SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RELATED PARTY TRANSACTION (RPT) DAN TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
YOHANNA HOSIANNA NAIBORHU 110522175
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Related Party Transaction (RPT) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Oktober 2013
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RELATED PARTY TRANSACTION (RPT) DAN TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RPT dan TATO terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada periode 2009 sampai 2012.
Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals menggunakan
Modified Jones Model. Populasi penelitian ini terdiri dari 36 perusahaan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan sampel sebagai objek penelitian dengan 100 unit analisis pengamatan. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dan laporan keuangan masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, RPT dan TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial manunjukkan bahwa, RPT dan TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
ANALYSIS OF RELATED PARTY TRANSACTION (RPT) AND TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TO EARNINGS MANAGEMENT AT PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to analyze the effect of the related party transaction (RPT) and total asset turnover (TATO) on earnings management of the property and real estate companies that listed in Indonesia Stock Exchange since 2009 up to 2012.
Earnings management was measure by discretionary accruals use Modified Jones Model Method. The population of this research is 36 companies based on purposive sampling method, there are 25 samples as the object of research with 100 units analize. This research use the annual report and financial reporting of each company that published in www.idx.co.id and using multiple regresion analysis.
The result of this research shows that simultaneous RPT and TATO had negative significant effecr to earnings management. At partially test showed that RPT and TATO had negative effect to earnings management.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas kasih, berkat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Related Party
Transaction (RPT) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari
Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak. selaku Plt. Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku
Sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntasi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program
4. Ibu DR. Rina Bukit, S.E, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Pembaca Penilai yang
telah memberikan masukan dan saran.
6. Kedua orang tua penulis, Ramses Naiborhu dan Delvi Sinaga. Terima kasih
banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa, dan
materi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta
abang penulis Beeri Hosea Naiborhu dan adik penulis Oktri Taratanita
Naiborhu yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.
Medan, Oktober 2013
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis... 2.1.1 Related Party Transaction (RPT)...
2.1.1.1 Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Berelasi... 2.1.1.2 Transaksi yang terjadi dengan Pihak
yang berelasi ... 2.1.1.3 Metode Penetapan dalam RPT... 2.1.1.4 Dampak Positif dan Negatif dari RPT.... 2.1.2 Total Asset Turnover (TATO)... 2.1.3 Manajemen Laba...
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Laba... 2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Manajemen Laba... 2.1.3.3 Teknik Manajemen Laba... 2.1.3.4 Model-model Manajemen Laba... 2.2 Kerangka Konseptual... 2.3 Hubungan RPT dengan Manajemen Laba... 2.4 Hubungan TATO dengan Manajemen Laba... 2.5 Hipotesis Penelitian...
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian... 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 3.3 Jenis dan Sumber Data... 3.4 Metode Pengumpulan Data... 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...
3.5.1Variabel Independen...
3.5.2Variabel dependen... 3.6 Metode dan Tekniks Analisis Data...
3.6.1 Statistik deskriptif………...………… 3.6.2 Pengujian asumsi klasik ... 3.6.3 Analisis Regresi... 3.6.4 Pengujian hipotesis...
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian... 4.2 Analisis Hasil Penelitian... 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 4.2.2 Uji Asumsi Klasik... 4.2.2.1 Uji Normalitas... 4.2.2.2 Uji Multikoliniearitas... 4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas... 4.2.2.4 Uji Autokorelasi... 4.2.3 Analisis Regresi... 4.2.4 Pengujian hipotesis...
4.2.4.1 Koefisien Determinasi... 4.2.4.2 Uji F (uji secara simultan)... 4.2.4.3 Uji t (uji secara parsial)... 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 5.2 Keterbatasan... 5.3 Saran...
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
3.1 Sampel Penelitian... 28
3.2 Uji Durbin Watson... 38
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... 44
4.2 Hasil Uji Normalitas... 46
4.3 Hasil Uji Normalitas (setelah data ditransformasi)... 49
4.4 Hasil Uji Multikoliniearitas... 51
4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 53
4.6 Hasil Analisis Regresi... 55
4.7 Hasil Koefisien determinasi... 57
4.8 Hasil Uji F (uji simultan) ... 58
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual... 23
4.1 Histogram... 47
4.2 Grafik P-P Plot... 47
4.3 Histogram (setelah data ditransformasi)... 49
4.4 Grafik P-Plot (setelah data ditransformasi)... 50
DAFTAR LAMPIRAN No.
Lampiran Judul Halaman
1 Data Variabel RPT... 68
2 Data Variabel TATO... 69
3 Data Variabel Manajemen Laba... 70
4 Data Variabel Penelitian Tahun 2009 (setelah ditransformasi)... 71
5 Data Variabel Penelitian Tahun 2010 (setelah transformasi)... 72
6 Data Variabel Penelitian Tahun 2011 (setelah transformasi)... 73
7 Data Variabel Penelitian Tahun 2012 (setelah transformasi)... 74
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RELATED PARTY TRANSACTION (RPT) DAN TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RPT dan TATO terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada periode 2009 sampai 2012.
Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals menggunakan
Modified Jones Model. Populasi penelitian ini terdiri dari 36 perusahaan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan sampel sebagai objek penelitian dengan 100 unit analisis pengamatan. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dan laporan keuangan masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, RPT dan TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial manunjukkan bahwa, RPT dan TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
ANALYSIS OF RELATED PARTY TRANSACTION (RPT) AND TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TO EARNINGS MANAGEMENT AT PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to analyze the effect of the related party transaction (RPT) and total asset turnover (TATO) on earnings management of the property and real estate companies that listed in Indonesia Stock Exchange since 2009 up to 2012.
Earnings management was measure by discretionary accruals use Modified Jones Model Method. The population of this research is 36 companies based on purposive sampling method, there are 25 samples as the object of research with 100 units analize. This research use the annual report and financial reporting of each company that published in www.idx.co.id and using multiple regresion analysis.
The result of this research shows that simultaneous RPT and TATO had negative significant effecr to earnings management. At partially test showed that RPT and TATO had negative effect to earnings management.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi dimana persaingan di berbagai bidang semakin
ketat, khususnya bidang ekonomi. Para pemilik perusahaan saling bersaing
dengan perusahaan lain untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dan
disenangi masyarakat. Produk yang disenangi masyarakat tersebut akan
menghasilkan suatu laba bagi perusahaan.
Dalam menghasilkan laba yang tinggi, banyak usaha yang harus
dilakukan antara lain: membuka pabrik baru atau mendirikan anak
perusahaan. Transaksi yang terjadi antara induk dan anak perusahaan disebut
dengan transaksi pihak berelasi atau Related Party Transaction (RPT), yang pengungkapannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
RPT merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya. RPT umumnya dilakukan oleh direksi atau pemegang
saham pengendali dengan pihak terkait diantara mereka sendiri dengan
menggunakan wewenang untuk mempengaruhi kondisi transaksi agar sesuai
dengan tujuan pribadi mereka. Menurut Henry dan Gordon (2005) dalam
melalui keputusan untuk membeli aset di atas harga pasar walaupun tidak ada
nilai tambah strategis untuk operasi perusahaan.
RPT menjadi sorotan dikarenakan banyak perusahaan yang jatuh
berkaitan dengan praktek RPT, perusahaan tersebut antara lain Enron yang
menghebohkan dunia di tahun 2001 dimana Enron tidak melaporkan Special Purpose Entity (SPE) yang dimilikinya. SPE merupakan suatu entitas yang dibentuk oleh perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu, misalnya untuk
membagi atau menghilangkan resiko finansial (Pratiwi, 2013). Enron mampu
mensturkturisasi transaksi dalam laporan keuangannya untuk menghasilkan
perlakuan akuntansi yang diinginkan meskipun tidak mencerminkan transaksi
yang sebenarnya. Kasus lainnya yaitu perusahaan Adelphia yang terlibat RPT
dengan keluarga pemegang saham utama perusahaan unuk menggunakan
hasil dana pinjaman bank atas beban perusahaan. Begitu juga halnya dengna
perusahaan Tyco yang juga terlibat dalam kasus RPT (Elaine & Elizabeth,
2012).
Berdasarkan penjelasan diatas RPT dapat diidentikkan dengan praktek
manajemen laba. Ada kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba
melalui RPT untuk mendapatkan tingkat laba yang diinginkan. Belkaoui
(2004) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu kemampuan untuk
memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat
indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen
dalam mencapai tujuan operasi. Informasi laba sering menjadi target rekayasa
manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya. Tindakan yang
mementingkan kepentingan sendiri tersebut dilakukan dengan cara memilih
kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau
diturunkan sesuai keinginan.
Hal tersebut dapat terjadi ketika adanya pemisahan antara manajemen
dan pemegang saham, manajemen memiliki informasi yang lebih
dibandingkan pemegang sahamnya. Akibatnya, karena manajemen memiliki
informasi yang lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih akurat, akan menjadi
kecenderungan mereka memanfaatkan informasi ini untuk kepentingan
mereka sendiri. Sedangkan dari sisi pemegang saham, pemegang saham ingin
mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya sehingga kekayaannya
meningkat.
Fenomena diatas termasuk dalam fenomena opportunis yang diungkap dalam teori keagenan (agency theory). Secara konsep, teori ini menjelaskan hubungan atau kontrak antara pemegang saham (principal) dan manajer atau pengelola perusahaan (agent). Dalam kontrak, manajer bertanggung jawab memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Namun di sisi lain, manajer
juga memiliki kepentingan pribadi untuk mengoptimalkan kesejahteraan
RPT yang dilakukan berpotensi untuk mempengaruhi laporan
keuangan perusahaan. Sedangkan laporan keuangan yang berkualitas haruslah
terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Namun laporan keuangan sering kali
disalahgunakan oleh pihak manajemen sehingga akan mempengaruhi jumlah
laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari RPT, sebenarnya
pemerintah telah menetapkan batasan- batasan yang diatur dalam Peraturan
Bapepam No. IX. E. 1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
Begitu juga halnya dalam PSAK No. 7 (revisi 2009) juga menjelaskan
tentang pengungkapan pihak berelasi yang mengharuskan akuntan publik
mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihak berelasi termasuk
saldo.
Untuk itu penulis tertarik dalam meneliti pengaruh RPT terhadap
manajemen laba karena praktek RPT yang terjadi di Indonesia rentan akan
menimbulkan masalah conflict of interest dalam perusahaan, yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Selain itu,
penulis masih menemukan hasil penelitian yang tidak konsisten tentang
1. Penelitian Sunarto (2009) dalam Teori Keagenan dan Manajemen Laba,
menemukan bahwa RPT memiliki hubungan positif dengan manajemen
laba.
2. Penelitian Rahmat dan Erna (2010), menjelaskan bahwa transaksi
hubungan istimewa memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba.
3. Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ema dan Surya (2012),
ditarik kesimpulan bahwa RPT berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap manajemen laba.
Disamping dua variabel diatas (RPT dan manajemen laba), penulis
menambah variabel Total Asset Turnover (TATO) sebagai variabel independen. TATO merupakan salah satu rasio profitabilitas untuk mengukur
keberhasilan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan keuntungn
(Suad Husnan, 2008).
Dipilihnya perusahaan property dan real estate sebagai objek penelitian ini dikarenakan pada beberapa tahun belakangan, perusahaan ini
menunjukkan perkembangan yang pesat yang memungkinkan untuk
menghasilkan laba yang tinggi. Disamping itu belum ada peraturan yang
mengatur pengungkapan RPT secara khusus untuk perusahaan yang bergerak
dibidang manufakur. Selama ini peraturan hanya mengatur pengungkapan
RPT pada perusahaan dibidang keuangan, dana pensiun, pembiayaan,
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik memilih judul
“Analisis Pengaruh Related Party Transaction (RPT) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estateyang terdaftar di BEI”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah RPT dan TATO memiliki pengaruh secara simultan terhadap
manajemen laba pada Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah RPT dan TATO memiliki pengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba pada Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh RPT dan TATO terhadap
manajemen laba secara simultan pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh RPT dan TATO terhadap
manajemen laba secara parsial pada perusahaan property dan real estate
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman penulis
mengenai pengaruh RPT dan TATO terhadap manajemen laba.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan terutama untuk pihak manajemen dan pemilik
perusahaan dalam melakukan aktivitas RPT dalam hubungannya dengan
manajemen laba.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Menurut Felianna Yie Ke dalam Simposium Akuntansi Nasional X
(2007), “transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan berelasi (RPT)
memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi
opportunis atau sebagai transaksi efisien”. RPT dalam transaksi yang opportunis menyebabkan conflict of interest yang konsisten dengan agency theory dan sebagai transaksi efisiensi, RPT dilakukan untuk pertimbangan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan perusahaan.
Agency Theory (teori keagenan) menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda. Perusahaan yang
memisahkan pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik
keagenan. Menurut Sunarto dalam Jurnal Teori Keagenan dan Manajemen
Laba (2009), “Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak
pada maksimalisasi manfaat pemilik dan insentif yang akan diterima oleh
2.1.1.Related Party Transaction (RPT) atau Transaksi Pihak Berelasi
Menurut PSAK No. 7, “Pihak-pihak yang dianggap mempunyai
hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak
lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional”.
Definisi yang RPT menurut International Financial Statement
Standar (IFRS) dalam IAS 24.9 , yaitu:
“A related party is a person or entity that is related to the entity that is preparing its financial statements (referred to as the ‘reporting entity’) A related party transaction is a transfer of resources, service, or obligations between related parties, regardless of whether a pr ice is changed”.
Yang berarti, “Pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait
dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya (disebut sebagai 'pelapor'). Jadi yang dimaksud dengan RPT adalah transfer sumber daya,
jasa, atau kewajiban antara pihak terkait, terlepas dari apakah harga
berubah”
2.1.1.1Pihak-pihak yang Mempunyai Related Party (Hubungan
Berelasi)
Pihak-pihak yang memiliki related party (hubungan
berelasi) adalah sebagai berikut (PSAK No. 7):
1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara,
mengendalikan, atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries).
3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut. Yang dimaksudkan dengan anggota
keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan
mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahan pelapor.
4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer dari perusahaan, serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut.
5. Perusahaan dengan kepentingan substansial dalam hak yang dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.
2.1.1.2Transaksi yang terjadi dalam RPT
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin
memberikan indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan
berelasi, seperti transaksi peminjaman yang tanpa beban bunga
atau dengan suku bunga di atas atau di bawah yang berlaku
umum, transaksi penjualan dengan harga yang berbeda yang
berlaku umum, transaksi pertukaran aset, dan transaksi
peminjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara
2.1.1.3Metode Penetapan Harga dalam RPT
Ada tiga metode penetapan harga dalam RPT, yaitu:
1. Metode Harga Sebanding
Metode ini menetapkan harga yang sama dengan pihak lain
yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
2. Metode Harga Penjualan
Metode harga penjualan menjelaskan penetapan harga dalam RPT merupakan penetapan harga awal pada barang tersebut.
3. Metode Cost Plus
Metode cost plus menambahkan biaya (mark up) tertentu pada
pemasok.
2.1.1.4Dampak Positif dan Negatif dari RPT
1. Dampak positif
Dampak positif dari RPT dapat dilihat jika pemilik ataupun
manajemen melakukan RPT yang bersifat efisien, artinya tindakan tersebut tidak merugikan pihak manajeman, pemilik
dan investor.
2. Dampak Negatif
Menurut Vera dkk dalam Jurnal Pengaruh Kepemilikan
Pengendali Akhir terhadap Transaksi Pihak Berelasi, “Di
Indonesia RPT menjadi salah satu cara untuk memperoleh
keuntungan pribadi baik manajemen maupun pemilik. RPT
interest hypothesis yang merupakan cerminan dari agency theory (Gordon, 2005), seperti yang telah dijelaskan diawal.
2.1.2.Total Asset Turnover (TATO)
TATO adalah rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan
sumber dayanya yang berupa asset. Semakin tinggi efisien penggunaan
asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim, 2007). TATO sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan
total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara
keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwa
perusahaan beroperasi pada volume yang memadai bagi kapsitas
investasinya. TATO disebut juga sebagai rasio pengelolaan aktiva
terakhir yang mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva
perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang
cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus
ditingkatkan. Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan dari
langkah-langkah tersebut harus segera dilakukan.
Apabila dalam menganalisis rasio selama ini beberapa periode
menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan
gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga
TATO secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : (Kasmir,
2008)
Total Asset Turnover
2.1.3.Manajemen Laba
2.1.3.1Pengertian Manajemen Laba
Menurut Darsono dan Ari (2008), laba ialah prestasi
seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam
bentuk angka keuangan, yaitu selisih positif antara pendapatan
dikurangi beban (expense). Laba merupakan dasar ukuran kinerja
bagi kemampuan manajemen dalam mengoperasikan harta
perusahaan. Laba harus direncakan dengan baik agar manajemen dapat mencapainya secara efektif.
Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba.
Baharuddin dan Satyanugraha (2004) mengutip dua definisi manajemen laba yaitu:
1. Fisher dan Rosenzweig (1995)
Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk
menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabakan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.
Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam laporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk
mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau besarnya
laba.
Sedangkan menurut Sugiri (2001) membagi definisi
manajemen laba menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accrual dalam
menentukan besarnya laba.
2. Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
akuntansi yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginannya
dalam merekayasa laba demi tujuan dan kepentingan
pribadinya.
2.1.3.2Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Watt dan Zimmerman dalam Creative Accounting
(2011) ada 6 motivasi yang mendorong individu atau perusahaan melakukan manajemen laba, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Motivasi Bonus
Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan
memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atau
evaluasi atas kinerja manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam relatif tetap dan rutin.
Sementara bonus yang relatif besar nilainya hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian
bonus yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi
para manajer untuk memberikan performa terbaiknya, sehingga tidak menutup peluang mereka melakukan tindakan manajemen
laba agar dapat menampilkan kinerja (performance) yang baik
demi mendapatkan bonus yang maksimal.
2. Motivasi Hutang
melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan
dananya di perusahaan, tentunya manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya. Dan untuk memperoleh
hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku
kreatif dari manajer untuk menampilkan performa yang baik
dari laporan keuangan pun seringkali muncul.
3. Motivasi Pajak
Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan
menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih
rendah untuk bertindak kreatif melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntansi
perpajakan.
4. Motivasi Penjualan Saham
Motivasi ini banyak dilakukan oleh perusahaan yang akan go
public ataupun yang sudah go public. Proses penjualan saham
perusahaan ke publik akan direspon positif oleh pasar ketika peruahaan penerbit saham (emiten) dapat menjual kinerja yang
baik. Salah satu ukuran kinerja yang baik adalah penyajian laba pada laporan keuangan perusahaan. Kondisi ini sering kali
memotivasi manajer untuk berperilaku kreatif dengan berusaha
menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya.
Praktek manajemen laba biasanya terjadi sekitar periode
pergantian direksi atau chief executive officer (CEO). Menjelang
berakhirnya masa jabata, direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimumkan laba agar performa kerjanya tetap
terlihat baik pada tahun terakhir menjabat. Motivasi utamanya
adalah memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa
jabatannya. 6. Motivasi Politis
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang
usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti
perusahaan-perusahaan industri strategis perminyakan, gas, listrik dan air.
Manajer cenderung melakukan manajemen laba untuk
menyajikan laba lebih rendah dari nilai yang sebenarnya, terutama selama periode kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi visibilitas perusahaan sehingga tidak menarik perhatian pemerintah, media, atau konsumen yang dapat
menyebabkan meningkatnya biaya politis perusahaan.
Rendahnya biaya politis akan menguntungkan manajemen.
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong
terjadinya manajemen laba semuanya karena keadaan dan tujuan
memperoleh insentif atau bonus atas kinerjanya, ingin menjaga nama baik perusahaan terhadap pihak kreditur agar tetap diberikan
pinjaman, dalam masa-masa-masa akan pensiunnya CEO agar mendapat bonus, dan pada saat penawaran perdana saham agar
harga saham perusahaan tersebut naik. Dan manajer perusahaan
akan menurunkan laba misalnya untuk tujuan menurunkan pajak.
2.1.3.3Teknik Manajemen Laba
Ada tiga teknik dalam manajemen laba, antara lain:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi,
yaitu manajemen mempengaruhi laba melalui estimasi piutang
tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud, estimasi biaya garansi,dan
lain-lain. Teknik ini misalnya dilakukan dengan merekayasa
beban perusahaan seperti beban piutang tak tertagih, beban
garansi dan beban amortisasi. Apabila manajer ingin
menaikkan laba pada tahun tertentu, maka beban-beban
tersebut akan dikurangi jumlahnya pada tahun tersebut yang
berakibat beban terlalu rendah dan akhirnya akan
meningkatkan laba. Apabila manajer ingin menurunkan laba pada tahun tertentu, maka beban-beban tersebut akan ditingkatkan jumlahnya pada tahun tersebut yang berakibat
2. Mengubah metode akuntansi, misalnya mengubah metode
penyusutan aktiva tetap. Teknik ini dilakukan dengan
mengubah metode penyusutan aktiva, misalnya dari metode
garis lurus menjadi metode saldo menurun atau menjadi metode jumlah angka tahun atau sebaliknya. Hal ini juga
berkaitan dengan menaikkan atau menurunkan beban
penyusutan pada tahun tertentuyang diinginkan oleh manajer
sesuai dengan kehendaknya apakah ingin menaikkan atau
menurunkan laba.
3. Menggeser periode beban dan pendapatan, antara lain
menunda/mempercepat pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya,
menunda/mempercepat beban promosi sampai periode
akuntansi berikutnya, menunda/mempercepat pengiriman
produk ke pelanggan, dan lain-lain. Teknik ini mengakibatkan
beban atau pendapatan pada tahun tertentu dicatat tidak sesuai dengan beban atau pendapatan yang sebenarnya terjadi di
tahun tersebut. Misalnya untuk menaikkan laba tahun tertentu
maka manajer menaikkan pula jumlah pendapatan pada tahun
tersebut dengan cara mengakui pendapatan pada tahun tersebut yang seharusnya diterima tahun berikutny. Dapat pula menaikkan laba dengan cara mengurangi beban yaitu menunda
yang seharusnya terjadi pada tahun ini tetapi baru akan dicatat pada tahun berikutnya.
2.1.3.4Model – model Manajemen Laba
Menurut Dedhy dan Yeni (2011), model-model untuk
deteksi manajemen laba antara lain:
1. Jones Model (1991)
Model ini berfokus pada total akrual sebagai sumber informasi
manipulasi akuntansi atau manajemen laba. Secara spesifik,
model ini membagi total akrual menjadi akrual diskresioner
dan akrual nondiskresioner.
Jones Model (JM) mengasumsikan bahwa akrual
nondiskresioner bersifat tetap dari satu periode ke periode
lainnya sehingga akrual (perbedaan antara akrual tahun ini dengan tahun lalu) yang terjadi disebabkan karena adanya
pertimbangan (diskresi) dari pihak manajemen, dalam hal ini permainan kebijakan akuntansi.
2. Modified Jones Model (1995)
Modified Jones Model (MJM) dikembangkan oleh Dechow
dan kawan-kawan (1995). Model ini muncul untuk mengatasi
kelemahan yang ada dalam Jones Model (JM). Dechow
mengasumsikan bahwa perubahan yang terjadi dalam
menghilangkan variabel perubahan piutang dari variabel
perubahan pendapatan untuk mengestimasi akrual
nondiskresioner pada saat periode kejadian. 3. Klasznik Model (1999)
Kasznik Model (KM) telah mempertimbangkan
dimasukkannya operating cash flow (OCF) sebagai variabel
penjelas yang tidak dipertimbangkan dalam MJM. Lebih lanjut dijelaskan dibawah ini:
Pada MJM, diasumsikan bahwa akrual non dikresioner
bersifat tetap sehingga total akrual berubah maka
perubahan akrual total merefleksikan perubahan yang terjadi pada akrual diskresioner.
Pada MJM, Dechow dan kawan – kawan menunjukkan
perubahan dalam arus kas berhubungan negatif dengan total
akrual. Ini berarti ketika total akrual berubah, maka arus kas bersifat tetap.
4. Performance – Matched Discretionary Accruals Model (2005)
Model ini dikembangkan oleh Kothari dan kawan – kawan,
yang memiliki ide dasar bahwa akrual yang terdapat dalam perusahaan yang sedang memiliki kinerja yang “tidak biasa”
(unusual performance) secara sistematis diharapkan bukan nol
Ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki kinerja yang tidak
biasa, seperti perusahaan yang sedang mengalami
pertumbuhan hubungan positif dengan akrual. Bahkan, jika kinerja perusahaan sedang baik, bisa jadi akrual yang dimiliki
perusahaan cukup tinggi. Nilai akrual yang tinggi ini
disebabkan karena perusahaan sedang mengalami
pertumbuhan atau memang kinerjanya sedang dalam keadaan baik, yang bisa saja ditunjukkan dengan jumlah piutang yang
tinggi, bukan karena manajemen laba.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan tentang hubungan antarvariabel yakni variabel
independen dan variabel dependen yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Transaksi Hubungan Istimewa dan Total Asset Turnover. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Hubungan antara Related
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pengungkapan dan pelaporan atas RPT yang diwajibkan oleh PSAK 7
yaitu meliputi mengenai besarnya asset, liabilities, sales dan expenses yang
dilakukan perusahaan atas dasar transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
TATO merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan
jumlah yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini menjadi ukuran seberapa jauh aktiva yang digunakan dalam kegiatan atau menunjukkan berapa
kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Semakin cepat tingkat perputaran aktiva maka semakin meningkat penjualan yang nantinya akan mempengaruhi
laba.
2.3 Hubungan RPT dengan Manajemen Laba
Menurut PSAK No. 7, “Pihak-pihak yang dianggap mempunyai
hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
Related Party Transaction
(RPT)
Total Asset Turnover (TATO)
[image:36.596.126.511.115.329.2]mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain
dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional”. Sedangkan manajemen
laba yaitu tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba
periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa
menyebabakan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan
jangka panjang.
Jian dan Wong (2003) menyatakan, “pihak yang memiliki RPT
menunjukkan kecenderungan opportunis. Dibuktikan dengan ditemukan
tingginya tingkat penjualan dengan RPT, terutama antara pemilik dan anggota
lain perusahaan dalam grup, ketika perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi data”. Dengan kata lain, transaksi penjualan dengan RPT
digunakan untuk manajemen laba.
Dalam studi kasus Alexandra dan Adriana (2011), menemukan bahwa
transaksi dengan pihak yang diduga mempunyai hubungan istimewa tersebut
digunakan untuk memanipulasi laba, penjarahan perusahaan, dan melakukan
kecurangan. Selain itu Gordon dan Henry (2005) juga mengaitkan jenis transaksi RPT dengan ukuran manajemen laba.
2.4 Hubungan TATO dengan Manajemen Laba
menggunakan rasio aktivitas perusahaan, yaitu total asset turnover (TATO). TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya berupa asset (Abdul Halim, 2007).
Menurut Roychowdhury dalam Creative Accounting, TATO dapat
dihubungkan dengan manajemen laba karena salah satu cara dalam mendeteksi manajemen laba yaitu mendeteksi produksi yang berlebihan (overproduction).
Agar laba naik, manajer memproduksi lebih banyak persediaan dari yang
sewajarnya untuk memenuhi permintaan. Dengan tingkat produksi yang lebih tinggi, biaya overhead tetap per unit makin kecil sehingga biaya per unitnya akan turun. Hal ini membuat biaya barang terjual lebih rendah sehingga perusahaan
mendapat keuntungan operasi yang lebih baik karena harga yang murah lebih diminati konsumen dan membuat perputaran aset menjadi tinggi. Semakin tinggi
efisien penggunaan asset maka semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim, 2007).
2.5 Hipote sis Penelitian
Menurut Erlina (2007), “Hipotesis menyatakan hubungan yang
digunakan secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban
yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0 : terdapat pengaruh RPT dan TATO secara simultan dan parsial terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasual. Menurut
Sugiyono (2007) desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis
hubungan sebab akibat antara variabel independen dan wariabel dependen.
Penelitian ini menguji pengaruh Related Party Transaction (RPT) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Manajemen Laba.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properyi dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009- 2012.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut dimana sampel yang diambil harus benar-benar representatif
(Sugiyono, 2007). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
Kriteria-kriteria sampel yang ditentukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI selama tahun
2009-2012 dan tidak pernah delisting selama periode tersebut.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit
dari tahun 2009-2012.
3. Perusahaan tersebut memiliki data mengenai RPT, TATO dan Manajemen
laba.
Berdasarkan kriteria diatas, dari 36 perusahaan yang menjadi populasi
maka terdapat 25 perusahaan untuk menjadi sampel penelitian, yang
[image:41.596.135.515.485.739.2]disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
Kriteria Sampe
l
1 2 3
1. ASRI PT. Alam Sutera Realty, Tbk √ √ √ 1
2. BAPA PT. Bekasi Asri Pemula, Tbk √ √ √ 2
3. BCIP PT. Bumi Citra Permai, Tbk √ √ X
5 BKDP PT. Bukit Darmo Property, Tbk √ √ √ 4
6 BMSR PT. Bintang Semesta Raya, Tbk √ √ X
7 BSDE PT. Bumi Serpong Damai, Tbk √ √ √ 5
8 CKRA PT. Citra Kebun Raya Agri, Tbk √ √ X
9 COWL PT. Cowell Development, Tbk √ √ √ 6
10 CTRA PT. Ciputra Development, Tbk √ √ √ 7
11 CTRP PT. Ciputra Property, Tbk √ √ √ 8
12 CTRS PT. Ciputra Surya, Tbk √ √ √ 9
13 DART PT. Duta Anggada Realty, Tbk X X X
14 DGIK PT. Duta Graha Indah, Tbk √ √ √ 10
15 DILD PT. Intiland Development, Tbk √ √ √ 11
16 DUTI PT. Duta Pertiwi, Tbk √ √ √ 12
17 ELTY PT. Bakrieland Property, Tbk √ √ √ 13
18 GMTD PT. Gowa Makasar Tourism Dev, Tbk √ √ X
19 GPRA PT. Perdana Gapura Prima, Tbk √ √ √ 14
20 INPP PT. Indonesia Paradise Property, Tbk √ √ √ 15
21 JIHD PT. Jakarta Internasional Hotel & Dev,
Tbk
22 JKON PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk
√ √ √ 17
23 JRPT PT. Jaya Real Property, Tbk √ √ √ 18
24 KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk √ √ X
25 LPCK PT. Lippo Cikarang, Tbk √ √ √ 19
26 LPKR PT. Lippo Karawaci, Tbk √ √ √ 20
27 MAMI PT. Mas Murni Indonesia, Tbk √ √ X
28 MDLN PT. Modernland Realty, Tbk √ √ √ 21
29 MTSM PT. Metro Supermarket Realty, Tbk √ √ √ 22
30 PWON PT. Pakuwon Sejati, Tbk √ √ X
31 PWSI PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk X X X
32 RBMS PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati, Tbk √ √ X
33 RODA PT. Royal Oak Development Asia, Tbk √ √ X
34 SMDM PT. Suryamas Duta Makmur, Tbk √ √ √ 23
35 SMRA PT. Summarecon Agung, Tbk √ √ √ 24
36 SSIA PT. Surya Semesta Internusa, Tbk √ √ √ 25
Sumber : Diolah Penulis, 2013
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Erlina,
2008). Data sekunder tersebut berupa laporan keuangan perusahaan yang
diperoleh dari situs www.idx.co.id.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
studi dokumentasi. Menurut Nawawi (2005) “Metode dokumentasi adalah
cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan. Untuk itu penulis mengumpulkan data-data
berupa RPT pada akun piutang, data penjualan, aktiva tetap, laba bersih
setelah pajak, arus kas operasi, piutang bersih dan total aset.
Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
dilakukan melalui studi pustaka yaitu melalui jurnal akuntansi dan buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua, pengumpulan data
sekunder diperoleh melalui media internet.
3.5 Definisi Batasan Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa
penelitian adalah variabel independen dan variabel dependen. Pengoperasian
vaiabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2007). Penelitian ini menggunakan dua variabel
independen, yaitu RPT dan TATO.
1. RPT adalah transaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Transaksi yang terjadi antara
lain, transaksi peminjaman, penjualan, pertukaran properti atau
bahkan pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal
dan cara pengembalian. Dalam penelitian ini, penulis menetapkan
batasan operasional untuk RPT yaitu transaksi berupa kas,
piutang dan hutang.
2. TATO merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam menggunakan
sumber dayanya yang berupa asset. Semakin tinggi efisien penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Variabel TATO dalam penelitian ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen
laba.
Untuk menentukan akrual diskresioner sebagai indikator manajemen dalam penelitian ini, digunakan Modified Jones Model
(MJM). Dalam MJM, dimasukkan unsur perubahan piutang dan
perubahan pendapatan.
Secara detail, penentuan akrual diskresioner sebagai indikator manajemen laba dilakukan dengan tahap-tahap berikut:
1. Menentukan nilai total akrual dengan formulasi:
TAit = NIit -CFOit
2. Untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi dengan aset
tahun sebelumnya (Ait-1), dengan formulasi:
TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2(ΔR evit / Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) + εit
3. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:
NDAit = α1 (1/Ait-1)+α2(ΔRevit / Ait-1 - ΔRecit / Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1)
4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator
manajemen laba akrual, dihitung dengan:
Keterangan :
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
NIit : Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit : Arus kas operasi perusahaan i pada periode t
NDAit : Akrual nondiskresioner perusahaan i dalam periode t
DAit : Akrual diskresioner perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aset total perusahaan i pada periode t-1
ΔRevit : Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t
ΔRecit : Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
PPEit : Property, plant, and equipment perusahaan i pada periode
t
α1,α2,α3 : Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi
εit : Error term perusahaan i pada periode t
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan
analisis statistik dan menggunakan software SPSS 18.0 for Windows. Dalam penggunaan metode analisi regresi untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu
diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.
Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan
variabel-variabel dalam penelitian ini. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2007). Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan
maksimum serta deviasi standar.
3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroledastisitas dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode
pemilihan analisis data. Jika data normal, maka digunakan statistik
parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan statistik
Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat
histogram atau pola distribusi data normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya
adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola
berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas,
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data
berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
H0: data residual berdistribusi normal,
Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi
data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai nilai signifikansi
< 0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima. Data
yang tidak terdistribusi secara tidak normal dapat
ditransformasikan agar menjadi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikoliniearitas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff
yang umum digunakan adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
multikuliniearitas antar variabel dalam model regresi.
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
regresi terdapaat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2005).
Menurut Ghozali (2005) cara memprediksi ada tidaknya
heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar
Scatterplot model tersebut adalah:
a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk memastikan bahwa
analisis regresi terbebas dari kesalahan yang biasanya terjadi akibat
dari data yang diambil dari periode bersamaan (time series), dimana residual dari data periode sebelumnya akan cenderung
berpengaruh terhadap data dalam periode selanjutnya. Untuk
menguji ada atau tidaknya korelasi dilakukan dengan uji
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel
lagi di antara variabel independen. Penilaian ada tidaknya korelasi
[image:52.596.183.512.193.693.2]disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tolak
No Decision
Tolak
No Decision
Tidak Ditolak
0 < d < dl
dl ≤ d ≤ du
4 – dl < d < 4
4 –du ≤ d ≤ 4
– dl
du < d < 4 - du
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda.
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y1 = α + β1X1+ β2X2+ ε
Keterangan:
Y1 = Manajemen laba
α = Konstanta
β1β2 = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Related party transaction
X2 = Total asset turnover
ε = Error
3.6.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus
dibuktikan melalui data yang terkumpul (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian ini pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kemampuan
variabel X (variabel independen) dalam mempengaruhi variabel Y
(variabel dependen). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
(0) dan satu (1). Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan
semakin baik kemampuan X menerangkan Y (Sugiyono, 2007).
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test).
a. Uji F (uji secara simultan)
Uji statistik F pada dasarnya untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2005).
Hipotesis yang diuji adalah:
H0 = tidak semua variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen
Ha = semua variabel independen berpengaruh secara
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung
dengan ketentuan:
a. Jika Fhitung < Ftabelpada α 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak
b. Jika Fhitung > Ftabelpada α 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
b. Uji t (uji secara parsial)
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji
statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel secara individual dalam menerangkan variabel
dependen (Ghozali, 2005).
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Ha = variabel independen berpengauruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung
dengan ketentuan :
a. Jika thitung < ttabel pada α 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak.
b. Jika thitung > ttabel pada α 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2012 sebagai objek penelitian. Setelah
dilakukan penyeleksian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka
diperoleh 25 perusahaan sebagai sampel penelitian yang berarti 100 unit
analisis. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik dan regresi berganda.
Pengolahan dimulai dari menginput dan mengolah data ke microsoft excel
kemudian melakukan pengujian dengan menggunakan software SPSS versi 18. Kemudian didapat output-output yang dihasilkan berdasarkan metode
analisis yang telah ditentukan.
4.2Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif menggambarkan fenomena dan karakteristik data.
Dalam suatu penelitian analisis deskriptif perlu dilakukan karena
karakteristik dari suatu data akan menggambarkan fenomena dari data
Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
MLABA 100 -,987524 ,195457 -,09933807 ,156581560
RPT 100 110468887 589596973406 78365243674,27 108535586908,177
TATO 100 ,0200 ,6378 ,220564 ,0957439
Valid N
(listwise) 100
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2013
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diatas, dapat dijelaskan
beberapa hal berikut, yaitu:
a. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 25 perusahaan
dilkalikan 4 tahun penelitian yang berarti 100 unit analisis.
Penelitian ini menggunakan 1 variabel independen dengan skala
nominal yaitu RPT dan 1 variabel dengan skala rasio yaitu TATO.
b. Nilai minimum untuk variabel manajemen laba adalah -0,987524
dan nilai maksimumnya 0,195457 dengan nilai ratarata
-0,09933807, sedangkan standar deviasinya 0,156581560.
c. Nilai minimum untuk variabel RPT adalah Rp 110.468.887,- dan
nilai maksimumnya Rp 589.596.973.406,- dengan nilai rata-rata Rp
78.365.243.674,- sedangkan standar deviasinya Rp
108.535.586.908,-.
d. Nilai minimum untuk variabel TATO adalah 0,0200 dan nilai
maksimumnya 0,6378 dengan nilai rata-rata 0,220564 sedangkan
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Agar model regresi yang dipakai dalam penelitian ini secara teoritis
menghasilkan nilai parametik yang sesuai, terlebih dahulu data harus
memenuhi empat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang telah
dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen
memiliki distribusi normal atau tidak. Cara yang dilakukan untuk
melihat normalitas adalah dengan melihat hasil uji K-S, histogram dan
grafik P-P plot. Cara pengambilan keputusan dalamuji K-S adalah
apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data
terdistribusi secara normal, apabila nilainya lebih kecil dari 0,05 maka
data tidak terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dalam
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MLABA RPT TATO
N 100 100 100
Normal
Parametersa,b
Mean -,09933807 78365243674,27 ,220564
Std. Deviation ,156581560 108535586908,177 ,0957439
Most Extreme
Differences
Absolute ,134 ,235 ,178
Positive ,110 ,227 ,178
Negative -,134 -,235 -,097
Kolmogorov-Smirnov Z 1,336 2,355 1,777
Asymp. Sig. (2-tailed) ,056 ,000 ,004
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2013
Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang
menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) pada variabel RPT sebesar
0,000 dan TATO sebesar 0,004 yaitu lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti H0 ditolak yang berarti data tidak terdistribusi secara normal.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen
laba saja yang terdistribusi normal.
Normalitas juga dapat diketahui dengan menggambarkan
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2013
Gambar 4.2 Grafik P-Plot
[image:60.596.162.476.177.406.2] [image:60.596.171.493.502.730.2]Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik
normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan
pola distribusi yang tidak normal. Sedangkan pada grafik normal plot
terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya agak menjauh dari garis diagonal.
Menurut Ghozali (2005) data yang tidak terdistribusi secara
normal dapat ditransformasi agar manjadi normal. Ada beberapa cara
untuk mengubah model regresi menjadi normal (Erlina, 2008), yaitu:
a. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya.
b. Lakukan trimming yaitu membuang data outlier.
c. Lakukan winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu
nilai tertentu.
Pada penelitian ini penulis melakukan transformasi data dalam
model logaritma natural agar nilai residual data menjadi normal. Setelah
data ditransformasikan, peneliti melakukan pengujian ulang
menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik histogram dan grafik
normal plot untuk mengetahui normalitasnya.
Berikut hasil pengujian setelah data