• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesinambungan usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging kasus di Tunas Mekar Farm Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesinambungan usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging kasus di Tunas Mekar Farm Bogor"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN

AYAM RAS PEDAGING

(Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor)

SKRIPSI Intani Dewi

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

R

RIINNGGKKAASSAANN

INTANI DEWI. D34101031. 2006. Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan Ayam Ras Pedaging (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Kartika Widjaja, MADE Pembimbing Anggota : Ir. Hadiyanto, MS

Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu alternatif usaha yang cepat menghasilkan dan waktu pemeliharaan yang singkat. Hal ini merupakan daya tarik bagi peternak untuk terjun dalam usaha ternak ayam ras pedaging. Bagi para peternak ayam, usaha ayam ras pedaging masih memiliki beberapa kendala, diantaranya kurangnya stabilisasi penyediaan DOC dan pakan dalam negeri yang murah serta berkualitas masih jauh dari yang diharapkan sehingga harganya fluktuatif. Padahal 50-70 persen biaya produksi ayam ras adalah pakan. Kendala lainnya yaitu kurangnya modal dan sulitnya peternak untuk memasarkan produk ayamnya. Oleh karena itu terciptalah sistem kemitraan yang bertujuan untuk membantu peternak kecil mengurangi resiko kerugian yang dapat membuat pendapatannya meningkat dengan cara meningkatkan skala usahanya, menurunkan biaya produksi dan kontinuitas tersedianya sapronak, menjamin pemasarannya serta menjaga kesinambungan usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peubah-peubah yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) Performance Numerical, dan (5) kontrak kerjasama dengan kesinambungan hubungan usaha kemitraan yang sedang berlangsung.

Penelitian dilaksanakan di Tunas Mekar Farm yang berlokasi di Graha Indah Bogor dan peternak mitra yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor yaitu Cibinong, Leuwiliang, Nanggung dan Cigudeg. Pengumpulan data dilaksanakan sejak tanggal 10 Desember 2005 sampai dengan 10 Januari 2006. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peternak mitra dari Tunas Mekar Farm yang berjumlah 150 peternak dengan jumlah sampel peternak mitra sebanyak 40 orang yang diambil menggunakan metode purposive sampling untuk memilih peternak plasma yang telah bermitra dengan Tunas Mekar Farm sejak awal Tunas Mekar Farm berdiri. Analisis data berupa analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.

(3)

Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan metode backward dari hasil SPSS ada peubah-peubah yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan model persamaan regresi yang terbaik, sehingga didapat hasil sebagai berikut: Y = -1,740 + 2,939*X1 + 1,817*X4 - 0, 911X5.

Koefisien regresi etika bisnis = 2,939 menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi etika bisnis peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama artinya kemitraan tersebut akan terus berlanjut. Apabila nilai skor etika bisnis naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam sebesar 2,939 kali. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging kedua belah pihak harus menjalankan etika bisnis dengan sebaik-baiknya karena tanpa adanya rasa kejujuran dan saling percaya antar pihak yang bermitra tentunya tidak akan terjalin hubungan yang harmonis.

Koefisien regresi performance numerical = 1,817 menunjukkan arah hubungan yang positif, berarti semakin tinggi PN peternak maka semakin tinggi juga kesinambungan usaha kerjasama kemitraan tersebut. Apabila nilai performance numerical naik sebesar 1 tingkat sedangkan peubah lain tetap, maka akan menaikkan siklus periode produksi ayam sebesar 1,817 kali. Hal ini dikarenakan di Tunas Mekar Farm nilai PN menjadi hal utama yang menentukan apakah hubungan kemitraan tersebut akan terus berlanjut atau putus ditengah jalan dan memang nilai rataan skor performance numerical dari peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm termasuk kedalam kategori tinggi.

(4)

ABSTRACT

Sustainable Contract Farming Business at Broiler Farm (Case at Tunas Mekar Farm Bogor)

Dewi, I., K. Widjaja, and Hadiyanto

Contract farming has been in existence for many years as a means of organizing the commercial agricultural production of both large scale and small scale farmers. Contract farming can be defined as an agreement between farmers and marketing firms form the production and supply of agricultural product under forward agreements, frequently at predetermined prices. The objective of this research is to know relation between the analized factors wich are (1) business ethics (2) leadership (3) partnership motivation (4) performance numerical (5) contract agreements, and the sustainable contract farming. Primary data were collected by interviewing the farmers and analized using multiple regression. The result of the estimates equation of sustainable contract farming is Y= -1,740+2,939X1+1,817X4–0,911X5. Only business ethics and performance

numerical were significant at the 95% level. The condition of the contract farming at Tunas Mekar Farm will be sustainable if the performance of business ethics and performance numerical improved significantly. It means that both side involved in the broiler business contract should make the best efforts to maintain it.

(5)

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING

(Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor)

I

INNTTAANNII DDEEWWII D34101031

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN

AYAM RAS PEDAGING

(Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor)

Oleh: INTANI DEWI

D34101031

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 7 Maret 2006

Pembimbing Utama

Ir. Kartika Widjaja, MADE

NIP. 130 350 066

Pembimbing Anggota

Ir. Hadiyanto, MS

NIP. 131 671 593

Dekan Fakultas Peternakan I

Innssttiittuutt PPeerrttaanniiaann BBooggoorr

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc N

(7)

R

RIIWWAAYYAATT HHIIDDUUPP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 September 1983 di kota Bogor Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dan merupakan anak dari pasangan Bapak Djaelani dan Ibu Ami Nurrachmi.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SD Kesatuan Bogor, setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 1 Bogor yang diselesaikan pada tahun 1998 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001.

(8)

KATA PENGANTAR

Studi tentang usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging sudah banyak dilakukan. Ruang lingkupnya meliputi pola, analisis finansial dan kajian ekonomi. Skripsi ini merupakan hasil studi kemitraan ayam ras pedaging dengan sudut pandang dan latar belakang yang agak berbeda. Dalam studi ini kemitraan dilihat berdasarkan penggabungan dua aspek ilmu pengetahuan yaitu ekonomi dan sosial. Sehingga diharapkan ada paradigma baru yang mewarnai studi kemitraan khususnya untuk bisnis ayam ras pedaging.

Penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan kemitraan yang sedang berkembang pesat di Bogor. Data didapatkan menggunakan teknik wawancara langsung ke perusahaan selaku inti dan peternak sebagai plasma. Sehingga informasi atau data yang diterima cenderung proporsional walaupun masih terdapat kelemahan-kelemahan. Pustaka yang disajikan adalah hasil studi terdahulu dan beberapa pemikiran ahli-ahli di bidang ilmu ekonomi dan sosial. Fokus dalam skripsi ini adalah mempelajari interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan sosial yaitu: (1) etika bisnis (2) kepemimpinan (3) motivasi kerjasama (4) performance numerical dan (5) kontrak kerjasama terhadap kesinambungan usaha bisnis kemitraan ayam ras pedaging.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik ataupun saran sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mempertajam isi skripsi. Sehingga semakin banyak dan lengkap studi tentang kemitraan ayam ras pedaging yang mampu menjawab permasalahan dan fenomena di lapang yang semakin kompleks. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha para ilmuwan untuk memajukan peternakan Indonesia.

Bogor, Maret 2006

(9)

D

Perkembangan Ayam Broiler Komersial……… 7

Usaha dan Prospek Peternakan Ayam Ras Pedaging………. 8

Gambaran Umum Kemitraan……….. 9

Sejarah Perkembangan Kemitraan di Indonesia………. 10

Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha……… 11

Etika Bisnis………. 12

Kepemimpinan……… 14

Motivasi Kerjasama……… 15

Performance Numerical……….. 16

Kontrak Kerjasama………. 16

METODE PENELITIAN………. 18

Lokasi dan Waktu……… 18

Populasi dan Sampel……… 18

Desain Penelitian………. 18

Data dan Instrumentasi……… 19

Pengumpulan Data……….. 20

Analisis Data……… 20

Definisi Istilah………. 23

KEADAAN UMUM TUNAS MEKAR FARM..……… 25

(10)

Struktur Organisasi……….………. 26

Kegiatan Usaha……….……….. 26

Mekanisme Kemitraan di Tunas Mekar Farm………..……….. 27

HASIL DAN PEMBAHASAN……… 29

Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging……….. 29

Etika Bisnis………. 29

Kepemimpinan……… 30

Motivasi Kerjasama……… 31

Performance Numerical……….. 32

Kontrak Kerjasama………. 33

Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging……….………. 34

Masalah-masalah dalam Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging……….………….. 36

Hubungan Etika Bisnis dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging……… 37

Hubungan Performance Numerical dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging……… 38

KESIMPULAN DAN SARAN……… . 41

Kesimpulan ………….……… 41

Saran……… 41

UCAPAN TERIMA KASIH………. 43

DAFTAR PUSTAKA……… 44

(11)

D

DAAFFTATARR TTAABBEELL

Nomor Halaman

1. Rataan Skor Etika Bisnis dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan

Ayam Ras Pedaging………..……….. 28

2. Rataan Skor Kepemimpinan dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan

Ayam Ras Pedaging……….. 29

3. Rataan Skor Motivasi Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha

Kemitraan Ayam Ras Pedaging……… 30

4. Rataan Skor Performance Numerical dalam Kesinambungan Usaha

Kemitraan Ayam Ras Pedaging………. . 31

5. Rataan Skor Kontrak Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha

Kemitraan Ayam Ras Pedaging………... 32

6. Nilai koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) ………….. 33 7. Nilai koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) dengan

(12)

D

DAAFFTTAARR GGAAMMBBAARR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Peubah-peubah yang Mempengaruhi

(13)

D

DAAFFTTAARR LLAAMMPPIIRRAANN

Nomor Halaman

1. Contoh Kontrak Kerjasama……… 46

2. Kuesioner Penelitian……….. 48

3. Data Uji Reliabilitas……….………..……… 55

4. Uji Reliabilitas Menggunakan Program SPSS……… 56

5. Data Analisis Regresi Berganda………. 57

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa melalui penyediaan protein hewani seperti daging, susu dan telur. Protein hewani diperlukan untuk menciptakan generasi muda penerus bangsa yang sehat dan cerdas, karena protein hewani mengandung asam-asam amino essensial yang berperan dalam mencerdaskan otak.

Indonesia merupakan penghasil daging ayam terbesar di ASEAN, mencapai 1,1 juta ton pada tahun 2004 (FAO, 2005), tetapi karena Indonesia juga memiliki penduduk yang cukup besar, sekitar 210 juta, maka tingkat konsumsi protein hewani asal daging ayam saat ini baru mencapai 4,6 kg/kapita pada tahun 2005. Hal ini dikarenakan tidak meratanya konsumsi ayam dan hanya berpusat di kota-kota besar saja.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup dan pendapatan masyarakat sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan protein hewani khususnya daging ayam. Fenomena ini merupakan peluang pengembangan peternakan ayam ras pedaging yang sangat besar pada masa akan datang.

Saat ini ayam ras masih merupakan komoditi peternakan yang cukup cepat diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan dengan produk ternak lainnya. Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu alternatif usaha yang cepat menghasilkan dan memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut adalah laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang singkat, dan dapat dimulai dengan jumlah modal yang dimiliki baik dalam usaha sambilan ataupun usaha pokok. Keunggulan-keunggulan tersebut merupakan daya tarik bagi peternak untuk membuat usaha peternakan ayam ras pedaging.

(15)

dalam negeri yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Padahal 50-70 persen biaya produksi ayam ras adalah untuk pakan sehingga harga pakan berdampak langsung pada daya saing produk akhir ayam ras. Berbeda sekali dengan negara Brazilia yang sudah mampu memproduksi bahan baku untuk pakan serta mengekspornya kepada negara lain.

Kerjasama kemitraan dalam bisnis perunggasan bukanlah hal yang baru. Pola kemitraan antara peternak rakyat ayam ras pedaging dengan perusahaan peternakan ayam ras pedaging sudah diperkenalkan sejak tahun 1984 yang dikenal dengan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Tujuan utama dari kemitraan adalah membantu peternak kecil agar pendapatannya meningkat dengan cara meningkatkan skala usahanya, menurunkan biaya produksi dan mengurangi resiko usaha serta menjaga kesinambungan usahanya.

Fakta yang terjadi menunjukkan ada pendapat orang yang pro dan kontra tentang pola kemitraan dan banyak pihak yang meragukan tentang manfaat dari kemitraan yaitu dapat meningkatkan produktivitas usaha sehingga tercapai efisiensi usaha. Walaupun demikian kemitraan masih banyak dilakukan oleh para peternak di Indonesia dan tetap bertahan sampai saat ini, karena kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkembangnya pengusaha kecil dalam percaturan perekonomian nasional.

Kemitraan usaha ayam ras pedaging ini merupakan salah satu alat kerjasama yang mengacu pada terciptanya suasana keseimbangan dan keselarasan serta didasari rasa saling mempercayai antara pihak yang bermitra. Melalui kemitraan diharapkan terwujud sinergi yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dalam usaha. Oleh karena itu sangatlah penting jika kemitraan didasari oleh pemahaman tentang kejujuran, kepercayaan, keadilan, dan komunikasi terbuka yang terangkum dalam etika bisnis sehingga kemitraan akan kuat dan bertahan lama.

(16)

Perumusan Masalah

Pola kemitraan pada usaha peternakan ayam ras pedaging yang dijalankan selama ini sangat lekat dengan agribisnis ayam ras. Pola kemitraan ini dalam perjalanannya masih mengalami permasalahan baik dari pihak perusahaan inti ataupun peternak plasma. Saat ini nilai-nilai dasar etika bisnis sering terabaikan oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah dan cepat dari kedua belah pihak. Banyak hal yang mengakibatkan hubungan antara peternak dan perusahaan mitra menjadi kurang baik yang mengakibatkan putusnya hubungan kerjasama kemitraan diantara kedua belah pihak sehingga tujuan kemitraan untuk menjaga kesinambungan usaha tidaklah tercapai.

Pada penelitian ini akan dilihat apakah etika bisnis pada ikatan kemitraan yang sedang berlangsung dapat mengganggu kesinambungan usaha kemitraan, jadi bukan hanya dilihat dari keuntungan semata tetapi lebih mengarah kepada hubungan manusia yang menjalankan kerjasama tersebut.

Adapun fokus kajian pada penelitian ini adalah sejauhmana peubah-peubah bebas yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama, dapat menentukan kesinambungan hubungan kemitraan yang sedang berlangsung?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peubah-peubah yang diteliti antara lain: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama dengan kesinambungan hubungan kemitraan yang sedang berlangsung.

Manfaat Penelitian

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat berlangsung simbiosis mutualisme sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi. Tujuan utama kemitraan adalah kesinambungan usaha serta meningkatkan pendapatan dari peternak kecil dan membina peternak agar dapat menjalankan usaha ayam ras dengan baik. Di samping itu sekaligus diharapkan dapat menolong golongan ekonomi lemah, memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Bagi perusahaan mitra sendiri sebenarnya memiliki kepentingan dalam melakukan kemitraan karena dengan bermitra, perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk investasi kandang, dan meminimalisir biaya lingkungan sehingga dapat lebih konsentrasi di bisnis utamanya, mengembangkan usahanya dan meningkatkan keuntungan.

Kemitraan adalah suatu proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Karena kemitraan adalah suatu proses maka keberhasilannya secara optimal tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, melainkan dalam jangka waktu panjang.

Kesinambungan usaha dari kemitraan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan suatu kemitraan tersebut dijalankan, dengan indikator pendapatan, jaminan pasar, jaminan harga ataupun resiko, tapi lebih mengarah kepada hubungan antar manusia yang menjalankan usaha kemitraan tersebut karena kemitraan tidak akan terjadi tanpa adanya mitra atau partner yang dapat diajak untuk bekerjasama.

(18)

Sifat lain yang harus dimiliki adalah kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pihak mitra sebagai pemimpin yang memiliki sifat-sifat seorang pemimpin dan tercermin melalui gaya kepemimpinan yang dianut, karena pemimpin memiliki kesanggupan untuk menyusun suatu sistem interaksi sosial yang baik, ia akan berhasil jika bawahannya dan situasi mendukungnya untuk menciptakan situasi semacam itu.

Hal lain yang penting dalam mencapai suatu kesinambungan usaha adalah adanya motivasi kerjasama antara kedua belah pihak karena kelanggengan tidak akan tercapai jika salah satu pihak memutuskan hubungan kerjasama. Motivasi tersebut juga dapat dilihat melalui performance numerical atau dapat disingkat PN yaitu prestasi produksi ayam broiler yang dihasilkan oleh peternak yang terdiri dari (a) mortalitas, (b) rata-rata berat ayam saat panen, (c) FCR atau konversi pakan, dan (d) rata-rata umur panen. PN sangat berhubungan dengan pendapatan dan resiko maka peternak harus menghasilkan PN yang tinggi bila ingin pendapatannya tinggi dan biaya produksi yang rendah. Bila peternak terus menerus menghasilkan PN yang rendah maka akan merugikan kedua belah pihak dan dapat mengakibatkan pihak mitra tidak ingin melanjutkan hubungan kerjasama tersebut.

Hal terakhir yang juga penting dalam suatu kerjasama kemitraan adalah kontrak kerjasama, karena awal mula adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk bekerjasama adalah kesepakatan kontrak kerjasama yang akan dijalankan.

(19)

Secara skematis upaya untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha dalam kemitraaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Peternak KEMITRAAN Mitra

KESINAMBUNGAN USAHA

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peubah-peubah yang Mempengaruhi Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan.

Peubah-peubah yang mempengaruhi:

• Etika bisnis

• Kepemimpinan

• Motivasi kerjasama

Performance Numerical (PN)

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Ayam Broiler Komersial

Ayam potong atau ayam ras pedaging lebih dikenal dengan nama ayam broiler. Pada awalnya, ayam broiler komersial hanya berkembang di benua Amerika dan Eropa. Sejalan dengan perkembangan globalisasi, penyebaran penduduk, sarana transportasi, ayam broiler komersial yang telah dikembangkan potensi genetiknya menyebar hampir ke seluruh pelosok dunia. Selama dua abad terakhir ini lebih dari 300 galur murni dan bermacam-macam jenis ayam telah dikembangkan. Tetapi hanya ada beberapa yang bertahan untuk usaha komersial di industri perunggasan. Pada saat awal usaha komersial industri perunggasan, banyak usaha perkembangbiakan ayam dengan menyilangkan beberapa galur murni untuk meningkatkan produktivitas dari ayam sehingga berkembanglah jenis ayam baru (North dan Bell, 1990).

Ayam ras tipe pedaging yang saat ini dikembangkan peternak di seluruh dunia, berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000 tahun yang lalu. Domestikasi lazimnya dilanjutkan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan daging, telur dan bibit yang lebih baik. Budidaya ayam secara komersial dimulai pada awal abad 19 yang secara bertahap menuju sistem modern (Poultry Indonesia, 2003).

Ayam pedaging dapat menghasilkan daging relatif banyak dalam waktu yang cepat. Ciri-ciri ayam tipe pedaging adalah: (1) ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh, (2) jumlah telur relatif sedikit, (3) bergerak lamban dan tenang, (4) biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin, (5) beberapa jenis ayam pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka mengeram (Sudaryani dan Santosa, 1994).

(21)

produksi telur tinggi, efisiensi pakan bagus, tahan panas dan penyakit. Strain komersial yang memproduksi telur coklat dikembangkan dari jenis Australorp, Playmouth Rock, Rhode Island dan New Hamsphire Red, yang aslinya dikembangkan untuk dua tujuan yakni produksi daging dan telur (Poultry Indonesia, 2003).

Beberapa perusahaan pembibitan utama dunia antara lain: Avigen yang memegang strain ROSS, Lohman Indian River dan Arbor Acres. Avigen yang bermarkas di Edinburgh, Skotlandia ini dalam bisnis pembibitan menguasai 49% pangsa pasar broiler dunia dengan distribusi di lebih dari 85 negara. Hubbard International memegang strain Hubbard dengan range produk yang sangat beragam sesuai dengan kebutuhan pasar. Bahkan Hubbard juga mengembangkan strain ayam pedaging berwarna untuk memenuhi permintaan ayam kampung. Tyson Foods, Inc. menguasai 100% saham Cobb-Vantress dan Avian. Sejak lama Cobb-Vantress, Inc. dikenal sebagai perusahaan breeding terkemuka dengan strain andalannya Cobb. Saat ini bibit Cobb digunakan untuk produksi broiler di lebih dari 60 negara. Perusahaan pembibitan lainnya adalah Euribid yang membawahi Hybro B.V. dengan strain Hybro untuk produk broiler (Poultry Indonesia, 2003).

Usaha dan Prospek Peternakan Ayam Ras Pedaging

(22)

disepakati, produsen dibayar oleh perusahaan dan bila memberikan hasil yang bagus akan diberikan bonus (North, 1972).

Prospek ekonomi agribisnis ayam ras dimasa mendatang, dapat dilihat baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Menurut Saragih (2000) dari sisi permintaan prospek agribisnis ayam ras berkaitan dengan peranan daging ayam ras dalam struktur konsumsi daging dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan masa depan.

Gambaran Umum Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (Hafsah, 2000).

Konsep formal kemitraan tercantum dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi, “Kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Menurut Sumardjo et al. (2004), kemitraan bertujuan untuk (1) meningkatkan pendapatan, (2) kesinambungan usaha, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, (4) peningkatan skala usaha, (5) serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri.

Hasil penelitian Handoko (2003), menyatakan bahwa pencapaian keuntungan merupakan tujuan utama dari pihak-pihak yang melaksanakan kemitraan. Hal ini menyebabkan kontrol kelembagaan yang berupa kebijakan hanya melibatkan pihak perusahaan dan peternak plasma, sedangkan pemerintah tidak terkait langsung dengan kerjasama hanya sebagai fasilitator.

Menurut Sumardjo et al. (2004) ada beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan yaitu :

(23)

2) Pola sub kontrak, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

3) Pola dagang umum, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.

4) Pola keagenan, merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra.

5) Pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal atau sarana lainnya untuk mengusahakan suatu komoditi.

Sejarah Perkembangan Kemitraan di Indonesia

Sejak tahun 1970-an ayam ras makin populer di kalangan masyarakat. Usaha skala rumah tangga terus berkembang di berbagai daerah. Sementara itu usaha skala besar diam-diam juga tumbuh dan mampu menjalankan usahanya secara lebih efisien. Sebenarnya, kemelut usaha perunggasan melalui media massa sudah berhembus sejak 1978. Namun, baru pada 1980 pertentangan terhadap peternak skala besar makin besar dan puncaknya terjadi pada tahun 1981. Meski gagasan pembatasan skala usaha mendapat banyak tantangan dari banyak kalangan namun akhirnya sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekuin tanggal 3 September 1981 menetapkan pokok-pokok kebijakan tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam yang kemudian ditetapkan dalam Keppres Nomor 50 tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam (ASOHI, 2000).

(24)

peternak rakyat, (2) skala usaha budidaya dibatasi (750 ekor/periode untuk ayam pedaging).

Searah dengan bergulirnya era deregulasi dan debirokratisasi di Indonesia maka pemerintah mencabut Keppres No. 50 tahun 1981 dan menggantikannya dengan Keppres No. 22 tahun 1990. Prinsip dasar dari Keppres No. 22 tahun 1990 tersebut adalah: (1) perusahaan peternakan diperbolehkan kembali memasuki usaha budidaya ayam ras asalkan bekerja sama dengan peternak rakyat; (2) skala budidaya diperbesar.

Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha

Menurut Sumardjo et al. (2004) hubungan kemitraan akan berkesinambungan jika hasil kerja sama terjadi secara berulang-ulang dan saling menguntungkan. Proses tersebut terus dilakukan sampai melahirkan suatu aturan atau norma hubungan bisnis dalam pola perilaku kemitraan. Kelanjutan hubungan kemitraan tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pihak-pihak yang bermitra dalam kegiatan kemitraan. Hubungan yang dilakukan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang menghasilkan interaksi positif akan menimbulkan sifat saling ketergantungan. Sebaliknya interaksi negatif dapat mengancam kelangsungan hubungan kemitraan.

Menurut Hafsah (2000), jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas merupakan perekat kemitraan, apabila berhasil dapat melanggengkan kelangsungan kemitraan. Produk akhir dari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat tidaknya diterima di pasar. Indikator penentunya adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu produk. Untuk selanjutnya dengan adanya jaminan mutu akan meningkatkan pendapatan peternak dan perusahaan karena adanya jaminan penyerapan hasil produksi oleh pasar sepanjang memenuhi standar mutu yang telah disepakati.

(25)

c. Harga output adalah harga beli perusahaan mitra terhadap produk yang dihasilkan oleh peternak mitra.

d. Resiko adalah kemungkinan untuk mengalami kerugian atau kegagalan dalam berbisnis.

Etika Bisnis

Terdapat perbedaan antara etika dan moralitas, sehingga terlebih dahulu perlu memahami perbedaan arti dari keduanya. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi atau kelompok. Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok dan pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri sendiri serta seluruh hidupnya. Norma adalah aturan atau kaidah perilaku dan tindakan manusia (Keraf , 1991).

Keraf (1991) juga berpendapat bahwa ada dua macam etika. Pertama, etika deskriptif, yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Kedua, etika normatif, yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki dan dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini.

Etika adalah moral dan karakter yang mengacu pada nilai-nilai dari aturan yang dilaksanakan oleh kelompok atau individu. Adapun manfaat etika adalah: (1) dapat mendorong dan mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri, yang dapat dipertanggungjawabkannya, (2) dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat yang tertib, teratur, damai dan sejahtera dengan mentaati norma-norma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan kesejahteraan sosial (Rindjin, 2004).

(26)

menerapkan prinsip-prinsip etika dalam mengkaji dan mengatasi masalah-masalah yang rumit dalam dunia bisnis.

Etika bisnis menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis yang baik dan tidak melakukan bisnis yang kotor. Etika bisnis mengajak pihak-pihak yang bermitra untuk mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar kemitraan tersebut pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis perunggasan (Rindjin, 2004).

Suatu kemitraan agar dapat menjadi langgeng diperlukan banyak sikap yang termasuk ke dalam etika bisnis, menurut Mariotti (1993) dalam Hafsah (2000) mengemukakan lima dasar etika berbisnis dimana empat yang pertama merupakan hubungan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis. Kelima dasar etika bisnis tersebut adalah:

a) Intergritas dan kejujuran

Dalam kemitraan diperlukan pelaku-pelaku yang berkarakter kuat dan tidak mudah putus asa. Integritas adalah sikap bertindak jujur dan benar, karena ada banyak kemungkinan dimana pelaku kemitraan berlaku curang. Kemitraan yang dibangun dengan integritas yang terpuji dan kejujuran akan menghasilkan suatu kemitraan yang kokoh dan tidak mudah terombang-ambing oleh permasalahan yang muncul.

b) Kepercayaan

Kepercayaan yang teguh terhadap seseorang atau mitra merupakan modal dasar dalam menjalin bisnis. Kegagalan dalam membangun kemitraan yang langgeng biasanya dimulai dengan sikap saling mencurigai yang akhirnya menimbulkan sikap saling tidak percaya.

c) Komunikasi yang terbuka

(27)

d) Adil

Adil yaitu tidak berat sebelah, bersikap sama atau seimbang terhadap semua orang. Kemitraan yang dilandasi sikap adil menunjukkan adanya pengorbanan dari pihak yang bermitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Pengorbanan ini bukan berarti akan merugikan salah satu pihak.

e) Keseimbangan antara insentif dan resiko

Kemitraan merupakan perpaduan antara resiko yang diberikan dengan hasil atau insentif yang diterima. Keseimbangan ini akan terus mewarnai perjalanan kemitraan. Untuk pihak yang bermitra harus ada keinginan untuk memikul beban resiko dan keuntungan bersama-sama.

Kegiatan bisnis adalah kegiatan manusiawi, maka bisnis dapat dinilai dari sudut pandang moral, sama halnya semua kegiatan manusiawi lainnya juga dapat dinilai dari sudut pandangan moral. Bisnis, seperti kebanyakan kegiatan sosial lainnya, mengandaikan suatu latar belakang moral dan mustahil bisa dijalankan tanpa adanya latar belakang moral seperti itu. Jika setiap orang yang terlibat dalam bisnis (pelaku bisnis) bertindak secara immoral atau bahkan amoral (tidak memperdulikan tindakannya bermoral atau tidak), maka bisnis akan segera terhenti dan keberlangsungannya tidak akan lama (Keraf, 1991).

Kepemimpinan

Menurut Santosa (1983) kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan.

(28)

Prijosaksono dan Hartono (2002) berpendapat bahwa ada lima aspek penting dalam karakter seorang pemimpin sejati, yaitu:

a) Vision, adanya visi dan sasaran yang jelas dipahami oleh seluruh anggota tim. b) Optimizing, menumbuhkan motivasi diri sendiri dan tim untuk belajar dan

tumbuh agar sasaran tercapai.

c) Integrity, membangun karakter dan integritas sebagai dasar menumbuhkan kepercayaan dan respek. Untuk membangun integritas dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut, selalu menepati janji, memegang komitmen, menjaga kejujuran dan keterbukaan.

d) Communication, membangun sistem komunikasi yang efektif. Untuk menciptakannya seorang pemimpin harus bersikap menghormati orang lain, berempati, memberikan pesan dengan jelas sehingga dapat diterima dengan baik dan rendah hati.

e) Empowering, menimbulkan sinergi dan kerja sama kreatif di dalam tim. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dengan cara, memberikan dorongan motivasi, berbagi dan memberikan kepercayaan.

Motivasi Kerjasama

Motivasi kerjasama merupakan salah satu peubah yang dinilai terhadap hubungan kemitraan yang termasuk dalam salah satu aspek manfaat dari kemitraan, karena tanpa adanya motivasi untuk melanjutkan kerjasama dari kedua belah pihak maka kerjasama kemitraan tidak mungkin dapat dilanjutkan kembali (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2000).

(29)

Performance Numerical

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa Performance Index (IP) adalah suatu gambaran untuk mengevaluasi hasil teknis, semakin besar nilai IP maka semakin baik pula hasil teknisnya. Rumus yang digunakan adalah:

100

Perkembangan ayam broiler sangat cepat maka formula awal yang digunakan untuk mengetahui prestasi ayam broiler saat ini telah mengalami perubahan dan modifikasi, berdasarkan formula Performance Index yang digunakan oleh North dan Bell yang dibuat dalam bentuk pon maka untuk kasus di Indonesia telah mengalami modifikasi dan perubahan karena di Indonesia bobot ayam dihitung dalam ukuran kilogram, yang dikenal dengan nama Performance Numerical (PN). Performance Numerical adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui prestasi ayam broiler komersial. Semakin besar nilai PN yang diperoleh (lebih dari 200), semakin bagus prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya. PN dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

panen

Semakin rendah FCR maka akan semakin efisien penggunaan pakan. Semua ini merupakan tujuan utama para peternak ayam broiler. Nilai PN juga bisa diartikan, semakin tinggi performance numerical semakin efisien usaha tersebut (Fadillah, 2004).

Kontrak Kerjasama

(30)
(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di perusahaan peternakan Tunas Mekar Farm di Graha Indah Bogor dan peternak mitra yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor yaitu Cibinong, Leuwiliang, Nanggung dan Cigudeg. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Desember 2005 sampai dengan tangal 10 Januari 2006.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh peternak yang masih aktif menjalin kerjasama kemitraan dengan Tunas Mekar Farm. Jumlah peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm berjumlah 150 peternak.

Sampel

Jumlah sampel yang diambil dari populasi Tunas Mekar Farm sebanyak 40 peternak dengan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling atau secara sengaja untuk memilih peternak plasma yang telah bermitra dengan Tunas Mekar Farm sejak awal Tunas Mekar Farm berdiri sampai saat ini.

Desain Penelitian

(32)

kesepakatan kedua belah pihak untuk bekerjasama, oleh karena itu maka peubah-peubah yang diteliti dalam penelitian ini bersifat sosial ekonomi yang artinya selain meneliti hubungan antar manusia juga melihat dari sisi ekonomi dari kemitraan tersebut sehingga dapat dirumuskan bahwa aspek sosial dan ekonomi mempengaruhi kesinambungan usaha yang tercermin dari peubah-peubah yang akan diteliti dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu: (1) etika bisnis, (2) kepemimpinan, (3) motivasi kerjasama, (4) performance numerical, dan (5) kontrak kerjasama.

Data dan Instrumentasi

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara secara langsung dengan peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm. Data primer didapat melalui wawancara adalah mengenai daya terima peternak terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama oleh mitranya dan juga mengenai data prestasi produksi ayam broiler mereka atau yang kita kenal dengan performance numerical. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan inti mengenai jumlah populasi ternak dan bentuk kerjasama yang dilaksanakan oleh peternak serta kontrak perjanjian kerjasama

Instrumentasi

(33)

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen atau kuesioner digunakan, telah dilakukan uji coba terlebih dahulu di lapang pada beberapa responden yang bukan sampel tapi memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri responden. Uji validitas dilakukan kepada enam orang peternak, empat peternak di daerah Cibungbulang, Bogor yang merupakan peternak plasma dari perusahaan inti JP, sedangkan dua orang peternak lainnya merupakan peternak plasma dari PT. CPI di daerah Serang, Banten.

Tujuan pengukuran validitas adalah untuk melihat isi dan kegunaan suatu alat ukur. Untuk penelitian sosial, validitas isi adalah yang paling penting karena mempersoalkan isi dan makna dari kuesioner cukup mewakili atau tidak (Nazir, 1998).

Setelah melakukan uji validitas dengan jumlah responden pada saat uji coba berjumlah enam orang peternak plasma, maka dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1985). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 10 for windows maka didapat nilai rhitung = 0,947

sedangkan nilai rtabel = 0,878 karena nilai rhitung > rtabel pada taraf signifikansi 5%

maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang diujikan valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi.

Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar daerah Bogor, di tempat perusahaan inti dan peternak plasma selama 1 bulan. Data dikumpulkan melalui:

1) Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada para peternak plasma dalam kemitraan.

2) Pengumpulan data sekunder dari pihak perusahaan sebagai sumber informasi tentang data jumlah peternak dan kontrak kerjasama.

Analisis Data

(34)

1) Analisis Peubah Etika Bisnis (X1)

Menganalisis daya terima peternak terhadap etika bisnis yang dilakukan oleh mitra melalui kuesioner dengan memperhatikan indikator-indikator yang diteliti dalam etika bisnis yaitu: (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko. Setelah didapatkan nilainya maka akan diketahui dari semua indikator yang mempengaruhi etika bisnis, indikator mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap kesinambungan usaha.

2) Analisis Peubah Kepemimpinan (X2)

Cara pengukuran gaya kepemimpinan dari perusahaan mitra berdasarkan konsep skala semantik differensial, menurut Osgood (1957) konsep ini mengklasifikasi sifat-sifat yang dipilih untuk penilaian dari kategori kepemimpinan yang dibagi dalam tiga dimensi sifat yang akan diukur, yaitu: (1) dimensi evaluasi, (2) dimensi potensi, (3) dimensi aktivitas. Sifat-sifat dari seorang pemimpin yang digunakan sebagai indikator setelah dibagi kedalam tiga dimensi, (1) evaluasi: respek dari peternak, kejujuran, kepercayaan, (2) potensi: memegang komitmen, kemampuan berkomunikasi, kecakapan emosional, (3) aktivitas: memotivasi, gaya berbicara, ketegasan. Indikator digunakan untuk menganalisis sejauh mana daya terima peternak terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh mitra, setelah diketahui nilainya melalui kuesioner maka dapat diketahui sejauhmana pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha.

(35)

Dikatakan oleh Azwar (1995) dalam Library Gunadarma (2006) bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Cara pemberian angka seperti ini adalah cara yang telah disederhanakan yaitu angka 1 berarti adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas tinggi, sedangkan angka 7 menunjukkan adanya sikap favorable dengan intensitas tinggi pula. Makin mendekati ke tengah kontinum maka arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnya pun berkurang. Suatu posisi respons yang diletakkan pada angka 4, yang berada di tengah-tengah berarti adanya sikap netral terhadap objek yang bersangkutan bila dikaitkan dengan kata sifat yang berada pada kedua kutub kontinum.

3) Analisis Peubah Motivasi Kerjasama (X3)

Menganalisis seberapa besar motivasi kedua belah pihak untuk melanjutkan kerjasama kemitraan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha suatu kemitraan.

4) AnalisisPeubah Performance Numerical (PN) (X4)

Prestasi produksi ayam broiler atau performance numerical (PN) diukur dan dianalisis dengan mengetahui berapa standar PN yang digunakan oleh mitra agar peternak tetap bisa bekerjasama dan dibandingkan juga dengan keadaan lapang dari peternak, sehingga diketahui berapa nilai PN rata-rata dari peternak dan diketahui pengaruhnya terhadap kesinambungan usaha. Untuk mengukur Indeks Prestasi ayam atau performance numerical adalah dengan formula sebagai berikut:

panen

5) Analisis Peubah Kontrak Kerjasama (X5)

(36)

kontrak atau belum sesuai. Setelah dianalisis maka akan diketahui dari keempat indikator tersebut indikator mana yang paling signifikan dan berpengaruh terhadap kesinambungan usaha.

6) Analisis Kesinambungan Usaha (Y)

Indikator yang digunakan untuk mengukur kesinambungan usaha adalah lamanya menjalin hubungan kerjasama, lamanya waktu tersebut dikategorikan dalam hitungan siklus periode produksi selama menjalin hubungan kemitraan.

Metode regresi berganda digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peubah-peubah apa saja yang berpengaruh terhadap kesinambungan usaha kerjasama kemitraan. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + e

dimana:

Y = kesinambungan usaha a0 = intersep

a1 – a5 = koefisien regresi

X1 = etika bisnis

X2 = kepemimpinan

X3 = keinginan kontinuitas kerjasama

X4 = performance numerical

X5 = kontrak kerjasama

Setelah mengetahui persamaan yang terbentuk maka dilakukan uji BLUE (Best Unbiased Estimator) agar persamaan yang telah terbentuk adalah persamaan regresi yang terbaik dan tidak mengandung autokorelasi dan multikolinearitas.

Definisi Istilah

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau oleh usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Kesinambungan usaha adalah mempertahankan suatu usaha agar tetap berlanjut dalam eksistensinya (lamanya kerjasama).

(37)

Kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan.

Motivasi kerjasama adalah suatu alasan yang menyebabkan salah satu pihak bertindak untuk melanjutkan hubungan kerjasama.

Performance Numerical adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk

mengetahui prestasi ayam broiler komersial, yang perhitungannya dengan formula sebagai berikut:

Kontrak kerjasama adalah suatu nota kesepahaman antara dua pihak yang bermitra yang memuat aspek-aspek penting dalam bermitra dan sebagai tanda bukti bahwa telah terjadi kesepakatan kerjasama.

Perusahaan inti adalah perusahaan peternak yang mengadakan kemitraan dengan pola inti plasma yang berkewajiban menyediakan sarana produksi peternakan, bimbingan teknis, manajemen, dan memasarkan hasil produk peternak plasma.

Peternak plasma adalah kelompok peternak ayam ras pedaging yang melakukan kerjasama dengan suatu perusahaan inti dalam usaha budidaya dengan perjanjian yang telah disepakati.

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

Harga output adalah harga beli perusahaan mitra terhadap produk yang dihasilkan oleh peternak mitra.

Resiko adalah kemungkinan untuk mengalami kerugian atau kegagalan dalam berbisnis.

(38)

KEADAAN UMUM TUNAS MEKAR FARM

Sejarah Berdirinya

Tunas Mekar Farm baru berdiri sekitar 23 bulan yang lalu tepatnya pada April 2004, memang usianya masih muda sesuai dengan namanya seperti tunas yang baru mekar. Berdasarkan cerita dari pihak perusahaan, Tunas Mekar Farm ini didirikan oleh Ir. Muslikhin Irmat bersama rekannya Bapak Agus yang tadinya bekerja di salah satu perusahaan mitra juga, karena ketidakpuasan mereka terhadap sistem yang dijalankan di perusahaan mitra tersebut maka mereka dengan dibantu salah satu investor di Bogor mendirikan perusahaan mitra sendiri yang dinamakan Tunas Mekar Farm.

Beberapa hal yang dianggap kurang memuaskan di perusahaan mitra tersebut diantaranya adalah: jaminan sapronak tidak tentu yang artinya kualitasnya tidak selalu terjamin, pemberian insentif hasil produksi kepada peternak memakan waktu yang cukup lama bisa sampai satu bulan, cara kerja di dalam perusahaan tersebut pun terlalu baku dengan aturan sehingga kurang terasa adanya kekeluargaan antara peternak dengan perusahaan mitra, dan juga komunikasi antara peternak dan pihak perusahaan mitra kurang lancar sehingga menghambat hubungan kerjasama tersebut.

Berdirilah Tunas Mekar Farm dan diharapkan dapat memberikan solusi terbaik pada peternak dalam melakukan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Tunas Mekar Farm ingin mengubah hal-hal yang dianggap kurang memuaskan tersebut menjadi lebih baik dengan memberikan jaminan kualitas sapronak terbaik pada peternak mitranya, perhitungan hasil produksi peternak dilakukan paling lambat satu minggu sudah selesai agar peternak dapat segera menerima uang hasil beternak ayam tersebut. Rasa kekeluargaan antara peternak dan pihak perusahaan juga ingin ditingkatkan dengan adanya pertemuan rutin yang diadakan kurang lebih dua kali dalam setahun untuk mempererat tali silaturahmi dan untuk berdiskusi seputar hubungan kemitraan ayam ras pedaging.

(39)

tapi banyak peternak yang ingin pindah dari perusahaan mitra lain ke Tunas Mekar Farm karena mendengar berita dari mulut ke mulut sehingga populasi ternak ayam yang dimiliki Tunas Mekar Farm sudah mencapai ratusan ribu ekor ayam mendekati sejuta ekor ayam. Tunas Mekar Farm pun memiliki kandang sendiri yang dikelola oleh peternak kuli atau buruh yang disebut dengan istilah “maklun”.

Struktur Organisasi

Saat ini Tunas mekar Farm sudah berkembang dengan pesat tetapi hanya memiliki delapan orang pegawai sehingga tidak ada struktur organisasi yang jelas. Tugas masing masing pegawai di Tunas Mekar Farm adalah:

a. Pimpinan, bertugas membuat kebijakan, mengawasi dan mengatur pemasaran produk ayam yang akan dijual serta mengatur pasokan sapronak dari breeder atau perusahaan pembibitan dan perusahaan pakan.

b. Technical service, yang berjumlah tiga orang bertanggung jawab untuk kelancaran produksi peternakan dari mulai datang DOC sampai panen dan mengurusi kesehatan ayam serta memberikan pembinaan serta teknik manajemen di dalam kandang atau cara beternak ayam yang baik dan benar.

c. Bagian keuangan, ada satu orang yang mengurusi masalah perhitungan insentif ataupun bonus yang diterima peternak baik dari konversi pakan ataupun mortalitas dan menghitung semua biaya yang telah dikeluarkan peternak dari perusahaan dan menghitung hasil panen ayam peternak.

d. Bagian administrasi, terdiri dari dua orang yang membantu pimpinan mengatur surat-surat tanda bukti pembayaran dan lainnya, serta mengatur administrasi pegawai ataupun peternak mitranya.

e. Bagian umum, ada satu orang yang mengurusi masalah di luar manajemen perusahaan baik pemasaran, produksi ataupun keuangan.

Kegiatan Usaha

(40)

Tunas Mekar Farm berencana membuat RPA (Rumah Potong Ayam) dengan skala 5000 ekor per hari, bekerjasama dengan salah satu perusahaan mitra di Bogor untuk mengatasi masalah pemasaran, jika permintaan ayam menurun dan produksi terlalu banyak maka ayam dapat langsung dipotong dan dijual dalam bentuk ayam beku. Hal ini perlu dilakukan mengingat bertambahnya peternak yang menjadi mitra Tunas Mekar Farm.

Mekanisme Kemitraan di Tunas Mekar Farm

Tunas Mekar Farm memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra, diantaranya yaitu:

a. Harus memiliki kandang sendiri

b. Survey dari pihak perusahaan mengenai kandang dan kelengkapannya c. Adanya jaminan surat tanah atau uang Rp. 10.000,0 per ekor ayam.

Sebelum resmi menjadi mitra maka peternak diwajibkan menandatangani kontrak kerjasama yang memuat semua hak dan kewajiban dari kedua belah pihak dan juga surat harga garansi yang mencantumkan harga garansi ayam dan bonus yang berlaku di Tunas Mekar farm.

Masalah-masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan kemitraan adalah peternak yang curang dalam bermitra, seperti menjual pakan ataupun ayam kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan mitra. Akan tetapi hal tersebut dapat diketahui oleh perusahaan dari recording ayam yang dilakukan oleh peternak tersebut dan adanya standar mengenai hal tersebut yang dimiliki oleh perusahaan mitra.

Peternak yang melakukan hal tersebut akan diberi sanksi berupa pemutusan hubungan kerjasama secara sepihak oleh perusahaan mitra jika melakukan kecurangan tersebut dua kali berturut-turut dan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh peternak, dan jika kerugian tersebut terlalu besar maka surat jaminan yang telah diberikan akan ditahan.

(41)

memotivasi para peternak agar beternak dengan baik dan memperbaiki manajemen kandangnya jika dirasa perlu untuk meningkatkan kualitas ayamnya, sehingga akan muncul situasi simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan.

Tunas Mekar Farm memiliki penilaian sendiri terhadap peternak mitranya yaitu berdasarkan nilai PN atau prestasi ayamnya, adapun tingkatannya sebagai berikut:

a. Peternak grade A adalah peternak yang memiliki performance numerical diatas 270

b. Peternak grade B adalah peternak yang memiliki performance numerical antara 250-270

c. Peternak grade C adalah peternak yang memiliki performance numerical antara 230-250

d. Peternak grade D yang memiliki performance numerical dibawah 230

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peubah-peubah Penentu Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Etika Bisnis

Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan dengan tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi untuk sebuah rumah atau bangunan. Konsistensi dalam penerapan etika bisnis akan berbanding lurus dengan kemantapan dan kekokohan dalam menopang pilar-pilar di atasnya (Hafsah, 2000). Ada lima dasar etika bisnis yang merupakan hubungan interaksi manusia dan juga merupakan perspektif bisnis diantaranya: (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko. Kelima indikator tersebut diukur melalui kuesioner yang diajukan kepada peternak. Jawaban dinilai sesuai dengan kategori jawaban peternak yang dikuantifikasikan dengan skor dari masing-masing jawaban. Hasil pengujian data mengenai etika bisnis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Skor Etika Bisnis dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Indikator Total Skor Rataan Skor

1. Integritas dan Kejujuran 153 3,80

2. Kepercayaan 80 2,00

3. Komunikasi yang Terbuka 71 1,77

4. Adil 160 4,00

5. Keseimbangan Insentif dan Resiko 106 2,65

Total Rataan Skor 2,84

Keterangan:

1,00-1,50: rendah 1,51-2,50: sedang 2,51-3,50: tinggi 3,51-4,00: sangat tinggi

(43)

Adil mendapat rataan skor empat yang artinya setiap peternak yang bermitra dengan Tunas Mekar Farm merasa tidak ada keberpihakan dalam menjalankan hubungan kemitraaan dan yang terakhir keseimbangan antara insentif dan resiko masuk dalam kategori tinggi karena peternak merasa dalam kemitraan ayam ras pedaging akan mendapatkan pendapatan yang tinggi tetapi dibarengi dengan resiko yang tinggi pula. Hasil total rataan skor dari semua indikator etika bisnis menunjukkan nilai 2,84 yang artinya etika bisnis masuk dalam kategori tinggi karena penerapan etika bisnis dalam hubungan kemitraan ini sudah dijalankan dengan baik.

Kepemimpinan

Suatu hubungan kemitraan agar menjadi kokoh dan langgeng maka diperlukan seseorang yang bertindak sebagai pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan mitranya agar tujuan dari kerjasama kemitraan dapat tercapai. Tunas Mekar Farm bertindak sebagai perusahaan inti yang melakukan pembinaan sehingga pimpinan dari Tunas Mekar Farm berperan sebagai pemimpin dalam mengkoordinir mitranya. Hasil pengujian data mengenai kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Skor Kepemimpinan dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Dimensi yang Dinilai Total Skor Rataan Skor

1. Evaluasi 212 5,30

2. Potensi 194 4,85

3. Aktivitas 193 4,82

Total Rataan Skor 4,99

Keterangan:

1,00-1,50: sangat tidak disukai sekali 1,51-2,50: sangat tidak disukai 2,51-3,50: tidak disukai 3,51-4,50: biasa saja/netral 4,51-5,50: disukai 5,51-6,50: sangat disukai 6,51-7,00: sangat disukai sekali

(44)

adalah suatu penilaian tentang kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin, dan dimensi aktivitas adalah penilaian mengenai perilaku sehari-hari dari pimpinan Tunas Mekar Farm.

Wawancara dengan para peternak plasma Tunas Mekar Farm Bogor menghasilkan total rataan skor kepemimpinan yang didapat dari setiap dimensi bernilai 4,99 yang termasuk dalam kategori disukai. Nilai skor evaluasi adalah 5,30 yang menunjukkan bahwa pimpinan Tunas Mekar Farm dihormati oleh peternak plasmanya karena bertindak jujur dan memberikan kepercayaan plasmanya. Potensi dari pimpinan Tunas Mekar Farm memiliki skor 4,85 yang juga termasuk kategori disukai karena menurut plasmanya pimpinan Tunas Mekar Farm dapat memegang komitmen, memiliki kemampuan berkomunikasi aktif dan memiliki kecakapan emosional yang baik, tidak emosional tapi cenderung santai. Dimensi yang terakhir adalah aktivitas yang memiliki skor 4,84 yang sama dengan kedua dimensi sebelumnya masuk dalam kategori disukai karena pimpinan Tunas Mekar Farm mampu untuk memotivasi peternak plasmanya dengan cepat, memiliki gaya berbicara yang cukup halus tidak kasar, dan memiliki ketegasan dalam bersikap. Hal ini menggambarkan bahwa pimimpinan Tunas Mekar Farm disukai oleh peternak mitranya dan memiliki kepribadian yang baik, sehingga hubungan kemitraan dapat berjalan baik, karena para peternak mitra sudah diatur dan diarahkan dengan baik oleh pimpinan Tunas Mekar Farm.

Motivasi Kerjasama

Suatu hubungan kerjasama kemitraan tidak akan terjadi jika tidak ada motivasi dari salah satu pihak untuk saling melestarikan hubungan yang telah dibina untuk terus berlanjut pada jangka waktu yang lebih lama. Hasil pengujian data mengenai motivasi kerjasama dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Skor Motivasi Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Indikator Total Skor Rataan Skor

1. Motivasi Kerjasama 142 3,55

Total Rataan Skor 3,55

Keterangan:

(45)

Total rataan skor dari motivasi bernilai 3,55 yang menunjukkan bahwa motivasi kerjasama yang ada termasuk dalam kategori tinggi. Adanya motivasi yang tinggi untuk tetap melanjutkan hubungan kerjasama kemitraan dikarenakan kedua pihak masih merasa saling membutuhkan dalam bermitra di bidang peternakan ayam ras pedaging.

Performance Numerical

Indikator yang penting dalam beternak ayam ras pedaging adalah performance numerical atau indeks prestasi ayam yang dihasilkan. Menjaga kesinambungan usaha dalam kemitraan ayam ras pedaging tidaklah mudah terutama jika menyangkut prestasi ayam yang dihasilkan, karena dibutuhkan kerjasama dari dua belah pihak yang bermitra, pihak peternak harus mempunyai manajemen kandang yang baik dan pihak inti harus memberikan kualitas pakan dan bibit ayam yang berkualitas tinggi. Tunas Mekar Farm memiliki standar nilai performance numerical ayam yang harus dihasilkan oleh peternak mitranya, jika performance numerical peternak mitra berada dibawah standar tiga kali berturut-turut maka pihak Tunas Mekar Farm akan memutuskan hubungan kerjasama kemitraan. Nilai performance numerical dari para peternak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Skor Performance Numerical dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Nilai Performance Numerical n Skor Total Skor (n x skor)

1. < 200 0 1 0

2. 200 - 250 12 2 24

3. 250 - 300 24 3 72

4. >300 4 4 16

Total 40 112

Rataan skor (total skor : n): 2,80 Keterangan:

1,00-1,50: rendah 1,51-2,50: sedang 2,51-3,50: tinggi 3,51-4,00: sangat tinggi

(46)

performance numerical dibawah 200 hal ini menunjukkan bahwa penetapan standar yang dilakukan oleh Tunas Mekar Farm sudah cukup baik karena para peternak mitra berlomba untuk mendapatkan PN yang tinggi selain untuk mendapatkan keuntungan lebih melalui bonus kematian dan FCR juga agar hubungan kemitraan antara peternak dengan Tunas Mekar Farm tetap terjalin. Tunas Mekar Fram juga memberikan hadiah alat elektronik kepada peternak yang mendapatkan PN diatas 275 selama satu tahun periode produksi ayam, hal ini dilakukan untuk memotivasi para peternak agar lebih meningkatkan prestasi ayamnya.

Kontrak Kerjasama

Kontrak kerjasama merupakan salah satu peubah yang dinilai terhadap hubungan kemitraan yang termasuk dalam salah satu aspek proses manajemen kemitraan. Kontrak kerjasama antara pihak-pihak yang bermitra harus ada karena untuk memberikan kepastian dan kesinambungan usaha, maka harus dibuat nota kesepahaman kerjasama kemitraan sebelum pihak-pihak yang bermitra memulai usaha kemitraan. Hasil rataan skor dari kontrak kerjasama dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Skor Kontrak Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Indikator Total Skor Rataan Skor

1. Kontrak Kerjasama 124 3,10

Total Rataan Skor 3,10

Keterangan:

1,00-1,50: tidak lengkap 1,51-2,50: kurang lengkap 2,51-3,50: lengkap 3,51-4,00: sangat lengkap

(47)

Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Setelah mempertimbangkan latar belakang teori, spesifikasi model dan keterbatasan data, bab ini menyediakan estimasi empiris dari kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging. Bertitik tolak dari peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging, yaitu etika bisnis (X1), kepemimpinan, (X2) motivasi kerjasama (X3)

performance numerical (X4), dan kontrak kerjasama (X5) maka dapat dibentuk

estimasi persamaan regresi dari kesinambungan usaha kerjasama kemitraan ayam ras pedaging.

Tabel 6. Nilai Koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig)

Variabel Koefisien Regresi Nilai t Sig

Konstanta (a) - 2, 396 - 0,684 0,499

Etika bisnis (X1) 2,499* 1,744 0,090

Kepemimpinan (X2) 0,236 0,406 0,686

Motivasi kerjasama (X3) 0,222 0,350 0,729

Performance numerical (X4) 1,778** 2,118 0,042

Kontrak kerjasama (X5) - 0, 892 -1,595 0,120

R2 0, 411 Fhitung 4,738

*) : signifikan pada taraf kepercayaan 90% (α = 0,10) **) : signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05)

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang menyatakan estimasi persamaan yang didapatkan bentuknya linier atau tidak. Berdasarkan tabel hasil SPSS diatas dapat disusun suatu persamaan regresi seperti di bawah ini:

Y = - 2, 396 + 2,499*X1 + 0,236X2 + 0,222X3 + 1,778**X4 - 0, 892X5

(1,744) (0,406) (0,350) (2,118) (-1,595)

(48)

Tabel 7. Nilai Koefisien Regresi, Nilai t dan Probabilitasnya (sig) dengan Metode Backward

Variabel Koefisien Regresi Nilai t Sig

Konstanta (a) - 1, 740 - 0,547 0,588

Etika bisnis (X1) 2,939* 2,527 0,016

Performance numerical (X4) 1,817* 2,264 0,030

Kontrak kerjasama (X5) - 0, 911 -1,705 0,097

R2 0,405 Fhitung 8,179

*) : signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05)

Selanjutnya dari tabel diatas dapat disusun suatu persamaan regresi seperti di bawah ini:

Y = - 1,740 + 2,939*X1 + 1,817*X4 - 0, 911X5

(2,527) (2,264) (- 1,705)

R2 = 0,405 Fhitung = 8,179 D – W = 1,793

Berdasarkan output SPSS, selanjutnya kita melakukan uji hipotesis yang menyatakan persamaan yang didapatkan bentuknya linier atau tidak dan juga secara tidak langsung kita menguji asumsi untuk mendapatkan BLUE (Best Unbiased Estimator).

Hasil SPSS menunjukkan nilai Fhit = 8,179 dengan probabilitas (Sig) = 0,000.

Sedangkan untuk Ftabel = 2,80 karena nilai Fhitung > Ftabel ( 8,179 > 2,80) maka

disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya ada hubungan linier antara semua peubah

bebas (X1, X4, X5) dengan kesinambungan usaha. Hasil ini bisa juga dilihat pada

nilai probabilitas (Sig) yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 99% (α= 0,01).

Tabel model Summary menunjukkan nilai R2 adalah 40,5%. Besarnya R2 merupakan kriteria untuk menentukan bahwa fungsi regresi yang digunakan cukup tepat atau tidak. Dari fungsi diatas diperoleh nilai R2 = 40,5% yang artinya bahwa variasi dalam peubah terikat (Y) yang disebabkan oleh peubah-peubah bebas (X1, X4,

X5) bersama-sama besarnya hanya 40,5% sedangkan sisanya, yaitu sebesar 59,5%

(49)

sistem manajemen, pemasaran dan tentang kualitas sapronak baik DOC, pakan, obat-obatan, dari perusahaan mitra, stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah.

Peubah etika bisnis pada taraf kepercayaan 95% memiliki nilai thitung = 2,527,

dan nilai ttabel = 2,021 jika thit > ttabel maka H0 ditolak serta dapat dilihat juga dari

nilai sig = 0,016 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, artinya etika bisnis berpengaruh nyata terhadap kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging pada taraf kepercayaan 95%.

Peubah performance numerical pada taraf kepercayaan 95% memiliki nilai thitung = 2,264, dan nilai ttabel = 2,021 jika thit > ttabel maka H0 ditolak serta dapat dilihat

dari nilai sig = 0,030 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya performance numerical berpengaruh nyata terhadap

kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging pada taraf kepercayaan 95%.

Masalah-masalah dalam Estimasi Persamaan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Masalah-masalah seperti autokorelasi dan multikolinearitas biasa terjadi dalam mengestimasi model regresi berganda. Multikolinearitas terjadi saat terdapat hubungan kolineariti yang sangat tinggi diantara peubah-peubah bebasnya.

Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (cross sectional data), (Sumodiningrat, 1994). Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah-peubah bebas dari model regresi (Sulaiman, 2002).

Secara umum Widjaja (1978) menyatakan bahwa keberadaan multikolinearitas mengarah kepada:

1. Variasi sampel yang besar dari koefisien penduga

2. Spesifikasi yang tidak tentu dari model dengan kesimpulan yang mengarah pada peubah yang tidak memiliki kesimpulan

3. Menghasilkan kesulitan dalam menginterpretasikan koefisien yang telah diestimasi

(50)

suku-suku kesalahan random peubah-peubahnya bebas satu dengan yang lain (Pudjiastuti, 1992).

Autokorelasi biasanya muncul karena kesalahan spesifikasi persamaan. Untuk mengatasi autokorelasi maka diperlukan pengenalan atau penambahan peubah baru dalam persamaan atau mengubah bentuk fungsi persamaan.

Tes Durbin Watson (DW) dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dari suatu persamaan regresi dengan ketentuan jika 1,65 < DW < 2,35 kesimpulannya tidak ada autokorelasi (Sulaiman, 2002). Hasil uji dengan SPSS menunjukkan nilai DW adalah 1,793. Angka tersebut masuk kedalam kriteria yaitu 1,65 < DW < 2,35 (1,65 < 1,793 < 2,35), maka dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi. Dampak yang terjadi jika tidak terjadi autokorelasi adalah peubah-peubah bebas yang dipilih sudah benar mempengaruhi peubah-peubah tak bebasnya.

Hasil uji t menunjukkan koefisien regresi dari etika bisnis, performance numerical dan kontrak kerjasama diatas 1, berdasarkan penelitian Suheri (2000), jika peubah-peubah bebas mempunyai nilai lebih kecil dari 1 maka di dalam model kemungkinan terjadi multikolinearitas yang artinya ada hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua peubah-peubah bebas dari model regresi. Tapi karena pada model regresi ini nilai dari peubah-peubah bebasnya diatas 1 maka asumsi multikolinearitas tidak terjadi.

Hubungan Etika Bisnis dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Koefisien regresi etika bisnis = 2,939. Angka ini nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 karena nilai thitung = 2,527 dan nilai ttabel = 2,021

maka thit > ttabel berarti H0 ditolak serta dapat dilihat juga melalui sig 0,016 < 0,05.

Keadaan ini menunjukkan bahwa etika bisnis yang mencakup (a) integritas dan kejujuran, (b) kepercayaan, (c) komunikasi yang terbuka, (d) adil, dan (e) keseimbangan antara insentif dan resiko berpengaruh nyata pada kesinambungan usaha kerjasama kemitraan.

(51)

periode produksi ayam sebesar 2,939 kali. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu kesinambungan usaha kemitraan ayam ras pedaging kedua belah pihak harus menjalankan etika bisnis dengan sebaik-baiknya karena tanpa adanya rasa kejujuran dan saling percaya antar pihak yang bermitra tentunya tidak akan terjalin hubungan yang harmonis.

Besarnya nilai etika bisnis yaitu rasa adil, integritas dan kejujuran dari kedua belah pihak masuk kedalam kategori sangat tinggi dan secara keseluruhan kelima indikator dalam etika bisnis mempunyai rataan skor yang tinggi. Jika peternak mitra ketahuan tidak jujur atau curang dengan menjual pakan atau ayam kepada orang lain, menambah pakan agar FCR menjadi rendah, maka pihak perusahaan mitra dapat memutuskan hubungan kerjasama secara sepihak. Ataupun perusahaan yang tidak jujur dalam memberikan pakan dan bibit ayam yang tidak berkualitas maka hasil ayam yang diproduksi akan jelek sehingga hubungan antara keduanya tidak akan saling menguntungkan lagi, karena ada salah satu pihak yang dirugikan dan peternak mitra bisa pindah ke inti yang lain

Hubungan Performance Numerical dengan Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging

Koefisien regresi performance numerical = 1,817. Angka ini nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 karena nilai thitung = 2,264 dan nilai ttabel = 2,021

maka thit > ttabel berarti H0 ditolak serta dapat dilihat juga melalui sig 0,030 < 0,05.

Keadaan ini berarti bahwa performance numerical berpengaruh nyata pada kesinambungan usaha kerjasama kemitraan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peubah-peubah yang Mempengaruhi
Tabel 1. Rataan Skor Etika Bisnis dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging
Tabel 3. Rataan Skor Motivasi Kerjasama dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging
Tabel 4. Rataan Skor Performance Numerical dalam Kesinambungan Usaha Kemitraan Ayam Ras Pedaging
+3

Referensi

Dokumen terkait