ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh PAIRIN
Berdasarkan observasi awal, atas pembelajaran Matematika bagi siswa kelas V di SD Negeri 5 Metro Timur diperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran matematika, sebanyak 9 siswa atau 30% siswa tuntas dan 21 siswa atau 70% siswa belum tuntas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut. Untuk mengatasi kondisi pembelajaran di atas peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang. Penelitian ini dilakukan pada 30 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuaan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data delakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 5 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 54,8 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 64,3. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 58,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,3. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 70% (21 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (30 siswa).
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
PAIRIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(SKRIPSI)
Oleh
PAIRIN
0913099020
PROGRAM STUDI S-1 PGSD DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan penelitian ... 5
E. Manfaat penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Aktivitas ... 6
B. Belajar... 7
C. Aktivitas Belajar ... 7
D. Hasil Belajar ... 8
E. Pembelajarn Kooperatif ... 9
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12
G. Pengertian Matematika ... 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ... 18
B. Tempat Penelitian ... 18
C. Waktu Penelitian ... 18
D. Teknik Pengumpulan Data ... 19
E. Alat Pengumpul Data ... 19
F. Teknik Analisis Data... 20
G. Prosedur Penelitian ... 22
H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 23
I. Instrumen ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dekripsi Per Siklus ... 34
1. Siklus I ... 34
2. Siklus II ... 42
B. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 36
2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 37
3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 38
4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 42
5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 44
6. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 45
MENGESAHKAN
1.
Tim Penguji
Penguji
: Drs. Muncarno, M.Pd
_____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Alben Ambarita, M.Pd _____________
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si
NIP 19600315 198503 1 003
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
Program Sutdi
Fakultas
:
:
:
:
Pairin
0913099020
S-1 PGSD
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul PTK
: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif
Tipe Jigsaw
Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro
Timur Tahun Pelajaran 2011/2012
Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil tulisan saya
sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah
dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima
sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.
Metro, 25 Juni 2012
Pairin
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW
PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5
METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
Program Sutdi
Fakultas
:
:
:
:
Pairin
0913099020
S-1 PGSD SKGJ
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan
Ilmu Pendidikan FKIP Unila
Pembimbing,
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mulyojati pada
tanggal 15 September 1968, sebagai anak
ketiga dari lima bersaudara, pasangan
Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang
pendidikan yang dialami penulis dimulai
dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan
Bantul diselesaikan pada tahun 1983,
kemudian penulis melanjutkan di SLTP
Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.
Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.
Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1
Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi
kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur
sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5
Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan
kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun
2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mulyojati pada
tanggal 15 September 1968, sebagai anak
ketiga dari lima bersaudara, pasangan
Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang
pendidikan yang dialami penulis dimulai
dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan
Bantul diselesaikan pada tahun 1983,
kemudian penulis melanjutkan di SLTP
Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.
Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.
Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1
Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi
kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur
sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5
Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan
kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun
2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan limpahan rahmag-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Hasil Belajar siswa Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini dapat
disusun berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2.
Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP Universitas Lampung
3.
Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP
Universitas Lampung.
4.
Bapak Drs. Muncarno, M.Pd, selaku Pembimbing dalam proses penyelesaian
Penelitian Tindakan Kelas ini.
5.
Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku penguji dalam proses penyelesaian
Penelitian Tindakan Kelas ini.
6.
Ibu Yuliana, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri 5 Metro Timur dan seluruh
7.
Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih
terdapat kekurangan baik dari segi susunan dan penulisan, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
dalam penulisan ilmiah lainnya.
Metro, Juni 2012
Penulis
Pairin
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata
pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan
berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang
pengajaran diantaranya Matematika. Perhitungan dan proses berpikir
Matematika biasanya diperlukan orang dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan. Oleh karena itu pengajaran Matematika sekolah dimasa yang
akan datang diupayakan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan
Matematika
2
guru karena guru belum dapat melakukan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, (4) Guru masih bersifat dominan dalam proses pembelajaran.
Dari permasalahan guru di atas, dalam pembelajaran guru kurang
optimal dan masih berpusat pada guru, dimana guru harus menjelaskan materi
pelajaran, memberi contoh soal, membahas soal-soal latihan dan aplikasinya,
hal ini yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan
metode seperti ini, hanya siswa yang mempunyai minat belajar tinggi saja
yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang mempunyai
minat belajar rendah cenderung tidak serius dalam mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika, perlu ditemukan model pembelajaran yang tepat.
Hal yang perlu diperbaiki dalam permasalahan ini adalah model
pembelajaran guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas
dan Aktivitas Hasil belajar siswa meningkat lebih baik. Diharapkan dengan
pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pembelajaran dapat
berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. .
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD
Negeri 5 Metro Timur tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh data bahwa
dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang
belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai
59. Sementara itu dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM,
diperoleh hasil bahwa dari 30 siswa hanya 9 siswa (30%) yang telah
3
mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa
yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang
disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa
kurang terlihat.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dikarenakan pola mengajar
yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Kemudian guru lebih
sering terpaku pada buku serta penyajian materi yang bersifat naratif dan
tidak memperhatikan efisiensi waktunya sehingga membuat siswa jenuh dan
tidak dapat fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Terlebih
lagi guru belum menggunakan media yang menunjang proses pembelajaran.
Solusi untuk menanggulangi masalah tersebut, guru harus bisa
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 118) mengemukakan
bahwa untuk mencapai hasil yang optimum dari proses pembelajaran, salah
satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya pula media yang
bersifat langsung dalam bentuk objek nyata atau realia. Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu sarana guna menunjang
perbaikan proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar
(Solihatin & Raharjo, 2007: 27).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian
tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
4
Pada Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun
Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi permasalahan
yang ada sebagai berikut:
1. Guru tidak menggunakan alat peraga yang kurang sesuai dengan materi
pembelajaran yang diajarkan.
2. Metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi pelajaran
dimana hanya menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab.
3. Kurangnya aktivitas siswa yang mendukung pembelajaran
4. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?”
2. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas
5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan
penelitian adalah:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
kelas V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe
jigsaw.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas
V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe jigsaw.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.
b. Dapat eningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.
2. Bagi Guru, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
3. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aktivitas
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa
aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan
bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya
hasil-hasil tertentu. Menurut Sriyono (Yasa, http://ipotes.wordpress.com,
2008) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani.
Menurut Junaidi (dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com)
berpendapat bahwa aktivitas adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas
secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya
tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk
tujuan tertentu. Sehingga melalui aktivitas tersebut seseorang dapat
7
B. Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan
lain-lain (Fajar, 2009: 10). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar
adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman
baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.
Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan
baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar
adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut
dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut
meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan,
dkk., 2007: 2).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan
seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan,
sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya.
C. Aktivitas Belajar
Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar
dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala
kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses
8
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar
kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Sriyono (http://susilofy.wordpress.com, 2010) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisMatematikasi, minat,
perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan
secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa
mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
D. Hasil Belajar
Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sudjana dalam
Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto (Nashar, 2004: 79)
9
oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang
ditetapkan.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil
belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman
belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang
dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh
guru kepada siswa.
E. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama (Hasan dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Belajar
kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut (Johnson dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai 6 orang, dengan anggota kelompoknya yang bersifat heterogen.
Dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok (Slavin dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).
Cooperative learning memilki beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ahli pendidikan. Cohen (dalam Asma 2006: 11), mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai berikut, cooperative learning will be defined
10
particMatematikate on a collective task that has been clearly assign.
Moreover, student are expected to carry out their task without direct and
immediate supervision of the teacher. Definisi ini menunjukkan ciri sosiologis
yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan
bersama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada
peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing peserta
didik menyelesaikan materi dan tugas. Davidson dan Kroll (dalam Asma 2006:
11), mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di
lingkungan belajar peserta didik dalam kelompok kecil yang saling berbagi
ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang
ada dalam tugas mereka.
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooperative learning menekankan
kerjasama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh
pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu
konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Kegiatan peserta didik dalam belajar cooperative learning antara lain
mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam
kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong
teman kelompoknya untuk berpartisMatematikasi secara aktif, dan berdiskusi
(Asma, 2006: 11-12).
Selanjutnya, Asma (2006: 12) memaparkan bahwa cooperative learning
11
pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan cooperative learning
setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar peserta didik
aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning),
pembelajaran partisMatematikatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan
pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).
Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah. Beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin semua peserta didik bekerja secara kooperatif, yaitu : (1) para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok, (3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok tersebut harus saling berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dan (4) peserta didik yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik mempunyai akibat langsung terhadap keberhasilan kelompok (Tim MKPBM UPI, 2001: 218).
Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe
diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games
Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI),
Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12).
Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa cooperative
learning adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik
dalam kelompok, meliputi interaksi dengan teman kelompoknya,
partisMatematikasi dalam menjawab pertanyaan diskusi, partisMatematikasi
12
keberhasilan kelompok, sebagai pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan
secara sistematis.
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Cooperative learning tipe Jigsaw)
Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajarn kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana
peserta didik telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni,
2009: 54).
Dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat semua
kegiatan kelas, sedangkan di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru
tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan di kelas,
tetapi peserta didik yang menjadi pusat kegiatan di kelas. Dalam model ini
guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta
didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta
membuat peserta didik merasa senang melakukan diskusi materi matematika
dalam kelompoknya. Karena motivasi teman sebaya dapat digunakan secara
efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif peserta didik
maupun pertumbuhan efektif peserta didik (Isjoni, 2009: 57).
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim
yang bersifat heterogen. Peserta didik diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk
13
yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika
membaca. Kemudian peserta didik dari tim-tim berbeda dengan topik sama
bertemu dalam “kelompok pakar” atau “kelompok ahli” untuk mendiskusikan
topik mereka. Para pakar tersebut kembali ke tim mereka masing-masing lalu
bergantian mengajar teman-teman dalam tim tentang topik mereka. Akhirnya,
para peserta didik membuat assesmen yang mencakup semua topik dan skor
kuis individu menjadi skor tim (Asma, 2006: 72).
Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing
kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat
bekerja sama secara efektif, karena ukuran suatu kelompok mempengaruhi
produktivitas, hal ini juga dikarenakan apabila jumlah anggota dalam satu
kelompok makin besar dapat mengakibatkan makin kurangnya efektif kerja
sama antar para anggota (Soejadi dalam Isjoni, 2009: 55).
Edward (dalam Isjoni, 2009: 55), berpendapat bahwa kelompok yang
terdiri dari 4 (empat) orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana,
mengemukakan bahwa beberapa peserta didik yang dihimpun dalam satu
kelompok dapat terdiri dari 4 sampai 6 orang peserta didik, hal ini didukung
oleh hasil penelitian Slavin. Hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan
4 sampai 6 orang, lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 4 orang.
Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini
yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. pada model
14
I I
A I I
II II
B II II
III III
C III III
IV IV
D IV IV I II
III IV I II
III IV
kelompok ahli. Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
BAGAN I.
Hubungan yang terjadi antara Kelompok asal dan Kelompok ahli
Keterangan :
1. Kelompok Asal ( 1, 2, 3, 4 )
2. Kelompok Ahli (A, B, C, D )
Penjelasan :
Masing–masing anggota asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli
untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam
kelompok ahli, siswa kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada
teman sekelompoknya. Dalam hal ini pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, I II
III IV
I II
III IV
1
2
15
tetapi juga untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap kelompok
Ainy dalam (Azizah, 2006: 22).
Adapun kelebihan dan kelemahan dari cooperative learning tipe Jigsaw
adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a)
Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta
didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda. (b) Menerapkan
bimbingan sesama teman. (c) Rasa harga diri peserta didik yang lebih
tinggi. (d) Memperbaiki kehadiran. (f) Penerimaan terhadap perbedaan
individu lebih besar. (g) Sikap apatis berkurang. (h) Pemahaman materi
lebih mendalam. (i) Meningkatkan motivasi belajar.
2) Kelemahan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a)
Jika guru tidak mengingatkan agar peserta didik selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing
maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. (b)
Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal
jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas
dan pasif dalam diskusi, (c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi
bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu
untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang berupa
kelompok-kelompok kecil dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4
16
penguasaan bagian dari materi kemudian mengajarkan bagian tersebut
kepada kelompok asalnya.
G. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang
berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning”
(pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan
sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti
ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM
UPI (2001: 17), jadi berdasarkan asal katanya, maka Matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau nalar (Erna, Tiurlina,
2006: 3). Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan
deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman
keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu
melalui deduksi.
Matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan
geometri. (James dan James dalam Tim MKPBM UPI, 2001: 17).
Russefendi dalam Erna, Tiurlina (2006: 4), menyatakan bahwa
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan.
Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil
setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah
17
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir
(bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 5
Metro Timur dengan jumlah siswa 30 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa
laki-laki dan 18 siswa perempuan.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 5 Metro Timur
Kecamatan Metro Timur Kota Metro tahun pelajaran 2011/2012.
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Waktu untuk
melakukan tindakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012,
19
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar
siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan
soal tes.
2. Teknik Non Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat
mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati
kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan lembar observasi.
E. Alat Pengumpul Data
1. Lembar panduan observasi
Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran Matematika dengan cooperative learning tipe jigsaw.
2. Tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil
belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang
20
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis
data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan
secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian,
yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa dan interaksi pembelajaran,
sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang
menunjukkan dinamika prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri
atas:
a. Data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh
berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan
pembelajaran. Persentase aktivitas belajar siswa dapat diperoleh dengan
rumus:
N = X 100%
Keterangan :
N : nilai yang diharapkan
S : Jumlah skor/item yang dijawab benar R : Skor maksimum dari tes
Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)
S
21
2. Analisis Kuantitatif.
akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil
penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan
menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus
sebagai berikut:
a. Ketuntasan Individual
S = R X 100 N
Keterangan :
S : nilai yang diharapkan
R : Jumlah skor / item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes
b. Ketuntasan klasikal
S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah seluruh siswa
Keterangan :
Ketuntasan individual: jika siswa mencapai ketuntasan > 65%
Ketuntasan klasikal: jika > 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65%
(Sumber: Adaptasi Purwanto 2008:12)
3. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Peningkatan aktivitas siswa berdasarkan indikator dari skor total nilai
dari lembar observasi aktivitas siswa yang meningkat pada akhir siklus
22
b. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan persentase jumlah siswa
yang berhasil melampaui KKM 60 dengan tingkat keberhasilan siswa
secara klasikal mencapai > 65%
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian
yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus,
setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi (Sunyono, 2009: 11). Kegiatan pertama penelitian
didahului dengan menemukan masalah dan upaya mencari solusi yang berupa
perencanaan perbaikan, dilanjutkan dengan observasi kemudian refleksi
melalui diskusi antar mahasiswa dengan guru kelas sehingga menghasilkan
rencana perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Siklus dalam penelitian ini
23
Gambar 3.1
Siklus Tindakan dalam Penelitian
(Dikutip dari Sunyono , 2009: 24)
H. Urutan penelitian tindakan kelas
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan
pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas
sebagai tindakan.
2) Mengambil data hasil ujian semester Matematika kelas V semester
ganjil yang digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok dan
skor awal. Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi
Observasi
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
24
3) Menyiapkan silabus Matematika untuk menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan
model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang
telah ditetapkan
5) Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik
sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.
6) Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran.
7) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas
belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.
8) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama
pembelajaran.
9) Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta
didik.
10) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
b. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses
belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe
Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru menyampaikan penjelasan tentang
25
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal
ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Tahap Pendahuluan
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota
kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan
kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap
peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:
a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi
tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima
materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti
hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum
bertanya kepada guru.
b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam
kelompok asalnya masing-masing.
3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal.
4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.
5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan
kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk
pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan
26
b) Tahap Penguasaan
1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi
yang disampaikan guru.
2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar
untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.
3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan
motivator.
c) Tahap Penularan
1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan
materi yang dimiliki (menularkan dn menerima materi dari tiap ahli).
2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan
lembar kerja kelompok (LKK).
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh
wakil kelompok.
4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran
ketercapaian.
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan
merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw.
27
d) Tahap Penutup
1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok
(LKK).
2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari
terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan.
3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
4) Guru memberikan penghargaan kelompok.
5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah
dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/dimengerti.
6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan
tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar
observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja
guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan
lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah
observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.
Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh
kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang
telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik,
28
pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan
dilaksanakan.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta
pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini
dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru
pada siklus-siklus berikutnya.
Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan
yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal. Refleksi dibuat
melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil
dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan
ulang. Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada
siklus I, termasuk pada pembentukan kelompok. Hal ini disebabkan karena
efektivitas kerja kelompok yang telah dibentuk hasil efektif dan tidak ada
keluhan peserta didik terhadap kelompoknya, hanya saja materi disesuaikan
pada siklus II. Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan
pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai
29
2. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) menggunakan model
cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah
ditetapkan.
3. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai
bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.
4. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.
5. Menyiapkan lembar instrumen observasi aktivitas belajar peserta didik
ketika pembelajaran berlangsung.
6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama
embelajaran.
7. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta
didik.
b. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses
belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw,
dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelum menampilkan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
sebagai tindakan apersepsi agar peserta didik lebih terarah dalam
pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada
30
a) Tahap Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang cooperative learning tipe
Jigsaw.
2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota
kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan
kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap
peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:
a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberi tahu
temannya yang sulit menerima materi, sedangkan anggota kelompok
yang masih kurang paham bertanya kepada yang sudah mengerti.
b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam
kelompok asalnya.
3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal.
4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.
5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan
kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk
pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan
kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:
b)Tahap Penguasaan
1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi
31
2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar
untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.
3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan
motivator.
c) Tahap Penularan
1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan
materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari peserta didik
lain/ para ahli dalam kelompok asalnya).
2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan
lembar kerja kelompok (LKK).
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil
kelompok.
4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran
ketercapaian.
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan
merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw.
Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:
d)Tahap Penutup
1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK).
2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari
32
3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
4) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah
dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/ dimengerti.
5) Guru memberikan penghargaan kelompok.
6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran
d. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan
tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar
observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja
guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan
lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah
observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.
Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh
kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang
telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik,
cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses
pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan
33
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta
pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini
dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran
baru pada siklus-siklus berikutnya.
Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru,
perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui
observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan
tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.
I. Instrumen
Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan
instrumen yaitu:
a) Lembar observasi aktivitas untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran
b) Lembar tes yang berfungsi untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa.
J. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dikatakan berhasil apabila:
a. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya,
dengan ≥ 75% siswa aktif
b. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini
adalah:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang
ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktifitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 54,8 dan
pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 64,3.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,78
52
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan
kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:
1. Bagi siswa, harus selalu menjaga kekompkan di dalam kelas dan
kelompoknya serta mampu menjalin kerja sama yang baik dalam proses
belajar mengajar, senantiasa aktif dalam pembelajaran.
2. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
guru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih
bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang
lebih menarik.
4. Bagi Peneliti
a. Penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, yang bervariasi, bukan
satu-satunya model dalam pembelajaran, sehingga perlu kajian metode
lain yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Oleh
karena itu peneliti harus terus mencoba dan melaksanakan serta
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar menerapkan model,
metode, dan teknik pembelajaran yang lebih baik.
b. Peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang
karaktet siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian awal
penelitian. Sehingga pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti telah
27
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, Nahrowi. 2006.
Pemecahan Masalah Matematika
. Universitas Pendidikan
Indonesia ( UPI ). Jakarta.
Ainy, Chusnul. 2000.
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran
Matematika di Sekolah Dasar
. Tesis Pada PPS UNESA Surabaya.
Andayani. 2009.
Pemantapan Kemampuan Profesional
. Jakarta: Universitas
Terbuka
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1998.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Balai Pustaka. Jakarta
Fairuzelsaid.
//http//Fairuzelsaid.Wordpress.com/tag/2011/11/20/Pengertian-Tes/
http://zhizhachu.wordpress.com.
pengertian-tes
Klikhimabio.
//http//Klikhimabio.Blogspot.com/2011/11/20/PengertianObservasi/
Muncarno, 2007.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mahasiswa S-1
PGSD FKIP UNILA UPP METRO Semester IIB pada Pokok Bahasan
Koofisien Korelasi dan Regresi Linear Sederhana.
Laporan Hibah
Pembelajaran. Lampung : Unila.
Sunartombs
.//http//.Wordpress.Com/2010/09/25/Pengertian-Aktivitas dan Hasil