• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 BLITAREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 BLITAREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan aktivitas belajar untuk menambah kompetensi siswa, memecahkan masalah dan membuat keputusan:” (Depdiknas, 2006: 48).

(2)

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami yang ada di sekitar kita secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan sekitar.

Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional. IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sain untuk memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, menulis, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.

(3)

yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk mendorong pengembangan aktifitas, potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis identifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif di dalam kelas.

2. Kegiatan praktikum IPA (Sumber daya alam) jarang dilakukan

3. Siswa kurang memahami arti sumber daya alam.

4. Siswa belum tahu manfaat sumber daya alam.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III SD Negeri 2 Blitarejo.

(4)

Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan Tematik Pada Siswa Kelas III Semester Genap SD Negeri Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemecahan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk:

Meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

F. Manfaat Penelitian

Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Siswa : Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar pendidikan IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.

2. Bagi Guru : Menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan/ diterapkan di kelas untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.

(5)

ii

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DENGAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 BLITAREJO KECAMATAN

GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi siswa, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan muridnya, artinyakegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) aktivitas belajar siswa meningkat ?, (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan tematik di kelas III SD Negeri 2 Blitarejo ?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan tematik.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian/pengamatan dan refleksi. Untuk pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes.

Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan pendekatan tematik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas III SD Negeri 2 Blitarejo. Pada siklus pertama aktivitas siswa rata kurang aktif (51,60%) dan hasil belajar siswa berkategori kurang dengan persentase 58,63%. Dan pada siklus kedua aktivitas siswa rata cukup aktif (63.14%) dan hasil belajar siswa dari 24 siswa yang berkategori baik adalah 11 siswa (45,83%), berkategori cukup baik 9 siswa (37,5%), dan berkategori kurang baik hanya 4 siswa (16,66%). Jadi penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa kelas III pada siklus II dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kewajiban dari semua pelajar juga mahasiswa, karena

dengan belajar seseorang dapat merubah perilaku dari akibat belajar

tersebut. Belajar juga dapat merubah perilaku seseorang yang baru sebagai

hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut teori Gestalt dalam Slameto (2008: 9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 59) bahwa: “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat diartikan/didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sedangkan Rochman Nata Wijaya (2005: 36) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari”.

Dari pengertian ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Perubahan

tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah

(7)

situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu

tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com.November.2011)

Selanjutnya pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs

dalam Slameto (2008: 9).

Dari pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah

usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu

dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang

relative lama dan karena adanya usaha. Kegiatan belajar mengajar adalah

satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah

kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang

dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

2.1.1. Pengertian aktivitas belajar

(8)

pembelajaran untuk mencapai tujuan atau yang dicita-citakan (Nasution,

2004: 88). Sedangkan menurut Sardiman bahwa aktifitas belajar adalah

kegiatan yang bersifat fisik atau mental dalam usaha memenuhi kebutuhan

yang telah dirtencanakan (2007: 95). Selanjutnya “Kegiatan belajar/

aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar,

peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari

lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta

didik ”(Sudjana,2005:105)

Dari kedua pendapat ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

aktifitas belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

seseoarang/siswa dan diikuti dengan pikiran kerja untuik memenuhi

kebutuhan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya yang meliputi

enam unsur yaitu: tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat

kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami

situasi, dan pola respons peserta didik.

2.1.2. Beberapa Aktivitas Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 132) bahwa aktivitas

belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mendengarkan

Situasi seperti ini memberikan kesempatan seseorang dalam belajar.

Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini tergantung ada

tidaknya kebutuhan, motivasi, dan aktivitas seseorang. Dengan adanya

(9)

mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.

Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi

perkembangan pribadi seseorang.

b. Memandang

Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk

belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita

pandang. Akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita

adalah belajar. Meskipun kita tertuju pada suatu objek visual, apabila

dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu

untuk mencapai tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk

belajar.

c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap

Meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah aktifitas sensoris seperti

halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang

dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan stimuli yang memberikan

kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktifitas meraba, aktifitas

membau, aktifitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila

aktifitas-aktifitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan

dengan menggunaka set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah

laku.

d. Menulis atau Mencatat

Setiap akktifitas pengindraan kita yang bertujuan akan memberikan

(10)

merupakan material untuk maksud-maksud belajar selanjutnya.

Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu

orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan set

tertentu catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan.

e. Membaca

Belajar memerlukan set membaca, untuk keperluan belajar harus pula

menunjukkan set belajar. Membaca dengan set misalnya dengan melalui

memperhatikan judul-judul Bab, topik-topik utama dengan berorientasi

kepada kebutuhan dan tujuan.

f. Mengingat

Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk

sebagai aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta

kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk

aktifitas belajar, apalagi jika megingat itu berhubunga dengan

aktivitas-aktifitas belajar lainnya.

g. Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu

tentang hubunga antar sesuatu.

h. Latihan dan Praktik

Latihan dan praktik adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang

melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan

(11)

aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau praktik sesuatu tentunya

menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya

terarah kepada suatu tujuan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,

2006: 137).

2.1.3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala

sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan

anak. Secara lebih rinci tugas guru adalah:

- Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

- Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai.

- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,

dan penyesuaian diri. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana

belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk

belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan (Abu Ahmadi, 2006: 105).

Menurut Djumiran dkk (2009: 15) bahwa tugas guru dalam proses belajar

adalah:

a. Mendidik, yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai pada

(12)

b. Mengajar, yang mengarah pada perkembangan aspek intelektual

(kognitif) peserta didik.

c. Melatih, yang mengarah pada penguasaan ketrampilan/skill baik

keterampilan fisik maupun intelektual.

d. Membimbing, yang mengarah pada pemberian bantuan kepada peserta

didik yang mengalami hambatan dalam perkembangannya.

e. Mengarahkan, yaitu pemberian petunjuk supaya peseta didik dapat

mengambil keputusan.

f. Menilai, yaitu membuat pertimbangan dan keputusan berdasarkan

informasi yang tersedia. Pelaksanaan tugas menilai diawali dengan

pembuatan alat-alat penilaian yang akan digunakan. Alat-alat itu berupa

tes atau nontes

2.2. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

2.2.1. Pengertian pembelajaran Cooperative Learning STAD

Menurut Slavin dalam buku Isjoni (2009: 74) “pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) Student Teams Achievement Division (STAD)

adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas

dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa

belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning

Student Teams Achievement Division (STAD) dapat diterapkan untuk

(13)

pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat (sharing

ideal), Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan

soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif

sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling

tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.

2.2.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Cooperative Learning STAD

Menurut Nur dalam Yatim Riyanto (2008: 3) pembelajaran yang

menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan

materi belajarnya.

b) Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Student Teams Achievement Division

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model

atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik

untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam

kelas, STAD juga merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang

(14)

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen

(campuran prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan kepada anggota-anggota

yang lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5) Memberikan evaluasi/penilaian

6) Kesimpulan (Yatim Riyanto, 2008: 272).

2.2.4. Kelebihan Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu:

a) Meningkatkan harga diri tiap individu

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.

c) Konflik antar pribadi berkurang

d) Sikap apatis berkurang

e) Pemahaman yang lebih mendalam

f) Retensi atau penyimpanan lebih lama

g) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

h) Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)

(15)

j) Menambah motivasi dan percaya diri

k) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi

teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

2.2.5. Kelemahan Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu:

a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini

dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran

dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di

tempat yang terbuka.

b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang

lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain

dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa

minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning

bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan

psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota

kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang

diberikan kepada kelompok.

c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan

kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama

dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan

(16)

d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara

adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota

kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya

dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

Sumber : http://yusti-arini.blogspot.com/2011/03/model-pembelajarankooperatif.html

2.2.6. Pendekatan Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan

tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata

pelajaran. Sebagai contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika,

kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari

bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik

menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan

kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan

dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari

seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara

produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa

ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik

menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk

itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman

belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan

(17)

melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di

sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai

kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang

cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran

maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran

jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada

pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan

antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika

dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik

tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran

untuk pembuatan keputusan (Sanjaya, 2006:57).

2.2.7. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang

dihadapinya. Penulis meneliti model pembelajaran yaitu STAD yang

merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif

yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan

(18)

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan

siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Untuk meningkatkan

aktiviatas belajar IPA (pokok bahasan Sumber Daya Alam) sangat dipengaruhi

dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang memungkinkan siswa

untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara

penuh dalam suasana yang terbuka dan demokratis.

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian

2.2.8. Hipotesis

Berdasarkan materi yang telah penulis sajikan maka hipotesis pada penelitian

ini adalah “Jika model pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan pendekatan Tematik diterapkan maka dapat meningkatan

aktivitas siswa dalam pambelajaran IPA pada kelas III semester I SD Negeri 2

Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011” Model

Pembelajaran STAD

Aktivitas belajar siswa

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian

3.1.1. Waktu peneltian:

Penelitia tindakan kelas ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 selama 2 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011.

3.1.2. Tempat penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

3.1.3. Permasalahan penelitian:

Aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran IPA pada materi penelitian Sumber Daya Alam berlangsung.

3.2. Subjek Penelitian:

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3.3. Prosedur Penelitian

(20)

terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Langkah-langkah dalam PTK adalah sebagai berikut:

Siklus I

3.3.1. Tahap Perencanaan:

a. Menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Membentuk kelompok belajar. d. Menyiapkan alat tes (essay).

e. Menetapkan cara observasi untuk siswa dan guru.

3.3.2. Tahap Pelaksanaan:

Materi pembelajaran pada siklus I adalah Sumber Daya Alam dilaksanakan 2 X 35 menit (1 kali pertemuan)

a. Kegiatan awal:

Mengerjakan tes awal, melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi pelajaran yang dibahas.

b. Kegiatan inti:

1) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran yang akan dibahas.

2) Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat tentang masalah yang diajukan.

(21)

c. Kegiatan akhir:

Guru memberi bimbingan kepada siswa kesempatan untuk menentukan langkah mana yang dapat diambil kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari

3.3.3. Pengamatan dan penilaian:

Pada tahap ini menggunakan lembar pengamatan, yaitu sebagai berikut:

Lembar pengamatan: digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA pada setiap siklus. Pengamatan ini dilakukan oleh guru (peneliti) pada proses pembelajaran pada setiap siklus. Hasil dari lembar pengamatan kemudian dimasukkan ke dalam rekapitulasi untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun format rekapitulasi aktivitas belajar siswa terlampir.

3.3.4. Refleksi

Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan dan penilaian. Dari hasil refleksi penelitian yang telah penulis lakukan dari siklus 1, dan siklus 2 kemudian dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division (STAD) dan untuk menentukan apakah penelitian ini

(22)

Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I mata pelajaran IPA dengan materi pokok Sumber Daya Alam, apabila aktivitas siswa dianggap sudah berhasil maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.4. Sumber Data Penelitian:

Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan IPA pada setiap siklus pembelajaran akan menggunakan lembar pengamatan , yaitu dengan format sebagai berikut:

Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4 5 1 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang

materi sumber daya alam

2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang

belum jelas mengenai sumber daya alam 3 Menjawab pertanyaan guru yang berkaitan

dengan sumber daya alam

4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan

sekolah

5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui

dan yang tidak dapat diperbarui 6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan

guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya Jumlah skor

Persentase Aktifitas Belajar Siswa

(23)

Pensekoran:

(Burhan Nurgiantoro, 2006: 364)

Tabel 2: Data Rekapitulasi Penilaian Aktifitas dari Siklus I dan II

No. Komponen yang diamati

Siklus

I II

Jum-lah % Jum-lah % 1 Siswa mendengarkan

penjelasan guru tentang materi sumber daya alam

2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai sumber daya alam 3 Menjawab pertanyaan guru

yang berkaitan dengan sumber daya alam

4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan sekolah 5 Ketepatan menyimpulkan

hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui

6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya

Jumlah skor

Persentase Aktifitas Belajar Siswa Sumber: Hasil analisis data penulis

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa,

“Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan

standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik

dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada

pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk

membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri

yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata

Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar

adalah “Mengembangkan aktivitas belajar untuk menambah kompetensi siswa, memecahkan masalah dan membuat keputusan:” (Depdiknas, 2006: 48).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung

pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari

pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa: IPA

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih dalam menerapkannya di dalam

(25)

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami yang ada di sekitar kita secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

lingkungan sekitar.

Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan

Nasional, sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat

Internasional. IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods)

meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sain untuk

memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya

observasi, pengukuran, menulis, merumuskan dan menguji hipotesis,

mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.

Dari hasil prapenelitian yang telah penulis lakukan di SD Negeri 2 Blitarejo

Guru menyadari bahwa pelaksanaann proses pembelajaran IPA selama ini

masih memiliki kelemahan antara lain metode yang digunakan kurang variatif,

sumber, alat, dan media kurang diberdayakan, cara guru mengajar masih

menggunakan pendekatan konvensional seperti caramah, sehingga

membosankan, kurang menarik dan kurang mampu merangsang siswa untuk

terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Data aktivitas belajar IPA pada siswa

kelas III dari 24 siswa, masih terdapat siswa yang kurang aktif 14 siswa (58,33

%) dan siswa yang aktif dalam mengikuti aktivitas belajar di sekolah 10 siswa

(41,66 %). Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas penulis berupaya

untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Student

(26)

yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk mendorong

pengembangan aktifitas, potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis identifikasikan

masalahnya sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif di dalam kelas.

2. Kegiatan praktikum IPA (Sumber daya alam) jarang dilakukan

3. Siswa kurang memahami arti sumber daya alam.

4. Siswa belum tahu manfaat sumber daya alam.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III SD

Negeri 2 Blitarejo.

Pokok permasalahan tersebut lebih lanjut penulis perinci ke dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan

Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) aktivitas

belajar siswa meningkat?, (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran IPA melalui pendekatan tematik di kelas III SD Negeri 2

(27)

Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Aktivitas Belajar

IPA Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan pendekatan Tematik Pada Siswa Kelas III Semester Genap SD

Negeri Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran

2010/2011

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemecahan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang

ingin dicapai adalah untuk:

Meningkatan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dalam pembelajaran IPA melalui Model

PembelajaranStudent Teams Achievement Division(STAD)

F. Manfaat Penelitian

Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Siswa : Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar pendidikan

IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.

2. Bagi Guru : Menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat

digunakan/ diterapkan di kelas untuk meningkatkan

aktifitas siswa dalam belajar IPA di SD Negeri 2 Blitarejo.

3. Bagi Sekolah : Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kewajiban dari semua pelajar juga mahasiswa, karena

dengan belajar seseorang dapat merubah perilaku dari akibat belajar

tersebut. Belajar juga dapat merubah perilaku seseorang yang baru sebagai

hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut teori Gestalt dalam Slameto (2008: 9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 59) bahwa: “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat diartikan/didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

SedangkanRochman Nata Wijaya (2005: 36) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari”.

Dari pengertian ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Perubahan

tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah

(29)

situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu

tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com.November.2011)

Selanjutnya pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs

dalam Slameto (2008: 9).

Dari pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah

usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu

dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang

relative lama dan karena adanya usaha. Kegiatan belajar mengajar adalah

satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah

kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang

dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

2.1.1. Pengertian aktivitas belajar

(30)

pembelajaran untuk mencapai tujuan atau yang dicita-citakan (Nasution,

2004: 88). Sedangkan menurut Sardiman bahwa aktifitas belajar adalah

kegiatan yang bersifat fisik atau mental dalam usaha memenuhi kebutuhan

yang telah dirtencanakan (2007: 95). Selanjutnya “Kegiatan belajar/ aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar,

peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari

lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta

didik ”(Sudjana,2005:105)

Dari kedua pendapat ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

aktifitas belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

seseoarang/siswa dan diikuti dengan pikiran kerja untuik memenuhi

kebutuhan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya yang meliputi

enam unsur yaitu: tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat

kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami

situasi, dan pola respons peserta didik.

2.1.2. Beberapa Aktivitas Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2006: 132) bahwa aktivitas

belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mendengarkan

Situasi seperti ini memberikan kesempatan seseorang dalam belajar.

Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini tergantung ada

tidaknya kebutuhan, motivasi, dan aktivitas seseorang. Dengan adanya

(31)

mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.

Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi

perkembangan pribadi seseorang.

b. Memandang

Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk

belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita

pandang. Akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita

adalah belajar. Meskipun kita tertuju pada suatu objek visual, apabila

dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu

untuk mencapai tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk

belajar.

c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap

Meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah aktifitas sensoris seperti

halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang

dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan stimuli yang memberikan

kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktifitas meraba, aktifitas

membau, aktifitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila

aktifitas-aktifitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan

dengan menggunaka set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah

laku.

d. Menulis atau Mencatat

Setiap akktifitas pengindraan kita yang bertujuan akan memberikan

(32)

merupakan material untuk maksud-maksud belajar selanjutnya.

Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu

orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan set

tertentu catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan.

e. Membaca

Belajar memerlukan set membaca, untuk keperluan belajar harus pula

menunjukkan set belajar. Membaca dengan set misalnya dengan melalui

memperhatikan judul-judul Bab, topik-topik utama dengan berorientasi

kepada kebutuhan dan tujuan.

f. Mengingat

Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk

sebagai aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta

kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk

aktifitas belajar, apalagi jika megingat itu berhubunga dengan

aktivitas-aktifitas belajar lainnya.

g. Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu

tentang hubunga antar sesuatu.

h. Latihan dan Praktik

Latihan dan praktik adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang

melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan

(33)

aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau praktik sesuatu tentunya

menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya

terarah kepada suatu tujuan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,

2006: 137).

2.1.3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala

sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan

anak. Secara lebih rinci tugas guru adalah:

- Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

- Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai.

- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,

dan penyesuaian diri. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana

belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk

belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan (Abu Ahmadi, 2006: 105).

Menurut Djumiran dkk (2009: 15) bahwa tugas guru dalam proses belajar

adalah:

a. Mendidik, yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai pada

(34)

b. Mengajar, yang mengarah pada perkembangan aspek intelektual

(kognitif) peserta didik.

c. Melatih, yang mengarah pada penguasaan ketrampilan/skill baik

keterampilan fisik maupun intelektual.

d. Membimbing, yang mengarah pada pemberian bantuan kepada peserta

didik yang mengalami hambatan dalam perkembangannya.

e. Mengarahkan, yaitu pemberian petunjuk supaya peseta didik dapat

mengambil keputusan.

f. Menilai, yaitu membuat pertimbangan dan keputusan berdasarkan

informasi yang tersedia. Pelaksanaan tugas menilai diawali dengan

pembuatan alat-alat penilaian yang akan digunakan. Alat-alat itu berupa

tes atau nontes

2.2. Model PembelajaranStudent Teams Achievement Division(STAD) 2.2.1. Pengertian pembelajaran Cooperative Learning STAD

Menurut Slavin dalam buku Isjoni (2009: 74) “pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) Student Teams Achievement Division (STAD)

adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas

dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa

belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning

Student Teams Achievement Division (STAD) dapat diterapkan untuk

(35)

pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat (sharing

ideal), Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan

soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif

sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling

tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.

2.2.2. Ciri-Ciri Model PembelajaranCooperative LearningSTAD

Menurut Nur dalam Yatim Riyanto (2008: 3) pembelajaran yang

menggunakan modelcooperative learningpada umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan

materi belajarnya.

b) Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.2.3. Langkah-Langkah PembelajaranStudent Teams Achievement Division

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model

atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik

untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam

kelas, STAD juga merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang

(36)

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen

(campuran prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan kepada anggota-anggota

yang lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5) Memberikan evaluasi/penilaian

6) Kesimpulan (Yatim Riyanto, 2008: 272).

2.2.4. KelebihanStudent Teams Achievement Division(STAD) yaitu:

a) Meningkatkan harga diri tiap individu

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.

c) Konflik antar pribadi berkurang

d) Sikap apatis berkurang

e) Pemahaman yang lebih mendalam

f) Retensi atau penyimpanan lebih lama

g) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

h) Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)

(37)

j) Menambah motivasi dan percaya diri

k) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi

teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

2.2.5. KelemahanStudent Teams Achievement Division(STAD) yaitu:

a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini

dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran

dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di

tempat yang terbuka.

b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang

lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain

dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa

minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning

bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan

psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota

kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang

diberikan kepada kelompok.

c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan

kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama

dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan

(38)

d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara

adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota

kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya

dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

Sumber : http://yusti-arini.blogspot.com/2011/03/model-pembelajarankooperatif.html

2.2.6. Pendekatan Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan

tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata

pelajaran. Sebagai contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika,

kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari

bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik

menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan

kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan

dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari

seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara

produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa

ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik

menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk

itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman

belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan

(39)

melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di

sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai

kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang

cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran

maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran

jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada

pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan

antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika

dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik

tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran

untuk pembuatan keputusan (Sanjaya, 2006:57).

2.2.7. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam menghadapi tugas yang

dihadapinya. Penulis meneliti model pembelajaran yaitu STAD yang

merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif

yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan

(40)

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan

siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Untuk meningkatkan

aktiviatas belajar IPA (pokok bahasan Sumber Daya Alam) sangat dipengaruhi

dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang memungkinkan siswa

untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara

penuh dalam suasana yang terbuka dan demokratis.

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian

2.2.8. Hipotesis

Berdasarkan materi yang telah penulis sajikan maka hipotesis pada penelitian

ini adalah “Jika model pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan pendekatan Tematik diterapkan maka dapat meningkatan

aktivitas siswa dalam pambelajaran IPA pada kelas III semester I SD Negeri 2

Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011” Model

Pembelajaran STAD

Aktivitas belajar siswa

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian 3.1.1. Waktu peneltian:

Penelitia tindakan kelas ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran

2010/2011 selama 2 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan

Maret 2011.

3.1.2. Tempat penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Blitarejo Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

3.1.3. Permasalahan penelitian:

Aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran IPA pada materi

penelitian Sumber Daya Alam berlangsung.

3.2. Subjek Penelitian:

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2

Blitarejo Tahun Pelajaran 2010/2011, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 11

siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3.3. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan motode

penelitian tindakan kelas. Prosedur peneltian ini akan dilakukan melalui 2 (dua)

(42)

terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

Langkah-langkah dalam PTK adalah sebagai berikut: Siklus I

3.3.1. Tahap Perencanaan:

a. Menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Membentuk kelompok belajar.

d. Menyiapkan alat tes (essay).

e. Menetapkan cara observasi untuk siswa dan guru.

3.3.2. Tahap Pelaksanaan:

Materi pembelajaran pada siklus I adalah Sumber Daya Alam dilaksanakan

2 X 35 menit (1 kali pertemuan)

a. Kegiatan awal:

Mengerjakan tes awal, melakukan tanya jawab dengan guru mengenai

materi pelajaran yang dibahas.

b. Kegiatan inti:

1) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang pokok-pokok materi

pelajaran yang akan dibahas.

2) Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat

tentang masalah yang diajukan.

3) Guru mengamati setiap kelompok dalam mendiskusikan untuk

(43)

c. Kegiatan akhir:

Guru memberi bimbingan kepada siswa kesempatan untuk menentukan

langkah mana yang dapat diambil kesimpulan terhadap materi yang

telah dipelajari

3.3.3. Pengamatan dan penilaian:

Pada tahap ini menggunakan lembar pengamatan, yaitu sebagai berikut:

Lembar pengamatan: digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran IPA pada setiap siklus. Pengamatan ini

dilakukan oleh guru (peneliti) pada proses pembelajaran pada setiap siklus.

Hasil dari lembar pengamatan kemudian dimasukkan ke dalam rekapitulasi

untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa melalui model

pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement Division

(STAD). Adapun format rekapitulasi aktivitas belajar siswa terlampir.

3.3.4. Refleksi

Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil

pengamatan dan penilaian. Dari hasil refleksi penelitian yang telah penulis

lakukan dari siklus 1, dan siklus 2 kemudian dijadikan acuan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan dalam pembelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams

Achievement Division(STAD) dan untuk menentukan apakah penelitian ini

(44)

Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini untuk

memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I mata pelajaran IPA dengan

materi pokok Sumber Daya Alam, apabila aktivitas siswa dianggap sudah

berhasil maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.4. Sumber Data Penelitian:

Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan IPA pada setiap

siklus pembelajaran akan menggunakan lembar pengamatan , yaitu dengan

format sebagai berikut:

Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek yang dinilai

Skor

1 2 3 4 5

1 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi sumber daya alam

2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai sumber daya alam

3 Menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan sumber daya alam

4 Mendmontrasikan dan menunjukkan contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan sekolah

5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui

6 Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan guru tentang hasil kerja dalam kelompoknya

Jumlah skor

Persentase Aktifitas Belajar Siswa

Keterangan: sangat tidak aktif, (2) tidak aktif, (3) kurang aktif,(4) aktif, (5)

(45)

Pensekoran:

Tabel 2: Data Rekapitulasi Penilaian Aktifitas dari Siklus I dan II

No. Komponen yang diamati

2 Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas daya alam yang ada di lingkungan sekolah

5 Ketepatan menyimpulkan hasil percobaan tentang sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak

Sumber: Hasil analisis data penulis

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SDN 2 Blitarejo Kecamatan Gading Rejo

Kabupaten Pringsewu. Penelitian tindakan kelas ini melalui dua siklus. Tiap

siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA

menggunakan alat peraga dengan pendekatan tematik. Selengkapnya dapat

dijelaskan dalam uraian di bawah ini:

4.2. Pelaksanaan Siklus I

a. Rencana Pembelajaran

1. Membuat silabus

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

3. Membuat skenario pembelajaran

4. Menyiapkan materi pelajaran dan alat peraga.

5. Menyiapkan lembar pengamatan siswa

b. Pelaksanaan

Pembelajaran IPA pada siklus I dilaksanakan selama 1 kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Desember 2011,

pertemuan kedua pada hari Sabtu, 3 Desember 2011. pertemuan pertama

(47)

pada siklus pertama ini diawali dengan pembagian siswa ke dalam suatu

kelompok belajar. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok belajar dimana setiap

kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru peneliti memulai pembelajaran

dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yaitu

sumber daya alam untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Guru

menjelaskan tiap akhir sub materi akan diadakan uji evaluasi siklus.

Selain itu guru memberikan informasi bahwa segala aktivitas siswa

didalam kelas akan dinilai melalui lembar penilaian observasi aktivitas

siswa.

Guru menjelaskan materi mengenai sumber daya alam dengan

menggunakan alat peraga. Setelah penjelasan materi telah selesai guru

memberikan LKS untuk siswa diskusikan dan diselesaikan. Setiap siswa

tiap melaksanakan tugas LKS disertai dengan diskusi tentang alat atau

penerapan menggunakan alat peraga. Setelah LKS diisi semua tiap

kelompok mempresentasikan hasilnya dan menjelaskan dengan gambar

atau alat peraga. Pada pertemuan kedua guru memberikan tanya jawab

dengan bahan materi-materi dipertemuan sebelumnya. Setelah selesai, tes

evaluasi belajar siklus I diberikan kepada siswa.

b. Hasil Oberservasi Aktivitas Siswa

Aktivitas pembelajaran siswa menggunakan alat peraga, untuk siklus I

masih di bawah rata-rata penilaian aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat

dari hasil analisis aktivitas belajar melalui tabel berikut ini.

(48)

1. Visual activity meliputi: berbicara, bertanya jawab

2. Oral activity meliputi: disiplin kerja, menyimak, mengemukakan

pendapat.

3. Listening activity meliputi: mendengarkan, memperhatikan,

mengamati.

4. Mental activity meliputi: menanggapi, memecahkan masalah dengan

baik.

Tabel 2. Data aktivitas siswa setiap aspek pada siklus I

No Aspek yang

Diamati Frekuensi Nilai (%) Kategori

A Visual activities 13 54,16 Kurang aktif

B Oral activities 12 50,00 Kurang aktif

C Listening activities 14 58,33 Kurang aktif

D Mental activities 9 37,5 Sangat Kurang

aktif

Rata-rata 24 49,99 Kurang aktif

Selengkapnya dapat dilihat pada lembar analisis terlampir

Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat dianalisis distribusi aktivitas

siswa dari 24 siswa Visual activities 13 siswa, 54,16%, kategori Kurang

aktif. Oral activities 12 siswa, 50 %, kategori Kurang aktif. Listening

activities 14 siswa, 58,33%, kategori Kurang aktif. Mental activities 9

siswa, 37,5%, kategori Kurang aktif. Maka dapat diketahui aktivitas siswa

(49)

Tabel 3. Data distribusi aktivitas seluruh siswa pada siklus I

Nilai Aktivitas Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)

≥ 75,6 Aktif 0 0,00

59,4–75,6 Cukup aktif 8 33,33

< 59,4 Kurang aktif 16 66,67

Jumlah 24 100

Selengkapnya hasil analisis dapat dilihat pada lampiran. Dari data

distribusi dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran siklus I menggunakan

alat peraga belum mampu meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini

dikarenakan siswa belum terbiasa pembelajaran dengan alat peraga.

c. Hasil Kemampuan Hasil Belajar Siswa

Hasil kemampuan hasil belajar IPA siswa diujikan menggunakan 5 soal

isian. Hasil belajar siswa dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4. Data Kamampuan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I

Siklus Nilai Hasil

Belajar Kategori

Jumlah

Siswa % Siswa % PHB

I

≥ 66 Baik 3 12,5

41,66

55–66 Cukup baik 7 29,17

< 55 Kurang baik 14 58,33

Keterangan:

Data tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siwa dengan kategori

baik masih rendah, hal ini dari rata-rata persentase belajar siswa hanya

(50)

belajar siswa berkategori kurang baik sangat mendominasi jumlah siswa

yaitu dengan persentase 58,63%.

d. Refleksi Siklus I

berdasarkan hasil analisis akativitas dan hasil analisis belajar siswa

ternyata belum mencapai hasil maksimal. Hasil aktivitas siswa rendah dan

hasil belajar siswapun rendah. Kasus ini menjadi catatan-catatan

kekurangan guru peneliti dalam menerapkan pembelajaran. Faktor-faktor

yang harus guru peneliti perbaiki adalah:

1) Guru peneliti kurang menuntun siswa kedalam diskusi dan presentasi.

2) Guru peneliti masih belum meminimalisir siswa yang tidak fokus

terhadap pembelajaran.

3) Guru peneliti masih membiarkan siswa yang tidak beraktivitas dalam

pembelajaran.

4) Kurangnya tanya jawab antar siswa saat diskusi, ataupun tanya jawab

siswa dengan guru peneliti.

Selain faktor dari guru peneliti pengelolaan pembelajaran masih kurang

baik dikarenakan dari siswa itu sendiri yaitu:

1) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru

peneliti.

(51)

3) Siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran dan diskusi.

e. Rekomendasi untuk Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dapat direkomendasikan

perbaikan untuk guru peneliti agar tidak terulang pada siklus berikutnya.

Rekomendasi untuk siklus II adalah sebagai berikut:

1) Menggunakan bahasa atau istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh

siswa.

2) Membangun komunikasi yang baik dengan siswa.

3) Memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk

bertanya dan menjawab pertanyaan.

4) Penggunaan waktu yang efektif dan efisien.

4.3. Pelaksanaan Siklus II

a. Rencana Pembelajaran

1. Membuat silabus

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

3. Membuat skenario pembelajaran

4. Menyiapkan materi pelajaran dan alat peraga.

5. Menyiapkan lembar pengamatan siswa

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran matematika pada siklus II dilaksanakan selama 1 kali

Gambar

Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1: Aspek Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku menonton acara televisi prime time pada masyarakat Desa Cibanteng termasuk dalam kategori yang tinggi dan memiliki hubungan dengan karakteristik

NO NPSN NAMA LEMBAGA KODE POS ALAMAT KELURAHAN KODE KECAMATAN KODE KAB/KOTA KODE PROVINSI.. 1 LK00001 LP3I

Jenis penilitian yang digunakan penulis untuk memperoleh data adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran

[r]

[r]

Keanekaragaman jenis mamalia di Taman Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung terdapat 46 Spesies, terdiri dari 22 Famili yang

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika pada materi logika melalui media alat