• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis preming pemberitaan waria pada majalah waria @information group (WIG) rubrik under cover

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis preming pemberitaan waria pada majalah waria @information group (WIG) rubrik under cover"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

“ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN WARIA PADA MAJALAH WARIA @INFORMATION GROUP RUBRIK UNDER COVER”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ika Sari Nur Laili Romadlon NIM: 107051102568

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN WARIA PADA MAJALAH WARIA @INFORMATION GROUP (WIG) RUBRIK UNDER COVER

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Ika Sari Nur Laili R. NIM 107051102568

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP 19610422 199003 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juni 2011

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN WARIA PADA MAJALAH WARIA @INFORMATION GROUP (WIG) RUBRIK UNDER COVER telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua, Sekretaris,

Rubiyanah, MA Ade RinaFarida,M.Si NIP 19730822 199803 2 001 NIP 1 9770513 200701 2018

Penguji I, Penguji II,

Dr. H. Arief Subhan, MA Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP 19660110 199303 1 004 NIP 19690607 199503 2 003

Pembimbing,

(5)

ABSTRAK Ika Sari Nur Laili R.

Analisis Framing Pemberitaan Waria Pada Majalah Waria @Information Group Rubrik Under Cover

Dewasa ini keberadaan waria masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat, bahkan secara terang-terangan mereka menolak akan ke-eksistensi-annya dalam kehidupan bermasyarakat. Padahal jelas-jelas bahwa waria itu memang ada dan mereka juga dapat bertahan hidup meskipun mendapat tentangan dari pihak yang tidak menyetujui akan keberadaan mereka. Pencitraan negatif tentang waria semakin bertambah buruk karena sosialisasi yang dilakukan oleh media massa sebagai agen sosial. Majalah Waria @Information Group (WIG) muncul dengan bahasanya sendiri menyuarakan suara waria yang tidak ditampung oleh media dan jarang didengar oleh masyarakat. Majalah yang lahir dari komunitas waria ini mencoba memberitahukan kepada masyarakat sisi lain tentang waria. Seiring perjalanannya tentu majalah ini sarat akan pembingkaian yang dilakukan oleh waria itu sendiri, hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti bagaimana pemberitaan waria itu dibingkai oleh majalah WIG?

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti berusaha memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut partisipan, orang-orang yang diteliti, melalui metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Semua data-data yang ditemukan kemudian akan dianalisa menggunakan teori analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menggunakan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, keempat struktur tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang berkat limpahan nikmat dan kekuatan darinya skripsi “Analisis Framing Pemberitaan Waria Pada Majalah Waria @Information Group Rubrik Under Cover”, selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh mahasiswa dalam rangka meraih gelar Strata 1 di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini banyak bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Mahmud Jalal, M.A. Selaku Pembantu Dekan bidang Kepegawaian, Drs. Studi Rizal, LK. M.A. Selaku Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Rubiyanah, M.A. Selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si. Selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik.

3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum yang telah memberikan bimbingan dan dorongan hingga tersusunnya skripsi ini.

4. Kedua orang tuaku, Bpk Murhaji dan Ibu Khoila Romzah guru pertama dalam kehidupanku, serta adek-adekku Sayyidati Lubaba, Qurrotun A’yun dan Mohammad Fatihuddin Fawwaz, yang sangat kucintai dan kubanggakan.

5. Semua guru-guruku dari TK sampai SMA, Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terutama pengajar Konsentrasi Jurnalistik, semoga ilmu yang kalian berikan menjadi ilmu yang manfaat di dunia dan akhirat.

(7)

7. Keluarga besar H. Kasmin dan Abd. Majid yang tak bisa saya sebutkan namanya satu per satu, puji syukur kepada Allah yang telah menjadikan saya sebagai bagian dari keluarga besar ini.

8. Seluruh teman-teman Jurnalistik 2007, Zeto, Cahya, Ririn, Dita, Zabrina, Zahra, Mawa, Yanti, Sintia, Lola, Nunu, Nana, Nia, Aul, Kiki, Alan, Era, Topik, Dodo, Ibenk, Wahyu, Miral, Munir, Rezza, Fajar, Anay, Ajat, Helmi, Iman, Zaenal, Ai, Nadia, dan Jhon. Serta segenap keluarga besar alumni maupun mahasiswa Jurnalistik yang lain Semoga kita semua sukses dunia akhirat.

9. Kak Lulu Azyura yang telah dengan sabar menajawab semua pertanyaan saya dan meluangkan waktunya. Tetap berkarya dan berjuang menegakkan keadilan bagi kaummu Kak.

10. Semua orang yang telah berkontribusi dalam kehidupan saya, yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan perjuangan hidup, pedagang jalanan, sopir angkot, tunawisma, oprah winfrey, para penulis buku, dan yang tak tersebut namanya.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT penulis harapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK………....i

KATA PENGANTAR ………....ii

DAFTAR ISI.………..iv

DAFTAR TABEL ………..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………..5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

D. Metodologi Penelitian………...7

E. Tinjauan Pustaka………..12

F. Sistematika Penelitian………..13

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Waria………....15

B. Majalah………....19

C. Konstruksi Media Massa akan Realitas………...22

D. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki……….25

BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH WARIA INFORMATION GROUP A. Sejarah ………31

B. Visi dan Misi majalah Waria Information Group………...34

C. Struktur Redaksi Majalah Waria Information Group……….35

(9)

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Frame Majalah Waria Information Group………...40

B. Hasil Penggunaan Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam artikel Artikel Waria..oh..Waria Edisi 12 Bulan Oktober 2009-Februari

2010……….41

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan………..67

B. Saran………....68

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1. Kerangka Framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki………11

2. Tabel 4.1. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 1………...41

3. Tabel 4.2. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 2………...43

4. Tabel 4.3. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 3………...46

5. Tabel 4.4. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 4………...49

6. Tabel 4.5. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 5………...50

7. Tabel 4.6. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 6………...51

8. Tabel 4.7. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 7………...52

9. Tabel 4.8. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 8………...55

10. Tabel 4.9. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 9………...56

11. Tabel 4.10. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 10………...58

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan waria merupakan sebuah fenomena sosial tersendiri bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana sampai saat ini waria masih dianggap kaum yang menyimpang. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap eksistensi waria, bahkan secara terang-terangan menolak akan ke-eksistensi-annya dalam kehidupan bermasyarakat. Padahal jelas-jelas bahwa waria itu memang ada dan mereka juga dapat bertahan hidup meskipun mendapat tentangan dari pihak yang tidak menyetujui akan keberadaan mereka.

(12)

perempuan, lebih suka bermain dengan teman-teman perempuan, dan melakukan permainan yang secara umum dianggap sebagai permainan perempuan1.

Faktor penyebab munculnya perubahan perilaku dari laki-laki menjadi waria dapat ditinjau dari beberapa perspektif, yaitu: biologis, behavioristik, dan sosiokultural. Perspektif biologis berkaitan dengan masalah hormonal, behavioristik berkaitan dengan penguatan yang diberikan oleh keluarga atau orang lain ketika anak laki-laki berperilaku/berpenampilan seperti perempuan, sedangkan perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor budaya yang diduga mempengaruhi perubahan perilaku dari laki-laki menjadi waria2.

Kehadiran seorang waria menjadi bagian dari kehidupan sosial rasanya tidak mungkin untuk dihindari. Mereka akan terus bertambah selama belum ditemukan cara yang tepat untuk mencegahnya. Satu hal yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu pengertian waria berbeda dengan homoseksual (perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan sejenis) atau transvestisme (suka menggunakan pakaian wanita dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan seksualnya). Walaupun hal tersebut juga merupakan bagian dari kelainan seksual3.

Dalam kehidupan sehari-hari, hanya ada dua jenis kelamin yang diakui secara obyektif oleh masyarakat yakni pria dan wanita. Kelly berpendapat bahwa mengenai

1

Meike Kurniawati, Latar Belakang Kehidupan Laki-Laki Menjadi Waria, (Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, 2006). h. 2

2

Ibid. h. 3

3

Dewi Muthi’ah, Konsep Diri dan Latar Belakang Kehidupan Waria, (Semarang, Fakultas

(13)

jenis kelamin dapat mengakibatkan masyarakat menilai tentang perilaku manusia dimana pria harus berperilaku sebagai pria (berperilaku maskulin) dan wanita harus berperilaku sebagai wanita (berperilaku feminin)4. Sehingga seorang pria harus bersikap maskulin sedangkan wanita harus bersikap feminin. Hal ini berarti tidak ada pengakuan masyarakat secara obyektif terhadap pria yang bersikap dan bertingkah-laku seperti wanita yang biasa disebut waria atau banci. Pemilahan ekstrem pria dan wanita ini akhirnya melahirkan perlakuan yang ekstrem juga dalam masyarakat. Pria haruslah menjadi pria seperti konstruksi gender di masyarakat demikian juga wanita5. Sehingga perilaku seperti waria atau banci merupakan sebuah penyimpangan dari konstruksi masyarakat yang diskrit tersebut. Padahal meski sebagai sebuah penyimpangan atau patologi dalam masyarakat, waria memiliki sisi kehidupan yang kompleks dan juga tidak mudah untuk dijalani. Kehidupan seorang waria tidak terlepas dengan kehidupan individu dan sosialnya, bahkan lebih komplek dari kehidupan pria atau wanita normal. Karena akibat dari perilaku waria yang dianggap menyimpang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan pada konflik sosial dalam berbagai bentuk pelecehan seperti mengucilkan, mencemooh, memprotes dan menekan keberadaan waria di lingkungannya6.

Sebagai agen sosialisasi media massa juga berperan dalam permasalahan waria. Media massa dapat membentuk pencitraan tertentu dari suatu peristiwa atau

4

Koeswinarno.. Hidup Sebagai Waria. (Yogyakarta: Kanisius.,2005), h.15

5

Supratiknya, A. Mengenal Perilaku Abnormal. (Jogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 1995). h.391

6

(14)

suatu kelompok dan dipahami sebagai kebenaran umum dalam masyarakat. Pencitraan yang sudah begitu melekat dalam benak masyarakat ini kemudian berkembang menjadi stereotipe yang kemudian diteruskan intra dan inter generasi. Salah satu stereotipe yang berkembang dalam masyarakat Indonesia dan dunia adalah mengenai kaum waria yang dianggap menyimpang dari norma.

Sikap masyarakat terhadap keberadaan waria semakin diperparah oleh sebagian penggambaran waria di media massa. Dalam dunia pertelevisian, peran waria dianggap sebagai penyegar dalam acara-acara hiburan dan hal itu selalu saja bisa membuat penonton tertawa terbahak-bahak karena akting mereka di televisi dan menjadi segmen acara yang paling dinanti oleh pemirsa. Waria dalam media adalah bahan guyonan dan bulan-bulanan yang terpinggirkan. Waria juga sering kali dimunculkan sebagai sosok jenaka, riang gembira, dan genit. Stereotip melekat pada kaum waria, yaitu sebagai bulan-bulanan, bahan ejekan, atau kaum yang menerima perlakuan tidak baik. Waria juga selalu dikaitkan dengan pelacuran dan tindakan kriminal sehingga akhirnya muncul stigma: bahwa semua waria tidak beres7.

Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan secara berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling

7

(15)

tinggi, manusia menciptakan dunia yang menyeluruh, yang member legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta member makna pada berbagai bidang kehidupannya8. Kesimpulannya, Burger dan Luckmann mengatakan bahwa terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.9

Dari beberapa media massa yang ada di Indonesia, Majalah Waria

@Information Group (WIG) memberi warna tersendiri dalam pemberitaan waria.

Sebagai majalah berbasis komunitas majalah WIG mencoba menampilkan waria dalam pandangan berbeda dari apa yang diberitakan oleh media massa lain. Perbedaan tersebut bukan hanya bagi komunitas waria tapi juga kepada masyarakat. Dengan asumsi bahwa ada suatu nilai yang ingin direalisasikan oleh sang pemilik media ini kepada halayak, maka penelitian ini dibuat dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Waria Pada Majalah Waria @Information Group Rubrik Under Cover”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mudah dan terarah maka penulisan skripsi ini dibatasi berdasarkan pada analisis framing Majalah Waria

@Information Group (WIG) edisi ke-12 bulan Oktober 2009-Februari 2010 dalam

8

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15

9

(16)

memberitakan isu waria. Kemudian dari batasan masalah tersebut dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana isu tentang waria dibingkai oleh Majalah Waria @Information Group?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu: untuk mengetahui, menemukan, mengembangkan dan mendeskripsikan mengenai analisis framing Majalah WIG dalam membingkai berita tentang waria.

2. Manfaat Penelitian

2.1. Manfaat Akademis

(17)

2.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada khalayak mengenai fenomena bagaimana kekuatan media dan ideologinya mengeksploitasi sosok waria serta agar khalayak kritis terhadap berita-berita yang dimunculkan oleh media massa.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah survei analisis dokumen artikel majalah WIG, instrumen wawancara dan observasi (pengamatan) pada dokumen yang ada. Sedangkan model deskriptif, penelitian ini akan mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana pembingkaian yang dilakukan oleh media dalam mempengaruhi khalayak.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan empat struktur besar perangkat framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, Keempat unsur tersebut dibagi ke dalam perangkat framing sebagai berikut.10:

a. Struktur Sintaksis. Perangkat bingkai adalah skema berita dari majalah WIG. Unit dari skema:

10

(18)

Headline (berita utama): menunjukkan kecenderungan berita dan mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti.

Lead (teras berita): menunjukkan perspektif tertentu dari berita yang diberitakan

• Latar Informasi: latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa dan dapat mempengaruhi makna yang ditampilkan.

• Kutipan sumber: berfungsi mengklaim validitas pertanyaan berdasar klaim otoritas

akademik, menghubungkan poin tertentu dengan melawankannya dengan pendapat mayoritas

• Pernyataan

• Penutup

b. Struktur Skrip, perangkat framingnya adalah kelengkapan berita. Unit kelengkapan berita:

• Cara bercerita: bagaimana peristiwa diramu menjadi skenario yang bermakna.

Bagaimana cara peristiwa dipahami tergantung bagaimana wartawan meletakkan bagian-bagian peristiwa dalam urutan tertentu.

• Unsur 5 W + 1 H (what, who, where, when, why dan how), dapat menjadi frame yang penting atau biasa disebut dengan unsur kelengkapan berita.

c. Struktur tematik, perangkat framingnya adalah detail, koheresi, bentuk kalimat, kata ganti. Unit yang diamati dari keempatnya adalah:

• Paragraf

• Preposisi: preposisi mana yang diletakkan di awal atau di akhir menunjukkan mana

(19)

• Kalimat: kalimat aktif digunakan supaya seseorang menjadi subjek atas pernyataan sedangkan kalimat pasif digunakan supaya seseorang menjadi objek dari pernyataan.

• Hubungan antar kalimat: melihat bagaimana seseorang secara strategis

menggunakan koherensi untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa sebagai saling terpisah, berhubungan atau sebab akibat.

d. Struktur Retoris, perangkat framingnya adalah leksikon, grafis, metafora. Unit yang diamati:

• Kata : penggunaan diksi karena pemilihan kata tertentu menggambarkan bagaimana

pemaknaan orang terhadap realitas.

• Idiom

• Gambar

• Grafik: mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif, menunjukkan apakah

suatu informasi dianggap penting dan menarik, sehingga harus difokuskan. 2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor redaksi Majalah Waria @Information Group (WIG) Jalan Pisangan Baru III no.64 Matraman, Jakarta Timur. Dan perpustakaan sebagai tempat pengumpulan data, dokumen, arsip dan data-data kepustakaan lainnya.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Majalah WIG, sedangkan obyek dalam

(20)

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik antara lain: 4.1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi- dan informan-seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.11

4.2.Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server

dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Dokumen yang penulis

gunakan adalah artikel dari majalah Waria @Information Group (WIG) Edisi ke-12, dan beberapa data dari web resmi Yayasan Srikandi Sejati Indonesia sebagai yayasan yang menaungi majalah ini.

4.3.Observasi Teks

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.

11

(21)

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut12.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi teks, yaitu pengamatan untuk menganalisa isi makna pesan yang terdapat di dalamnya kemudian dilakukan pengamatan dengan sistematis fenomena yang terdapat dalam teks tersebut dengan objek penelitiannya yaitu teks berita pada Majalah WIG.

5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data sesuai dengan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk meneliti konstruksi waria pada majalah Waria @Information Group (WIG) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1.

Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki13

Struktur Perangkat Framing

Unit yang Diamati

Sintaksis Skema Headline, Lead, latar, Informasi, Kutipan Sumber, Pernyataan, Penutup

12

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 h.115

13

(22)

Skript Kelengkapan Berita

Unsur 5 W+1H (What, Where, When, Who, Why dan

How)

Tematik Detail Koherensi Bentuk Kalimat Kata Ganti

Paragraf, Preposisi, kalimat, hubungan antar kalimat

Retoris Leksikon Grafis Metafora

Kata, idiom

Gambar/foto, grafik Kiasan

6. Pedoman Penelitian

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

e. Tinjauan Pustaka

Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing pada media cetak, salah satunya adalah sebuah

skripsi dengan judul “Konstruksi Media Cetak Atas Berita Meninggalnya Soeharto,

(23)

Apa yang ditulis oleh penulis sebenarnya jauh berbeda dengan apa yang ada pada skripsi rujukan. Jika pada skripsinya, Eti Rusitah mengambil objeknya adalah konstruksi berita meninggalnya Soeharto maka penulis mengkaji tentang kontruksi waria. Begitu pula dalam menganalisa permasalahan yang ada, Eti Rusitah hanya menuliskan analisis framing secara luas tanpa mempersempit pembahasan pada salah satu pakar. Sedangkan penulis lebih menekankan pada analisis framing yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

f. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

(24)

BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH WARIA @INFORMATION GROUP

Pada bab ini terdapat dua sub yang akan peneliti paparkan. Sub pertama akan dipaparkan mengenai sejarah singkat Majalah Waria @Information Group, Visi dan Missi majalah tersebut, struktur redaksinya, dan mengenai program-program lain yang dilakukan oleh Yasasan Srikandi Sejati sebagai organisasi waria yang menaunginya.

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang temuan dan analisa mengenai berita-berita tentang waria yang ditampilkan oleh Majalah Waria @Information Group. Semua data tersebut akan dianalisa sesuai dengan perangkat-perangkat yang disebutkan dalam kerangka teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

BAB V PENUTUP

(25)

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

E. Waria

1. Pengertian waria

Kehadiran waria salah satu jenis kelamin ketiga memang masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Hal ini memicu adanya berbagai macam pandangan tentang waria. Dalam pengertian umum, waria adalah seorang laki-laki yang berdandan dan berlaku sebagai wanita14. Mereka (waria) merasa alat kelaminnya juga ciri fisiknya lainnya tidak pada tempatnya. Sehingga mereka merasa harus merubah ciri fisiknya sesuai dengan jiwanya.

Dilihat dari definisi sosiologi, waria adalah suatu transgender. Maksudnya adalah mereka menentang konstruksi gender yang diberikan oleh masyarakat pada umumnya, laki-laki atau perempuan saja. Transgender di sini yaitu perempuan yang terperangkap pada tubuh yang salah.15

Waria dalam konteks psikologi termasuk sebagai penderita transeksualisme, yakni seorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna. Namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis16. Jadi mereka sering memakai atribut-atribut lawan jenisnya, dengan memakai pakaian perempuan.

Menurut diagnosis medis konvensional, transeksualisme adalah salah satu bentuk gender dysphoria (kebingungan gender), yaitu sebuah general term bagi

14

Kemala Atmojo, Kami Bukan Lelaki, (Jakarta: Pustaka Graffiti, 1986), h.2

15

Hesti Puspitosari dan Sugeng Pujileksono, Waria dan Tekanan Sosial, (Malang; Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial-FISIP, UMM, 2005). h. 9-10.

16

(26)

mereka yang mengalami kebingungan atau ketidaknyamanan tentang gender-kelahiran mereka.17 Lebih jauh hal ini bisa digambarkan bahwa transeksualisme adalah kondisi dimana identitas gender yang dimiliki oleh seorang transeksual berlawanan dengan jenis kelamin yang ada padanya. Banyak orang yang sering menyamakan antara transeksual dan transgender namun keduanya jelas berbeda.

Transgender berarti orang yang hidup atau menginginkan untuk hidup sebagai anggota dari gender kebalikan dari gender yang dimilikinya sejak lahir.18 Maksudnya dalam transeksual seseorang ingin hidup dan diakui sebagai lawan jenis kelaminnya jadi mereka merasa anggota dari salah satu gender, laki-laki atau perempuan. Sedangkan orang yang mengalami transgender ingin diakui keberedaannya sebagai jenis kelamin ketiga yaitu waria itu sendiri. Baik transeksual dan transgender erat kaitannya dengan masalah seksualitas dan gender.

Langkah pertama untuk mempelajari seksualitas yakni dengan membedakan orientasinya dari gender dan melihat bagaimana artikulasi antara keduanya. Ada anggapan bahwa harus ada kecocokan antara seks, gender, dan orientasi seksual. Sebenarnya seks, gender, dan seksualitas masing-masing adalah suatu continuum (kelanjutan). Dalam kategori kelamin (seks) terdapat tiga kategori umum: jantan (XY), betina (XX), dan hermaphrodite (dengan berbagai kombinasi kromosom seperti XXY, XYY, dan lain sebagainya). Dalam kategori gender ada maskulin, feminin, dan androgin. Dalam kategori seksualitas terdapat berbagai orientasi: heteroseksual, homoseksual, biseksual, serta selibat. Kombinasi yang dianggap lazim

17

Yash, Transeksual: Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transeksual Perempuan ke Laki-Laki, (Semarang; CV Aini, 2003). h. 17

18

(27)

dan normal adalah seorang dengan jenis kelamin (seks biologis) perempuan, bergender feminism dan seksualitas hetero.19

Foucalt menyebutkan adanya hubungan antara seksualitas dengan hubungan kekuasaan-pengetahuan dalam bukunya The History of Sexuality. Dalam bukunya yang dikutip oleh Julia I Suryakusum, Foucalt mempelajari hubungan “kekuasaan

-pengetahuan” (power-knowledge), yaitu bagaimana kekuasaan beroperasi melalui konstruksi berbagai pengetahuan. Melalui discourse, power-knowledge ini bisa direlisasikan. Simbol yang dihasilkan discourse itu, antara lain melalui bahasa, moralitas, hukum dan lain-lain, tidak hanya mengacu kepada sesuatu, melainkan turut mengahasilkan perilaku, nilai-nilai, dan ideologi. Oleh karena itu, menurut Foucalt

The history of sexuality is the history of our discourse on sexuality”.20

Hirearki ideologi seksualitas –dari psikiatri, agama, adat, negara atau kepercayaan popular- berfungsi dengan cara yang sama seperti halnya sistem rasisme, etnosentrisme, dan chauvinisme agamis. Ada norma-norma baku untuk seksualitas yang diberi cap normal dan berdiri di tingkat hirearki yang paling tinggi. Pandangan bahwa ada satu jenis seksualitas yang ideal menandai semua sistem pemikiran mengenai seks.21

19

Julia I Suryakusuma, Majalah Prisma No.7 Tahun XX, Juli 1991. Jakarta, LP3ES, h. 7

20

Ibid, h. 8

21

(28)

2. Waria dalam perspektif islam

Al-qur’an secara eksplisit tidak pernah menyebutkan keberadaan atau persoalan waria. Hanya dalam hadis, persoalan ini cukup banyak disinggung.22 Namun ada dua pendapat mengenai keberadaan waria, pendapat pertama mengatakan bahwa menjadi waria adalah hal yang salah. pendapat ini berlandaskan ayat-ayat

al-qur’an tentang kaum nabi Luth sebagaimana berikut.

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan

faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)

sebelummu?”. “Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, kamu adalah kaum yang

melampui batas”. (QS al-A’raf, 80-81).

Ayat ini menegur kaum nabi Luth yang melakukan tindakan yang sangat buruk yang perlu diluruskan yaitu melampiaskan nafsu syahwat kepada sesame jenis, sehingga perbuatan tersebut disifati sebagai al-faahisyah. Perbuatan mana tidak pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, karena perbuatan itu melanggar fitrah manusia dan tujuan penciptaannya, yaitu memiliki kecenderungan kepada lawan jenisnya untuk memelihara kesinambungan jenis manusia di dunia. 23

Pendapat kedua membolehkan adanya seseorang menjadi waria. Mereka berpendapat kendati persoalan waria sedikit sekali disinggung dalam hadis, bukan

22

Zunly Nadia, Waria, Laknat atau Kodrat? (Yogyakarta: Pustaka Marwa,2005) cet ke-1 h. 173

23

(29)

berarti Islam (hadis) menganggap rendah persoalan waria. Sebagai contoh adalah hadis yang artinya sebagai berikut:24

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bertemu dengan seorang mukhannast yang telah dicelupkan kedua kaki dan tangannya, kemudian Nabi SAW berkata: “apa yang terjadi?” Kemudian orang yang

mencelupkan mukhannast itu berkata: “hai rasulullah sesungguhnya orang ini telah menyerupai perempuan (bertingkah laku sebagaimana perempuan).” Nabi mengusirnya ke kota naqi’ kemudian seseorang itu berkata “ya rasulullah bolehkah membunuhnya?” Lalu Rasulullah pun berkata: “sesungguhnya aku melarang untuk membunuh orang-orang yang shalat.” Hadis di atas menunjukkan pada masa Rasulullah juga sudah dikenal masalah waria, yaitu waria mukhannats dan waria khuntsa. Waria mukhannats adalah seseorang yang menyerupai lawan jenisnya, baik dalam berpakaian maupun perilakunya. Sedangkan waria khuntsa adalah orang yang memiliki alat kelamin laki-laki dan perempuan atau tidak mempunyai alat kelamin sama sekali.25

F. Majalah

Majalah mulai berkembang sejak akhir abad ke-19, ketika media tersebut hadir sebagai media hiburan utama karena saat itu baik radio maupun televisi belum banyak dikenal orang. Dalam kondisi masyarakat seperti itulah majalah mulai tumbuh dan berkembang serta memiliki metode dan strategi masing-masing khususnya dalam menyiasati masyarakat bacanya sendiri.26

Djony Herfan menjelaskan bahwa majalah merupakan bagian dari media massa atau media pers yang terbit secara berkala, bisa mingguan atau bulanan. Selain

24

Zunly Nadia, Waria, Laknat atau Kodrat? h. 6

25

Ibid. h.7

26

(30)

itu, isi majalah memuat berbagai macam artikel, cerita, gambar-gambar dan juga iklan.27 Sedangkan menurut Djafra H. Assegaf mengartikan majalah adalah publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel-artikel dari berbagai penulis.28

Seperti media massa lainnya, majalah mempunyai beberapa fungsi yaitu:29

a. Menyiarkan informasi (to inform), fungsi ini merupakan fungsi utama dari pers. Bagaimana khalayak pembaca memerlukan informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa di muka bumi atau informasi-informasi tentang suatu ajaran, gagasan atau pikiran-pikiran.

b. Fungsi mendidik (to educate), yaitu sebagai sarana pendidikan massa (mass

education), bagaimana tulisan-tulisan di majalah atau di koran-koran memuat

tentang berbagai pengetahuan yang sangat membantu wawasan pembaca. c. Fungsi menghibur (to entertain), selain memuat tentang berita-berita berat

(hard news), isi surat kabar dan majalah juga menyajikan berita yang sifatnya

hiburan.

d. Fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi inilah yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

Untuk pembagian jenis majalah, Kurniawan Djunaedhi menjelaskan bahwa majalah dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu :

27

Djony Herfan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1998). h.77

28

Djafar H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, (Jakarta : Graha Indonesia, 1991), h.11

29

(31)

a. Majalah umum, yaitu yang memuat karangan-karangan politik, kebudayaan, fiksi, karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film, seni dan lain-lain.

b. Majalah khusus, yakni majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerita pendek, dan lain-lain.30

Perkembangan majalah dimulai tidak lama setelah munculnya surat kabar. Seperti halnya surat kabar, sejarah majalah juga diawali di negara-negara Eropa dan Amerika. Inggris memulai sejarah perkembangan majalah pada 1704 dengan munculnya Majalah Review. Majalah ini berisi tentang berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lainnya. Kemudian 1790, terbit Majalah The Tatler dan

The Spectator, yang sudah mulai memasukkan unsur hiburan di dalamnya. Di

Indonesia sejarah keberadaan majalah sebagai media massa dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama pantja raja pimpinan Markoem Djijohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantara selaku mentri pendidikan pertama RI.31

Dalam pengemasannya majalah terdiri dari beragam rubrik, menurut Onong Uchyana Effendi, rubrik adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau

30

Kurniawan Junaehdi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), h. 154-155

31

(32)

media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat pembaca dan lain-lain.32

G. Konstruksi Sosial Atas Realitas Pada Media Massa

Social construction (konstruksi sosial) pertama kali diperkenalkan oleh Petter

L. Berger dan Thomas Luckman bahwa realitas bukan natural tapi dikonstruksi, adanya realitas karena hasil konstruksi manusia. Jadi konstruksi sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isi yang terdapat pada media. Dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, Berger dan Luckman menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita terhadap sesuatu mucul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu.33

Terdapat tiga proses dialektika dalam konstruksi media massa, diantaranya:

1. Externalisasi

Eksternalisasi terjadi pada tahap mendasar, dalam satu pola perilaku interaksi antar individu dengan produk-produk sosial masyarakat. Maksudnya adalah ketika sebuah produk sosial telah menjadi bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar. tahap eksternalisasi berlangsung ketika produk sosial tercipta dalam masyarakat, kemudian individu

32

Onong Uchyana Effendi, Kamus Besar Komunikasi, (Bandung; Mandar Maju, 1989), h.212

33

(33)

mengeksternalisasikan (penyesuaian diri) ke dalam dunia sosiokulturalnya sebagai bagian dari produk manusia.

2. Objektivasi

Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi. Individu memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur di dunia bersama, kondisi berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Objektivasi bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui opini masyarakat tentang produk tanpa harus terjadi tatap muka antara pencipta produk sosial dengan individu itu sendiri. Hal terpenting dari objektivasi ini adalah pembuatan tanda-tanda (sign) oleh manusia.

3. Internalisasi

(34)

Mereka tidak hanya hidup dalam dunia yang sama, tetapi mereka masing-masing juga berpartisipasi dalam keberadaan pihak lain. Individu menjadi anggota masyarakat.34

Menurut Ibnu Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitas dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, Ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Keberadaan bahasa diungkapkan Ibnu Hamad tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menetukan gambaran (citra) yang akan dimunculkan di benak khalayak, terutama dalam media massa.35

Dalam hal ini pendekatan konstruksionis memiliki penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat:

1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi

Realitas berita dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan, karena realitas bisa berbeda-beda tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

34

Burhan Bungin, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), h. 198-200

35

(35)

2. Media adalah agen konstruksi

Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihaknya.

3. Berita bukan refleksi realitas

Berita yang kita baca hanya konstruksi dari realitas kerja jurnalistik yang hadir di hadapan khalayak.

4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi realitas

Opini tidak dapat dihilangkan ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Etika

Pilihan moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita.36

H. Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

36

(36)

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.37 Perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.38

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur koseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan

frame sebagai kepngan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing

individu dalam membaca realitas.39 Pada intinya framing merupakan penempatan berbagai informasi dalam konteks yang khas sehingga elemen isu tertentu memiliki alokasi yang lebih besar dalam kognisi individu dibandingkan dengan elemen isu yang lain.40

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing. Keempat dimensi struktural tersebut membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita

37

Alex Sobur, Analisa Teks Media, Sebuah Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 161-162

38

Bimo Nugroho, Eriyanto, Franz Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999), h.21

39

Alex Sobur, Analisa Teks Media, Sebuah Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, h. 162

40

(37)

mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Keempat struktur itu adalah: 41

1. Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita

(headline, lead, latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita

secara keseluruhan. Pengertian yang paling sederhananya adalah susunan kata dalam kalimat. Segi sintaksis seringkali muncul dalam bentuk piramida terbalik. Struktur ini dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana majalah memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut dibawa.42

Sedangkan dalam tatanan wacana, struktur sintaksis terdiri atas susunan atau kerangka dari sebuah penyusunan artikel atau wacana berita. Struktur sintaksis

biasanya ditandai dengan “struktur piramida terbalik” dan bahasa penandaan sumber. Piramida terbalik ini mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur yang runtut, seperti headline, lead, episode (runtutan cerita), background (latar belakang)

dan ending yaitu conclusion (penutup).43 Unit dari skema sintaksis adalah sebagai

berikut:

Headline (berita utama): menunjukkan kecenderungan berita dan mempengaruhi

bagaimana kisah dimengerti.

41

Alex Sobur, Analisa Teks Media, Sebuah Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, h. 175-176

42

Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) h. 36.

43

(38)

Lead (teras berita): menunjukkan perspektif tertentu dari berita yang diberitakan

• Latar Informasi: latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa dan dapat mempengaruhi makna yang ditampilkan.

• Kutipan sumber: berfungsi mengklaim validitas pertanyaan berdasar klaim otoritas akademik, menghubungkan poin tertentu dengan melawankannya dengan pendapat mayoritas

• Pernyataan

• Penutup

2. Struktur Skrip

Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagaimana dari suatu informasi penting yang disembunyikan. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H. Meskipun pola ini tidak selalu dijumpai pada setiap berita yang ditampilkan. Kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini menjadi penanda framing yang penting. Perangkat framingnya adalah kelengkapan berita. Unit kelengkapan berita:

• Cara bercerita: bagaimana peristiwa diramu menjadi skenario yang bermakna. Bagaimana cara peristiwa dipahami tergantung bagaimana wartawan meletakkan bagian-bagian peristiwa dalam urutan tertentu.

(39)

3. Struktur tematik

Berhubungan dengan fakta yang ditulis. Penempatan dan penulisan sumber berita ke dalam teks secara keseluruhan. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Tema itulah yang akan dibuktikan dengan susunan atau bentuk kalimat tertentu, preposisi, atau hubungan antar preposisi. Perangkat yang digunakan dalam struktur tematik ini adalah detail, koheresi, bentuk kalimat, kata ganti. Unit yang diamati dari keempatnya adalah:

• Paragraf: bagaimana paragraf menampilkan elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan sebuah media apakah informasi yang ditonjolkan yang menguntungkan dan mengandung citra baik atau sebaliknya.

• Bentuk Kalimat: kalimat aktif digunakan supaya seseorang menjadi subjek atas pernyataan sedangkan kalimat pasif digunakan supaya seseorang menjadi objek dari pernyataan.

• Hubungan antar kalimat: melihat bagaimana seseorang secara strategis

menggunakan koherensi untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa sebagai saling terpisah, berhubungan atau sebab akibat.

(40)

4. Struktur Retoris

Menekankan arti tertentu ke dalam bentuk berita. Perangkat framingnya adalah leksikon, grafis, metafora.

 Leksikon: menandakan bagaimana majalah memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia, unit yang diamati adalah kata dan idiom.

 Grafis: yang biasanya muncul dalam bentuk foto atau gambar atau tabel. Grafis mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif, menunjukkan apakah suatu informasi dianggap penting dan menarik, sehingga harus difokuskan.

(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJALAH WARIA @ INFORMATION GROUP (WIG)

A. Sejarah Majalah WIG

Diawali Yayasan Srikandi Sejati (YSS) pada 28 September 1998, dengan diketuai oleh Lenny Sugiharto sebagai direktur eksekutif yang membawai 30 staff anggota yang memiliki kepedulian terhadap komunitas waria. Sebagai sebuah lembaga sosial masyarakat non-profit YSS telah menjangkau dan mendampingi sebagian besar komunitas waria yang ada di DKI Jakarta. Sejak berdirinya, YSS telah dikenal sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di DKI Jakarta yang bergerak untuk komunitas waria dengan prinsip kerja dari waria untuk waria, artinya YSS dikelolah oleh waria dengan target group sasaran waria pula44.

Kekuatan yang dimiliki YSS adalah banyaknya kuantitas sumberdaya yang ada pada komunitas waria, namun hal ini tidak terimbangi dengan kualitas yang memadai dari komunitas waria. Sebagian besar komunitas waria masih memiliki pendidikan dan ketrampilan yang minim, berada pada masyarakat kelas bawah, rentan diskriminasi dan tidak cukup memiliki akses terhadap layanan kesehatan, pekerjaan, sosial, ekonomi dan hukum45.

44

http://srikandisejati.wordpress.com diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pukul 11.00 WIB

45“Sanggar Waria Remaja, Sanggarnya Kita Semua”, Majalah WIG, Agustus 2007

(42)

Jika dipahami, permasalahan waria mulai muncul pada saat remaja, dimana pada saat itulah mulai timul pemikiran dan proses pencarian jati diri pada setiap individu. Namun karena kurangnya pemahaman akan diri, kondisi emosional yang belum stabil dan diperparah lagi dengan diskriminasi yang didapat dari lingkungan, sekolah bahkan juga keluarga, mengakibatkan waria remaja memilih lari dari rumah dan berkumpul dengan teman-teman senasibnya di kota-kota besar seperti Jakarta46.

Pada akhirnya kondisi ini menjadikan suatu permasalahan tersendiri, dengan minimnya pendidikan dan skill yang dimiliki dan adanya tuntutan untuk mempertahankan hidup, maka banyak waria remaja pada akhirnya terjun ke dunia prostitusi. Selain berimbas pada terganggunya keteraturan sosial, tentunya permasalahan ini dapat memicu laju pertambahan angka kasus IMS dan HIV/AIDS di DKI Jakarta jika tidak adanya penjangkauan bagi mereka47.

Berdasarkan latar belakang itulah YSS membentuk Sanggar Waria Remaja yang terhitung mulai aktif sejak Juli 2006 sebagai suatu program khusus yang melibatkan peran serta kelompok waria remaja secara aktif48. Dari sanggar waria remaja inilah kemudian lahir Majalah Waria @ Information Group (WIG), dinamakan WIG dengan mengambil pemaknaan bahwa majalah ini dapat menjadi wadah dan sarana komunikasi serta pemberian informasi mengenai kesehatan

46

Ibid

47

Ibid

48

(43)

reproduksi, IMS dan HIV/AIDS khususnya untuk kalangan remaja waria dan masyarakat pada umumnya49.

Edisi perdana terbit pada bulan Agustus 2007, dalam edisi perkenalan ini team redaksi membuat 9 rubrik yang terdiri dari: Dari Kita, Whats News, Cover Story,

Under Cover, Grafitty, Hi Light, You Should Know, Paparazzy, dan Our Friends.

Tujuan utama diterbitkannya majalah ini adalah sebagai sarana sosialisasi mengenai program sanggar waria remaja kepada masyarat umum secara luas. Bagi komunitas waria sendiri, majalah ini juga bertujuan sebagai sumber informasi mengenai HIV, AIDS dan semua permasalahan komunitas waria50.

Dalam setiap edisinya majalah ini memproduksi 1000 ekslempar yang dibagikan secara cuma-cuma kepada anggota Yayasan Srikandi Sejati dan Lembaga Swadaya Masyarakat maupun organisasi yang terkait di dalamnya. Dalam pendanaannya majalah ini bekerja sama dengan United Nation Population Fund (UNFPA) dan Japan Embassy. Pihak-pihak tersebut membantu dalam rangka berkampanye tentang kesehatan reproduksi terutama bagi para waria remaja di Indonesia51.

49

Wawancara Pribadi dengan Lulu Azyura, Jakarta 9 Mei 2011

50

Wawancara Pribadi dengan Lulu Azyura, Jakarta 12 April 2011

51

(44)

B. Visi dan Misi Yayasan Majalah WIG

1. Visi

Mengembangkan kepercayaan diri pada kaum waria melalui pemberdayaan kelompok waria itu agar dapat bersosialisasi secara baik di masyarakat sehingga dapat terciptanya masyarakat yang dapat menghormati hak-hak orang lain dan berjalan bersama menuju masyarakat yang adil dan makmur.

2. Misi

(45)

C. Struktur Redaksi Majalah WIG

Penanggung Jawab:

Lenny Sugiharto

Pimpinan Redaksi:

Lulu

Redaktur Pelaksana:

Salsa

Team Redaksi:

Jumadi, Hanny

Sirkulasi:

Tessa, Pipin, Keukeu Ilustrasi dan Lay-Out:

Lulu, Hanny

D. Program-Program yang Dilaksanakan Yayasan Srikandi Sejati Melalui Sanggar Waria Remaja

(46)

@Information Group (WIG) yang dilakukan oleh para remaja waria. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Pelatihan PE (Peer Education)

Kegiatan ini adalah kegiatan melatih para waria yang nantinya akan bertugas sebagai penyambung informasi mengenai kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS kepada para waria muda dan lembaga lain yang bermitra dengan Yayasan Srikandi Sejati. Dalam pelatihan ini peserta dibekali mengenai konsep, fungsi dan peran PE serta teknik komunikasi mereka ketika melaksanakan tugas. Sebagai follow up dari kegiatan ini juga diadakan pertemuan rutin PE setiap dua bulan sekali.52

2. Pelatihan Komputer

Pelatihan komputer tingkat dasar bagi para waria guna membekali para waria dengan kemampuan mengoperasikan komputer agar menunjang kemampuan mereka ketika terjun dalam dunia kerja.53

3. Kegiatan Edutainment

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin bulanan selain memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS, melalui edutainment ini juga disosialisasikan mengenai komunitas waria dalam Yayasan Srikandi Sejati dan segala aktivitasnya kepada masyarakat sekitar.54

52Hi Light

, Majalah WIG, Agustus 2007, h. 9

53

Ibid

54Hi Light

(47)

4. Pelatihan Tari

Pelatihan ini dilakukan untuk mengakomodir minat serta hobi para waria remaja akan kesenian tari. Selain tari tradisional, para waria juga berlatih tari modern. Kegiatan ini akan dijadikan sebagai cara untuk raising fun dengan membentuk sebuah tim entertainment sanggar.55

5. Diskusi Bulanan

Kegiatan ini diikuti oleh waria dengan mengangkat tema yang beragam di setiap bulannya. Melalui kegiatan ini diharapkan waria dapat memahami segala permasalahan yang menyangkut komunitas waria, dari kegiatan ini diharapkan pula waria dapat menjadi pribadi yang kritis.56

6. Pertemuan Tokoh Agama (Toga) dan Tokoh Masyarakat (Toma)

Kegiatan ini dihadiri oleh ustad dan beberapa tokoh masyarakat serta waria remaja yang ada di DKI Jakarta. Dalam kegiatan ini juga diadakan siraman rohani yang dilakukan oleh ustad selaku tokoh agama.57

7. Youth Gathering Through Edutainment

Kegiatan ini diikuti oleh para waria dan pemuka masyarakat setempat. Kegiatan ini sebagai sarana pemberian informasi mengenai HIV/AIDS melalui beragam hiburan yang disajikan. Selain itu, melalui kegiatan ini sebagai ajang

55

Ibid

56Hi Light

, Majalah WIG, Edisi April-Juli 2008, h. 12

57

(48)

sosialisasi kegiatan positif waria sehingga bisa mendekatkan komunitas dengan masyarakat setempat.58

8. Penyuluhan Hotspot

Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari diskusi rutin yang dilakukan oleh para PE (Peer Education), yang membedakan adalah kegiatan ini dilakukan di Hotspot-Hotspot atau tempat berkumpulnya para waria di daerah tertentu. Penyuluhan ini dilakukan untuk menjangkau waria-waria yang tidak bisa mengikuti kegiatan diskusi di pusat, sehingga informasi mengenai HIV/AIDS dan sebagainya bisa merata. Selain memberi informasi para PE juga sering mengadakan evaluasi sejauh mana pemahaman para waria akan informasi yang disampaikan.59

9. Pemilihan Ratu Waria Remaja Peduli HIV dan AIDS

Pemilihan ini rutin dilakukan setiap setahun sekali, Pemilihan Ratu Waria Remaja ini merupakan ajang bagi para waria remaja untuk menyalurkan kreatifitas dan bakat mereka. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan pemilihan kader-kader PE (Peer Education), sehingga setiap wilayah mempunyai Ratu Waria Remaja masing-masing. Misalnya Ratu Waria Remaja Jakarta Selatan, Ratu Waria Remaja Jakarta Barat, dan lain sebagainya. Ratu Waria ini pada nantinya akan bertugas memberikan penyuluhan tentang HIV dan AIDS kepada waria remaja lain yang ada di wilayahnya.60

58Hi Light

, Majalah WIG, Edisi Agustus-November 2008, h. 9

59

Ibid, h. 11

60Cover Story

(49)

10. Kunjungan Belajar

Kunjungan belajar merupakan diskusi yang dilakukan oleh komunitas waria dalam Yayasan Srikandi Sejati dengan berbagai komunitas lain yang berkunjung ke yayasan. Kunjungan ini biasanya dilakukan oleh komunitas LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender), seperti komunitas lesbi dari Institute Pelangi Perempuan. Namun tidak jarang juga kunjungan ini dilakukan oleh komunitas lain yang tertarik terhadap dunia waria atau komunitas penyuluh HIV dan AIDS.61

61

(50)

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Frame Majalah Waria @Information Group

Pada bab ini penulis akan menganalisa artikel yang disajikan oleh Majalah Waria Information Group (WIG). Majalah ini sudah terbit sejak tahun 2007, diterbitkan setiap empat bulan sekali. Pendistribusian dilakukan secara terbatas, dalam artian pendistribusian majalah ini dilakukan hanya kepada pihak yang telah berkerjasama dengan Yayasan Srikandi Sejati. Artikel yang akan penulis teliti adalah artikel pada rubrik under cover yang terbit pada bulan September 2010. Dalam menganalisa penulis menggunakan framing analysis Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Framing analysis Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki digunakan untuk

(51)

panjangnya satu kalimat dalam tiap-tiap paragraf, maka analisa ditulis berdasarkan tiap paragraf.

B. Hasil Penggunaan Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam Artikel Waria..oh..Waria Edisi 12 Bulan Oktober 2009-Februari 2010

1. Paragraf Kesatu

Tabel 4.1.

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retorik

1 Waria..oh..Waria Headline who 2 Cantik, seksi dan

(52)

fisiknya saja.

Headline yang menjadi judul artikel merupakan kata-kata yang ditonjolkan

oleh penulis, pengulangan kata waria dengan kata sambung oh.. Ditonjolkan dengan maksud memberi gambaran betapa peliknya masalah yang dihadapi oleh waria. Lead yang mengawali artikel ini termasuk ke dalam lead kontras (contrast lead), lead yang mempertentangkan sesuatu. Dalam lead dijelaskan pertentangan antara penampilan fisik waria, kesan pertama yang ditimbulkan pada masyarakat yang jauh berbeda dengan masalah pelik yang mereka hadapi.

Selain itu penulisan lead dalam artikel ini tergolong ke dalam lead informal, yaitu lead yang hanya mengandung sebagian unsur berita (what, who, why dan how), dan dituliskan dalam tiga kalimat dalam satu paragraf. Unsur berita yang paling menonjol adalah unsur who (waria) dan what (apa permasalahan yang dialami oleh waria).

(53)

yaitu bentuk kalimat aktif dan pasif. Penggunaan kalimat aktif dan pasif ini mengandung makna tersendiri, hal ini dapat dilihat dari kata kerja yang digunakan oleh penulis. Dari bentuk kalimat dapat disimpulkan bahwa pada paragraf kesatu wartawan banyak menggunakan kalimat pasif seperti pada kalimat:

Cantik, seksi dan menggoda atau bahkan menyeramkan, mungkin itulah kesan-kesan

pertama yang ditangkap oleh masyarakat saat melihat waria.

Sebagai bagian dari warga Negara, tak bisa dinafikan bahwa waria ada di

lingkungan sosial kita,

penampilan fisik hanyalah kesan luar yang pertama dilihat dari waria

Penggunaan kalimat ini dimaksudkan untuk menggambarkan waria sebagai objek dan posisi mereka sebagai kaum yang terpinggirkan.

Selanjutnya adalah unsur retorik, yang lebih ditekankan adalah bagian leksikon (L). Dalam memilih kata-kata untuk menggambarkan waria, wartawan berulangkali menyebut kata cantik, seksi dan berbagai atribut lain.

2. Paragraf Kedua

Tabel 4.2.

No. Kalimat Sintaksis Skrip Tematik Retoris

(54)
(55)

merasa nyaman untuk tetap mengaku diri sebagai laki-laki.

Unsur sintaksis pada paragraf kedua merupakan bagian dari latar informasi

(background), sedangkan dari skrip dapat ditemukan bahwa unsur yang ditonjolkan

oleh penulis adalah what dan who, kedua unsur ini menjelaskan apa itu waria dan apa yang membedakannya dengan gay, atau kaum homoseksual dari segi penampilan, cara berjalan dan bertingkah laku.

Pada unsur tematik, koherensi (K) yang sering digunakan adalah yang dan

namun. Yang menunjukkan adanya dua proposisi dalam satu kalimat, yang pertama

adalah proposisi penjelas melalui kata “yang”, dan proposisi pembeda lewat kata

“namun”. Hal ini erat hubungannnya dengan maksud paragraf kedua yang ingin mendefinisikan waria dan menunjukkan perbedaan mereka dengan kaum gay atau lesbian. wartawan menggunakan kata ganti (KG) dia” sebagai penunjuk waria dan

“mereka” sebagai kata ganti kaum gay dan homoseksual. Berbeda dengan paragraf sebelumnya, bentuk kalimat yang digunakan pada paragraf kedua ini didominasi oleh kalimat aktif, hal ini menjelaskan posisi waria sebagai subyek atau pelaku yang mempunyai banyak definisi tentang keberadaannya.

(56)

3. Paragraf Ketiga

Tabel 4.3.

No. Kalimat Sintaksis Skrip Tematik Retoris

(57)

waria.

background What Pendapat

(58)

homoseksual di dalamnya.

Pada paragraf ketiga, unsur sintaksis terdiri dari latar informasi (background) dan sumber (source). Pengambilan sumber (source) yang dilakukan oleh wartawan dipilih sebagai data penguat akan adanya fenomena waria jauh sebelum menjadi perdebatan, fenomena tersebut sejatinya sudah lama terlembaga di Indonesia melalui adanya Bissu dan Carok.

Pada unsur skrip penulis menonjolkan unsur what dan who, karena pada tematik dijelaskan bahwa paragraf ini berisi tentang pendapat beberapa ahli dalam mendefinisikan waria. Sehingga unsur koherensi (K) antar proposisi yang sering

digunakan adalah “bahwa”, “bahkan”,dan “yang”, kesemuanya menunjukkan adanya

penjelas. Namun ada satu kalimat yang menggunakan proposisi “karena” yang

menunjukkan kalimat tersebut memiliki proposisi sebab akibat. Bentuk kalimat yang didominasi oleh kalimat aktif, seperti:

Banyak ahli yang mencoba meneliti fenomena waria ini dari berbagai teori dan

disiplin ilmu.

Ada yang memandang kecenderungan waria timbul karena pola asuh yang salah

terhadap seorang anak oleh orang tuanya, misalnya orang tua yang menginginkan

anak perempuan namun ternyata setelah lahir yang keluar anak laki-laki,

Ada pula yang beranggapan fenomena waria merupakan suatu keadaan yang

diturunkan secara genetik,

Teori lain beranggapan bahwa fenomena waria sebagai fenomena alam dan

merupakan given (kodrat) dari Tuhan

(59)

melalui tulisan ini menunjukkan bahwa para ahli telah menyudutkan keberadaan mereka dengan beragam teori yang mereka kemukakan. Namun untuk teori yang menguntungkan dan memberikan citra baik kepada waria, wartawan menambahkan penjelasan dengan bentuk kalimat pasif sebagaimana berikut:

Pendapat terakhir ini dirasa paling tepat untuk mengkaji fenomena keberadaan

waria

Seperti yang ditulis oleh Dede Oetomo dalam bukunya Memberi Suara pada yang

Bisu, bahwa sejatinya fenomena homoseksual dimana di dalamnya termasuk fenomena waria, bukanlah hal baru dalam peradaban masyarakat Indonesia

Pada unsur retoris, paragraf ini banyak menggunakan pilihan kata (L) tertentu, seperti Bissu Carok yang ditulis dengan dicetak miring. Selain itu ada hal yang menarik yaitu pemilihan kata given (kodrat) untuk menggambarkan alasan akan keberadaan waria.

4. Paragraf Keempat

Tabel 4.4.

No. Kalimat Sintaksis Skrip Tematik Retoris

(60)

kedua, yang terpatahkan bahwa pada kenyataannya para waria tidak memiliki riwayat secara garis keturunan bahwa dalam keluarganya juga ada waria. 3. Apabila ditemui kenyataan

seperti hal tersebut pastinya hanya sedikit dan terbilang kebetulan.

background What Kenyataan

tersebut terbilang kebetulan. K: seperti

Paragraf keempat sama pada paragraf sebelumnya masih merupakan bagian dari latar informasi (background). Unsur what mendominasi bagian skrip, sedangkan di bagian tematik dijelaskan bahwa paragraf ini berisi tentang penyangkalan akan pendapat para ahli pada paragraf sebelumnya yang menjelaskan fenomena waria

sebagai “salah asuhan” para orang tua dan sebagai hasil turunan genetik . Penulis menyebutkan meskipun anak laki-laki diperlakukan seperti anak perempuan belum tentu dia menjadi waria, dan pada kenyataannya waria tidak memiliki riwayat dalam keluarganya juga ada waria. Sedangkan pada unsur retoris, tidak ditemukan adanya pemilihan kata tertentu maupun penggunaan ungkapan khusus yang dilakukan oleh penulis artikel. Bentuk kalimat pada paragraf ini adalah kalimat pasif yang digunakan untuk menonjolkan informasi yang menguntungkan bagi objek (waria).

5. Paragraf Kelima

Tabel 4.5.

No. Kalimat Sintaksis Skrip Tematik Retoris

1. Begitu kompleksnya permasalahan mengenai

background What, who,

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar/foto, grafik
GAMBARAN UMUM MAJALAH WARIA @ INFORMATION GROUP
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

daerah beriklim tropis dengan udara yang panas dan tingkat kelembaban tinggi, diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar baik udara segar dari alam dan aliran udaran buatan..

Pada penelitian Indira Kusuma (2012) tentang “Seleksi Pemasok Bahan Baku dengan Metode TOPSIS Fuzzy MADM” (Studi Kasus PT. Giri Sekar Kedaton, Gresik), menggunakan 13 kriteria

yang berarti kedua variabel independen yaitu motivasi kerja yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, kebutuhan

The lower standard error in Table 5 is a direct result of the T index using data from all eight countries while each of the indices in Table 2 uses data from only two countries:

ANALISIS BIT ERROR RATE (BER) UNTUK MODULASI BPSK DAN QPSK PADA KINERJA JARINGAN WIMAX 802.16e.. Diajukan untuk

Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan

Pengajaran mikro merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh dan wajib lulus bagi mahasiswa program studi kependidikan terutama menjelang PPL. Mata kuliah ini dilaksanakan satu

Konstitusi tersebut membangkitkan minat baru berkenaan dengan doktrin yang termuat dalam dokumen-dokumen terdahulu tentang kesaksian dan kehidupan orang-orang Kristen