• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh PAIRIN

Berdasarkan observasi awal, atas pembelajaran Matematika bagi siswa kelas V di SD Negeri 5 Metro Timur diperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran matematika, sebanyak 9 siswa atau 30% siswa tuntas dan 21 siswa atau 70% siswa belum tuntas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut. Untuk mengatasi kondisi pembelajaran di atas peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang. Penelitian ini dilakukan pada 30 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuaan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data delakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 5 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 54,8 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 64,3. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 58,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,3. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 70% (21 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (30 siswa).

(2)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

PAIRIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(SKRIPSI)

Oleh

PAIRIN

0913099020

PROGRAM STUDI S-1 PGSD DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan penelitian ... 5

E. Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas ... 6

B. Belajar... 7

C. Aktivitas Belajar ... 7

D. Hasil Belajar ... 8

E. Pembelajarn Kooperatif ... 9

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

G. Pengertian Matematika ... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ... 18

B. Tempat Penelitian ... 18

C. Waktu Penelitian ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 19

E. Alat Pengumpul Data ... 19

F. Teknik Analisis Data... 20

G. Prosedur Penelitian ... 22

H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 23

I. Instrumen ... 33

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dekripsi Per Siklus ... 34

1. Siklus I ... 34

2. Siklus II ... 42

B. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 36

2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 37

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 38

4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 42

5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 44

6. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 45

(8)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Penguji

: Drs. Muncarno, M.Pd

_____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Alben Ambarita, M.Pd _____________

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si

NIP 19600315 198503 1 003

(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Sutdi

Fakultas

:

:

:

:

Pairin

0913099020

S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul PTK

: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif

Tipe Jigsaw

Pada Mata Pelajaran

Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro

Timur Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil tulisan saya

sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah

dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima

sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Metro, 25 Juni 2012

Pairin

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW

PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5

METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN

2011/2012

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Sutdi

Fakultas

:

:

:

:

Pairin

0913099020

S-1 PGSD SKGJ

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Unila

Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulyojati pada

tanggal 15 September 1968, sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, pasangan

Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang

pendidikan yang dialami penulis dimulai

dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan

Bantul diselesaikan pada tahun 1983,

kemudian penulis melanjutkan di SLTP

Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.

Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1

Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi

kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur

sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5

Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun

2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulyojati pada

tanggal 15 September 1968, sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, pasangan

Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang

pendidikan yang dialami penulis dimulai

dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan

Bantul diselesaikan pada tahun 1983,

kemudian penulis melanjutkan di SLTP

Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.

Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1

Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi

kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur

sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5

Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun

2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan limpahan rahmag-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Hasil Belajar siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika

Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini dapat

disusun berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Lampung

3.

Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP

Universitas Lampung.

4.

Bapak Drs. Muncarno, M.Pd, selaku Pembimbing dalam proses penyelesaian

Penelitian Tindakan Kelas ini.

5.

Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku penguji dalam proses penyelesaian

Penelitian Tindakan Kelas ini.

6.

Ibu Yuliana, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri 5 Metro Timur dan seluruh

(14)

7.

Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

8.

Semua pihak yang telah membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih

terdapat kekurangan baik dari segi susunan dan penulisan, oleh karena itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

dalam penulisan ilmiah lainnya.

Metro, Juni 2012

Penulis

Pairin

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata

pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan

berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari

pengetahuan, keterampilan, dan nilai.

Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang

pengajaran diantaranya Matematika. Perhitungan dan proses berpikir

Matematika biasanya diperlukan orang dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan. Oleh karena itu pengajaran Matematika sekolah dimasa yang

akan datang diupayakan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan

Matematika

(16)

2

guru karena guru belum dapat melakukan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, (4) Guru masih bersifat dominan dalam proses pembelajaran.

Dari permasalahan guru di atas, dalam pembelajaran guru kurang

optimal dan masih berpusat pada guru, dimana guru harus menjelaskan materi

pelajaran, memberi contoh soal, membahas soal-soal latihan dan aplikasinya,

hal ini yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan

metode seperti ini, hanya siswa yang mempunyai minat belajar tinggi saja

yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang mempunyai

minat belajar rendah cenderung tidak serius dalam mengikuti pembelajaran.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika, perlu ditemukan model pembelajaran yang tepat.

Hal yang perlu diperbaiki dalam permasalahan ini adalah model

pembelajaran guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas

dan Aktivitas Hasil belajar siswa meningkat lebih baik. Diharapkan dengan

pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pembelajaran dapat

berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. .

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD

Negeri 5 Metro Timur tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh data bahwa

dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang

belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai

59. Sementara itu dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM,

diperoleh hasil bahwa dari 30 siswa hanya 9 siswa (30%) yang telah

(17)

3

mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa

yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang

disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa

kurang terlihat.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dikarenakan pola mengajar

yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Kemudian guru lebih

sering terpaku pada buku serta penyajian materi yang bersifat naratif dan

tidak memperhatikan efisiensi waktunya sehingga membuat siswa jenuh dan

tidak dapat fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Terlebih

lagi guru belum menggunakan media yang menunjang proses pembelajaran.

Solusi untuk menanggulangi masalah tersebut, guru harus bisa

menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 118) mengemukakan

bahwa untuk mencapai hasil yang optimum dari proses pembelajaran, salah

satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya pula media yang

bersifat langsung dalam bentuk objek nyata atau realia. Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu sarana guna menunjang

perbaikan proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar

(Solihatin & Raharjo, 2007: 27).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian

tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil

(18)

4

Pada Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun

Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi permasalahan

yang ada sebagai berikut:

1. Guru tidak menggunakan alat peraga yang kurang sesuai dengan materi

pembelajaran yang diajarkan.

2. Metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi pelajaran

dimana hanya menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab.

3. Kurangnya aktivitas siswa yang mendukung pembelajaran

4. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?”

2. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas

(19)

5

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan

penelitian adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

kelas V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe

jigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas

V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.

b. Dapat eningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.

2. Bagi Guru, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

3. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa

aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan

bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah

khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya

hasil-hasil tertentu. Menurut Sriyono (Yasa, http://ipotes.wordpress.com,

2008) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani

atau rohani.

Menurut Junaidi (dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com)

berpendapat bahwa aktivitas adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas

secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam

dirinya berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya

tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas

adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk

tujuan tertentu. Sehingga melalui aktivitas tersebut seseorang dapat

(21)

7

B. Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan

lain-lain (Fajar, 2009: 10). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar

adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan

aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar

adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman

baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan

baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar

adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut

dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut

meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan,

dkk., 2007: 2).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan

seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan,

sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya.

C. Aktivitas Belajar

Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar

dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala

kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses

(22)

8

adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar

kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar

mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk

belajar.

Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar

dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Sriyono (http://susilofy.wordpress.com, 2010) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisMatematikasi, minat,

perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan

secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa

mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sudjana dalam

Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3)

mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto (Nashar, 2004: 79)

(23)

9

oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang

ditetapkan.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil

belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman

belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang

dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh

guru kepada siswa.

E. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai

tujuan bersama (Hasan dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Belajar

kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok

tersebut (Johnson dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari 4 sampai 6 orang, dengan anggota kelompoknya yang bersifat heterogen.

Dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun

secara kelompok (Slavin dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).

Cooperative learning memilki beberapa definisi yang dikemukakan

oleh para ahli pendidikan. Cohen (dalam Asma 2006: 11), mendefinisikan

pembelajaran kooperatif sebagai berikut, cooperative learning will be defined

(24)

10

particMatematikate on a collective task that has been clearly assign.

Moreover, student are expected to carry out their task without direct and

immediate supervision of the teacher. Definisi ini menunjukkan ciri sosiologis

yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan

bersama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada

peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing peserta

didik menyelesaikan materi dan tugas. Davidson dan Kroll (dalam Asma 2006:

11), mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di

lingkungan belajar peserta didik dalam kelompok kecil yang saling berbagi

ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang

ada dalam tugas mereka.

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang

terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama

untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooperative learning menekankan

kerjasama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh

pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu

konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Kegiatan peserta didik dalam belajar cooperative learning antara lain

mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam

kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong

teman kelompoknya untuk berpartisMatematikasi secara aktif, dan berdiskusi

(Asma, 2006: 11-12).

Selanjutnya, Asma (2006: 12) memaparkan bahwa cooperative learning

(25)

11

pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan cooperative learning

setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar peserta didik

aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning),

pembelajaran partisMatematikatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan

pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).

Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah. Beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin semua peserta didik bekerja secara kooperatif, yaitu : (1) para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok, (3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok tersebut harus saling berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dan (4) peserta didik yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik mempunyai akibat langsung terhadap keberhasilan kelompok (Tim MKPBM UPI, 2001: 218).

Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe

diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games

Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI),

Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12).

Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa cooperative

learning adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik

dalam kelompok, meliputi interaksi dengan teman kelompoknya,

partisMatematikasi dalam menjawab pertanyaan diskusi, partisMatematikasi

(26)

12

keberhasilan kelompok, sebagai pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan

secara sistematis.

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Cooperative learning tipe Jigsaw)

Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajarn kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana

peserta didik telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,

membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni,

2009: 54).

Dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat semua

kegiatan kelas, sedangkan di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru

tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan di kelas,

tetapi peserta didik yang menjadi pusat kegiatan di kelas. Dalam model ini

guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta

didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta

membuat peserta didik merasa senang melakukan diskusi materi matematika

dalam kelompoknya. Karena motivasi teman sebaya dapat digunakan secara

efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif peserta didik

maupun pertumbuhan efektif peserta didik (Isjoni, 2009: 57).

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim

yang bersifat heterogen. Peserta didik diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk

(27)

13

yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika

membaca. Kemudian peserta didik dari tim-tim berbeda dengan topik sama

bertemu dalam “kelompok pakar” atau “kelompok ahli” untuk mendiskusikan

topik mereka. Para pakar tersebut kembali ke tim mereka masing-masing lalu

bergantian mengajar teman-teman dalam tim tentang topik mereka. Akhirnya,

para peserta didik membuat assesmen yang mencakup semua topik dan skor

kuis individu menjadi skor tim (Asma, 2006: 72).

Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing

kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat

bekerja sama secara efektif, karena ukuran suatu kelompok mempengaruhi

produktivitas, hal ini juga dikarenakan apabila jumlah anggota dalam satu

kelompok makin besar dapat mengakibatkan makin kurangnya efektif kerja

sama antar para anggota (Soejadi dalam Isjoni, 2009: 55).

Edward (dalam Isjoni, 2009: 55), berpendapat bahwa kelompok yang

terdiri dari 4 (empat) orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana,

mengemukakan bahwa beberapa peserta didik yang dihimpun dalam satu

kelompok dapat terdiri dari 4 sampai 6 orang peserta didik, hal ini didukung

oleh hasil penelitian Slavin. Hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan

4 sampai 6 orang, lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 4 orang.

Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini

yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. pada model

(28)

14

I I

A I I

II II

B II II

III III

C III III

IV IV

D IV IV I II

III IV I II

III IV

kelompok ahli. Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

BAGAN I.

Hubungan yang terjadi antara Kelompok asal dan Kelompok ahli

Keterangan :

1. Kelompok Asal ( 1, 2, 3, 4 )

2. Kelompok Ahli (A, B, C, D )

Penjelasan :

Masing–masing anggota asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli

untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam

kelompok ahli, siswa kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada

teman sekelompoknya. Dalam hal ini pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, I II

III IV

I II

III IV

1

2

(29)

15

tetapi juga untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap kelompok

Ainy dalam (Azizah, 2006: 22).

Adapun kelebihan dan kelemahan dari cooperative learning tipe Jigsaw

adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a)

Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta

didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda. (b) Menerapkan

bimbingan sesama teman. (c) Rasa harga diri peserta didik yang lebih

tinggi. (d) Memperbaiki kehadiran. (f) Penerimaan terhadap perbedaan

individu lebih besar. (g) Sikap apatis berkurang. (h) Pemahaman materi

lebih mendalam. (i) Meningkatkan motivasi belajar.

2) Kelemahan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a)

Jika guru tidak mengingatkan agar peserta didik selalu menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing

maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. (b)

Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal

jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas

dan pasif dalam diskusi, (c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi

bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu

untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang berupa

kelompok-kelompok kecil dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4

(30)

16

penguasaan bagian dari materi kemudian mengajarkan bagian tersebut

kepada kelompok asalnya.

G. Pengertian Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang

berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning

(pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan

sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti

ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM

UPI (2001: 17), jadi berdasarkan asal katanya, maka Matematika berarti

ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau nalar (Erna, Tiurlina,

2006: 3). Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan

deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman

keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu

melalui deduksi.

Matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah

yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan

geometri. (James dan James dalam Tim MKPBM UPI, 2001: 17).

Russefendi dalam Erna, Tiurlina (2006: 4), menyatakan bahwa

Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan.

Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil

setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah

(31)

17

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir

(bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana

yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai

(32)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 5

Metro Timur dengan jumlah siswa 30 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa

laki-laki dan 18 siswa perempuan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 5 Metro Timur

Kecamatan Metro Timur Kota Metro tahun pelajaran 2011/2012.

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Waktu untuk

melakukan tindakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012,

(33)

19

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar

siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan

soal tes.

2. Teknik Non Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat

mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati

kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan

menggunakan lembar observasi.

E. Alat Pengumpul Data

1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam

pembelajaran Matematika dengan cooperative learning tipe jigsaw.

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil

belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang

(34)

20

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis

data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan

secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian,

yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa dan interaksi pembelajaran,

sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan dinamika prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri

atas:

a. Data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh

berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan

pembelajaran. Persentase aktivitas belajar siswa dapat diperoleh dengan

rumus:

N = X 100%

Keterangan :

N : nilai yang diharapkan

S : Jumlah skor/item yang dijawab benar R : Skor maksimum dari tes

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)

S

(35)

21

2. Analisis Kuantitatif.

akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil

penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan

menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus

sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual

S = R X 100 N

Keterangan :

S : nilai yang diharapkan

R : Jumlah skor / item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes

b. Ketuntasan klasikal

S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah seluruh siswa

Keterangan :

Ketuntasan individual: jika siswa mencapai ketuntasan > 65%

Ketuntasan klasikal: jika > 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65%

(Sumber: Adaptasi Purwanto 2008:12)

3. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Peningkatan aktivitas siswa berdasarkan indikator dari skor total nilai

dari lembar observasi aktivitas siswa yang meningkat pada akhir siklus

(36)

22

b. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan persentase jumlah siswa

yang berhasil melampaui KKM 60 dengan tingkat keberhasilan siswa

secara klasikal mencapai > 65%

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian

yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus,

setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi (Sunyono, 2009: 11). Kegiatan pertama penelitian

didahului dengan menemukan masalah dan upaya mencari solusi yang berupa

perencanaan perbaikan, dilanjutkan dengan observasi kemudian refleksi

melalui diskusi antar mahasiswa dengan guru kelas sehingga menghasilkan

rencana perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Siklus dalam penelitian ini

(37)
[image:37.612.152.470.74.392.2]

23

Gambar 3.1

Siklus Tindakan dalam Penelitian

(Dikutip dari Sunyono , 2009: 24)

H. Urutan penelitian tindakan kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan

pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas

sebagai tindakan.

2) Mengambil data hasil ujian semester Matematika kelas V semester

ganjil yang digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok dan

skor awal. Perencanaan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi

Observasi

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS I

SIKLUS II

(38)

24

3) Menyiapkan silabus Matematika untuk menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan

model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang

telah ditetapkan

5) Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik

sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses

pembelajaran.

7) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas

belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

8) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama

pembelajaran.

9) Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta

didik.

10) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe

Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaikan penjelasan tentang

(39)

25

apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal

ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota

kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan

kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap

peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi

tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima

materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti

hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum

bertanya kepada guru.

b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam

kelompok asalnya masing-masing.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal.

4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.

5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.

2. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan

kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk

pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan

(40)

26

b) Tahap Penguasaan

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi

yang disampaikan guru.

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar

untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan

motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan

materi yang dimiliki (menularkan dn menerima materi dari tiap ahli).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan

lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh

wakil kelompok.

4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran

ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan

merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw.

(41)

27

d) Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok

(LKK).

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan.

3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4) Guru memberikan penghargaan kelompok.

5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah

dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/dimengerti.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan

tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar

observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja

guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan

lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah

observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh

kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang

telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik,

(42)

28

pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan

dilaksanakan.

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta

pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini

dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru

pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan

yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal. Refleksi dibuat

melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil

dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan

ulang. Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada

siklus I, termasuk pada pembentukan kelompok. Hal ini disebabkan karena

efektivitas kerja kelompok yang telah dibentuk hasil efektif dan tidak ada

keluhan peserta didik terhadap kelompoknya, hanya saja materi disesuaikan

pada siklus II. Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan

pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai

(43)

29

2. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) menggunakan model

cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah

ditetapkan.

3. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai

bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

4. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

5. Menyiapkan lembar instrumen observasi aktivitas belajar peserta didik

ketika pembelajaran berlangsung.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama

embelajaran.

7. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta

didik.

b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw,

dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelum menampilkan fenomena dalam

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan

sebagai tindakan apersepsi agar peserta didik lebih terarah dalam

pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada

(44)

30

a) Tahap Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang cooperative learning tipe

Jigsaw.

2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota

kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan

kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap

peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberi tahu

temannya yang sulit menerima materi, sedangkan anggota kelompok

yang masih kurang paham bertanya kepada yang sudah mengerti.

b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam

kelompok asalnya.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal.

4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.

5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.

2. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan

kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk

pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan

kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

b)Tahap Penguasaan

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi

(45)

31

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar

untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan

motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan

materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari peserta didik

lain/ para ahli dalam kelompok asalnya).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan

lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil

kelompok.

4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran

ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan

merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw.

Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

d)Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK).

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

(46)

32

3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah

dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/ dimengerti.

5) Guru memberikan penghargaan kelompok.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

d. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan

tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar

observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja

guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan

lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah

observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh

kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang

telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik,

cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses

pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan

(47)

33

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta

pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini

dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran

baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru,

perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui

observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan

tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

I. Instrumen

Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan

instrumen yaitu:

a) Lembar observasi aktivitas untuk mengumpulkan data tentang aktivitas

siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran

b) Lembar tes yang berfungsi untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa.

J. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dikatakan berhasil apabila:

a. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya,

dengan ≥ 75% siswa aktif

b. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan

(48)

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini

adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang

ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktifitas siswa dalam

mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 54,8 dan

pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 64,3.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam

mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,78

(49)

52

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan

kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

1. Bagi siswa, harus selalu menjaga kekompkan di dalam kelas dan

kelompoknya serta mampu menjalin kerja sama yang baik dalam proses

belajar mengajar, senantiasa aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

guru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih

bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang

lebih menarik.

4. Bagi Peneliti

a. Penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, yang bervariasi, bukan

satu-satunya model dalam pembelajaran, sehingga perlu kajian metode

lain yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Oleh

karena itu peneliti harus terus mencoba dan melaksanakan serta

memperbaiki kekurangan-kekurangan agar menerapkan model,

metode, dan teknik pembelajaran yang lebih baik.

b. Peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang

karaktet siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian awal

penelitian. Sehingga pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti telah

(50)

27

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi. 2006.

Pemecahan Masalah Matematika

. Universitas Pendidikan

Indonesia ( UPI ). Jakarta.

Ainy, Chusnul. 2000.

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran

Matematika di Sekolah Dasar

. Tesis Pada PPS UNESA Surabaya.

Andayani. 2009.

Pemantapan Kemampuan Profesional

. Jakarta: Universitas

Terbuka

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1998.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Balai Pustaka. Jakarta

Fairuzelsaid.

//http//Fairuzelsaid.Wordpress.com/tag/2011/11/20/Pengertian-Tes/

http://zhizhachu.wordpress.com.

pengertian-tes

Klikhimabio.

//http//Klikhimabio.Blogspot.com/2011/11/20/PengertianObservasi/

Muncarno, 2007.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mahasiswa S-1

PGSD FKIP UNILA UPP METRO Semester IIB pada Pokok Bahasan

Koofisien Korelasi dan Regresi Linear Sederhana.

Laporan Hibah

Pembelajaran. Lampung : Unila.

Sunartombs

.//http//.Wordpress.Com/2010/09/25/Pengertian-Aktivitas dan Hasil

Belajar/

Gambar

Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang.

Penelitian lanjutan mengenai identifikasi marka terkait daya tahan penyakit Streptococcosis pada ikan nila dapat dilakukan menggunakan ikan perlakuan persilangan betina

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari

[r]

[r]

kompetisi Peran pemerintah diperlukan untuk menjamin agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan kompetisi yang sehat. Sebab tanpa pengawasan pemerintah akan berakibat