BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan aktivitas belajar untuk menambah kompetensi siswa, memecahkan masalah dan membuat keputusan:” (Depdiknas, 2006: 48).
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami yang ada di sekitar kita secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional. IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sain untuk memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, menulis, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.
yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk mendorong pengembangan aktifitas, potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis identifikasikan masalahnya sebagai berikut:
1. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif di dalam kelas.
2. Kegiatan praktikum IPA (Sumber daya alam) jarang dilakukan
3. Siswa kurang memahami arti sumber daya alam.
4. Siswa belum tahu manfaat sumber daya alam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III SD Negeri 2 Blitarejo.
Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan Tematik Pada Siswa Kelas III Semester Genap SD Negeri Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemecahan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk:
Meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
F. Manfaat Penelitian
Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi Siswa : Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar pendidikan IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.
2. Bagi Guru : Menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan/ diterapkan di kelas untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.
ii
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DENGAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 BLITAREJO KECAMATAN
GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi siswa, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan muridnya, artinyakegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) aktivitas belajar siswa meningkat ?, (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan tematik di kelas III SD Negeri 2 Blitarejo ?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan tematik.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian/pengamatan dan refleksi. Untuk pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes.
Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan tematik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas III SD Negeri 2 Blitarejo. Pada siklus pertama aktivitas siswa rata kurang aktif (51,60%) dan hasil belajar siswa berkategori kurang dengan persentase 58,63%. Dan pada siklus kedua aktivitas siswa rata cukup aktif (63.14%) dan hasil belajar siswa dari 24 siswa yang berkategori baik adalah 11 siswa (45,83%), berkategori cukup baik 9 siswa (37,5%), dan berkategori kurang baik hanya 4 siswa (16,66%). Jadi penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa kelas III pada siklus II dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kewajiban dari semua pelajar juga mahasiswa, karena
dengan belajar seseorang dapat merubah perilaku dari akibat belajar
tersebut. Belajar juga dapat merubah perilaku seseorang yang baru sebagai
hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori Gestalt dalam Slameto (2008: 9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 59) bahwa: “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat diartikan/didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Sedangkan Rochman Nata Wijaya (2005: 36) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari”.
Dari pengertian ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Perubahan
tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com.November.2011)
Selanjutnya pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs
dalam Slameto (2008: 9).
Dari pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah
usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha. Kegiatan belajar mengajar adalah
satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah
kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang
dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
2.1.1. Pengertian aktivitas belajar
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau yang dicita-citakan (Nasution,
2004: 88). Sedangkan menurut Sardiman bahwa aktifitas belajar adalah
kegiatan yang bersifat fisik atau mental dalam usaha memenuhi kebutuhan
yang telah dirtencanakan (2007: 95). Selanjutnya “Kegiatan belajar/
aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar,
peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari
lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta
didik ”(Sudjana,2005:105)
Dari kedua pendapat ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
aktifitas belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
seseoarang/siswa dan diikuti dengan pikiran kerja untuik memenuhi
kebutuhan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya yang meliputi
enam unsur yaitu: tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat
kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami
situasi, dan pola respons peserta didik.
2.1.2. Beberapa Aktivitas Belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 132) bahwa aktivitas
belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendengarkan
Situasi seperti ini memberikan kesempatan seseorang dalam belajar.
Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini tergantung ada
tidaknya kebutuhan, motivasi, dan aktivitas seseorang. Dengan adanya
mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.
Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi
perkembangan pribadi seseorang.
b. Memandang
Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita
pandang. Akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita
adalah belajar. Meskipun kita tertuju pada suatu objek visual, apabila
dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu
untuk mencapai tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk
belajar.
c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah aktifitas sensoris seperti
halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang
dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan stimuli yang memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktifitas meraba, aktifitas
membau, aktifitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila
aktifitas-aktifitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan
dengan menggunaka set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku.
d. Menulis atau Mencatat
Setiap akktifitas pengindraan kita yang bertujuan akan memberikan
merupakan material untuk maksud-maksud belajar selanjutnya.
Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu
orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan set
tertentu catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan.
e. Membaca
Belajar memerlukan set membaca, untuk keperluan belajar harus pula
menunjukkan set belajar. Membaca dengan set misalnya dengan melalui
memperhatikan judul-judul Bab, topik-topik utama dengan berorientasi
kepada kebutuhan dan tujuan.
f. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk
sebagai aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta
kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk
aktifitas belajar, apalagi jika megingat itu berhubunga dengan
aktivitas-aktifitas belajar lainnya.
g. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubunga antar sesuatu.
h. Latihan dan Praktik
Latihan dan praktik adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang
melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan
aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau praktik sesuatu tentunya
menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya
terarah kepada suatu tujuan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
2006: 137).
2.1.3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
anak. Secara lebih rinci tugas guru adalah:
- Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk
belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan (Abu Ahmadi, 2006: 105).
Menurut Djumiran dkk (2009: 15) bahwa tugas guru dalam proses belajar
adalah:
a. Mendidik, yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai pada
b. Mengajar, yang mengarah pada perkembangan aspek intelektual
(kognitif) peserta didik.
c. Melatih, yang mengarah pada penguasaan ketrampilan/skill baik
keterampilan fisik maupun intelektual.
d. Membimbing, yang mengarah pada pemberian bantuan kepada peserta
didik yang mengalami hambatan dalam perkembangannya.
e. Mengarahkan, yaitu pemberian petunjuk supaya peseta didik dapat
mengambil keputusan.
f. Menilai, yaitu membuat pertimbangan dan keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia. Pelaksanaan tugas menilai diawali dengan
pembuatan alat-alat penilaian yang akan digunakan. Alat-alat itu berupa
tes atau nontes
2.2. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
2.2.1. Pengertian pembelajaran Cooperative Learning STAD
Menurut Slavin dalam buku Isjoni (2009: 74) “pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) Student Teams Achievement Division (STAD)
adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa
belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning
Student Teams Achievement Division (STAD) dapat diterapkan untuk
pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat (sharing
ideal), Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan
soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif
sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling
tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.
2.2.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Cooperative Learning STAD
Menurut Nur dalam Yatim Riyanto (2008: 3) pembelajaran yang
menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan
materi belajarnya.
b) Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
2.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Student Teams Achievement Division
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model
atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam
kelas, STAD juga merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen
(campuran prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan kepada anggota-anggota
yang lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberikan evaluasi/penilaian
6) Kesimpulan (Yatim Riyanto, 2008: 272).
2.2.4. Kelebihan Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu:
a) Meningkatkan harga diri tiap individu
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c) Konflik antar pribadi berkurang
d) Sikap apatis berkurang
e) Pemahaman yang lebih mendalam
f) Retensi atau penyimpanan lebih lama
g) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h) Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j) Menambah motivasi dan percaya diri
k) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi
teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
2.2.5. Kelemahan Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu:
a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini
dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran
dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di
tempat yang terbuka.
b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain
dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning
bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan
psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota
kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang
diberikan kepada kelompok.
c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama
dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan
d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota
kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya
dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
Sumber : http://yusti-arini.blogspot.com/2011/03/model-pembelajarankooperatif.html
2.2.6. Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Sebagai contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika,
kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari
bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik
menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan
dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari
seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara
produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa
ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik
menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk
itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman
belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan
melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada
pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika
dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik
tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran
untuk pembuatan keputusan (Sanjaya, 2006:57).
2.2.7. Kerangka Pikir
Model pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa
dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang
dihadapinya. Penulis meneliti model pembelajaran yaitu STAD yang
merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan
siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Untuk meningkatkan
aktiviatas belajar IPA (pokok bahasan Sumber Daya Alam) sangat dipengaruhi
dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang memungkinkan siswa
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara
penuh dalam suasana yang terbuka dan demokratis.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
2.2.8. Hipotesis
Berdasarkan materi yang telah penulis sajikan maka hipotesis pada penelitian
ini adalah “Jika model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan pendekatan Tematik diterapkan maka dapat meningkatan
aktivitas siswa dalam pambelajaran IPA pada kelas III semester I SD Negeri 2
Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011” Model
Pembelajaran STAD
Aktivitas belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Setting Penelitian
3.1.1. Waktu peneltian:
Penelitia tindakan kelas ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 selama 2 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011.
3.1.2. Tempat penelitian:
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.
3.1.3. Permasalahan penelitian:
Aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran IPA pada materi penelitian Sumber Daya Alam berlangsung.
3.2. Subjek Penelitian:
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
3.3. Prosedur Penelitian
terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Langkah-langkah dalam PTK adalah sebagai berikut:
Siklus I
3.3.1. Tahap Perencanaan:
a. Menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Membentuk kelompok belajar. d. Menyiapkan alat tes (essay).
e. Menetapkan cara observasi untuk siswa dan guru.
3.3.2. Tahap Pelaksanaan:
Materi pembelajaran pada siklus I adalah Sumber Daya Alam dilaksanakan 2 X 35 menit (1 kali pertemuan)
a. Kegiatan awal:
Mengerjakan tes awal, melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi pelajaran yang dibahas.
b. Kegiatan inti:
1) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran yang akan dibahas.
2) Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat tentang masalah yang diajukan.
c. Kegiatan akhir:
Guru memberi bimbingan kepada siswa kesempatan untuk menentukan langkah mana yang dapat diambil kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari
3.3.3. Pengamatan dan penilaian:
Pada tahap ini menggunakan lembar pengamatan, yaitu sebagai berikut:
Lembar pengamatan: digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA pada setiap siklus. Pengamatan ini dilakukan oleh guru (peneliti) pada proses pembelajaran pada setiap siklus. Hasil dari lembar pengamatan kemudian dimasukkan ke dalam rekapitulasi untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun format rekapitulasi aktivitas belajar siswa terlampir.
3.3.4. Refleksi
Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan dan penilaian. Dari hasil refleksi penelitian yang telah penulis lakukan dari siklus 1, dan siklus 2 kemudian dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division (STAD) dan untuk menentukan apakah penelitian ini
Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I mata pelajaran IPA dengan materi pokok Sumber Daya Alam, apabila aktivitas siswa dianggap sudah berhasil maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.4. Sumber Data Penelitian:
Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan IPA pada setiap siklus pembelajaran akan menggunakan lembar pengamatan , yaitu dengan format sebagai berikut:
Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5 1 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
materi sumber daya alam
2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang
belum jelas mengenai sumber daya alam 3 Menjawab pertanyaan guru yang berkaitan
dengan sumber daya alam
4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan
sekolah
5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui
dan yang tidak dapat diperbarui 6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan
guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya Jumlah skor
Persentase Aktifitas Belajar Siswa
Pensekoran:
(Burhan Nurgiantoro, 2006: 364)
Tabel 2: Data Rekapitulasi Penilaian Aktifitas dari Siklus I dan II
No. Komponen yang diamati
Siklus
I II
Jum-lah % Jum-lah % 1 Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang materi sumber daya alam
2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai sumber daya alam 3 Menjawab pertanyaan guru
yang berkaitan dengan sumber daya alam
4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan sekolah 5 Ketepatan menyimpulkan
hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui
6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya
Jumlah skor
Persentase Aktifitas Belajar Siswa Sumber: Hasil analisis data penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa,
“Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada
pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri
yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata
Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar
adalah “Mengembangkan aktivitas belajar untuk menambah kompetensi siswa, memecahkan masalah dan membuat keputusan:” (Depdiknas, 2006: 48).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung
pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari
pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa: IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih dalam menerapkannya di dalam
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami yang ada di sekitar kita secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
lingkungan sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional, sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat
Internasional. IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods)
meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sain untuk
memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya
observasi, pengukuran, menulis, merumuskan dan menguji hipotesis,
mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.
Dari hasil prapenelitian yang telah penulis lakukan di SD Negeri 2 Blitarejo
Guru menyadari bahwa pelaksanaann proses pembelajaran IPA selama ini
masih memiliki kelemahan antara lain metode yang digunakan kurang variatif,
sumber, alat, dan media kurang diberdayakan, cara guru mengajar masih
menggunakan pendekatan konvensional seperti caramah, sehingga
membosankan, kurang menarik dan kurang mampu merangsang siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Data aktivitas belajar IPA pada siswa
kelas III dari 24 siswa, masih terdapat siswa yang kurang aktif 14 siswa (58,33
%) dan siswa yang aktif dalam mengikuti aktivitas belajar di sekolah 10 siswa
(41,66 %). Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas penulis berupaya
untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Student
yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk mendorong
pengembangan aktifitas, potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis identifikasikan
masalahnya sebagai berikut:
1. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif di dalam kelas.
2. Kegiatan praktikum IPA (Sumber daya alam) jarang dilakukan
3. Siswa kurang memahami arti sumber daya alam.
4. Siswa belum tahu manfaat sumber daya alam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III SD
Negeri 2 Blitarejo.
Pokok permasalahan tersebut lebih lanjut penulis perinci ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan
Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) aktivitas
belajar siswa meningkat?, (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran IPA melalui pendekatan tematik di kelas III SD Negeri 2
Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Aktivitas Belajar
IPA Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan pendekatan Tematik Pada Siswa Kelas III Semester Genap SD
Negeri Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran
2010/2011
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemecahan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang
ingin dicapai adalah untuk:
Meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model
PembelajaranStudent Teams Achievement Division(STAD)
F. Manfaat Penelitian
Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi Siswa : Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar pendidikan
IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.
2. Bagi Guru : Menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat
digunakan/ diterapkan di kelas untuk meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.
3. Bagi Sekolah : Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kewajiban dari semua pelajar juga mahasiswa, karena
dengan belajar seseorang dapat merubah perilaku dari akibat belajar
tersebut. Belajar juga dapat merubah perilaku seseorang yang baru sebagai
hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori Gestalt dalam Slameto (2008: 9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 59) bahwa: “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat diartikan/didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
SedangkanRochman Nata Wijaya (2005: 36) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari”.
Dari pengertian ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Perubahan
tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com.November.2011)
Selanjutnya pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs
dalam Slameto (2008: 9).
Dari pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah
usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha. Kegiatan belajar mengajar adalah
satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah
kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang
dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
2.1.1. Pengertian aktivitas belajar
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau yang dicita-citakan (Nasution,
2004: 88). Sedangkan menurut Sardiman bahwa aktifitas belajar adalah
kegiatan yang bersifat fisik atau mental dalam usaha memenuhi kebutuhan
yang telah dirtencanakan (2007: 95). Selanjutnya “Kegiatan belajar/ aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar,
peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari
lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta
didik ”(Sudjana,2005:105)
Dari kedua pendapat ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
aktifitas belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
seseoarang/siswa dan diikuti dengan pikiran kerja untuik memenuhi
kebutuhan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya yang meliputi
enam unsur yaitu: tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat
kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami
situasi, dan pola respons peserta didik.
2.1.2. Beberapa Aktivitas Belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 132) bahwa aktivitas
belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendengarkan
Situasi seperti ini memberikan kesempatan seseorang dalam belajar.
Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini tergantung ada
tidaknya kebutuhan, motivasi, dan aktivitas seseorang. Dengan adanya
mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.
Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi
perkembangan pribadi seseorang.
b. Memandang
Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita
pandang. Akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita
adalah belajar. Meskipun kita tertuju pada suatu objek visual, apabila
dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu
untuk mencapai tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk
belajar.
c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah aktifitas sensoris seperti
halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang
dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan stimuli yang memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktifitas meraba, aktifitas
membau, aktifitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila
aktifitas-aktifitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan
dengan menggunaka set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku.
d. Menulis atau Mencatat
Setiap akktifitas pengindraan kita yang bertujuan akan memberikan
merupakan material untuk maksud-maksud belajar selanjutnya.
Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu
orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan set
tertentu catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan.
e. Membaca
Belajar memerlukan set membaca, untuk keperluan belajar harus pula
menunjukkan set belajar. Membaca dengan set misalnya dengan melalui
memperhatikan judul-judul Bab, topik-topik utama dengan berorientasi
kepada kebutuhan dan tujuan.
f. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk
sebagai aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta
kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk
aktifitas belajar, apalagi jika megingat itu berhubunga dengan
aktivitas-aktifitas belajar lainnya.
g. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubunga antar sesuatu.
h. Latihan dan Praktik
Latihan dan praktik adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang
melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan
aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau praktik sesuatu tentunya
menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya
terarah kepada suatu tujuan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
2006: 137).
2.1.3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
anak. Secara lebih rinci tugas guru adalah:
- Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,
dan penyesuaian diri. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk
belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan (Abu Ahmadi, 2006: 105).
Menurut Djumiran dkk (2009: 15) bahwa tugas guru dalam proses belajar
adalah:
a. Mendidik, yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai pada
b. Mengajar, yang mengarah pada perkembangan aspek intelektual
(kognitif) peserta didik.
c. Melatih, yang mengarah pada penguasaan ketrampilan/skill baik
keterampilan fisik maupun intelektual.
d. Membimbing, yang mengarah pada pemberian bantuan kepada peserta
didik yang mengalami hambatan dalam perkembangannya.
e. Mengarahkan, yaitu pemberian petunjuk supaya peseta didik dapat
mengambil keputusan.
f. Menilai, yaitu membuat pertimbangan dan keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia. Pelaksanaan tugas menilai diawali dengan
pembuatan alat-alat penilaian yang akan digunakan. Alat-alat itu berupa
tes atau nontes
2.2. Model PembelajaranStudent Teams Achievement Division(STAD) 2.2.1. Pengertian pembelajaran Cooperative Learning STAD
Menurut Slavin dalam buku Isjoni (2009: 74) “pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) Student Teams Achievement Division (STAD)
adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa
belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning
Student Teams Achievement Division (STAD) dapat diterapkan untuk
pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat (sharing
ideal), Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan
soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif
sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling
tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.
2.2.2. Ciri-Ciri Model PembelajaranCooperative LearningSTAD
Menurut Nur dalam Yatim Riyanto (2008: 3) pembelajaran yang
menggunakan modelcooperative learningpada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan
materi belajarnya.
b) Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
2.2.3. Langkah-Langkah PembelajaranStudent Teams Achievement Division
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model
atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam
kelas, STAD juga merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen
(campuran prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan kepada anggota-anggota
yang lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberikan evaluasi/penilaian
6) Kesimpulan (Yatim Riyanto, 2008: 272).
2.2.4. KelebihanStudent Teams Achievement Division(STAD) yaitu:
a) Meningkatkan harga diri tiap individu
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c) Konflik antar pribadi berkurang
d) Sikap apatis berkurang
e) Pemahaman yang lebih mendalam
f) Retensi atau penyimpanan lebih lama
g) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h) Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j) Menambah motivasi dan percaya diri
k) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi
teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
2.2.5. KelemahanStudent Teams Achievement Division(STAD) yaitu:
a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini
dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran
dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di
tempat yang terbuka.
b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain
dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning
bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan
psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota
kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang
diberikan kepada kelompok.
c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama
dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan
d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota
kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya
dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
Sumber : http://yusti-arini.blogspot.com/2011/03/model-pembelajarankooperatif.html
2.2.6. Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Sebagai contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika,
kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari
bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik
menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan
dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari
seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara
produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa
ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik
menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk
itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman
belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan
melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada
pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika
dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik
tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran
untuk pembuatan keputusan (Sanjaya, 2006:57).
2.2.7. Kerangka Pikir
Model pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa
dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang
dihadapinya. Penulis meneliti model pembelajaran yaitu STAD yang
merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan
siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Untuk meningkatkan
aktiviatas belajar IPA (pokok bahasan Sumber Daya Alam) sangat dipengaruhi
dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang memungkinkan siswa
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara
penuh dalam suasana yang terbuka dan demokratis.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
2.2.8. Hipotesis
Berdasarkan materi yang telah penulis sajikan maka hipotesis pada penelitian
ini adalah “Jika model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan pendekatan Tematik diterapkan maka dapat meningkatan
aktivitas siswa dalam pambelajaran IPA pada kelas III semester I SD Negeri 2
Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011” Model
Pembelajaran STAD
Aktivitas belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Setting Penelitian 3.1.1. Waktu peneltian:
Penelitia tindakan kelas ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran
2010/2011 selama 2 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan
Maret 2011.
3.1.2. Tempat penelitian:
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.
3.1.3. Permasalahan penelitian:
Aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran IPA pada materi
penelitian Sumber Daya Alam berlangsung.
3.2. Subjek Penelitian:
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2
Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
3.3. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan motode
penelitian tindakan kelas. Prosedur peneltian ini akan dilakukan melalui 2 (dua)
terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Langkah-langkah dalam PTK adalah sebagai berikut: Siklus I
3.3.1. Tahap Perencanaan:
a. Menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Membentuk kelompok belajar.
d. Menyiapkan alat tes (essay).
e. Menetapkan cara observasi untuk siswa dan guru.
3.3.2. Tahap Pelaksanaan:
Materi pembelajaran pada siklus I adalah Sumber Daya Alam dilaksanakan
2 X 35 menit (1 kali pertemuan)
a. Kegiatan awal:
Mengerjakan tes awal, melakukan tanya jawab dengan guru mengenai
materi pelajaran yang dibahas.
b. Kegiatan inti:
1) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang pokok-pokok materi
pelajaran yang akan dibahas.
2) Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat
tentang masalah yang diajukan.
3) Guru mengamati setiap kelompok dalam mendiskusikan untuk
c. Kegiatan akhir:
Guru memberi bimbingan kepada siswa kesempatan untuk menentukan
langkah mana yang dapat diambil kesimpulan terhadap materi yang
telah dipelajari
3.3.3. Pengamatan dan penilaian:
Pada tahap ini menggunakan lembar pengamatan, yaitu sebagai berikut:
Lembar pengamatan: digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran IPA pada setiap siklus. Pengamatan ini
dilakukan oleh guru (peneliti) pada proses pembelajaran pada setiap siklus.
Hasil dari lembar pengamatan kemudian dimasukkan ke dalam rekapitulasi
untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa melalui model
pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division
(STAD). Adapun format rekapitulasi aktivitas belajar siswa terlampir.
3.3.4. Refleksi
Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan penilaian. Dari hasil refleksi penelitian yang telah penulis
lakukan dari siklus 1, dan siklus 2 kemudian dijadikan acuan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams
Achievement Division(STAD) dan untuk menentukan apakah penelitian ini
Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini untuk
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I mata pelajaran IPA dengan
materi pokok Sumber Daya Alam, apabila aktivitas siswa dianggap sudah
berhasil maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.4. Sumber Data Penelitian:
Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan IPA pada setiap
siklus pembelajaran akan menggunakan lembar pengamatan , yaitu dengan
format sebagai berikut:
Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Aspek yang dinilai
Skor
1 2 3 4 5
1 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi sumber daya alam
2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai sumber daya alam
3 Menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan sumber daya alam
4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan sekolah
5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui
6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya
Jumlah skor
Persentase Aktifitas Belajar Siswa
Keterangan: sangat tidak aktif, (2) tidak aktif, (3) kurang aktif,(4) aktif, (5)
Pensekoran:
Tabel 2: Data Rekapitulasi Penilaian Aktifitas dari Siklus I dan II
No. Komponen yang diamati
2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas daya alam yang ada di lingkungan sekolah
5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak
Sumber: Hasil analisis data penulis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SDN 2 Blitarejo Kecamatan Gading Rejo
Kabupaten Pringsewu. Penelitian tindakan kelas ini melalui dua siklus. Tiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
menggunakan alat peraga dengan pendekatan tematik. Selengkapnya dapat
dijelaskan dalam uraian di bawah ini:
4.2. Pelaksanaan Siklus I
a. Rencana Pembelajaran
1. Membuat silabus
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Membuat skenario pembelajaran
4. Menyiapkan materi pelajaran dan alat peraga.
5. Menyiapkan lembar pengamatan siswa
b. Pelaksanaan
Pembelajaran IPA pada siklus I dilaksanakan selama 1 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Desember 2011,
pertemuan kedua pada hari Sabtu, 3 Desember 2011. pertemuan pertama
pada siklus pertama ini diawali dengan pembagian siswa ke dalam suatu
kelompok belajar. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok belajar dimana setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru peneliti memulai pembelajaran
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yaitu
sumber daya alam untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Guru
menjelaskan tiap akhir sub materi akan diadakan uji evaluasi siklus.
Selain itu guru memberikan informasi bahwa segala aktivitas siswa
didalam kelas akan dinilai melalui lembar penilaian observasi aktivitas
siswa.
Guru menjelaskan materi mengenai sumber daya alam dengan
menggunakan alat peraga. Setelah penjelasan materi telah selesai guru
memberikan LKS untuk siswa diskusikan dan diselesaikan. Setiap siswa
tiap melaksanakan tugas LKS disertai dengan diskusi tentang alat atau
penerapan menggunakan alat peraga. Setelah LKS diisi semua tiap
kelompok mempresentasikan hasilnya dan menjelaskan dengan gambar
atau alat peraga. Pada pertemuan kedua guru memberikan tanya jawab
dengan bahan materi-materi dipertemuan sebelumnya. Setelah selesai, tes
evaluasi belajar siklus I diberikan kepada siswa.
b. Hasil Oberservasi Aktivitas Siswa
Aktivitas pembelajaran siswa menggunakan alat peraga, untuk siklus I
masih di bawah rata-rata penilaian aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis aktivitas belajar melalui tabel berikut ini.
1. Visual activity meliputi: berbicara, bertanya jawab
2. Oral activity meliputi: disiplin kerja, menyimak, mengemukakan
pendapat.
3. Listening activity meliputi: mendengarkan, memperhatikan,
mengamati.
4. Mental activity meliputi: menanggapi, memecahkan masalah dengan
baik.
Tabel 2. Data aktivitas siswa setiap aspek pada siklus I
No Aspek yang
Diamati Frekuensi Nilai (%) Kategori
A Visual activities 13 54,16 Kurang aktif
B Oral activities 12 50,00 Kurang aktif
C Listening activities 14 58,33 Kurang aktif
D Mental activities 9 37,5 Sangat Kurang
aktif
Rata-rata 24 49,99 Kurang aktif
Selengkapnya dapat dilihat pada lembar analisis terlampir
Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat dianalisis distribusi aktivitas
siswa dari 24 siswa Visual activities 13 siswa, 54,16%, kategori Kurang
aktif. Oral activities 12 siswa, 50 %, kategori Kurang aktif. Listening
activities 14 siswa, 58,33%, kategori Kurang aktif. Mental activities 9
siswa, 37,5%, kategori Kurang aktif. Maka dapat diketahui aktivitas siswa
Tabel 3. Data distribusi aktivitas seluruh siswa pada siklus I
Nilai Aktivitas Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
≥ 75,6 Aktif 0 0,00
59,4–75,6 Cukup aktif 8 33,33
< 59,4 Kurang aktif 16 66,67
Jumlah 24 100
Selengkapnya hasil analisis dapat dilihat pada lampiran. Dari data
distribusi dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran siklus I menggunakan
alat peraga belum mampu meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa pembelajaran dengan alat peraga.
c. Hasil Kemampuan Hasil Belajar Siswa
Hasil kemampuan hasil belajar IPA siswa diujikan menggunakan 5 soal
isian. Hasil belajar siswa dapat dijelaskan melalui tabel berikut.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4. Data Kamampuan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I
Siklus Nilai Hasil
Belajar Kategori
Jumlah
Siswa % Siswa % PHB
I
≥ 66 Baik 3 12,5
41,66
55–66 Cukup baik 7 29,17
< 55 Kurang baik 14 58,33
Keterangan:
Data tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siwa dengan kategori
baik masih rendah, hal ini dari rata-rata persentase belajar siswa hanya
belajar siswa berkategori kurang baik sangat mendominasi jumlah siswa
yaitu dengan persentase 58,63%.
d. Refleksi Siklus I
berdasarkan hasil analisis akativitas dan hasil analisis belajar siswa
ternyata belum mencapai hasil maksimal. Hasil aktivitas siswa rendah dan
hasil belajar siswapun rendah. Kasus ini menjadi catatan-catatan
kekurangan guru peneliti dalam menerapkan pembelajaran. Faktor-faktor
yang harus guru peneliti perbaiki adalah:
1) Guru peneliti kurang menuntun siswa kedalam diskusi dan presentasi.
2) Guru peneliti masih belum meminimalisir siswa yang tidak fokus
terhadap pembelajaran.
3) Guru peneliti masih membiarkan siswa yang tidak beraktivitas dalam
pembelajaran.
4) Kurangnya tanya jawab antar siswa saat diskusi, ataupun tanya jawab
siswa dengan guru peneliti.
Selain faktor dari guru peneliti pengelolaan pembelajaran masih kurang
baik dikarenakan dari siswa itu sendiri yaitu:
1) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru
peneliti.
3) Siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran dan diskusi.
e. Rekomendasi untuk Siklus I
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dapat direkomendasikan
perbaikan untuk guru peneliti agar tidak terulang pada siklus berikutnya.
Rekomendasi untuk siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan bahasa atau istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh
siswa.
2) Membangun komunikasi yang baik dengan siswa.
3) Memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan.
4) Penggunaan waktu yang efektif dan efisien.
4.3. Pelaksanaan Siklus II
a. Rencana Pembelajaran
1. Membuat silabus
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Membuat skenario pembelajaran
4. Menyiapkan materi pelajaran dan alat peraga.
5. Menyiapkan lembar pengamatan siswa
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran matematika pada siklus II dilaksanakan selama 1 kali