• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kombinasi Artithmetic Mean Filter Dan High Boost Filtering Untuk Memperbaiki Kualitas Pada Citra Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kombinasi Artithmetic Mean Filter Dan High Boost Filtering Untuk Memperbaiki Kualitas Pada Citra Digital"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HIGH BOOST FILTERING UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PADA CITRA DIGITAL

SKRIPSI

LORENT OLIVER BARUS 101401034

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HIGH BOOST FILTERING UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PADA CITRA DIGITAL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana

Ilmu Komputer

LORENT OLIVER BARUS 101401034

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI KOMBINASI

ARITHMETIC MEAN FILTER DAN HIGH BOOST FILTERING UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PADA CITRA DIGITAL

Kategori : SKRIPSI

Nama : LORENT OLIVER BARUS

Nomor Induk Mahasiswa : 101401034

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Diluluskan di

Medan, Januari 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Siti Dara Fadilla, S.Si, MT Dian Rachmawati, S.Si, M.Kom NIP 197705162005012001 NIP 198307232009122004

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI KOMBINASI ARITHMETIC MEAN FILTER DAN HIGH BOOST FILTERING UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PADA CITRA

DIGITAL

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2015

Lorent Oliver Barus

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, pada Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang sangat luar biasa yang selalu menyertai penulis setiap saat dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak saya Johan Barus dan Ibu saya Rosmawati br Bangun yang menjadi semangat hidup penulis untuk sukses dan selalu memberikan dukungan yang sangat luar biasa serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Kakak saya Bella Rina Fitriany Barus dan Effrina Yuli Wijaya Barus yang selalu memberikan dukungan, doa dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Prof.Dr.Muhammad Zarlis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji I yang telah memberikan kritik, saran dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Bapak Dr.Poltak Sihombing, M.Kom, selaku ketua Program studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara

7. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc, selaku Sekretaris Program studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing akademik

8. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM, selaku dosen penguji II yang memberikan kritik, saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(6)

10.Ibu Siti Dara Fadilla, S.Si, MT, selaku dosen pembimbing II yang memberikan saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11.Seluruh dosen dan pegawai Program studi S1 Ilmu Komputer Fasilkom-TI USU

12.Sahabat saya Anggia, Kristian, Jem, Sri, Bermanta dan Ris yang memberi semangat dan motivasi kepada penulis

13.Teman-teman saya khususnya LOGIC, bang suki, bang liman, bang jo, bang ijonk, bang angga, bang dave, bang muek, bang lagger, bang septian, yansen, hengky, rivai, johanes, kurniawan, gunalan, timothy, ardi, mahesa, andika, dan sora yang memberi inspirasi dan semangat kepada penulis

14.Teman-teman kuliah saya semua stambuk 2010, Andhika, Amel, Devina, Westy, Sunfirst, Lenora, Tetti, Janwandi, dan teman-teman lainnya yang memberikan dukungan kepada penulis

15.Junior saya khususnya Andrus yang telah memberikan dukungan, inspirasi, dan berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

16.Junior saya Evi, Evelin, Satya, Toni, Endang, Jay, Yenni, Juwita, Jeklin, Ita, Witty, Mey yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

17.Dan yang terkhusus untuk Vexil, Lexil, dan Luvis, yang selalu memberi dukungan, semangat dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulias menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat dan karunia kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Medan, Januari 2015

(7)

ABSTRAK

Penurunan kualitas citra sering ditemukan pada citra digital. Noise merupakan salah satu contoh terjadinya penurunan kualitas citra disebabkan oleh gangguan pada teknik

pengambilan citra. Noise Gaussian dan noise Salt-and-Pepper adalah noise yang sering ditemukan pada citra digital. Untuk memperbaiki citra yang mempunyai noise

digunakan suatu metode filtering, salah satu contohnya adalah Arithmetic Mean Filter. Arithmetic Mean Filter merupakan metode filtering yang mengubah semua nilai titik tengah pada seluruh blok area citra dan membuat citra menjadi halus. Citra halus

dapat menyebabkan tampilan objek pada citra menjadi kabur. Untuk memperbaiki

citra kabur digunakan metode High Boost Filtering untuk mempertajam tampilan citra. Hasil terbaik yang diperoleh dari proses perbaikan citra menggunakan

Arithmetic Mean Filter dan High Boost Filtering dapat dibuktikan bedasarkan parameter Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to-Noise Ratio (PSNR). Dari hasil perhitungan rata-rata Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to-Noise Ratio

(PSNR), maka dapat disimpulkan metode Arithmetic Mean Filter lebih baik mereduksi noise gaussian. Sedangkan metode High Boost Filtering lebih baik memperbaiki citra pada jenis noise gaussian.

(8)

IMPLEMENTATION AND COMBINATION OF ARITHMETIC MEAN

FILTER AND HIGH BOOST FILTERING TO RESTORE QUALITY OF

DIGITAL IMAGE

ABSTRACT

Degradation of image quality often found in digital image. Noise is one example of a

image quality degradation caused by interference with the image retrieval techniques.

Gaussian noise and Salt and Pepper noise can often be found in digital image. To

improve and image that has noise a filtering method is used, one of its example is the

Arithmetic Mean Filter. Arithmetic Mean Filter is a filtering method that convert all

the midpoint value of entire image block area and make the image becomes smooth.

Smooth image can cause object display on image becomes blur. To improve the blur

image High Boost Filtering method is used to sharpen the image display. The best

results obtained from the image improvement process using Arithmetic Mean Filter

and High Boost Filtering can be proved from Mean Square Error (MSE) and Peak

Signal to-Noise Ratio (PSNR) parameters. From the average calculation result of

Mean Square Error (MSE) and Peak Signal to-Noise Ratio (PSNR) it can be

concluded that Arithmetic Mean Filter method is better to reduce gaussian noise.

While the High Boost Filtering method is better to improve the image of the gaussian

noise type.

(9)

DAFTAR ISI

1.6Metodologi Penelitian 4

1.7Sistematika penulisan 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1Pengertian Citra 6

2.1.1 Resolusi Citra 6

2.2Jenis –jenis Citra Digital 8

2.3Pengolahan Citra 10

2.4Operasi Perngolahan Citra 11

2.5Format File Citra 13

2.6Peningkatan Kualitas Citra (Image Enhancement) 14 2.6.1 Filter Spasial (Spatial Filtering) 14

2.6.2 Kernel 15

2.6.3 Filter Pelolos Rendah (Low Pass Filter) 16 2.6.4 Filter Pelolos Tinggi (CMYK) 16

2.6.5 High Boost Filter 18

2.7Perbaikan Citra (Image Restoration) 18

2.8Derau Noise 19

2.8.1 Gaussian Noise 20

2.8.2 Salt & Pepper Noise 21

2.9Mean Filter 22

2.10MSE dan PSNR 24

Bab 3 Analisis dan Perancangan sistem

3.1Analisis sistem 25

3.1.1 Analisis Masalah 25

(10)

3.1.2.1Persyaratan Fungsional 26 3.1.2.2Persyaratan Non-Fungsional 27

3.1.3 Analisis Proses 28

3.2Pemodelan 28

3.2.1 Use Case Diagram 28

3.2.2 Sequence Diagram 32

3.2.3 Activity Diagram 33

3.3Pseudocode Program 34

3.3.1 Pseudocode Arithmetic Mean Filter 34 3.3.2 Pseudocode High Boost Filtering 36 3.3.3 Pseudocode Menghitung nilai MSE dan PSNR 38

3.4Perancangan sistem 38

3.4.1 Flowchart Sistem 38

3.4.2 Perancangan Antarmuka (Interface) 43

3.4.2.1Form Cover 43

3.4.2.2FormProcess 44

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem

4.1Implementasi Sistem 46

4.1.1 Form Cover 46

4.1.2 Form Process 47

4.1.3 Form Help 49

4.2Pengujian 49

4.2.1 Pengujian Arithmetic Mean Filter 50 4.2.1.1Pengujian Gaussian noise terhadap

Arithmetic Mean Filter 51

4.2.1.2Pengujian Salt and Pepper noise terhadap

Arithmetic Mean Filter 55

4.2.2 Pengujian kombinasi Arithmetic Mean-Filter dan

High Boost Filtering 59

4.2.2.1Pengujian kombinasi Arithmetic Mean-Filter dan

High Boost Filtering pada Gaussian noise 60 4.2.2.2Pengujian kombinasi Arithmetic Mean-Filter dan

High Boost Filtering pada Salt and Pepper noise 64

4.2.3 Pengujian Black Box 68

4.2.3.1Rencana Pengujian 68

4.2.3.2Kasus dan Hasil Pengujian Alpha 68 4.2.3.3Kesimpulan Hasil Pengujian Alpha 69 4.2.3.4Kasus dan Hasil Pengujian Betha 69

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1Kesimpulan 71

5.2Saran 72

Daftar Pustaka 73

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Keterangan Halaman

2.1 Citra biner 8

2.2 Citra abu-abu (Grayscale) 9

2.3 Citra warna (RGB) 10

2.4 Peningkatan kualitas citra 14

2.5 a Kernel (2x2) 15

3.6 Flowchart Arithmetic Mean Filter 40

3.7 Flowchart High Boost Filtering 41

3.8 Flowchart MSE dan PSNR 42

4.5 Gambaran sistem Arithmetic Mean Filter 50 4.6 Grafik PSNR sebelum dan sesudah filtering (Gaussian

Noise)

53

4.7 Grafik MSE sebelum dan sesudah filtering (Gaussian Noise)

54

4.8 Grafik PSNR sebelum dan sesudah filtering (Salt and Pepper Noise)

57

4.9 Grafik MSE sebelum dan sesudah filtering (Salt and Pepper Noise)

58

4.10 Gambaran sistem High Boost Filtering 59 4.11 Grafik PSNR citra kombinasi pada Gaussian noise 62 4.12 Grafik MSE citra kombinasi pada Gaussian noise 63 4.13 Grafik PSNR citra kombinasi pada Salt and pepper noise 66 4.14 Grafik MSE citra kombinasi pada Salt and pepper noise 65

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor tabel

Keterangan Halaman

3.1 Dokumentasi Naratif Use Case Cover 30 3.2 Dokumentasi Naratif Use Case Proses 30 3.3 Dokumentasi Naratif Use Case Help 31

3.4 Pseudocode Arithmetic Mean Filter 34

3.5 Pseudocode High Boost Filtering 36

3.6 Pseudocode nilai MSE dan PSNR 38

4.1 Citra digital grayscale terhadap persentase noise (Gaussian noise)

52

4.2 Citra digital grayscale terhadap persentase noise (Salt and pepper noise)

56

4.3 Kernel 3x3 terhadap persentase noise (Gaussian noise) 61 4.4 Kernel 3x3 terhadapat persentase noise (Salt and pepper

noise)

(13)

ABSTRAK

Penurunan kualitas citra sering ditemukan pada citra digital. Noise merupakan salah satu contoh terjadinya penurunan kualitas citra disebabkan oleh gangguan pada teknik

pengambilan citra. Noise Gaussian dan noise Salt-and-Pepper adalah noise yang sering ditemukan pada citra digital. Untuk memperbaiki citra yang mempunyai noise

digunakan suatu metode filtering, salah satu contohnya adalah Arithmetic Mean Filter. Arithmetic Mean Filter merupakan metode filtering yang mengubah semua nilai titik tengah pada seluruh blok area citra dan membuat citra menjadi halus. Citra halus

dapat menyebabkan tampilan objek pada citra menjadi kabur. Untuk memperbaiki

citra kabur digunakan metode High Boost Filtering untuk mempertajam tampilan citra. Hasil terbaik yang diperoleh dari proses perbaikan citra menggunakan

Arithmetic Mean Filter dan High Boost Filtering dapat dibuktikan bedasarkan parameter Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to-Noise Ratio (PSNR). Dari hasil perhitungan rata-rata Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to-Noise Ratio

(PSNR), maka dapat disimpulkan metode Arithmetic Mean Filter lebih baik mereduksi noise gaussian. Sedangkan metode High Boost Filtering lebih baik memperbaiki citra pada jenis noise gaussian.

(14)

IMPLEMENTATION AND COMBINATION OF ARITHMETIC MEAN

FILTER AND HIGH BOOST FILTERING TO RESTORE QUALITY OF

DIGITAL IMAGE

ABSTRACT

Degradation of image quality often found in digital image. Noise is one example of a

image quality degradation caused by interference with the image retrieval techniques.

Gaussian noise and Salt and Pepper noise can often be found in digital image. To

improve and image that has noise a filtering method is used, one of its example is the

Arithmetic Mean Filter. Arithmetic Mean Filter is a filtering method that convert all

the midpoint value of entire image block area and make the image becomes smooth.

Smooth image can cause object display on image becomes blur. To improve the blur

image High Boost Filtering method is used to sharpen the image display. The best

results obtained from the image improvement process using Arithmetic Mean Filter

and High Boost Filtering can be proved from Mean Square Error (MSE) and Peak

Signal to-Noise Ratio (PSNR) parameters. From the average calculation result of

Mean Square Error (MSE) and Peak Signal to-Noise Ratio (PSNR) it can be

concluded that Arithmetic Mean Filter method is better to reduce gaussian noise.

While the High Boost Filtering method is better to improve the image of the gaussian

noise type.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Citra merupakan suatu kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra

memiliki beberapa karakteristik yang mengandung suatu infomasi. Citra yang bagus

dapat dilihat dari hasil kemiripan suatu objek atau benda yang tidak memiliki

kerusakan atau cacat, sedangkan citra yang kurang bagus memiliki kerusakan yang

menyebabkan penurunan kualitas.

Penurunan kualitas dari suatu citra biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor,

salah satu faktor tersebut adalah derau atau noise. Derau atau noise adalah gambar yang menggangu kualitas citra yang biasanya berbetuk bintik-bintik. Derau memiliki

variasi yang beragam, namun beberapa jenis derau telah dideskripsikan secara

matematis untuk mengetahui ciri-ciri derau dan cara untuk mengatasi derau tersebut.

Salah satu cara untuk memperbaiki citra yang dipengaruhi oleh derau atau

noise adalah dengan cara filtering. Filtering merupakan teknik yang digunakan untuk membuat citra menjadi lebih baik atau terlihat lebih jelas. Filtering juga memiliki beberapa jenis, salah satu metode yang termasuk jenis filtering yaitu Arithmetic mean filter.

(16)

Kualitas citra dapat membuat citra digital menjadi lebih baik dan lebih bagus.

Salah satu metode untuk meningkatkan kualitas citra, yaitu high boost filtering. High boost filtering dapat membuat citra menjadi lebih tajam, dengan cara meninggikan nilai-nilai frekuensi yang ada pada citra.

Saya mengangkat dari penelitian sebelumnya tentang teknik filtering, noise,

dan high boost filtering antara lainnya :

1. Menurut (Wiliyana 2012), filter adalah alat untuk memproses data yang mempunyai ciri mengambil data asli untuk memproduksi data hasil

sebagaimana yang diinginkan. Mean filter merupakan salah satu algoritma memperhalus citra dengan cara perhitungan nilai intensitas rata-rata citra pada

setiap blok citra yang diproses.

2. Menurut (Putra 2008), penapis high-boost dapat diinterpretasikan seperti meninggikan frekuensi citra asli kemudian mengurangi komponen frekuensi

rendah pada citra tersebut. Efek dari penapis High-boost ditekankan pada penajaman transisi tepian dan area citra.

3. Menurut (Sulistyo 2009), terkadang untuk menguji suatu algoritma untuk

dapat mereduksi noise, maka noise dapat dihasilkan dari proses pembangkitan

noise yang sering disebut sebagai noise generator. Untuk membangkitkan

noise umumnya diambil suatu bilangan acak yang kemudian ditempatkan pada citra secara acak pula.

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah:

1. Bagaimana cara mereduksi jenis Gaussian noise dan Salt and Pepper noise

pada citra digital dengan menggunakan metode Arithmetic Mean Filter sebagai

filtering dan hasil dari pemrosesan tersebut dilakukan perbaikan kualitas citra dengan menggunakan metode High Boost Filtering untuk meningkatkan kualitas pada citra digital.

2. Bagaimana hasil kombinasi citra antara Arithmetic Mean Filter yang digunakan untuk mereduksi noise dan High Boost Filtering yang digunakan untuk meningkatkan kualitas citra untuk mendekati citra asli berdasarkan

parameter Mean Squared Error (MSE) dan Peak Signal to Noise Rasio (PSNR).

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas adalah :

1. Jenis file citra asli yang digunakan adalah citra berwarna dengan format JPG 2. Menggunakan citra asli yang di ubah menjadi citra abu (grayscale) dengan

menambahkan Gaussian noise dengan persentasi noise 0 – 50% dan Salt-pepper noise dengan persentasi noise dalam range 0 – 50 %.

3. Menggunakan kernel 3x3 untuk Arithmetic Mean Filter dan pada High Boost Filtering nilai A bekisar antara 0,00 – 2,00

4. Parameter untuk analisis adalah Mean Squared Error (MSE), Peak Signal to Noise Rasio (PSNR) sebelum terkena noise dan setelah mengalami reduksi noise dan Running Time pada saat reduksi noise.

5. Tidak membahas tentang kompresi

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbaikan kualitas citra dengan cara

mengkombinasikan antara algoritma Arithmetic Mean Filter dan High Boost Filtering.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan suatu aplikasi perangkat lunak yang dapat

memperbaiki kualitas citra digital. Sedangkan manfaat bagi penulis adalah untuk

mengetahui hasil yang optimal dalam memperbaiki kualitas citra digital dengan

menggunakan metode Arithmetic Mean Filter dan High Boost Filtering.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar pembahasan lebih sistematis, maka tulisan ini dibuat dalam lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi “Implementasi Kombinasi Arihtmetic Mean Filter dan High Boost Filtering untuk Memperbaiki Kualitas pada Citra Digital.”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang penjelasan singkat mengenai defenisi pengolahn citra,

(19)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Berisi tentang uraian Analisis mengenai proses kerja dari metode

Arihtmetic Mean Filter dan High Boost Filtering yang terdiri dari

flowchart, Unified Modeling Language (UML) serta perancangan tampilan form dari aplikasi.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Pada tahap ini dilakukan pembuatan system dan coding sesuai dengan analisis dan perancangan. Kemudian melakukan pengujian sistem.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian dari

bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian citra

Secara umum pengertian citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau

imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat

bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar

pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu

media penyimpanan (Sutoyo & Mulyanto, 2009).

Citra secara umum terbagi menjadi dua bagian, yaitu citra analog dan citra

digital. Citra analog merupakan citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada

monitor televisi, lukisan, dan lain sebagainya. Citra digital merupakan representasi

dari sebuah citra dua dimensi sebagai sebuah kumpulan nilai digital yang disebut

elemen gambar atau piksel. Piksel adalah satuan terkecil dari citra yang mengandung

nilai terkuantisasi yang mewakili kecerahan dari sebuah warna pada sebuah titik

tertentu.

2.1.1. Resolusi Citra

Resoulusi citra merupakan tingkat detail suatu citra. Semakin tinggi resolusi

citra maka akan semakin tinggi pula tingkat detail dari citra tersebut. Satuan dalam

pengukuran resolusi citra dapat berupa ukuran fisik (jumlah garis per mm/jumlah garis

per inchi) ataupun dapat juga berupa ukuran citra menyeluruh (jumlah garis per tinggi

citra). Resolusi sebuah citra dapat diukur dengan berbagai cara sebagai berikut (Putra,.

(21)

1. Resolusi pixel

Resolusi pixel merupakan perhitungan jumlah pixel dalam sebuah citra digital. Sebuah

citra dengan tinggi N pixel dan lebar M pixel berarti memiliki resolusi sebesar M x N.

Resolusi pixel akan memberikan dua buah angka integer yang secara berurutan akan

mewakili jumlah pixel lebar dan jumlah pixel tinggi dari citra tersebut.

Pengertian lainnya dari resolusi pixel adalah merupakan hasil perkalian jumlah

pixel lebar dan tingginya dan kemudian dibagi dengan 1 juta untuk mengubah ukuran

citra tersebut dalam bentuk mega pixel. Jenis resolusi pixel seperti ini sering kali

dijumpai dalam karena digital. Suatu citra yang memiliki lebar 2.048 pixel dan tinggi

1.536 pixel makan akan memiliki total pixel sebanyak 2.048 x 1.536 = 3.145.728 pixel

atau 3,1 mega pixel.

2. Resolusi spasial

Resolusi spasial menunjukkan seberapa dekat jarak setiap garis pada citra. Jarak

tersebut tergantung dari sistem yang menciptakan citra tersebut. Resolusi spasial

menghasilkan jumlah pixel per satuan panjang. Resolusi spasial dari sebuah monitor

komputer adalah 72 hingga 100 garis per inchi atau dalam resolusi pixel 72 hingga

100 pixle per inchi (ppi).

3. Resolusi spektrum

Sebuah citra digital membedakan intensitas ke dalam beberapa spektrum. Citra multi

spektrum akan memberikan spektrum atau panjang gelombang yang lebih baik yang

(22)

4. Resolusi temporal

Resolusi temporal berkaitan dengan video. Suatu video merupakan kumpulan frame

statis yang berupa citra yang berurutan dan ditampilkan secara cepat. Resolusi

temporal memberikan jumlah frame yang dapat ditampilkan setiap detik dengan

satuan frame per second (fps).

5. Resolusi radiometrik

Resolusi ini memberikan nilai atau tingkat kehalusan citra yang dapat ditampilkan dan

biasanya ditampilkan dalam satuan bit contoh citra 8 bit dan citra 256 bit. Semakin

tinggi resolusi radiometrik ini makan semakin baik perbedaan intensitas yang

ditampilkan

2.2 Jenis-jenis Citra Digital

Citra digital memiliki beberapa jenis, yaitu (Sianipar, 2013) :

1. Citra biner : Setiap piksel hitam atau putih. Karena hanya ada dua kemungkinan

nilai pada setiap piksel maka yang diperlukan hanya satu bit per piksel. Citra seperti ini sangat efisien untuk penyimpanan. Contoh citra biner dapat dilihat

pada gambar 2.1.

(23)

2. Citra abu-abu (grayscale) : Setiap piksel merupakan bayangan abu-abu yang memiliki nilai intensital 0 (hitam) sampai 255 (putih). Rentang ini berarti bahwa

setiap piksel dapat direpresentasikan oleh delapan bit atau satu byte. Contoh citra abu-abu (grayscale) dapat dilihat di gambar 2.2.

Gambar 2.2 Citra abu-abu (Grayscale)

3. Citra warna atau RGB : Setiap piksel memiliki suatu warna khusus, warna

tersebut dideskripsikan oleh jumlah warna merah(R, red), hijau(G, green), dan biru (B, blue). Citra ini dipandang sebagai penumpukan tiga matriks, yang berarti bahwa setiap piksel berkaitan dengan tiga nilai. Contoh citra warna atau RGB

(24)

Gambar 2.3 Citra warna (RGB)

2.3 Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah pemrosesan citra khususnya dengan menggunakan komputer

untuk membuat kualitas citra mejadi lebih baik. Meskipun sebuah citra kaya

informasi, namun seringkali citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu

(degradasi), misalnya mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan sebagainya. Tentu saja citra akan sulit diinterpresentasi karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi

berkurang. Agar citra yang mengalami gangguan mudah diinterprentasikan, maka

citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik, salah

satu cara dengan pengolahan citra. Teknik-teknik pengolahan citra

mentransformasikan citra menjadi citra lain, yang berarti jika input-nya citra maka

(25)

2.4 Operasi Pengolahan Citra

Operasi-operasi yang dilakukan di dalam pengolahan citra banyak ragamnya. Secara

umum, operasi pengolahan citra dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis sebagai

berikut (Munir, 2007) :

1. Peningkatan kualitas citra (image enhancement)

Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara

memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yang

terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan.

Contoh-contoh operasi perbaikan citra :

a. Perbaikan kontras gelap/terang

b. Perbaikan tepian objek (edge enhancement) c. Penajaman (sharpening)

d. Pemberian warna semu (pseudocoloring)

e. Penapis derau (noise filtering)

2. Perbaikan citra (image restoration)

Operasi ini bertujuan untuk menghilangkan atau meminimumkan cacat pada citra.

Tujuan perbaikan citra hampir sama dengan operasi peningkatan kualitas citra.

Bedanya, pada perbaikan citra penyebab degradasi gambar diketahui.

Contoh-contoh operasi perbaikan citra :

a. Penghilangan kesamaran (deblurring)

(26)

3. Pemampatan citra (image compression)

Pemampatan citra atau kompresi citra bertujuan untuk meminimalkan kebutuhan

memori dalam merepresentasikan citra digital dengan mengurangi duplikasi data

di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit daripada

representasi citra semula. Hal yang penting dalam jenis operasi ini adalah citra

yang dimampatkan harus tetap mempunyai kualitas gambar yang bagus.

4. Segmentasi citra (image segmentation)

Segmentasi citra bertujuan untuk membagi wilayah-wilayah yang homogen.

Segmentasi membagi citra ke dalam daerah intensitasnya masing-masing sehingga

bisa membedakan antara objek dan background-nya. Tingkat keakurasian segmentasi bergantung pada tingkat keberhasilan prosedur analisis yang

dilakukan. Jenis operasi ini berkaitan dengan pengolahan pola.

5. Analisis citra (image analysis)

Jenis operasi ini bertujuan mengitung besaran kuantitif dari citra untuk

menghasilkan deskripsinya. Teknik analisis citra mengekstraksi ciri-ciri tertentu

yang membantu dalam identifikasi objek.

6. Rekonstuksi citra (image recontruction)

Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil

(27)

2.5 Format File Citra

Format file citra standar yang digunakan saat ini terdiri dari beberapa jenis.

Format-format ini digunakan dalam menyimpan citra dalam sebuah file. Setiap Format-format

memiliki karakteristik masing-masing. Berikut beberapa format umum yang sering

digunakan, yaitu :

1. Bitmap (.bmp)

Format .bmp adalah format penyimpanan standar tanpa kompresi yang umum dapat

digunakan untuk menyimpan citra biner hingga citra warna. Format ini terdiri dari

beberapa jenis yang setiap jenisnya ditentukan dengan jumlah bit yang digunakan

untuk menyimpan sebuah nilai piksel.

2. Portable Network Graphics (.png)

Format .png adalah format penyimpanan citra terkompresi. Format ini dapat

digunakan pada citra grayscale, citra dengan palet warna, dan juga citra fullcolor.

Format .png juga mampu menyimpan informasi hingga kanal alpha dengan

penyimpanan sebesar 1 hingga 16 bit per kanal.

3. Joint Photografic Group (.jpg)

Format .jpg adalah format yang sangat umum digunakan saat ini khususnya untuk

transmisi citra. Format ini digunakan untuk menyimpan citra hasil kompresi dengan

(28)

2.6 Peningkatan Kualitas Citra (Image Enhancement)

Peningkatan kualitas citra adalah suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi

citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa

dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis, pemfilteran, dan

lain-lain. Tujuan utama dari peningkatan kualitas citra adalah untuk memproses citra

sehingga citra yang dihasilkan lebih baik daripada citra aslinya untuk aplikasi tertentu.

Contoh peningkatan kualitas citra dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Peningkatan kualitas citra

2.6.1 Filter spasial (Spatial Filtering)

Pentapisan pada pengolahan citra biasa disebut dengan pentapisan spasial (spatial filtering). Filter spasial adalah operasi yang dilakukan terhadap intensitas piksel dari suatu image dan bukan terhadap komponen frekuensi dari gambar. Pada proses

pentapisan, nilai pixel baru umumnya dihitung berdasarkan pixel tetangga. Cara

perhitungan nilai pixel baru tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu pertama,

pixel baru diperoleh melalui kombinasi linier pixel tetangga dan kedua, pixel baru

diperoleh langsung dari salah satu nilai pixel tetangga. Berdasarkan kedua cara

tersebut maka tapis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tapis linier (tapis

(29)

Proses penapisan spasial tidak dapat dilepaskan dari teori kernel (mask). Untuk itu sebelum membahas proses penapisan akan diawali pembahasan tentang konsep

kernel. Jenis metode yang digunakan untuk peningkatan kualitas citra (image enhacement) pada bagian spatial filtering adalah low pass filter dan high pass filter. Sedangkan bagian-bagian dari low pass filter dan high pass filter akan membentuk suatu metode yaitu high boost filter.

2.6.2 Kernel

Kernel adalah matrik yang pada umumnya berukuran kecil dengan elemen-elemennya

adalah berupa bilangan. Kernel digunakan pada proses konvolusi. Oleh karena itu

kernel juga disebut dengan convolution window (jendela konvolusi). Ukuran kernel dapat berbeda-beda, seperti 2 x 2, 3 x 3, 5 x 5, dan sebagainya. Elemen-elemen kernel

yang juga disebut bobot (weight) merupakan bilangan-bilangan yang membentuk pola-pola tertentu. Kernel biasa juga disebut dengan tapis (filter), template, mask, serta sliding window.

(a) (b)

Gambar 2.5 Kernel (2x2) pada bagian (a) dan kernel (3x3) pada bagian (b)

1 -1 1

-1 4 -1

1 -1 1

1 0

(30)

2.6.3 Filter Pelolos Rendah (Low Pass Filter)

Low pass filter adalah proses filter yang mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang halus dan perbedaan intensitas yang tinggi akan dikurangi atau di buang,

sehingga filter sangat cocok untuk proses penghalusan citra. Ciri-ciri dari fungsi low pass filter adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghaluskan citra

2. Didasarkan pada perata-rataan nilai piksel dengan tetangga

3. Bobot filter selalu positif yang totalnya bernilai 1 4. Contoh beberapa filternya adalah :

1

9 [ ]

1

6 [ ]

2.6.4 Filter Pelolos Tinggi (High Pass Filter)

High pass filter adalah proses filter yang mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang tinggi dan perbedaan intensitas yang rendah akan dikurangi atau dibuang. Nilai

koefisien filter ini pada koordinat pusat bernilai positif dan koefisie kelilingnya bernilai negatif. Bila proses pentapisan dilakukan di atas area yang nilai intensitasnya

konstan atau mengalami perubahan yang lama maka nilai piksel keluaran adalah nol

atau sangat kecil. Agar itu terjadi, maka digunakan filter pelolos rendah dan filter

pelolos semua (allpass filter) Ciri-ciri fungsi high pass filter adalah :

1. Disebut sebagai sharpening mask, karena mempercepat pergantian batas gelap dan terang

2. Filter memiliki nilai positif di tengah, negatif di pinggir, dan total keseluruhan

bobot harus 0

3. I adalah image

(31)

W = [ ]

Matriks diatas disebut sebagai matriks pelolos semua (allpass filter), Artinya :

=

*

Maka high pass filter adalah :

ℎ ℎ

=

=

*

− �

*

=

− �

)*

Sehingga dapat mengidentikkan bahwa :

ℎ ℎ

=

− �

Beberapa contoh matiks high pass filter yang berasa dari low pass filter adalah

ℎ ℎ

=

[ ]

19[ ]

=

1 9[

− − −

− 8 −

− − − ]

ℎ ℎ

=

[ ]

16[ ]

=

1

6[

− 4 −

(32)

2.6.5 High Boost Filter

High boost filter adalah proses filter yang berasal dari citra dengan dasar pemrosesannya menggunakan metode low pass filter dan high pass filter. Metode ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jika A = 1, maka high boost filter akan menjadi high pass filter biasa. 2. Hasilnya adalah citra yang lebih tajam pada bagian pinggirnya

3. Memiliki rumus :

High boost = A(asli) – (lowpass)

= A(asli) – ((asli) – (highpass)) = (A-1)(asli) + (highpass) Atau

High boost filter = (A – 1) allpass filter + high pass filter... (Najarian, Splinter. 2012)

2.7 Perbaikan Citra (Image Restoration)

Restorasi citra digital adalah suatu teknik yang memperhatikan bagaimana

mengurangi perubahan bentuk dan penurunan kualitas citra yang diawali selama

pembentukan citra tersebut. Restorasi citra berfokus pada penghilangan atau

penekanan degradasi yang terjadi selama proses pengembalian bentuk citra

sebernarnya. Degradasi semacam itu termasuk derau (noise), yang meliputi error pada nilai-nilai piksel, dan pengaruh optik seperti pengaburan fokus atau karena gerakan

kamera.

(33)

Gambar 2.6 Perbaikan citra

2.8 Derau (Noise)

Noise merupakan gangguan yang disebabkan oleh menyimpangnya data digital yang diterima oleh alat penerima data gambar yang mana dapat menurunkan kualitas citra.

Derau dapat disebabkan oleh gangguan fisis (optik) pada alat penangkap citra

misalnya kotoran debu yang menempel pada lensa foto maupun akibat proses

pengolahan yang tidak sesuai.

Error ini muncul atau tampak pada citra keluaran tergantung dari tipe gangguan pada sinyal. Biasanya tipe error yang akan terjadi bisa diprediksi, sehingga

dapat diantisipasi dengan metode yang paling sesuai untuk mereduksi efek derau yang

terjadi. Pembersihan suatu citra yang terkorupsi oleh derau merupakan suatu area yang

(34)

2.8.1 Gaussian noise

Gaussian noise merupakan model noise yang mengikuti distribusi normal standar dengan rata-rata nol dan standar deviasi 1. Efek dari noise ini pada gambar adalah munculnya titik-titik berwarna yang jumlahnya sama dengan persentase noise. Noise ini dapat dirumuskan sebagai berikut beserta contoh gambar noise tersebut (Prihatini,

2010).

, = , + �. � ...……..(1)

Dimana : a = nilai bilangan acak berdistribusi gaussian p = persentase noise

f(i,j) = nilai citra terkena noise

g(i,j) = nilai citra sebelum terkena noise

(35)

2.8.2 Salt and Pepper noise

Salt and pepper noise disebut juga dengan derau impuls, derau shot atau derau biner. Bentuk noise yang biasanya terlihat titik-titik hitam dan putih pada citra seperti

tebaran garam dan merica. Noise ini disebabkan karena terjadinya error bit dalam pengiriman data, piksel-piksel yang tidak berfungsi dan kerusakan pada lokasi

memori.

……….(2)

Dimana p(z) adalah fungsi probabilitas kepadatan noise, Pa adalah probabilitas noise

jenis a (pepper) dan Pbadalah probabilitas noise b(salt) . Jika b>a , intensitas b akan

tampak sebagai titik terang pada citra. Sebaliknya, level a akan tampak seperti titik

gelap. Jika selain Pa atau Pb nol, impulse noise disebut juga unipolar. Jika Probabilitas

selain nol , dan khususnya diperkirakan sama, nilai impulse noise akan mirip butiran

salt and pepper secara acak yang terdistribusi pada citra. Dengan alasan inilah noise bipolar impulse disebut juga salt-and-pepper noise (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Seperti diberikan pada Gambar 2.7

(36)

2.9 Mean Filter

Mean Filter adalah filter yang digunakan untuk menghaluskan gambar yang terlalu kasar. Jika filter ini dilakukan pada gambar yang halus, maka hasil gambar tersebut

akan semakin kabur. Contoh yang termasuk metode ini adalah Arithmetic Mean Filter.

Arithmetic Mean Filter adalah metode yang paling mudah dari Mean Filter.

Pada algoritma ini proses yang dilakukan adalah menghitung rata-rata dari citra yang

rusak g(s,t) pada sebuah blok area citra yang didefinisikan oleh � . Nilai dari citra f(x,y) yang diperbaiki pada tiap titik (x,y) hanya dihitung dengan menggunakan piksel dalam daerah yang didefinisikan oleh � dengan rumus:

, = 1 ∑ , ∈� , ……….…….(3)

Dimana :

m = baris dari sebuah matriks

n = kolom dari sebuah matriks

(x,y) = koordinat citra pada titik tengah matriks yang akan dirubah

(s,t) = koordinat citra rusak yang berada pada seluruh � � = blok area citra yang berada pada matriks

Biasanya matriks ini berukuran [ganjil x ganjil] agar ada poros tengah karena hasil

perhitungan rerata akan diberikan pada titik tengah dari matriks. Perhatikan contoh

berikut untuk memperjelas operasi ini.

Pada contoh gambar 2.8 ini matriks yang akan digunakan berukuran [3x3].

Matriks ini gunanya untuk memperlihatkan matriks � dari matriks original yang

(37)

Gambar 2.9 Citra dengan nilai piksel

230 229 232

237 236 236

255 255 255 �

Maka hasil filter-nya :

, = 1 ∑ , ∈� ,

= 1

3 3 (230+229+232+237+236+236+255+255+255)

= 1

9 (2165)

= 240.555

≅ 4

Maka matriks � hasil filter adalah

230 229 232

237 241 236

(38)

3.0 Mean Square Error (MSE)dan Peak Signal to Noise Ratio (PNSR)

Ada beberapa parameter pengukuran kesalahan atau error dalam pemrosesan citra. Dua parameter yang paling umum digunakan adalah Mean Square Error (MSE) dan

Peak Signal to Noise Ratio (PNSR).

Walaupun tidak selalu berkorelasi dengan persepsi visual manusia, MSE

merupakan ukuran yang baik untuk mengukur kesamaan dua buah citra yang

dinyatakan dengan persamaan berikut:

��� = 1 ∑=1=1 , − , ……...(4)

Dimana :

m = ukuran baris sebuah citra

n = ukuran kolom sebuah citra

fₐ(i,j) = intensitas citra di titik (i,j) sebelum terkena noise (i,j) = intensitas citra di titik (i,j) setelah noise dihilangkan

Semakin kecil nilai MSE, semakin bagus perbaikan citra yang digunakan.

PSNR merupakan nilai perbandingan antara harga maksimum warna pada citra

hasil filtering dengan kuantitas gangguan (noise) yang dinyatakan dalam satuan decibel (db), noise yang dimaksud adalah akar rata-rata kuadrat nilai kesalahan (

MSE). Secara Matematis, nilai PSNR dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

...(5)

Tidak seperti MSE, nilai PSNR yang lebih besar mengindikasikan bahwa kualitas

tersebut lebih baik.

) 255 ( 10 * 20

MSE Log

(39)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem pada dasarnya merupakan tahapan yang dilakukan untuk

menghasilkan pemahaman yang menyeluruh terhadap kebutuhan sistem sehingga

diperoleh tahap-tahap yang akan dikerjakan sistem. Tahap awal dalam analisis sistem

ini adalah tahap analisis masalah yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami

masalah yang akan diselesaikan dengan menggunakan sistem ini. Kemudian

dilanjutkan dengan tahap analisis persyaratan yang akan memenuhi kebutuhan dan

permintaan pengguna (user), serta tahap analisis terakhir adalah analisis proses yang akan dikerjakan sistem.

3.1.1 Analisis Masalah

Pada penelitian ini masalah yang paling utama adalah perbaikan kualitas citra yang

terkena noise yaitu, Gaussian Noise dan Salt and Pepper Noise menjadi citra yang lebih bagus. Citra digital yang digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas citra adalah citra grayscale. Untuk melakukan perbaikan kualitas citra menggunakan teknik filtering. Teknik filter yang digunakan adalah Arithmetic Mean Filter. Setelah proses filtering, kemudian dilakukan peningkatan kualitas citra menggunakan teknik High Boost Filtering.

Untuk mengidentifikasi masalah yang digunakan diagram ishikawa. Diagram

ishikawa adalah sebuah alat grafis yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi dan menggambarkan suatu masalah serta sebab dan akibat dari

(40)

Diagram ini juga sering disebut sebagai diagram sebab-akibat atau diagram

tulang ikan. Identifikasi terhadap permasalahan akan membantu analisis persyaratan

sistem yang nantinya akan dikembangkan. Berikut diagram ishikawa pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Ishikawa

3.1.2 Analisis Persyaratan

Analisis kebutuhan sistem ini meliputi analisis persyaratan fungsional dan analisis

persyaratan non-fungsional.

3.1.2.1 Persyaratan Fungsional

Persyaratan fungsional adalah segala sesuatu yang harus dimiliki oleh sistem. Dalam

proses filtering pada citra digital dengan menggunakan Arithmetic Mean Filter dan proses peningkatan kualitas citra menggunakan High Boost Filtering terdapat beberapa hal yang menjadi persyaratan fungsional yang harus dipenuhi, antara lain :

7. Citra asli yang digunakan untuk melakukan proses adalah citra berwarna

dengan format .jpg.

8. Citra asli tersebut di ubah menjadi citra abu (grayscale), lalu diberikan salah satu noise antara Gaussian noise atau Salt-pepper noise dengan persentasi

(41)

9. Menggunakan kernel 3x3 untuk Arithmetic Mean Filter dan pada High Boost Filtering nilai A yang digunakan bekisar antara 0,00 – 2,00.

10.Menggunakan perhitungan untuk analisis dengan metode Mean Squared Error (MSE), Peak Signal to Noise Rasio (PSNR) dan Running Time sebagai pembanding proses waktu kerja pada bagian citra tertentu.

11.Sistem melakukan proses filtering dengan Arithmetic Mean Filter dan melakukan proses peningkatan kualitas citra dengan High Boost Filtering.

12.Hasil dari proses High Boost Filtering dapat disimpan dengan format .jpg.

3.1.2.2 Persyaratan Non-Fungsional

Persyaratan non-fungsional adalah beberapa persyaratan yang harus dilakukan oleh

sistem. Beberapa persyaratan non-fungsional yang dirancang untuk sistem ini adalah

sebagai berikut :

1. Performa

Sistem yang akan dibangun harus dapat menunjukkan hasil dari proses

perbaikan citra digital.

2. Mudah dipelajari dan digunakan

Sistem yang akan dibangun harus sederhana dan mudah dipelajari oleh

pengguna (user). 3. Dokumentasi

Sistem yang akan dibangun dapat menyimpan citra digital hasil dari proses

citra yang telah diperbaiki kualitasnya.

4. Kontrol

Sistem yang akan dibangun tidak dapat berjalan jika tidak memenuhi syarat

(42)

5. Hemat Biaya

Sistem yang akan dibangun tidak memerlukan perangkat tambahan dalam

proses eksekusinya.

3.1.3. Analisis Proses

Pada tahap ini langkah awal prosesnya yaitu pengambilan citra awal yang kemudian

akan diubah menjadi citra grayscale. Kemudian citra grayscale tersebut akan diberikan pilihan Gaussian noise atau Salt and pepper noise dengan memberikan nilai

input yang sudah dibatasi antara 0 - 50%. Kemudian citra yang telah diberikan noise

akan melakukan proses filtering dengan Arithmetic Mean Filter. Hasil proses filtering

akan diproses menggunakan High Boost Filtering untuk meningkatkan kualitas citra. Setelah itu dilakukan proses perhitungan MSE, PSNR dan running time pada masing-masing proses.

3.2. Pemodelan

Pada bagian ini digunakan Unified Modeling Language (UML) sebagai bahasa spesifikasi standar suatu model yang berfungsi untuk membantu merancang sistem.

Beberapa jenis UML yang digunakan dalam penelitian ini yaitu use case diagram, sequence diagram, dan activity digaram.

3.2.1. Use Case Diagram

(43)

Gambar 3.2 Use Case Diagram

Pada use case ini terdapat actor yang memiliki pilihan untuk : a. Memilih Help adalah menu petunjuk penggunaan sistem.

b. Memilih Prosesadalah menu yang memiliki bagian menjalankan proses

pengolahan citra menjadi citra yang lebih baik dengan menggunakan metode

(44)

Berikut ini merupakan tabel dokumen naratif dari use casecover yang dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Dokumentasi Naratif Use CaseCover Nama Use case Proses

Actor Pengguna

Description Use case ini menjalankan tampilan awal digunakan dari system ini

Pre-Condition Aplikasi siap untuk menerima inputan.

Typical course of

event

Kegiatan pengguna Respon sistem

1. Menekan tombol Cover 2. Menampilkan tampilan awal dari pilihan cover.

Alternatecourse Aksi Aktor Respon sistem Post condition Sistem telah melakukan proses pemilihan menu cover.

Tabel 3.2 Dokumentasi Naratif Use Case Proses

Nama Use case Proses

Actor Pengguna

Description Use case ini menjalankan proses perbaikan citra yang akan digunakan dari system ini

Pre-Condition Aplikasi siap untuk menerima inputan.

Typical course of

event

Kegiatan pengguna Respon sistem 1. Menekan tombol proses proses grayscale dan menampilkan hasilnya.

9. Sistem akan menampilkan hasil noise yang

(45)

10. Selanjutnya proses untuk mengurangi noise dengan metode Arithmetic Mean Filter dengan menekan tombol Proses.

13.Selanjutnya proses untuk meningkatkan kualitas citra dengan metode High Boost Filtering dengan cara menentukan range (dalam range 0,00-2,00) pada slider High Boost Filter yang diinginkan.

14.Sistem akan menampilkan hasil citra grayscale yang telah tereduksi noise beserta running time.

15.Sistem akan menampilkan hasil citra grayscale yang telah ditingkatkan

Alternatecourse Aksi Aktor Respon sistem

Post condition Sistem telah melakukan proses perbaikan citra yang menghasilkan citra.

Tabel 3.3 Dokumentasi Naratif Use CaseHelp Nama Use case HELP

Actor Pengguna

Description Use case ini menjelaskan cara penggunaan dari system ini.

Pre-Condition Aplikasi siap untuk menerima inputan.

Typical course of

event

Kegiatan pengguna Respon system

1. Menekan menu HELP

2. Menampilkan isi dari HELP tersebut.

(46)

3.2.2. Sequence Diagram

Sequence diagram (diagram urutan) adalah sutau diagram yang memperlihatkan atau menampilkan interaksi-interaksi antar objek di dalam sistem yang disusun pada

sebuah urutan atau rangkaian waktu. Sequence diagram digunakan untuk menggambarkan scenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai

sebuah respon dari suatu kejadian/event untuk menghasilkan output apa yang

dhasilkan.

(47)

3.2.3. Activity Diagram

Activity Diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam system yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin tejadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Berikut ini merupakan activity diagram pada sistem yang akan dirancang.

(48)

3.3. Pseudocode Program

Pseudocode adalah deskripsi dari algoritma pemrograman komputer yang menggunakan struktur sederhana dari beberapa bahasa pemograman tetapi bahasa

tersebut hanya ditujukan agar dapat dibaca manusia.Tujuan penggunaan utama dari

pseudocode adalah untuk memudahkan manusia dalam memahami prinsip-prinsip dari suatu algoritma.

3.3.1 Pseudocode Arithmetic Mean Filter

Tabel 3.4 PseudocodeArithmetic Mean Filter

No Pseudocode

1. data getimage(handles.axes3);

(49)

matriks(2,3)=temp(x,y+1,z);

filtered(x,y,z)=filtered(x,y,z)+matriks(i,j); hasil end

2. Menyimpan citra sementara dalam bentuk matriks.

3. Membentuk variabel dari baris kolom dan warna.

(50)

3.3.2 Pseudocode High Boost Filtering

Tabel 3.5 PseudocodeHigh Boost Filtering

No Pseudocode

1. data getimage(handles.axes3);

(51)

catch

1. Membaca citra dari axes4.

2. Menyimpan citra sementara dalam bentuk matriks.

3. Membentuk variabel dari baris kolom dan warna.

(52)

3.3.3 Pseudocode menghitung nilai MSE dan PSNR

Tabel 3.6 Pseudocode nilai MSE dan PSNR No Pseudocode

1. [M N] size(citra);

2. error citra_awal - citra_noise;

3. MSE sum(sum(error .* error)) / (M * N);

4. PSNR 10*log(255*255/MSE) / log(10)

Keterangan :

1. Deklarasi ukuran matriks citra kolom adalah M dan baris adalah N.

2. Deklarasi nilai error. 3. Hitung nilai MSE.

4. Hitung nilai PSNR.

3.4. Perancangan Sistem

3.4.1. Flowchart Sistem

Flowchart adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan urutan proses secara menditail dan hubungan antara sutau proses (intruksi) dengan

proses lainnya dalam suatu program. Flowchart memiliki fungsi untuk memudahkan proses pengecekan terhadap sistem yang ingin dibuat apabila ada yang terlupakan

(53)
(54)

Sub FlowchartArithmetic Mean Filter :

(55)

Sub Flowchart High Boost Filtering :

(56)

Sub Flowchart MSE dan PSNR

(57)

3.4.2 Perancangan Antarmuka (Interface)

Sistem kombinasi algoritma restorasi citra ini dirancang dengan menggunakan bahasa

pemrograman MATLAB 2012a. Perancangan antarmuka atau interface ini bertujuan untuk memudahkan interaksi antara manusia dengan komputer sehingga manusia

dapat menggunakan sistem dengan baik dan mudah untuk digunakan.

3.4.2.1 Form Cover

Dibawah ini merupakan form cover dalam sistem ini, dan memiliki menu bar ,yaitu

Process, Help, dan Exit. Dimana pada bagian ini merupakan tampilan awal sistem. Dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini :

Gambar 3.9 Form Cover

Keterangan :

1. Judul Percobaan.

2. Nama dan Nim Penulis.

3. LOGO Fasilkom-Ti.

4. Program studi .

(58)

3.4.2.2 Form Menu Process

Gambar 3.10 Form Menu Process

Keterangan :

1. Open File

Berfungsi untuk mencari citra yang akan di input dalam format .jpg. 2. Axes1

Merupakan tempat untuk menampilkan citra yang telah dipilih.

3. Proses

Merupakan tombol untuk mengubah citra awal menjadi citra grayscale. 4. Axes2

Merupakan tempat untuk menampilkan citra yang telah diubah ke citra

grayscale. 5. Slider noise

Merupakan input-an dimana tersedia dua jenis noise yang dibatasi dengan

range 0% sampai 50% dengan cara digeser pada salah satu slider noise . 6. Axes3

Merupakan tempat untuk menampilkan citra dengan noise yang diinginkan. 7. Text

(59)

8. Proses

Merupakan tombol untuk mereduksi noise dengan Arithmetic Mean Filter.

9. Axes4

Merupakan tempat menampilkan hasil citra yang telah di filtering. 10.Running Time

Merupakan tempat menampilkan waktu pada saat proses telah selesai.

11.Slider High Boost Filtering

Merupakan slider untuk melakukan proses High Boost Filtering dengan pergeseran yang diinginkan dari range 0 sampai 2.

12.Axes5

Merupakan tempat untuk menampilkan citra yang telah melakukan proses

High Boost Filtering.

13.Text

Menampilkan nilai yang digunakan untuk proses High Boost Filtering pada

slider.

14.PSNR dan MSE

Merupakan tomboluntuk melakukan proses perhitungan nilai PSNR dan MSE.

15.Text

Merupakan tempat menampilkan nilaiPSNR dan MSE.

16.Save

(60)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Implementasi Sistem

Setelah melakukan proses analisis dan perancangan sistem, proses selanjutnya dalam

penerapan pembuatan aplikasi adalah proses implementasi dan pengujian sistem.

Implementasi merupakan tahap di mana sistem melakukan fungsionalitas utamanya

setelah suatu program atau perangkat lunak selesai dirancang. Sedangkan tahap

pengujian merupakan tahap yang dilakukan setelah proses pengimplementasikan

selesai dilakukan dan sampai proses uji coba sesuai dengan kriteria-kriteria yang

diinginkan pengguna pada tahap perancangan sistem. Pada sistem ini terdapat 3 form

yaitu formCover, form Procces, dan form Help.

4.1.1FormCover

(61)

Gambar 4.1 Form Cover

4.1.2Form Procces

Form Procces ini merupakan tampilan untuk melakukannya semua proses pengolahan citra. Dimana pada tahap pertama citra awal di tampilkan pada proses, kemudian

diubah menjadi grayscale lalu diberikan noise yang diinginkan. Setelah diberi noise dilakukan proses Arithmetic Mean Filter dan hasil proses tersebut diproses kembali menggunakan High Boost Filtering. Setelah semua proses pengolahan citra selesai, maka dapat dilakukan proses perhitungan PSNR dan MSE serta dapat menyimpan

(62)

Gambar 4.2 Form Procces

(63)

4.1.3Form Help

Form Help merupakan form yang berisi tentang penjelasan dari cara penggunaan sistem. Form Help dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.4 Form Help

4.2 Pengujian

Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kombinasi kedua

metode tersebut dilakukan untuk memperbaiki kualitas citra. Pengujian akan

dilakukan dengan menggunakan citra digital yang berformat JPG. Citra digital

tersebut merupakan citra RGB. Sistem akan mengubah citra digital RGB ke dalam

citra grayscale. Kemudian akan dilakukan proses penambahan noise, lalu dilakukan

(64)

4.2.1Pengujian Arithmetic Mean Filter

Pada pengujian Arithmetic Mean Filter, hal pertama yang dilakukan setelah memilih citra yaitu mengubah citra berwarna (RGB) menjadi citra grayscale. Kemudian memberikan noise dengan batasan noise yang dapat dipilih dalam range 0% - 50 %. Jenis noise yang dipilih ada dua yaitu Gaussian noise dan Salt and Pepper noise. Pada pengujian Arithmetic Mean Filter ini membuat citra yang memiliki noise menjadi berkurang noise tersebut.

Adapun gambaran sistem ini dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:

(65)

4.2.1.1 Pengujian Gaussian noise terhadap Arithmetic Mean Filter

Dibawah ini merupakan tabel gambar pengujian dengan persentasi noise 10% , 20 %

,30% , 40% dan 50%.

Tabel 4.1 Citra digital grayscale terhadap persentase noise

Persentasi

Noise

Proses Generate noise

(Citra Terkena Noise)

Proses Filtering

(Citra Hasil)

10 %

PSNR : 28.0976 dB

MSE : 100.766

PSNR : 25.6314 dB

MSE : 177.802

Running Time : 6.79937 s

20%

PSNR : 22.2072dB

MSE : 391.161

PSNR : 24.8658 dB

MSE : 212.082

(66)

30 %

PSNR : 18.9062 dB

MSE : 841.156

PSNR : 23.9121 dB

MSE : 264.167

Running Time : 6.50572 s

40 %

PSNR : 16.7279 dB

MSE : 1381.31

PSNR : 22.9069 dB

MSE : 332.961

Running Time : 6.06767 s

50 %

PSNR : 15.0262 dB

MSE : 2043.91

PSNR : 21.8111 dB

MSE : 428.529

(67)

Sebuah citra asli diubah menjadi citra grayscale kemudian di generate probalitas noise

sebesar 10%-50%. Sebagaimana terlihat pada tabel 4.1. noise yang tergenerate 10% memiliki nilai PSNR sebesar 28.0976 dB dan MSE sebesar 100.766, citra yang

terkena generate noise 10% melakukan proses filtering kemudian memiliki nilai PSNR sebesar 25.6314 dB dan MSE sebesar 177.802. noise yang tergenerate 20% memiliki nilai PSNR sebesar 22.2072 dB dan MSE sebesar 391.161, citra yang

terkena generate noise 20% melakukan proses filtering kemudian memiliki nilai PSNR sebesar 24.8658 dB dan MSE sebesar 212.082. noise yang tergenerate 30% memiliki nilai PSNR sebesar 18.9062 dB dan MSE sebesar 841.156, citra yang

terkena generate noise 30% melakukan proses filtering kemudian memiliki nilai PSNR sebesar 23.9121 dB dan MSE sebesar 264.167. noise yang tergenerate 40% memiliki nilai PSNR sebesar 16.7279 dB dan MSE sebesar 1381.31, citra yang

terkena generate noise 40% melakukan proses filtering kemudian memiliki nilai PSNR sebesar 22.9069 dB dan MSE sebesar 332.961. noise yang tergenerate 50% memiliki nilai PSNR sebesar 15.0262 dB dan MSE sebesar 2043.91, citra yang

terkena generate noise 50% melakukan proses filtering kemudian memiliki nilai PSNR sebesar 21.8111 dB dan MSE sebesar 428.529.

Untuk melihat secara matematis perbandingan nilai PSNR sebelum dan

sesudah filtering mengenerate noise sebesar 10%-50%. Dapat dilihat gambar 4.6 grafik sebelum dilakukan filtering dengan Gaussian noise.

(68)

Dapat dilihat pada gambar 4.6, secara grafik dilihat bahwa nilai PSNR semakin

menurun apabila generate noise bernilai besar. Nilai PSNR sebelum filtering yang digenerate noise sebesar 10% adalah 28.0976 dB, 20% adalah 22.2072 dB, 30% adalah 18.9062 dB, 40% adalah 16.7279 dB dan 50% adalah 15.0262 dB. nilai PSNR

sesudah filtering yang digenerate noise sebesar 10% adalah 25.6314 dB, 20% adalah 24.8658 dB, 30% adalah 23.9121 dB, 40% adalah 22.9069 dB dan 50% adalah

21.8111 dB.

Untuk melihat secara matematis perbandingan nilai MSE sebelum dan sesudah

filtering mengenerate noise sebesar 10%-50%. Dapat dilihat gambar 4.7 grafik sesudah filtering dengan Gaussian noise.

Gambar 4.7 Grafik MSE sebelum dan sesudah filtering

Dapat dilihat pada gambar 4.7, Nilai MSE sebelum filtering yang digenerate noise

sebesar 10% adalah 100.766, 20% adalah 391.161, 30% adalah 841.156, 40% adalah

1381.31 dan 50% adalah 2043.91. Nilai MSE sesudah filtering yang digenerate noise

sebesar 10% adalah 177.802, 20% adalah 212.082, 30% adalah 264.167, 40% adalah

332.961 dan 50 % adalah 428.529.

0 500 1000 1500 2000 2500

10% 20% 30% 40% 50%

MSE

Grafik MSE Gaussian noise

(69)

4.2.1.2 Pengujian Salt and Pepper noise terhadap Arithmetic Mean Filter.

Dibawah ini merupakan table gambar pengujian dengan persentasi noise 10%, 20%

,30% , 40% dan 50%.

Tabel 4.2 Citra digital grayscale terhadap persentase noise

Persentasi

Noise

Proses Generate noise

(Citra Terkena Noise)

Proses Filtering

(Citra Hasil)

10%

PSNR : 14.8913 dB

MSE : 2108.37

PSNR : 21.5086 dB

MSE : 459.428

Running Time : 6.45085 s 20 %

PSNR : 11.8682 dB

MSE : 4229.26

PSNR : 18.9624 dB

MSE : 825.726

(70)

30%

PSNR : 10.1514 dB

MSE : 6279.66

PSNR : 17.0771 dB

MSE : 1274.61

Running Time : 6.50033 s

40%

PSNR : 8.92041 dB

MSE : 8337.57

PSNR : 15.6673 dB

MSE : 1763.41

Running Time : 6.6844 s

50 %

PSNR : 7.99541 dB

MSE : 10316.7

PSNR : 14.5199 dB

MSE : 2296.64

Gambar

Gambar 2.7 Gaussian Noise
Gambar 2.8 Salt and Pepper Noise
Gambar 3.1 Diagram Ishikawa
Gambar 3.2 Use Case Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan proses filtering menggunakan metode arithmetic mean filter dapat membantu metode run length encoding untuk melakukan kompresi pada citra sehingga citra dapat

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kualitas hasil kompresi citra menggunakan metode Run Length Encoding (RLE) melalui proses Arithmetic Mean Filter

Tabel 4.13 Perbandingan Nilai MSE, PSNR, Running Time Hasil Metode Harmonic Mean Filter terhadap Citra *.png pada Citra Gaussian Noise *.png dan Citra

Mean Filter dalam mengurangi noise Gaussian yang terdapat pada suatu citra digital. dan melihat hasil kualitas citra setelah mengalami

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat untuk

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat untuk

4.9 Perbandingan MSE, PSNR dan runtime proses metode Midpoint dan Yp Mean filter dalam mereduksi Uniform noise pada citra Fuji.bmp dengan ukuran dimensi 1024 x

Mean filter merupakan salah satu filtering linear yang berfungsi untuk memperhalus dan menghilangkan noise pada suatu citra yang bekerja dengan menggantikan intensitas nilai pixel