• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

Pendahuluan 1.1Latar Belakang

Karya sastra sebagai alat untuk mengabadikan peristiwa dan sebagai alat kritik sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke masa. Dengan adanya sebuah karya sastra kita bisa membandingkan pola hidup dari abad yang satu dan abad yang lainnya. Karya sastra bukan hanya sebuah bacaan, peristiwa yang diungkapkan merupakan peristawa dan kejadian yang terjadi pada masa pembuatan karya tersebut. Karya sastra juga dijadikan alat kritik sosial.

Para penulis mencoba mengungkapkan kejadian yang terjadi di sekitar mereka, seperti halnya karya-karya yang ditulis oleh Émile Zola. Salah satunya berjudul La Curée. La Curée merupakan sebuah kritik sosial pada era revolusi industri Prancis. Ia berbicara mengenai ekonomi, politik, sosial khususnya gaya hidup kelas atas dan pola hidup konsumerisme kalangan bourgeois.

Setiap individu bukan hanya mempunyai kebutuhan, melainkan juga keinginan yang bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlahnya lebih besar daripada kebutuhan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), konsumerisme bisa diartikan sebagai: 1. Gerakan kebijakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklanan; 2. Gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat. Dalam

(2)

2 penelitian ini dibahas mengenai konsumerisme dalam makna kedua, yaitu konsumerisme sebagai gaya hidup manusia.

Perilaku hedonis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Masyarakat di era modern menjadi masyarakat konsumerisme. Konsumerisme masyarakat dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan mereka serta pertumbuhan ekonomi masayarakat tersebut. Ciri-ciri orang hedonis adalah rasa gengsi yang tinggi. Mereka menilai suatu barang dari harga, baik itu bagus atau tidak tapi jika bermerk maka benda tersebut akan menaikkan derajat mereka.

J’y suis, j’ai trouve, cria-t-il. Saccard, Aristide Saccard ! avec 2 c.. hein ! il y a de l’argent dans ce nom la ; On dirait que l’on compte des pieces de cent nous. (Zola, 1978:56)

Aku menemukannya, teriaknya. Saccard, Aristide Saccard! Dengan 2 c.. huh! Ada uang di dalam nama itu. Bisa dibilang kita menghitung uang logam dari seratus kita.

Kalimat tersebut adalah kutipan dari novel La Curée karya Émile Zola. Maknanya cukup menarik karena Saccard tokoh yang mengucapkan kalimat itu sangat antusias ketika mengganti namanya demi kepentingan materi. La Curée adalah novel yang ditulis oleh Zola pada tahun 1871. Novel ini merupakan bagian kedua dari seri Les Rougon-Macquart.

Latar dari kisah ini adalah pada abad ke-19 ketika Prancis mencapai masa kejayaannya dengan ditemukannya penemuan-penemuan baru yang mempermudah mobilitas manusia, seperti penemuan mesin-mesin dan tranportasi. Bukan itu saja, Paris pun berubah menjadi kota yang modern dengan dibuatnya jalan-jalan yang di

(3)

3 kelilingi oleh pohon yang biasa disebut dengan l’avenue. Pembangunan secara besar-besaran dilakukan oleh Le Baron Haussman. Dia yang mengubah wilayah kumuh di Paris menjadi kota yang modern dengan adanya boulevard. Perekonstruksian tersebut juga dibuat untuk memudahkan lalu lintas Paris yang kian hari semakin maju. Paris pun dijuluki sebagai ville lumière. Perubahan itu memang membawa dampak positif. Namun, di balik itu semua, terdapat kebobrokan sosial dalam kemajuan itu.

Revolusi menciptakan jurang pemisah yang cukup besar antara si kaya dan si miskin. Sebelumnya, terdapat tiga kelas sosial di Prancis, yaitu clergés, nobles dan tiers états, tetapi setelah masuknya Revolusi Industri, kelas sosial di Prancis dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas bourgeois dan kelas prolétaire (kelas menengah kebawah misalnya kaum buruh). Peristiwa itu melahirkan banyak orang kaya baru. Peristiwa inilah yang digambarkan dalam novel La Curée ini.

Pola perilaku konsumerisme menyebabkan sikap hedonis. Dalam novel ini digambarkan perilaku hedonis kaum bangsawan yang ditunjukkan oleh gaya hidup Saccard, Renée, beserta kolega bisnisnya. Hedonisme sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang artinya ‘kesenangan atau kenikmatan’. Menurut Syarif Maarif, hedonis melahirkan manusia yang tak berguna karena manusia hanya berpikir pada duniawi saja. Mereka mengaku beragama, tetapi tidak menjalankan dan menerapkan kaidah agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan manusia melakukan tindakan yang tak bermoral, seperti perselingkuhan, pembunuhan, dan korupsi.

(4)

4 Kebebasan berekspresi lahir pada abad ini. Hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mereka untuk mendukung kalangan menengah ke bawah. Mereka juga mulai berani mengkritik ketidakadilan sosial serta kesewenang-wenangan pemerintah. Pada abad ke-19, ditemukan pula mesin percetakan yang memungkinkan penerbit mencetak lebih banyak buku. Orang-orang dapat membelinya dengan harga murah. Penulis pun mendapat keuntungan yang banyak dengan terjualnya banyak bukunya.

La Curée bercerita mengenai kehidupan manusia yang berorientasi pada uang yang ia anggap sebagai sebuah kebahagian, tetapi sayangnya justru uanglah yang menjauhkannya dari kebahagiaan. Waktu yang ia punya hanya difokuskan demi menambah pundi-pundi keuangannya sehingga ia melupakan keutuhan keluarga. Dalam novel ini dijelaskan mengenai aspek politik dan ekonomi. Zola dalam novelnya berjudul La Curée, menceritakan kehidupan sosial sebuah keluarga di bawah kekuasaan kekaisaran kedua.

Pengaruh Revolusi Industri cukup besar. Rakyat jelata, sebut saja buruh, mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Jam kerja mereka tinggi dengan risiko yang tinggi pula, tetapi gaji mereka rendah. Tentunya hal itu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan mereka. Bahkan, ada yang di rumahnya tidak memiliki kamar mandi. Sehari-harinya pun mereka hanya makan roti dan kentang karena harga daging yang tidak terjangkau untuk mereka.

Berbalik dari kemalangan nasib buruh, tampak dari luar, gaya hidup dan segala yang dimiliki kaum borjuis menimbulkan kecemburuan sosial. Semua orang

(5)

5 berlomba-lomba untuk mendapatkan uang yang banyak untuk menjadi seperti mereka. Namun, ternyata di balik kehidupan mereka yang terlihat sempurna, terdapat banyak masalah yang membuat mereka tak dapat merasakan arti kebahagiaan. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa kemewahan yang mereka tunjukkan adalah seutuhnya milik mereka. Ada yang rela berhutang banyak untuk kepuasan sesaat, bahkan mereka berani melakukan apa pun, misalnya berbisnis dengan yang tidak halal. Hal itu terjadi karena dengan gaya hidup mereka yang serba mahal, mereka harus mempunyai kekuatan finansial yang kuat.

Émile Édouard Charles Antoine Zola adalah seorang penulis dan jurnalis berkebangsaan Prancis. Ia lahir di Paris pada 2 April 1840 dan meninggal di kota kelahirannya pada 29 September 1902. Pada tahun 1886, ia mengubah statusnya menjadi warga negara Prancis. Zola adalah anak tunggal dari Francesco Zola, pria berkebangsaan Italia dan bekerja sebagai insinyur. Ayahnya meninggal ketika ia berumur tujuh tahun dan mengharuskannya berhenti sekolah, kemudian mencari pekerjaan. Pada tahun 1862, ia bekerja di Libraire Hachette. Dengan cepat, ia diangkat menjadi ketua publikasi dan mulai menulis. Ia mulai menulis cerita yang dipublikasikan pada tahun 1864. Ia adalah seorang penganut naturalisme. Naturalisme adalah aliran yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar terjadi di masyarakat. Ia percaya bahwa dalam masyarakat tidak hanya kehidupan indah seperti yang digambarkan oleh aliran romantisme, tetapi juga di dalam kehidupan itu terdapat keburukan-keburukan sosial yang patut diungkapkan.

(6)

6 Zola banyak menulis kondisi sosial pada zamannya, terutama masalah-masalah yang hadir pada zaman Revolusi Industri di Prancis. Karyanya banyak di terjemahkan ke dalam bahasa-bahasa di dunia dan banyak menuai komentar. Sebut saja karyanya berjudul Germinal yang menceritakan penderitaan buruh pada saat Revolusi Industri berlangsung. Dia juga menunjukkan perjuangan kelas sosial dan pemberontakan sosial. Para buruh memberontak atas ketidakadilan sosial. Ketika terjadi krisis ekonomi yang membawa dampak pada perusahaan tambang itu, perusahaan tersebut langsung mengumumkan penurunan gaji. Hal itu membuat buruh marah karena dengan gaji yang normal saja mereka belum bisa hidup normal dan sengsara. Mereka kemudian mogok kerja.

Sayangnya, aspirasi mereka tidak didengar. Perjuangan selama satu minggu itu pun gagal sehingga menyebakan para pendemo merusak mesin-mesin tambang. Polisi pun didatangkan dan terjadilah pertempuran yang sengit. Para pendemo pun banyak yang mati. Selain itu, karya-karya yang ia tulis adalah Nana (1880), Au Bonheur des dames (1883), dan L’œuvre (1886). Zola juga menjadi sangat fenomenal dengan artikelnya berjudul J’accuse yang dipublikasikan di L’aurore, yaitu tulisan mengenai kasus Dreyfus. Karya pertamanya adalah Contes à Ninon yang ia tulis pada umur 24 tahun. Karya Zola lebih berbicara mengenai kondisi sosial pada abad ke-19. Karya-karyanya seperti Nana (1880), Au Bonheur des Dames (1883), Germinal (1885), L’Œuvre (1886) diterjemahkan ke berbagai bahasa dan membawa berkah

(7)

7 baginya. Setiap tahun, ia mendapat 80.000 sampai 100.000 franc dari hasil penjualan novel-novel tersebut.

Novel La Curée ini dipilih karena ceritanya sangat historikal dan merefleksikan kehidupan sosial pada abad ke-19. Terdapat kesamaan-kesamaan antara buku sejarah Prancis yang telah dibaca dan novel ini, misalnya proyek pembangunan dan pengembangan kota Paris oleh le Baron Haussmann. Adanya perubahan besar-besaran pada Paris menjadikan kota ini sebagai kota yang sangat modern. Dalam novel La Curée, tokoh le Baron Haussmann bernama le Baron Gouraud. Salah satu tokoh dalam novel ini bernama M. Hupel, ia berkomentar mengenai perubahan yang terjadi di Prancis pada abad ke-19. Dia berkata bahwa ia bahkan tersesat untuk pergi ke Luxemburg dari l’hotel de ville atau kantor walikota. Paris sangat berubah.

Kesamaan itu ada karena Émile Zola sendiri cukup kritis dan berani mengungkapkan kebobrokan masyarakat dan menceritakan secara gamblang permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi pada abad ke-19. Novel ini juga membawa pembaca ke masa Revolusi Industri pada abad ke-19 di bawah kekaisaran kedua. Ada banyak lika-liku permasalahan yang terjadi pada masa itu, misalnya perjuangan seorang pria miskin yang ingin memperbaiki nasibnya dengan pindah ke Paris dan menikahi seorang wanita kaya. Dengan membaca novel ini juga, kita bisa mengetahui kehidupan perempuan pada zaman itu. Novel ini juga mengajak pembaca untuk masuk dalam kehidupan seorang wanita kaya raya yang cantik dan banyak

(8)

8 membuat wanita lain iri dengan yang ia miliki. Namun, sayangnya kesempurnaan itu tidak membuatnya bahagia.

Dalam novel La Curée ini, tokoh-tokohnya adalah Aristide Rougon yang berganti nama menjadi Aristide Saccard, Renée Saccard, Maxime Rougon/Saccard, anak laki-laki Aristide Saccard, Sidonie Rougon/Saccard, kakak perempuan Aristide Saccard, Angèle Rougon/Saccard, Eugène Rougon, Clotilde Rougon/Saccard, Louise de Mareuil, le Baron Gouraud, M. de Saffre sekretaris dari kakak Saccard, Mme. D’espanet, dan M. Hupel.

Di dalam novel diceritakan bahwa Renée adalah wanita berdarah borjuis yang kaya raya. Ia dapat melakukan dan mendapatkan segalanya yang ia inginkan. Ia memiliki hubungan dengan pria yang sudah beristri dan dari hubungan itu ia hamil. Sayangnya, pria tersebut tidak dapat menikahinya karena statusnya yang sudah beristri. Untuk mencari ayah bagi anak yang ia kandung, ia pun menikahi seorang pria bernama Aristide Rougon yang akhirnya mengganti namanya menjadi Aristide Saccard. Pria itu adalah duda miskin dengan dua anak bernama Maxime dan Clotilde.

Setelah menikah dengan Renée, Saccard menjadi sangat sukses. Ia menguasai proyek-proyek pembangunan dan memiliki bank. Ia turut serta dalam proyek le Baron Haussman dan ia juga didukung oleh Napoleon Bonaparte III. Waktunya banyak tersita untuk pekerjaannya. Renée sering merasa kesepian. Baginya, hidup terasa sangat monoton dengan menghadiri jamuan makan malam, pertemuan dengan rekan bisnis suaminya, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kaum elit pada zaman itu.

(9)

9 Hingga akhirnya ia menjalin hubungan dengan anak tirinya bernama Maxime dan itu tidak lain adalah sebuah bentuk perselingkuhan yang rumit antara ibu tiri dan anak tirinya sendiri. Jelas itu sungguh bertentangan dengan moral pada saat itu karena wanita dianggap sebagai makhluk yang lemah lembut, patuh pada suami, dan beberapa stereotype lainnya. Renée juga terlilit utang yang tak sanggup ia lunasi hingga akhirnya ia meninggal dunia. Ayahnyalah yang akhirnya menanggung semua utangnya.

Novel ini memang bersifat fiksi, tetapi permasalahan yang diungkapkan dalam novel ini, seperti perselingkuhan dan materialisme merupakan masalah yang memang terjadi pada abad itu. Permasalahan-permasalahan itulah yang dikritis oleh Émile Zola.

1.2Rumusan Masalah

Revolusi industri yang membawa Prancis ke puncak kejayaannya membawa dampak yang baik, khususnya di bidang perekonomian dan industri. Namun, dengan membaiknya perekonomian, sebagian orang mempunyai uang yang berlebih dan menghambur-hamburkannya.

Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan di atas, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut.

a) Bagaimana Emile Zola mengkritisi pola kehidupan konsumtif kaum bourgeois pada abad ke-19?

b) Apa saja bentuk akibat yang terjadi dari perilaku hedonis dalam novel La Curée?

(10)

10 1.3Tujuan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran akan kondisi sosial di Prancis mengenai pola kehidupan kaum burjois yang berlebihan. Mengetahui sebab dan akibat dari gaya hidup hedonisme.

1.4Tinjauan Pustaka

Penelitian dari karya Émile Zola telah banyak dilakukan, namun untuk saat ini penulis belum menemukan karya penelitian dari novel La Curée. Berikut penelitian-penelitian yang dibahas dari karya Émile Zola:

Citra Diri Perempuan dalam Karya Sastra Germinal Karya Émile Zola dan dibahas oleh mahasiswa Sastra Prancis UGM yang bernama Okkie Nur Hamida pada tahun 2006. Ia membahas bagaimana wanita hanya dijadikan sebagai objek sosial belaka. Peneliti menggunakan teori structural dan teori kritik sastra feminis. Teori structural digunakan untuk menganalisis fakta dan tema cerita sedangkan teori kritik sastra feminis digunakan untuk menganalisis penggambaran citra diri tokoh perempuan dalam novel tersebut.

Percampuran gender dalam roman Nana karya Émile Zola (sebuah kritik sastra feminis) dibahas oleh Indradya Susanto Putra yaitu mahasiswa Sastra Prancis UGM pada tahun 2007. Ia menjelaskan bagaimana wanita dari kaum proletar mampu memasuki kehidupan borjuis dengan melakukan praktek prostitusi. Bisa diartikan juga disini bahwa wanita bisa menaiki kelas hanya dengan jalan murahan, yang

(11)

11 dipandang sebelah mata atau hanya menggunakan seksualitasnya. Teori yang dipakai untuk penelitiannya adalah teori strukturalisme otonom, strukturalisme genetik, teori interteks, kritik sastra feminis dan analisis gender. Penulis menggunakan metode pendekatan struktural untuk menganalisis strutur intrinsik novel, kemudian struktur novel dianalisis dengan kritik sastra feminis.

Simbolis dan Kekuasaan Perempuan dalam Film 8 Femmes oleh Ukhti Maryam Jamilah mahasiswa Sastra Prancis UGM pada tahun 2011. Ia meneliti tentang simbolisasi kekuasaan perempuan, bentuk-bentuk kekuasaan perempuan dan hubungan antara simbolisasi dan bentuk-bentuk kekuasaan perempuan.

Stereotype tokoh Thérèse Raquin dalam novel Thérèse Raquin karya Émile Zola oleh mahasiswa Sastra Prancis UGM yang bernama Anggun Hapsari pada tahun 2009. Ia membahas ketidakadilan gender dan bagaimana posisi wanita dianggap sangat rendah sekali di mata masyarakat. peneliti menggunakan teori kekerasan dan teori stereotype dari Mansour Fakih. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data adalah metode kepustakaan.

Agustinus B. Da Costa 2008 mahasiswa Sastra Prancis FIB UGM meneliti Ketidakadilan Gender dalam L’Assommoir Karya Émile Zola, stereotype yang menempel pada wanita hanya merugikan pihak wanita, yang mengakibatkan ketidakadilan gender sehingga mereka selalu dinomor duakan. Stereotype tersebut misalnya adalah anggapan bahwa tujuan wanita diciptakan untuk melayani suaminya khususnya melayani kebutuhan seks. Peneliti menggunakan dua teori untuk

(12)

12 menganalisis topiknya, yaitu teori struktural dan teori kritik sastra feminis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis struktural.

Egoisme dalam Novel Thérèse Raquin Karya Émile Zola sebuah tinjauan semiotik yang dibahas oleh Dian Ramadhani Suseno 2012 mengenai bagaimana proses seseorang menjadi egois. Walaupun karya yang dianalisis berasal dari penulis yang sama yaitu Émile Zola, namun terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian-penelitian yang telah dibahas diatas. Perbedaan-perbedaannya terletak pada objek materialnya dan topik yang diteliti. Penelitian ini menggunakan novel La Curée sebagai objek materialnya. Dalam penelitian ini pembahasannya adalah Gaya Hidup Konsumtif Kaum Bourgeois abad ke-19 dalam novel La Curée yakni bagaimana pola hidup kaum bourgeois pada abad itu. Penelitianpun dilakukan dengan teori yang berbeda yaitu dengan menggunakan teori dari Mike Featherstone yakni, budaya konsumen.

1.5Landasan Teori

Untuk menganalisis penelitian ini, digunakan teori budaya konsumen yang dikemukakan oleh Mike Featherstone. Dipilihnya teori ini karena didalamnya terdapat pembahasan mengenai pengertian konsumerisme, dan hal-hal yang berhubungan dengan pola hidup konsumtif pada era kapitalis barat. Hal tersebut sangat sesuai dengan yang topik yang dianalisis dalam penelitian ini, yakni gaya hidup kaum bourgeois Prancis pada abad ke-19.

Mike Featherstone (2001) berpendapat bahwa terdapat 3 perspektif mengenai budaya konsumerisme, yakni: pertama, dasar dari budaya konsumtif terletak pada

(13)

13 produksi komoditas kapitalis yang menyebabkan terjadinya peningkatan pengeneralisasian budaya secara global dalam bentuk barang dan tempat-tempat perbelanjaan. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya aktivitas konsumsi dan meningkatkan kecenderungan orang untuk memanfaatkan waktu luang mereka dengan berbelanja (pada masyarakat komoditas).

Kedua, prestise atau harga diri merupakan hasil yang ingin dicapai oleh setiap individu setelah berhasil mengkonsumi barang yang diinginkan. Pencapaian tersebut menciptakan sebuah kepuasan pada diri indivdu. Dalam kata lain kegiatan konsumsi dijadikan ajang untuk pengelompokkan kelas sosial dan menciptakan perbedaan kelas sosial.

Ketiga, adanya perspektif yang terbentuk di masyarakat mengenai arti dari sebuah kesenangan atau kenikmatan emosional. Mereka percaya bahwa dengan melakukan aktivitas konsumsi mereka akan mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Kenikmatan tersebut bersifat semu dan temporer, contohnya saja anak muda zaman sekarang terbiasa pergi ke diskotik untuk mencari kenikmatan sesaat. Mereka juga mencari sebuah pengakuan dari lingkungan bahwa mereka termasuk orang yang mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Featherstone industri periklanan menggambarkan sebuah etika konsumsi baru yang mengajak masyarakat untuk menjadi hedonis dengan hanya memikirkan kehidupan sesaat, mengutamakan keindahan tubuh, paganisme,

(14)

14 kebebasan dari kewajiban sosial, mengeksplorasi eksotika tempat-tempat yang jauh, dsb.

Benda-benda dikonsumsi untuk membatasi hubungan sosial. Dalam suatu proses konsumsi barang bukan hanya kegunaan yang dicari dan menjadi satu-satunya tujuan, dibalik itu semua terdapat tujuan lain yakni untuk memperoleh prestise. Harga jual yang tinggi sebagai tolak ukur. Kasus tersebut sering terjadi di lingkungan aristrokat dan orang kaya yang mencoba menunjukkan kekuasaanya pada orang kaya baru.

Industri budaya menciptakan budaya massa yang bersifat homogen. Hal tersebut mengancam krativitas dari setiap individu karena dipengaruhi oleh trend massa1. Dalam suatu sistem komoditas selalu ada yang berubah, pembentukkan pola pikir, pencitraan, pemerataan selera selalu menjadi cara yang ditempuh pihak-pihak tertentu. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya pengetahuan mengenai selera yang dapat diterima akal, begitu juga dengan membatasi pengeluaran yang harus dianggarkan untuk suatu benda konsumsi.

Pada era kapitalisme lanjut (late capitalism) lahir nilai tanda dan simbol pada setiap barang konsumsi. Masyarakat cenderung menjunjung nilai prestise dari barang yang dibeli, dibandingkan nilai kegunaannya.

1 Mike Featherstone. 2001. Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

(15)

15 Menurut Mulyadi (2012), terdapat dua faktor yang memengaruhi sifat konsumerisme individu, yakni faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Terdapat beberapa unsur pada setiap faktor tersebut2.

Unsur yang terdapat didalam faktor internal adalah persepsi, kepribadian, pembelajaran, motivasi, dan sikap. Berikut akan dijelaskan mengenai arti dari kelima unsur tersebut menurut Schiffman-Kanuk, Solomon dan Neal-Quester-Hawkins.

Pertama, motivasi menurut Schiffman-Kanuk digambarkan sebagai dorongan dari dalam diri individu seseorang dan memaksa dia untuk berbuat. Dorongan ini dihasilkan oleh tekanan yang timbul akibat dari satu kebutuhan yang tidak terpenuhi. Solomon berpendapat bahwa motivasi merujuk pada proses yang menyebabkan orang berperilaku seperti yang mereka perbuat. Hal itu terjadi bila kebutuhan timbul dan yang bersangkutan berniat untuk memuaskannya. Sekali kebutuhan telah terpenuhi, tingkat tekanan yang ada mendorong konsumen untuk mencoba mengurangi atau membatasi kebutuhan. Sementara itu, menurut Neal-Quester-Hawkins, suatu motivasi adalah kekuatan dari dalam diri seseorang. Sementara itu, uang menggerakkan perilaku yang memberi arah dan tujuan terhadap perilaku tersebut.

Kedua, persepsi menurut Schiffman-Kanuk digambarkan sebagai proses ketika individu seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan menerjemahkan stimulasi menjadi sebuah arti yang koheren dengan semua keajdian dunia. Selain itu, dapat juga digambarkan dengan cara kita melihat dunia sekitar kita. Menurut Solomon,

(16)

16 persepsi adalah satu proses ketika sensasi-sensasi atau kejadian-kejadian diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Proses tersebut sebagai aktivitas yang kritis yang menghubungkan individu konsumen dengan kelompok serta situasi dan pengaruh-pengaruh dari produsen.

Ketiga, kepribadian dalam pandangan Schiffman-Kanuk, jati diri terdapat tiga rumusan yang penting, yaitu pertama, kepribadian mencerminkan perbedaan dari orang; kedua, kepribadian adalah sikap konsisten yang berkelanjutan; dan ketiga kepribadian itu dapat berubah. Solomon lebih menekankan pada penonjolan faktor psikologi yang unik dari seseorang dan bagaimana pembawaan yang unik tersebut memengaruhi cara orang tersebut bereaksi merespon terhadap lingkungannya. Sementara itu, menurut Neal-Quester-Hawkins, kepribadian terdiri dari berbagai reaksi normal yang dilakukan oleh individu seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi.

Lingkungan sosial budaya juga memengaruhi faktor eksternal individu. Unsur-unsur sosial budaya adalah budaya, demografi, status sosial, referensi kelompok, dan keluarga.

Yang pertama adalah kelas sosial. Menurut Schffman dan Kanuk, kelas sosial diartikan sebagai satu rangkaian tingkatan posisi sosial dimana tiap anggota dari tingkat-tingkat antro menempati posisinya atau sejumlah kelompok yang membagi-bagi kelompoknya dalam sirata tingkatan. Solomon berpendapat bahwa kelas sosial adalah kelompok masyarakat secara kasar dibagi kedalam kelompok berpunya dan tidak berpunya. Neal-Quester-Hawkins mendefinisikan kelas sosial sebagai

(17)

17 tingkatan-tingkatan kelompok masyarakat kedalam hal perbedaan dan kesamaan atas sikap, nilai dan gaya hidup. Pembagian atau pengklasifikasian kelompok masyarakat berdasarkan pendapatan mereka.

Kedua adalah kebudayaan. Menurut Schiffman-Kanuk, budaya adalah karakter dari seluruh masyarakat yang didalamnya meliputi faktor-faktor bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan-kebiasaan, makan, musik, seni, teknologi, pola kerja, dan lain-lainnya yang memberikan arti bagi kelompok tertentu. Menurut Solomon, budaya adalah akumulasi dari makna-makna dalam masyarakat, ritual, norma dan tradisi diantara para anggota dari satu organisasi atau masyarakat. sedangkan Neal-Quester-Hawkins berpendapat bahwa budaya adalah konsep yang sangat kompleks, meliputi pengetahuan kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat.

Ketiga adalah demografi. Menurut Schiffman-Kanuk, demografi merujuk pada tingkat vitalitas dan ukuran kependudukan, demografi, membantu melokalisasi target pasar dimana karakteristik psikologi dan sosio-kultural membantu menggambarkan bagaimana mereka berpikir dan bagaimana mereka berperasaan. Solomon berpendapat bahwa demografi adalah data yang menggambarkan pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan, serta kepemilikan rumah berdasarkan etnik, suku bangsa dan agama. Menurut Neal-Quester-Hawkins, ilmu yang mempelajari kependudukan dalam hal ukuran, struktur, dan penyebaran. Ukuran berarti jumlah orang, struktur menggambarkan usia, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan distribusi yang menggambarkan penyebaran lokasi.

(18)

18 Keempat adalah referensi kelompok. Menurut Schiffman-Kanuk, referensi kelompok yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam membentuk pandangan tentang nilai khusus sikap atau sebagai pedoman berperilaku yang memiliki ciri khusus. Menurut Solomon, referensi kelompok diartikan sebagai perseorangan atau kelompok nyata atau maya yang membayangkan mempunyai kesamaan penilaian aspirasi atau perilaku. Kelompok referensi memengaruhi konsumen dalam tiga cara, informasional, pemakaian, dan penilaian. Menurut Neal-Quester-Hawkins, referensi kelompok adalah sebuah kelompok yang memiliki pandangan atau nilai yang digunakan oleh seseorang untuk berperilaku saat ini.

Kelima adalah keluarga. Menurut Shiffman-Kanuk, keluarga didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang yang mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal bersama. Solomon menegaskan bahwa lazimnya satu unit keluarga adalah ada keluarga yang lengkap. Keluarga terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dan yang sering terjadi tidak hanya kakek dan nenek, tetapi juga paman, bibi, dan keponakan-keponakan. Sementara itu, menurut Neal-Quester-Hawkins, unit keluarga terdiri dari dua atau lebih orang yang saling memiliki keterikatan yang tinggal dan makan dalam tempat tinggal pribadi.

1.6Metode Penelitian

Untuk penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membaca objek material, yaitu novel La Curée karya Émile

(19)

19 Zola terbitan Broadard et Taupin. Setelah itu dilakukan pembacaan hermeneutik untuk mengungkapkan makna atau pesan dari novel tersebut. Setelah pembacaan kedua itu menghasilkan rumusan masalah, yaitu permasalahan mengenai gaya hidup konsumtif kaum bourgeois pada abad ke-19. Setelah mendapatkan data tersebut, proses dilanjutkan dengan memasukan data ke dalam kartu data untuk memudahkan proses pengklasifikasian data sesuai tema pokok. Setelah data berhasil dikumpulkan, digunakan teori Budaya Konsumen yang dikemukakan oleh Mike Featherstone untuk menganalisisnya. Teori ini dianggap sebagai teori yang sesuai dan memiliki korelasi untuk memecahkan pendekatan masalah dari novel ini.

1.7Sistematika Penyajian

Skripsi ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang yang berisi jalan cerita dari novel tersebut, penokohan, biodata Émile Zola, kehidupan pada abad ke-19 di Prancis, tujuan penelitian yang memaparkan manfaat dibuatnya penelitian ini, tinjauan pustaka, penjelasan, dan keterangan mengenai beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain yang bersangkutan dengan tema maupun objek material yang dipakai untuk penelitian ini. Rumusan masalah, yakni pemaparan permasalahan yang akan dibahas dan dipecahkan dalam penelitian ini, serta pertanyaan penelitian objek yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini dan akan dijawab dalam analisis penelitian, landasan teori, yakni penjelasan mengena teori apa saja yang digunakan untuk menganalisis data dan memecahkan permasalahan, metode penelitian, yaitu

(20)

20 bagaimana proses penelitian data, mulai membaca data, mengumpulkan data, mengklasifikasikan data dan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian sistematika penyajian, berbicara mengenai bagaimana penyajian penelitian ini, tinjaun pustaka.

Bab II meliputi analisis mengenai kritik sosial pada kaum borjuis dalam novel La Curée karya Émile Zola. Penjelasan bentuk-bentuk perilaku konsumerisme dan penyimpangan yang terjadi.

Bab III meliputi analisis mengenai akibat dari konsumerisme yakni perselingkuhan, hutang, gaya hidup mewah (hedonis), korupsi.

Bab IV berisi kesimpulan dari tema, khususnya analisis dari penelitian ini. Halaman berikutnya berisi daftar pustaka, sumber materi penelitian ini, daftar tabel, lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Juli 2014, kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,2648 persen diikuti kelompok makanan jadi, minuman

Program Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan adalah program akademik yang mengacu kepada pohon ilmu pendidikan. Oleh karena itu, lulusan Program Studi Penelitian dan

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Hubungan Antara

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan berbasis partisipatif dalam pengelolaan lingkungan sekolah di SMP Negeri 8

Kebanyakan responden guru yang dikajinya menyatakan bahawa mereka kurang bersedia untuk menggunakan perisian PPBK multimedia dalam pengajaran Komsas.. Selain itu, bebanan

BAB II MEWUJUDKAN TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI Sesuai dengan amanah UUD 1945 yang dijabarkan dalam UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, misi mulia pendidikan tinggi

Tinjauan Bangunan Kolonial sebagai Preseden yang Kontekstual dengan Kawasan St Purwosari dan Menciptakan Koneksitas.. dengan Kawasan Pusat kota