• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badah haji adalah salah satu di antara perintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Badah haji adalah salah satu di antara perintah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

badah haji adalah salah satu di antara perintah-perintah Allah swt dan sunnah yang ditinggalkan semenjak Nabi Adam as hingga Nabi Ibrahim as yang kemudian diwariskan dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad saw.

Ibadah haji adalah sebuah perjanjian antara manusia dengan Tuhannya dan menjadi sebagai camp persatuan para penerus ajaran Ibrahimi yang hanif.

Ibadah haji adalah pusat perkenalan dan komunikasi umat Islam yang agung ini, pelatihan kesadaran, kebebasan dan pembentukan diri.

Ibadah haji merupakan sunnah seluruh utusan Allah dan Ka’bah adalah tempat ibadah pertama di muka bumi. Para penziarah Ka’bah dan pelaku haji menjadi tamu-tamu Allah swt.

Haji adalah sebuah ibadah agung yang merupakan salah satu puncak kebebasan mukmin muwahhid dari selain-Nya, jalan penyucian diri dan manifestasi kerinduan dan pengorbanan, kesadaran dan tanggung jawab dalam kehidupan individual dan sosial. Dengan demikian ibadah haji adalah penjelmaan seluruh hakekat dan norma Islam.

Ibadah haji dengan seluruh aspeknya dapat membantu menerangi kehidupan manusia. Namun demikian tetap saja masih banyak sisi dari ibadah ini yang masih belum dimanfaatkan

semaksimal mungkin dan bahkan ditinggalkan begitu saja.

Ibadah haji memiliki kandungan yanga sangat kaya dan sudah semestinya untuk diletakkan pada tempat yang sebenarnya sebagaimana seluruh hukum dan pengetahuan Islam yang lain.

Untuk mewujudkan hal tersebut, harus melalui jalan panjang dan penantian lama sehingga berbagai manfaat dan berkah dapat dipetik darinya dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan individual maupun sosial.

Masa ibadah haji merupakan sebuah kesempatan yang tepat untuk membebaskan diri dari berpandangan sempit, egoisme, kelalaian dan ketergantungan kepada dunia.

▸ Baca selengkapnya: salah satu manfaat menjauhi sikap riya adalah

(2)

Ibadah haji adalah salah satu tugas seluruh kaum Muslimin dan termasuk di antara rukun agama dan panji mulia Islam.

Amalan haji merupakan kewajiban ibadah berdimensi sosial bahkan politik yang paling besar dalam agama Islam dan dapat merubah nasib individu dan umat Islam serta mengusir setan hawa nafsu dari dalam diri dan setan besar (musuh-musuh umat Islam) dari negara Islam.

Dimensi Ibadah Haji

Ibadah haji adalah pusat dan sumber pengetahuan Ilahi yang bahkan memiliki kandungan politik Islam dalam seluruh dimensi kehidupan.

Ibadah haji merupakan salah satu di antara kewajiban Ilahi teragung yang sebagaimana ibadah-ibadah lain seperti shalat yang dinyatakan sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar di tengah masyarakat, zakat sebagai hak yang harus diberikan kepada mereka yang membutuhkan dan…, memiliki dua dimensi: Individual dan sosial.

Adapun target ibadah haji dari sisi individual adalah menyucikan diri, mencapai kejernihan dan cahaya, membersihkan noda material dan spiritual, meraih ketenangan jiwa, kedekatan diri kepada Allah swt untuk menemukan shirath mustaqim ke arah kesempurnaan dan penghambaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ibadah haji merupakan training jangka pendek untuk melatih jiwa dan ruh manusia secara individual dan sosial. Sisi sosial ini lebih berharga dari sisi individualnya dan sering dilalaikan banyak orang.

Dan poin yang perlu diingat bahwa kitab suci Al-Qur’an ketika menjelaskan hikmah dan tujuan haji, menegaskan urgensi haji dari sisi sosialnya dan berbagai manfaat yang dapat direalisasikan untuk kebahagiaan seluruh umat manusia.

Fungsi Ka’bah dan hikmah haji menurut pandangan Al-Qur’an adalah untuk menjamin berbagai manfaat bagi umat manusia. Allah swt berfirman:

(3)

“Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah Suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia”

Artinya ka'bah dan sekitarnya menjadi tempat yang aman bagi manusia untuk mengerjakan urusan-urusannya yang berhubungan dengan duniawi dan ukhrawi, dan pusat bagi amalan haji. Dengan adanya ka'bah itu, kehidupan manusia menjadi kokoh.

Dengan demikian ibadah haji adalah gerakan sosial bersama untuk menyelesaikan segala problema, menjamin segala kebutuhan dan memajukan urusan-urusan umat Islam dan umat manusia.

Manfaat Ibadah Haji

Kaum Muslimin dalam penyelenggaraan manasik dan ibadah haji yang agung ini akan

menyaksikan dan meraih berbagai manfaat darinya, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an: "مل ههلي عيفسانيمي اودههيشل ييلس..." “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka…”

Dari penggalan ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat-manfaat yang menyangkut urusan umat Islam memiliki beberapa jenis dan tingkatan: Manfaat yang bersifat budaya, politik, ekonomi dan bahkan militer. Seluruh manfaat seperti yang telah disebutkan di atas dan selainnya akan disaksikan dan diraih oleh para jamaah haji dan dapat dirasakan oleh seluruh kaum

Muslimin, karena ayat tersebut bersifat umum “عيفسانيمي” dan mencakup seluruh manfaat dengan segala bentuknya.

Haji Dan Persatuan Umat Islam

Marilah kita baca pesan haji yang pernah disampaikan oleh pimpinan spiritual tertinggi Iran saat ini, Ayatullah Ali Khamenei pada musim haji tahun 1417 H:

(4)

tentang problema-problema umat dan dunia Islam dan memberikan kekuatan, kemuliaan dan persatuan. Oleh karena itu, melalaikan manfaat haji dari aspek ini berarti menutup sumber-sumber kebaikan kaum Muslimin yang tidak dapat dipenuhi dari jalur lain.”

Kita dengar pula ringkasan pesan haji dari pendiri dan proklamator Republik Islam Iran, Ayatullah Khomeini yang disampaikan kepada para jamaah haji pada 5 Dzul Hijjah 1408 H:

“Semua orang dapat mengambil manfaat dari ibadah haji sebagaimana yang mereka dapatkan dari Al-Qur’an. Akan tetapi hanya ulama’, orang-orang yang mendalami arti, hukum dan tujuan sosialnya dan mengetahui permasalahan umat Islam saja yang mampu meraih manfaat lebih berupa esensi petunjuk, hikmah dan kebebasan.

Namun bagaimana prakteknya? Ibadah haji tidak banyak dimanfaatkan sebagaimana juga Al-Qur’an. Setiap tahun jutaan kaum Muslimin berbondong-bondong menginjakkan kaki di atas bumi yang pernah diinjak oleh Hajar, Nabi Ismail as, Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw, akan tetapi jarang sekali mereka bertanya: Siapakah Nabi Ibrahim as dan Nabi

Muhammad saw? Apa yang telah mereka lakukan? Apa tujuan mereka? Dan apa yang mereka inginkan dari kita?

Ringkasnya, kaum Muslimin harus serius dalam menghidupkan kembali ibadah haji dan Al-Qur’an di dalam kehidupan mereka.”

Dengan demikian jelas bahwa ibadah haji yang tidak membawa manfaat-manfaat sosialnya (mencakup manfaat kultural, ekonomi, politik, militer dan…) tidak bernilai sama sekali dan tidak akan tergolong sebagai haji Islam, akan tetapi akan masuk dalam kategori haji jahiliyah, kosong dari makna dan tujuan, hanya berbentuk ritual dan praktek semata sebagaimana pernah dilakukan oleh orang-orang masa jahiliyah sebelum Islam yang meniatkannya untuk selain Allah swt.

Bila kita memperhatikan beberapa ayat yang memuat kewajiban beberapa ibadah dari sisi waktu pelaksanaannya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ibadah-ibadah ini lebih banyak melihat kepada dimensi sosialnya daripada individualnya. Kebersamaan dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut akan menunjukkan kekuatan, kemuliaan dan persatuan umat Islam.

(5)

"اتموقهولمن ابماتيكس ني ينسمسؤلمهللا ىليعي تل نياكي ةيلي صن لا نن إس" “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Penetapan waktu ini dan anjuran melaksanakan shalat secara berjamaah merupakan sebuah anugerah kepada umat Islam. Dapat dibayangkan kekuatan, kemuliaan dan persatuan kaum Muslimin apabila mereka melaksanakan shalat serentak dan secara berjamaah serta

menggunakan kesempatan ini dengan baik untuk kepentingan Islam

Berkenaan dengan puasa, Al-Qur’an mewajibkan seluruh umat Islam untuk berpuasa di bulan suci Ramadhan. Sebuah kesempatan lain diberikan untuk mewujudkan kekuatan, kemuliaan dan persatuan umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Adapun berkenaan dengan haji, Allah berfirman:

ت اميولهعلمن رتههشل أي ججحيللاي"

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah]…”

Pada momen itulah kaum Muslimin seharusnya memberikan atensi lebihnya kepada ibadah haji ini untuk membenahi diri, menjalin komunikasi dengan jamaah lain dan bersama-sama mengejar tujuan individual atau sosial yang diinginkan oleh Islam.

Ibadah haji merupakan sebuah muktamar agung yang dihadiri oleh umat Islam berbagai lapisan dari seluruh belahan dunia. Semuanya kembali kepada umat Islam sendiri apakah mampu memanfaatkan anugerah Ilahi ini semaksimal mungkin atau tidak, apakah mampu melobi dan berkomunikasi dengan sesamanya untuk menyelesaikan problema umat dan dunia Islam, menjamin kebutuhan mereka dan menciptakan dan mempersembahkan tatanan dunia Islami kepada umat manusia? Inilah PR yang harus diselesaikan oleh individu dan umat Islam.

(6)

Sebagai penutup dari tulisan singkat ini, perkenankan penulis memberikan usulan kepada setiap jamaah haji yang akan berangkat, khususnya yang memiliki otoritas untuk melobi, mengundang dan mengadakan pertemuan dengan para tokoh dari negara lain untuk memprakarsai

penyelenggaraan muktamar tahunan dan membentuk komite-komite dalam berbagai bidang yang diperlukan oleh umat Islam.

Pada musim haji ini umat Islam dapat mengadakan pertemuan atau seminar khusus sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing untuk menjalin kontak, tukar pengalaman, menciptakan kreatifitas dan innovasi bersama atas nama kaum Muslimin dalam bidang kultural, ekonomi, politik, militer dan keilmuan yang lain seperti kedokteran, sains, teknologi dan…

Dan hal ini paling tidak –sesuai dengan apa yang pernah penulis saksikan di musim haji tahun 2008 yang lalu- telah mulai dirintis oleh para pemuka jamaah haji Iran dengan mengundang para pakar dan ahli pada bidang-bidang tertentu, mengulurkan kerjasama dan mengadakan berbagai pertemuan ilmiah untuk mendengarkan, mengamati, menganalisa dan menyelesaikan berbagai permasalahan dan problema umat Islam dan dunia internasional.

Tentunya hal itu tidak cukup bila dilakukan pada masa haji saja, harus ada langkah-langkah sebelum datangnya musim haji dan upaya-upaya untuk menindaklanjuti kerjasama, kesepakatan dan lain sebagainya setelah selesainya musim haji, supaya hal yang telah diusahakan dengan pengorbanan waktu dan tenaga tidak sia-sia dan hanya menjadi sekedar ide.

Dan tidak diragukan lagi bahwa bila suatu hari haji memperoleh posisi sebenarnya di dunia Islam, kaum Muslimin melaksanakannya sesuai dengan yang diinginkan Islam, maka Islam akan mengambil alih dan menguasai dunia. Semoga kita dapat menyaksikan datangnya hari itu. Amin ya Rabbal Alamin!

*Alumni Universitas Azzahra Iran, aktif menerjemah buku bahasa Persia ke bahasa Indonesia. Saat ini ia juga mengajar di SMP Sitrah Jakarta.

Komentar(0 komentar)

kirim komentar
(7)

Artinya: "Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka, dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, atas rizki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka, makanlah sebagian daripadanya, dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. " (Q.S. al-Hajj 22:28) Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu 'Abbas RA berkata: "Sesungguhnya yang dimaksud ialah manfaat-manfaat di dunia dan di akhirat. Adapun manfaat-manfaat di akhirat ialah keredhaan Allah Ta'ala. Sedang manfaat-manfaat di dunia ialah keuntungan-keuntungan yang mereka peroleh dari binatang-binatang kurban, sembelihan-sembelihan dan bermacam-macam perniagaan."

Sebenarnya, kalau kita hendak menjabarkan perkataan Ibnu 'Abbas ini dan menghitung satu-persatu manfaat-manfaat keduniaan maupun keagamaan yang dia kemukakan, maka akan kita lihat betapa banyak manfaat-manfaat tersebut. Berikut ini adalah sebagian di antaranya:

Pertama, pertemuan kaum muslimin: Ketahuilah, bahwa bangunan Islam ini dibina atas dasar perkumpulan dan perhimpunan di antara sesama kaum muslimin. Maka dari itu, Allah Ta'ala menjadikan sebagian besar ibadah-ibadah yang di syari’atkan-Nya sebagai sarana bagi bermacam-macam pertemuan di antara mereka. Allah membuat pertemuan kaum muslimin yang berulang lima kali sehari, pada tingkat perkampungan dari suatu kota. Dan untuk mengatur itu, Dia syari'atkan shalat jama'ah.

Dan Allah membuat pula pertemuan lain bagi mereka, yang berulang sekali setiap minggu pada tingkat kota. Dan untuk mengatur itu, Dia syari'atkan shalat Jum'at.

Dan ada pertemuan lain lagi yang Allah buat untuk kaum muslimin, yang berulang sekali setiap tahun pada tingkat dunia Islam seluruhnya. Dan untuk mengaiur itu, Dia syari'atkan haji ke Baitullah al-Haram.

Kedua, menghidupkan hakekat Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan lilimi) dan menampakkannya secara nyata, yakni tanpa dipengaruhi dengan hambatan-hambatan bahasa maupun perbedaan tempat yang saling berjauhan. Dan sebaik-baik cara untuk menghidupkan ukhuwah tersebut ialah dengan mempertemukan kaum muslimin di sekitar Baitul- Inti. rumah Allah yang tua itu, di mana mereka melafazhkan doa yang sama kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan satu arah.

Ketiga, mengikat kaum muslimin seluruhnya meski negeri mereka nling berjauhan- kepada satu poros, yaitu Makah al-Mukarramah, yang merupakan tempat kelahiran Islam di muka bumi ini, yang dari sana terpancarlah cahaya Tauhid ke segenap penjuru dunia, agar kota itu menjadi lambang kesatuan mereka dan penjelmaan prinsip mereka.

(8)

larut dalam kerohanian yang sama, yaitu mabuknya kedekatakan kepada Allah dan Imirut kepada redha-Nya.

Sesungguhnya haji itu pemandangan indah yang mengingatkan permulaan manusia, di kala mereka keluar dari perut ibu mereka masing- masing dalam keadaan yang sama, tidak ada keistimewaan bagi seorang pun atas yang lain, sebagaimana mengingatkan tempat mereka kembali kelak, di kala seluruh manusia menghadap kepada Rabbul 'Alamin dalam keadaan telanjang dan tiada beralas kaki, tanpa pangkat, tanpa nasab.

Kelima, Haji juga merupakan peringatan terpenting yang mengingatkan kaum muslimin peristiwa-peristiwa yang telah dialami nenek- moyang dan generasi tua mereka, yaitu para Nabi dan Utusan Tuhan. Setiap persinggahan selama ibadah haji ada hubungannya dengan suatu peristiwa yang membangkitkan banyak kenangan dalam perasaan para jamaah haji. Ketika di Baitullah umpamanya, tergambarlah dalam fikiran seorang mu'min dua Nabi Allah Ibrahim dan Isma'il saat keduanya membangun rumah tua itu. Dan tergambar pula peristiwa-peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW ketika beliau mencium Hajar Aswad dan menghancurkan patung-patung hingga roboh terjungkal dengan hina-dina. Sedang ketika berada di Shafa dan Marwah, seorang muslim akan teringat Hajar AS di kala ia lari mondar-mandir di antara kedua bukit itu, mencari air buat bayinya, Isma'il. Dan di Mina, ketika melempar jumrat, ia dapat merasakan peristiwa-peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim ketika melawan syaitan dan tidak mempedulikan perintah- perintahnya, lalu dilemparnya dengan batu-batu, sementara beliau dengan mantap memenuhi perintah Tuhannya dan melaksanakan apa yang Dia wahyukan kepadanya dalam mimpinya, agar menyembelih puteranya. Sedang di 'Arafat, bergeloralah dalam sanubari si mu'min desakan-desakan keinginan kepada rahmat Allah dan hasrat akan ampunan-Nya. Sementara itu takkan hilang dari hatinya peristiwa yang mengagumkan itu, yang telah dialami Rasulullah pada Haji Wada', yaitu ketika beliau mengendarai untanya seraya berpesan lewat khutbahnya, dan ditetapkannya bagi mereka prinsip-prinsip hidup yang indah, persamaan yang adil dan persaudaraan yang tulus, serta diingatkannya mereka jangan sampai kembali lagi kepada keburukan-keburukan Jahiliyah:

دتحساوي ملكهبنري نناس س

ه

اننلا اهييجاي

٬

ب

ب اريته ن

ل مس مهديآوي ميديل م

ل ك

ه لجكه

٬

ل

ي ض

ل فيل

ي

ىويقلتنلابس ل

ن اس ى

ى مسج

ي ع

ل اي ىليع

ي ى

ى بسريعيلس

٬

ب

ه رسض

ل يي رمافنكه ى

ل دسعلبي اولدهولعهتي ل

ي ل

ي اي

ض

ب

علبي ب

ي ايقيرس ملك

ه ض

ه علبي

٠

Artinya: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa. Setiap kamu adalah keturunan Adam, sedang Adam itu dari tanah. Tidak ada kelebihan bagi seorang Arab atas yang bukan Arab, melainkan dengan takwa. Ketahuilah, janganlah kamu kembali menjadi kafir sepeninggalku, sebagian kamu memenggal leher sebagian yang lain. "

Keenam, lain dari itu semua adalah karunia yang diperoleh kaum fakir di negeri itu pada musim haji yang diberkati, berupa rizki yang membuat mereka kaya sepanjang tahun, yaitu realisasi dari doa Nabi Ibrahim AS ketika beliau bermunajat kepada Tuhannya:

(9)

kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan berilah mereka rizki dari buah-buah mudah-mudahan mereka bersyukur." (Q.S. Ibrahim 14:37)

Ketujuh, haji adalah pendidikan jasmani agar tabah dalam menghadapi kekerasan dan kesulitan, dan sabar dalam menanggung apa pun yang tidak disukai. Dan juga merupakan pendidikan akhlak, agar mau bersikap merendah diri (tawadhu'), tenggang rasa dan berlaku baik dan lemah-lembut dalam pergaulan. Di samping juga merupakan pendidikan jiwa agar gemar berkorban, bermurah hati, bersedekah dan melakukan kebajikan.

Dan juga merupakan pendidikan hati nurani agar senantiasa suci dan takut kepada Allah SWT. Allah Ta'ala berfirman dalam Surat al-Baqarah 2:197:

Artinya: "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh berbicara kotor, berbuat fasik dan berbantah- bantahan selama mengerjakan haji. Dan kebaikan apa pun yang kamu kerjakan, niscaya Allah mengetahuinya. Dan berbekallah. Sesungguhnya sebaik-baik bekal ialah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal."

Kurang lebih dua bulan yang lalu, tepatnya 66 hari dari sekarang, kita hadir di Masjid ini untuk melaksanakan Hari Raya Idul Fitri, hari raya pertama dalam Islam yang melambangkan kemenangan orang-orang Islam dalam perjuangan melawan hawa nafsu melalui ibadah puasa. Sekarang, di pagi hari yang cerah ini, kita kembali hadir di Masjid ini, duduk tafakur, bermunajat kepada Allah, mengumandangkan takbir dan tahmid, mengalunkan tasbih dan tahlil, memuji kemahabesaran dan kemahamuliaan Allah, mengagungkan kemahakuasaan dan kemahasucian-Nya, mensyukuri nikmat karunia-Nya sambil melaksanakan shalat dua rakaat kemudian mendengarkan khutbah, sebagai pelaksanaan hari raya kedua Islam, Idul Adha, hari raya Qurban.

(10)

Hari raya Idul Adha disebut juga hari raya haji sebagai simbol dari persatuan umat sedunia yang berdasarkan atas asas kebersamaan yang hakiki, asas persaudaraan yang sejati,

asas kemanusiaan yang universal, bahkan asas kemakhlukan yang bernuansa spiritual. Itulah sebabnya, dalam berhaji terdapat berbagai macam larangan, mulai dari larangan bercekcok dan berbantah-bantahan sampai kepada larangan merusak atau mematikan makhluk hidup, baik flora maupun fauna di tanah Suci Haram. Larangan-larangan itu menyiratkan makna yang amat dalam dari ajaran Islam yang intinya adalah menjaga keharmonisan hubungan kemanusiaan dalam bentuk persatuan dan kesatuan yang kokoh, dan menjaga keseimbangan kosmos dalam bentuk pelestarian lingkungan hidup yang damai.

Ajaran dasar dan agung dari Islam ini mestinya dapat kita hayati bersama dan mestinya dapat kita terapkan dengan baik dalam keseharian kita, baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat yang terkecil yaitu bertetangga, maupun dalam kehidupan masyarakat yang lebih besar yaitu berbangsa dan bernegara; bahkan lebih besar lagi dari itu yakni, hubungan kemanusiaan tanpa mempersoalkan latar belakang primordial, suku, bangsa, agama, ras, dan sebagainya. Inilah makna kerahmatan Muhammad saw. dan inilah kandungan dari universalitas Islam untuk semua manusia.

نيمل اعلل ةمحر ل ا ك انلسراام و

اريشب سانلل ةف اك لا ك انلسراامو

.اري ذنو

Artinya:

(Dan tidaklah kami mengutus engkau [Muhammad] melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam).(Q.S. al-Anbiya’:107).

(Dan tidaklah kami mengutus-mu [Muhammad] kecuali untuk seluruh manusia [dan kemanusiaan] sebagai pembawa berita gembira dan ancaman.). (Q.S. Saba’:27).

Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu

(11)

duka, dan dalam suasana yang terakhir inilah akan terlihat kesejatian dan kemurnian dari persatuan dan persaudaraan itu. Ketika Anda dalam senang dan gembira, ketika Anda sedang berada di singgasana kesuksesan, begitu mudah mencari teman dan saudara. Tetapi di kala Anda dalam duka dan derita, ketika Anda jatuh terpuruk dalam hina dan nista begitu sulit mencari karib dan keluarga. Sebabnya tidak lain karena manusia sangat sulit melepaskan diri dari interest dan pamrih pribadi bahkan tidak jarang ada manusia yang tega membiarkan saudaranya menderita tanpa mengulurkan tangan membantunya meskipun ia berkemampuan dan berkesempatan melakukannya. Apa yang sering digemborkan sebagai kepedulian sosial atau kesetiakawanan sosial lebih banyak bersifat retorika daripada fakta dan realita.

Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi umat Islam yang benar-benar konsisten pada nilai-nilai Islam yang sangat mementingkan aspek-aspek moral dan sosial dari ajaran-ajarannya. Setiap aspek ajaran Islam pasti mempunyai kaitan langsung maupun tidak langsung dengan aspek moral dan sosial, sehingga istilah hablum min-Allah dan hablun min al-nas merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam istilah lain, aspek ritual atau peribadatan yang biasanya sangat diutamakan oleh orang-orang Islam sesungguhnya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan aspek moral dan sosial. Keberislaman yang terfokus hanya pada aspek peribadatan dengan melalaikan aspek sosial dan moral sungguh-sungguh merupakan praktek keagamaan yang masih jauh dari Islami. Bahkan al-Qur’an mengancam orang-orang yang rajin bershalat tetapi lalai dalam memperhatikan kaum dhuafa’ dan fuqara’, termasuk anak-anak yatim, dengan ancaman neraka wayl (api yang sangat dahsyat nyalanya) sebagaimana tercantum dalam Q.S.al-Ma’un.

Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu

Ibadah haji dan qurban yang dewasa ini dilaksanakan oleh umat Islam juga sangat sarat dengan nilai-nilai sosial dan moral. Ibadah haji di samping menjadi simbol persatuan dan persaudaraan umat Islam sedunia seperti yang telah disebutkan tadi, juga mengandung aspek sosial, moral, bahkan etos kehidupan yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Haji penuh dengan simbol-simbol yang mengandung makna yang dalam.

(12)

superioritas yang menganggap diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kaya, lebih mulia, dan lebih dalam segala-galanya dibanding orang lain.

Thawaf di Ka’bah melambangkan spiritualisme yang tinggi, menyimbolkan bahwa sumbu dari roda kehidupan yang kita lakoni di dunia ini adalah pemilik Ka’bah, Allah swt. Di situlah kita berputar dalam seluruh dimensi dan aktifitas kehidupan kita sehingga tidak sedikit pun dari waktu dan kesempatan hidup yang dianugerahkan kepada kita, boleh kita lewatkan tanpa mengingat-Nya.

Sa’i, yang secara harfiah berarti berusaha dan bekerja, jelas sekali menyimbolkan etos kerja yang tinggi untuk mencari kehidupan, menggapai kesejahteraan dan kemakmuran di dunia ini. Ibunda Ismail, Hajar, berlari-lari antara bukit Shafa’ dan Marwah untuk mencari air kehidupan buat anaknya Ismail yang masih bayi. Kita melestarikan tradisi ini dalam bentuk Sa’i sebagai simbol dari kerja keras yang harus dimiliki oleh setiap muslim, apalagi mereka yang sudah haji.

Wuquf di Arafah sebagai puncak ibadah haji menyiratkan kefanaan dan kesementaraan hidup di dunia. Wuquf yang secara harfiah berarti stop atau berhenti sebentar memberi kesadaran yang dalam kepada kita bahwa hidup di dunia benar-benar hanya sebentar dan temporer. Perbandingan waktu di dunia dengan akhirat adalah 1 hari akhirat berbanding 1000 tahun sampai 50.000 tahun di dunia. Itulah sebabnya kita tidak bisa berleha-leha dan menyia-nyiakan kesempatan berhenti yang hanya sebentar ini guna mempersiapkan bekal berupa investasi akhirat yang akan dijalani dalam rentang waktu yang amat-amat panjang sehingga dianalogikan sebagai keabadian (al-khulud), kendatipun yang benar-benar abadi (baqa’) hanyalah Allah SWT.

Wuquf di Arafah juga menyiratkan kepada kita bahwa kita harus senantiasa berusaha mengenal (makrifat) kepada jati diri kita masing-masing untuk lebih memperteguh makrifat kita kepada sang Khaliq, Allah SWT. Di sinilah ungkapan yang populer di masyarakat Islam, khususnya kaum sufi atau mistikus Islam bahwa barangsiapa mengenal jati dirinya maka ia telah mengenal Tuhannya

(

(هبر فرع دقف هسفن فرع نم

(13)

pesimisme apalagi putus harapan ketika ia berada pada posisi bawah ataupun ketika diterpa badai kehidupan.

Dalam kaitan inilah, Al-Qur’an senantiasa memberikan motivasi dan dorongan-dorongan agar setiap mukmin selalu memandang ke masa depan dengan penuh optimisme sambil bekerja keras. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

هللااوقتاو دغل تمدقام سفنرظنتلو هللااوقتا اونماء نيذلا اهيأاي

.نولمعت امب ريبخ هللا نإ

Artinya.

Hai orang–orang yang beriman bertawakkallah kamu kepada Allah dan hendaklah sertiap orang memikirkan apa yang akan diperbuat untuk hari esok (masa depan), dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat mengetahui apa yang kamu perbuat (al-hasyar 18)

Di dalam ayat yang lain Allah berforman:

) يعس ام لإ ناسن لل سيل نأو

٣٩

فوسسس هيعس نأو (

) يري

٤٠

(

Artinya:

Sesungguhnya tidak akan ada yang diperoleh mnausia kecuali apa yang telah diusahakannya sendiri, dan sesungguhnya hasil jerih payahnya pasti akan dilihatnya kelak (al-An’am 39-40)

Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu

(14)

kejahatahan yang dapat menjerumuskan manusia kepada kesengsaraan duniawi dan ukhrawi. Termasuk dalam hal ini adalah dorongan doroangan nafsu jahat yang ada dalam diri setiap manusia.

Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu

Ibadah qurban yang juga diwarisi dari Bapak para Nabi Ibrahim as. mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang tinggi. Orang Muslim yang memiliki kemampuan material sangat dianjurkan memotong hewan kurban sebagai wujud pengabdian dan rasa syukur yang dalam kepada Allah swt. sekaligus sebagai wujud dari rasa persaudaraan, kebersamaan dan kepedulian terhadap umat Islam yang kebetukan kurang beruntung. Ketika kita memotong hewan kurban, aspek ritualnya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Itulah sebabnya ibadah ini disebut qurban yang berasal dari kata برق – نابرق.yang secara harfiah berarti dekat. Oleh karena itu Tuhan menegaskan dalam firman-Nya bahwa bukan daging dan darahnya yang sampai kepada Allah, akan tetapi ke ikhlasan hati dan ketaqwaan yang ada di dalalm dada itulah yang diterima oleh Allah. Dalam al-Qur’am Allah berfirman:

.مكنم ىوقتلا هلاني نكلو اهؤ ام د لو اهموحل هللا لاني نل

Di sinilah sesungguhnya hakikat qurban yang kita lakukan patut kita renungi kembali, agar kita tidak terjebak ke dalam rutinitas ibadah, yang kemudian berlalu tampa makna bagi kehidupan kita kini dan akan datang. Dan semoga dengan peristiwa qurban, kita bisa menjadikan diri kita menjadi manusia-manusia paripurna menjadi diri yang sesungguhnya.

Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu

Jika kita kembali menelusuri apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap anaknya Ismail as., bermula dari suatu isyarat mimpi yang benar dari Allah swt. sebagaimana yang dikisahkan dalam Alquran:

ينننأ مانملا يف ىرأ ينإ ينباي لاق يعسلا هعم غلب املف

كننحب ذأ

هننللا ءاننش نإ ين دجتسرمؤت ام لعفا تبأاي لاق .ىرت اذام رظناف

نيربصلا نم

.

(15)

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata;” Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.” Ia menjawab:”Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.

Tidak dapat kita bayangkan betapa goncangnya jiwa Ibrahim as. ketika menerima wahyu itu. Ia mengalami konflik di dalam bathinnya. Siapakah yang lebih disayangi Ismail atau Allah? Ego atau super-ego? kesenangan, keyakinan, dan perjuangan? Kepatuhannya benar-benar diuji di puncak kesempurnaan kenabiannya melalui ujian yang ternyata lebih sulit daripada semua perjuangannyai yang terdahulu. Bila gagal menempuh ujian tersebut, maka kegagalannya ibarat kejatuhan dari puncak tertingrgi, padahal kejatuhan dari puncak yang paling tinggi adalah kejatuhan yang paling mencelakakan dan paling menyedihkan. Dan ternyata Ibrahim, juga Islmail as. telah melampaui ujian tersebut dengan gemilang. Firman Allah dalam al-Qur’an surat Ash Shafaat (37) ayat : 106-107:

ميظع حبذب هنيدفو ,نيبملا اوئلبل اوهل اذه نا

Artinya :

(106) Sesungguhnya in benar-benar suatu ujian yang nyata. (107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembilahan yang besar.

ربنكا هللا

x

٣

دمحلاهللو

Keberhasilan Ibrahim dan Ismail yang gemilang ini sesungguhnya tidak terlepas dari kesadaran akan makna suatu penyerahan diri dengan menyelami dengan sangat dalam makna dari

نوعجار هيلاناو هللانا

(sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali).
(16)

mereka berdua akan makna

نوعجار هيلاانو هللانا

(sesungguhnya kepada-Nya lah kita akan kembali).

Dengan demikian tidak ada sesuatupun yang hilang dari keduanya dengan penyembelihan hewan qurban, karena memang asalnya mereka tidak memiliki apapun juga tidak terhadap dirinya sendiri.

Dari pemahaman di atas, berwurban berarti menyerahkan atau menyampaikan sesuatu yang sementara merupakan milik kita kepada sesuatu, orang, atau kepada Tuhan, yang memang berhak atas sesuatu itu.

Untuk itulah, ketika Ibrahim menyembeli Islmail, dan Ismail merelakan nyawanya, tidaklah berarti Ibrahim mengorbankan anaknya, dan Ismail mengorbankan hidupnya, akan tetapi keduanya mengebalikan hak Allah kepada Allah.

Pengembalian hak itu ditempuh Ibrahim as. dengan cara melepaskan, menaklukkan dan memusnahkan kepentingan pribadinya, yaitu rasa memiliki anaknya, sementara Ismail as. menempuh dengan cara menaklukkan rasa memiliki diri sendiri.

ربنكا هللا

x

٣

دمحلاهللو

Hadirin yang berbahagia

Rasa memiliki anak, memiliki diri sendiri, hanyalah contoh dari sikap mementingkan diri sendiri. Di sekitar kita, bahkan pada diri kita sendiri, betapa terdapat banyak contoh dari sikap mementingkan diri sendiri, baik yang ia sadari maupun yang tidak disadari, seperti obrolan atau gosip di tengah suatu acara yang semestinya hidmat, membuang sampah di semberang tempat. Di tengah jalan raya, hanya demi kebersihan kendaraan kita, ugal-ugalan pengemudi kendaraan di jalan raja, egosentrisme spekulan dollar yang mempermainkan pasar bursa saham, konsentrasi pedagang, pengusaha atau direktur sebuah perusahaan pada keuntungan sepihak yang merugikan konseumen, dan bahkan merugikan karyawan karena upah yang tidak naik, egosentrisme kekuasaan yang phobi terhadap kontrol dan kritik serta tidak memperhatikan nasib rakyat pada umumnya, ekslusifisme kelompok sosial perburuan simbol-simbol status sosial, pakaian, mobil, rumah, gaya hidup, karir, pangkat, dan masih banyak lagi dalam kehidupan kita, kehidupan masyarakat kita.

(17)

Sanggupkan kita menyembeli sifat dan sikap yang tercelah pada diri kita?. Sanggupkah kita mengurbankan sikap-sikap kita yang banyak mementingkan diri sendiri? Kunci kesanggupan kita menyembeli sifat-sifat kebinatangan kita terletak pada keadaran ita akan makna pandangan hidup "Inna lillah wa inna Ilaihi raji’un", beserta dengan aktualisasinya, yaitu perubahan sikap dari

pola hidup memiliki ke pola hidup menjadi.

Jika kita merasa bahagia karena memiliki mobil bagus, rumah yang indah dan mewah, deposito rupiah/dollar jutaan, kedudukan yang basah, status sosial yang tinggi, berarti kita masih memiliki dan memilih pola hidup memiliki, dan alangkah rendahnya kita pada berbagai persoalan bila hati kita diletakkan pada benda-benda yang kita miliki, menyebabkan kita bisa merasa kecewa saat kita gagal meraih dan mempertahankan kedudukan, marah pada saat yang kita miliki dirusak atau diambil oleh orang, bermuram durja ketika teman dan keluarga menjauhi. Bila demikian, betapa kebahagiaan ini kita gantunge pada orang lain, sehingga kebahagiaan itu sangat ditentukan oleh apa-apa di luar diri kita, dan bukan oleh diri kita sendiri. Sehingga tanpa kita sadari diri kita jadikan robot iyang sepenuhnya sangat tergantung dan ditentukan oleh lingkungan dimana kita hidup dan berada.

Untuk inilah Allah dalam Al-Qur’an memperingatkan kepada kita untuk tidak merasa memiliki karena semua unsur yang kita miliki adalah ujian dan cobaan bagi kita. Seperti firman Allah Dalam Al-Qur’an surah At Atghaabun ayat 15.

.ميظع رجا هدنع هللاو ةنتف مكدلواو مكلاوما امنا

Artinya:

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), di sisi Allahlah pahala yang besar

ربنكا هللا

x

٣

دمحلاهللو

Hadirin jamaah id yang berbahagia

Seorang yang berpola hidup menjadi, tidaklah membuang semua yang dimilikinya, tetapi menggunakan semua itu untuk mengembangkan dirinya, kebahagiaannya tidak terletak pada benda-benda mati, tetapi pada pengangkatan kualitas hidupnya, baik psikologis maupun spiritual. Ia bahagia karena ia berhasil menjadi apa yang ia dapat menjadi demi meraih ridha Allah.

(18)

Dalam kita mengalami hidup sebagai umat yang beragama maupun sebagai warga bangsa untuk hidup di tengah-tengah kehidupan sejahtera, dalam wadah Indonesia Baru, marilah kita melakukan penyembelihan qurban yang tidak berhenti pada segi upacara ritualnya saja demi memuaskan hubungan subjektif kita dengan Tuhan Allah Swt. tetapi dilanjutkan dengan pencarian hakikatnya, maknanya, dan kemudian kita refleksikan dalam kehidupan kita dalam keseharian. Dengan merubah pola hidup memiliki kepada pola hidup menjadi, sebagai makna qurban yang dapat kita gali, betapa banyak sikap dan tindakan mementingkan diri sendiri dapat kita hindari dan cegah, dan betapa banyak sikap dan tindakan keserakahan dapat kita jauhi, sehingga kehidupan yang berkeadilan penuh cinta dapat kita realisasikan dalam kehidupan, baik sebagai umat yang beragama maupun sebagai warga negara.

Jika nilai-nilai haji dan qurban diimpelemtasikan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, maka akan terciptalah kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman.

Rusaknya simpul-simpul kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat, yang kemudian merambah ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, demikian puka rusaknya ekosistem alam dan lingkungan kehidupan yang mengakibatnya terjadinya banjir, tanah longsor, dan bencana alam yang lainnya, yang hampir melanda seluruh wilayah nusantara adalah akibat dari ketidak mampuan menusia menguasai dan mengendalikan sifat kebinatangan yang ada pada dirinya. Sehingga muncullah sikap penistaan terhadap hak-hak kemanusiaan yang agung, demikian pula terhadap lingkungan kehidupan, yang kemudian menghancurkan eko sistema alam.

Dan sebaliknya manakala yang senantiasa dimunculkan hakikat haji dan qurban ke dalam hidup keseharian dengan penghayatan akan makna qurban (kedekatan) kepada Zat Yang Maha Suci, secara intensif, akan membuka jalan dalam dirinya bagi nilai-nilai luhur dan suci itu untuk di internalisasi, sehingga dengannya tumbuhlah manjadi manusia yang sesungguhnya (manusia yang hakiki), manusia akhlaqi yang luhur, yang meresapi unsur-unsur kualitas Ilahi, bahkan mengantarkannya berakhlaq dengan akhlaq Allah (al-takhalluqu bi akhlaqillah).

Dengan itu manusia akan mengaktualisasikan diri dalam sikap hidup yang menempatkan diri sebagai bagian dari kemanusiaan universal, dan dengan nyata ia menunjukkan kepeduliannya kepada kehidupan manusia yang lain, ia akan senantiasa menjaga dan merajut tali hubungan yang intensif dengan Allah (hablum minallah), tali hubungan dengan sesama manusia, (hablum minannaas), serta hubungan serasi terhadap alam dan lingkungan sekitar, sehingga dirinya kemudian tidak hanya menjadi rahmat bagi sesamanya manusia, tapi juga menjadi rahmat bagi semesta alam.

(19)
(20)

ربكأ هللا

٧

x

.ليننصأو ةرننكب هننللا ناحبننسو اريثك هلل دمحلاو اريبك ربكأ هللا

ل

ه دننحو هننللا لإ هلإ

مزننهو ه دنننجزعأو هدبعرننصنو هدننعو قدننص

.ننني دلا هل نيصلخم هايإ لإ دبعنلو هللا لإ هلإ ل .ه دحو بازحلا

هننللو ربننكأ هننللأ .ربننكأ هننللاو هننللا لإ هننلإ ل .نوكرشملا هرك ولو

.دمحلا

ل ه دننحو هننللا لإ هننلإ ا نأ دهننشأ.رمأاننمك اريثننك ادمح هلل دمحلا

ملننسو لننص مننهللأ ,هلوننسرو ه دبع ادمحم نأ دهشأو ,هل كيرش

.نننيعمجأ هباحصأو هلأ ىلعو دمحم ان ديس ميركلا يبنلااذه ىلع

.دعب امأ

.نوقتملازاننف دننقف هننللا ىوننقتب ىننسفنو مكيننصوأ هننللا داننبعايف

يلاعت هللا لاق .نومحرت مكلعل هلوسرو هللا ةعاط يلع مكثحأو

.ميظعلا نارقلا يف

هيلع اولصاونما ني ذلا اهيأاي يبنلا ىلع نولصي هتكئ لمو هللا نإ

اننن ديس ميركلا يبنلااذه يلع ملسو لص مهللا ,.اميلست اوملسو

ىننلعو مننيهاربإ يلع تيلص امك .ملسو هبحصو هلأ يلعو دمحم

ميهاربإ لأ

.ديجم ديمح كنإ نيملاعلا يف

لا تانننمؤملاو نينمؤننملاو ,تاملننسملاو نيملننسملل رننفغا مننهللا

يننضاقايو تاوع دلا بيجم بيرق عيمس كنإ تاوملاو مهنم ءايح

.تاجاحلا

ل ذننحاو نيدننلا رننصن نننم رصنا مهللا , نيملاعلا براي

(21)

لعجا مهللا .ةماع نيملسملا نادلب

اجاح نيملسملا جاجح ةدابع

.اروبت نل ةراجتو اروكشم ايعسو.اروربم

كنإ ةمحر كن دل نم انل بهو انتي دهذإ دعب انبولق غزتل انبر مهللا

انوقبنس نني ذنلا ني ذلا انناوخ لو انل رفغا انبر مهللا .باهولا تنأ

رونفغ كننإ اننبر اوننمأ نني ذنلل لغ اننبولق ينف لعجت لو نامي لاب

انننقو ةنننسح ةرننخ لا يننفو ةنسح اين دلا يف انتأ انبر مهللا .ميحر

.رانلا باذع

ىننبرقلا يذ ءاننتيإو ناننسح لاو لدننعلاب مكرمأنني هللا نإ ,هللا دابع

.نورننك ذننت مننكلعل مننكظعي يغبلاو ركنملاو ءاشحفلا نع ىهنيو

.مظعأوربكأ هللارك ذلو

.هتاكربو هللا ةمحرو مكيلع ملسلا

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya, terdapat tiga kelas sosial di Prancis, yaitu clergés, nobles dan tiers états , tetapi setelah masuknya Revolusi Industri, kelas sosial di Prancis dibagi menjadi

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

QC atau Quality Control merupakan bagian yang mengurus pengujian terhadap bahan baku serta produk jadi secara organoleptik, mikrobiologi, serta kimiawi, mengawasi

Dengan demikian hukum atau perundang-undangan harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status setiap anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada

Hasil penelitian yang memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian menggunakan model Active Learning Tipe Role Reversal Question antara lain penelitian yang

Biasanya alat ini digunakan pada tangan dan biasanya didampingkan oleh senjata lain seperti pedang tombak atau gada .Perisai mempunyai fungsi sebagai penahan segala kerusakan yang

Saya menjawab : Cara sebuah website bekerja adalah seperti seorang sales dengan kemampuan jelajah yang sangat luas dan kecepatan bekerja yang tinggi, disini saya tidak melebih

Tepatnya, proses manajemen keterdesakan menyarankan bahwa ketika berada di dalam keterdesakan para pemimpin stratejik dapat berbuat seperti Iconoclast, melihat keterdesakan sebagai