2,75 per 1.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 di mana Annual Malaria I ncidence (AMI ) sebesar 1,80, terlihat adanya penurunan Annual Malaria I ncidence (AMI ) pada tahun 2014. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2014 yakni 2 per 1.000 penduduk maka pencapaian Annual Malaria I ncidence (AMI ) ini melebihi target (yang berarti terjadi peningkatan kasus). Dari 833 kasus yang ada terdapat 17 kasus penderita malaria positif sehingga di dapatkan Annuali Parasite I ncidence (API ) sebesar 0,06 per 1.000 penduduk.

Seluruh penderita Malaria (100% ) telah mendapat pengobatan standar di puskesmas. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari grafik 3.11 dibawah ini :

Grafik 3.11

Pencapaian Angka Kesakitan Malaria

Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Berdasarkan kecamatan, jumlah kasus Malaria terbanyak ditemukan di Kecamatan Sungai Sembilan yakni sebanyak 737 kasus. Hal tersebut disebabkan tingginya mobilitas penduduk melalui transmigrasi, pembukaan lahan perkebunan, pengembangan tambak udang serta penebangan pohon bakau sebagai industri arang bakau. Dengan faktor resiko tersebut maka satu wilayah Kecamatan Sungai Sembilan menjadi daerah high endemis Malaria. Kecamatan Bukit Kapur merupakan kecamatan terbanyak kedua

5

2011 2012 2013 2014 2015

(33)

ditemukannya kasus Malaria yakni sebanyak 69 kasus, seperti terlihat pada grafik 3.12 berikut ini :

Grafik 3.12

Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai Tahun 2014

Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +

Pada tahun 2014 dari total 257 penderita TB Paru BTA + yang

ditemukan dan diberikan pengobatan dengan OAT selama 6 bulan, sebanyak

226 orang dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukan 2

kali negatif). Dengan demikian pencapaian angka kesembuhan penderita TB

Paru BTA + adalah sebesar 87,94% . Bila dibandingkan dengan pencapaian

tahun 2013 sebesar 93,99% , maka terlihat ada peningkatan angka

kesembuhan penderita TB Paru BTA + . Bila dibandingkan dengan target Kota

Dumai sebesar 87% , maka pencapaian angka kesembuhan penderita TB Paru

BTA + tahun 2013 sudah mencapai target. Pencapaian angka kesembuhan

penderita TB Paru BTA + dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta target

2015 dapat dilihat dari grafik 3.13 di bawah ini :

(34)

Pencapaian Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Prevalensi Penderita HI V terhadap Penduduk Beresiko

Sampai dengan akhir tahun 2014, jumlah kumulatif kasus HI V yang dijumpai di Kota Dumai sebanyak 289 kasus yang terdiri dari 240 kasus lama dan 49 kasus baru yang ditemukan tahun 2014. Dari 289 kasus HI V yang ditemukan penderita HI V yang meninggal sebanyak 153 orang. Dengan demikian jumlah kasus HI V pada saat ini adalah 136 orang.

Sedangkan jumlah penduduk beresiko HI V sebanyak 32.719 oranG. Sehingga prevalensi penderita HI V terhadap penduduk beresiko pada tahun 2014 adalah sebesar 0,42% . Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 dimana prevalensi penderita HI V terhadap penduduk beresiko sebesar 0,11% , maka terlihat ada peningkatan angka prevalensi pada tahun 2014. Bila dibandingkan dengan target Kota Dumai tahun 2014 sebesar < 1% , maka pencapaian tersebut masih di bawah target. Melihat potensi Kota Dumai sebagai Kota Jasa dan I ndustri, daerah yang memiliki pelabuhan internasional dan sebagai pintu gerbang keluar masuknya bagi wisatawan asing maupun pelaut asing, serta mobilisasi penduduk dari dan ke kabupaten/ kota yang memiliki angka prevalensi HI V/ AI DS cukup tinggi seperti Kota Batam, Tanjung Balai Karimun, serta Kepulauan Riau, maka tidak tertutup besar kemungkinannya penyakit HI V/ AI DS akan menjadi permasalahan di Kota Dumai.

82

2011 2012 2013 2014 2015

(35)

Prevalensi Penderita HI V Terhadap Penduduk Beresiko

Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kota Dumai merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada tahun 2014 di Kota Dumai ditemukan kasus DBD sebanyak 264 kasus atau I R= 87,17 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 1 kasus atau CFR= 0,38. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana ditemukan kasus DBD sebanyak 173 kasus atau I R= 58,02 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 2 kasus atau CFR= 1,16, maka ada peningkatan angka kesakitan demam berdarah dengue. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai yaitu 55/ 100.000 penduduk, maka angka tersebut melebihi target indikator Kota Dumai (yang berarti tingkat pencapaian kurang baik). Untuk itu diperlukan kerja keras untuk bisa mencapai target angka kesakitan DBD tahun 2015 yakni sebesar 51 per 100.000 penduduk. Masih tingginya angka kesakitan DBD terutama disebabkan oleh faktor perilaku, lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat yang masih mendukung sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk vektor DBD seperti ± 80% penduduk Dumai masih menggunakan bak–bak penampung air hujan (PAH) dalam memenuhi kebutuhan air bersih, serta tingginya mobilitas penduduk. Di samping itu, dampak dari global warming juga memicu meningkatnya angka kesakitan DBD. Dari hasil pengamatan data jumlah kasus DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukan grafik naik turun. Berdasarkan pengamtan tersebut, ada suatu masa yang menunjukan pola jumlah kasus DBD yang lebih tinggi dibanding waktu-waktu lainnya, yang biasanya muncul setiap lima tahun. I nilah yang kemudian disebut dengan siklus lima tahunan.

0

2011 2012 2013 2014 2015

(36)

Grafik 3.15

Pencapaian Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue

Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Berdasarkan kecamatan, jumlah kasus DBD terbanyak ditemukan di Kecamatan Dumai Timur yakni sebanyak 85 kasus, disusul dengan Kecamatan Dumai Selatan sebanyak 54 kasus, seperti terlihat pada grafik 3.16 berikut ini :

Grafik 3.16

Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Kecamatan Di Kota Dumai Tahun 2014

Untuk meminimalisir dan mencegah kasus DBD dilakukan dengan 2 (dua)

metode, yaitu melalui fogging massal dengan mesin ULV dan fogging focus.

70 65

2011 2012 2013 2014 2015

(37)

 Fogging massal dengan mesin ULV

Penyemprotan Fogging Massal dengan mesin ULV dilakukan untuk

mengendalikan populasi nyamuk aedes vektor Demam Berdarah sebagai

langkah Sistem Kewaspadaan Dini (SKD). Penyemprotan massal dengan

mesin ULV dilakukan pada saat memasuki musim penghujan atau musim

penghujan akan berakhir, karena pada saat ini container-container atau

tempat-tempat yang dapat menampung air bersih akan terisi air sebagai

tempat berkembang biaknya nyamuk aedes dan akan terjadi peningkatan

populasi nyamuk. Penyemprotan/ Fogging Massal dengan mesin ULV

dilaksanakan di 28 kelurahan endemis Demam Berdarah.

 Fogging penanggulangan focus

Fogging atau pengasapan dilakukan untuk memutuskan rantai

penularan dengan cara membunuh nyamuk dewasa yang telah I nfektif

(terinfeksi Virus Dengue). Nyamuk yang telah menggigit penderita akan

menjadi infektit dan apabila tidak dibunuh maka selama hidup nyamuk

tersebut akan menjadi sumber penyebaran penyakit DBD. Kegiatan fogging

focus dilakukan setiap ditemukan kasus tersangka DBD berdasarkan

rekomendasi hasil penyelidikan epidemiologi (PE) dengan luas daerah

penyemprotan atau radius 200 M2 dan dilakukan di 100 fokus sebanyak 2

siklus dengan interval 1 (satu) minggu.

Namun demikian, fogging/ pengasapan bukanlah solusi dalam upaya

pengendalian penyakit demam berdarah, upaya yang paling efektif adalah dengan

pemberantasan sarang nyamuk secara serentak oleh seluruh warga masyarakat

(38)

C. Status Gizi

Persentase Balita Dengan Gizi Buruk

Status gizi sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan

secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat

memperparah penyakit infeksi secara langsung dan juga dapat menyebabkan

gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada

dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh

status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Pengukuran gizi pada balita

difokuskan pada tingkat kecukupan gizinya yang diukur melalui berat badan

terhadap umur atau berat badan terhadap tinggi badan yang dilakukan di

posyandu. Melalui pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan secara

terus menerus setiap bulannya di posyandu terutama pada balita BGM

(Bawah Garis Merah) oleh petugas kesehatan, pengadaan PMT (Pemberian

Makanan Tambahan), pemberian vitamin balita dan penyuluhan gizi kepada

masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita, maka kejadian gizi buruk

pada balita dapat diantisipasi. Pada tahun 2011 sampai dengan 2013 tidak

ditemukan kasus balita dengan gizi buruk di Kota Dumai, sedangkan di tahun

2014 ini ditemukan 3 orang penderita Gizi buruk yaitu: 2 balita di wilayah

kerja Puskesmas Bumi Ayu dan 1 balita di wilayah kerja Purnama. Dengan

demikian persentase balita dengan gizi buruk di Kota Dumai 0,01% . Kasus

gizi buruk yang di umpai di Kelurahan Bumi Ayu, Ratu Sima dan Kelurahan

Bagan Keladi sudah dilakukan intervensi dengan memberikan Pemberian

Makanan Tambahan ( PMT) pemulihan selama 90 hari dan juga melakukan

pengukuran Antrorometri oleh TPG meliputi penimbangan berat badan setiap

minggu, pengukuran TB setiap bulannya, pemeriksaan klinis oleh dokter

(39)

Grafik 3.17

Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Buruk

Kota Dumai dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

Persentase Balita Dengan Gizi Kurang

Kasus balita dengan gizi kurang masih sering ditemukan dan

jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh

tingginya mobilitas warga pendatang dari luar Kota Dumai, dimana warga

pendatang ini pada umumnya masih kurang berperilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) dan jarang mau datang ke sarana kesehatan (posyandu,

poskeskel dan puskesmas) untuk memeriksakan kesehatan balitanya. Sampai

dengan akhir tahun 2014 kasus balita dengan gizi kurang yang ditemukan di

Kota Dumai sebanyak 32 kasus dari 35.478 balita yang ditimbang, sehingga

persentase balita dengan gizi kurang di Kota Dumai adalah sebesar 0,09% .

Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana persentase balita dengan gizi

kurang sebesar 0,31 terlihat ada penurunan persentase balita dengan gizi

kurang. Bila dibandingkan dengan target Kota Dumai Tahun 2014 yakni

sebesar < 7% , maka pencapaian tersebut masih di bawah target.

Grafik 3.18

Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Kurang

Kota Dumai dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 serta Target 2015

0 0 0 0.01

3 3 3 3 3

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

2 011 20 12 20 13 201 4 201 5

(40)

3.3 Telaahan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renja 201 4

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar sudah meningkat

yang ditandai dengan meningkatnya jumlah puskesmas, dibentuknya Pos

Kesehatan Kelurahan (poskeskel) di setiap kelurahan. Namun akses

terhadap pelayanan kesehatan belum merata di seluruh Kota Dumai,

terutama di wilayah kerja puskesmas yang memiliki daerah sulit dijangkau

karena kondisi geografis dan terbatasnya transportasi dan infrastruktur

seperti wilayah kerja puskesmas Sungai Sembilan, Bukit Kapur dan

Medang Kampai. Sehingga untuk menjangkau daerah sulit tersebut

diperlukan sarana transportasi darat berupa puskesmas keliling atau

ambulans dan sepeda motor roda 2.

2. Sarana bangunan puskesmas dan puskesmas pembantu yang ada yang

merupakan bangunan hibah dari pemerintah Kabupaten Bengkalis karena

adanya pemekaran Kota Dumai, pada umumnya sudah berumur tua dan

kondisinya sudah mulai rusak. Selain itu kondisi peralat an kesehatan yang

ada di puskesmas jumlahnya terbatas dan kondisinya tidak lengkap atau

rusak. Hal tersebut sangat berdampak pada akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Masyarakat lebih memilih

untuk langsung mendapatkan pelayanan kesehatan dasar atau berobat di

RSUD Kota Dumai dari pada ke puskesmas karena sarana dan peralatan

0.2 0.42 0.31 0.09

7 7 7 7 7

0 2 4 6 8

2011 2012 2013 2014 2015

(41)

canggih. Hal tersebut berdampak pada rendahnya sistem rujukan yang

ada di puskesmas. Apabila hal tersebut tidak segera diantisipasi, untuk

masa yang akan datang mungkin saja hanya sedikit masyarakat yang

mau berobat ke puskesmas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dengan gedung yang representatif dan menggunakan alat -alat kesehatan

sesuai dengan perkembangan teknologi serta dilaksanakan oleh sumber

daya manusia yang profesional, sudah menjadi tuntutan masyarakat guna

mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Oleh sebab itu kinerja dan

penampilan puskesmas perlu terus ditingkatkan yang salah satunya

melalui peningkatan dan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas

dan jaringannya.

3. Permasalahan penduduk pendatang atau illegal merupakan permasalahan

terbesar dalam pelaksanaan program kesehatan di Kota Dumai. Apabila

permasalahan penduduk pendatang atau illegal ini tidak ditangani secara

serius oleh Pemerintah Kota Dumai, maka dapat berdampak pada

kegagalan pencapaian pelaksanaan program kesehatan yang diukur

melalui indikator Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka

Kematian I bu Melahirkan, serta persentase balita dengan gizi buruk dan

gizi kurang. Pada umumnya permasalahan kesehatan yang ada banyak

merupakan kontribusi dari penduduk pendatang (illegal) tersebut. Para

penduduk pendatang (illegal) pada umumnya berdomisili di Kecamatan

Dumai Kota, Dumai Timur, Dumai Selatan, Medang Kampai dan Sungai

Sembilan dan mereka juga jarang mengakses pelayanan kesehatan dasar

karena status mereka yang illegal yang otomatis tidak mempunyai kartu

identitas seperti KTP.

BAB I V

(42)

4.1 VI SI DI NAS KESEHATAN KOTA DUMAI

Untuk mendukung Visi Pemerintah Kota Dumai ( walikota/ wakil

walikota ) terpilih maka Dinas Kesehatan Kota Dumai menyusun Rencana

Strategis untuk merealisasikan hal tersebut diatas melalui Visi dan Misi yang

lebih spesifik di bidang kesehatan. Visi Dinas Kesehatan Kota Dumai yang

akan diwujudkan pada tahun 2016 melalui Rencana Strategis 2016 – 2020,

yaitu:

“MASYARAKAT DUMAI SEHAT, MANDI RI DAN HI DUP PRODUKTI F

SECARA SOSI AL DAN EKONOMI “

Yang dirumuskan sebagai :

Gambaran kesehatan masyarakat Kota Dumai dalam Visi tersebut

adalah masyarakat yang penduduknya hidup dalam keadaan sehat fisik, jiwa

dan sosialnya sehingga terbentuk masyarakat yang kreatif, produktif, serta

memiliki kemampuan untuk menjangkau pemerataan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Seiring dengan Visi Kota Dumai tersebut, diharapkan pada masa

mendatang pembangunan Kota Dumai mengacu pada perencanaan

pembangunan yang berwawasan kesehatan, sehingga terciptanya lingkungan

yang bebas dari polusi dan pencemaran dalam kawasan pemukiman yang

sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah kondisi bagi terwujudnya

keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi dan

pencemaran, tersedianya air bersih, tersedianya sanitasi dasar dalam

lingkungan sosial dan budaya yang kondusif. Perilaku masyarakat yang

diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara, meningkatkan

(43)

4.2 MI SI DI NAS KESEHATAN KOTA DUMAI .

Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Kota Dumai terpilih dan Visi Dinas Kesehatan

,

maka

telah ditetapkan 5 (lima) Misi Dinas Kesehatan Kota Dumai, yaitu :

Misi I

: Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan

akuntabel.

Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel

dilingkungan Dinas kesehatan Kota Dumai, fungsi-fungsi

administrasi kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan

efesien yang didukung oleh sistem informasi, I PTEK serta hukum

kesehatan. Melalui penyelenggaraan manajemen kesehatan yang

akuntabel dengan menetapkan penyelenggaraan pemerintahan

yang baik (good governance), diharapkan upaya pembangunan

kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan

dipertanggunggugatan kepada semua lapisan masyarakat.

Misi I I : Mendorong pembangunan yang berw aw asan kesehatan.

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan juga dipengaruhi

oleh pembangunan sektor lain, sehingga perlu diupayakan

masuknya wawasan kesehatan dalam program pembangunan di

Kota Dumai. Dengan demikian dapat diwujudkan Kota Dumai yang

BERSERI (Bersih, Semarak, Rukun dan I ndah).

Misi I I I : Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat melalui

upaya promotif dan preventif.

Masyarakat diharapkan bersikap proaktif dalam memelihara,

meningkatkan dan melindungi diri dari ancaman penyakit dengan

(44)

Misi I V : Pemerataan

pelayanan

kesehatan

yang

bermutu,

terjangkau dan berkeadilan.

Untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena

penyakit, diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,

terjangkau dan berkeadilan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Misi V : Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatan.

Pembangunan Kesehatan tidak akan berhasil jika tidak ada upaya

dari masyarakat untuk secara mandiri melakukan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat perlu ditingkatkan.

BAB V

SASARAN, ARAH KEBI JAKAN DAN STRATEGI

(45)

sasaran yang hendak dicapai dari misi Pemerintah Kota Dumai Terpilih yang

berkaitan dengan kesehatan untuk tahun 2015-2020, yaitu:

1. Menurunnya mortalitas (angka kematian)

2. Menurunnya morbiditas (angka kesakitan)

3. Meningkatnya status gizi

dengan target sasaran indikator Kinerja Utama Kesehatan yang akan dicapai

pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Menurunnya mortalitas, indikator kinerjanya meliputi:

a. Menurunnya Angka kematian bayi menjadi < 23 per 1.000 kelahiran

hidup

b. Menurunnya Angka kematian balita menjadi < 32 per 1.000 kelahiran

hidup

c. Menurunnya Angka kematian ibu melahirkan menjadi 125 per 100.000

kelahiran hidup

d. Meningkatnya Angka harapan hidup waktu lahir menjadi 72,2 tahun

2. Menurunnya morbiditas, indikator kinerjanya meliputi:

a. Menurunnya Angka kesakitan malaria menjadi 1 per 1.000 penduduk

b. Meningkatnya Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA + menjadi

88%

c. Menurunnya Prevalensi penderita HI V terhadap penduduk beresiko

menjadi < 1%

d. Menurunnya Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi

60 per 100.000 penduduk

3. Meningkatnya status gizi, indikator kinerjanya meliputi:

a. Menurunnya persentase balita dengan gizi buruk menjadi < 3%

b. Menurunnya persentase balita dengan gizi kurang menjadi < 7%

(46)

Kebijakan pembangunan kesehatan secara Nasional untuk periode 5

tahun ke depan (2015-2019) diarahkan pada Program I ndonesia Sehat guna

mendukung pencapaian SDG’s pada tahun 2016; dengan sasaran

pembangunan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup,

menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian I bu,

menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut, maka pembangunan manusia

sebagai insan harus dilakukan dalam seluruh proses kehidupan mulai dari

kandungan, bayi, balita, anak pra sekolah, usia sekolah, remaja, usia

produktif sampai usia lanjut. Kebijakan pembangunan kesehatan di Kota

Dumai diarahkan pada:

1) Peningkatan aksesibilitas dan layanan kesehatan bagi masyarakat

2) Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan dan fasilitas kesehatan dasar

3) Peningkatan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan

4) Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup

bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat

5) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam peredaran obat -obatan

terlarang dan peningkatan pengawasan pengobatan dan perbekalan

kesehatan

6) Meningkatkan sarana dan prasarana serta pengembangan manajemen

dan regulasi bidang kesehatan

7) Meningkatkan pola hidup sehat masyarakat dan memelihara mutu

institusi pelayanan kesehatan pemerintah melalui paradigma sehat

dengan promotif, preventif dan rehabilitatif.

5.3 STRATEGI

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan pada tahun 2016

serta memperhatikan pencapaian hasil pembangunan bidang kesehatan di

(47)

yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kota

Dumai.

Adapun strategi pembangunan bidang kesehatan Kota Dumai adalah

:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan sw asta dalam

pembangunan kesehatan melalui kerjasama lintas sektor

Mendorong kerjasama antar masyarakat, antar kelompok serta lintas

sektor dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan,

memantapkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau

penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan; dan meningkatkan

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat. Peran masyarakat dalam

pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu

diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak

permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya

berada di luar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar

berbagai pelaku pembangunan. Masalah kesehatan merupakan masalah

yang kompleks dan terintegrasi yang tidak terlepas dari berbagai faktor

sehingga upaya pemecahannya harus secara komprehensif dan

melibatkan sektor-sektor terkait. Pengalaman menunjukkan kerja sama

lintas sektor dalam pembangunan kesehatan belum membuahkan hasil

yang optimal sehingga untuk dapat mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya sangat perlu ditingkatkan koordinasi

secara sektoral berdasarkan azas kemitraan dan kerja sama.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,

bermutu dengan pengutamaan pada upaya promotif- preventif.

Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup

upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan

diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client oriented),

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, merata,

terjangkau, berjenjang dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi

(48)

upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan (preventif) dan

peningkatan kesehatan (promotif), tanpa mengabaikan upaya

pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada

masyarakat masih diperlukan penyesuaian perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan melalui pengembangan

sarana, prasarana dan jaringan sistem informasi kesehatan. Di samping

itu pemenuhan pelayanan kesehatan dasar kuratif termasuk layanan

kesehatan rujukan bagi seluruh masyarakat yang didukung dengan

kemudahan akses baik jarak maupun pembiayaan, mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk meningkatkan kualitas manusia yang sehat

dan mengurangi angka kesakitan.

3. Meningkatkan

pengembangan

dan

pemberdayaan

SDM

kesehatan yang merata dan bermutu.

kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh

sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan

professional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti

perkembangan I PTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi

yang tinggi. Oleh sebab itu, pemenuhan SDM kesehatan yang mencukupi

dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara efektif

sesuai dengan kepentingan masyarakat secara adil utamanya di daerah

sulit/ terpencil dalam upaya pemerataan keterjangkauan pelayanan

kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan.

4. Meningkatkan

manajemen

kesehatan

yang

akuntabel,

transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan

desentralisasi kesehatan yang bertanggungjaw ab.

Meningkatkan manajemen kesehatan dengan fokus pada

(49)

Kesehatan online yang berbasis fasilitas dan terintegrasi, serta

memantapkan pelaksanaan Sistem Kesehatan Kota (SKK). Disadari bahwa

alokasi dana pembangunan di daerah lebih memprioritaskan pada

pembangunan fisik termasuk infrastruktur maupun pembangunan

perekonomian. Pembiayaan pembangunan di sektor kesehatan umumnya

kurang mendapatkan alokasi dana yang memadai. Hal ini dikarenakan

hasil dan dampak dari pembangunan kesehatan tidak dapat diukur secara

kasat mata dalam kurun waktu yang relatif singkat. Untuk itu sangat

dibutuhkan dukungan politis dan pembiayaan kesehatan dari pemerintah

daerah, lintas sektor dan swasta khususnya biaya operasional upaya

pelayanan kesehatan masyarakat (Public Good), seperti Pemberantasan

Penyakit Menular, Kesehatan Lingkungan dan Pelayanan Kesehatan

Keluarga, I bu dan Anak.

5.4. PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

Berdasarkan visi, misi, tujuan, strategi dan sasaran strategis

sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah

program-program Dinas Kesehatan Kota Dumai untuk kurun waktu

2016-2020. Program-program Dinas Kesehatan (program urusan wajib) 2016-2020

disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang terdiri

dari :

1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

3. Program Pengawasan Obat dan Makanan

4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

(50)

9. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

10. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

5.5. RENCANA KERJA ( RENJA) TAHUN 2016

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota Dumai untuk tahun

2016 masih di prioritaskan pada 4 issue strategis yakni:

1. Pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2016 dan

pencapaian target I ndikator Kinerja Utama Kesehatan

Masih diprioritaskan pada

program Kesehatan I bu dan Anak

( KI A)

yakni penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan

Angka Kematian I bu;

program gizi

yakni penurunan gizi buruk dan gizi

kurang pada balita;

program Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit

yakni pencegahan dan pengendalian penyakit malaria, TB Paru,

DBD dan HI V/ AI DS; serta

program kesehatan lingkungan.

2. Peningkatan keterjangkauan pemerataan dan mutu pelayanan

Masih diprioritaskan pada program DTPK yakni peningkatan

pelayanan kesehatan masyarakat di daerah sulit, pembangunan dan

rehabilitasi puskesmas dan jaringannya (puskesmas pembantu dan

poskeskel), dan pengadaan peralatan kesehatan (medis dan non medis)

untuk puskesmas dan jaringannya (puskesmas pembantu dan poskeskel)

3. Peningkatan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan

Pemerataan penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan

kesehatan terutama di daerah sulit seperti penempatan bidan PTT dan

perawat PTT.

4. Pengentasan kemiskinan

Pengentasan kemiskinan dilaksanakan melalui program perbaikan

gizi masyarakat (pemberian PMT balita dan bumil resti masyarakat

Gambar

Tabel 3.1. Perincian Puskesmas Sekota Dumai Tahun 2014
Tabel 3.2. Perincian Puskesmas PembantuSekota Dumai Tahun 2014
Grafik 3.1. Persebaran Jumlah Tenaga Yang Bekerjadi Sarana Kesehatan Milik Pemerintah Kota Dumai
Tabel 3.4. Perincian Pembiayaan Kesehatan Kota Dumai BerdasarkanSumber Anggaran dan Unit Kerja Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian penulis membuat perancangan sistem informasi akademik berbasis SMS Gateway pada SMAN 2 Pacitan yang diharapakan mampu membantu orangtua siswa dalam memantau

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam masalah metode mendapatkan perhatian yang sangat besar. Al-quran dan al- Hadits sebagai

Aplikasi pendaftaran siswa baru di SMKN 2 Pacitan memiliki tiga pegguna, yaitu untuk pengguna (membaca dan mencetak data), operator (membaca, mencetak, mengubah basis data pada

Dari wacana di atas ada dua hal yang bisa disimpulkan. Pertama , al-Suyut } i mempergunakan celah dalam strata ijtiha &gt; d di kalangan Sha &gt; fi‘i &gt; yah untuk

Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pertolongan

Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya penulis memiliki solusi untuk mengembangkan suatu aplikasi web sebagai sarana pengelolaan nilai siswa,sehingga data yang

Staf melakukan persiapan pembuatan proposal penelitian dengan mengacu pada Pedoman HIBAH PENELITIAN DPP- SPP FKG-UB yang dibuat oleh BPPM.. Staf edukatif yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu: Sistem