• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAmbaran Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "GAmbaran Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2008"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DALAM PENGISIAN FORMULIR INFORMED CONSENT

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA TAHUN 2008

Oleh :

NIM : 041000096 FAKHRUL RAZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Informed Consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan

pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan

terhadap pasien tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku

petugas kesehatan dalam pengisian formulir informed consent.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh dokter dan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa. Data diperoleh

dari hasil kuesioner di tabulasikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, masing-masing untuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Kemudian dianalisa secara deskriptrif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dokter dan perawat berada

pada kategori baik yaitu 77,8% dan 51,5%. Tingkat sikap, untuk dokter pada kategori baik

88,9% dan perawat pada kategori kurang baik yaitu 54,5%. Tindakan, dokter pada tingkat

kategori baik yaitu 66,7%, sedangkan perawat pada kategori kurang baik 45,5%.

Diharapkan kepada pihak RSUD Langsa untuk mengontrol kelengkapan dari

pengisian formulir informed consent dan untuk perawat lebih teliti dalam memeriksa

kelengkapan pengisian informed consent terutama tanda tangan dokter dan pasien sehingga

persetujuan tindakan medik dapat berjalan sesuai hukum.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang hanya dengan Hidayah

dan karunia yang tiada terhingga yang telah diberikanNyalah penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pengisian Formulir

Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008”.

Skripsi ini merupakan wujud persembahan penulis dari proses belajar yang telah

diterima selama belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam

rangka memperoleh gelar sarjana.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral

maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan banyak saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, Msi selaku Kepala Bagian Kependudukan dan Biostatistik

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen

pembimbing II.

3. Bapak Drs. Tukiman.,MKM selaku dosen Pembina Akademik yang telah membimbing

penulis dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh staf pengajar Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. T. Razif, Sp.A, selaku kepala badan pelayanan kesehatan rumah sakit

(4)

6. Temen-temen ku Ari, Mahdi, Ui, Imron, Serta temen temen peminatan Indah, Lidya, K’

Tetty, Suster, B’ Edwin terima kasih buat Do’a dan dukungannya.

7. Abang dan Kakakku : B’Raja, B’Adon, B’Surya, K’Mustika, K’Isra serta adik-

8. Temen-temen IMLA, Andi Bonies, Kitut, Fahmi, Rian, Aput, Fahri dan yang paling

spesial untuk B’Temon sorry bang ozie duluan….

9. Temen-temen kost H. Arief Darly, Deni, Sandy, Aji yang telah banyak membantu

penulis.

10. Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapak dan umi yang telah memberikan

motivasi, semangat, dukungan serta yang memperjuangkan anak-anaknya agar

menjadi anak yang berbakti pada Agama, Nusa dan Bangsa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari

keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Amien.

Medan, Desember 2007

(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) ... 5

2.1.1. Pengertian ... 5

2.1.2. Tata Laksana Persetujuan Tindakan Medik ... 7

2.1.3. Informasi ... 8

2.1.4. Persetujuan ... 12

2.2. Perilaku Petugas Kesehatan ... 14

2.2.1. Pengetahuan ... 14

2.1.2. Sikap ... 15

2.1.3. Tindakan ... 16

2.3. Variabel Diteliti ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Jenis Penelitian ... 17

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3. Waktu Penelitian ... 17

3.4. Populasi dan Sampel ... 17

3.4.1. Populasi ... 17

(6)

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 18

3.6. Definisi Operasional ... 18

3.7. Aspek Pengukuran ... 18

3.8. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 22

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22

4.1.1. Sejarah Perkembangan ... 22

4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi BPK RSUD Langsa ... 22

4.2. Data Umum Responden ... 23

4.3. Data Khusus Responden ... 25

4.3.1.Pengetahuan Dokter ... 25

4.3.2. Sikap Dokter ... 28

4.3.3. Tindakan Dokter ... 30

4.3.4.Pengetahuan Perawat ... 32

4.3.5. Sikap Perawat ... 36

4.3.6. Tindakan Perawat ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... 49

5.1. Gambaran Karakteristik dan Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent ... 44

5.2. Karakteristik Petugas Kesehatan ... 44

5.2.1. Karakteristik Dokter ... 44

5.2.2. Karakteristik Perawat ... 44

5.3. Perilaku Petugas Kesehatan ... 45

5.3.1. Perilaku Dokter ... 45

5.3.1. Perilaku Perawat ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran... 53

(7)

Lampiran :

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

Lampiran 2. Master Data

Lampran 3. Surat permohonan izin penelitian

(8)

ABSTRAK

Informed Consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan

pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan

terhadap pasien tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku

petugas kesehatan dalam pengisian formulir informed consent.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh dokter dan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa. Data diperoleh

dari hasil kuesioner di tabulasikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, masing-masing untuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Kemudian dianalisa secara deskriptrif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dokter dan perawat berada

pada kategori baik yaitu 77,8% dan 51,5%. Tingkat sikap, untuk dokter pada kategori baik

88,9% dan perawat pada kategori kurang baik yaitu 54,5%. Tindakan, dokter pada tingkat

kategori baik yaitu 66,7%, sedangkan perawat pada kategori kurang baik 45,5%.

Diharapkan kepada pihak RSUD Langsa untuk mengontrol kelengkapan dari

pengisian formulir informed consent dan untuk perawat lebih teliti dalam memeriksa

kelengkapan pengisian informed consent terutama tanda tangan dokter dan pasien sehingga

persetujuan tindakan medik dapat berjalan sesuai hukum.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Rusli, dkk, 2006).

Dalam dunia medis, prinsip untuk mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga pasien ini dikenal dengan Informed consent. Prinsip ini mutlak harus dilakukan oleh tenaga medis sebelum mereka mengambil tindakan medis, prinsip ini hanya boleh disimpangi dalam kondisi darurat.

Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter yang memiliki etik dan moral tinggi, keadilan dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan (Rusli, dkk, 2006).

(10)

Formulir Informed Consent lebih sering dipergunakan untuk mendapat persetujuan dilakukannya tindakan operasi atau tindakan invasif yang biasanya mempunyai resiko dibandingkan tindakan yang tidak invasif seperti menyuntik. Dulu formulir Informed Consent sering disebut surat izin operasi (SIO)(Amri, 1997). Bila dokter telah memberikan informasi atau menjelaskan mengenai segala sesuatu yang menyangkut tindakan operasi yang diusulkan dan menjelaskan urgensi untuk dilakukan tindakan operasi, apa yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan, risiko apa saja yang melekat pada suatu tindakan operasi, apa ada alternatif lain dan sebagainya dan jika pasien setuju dengan usul terapi yang dianjurkan dokter maka pasien akan diminta untuk menandatangani formulir yang manyatakan persetujuan untuk dilakukan tindakan operasi. Formulir ini merupakan suatu bukti bahwa pasien telah memberikan consentnya atau sebagai pengukuhan yang telah disepakati dan tanda bukti ini disimpan dalam rekam medik, dan dapat dipakai sebagai tanda bukti jika kelak pasien atau keluarga menuntut dan menyangkal telah memberikan Informed Consent (Guwandi, 2004). Jadi, pada hakekatnya Informed Consent adalah

untuk melindungi pasien dari segala kemungkinan tindak medik yang tidak disetujui atau diizinkan oleh pasien tersebut, sekaligus dokter (secara hukum) terhadap kemungkinan akibat yang tidak terduga dan bersifat negatif.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa pada bulan Januari 2008 bahwa ada 20 formulir Informed Consent yang penulis amati datanya tidak lengkap. Dimulai dengan ada yang tidak

(11)

yang tidak ditandatangani dokter tersebut, karena dokter masih menganggap bahwa surat persetujuan operasi hanya sekedar pengukuhan belaka atas apa yang telah disepakati bersama antara dokter dengan pasien/keluarga sebelum tindakan operasi dilakukan.

Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Permenkes 749a/1989 Pasal 13 butir b, menyebutkan bahwa rekam medik dapat dipakai sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum. Dan keputusan Dirjen Pelayanan Medik No.078/Yanmed/RS.Umdik/I/1991, yaitu : (1) setiap tindakan/konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat– lambatnya dalam waktu 1x24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis, (2) semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal, (3) dokter/tenaga kesehatan yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf, dan (4) penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

Berdasarkan Permenkes di atas, dapat diasumsikan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dalam menjalankan prosedur persetujuan tindakan medik (Informed Consent) belum sesuai dengan ketentuan–ketentuan seperti disebut di atas. Oleh sebab itulah penulis tertarik ingin meneliti gambaran perilaku petugas kesehatan dalam pengisian Informed Consent.

1.2. Perumusan Masalah

(12)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas kesehatan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap petugas kesehatan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan petugas kesehatan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008.

1.4. Manfaat

Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit untuk melakukan upaya perbaikan agar formulir Informed Consent terisi dengan lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(13)

Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent. Informed berarti telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian Informed Consent itu merupakan suatu persetujuan yang diberikan pasien/keluarga setelah mendapatkan informasi (Kerbala, 1993).

Menurut Komalawati (1989) pengertian Informed Consent sebagai suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah mendapat informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 ditafsirkan sebagai

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1).

(14)

(SIO), surat perjanjian dan lain–lain, istilah yang dirasa sesuai oleh rumah sakit tersebut (Amri, 1999).

Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) yaitu :

1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent), yaitu bisa dalam keadaan normal (biasa) atau darurat, umumnya tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum misal menyuntik pasien. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat ”Emergency” memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan edik terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal 11).

2. Dinyatakan (Expressed Consent), yaitu persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung resiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi seperti tindakan pembedahan perlu surat pernyataan dari pasien/keluarga. (Amri, 1999).

2.1.2. Tata Laksana Persetujuan Tindakan Medik

(15)

disebabkan, Rumah Sakit atau Klinik tempat dilakukannya tindakan medik tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan rumah sakit juga harus memenuhi standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan demikian, Rumah Sakit turut bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan Informed Consent. Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed Consent, maka dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat izin praktik, sebagaimana ditentukan dalam pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/MENKES/PER/IX/1989. Berarti, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis dimaksudkan guna kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.

Dengan demikian, penandatanganan Informed Consent secara tertulis yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai penegasan atau pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah dokter memberikan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukannya. PERMENKES No.585/MENKES/PER/IX/1989 Pasal 3 dan 4 menyatakan bahwa penandatangan Informed Consent secara tertulis dilakukan oleh yang berhak memberikan persetujuan

yaitu baik pasien maupun keluarganya, setelah pasien atau keluarganya mendapat informasi yang lengkap.

(16)

tindakan medik yang ditentukan oleh dokter harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar profesinya.(Guwandi, 2004)

2.1.3. Informasi

Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau keluarga. Yaitu informasi mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani baik diagnostik maupun terapi dan lain – lain sehingga pasien/keluarga dapat memahaminya. Ini mencakup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi.

Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada waktu yang tersedia setelah dokter akan memutuskan akan melakukan tindakan invasif dimaksudkan. Pasien/keluarganya harus diberi waktu yang cukup untuk menentukan keputusannya.

Siapa (who) yang menyampaikan, tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan. Dalam keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain atas sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Bila bukan tindakan bedah atau invasif sifatnya, dapat disampaikan oleh dokter atau perawat.

(17)

menolak memberikan informasi. Bila perlu informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien (Amri, 1999).

Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan. Informasi harus diberikan sebelum dilakukannya suatu tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik maupun terapeutik.

Menurut Kerbala (1993), fungsi informasi dokter kepada pasien sebelum pasien memberikan consent-nya, dapat dibedakan atas :

a. Fungsi Informasi bagi pasien

Berfungsi sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri. Dalam arti bahwa pasien berhak penuh untuk diterapkannya suatu tindakan medis atau tidak.

b. Fungsi Informasi bagi dokter

Dilihat dari pihak dokter maka informasi dalam proses Informed consent pun mempunyai fungsi yang tidak kecil. Azwar (1991) mengemukan ada 5 hal pentingnya fungsi informasi bagi dokter :

1. Dapat membantu lancarnya tindakan kedokteran

(18)

terjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Sementara pasien pun akan menentukan hal yang terbaik dengan landasan informasi dokter tadi, sehingga tindakan-tindakan medis pun akan lancar dijalani oleh kedua pihak karena keduanya telah memahami kegunaan semua tindakan medis itu.

2. Dapat mengurangi timbulnya akibat sampingan dan komplikasi

Dengan penyampaian informasi yang baik akan memberi dampak yang baik dalam komunikasi dokter pasien terutama dalam menerapkan terapi. Misal dokter sebelum menyuntik pasien dengan penisilin bertanya, apakah pasien alergi terhadap penisilin? Bila pasien memang alergi maka akibat/risiko yang besar jika terjadi anafilaktik shock dapat dihindari. Betapa risiko besar itu akan menimpa pasien bila

dokter tidak bertanya kepada pasien.

3. Dapat mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit

Sama halnya dengan kelancaran tindakan, maka sebagai akibat adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan, maka proses pemulihan dan penyembuhan penyakit akan lebih cepat. Keadaan yang demikian juga jelas akan menguntungkan dokter, karena dapat mengurangi beban kerja.

4. Dapat meningkatkan mutu pelayanan

Keberhasilan meningkatkan mutu pelayanan disini adalah sebagai akibat dari lancarnya tindakan kedokteran, berkurangnya akibat sampingan dan komplikasi serta cepatnya proses pemulihan dan penyembuhan penyakit.

(19)

Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah apabila disuatu pihak, tindakan dokter yang dilakukan memang tidak menimbulkan masalah apapun, dan dilain pihak, kalaupun kebetulan sampai menimbulkan masalah, misalnya akibat sampingan dan atau komplikasi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelalaian dan ataupun kesalahan tindakan (malpractice). Timbulnya masalah tersebut semata–mata hanya karena berlakunya prinsip ketidakpastian hasil dari setiap tindakan kedokteran/medis. Dengan perkataan lain, semua tindakan kedokteran yang dilakukan memang telah sesuai dengan standar pelayanan profesi (standar profesi medis) yang telah ditetapkan.

Menurut Guwandi (2004), informasi yang harus diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan dengan :

a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan. b. Manfaat dilakukan operasi tersebut.

c. Resiko yang terjadi pada operasi tersebut.

d. Alternatif lain apa yang ada (ini kalau memang ada dan juga kalau mungkin dilakukan).

e. Apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan. 2.1.4. Persetujuan

(20)

dalam keadaan sehat mental. Dalam banyak perjanjian tindakan medik yang ada selama ini, penandatanganan persetujuan ini sering tidak dilakukan oleh pasien sendiri, tetapi lebih sering dilakukan oleh keluarga pasien. Hal ini mungkin berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan mental pasien untuk menerima penjelasan tindakan operasi dan tindakan medis yang invasif tadi serta keberanian untuk menandatangani surat tersebut, sehingga beban demikian diambil alih oleh keluarga pasien.

Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara etika kedokteran dan hukum, sebagaimana telah ditegaskan oleh fatwa IDI tentang Informed Consent (dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan

dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan pasien itu sendiri).

Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian, yaitu dalam keadaan gawat darurat dan terjadinya perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya serta dilakukan dalam rangka life saving. Dalam keadaan-keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu.

Persetujuan dalam tindakan medik terdiri dari dua bentuk, yaitu : 1. Persetujuan Tertulis

(21)

Persetujuan–persetujuan tertulis itu dalam bentuk formulir–formulir persetujuan bedah, operasi dan lain-lain yang harus diisi (umumnya) dengan tulisan tangan. Dan dari sudut hukum positif, formulir persetujuan ini sangat penting sebagai bukti tertulis yang dapat dikemukan oleh para pihak kepada hakim bila terjadi kasus malpraktek. Oleh karena itu, pengisian data pada formulir itu haruslah tepat dan benar sehingga tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari bagi para pihak.

2. Persetujuan Lisan

Terhadap tindakan medik yang tidak invasif dan tidak mengandung resiko besar maka persetujuan dari pasien dapat disampaikan secara lisan kepada dokter. Segi praktis dan kelancaran pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter merupakan alasan dari penyampaian persetujuan itu secara tertulis.

Meski persetujuan lisan itu diperbolehkan untuk tindakan, dokter membiasakan diri untuk menulis/mencatat persetujuan lisan pasien itu pada rekam medis/rekam kesehatan, karena segala kegiatan yang dilakukan oleh dokter harus dicatat dalam rekam medis termasuk persetujuan pasien secara lisan.

2.2. Perilaku Petugas Kesehatan 2.2.1. Pengetahuan

(22)

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994) dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik.

Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara yang menanyakan sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2003). Untuk mengukur pengetahuan dokter tentang Informed Consent maka perlu diketahui pengertiannya tentang Informed Consent, manfaat serta peraturan–peraturan yang terdapat pada permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989.

2.2.2. Sikap

(23)

Allport (1954), seperti yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berpikir, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Decision Theory (Janis, 1985, dikutip dari Bart, 1994), menganggap bahwa pasien sebagai seorang pengambil keputusan. Hal ini juga tercermin dalam Conflict theory dari Janin & Mann (1997) yang dikutip dari Bart (1994), bahwa pasienlah yang harus memutuskan apakah mereka akan melakukan suatu tindakan medis dan oleh petugas kesehatan memberi tahu mengenai prosedur, risiko, dan efektifitas sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang tepat.

2.2.3. Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior.

2.3. Variabel Diteliti

(24)

formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam pengisian formulir Informed Consent. 3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa di ruang rawat inap Obgin, Bedah, THT dan Mata.

3.3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September – November 2008 3.4. Populasi dan Sampel

(25)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua dokter Obgin, Bedah, THT dan Mata yang berjumlah 9 orang dan perawat ruang rawat inap, yaitu ruang rawat inap Obgin, Bedah, THT dan Mata yang berjumlah 66 orang.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah total populasi yaitu seluruh dokter Obgin, Bedah, THT dan Mata dan perawat di ruang rawat inap Obgin, Bedah, THT dan Mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan dua cara yaitu data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan Rekam Medis.

3.6. Definisi Operasional 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui petugas kesehatan tentang persetujuan tindakan medik (Informed Consent) mengenai pentingnya kelengkapan formulir Informed Consent.

2. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon petugas kesehatan terhadap kelengkapan formulir Informed Consent.

(26)

Tindakan adalah bagaimana cara yang dilakukan responden apabila terdapat ketidaklengkapan dalam formulir Informed Consent.

3.7. Aspek Pengukuran

Untuk aspek pengukuran, di bagi dalam dua kategori yaitu untuk dokter dan perawat.

1. Untuk dokter :

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuiakan dengan skor yang ada.

Skala pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan, (Pratomo, 1986) :

Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75% Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40%-75% Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40% 1. Pengetahuan

Untuk pengetahuan disusun pertanyaan sebanyak 9 buah pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 1, 5, 8, dan 9 jawaban ”a” mempunyai skor 2 dan jawaban ”b” mempunyai skornya 0. Untuk pertanyaan nomor 2, 3, 4, 6 dan 7 jawaban ”a”, ”b”, dan ”c” masing-masing mempunyai skor 2,1 dan 0 dengan total skor = 18. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

(27)

2. Sikap

Untuk sikap disusun pertanyaan sebanyak 9 buah pertanyaan dengan nilai total 9, masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 1 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Sikap baik, apabila jumlah nilai responden > 7 (> 75%)

2. Sikap kurang baik, apabila jumlah nilai responden 4-7 (40%-75%) 3. Sikap tidak baik, apabila jumlah nilai responden < 4 (< 40%) 3. Tindakan

Untuk tindakan disusun pertanyaan sebanyak 6 buah pertanyaan dengan nilai total 6, masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 1 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Tindakan baik, apabila jumlah nilai responden > 5 (> 75%)

2. Tindakan kurang baik, apabila jumlah niolai responden 3-5 (40%-75%) 3. Tindakan tidak baik, apabila jumlah niolai responden < 3 (< 40%) 2. Untuk perawat :

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuiakan dengan skor yang ada.

Skala pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan, (Pratomo, 1986) :

(28)

1. Pengetahuan

Untuk pengetahuan disusun pertanyaan sebanyak 5 buah pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 1, 4, dan 5 jawaban ”a” mempunyai skor 2 dan jawaban ”b” mempunyai skornya 0. Untuk pertanyaan nomor 2, dan 3 jawaban ”a”, ”b”, dan ”c” masing-masing mempunyai skor 2,1 dan 0 dengan total skor = 10 . Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila jumlah nilai responden > 8 (> 75%) 2. Pengetahuan sedang, apabila jumlah nilai responden 4-8 (40%-75%) 3. Pengetahuan kurang, apabila jumlah nilai responden < 4 (< 40%) 2. Sikap

Untuk sikap disusun pertanyaan sebanyak 8 buah pertanyaan dengan nilai total 8, masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 1 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Sikap baik, apabila jumlah nilai responden > 6 (> 75%)

2. Sikap kurang baik, apabila jumlah nilai responden 3-6 (40%-75%) 3. Sikap tidak baik, apabila jumlah nilai responden < 3 (< 40%) 3. Tindakan

Untuk tindakan disusun pertanyaan sebanyak 4 buah pertanyaan dengan nilai total 4, masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 1 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Tindakan baik, apabila jumlah nilai responden > 3 (> 75%)

(29)

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner di tabulasikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, masing-masing untuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Kemudian dianalisa secara deskriptrif.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Perkembangan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh pemerintahan kolonial Belanda di atas areal tanah seluas ± 35.800 m2

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi BPK RSUD Langsa

, yang merupakan rumah sakit rujukan atas mata rantai sistim kesehatan di Pemerintahan Kota (Pemko) Langsa. Berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia No. 51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B Non pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997. Kemudian berdasarkan Kepres No. 40 tahun 2001 berubah status menjadi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa dan telah juga ditetapkan dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005.

(30)

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi yang terpadu dengan tidak meninggalkan upaya meningkatkan dan pencegahan serta melaksanakan pusat rujukan, melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan, penelitian, pengembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan

b. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit dengan menerapkan prinsip professional dan islami. 4.2. Data Umum Responden

[image:30.612.119.528.512.659.2]

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap semua petugas kesehatan (9 dokter dan 66 perawat) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa di ruang rawat inap yaitu ruang rawat Obgin, Bedah, THT dan Mata tahun 2008 diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan lama kerja, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008

Dokter Umur (tahun) Jenis Kelamin Lama Kerja (tahun)

1 33 Laki-laki 3

2 41 Perempuan 5

3 42 Laki-laki 5

4 45 Laki-laki 9

5 29 Perempuan 3

6 37 Laki-laki 4

7 42 Perempuan 6

8 50 Laki-laki 15

(31)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur yang tertinggi dari responden

dokter adalah 57 tahun sedangkan yang terendah berumur 29 tahun. Jenis kelamin

responden yang berprofesi sebagai dokter yang terbanyak adalah laki-laki yaitu

sebanyak 5 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang. Dari 9

responden yang berprofesi sebagai dokter, waktu lama kerja yang paling lama yaitu

[image:31.612.114.529.287.619.2]

20 tahun dan yang paling sebentar baru 3 tahun masa kerja.

Tabel 4.2.Distribusi Karakteristik Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008

No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 20-24 13 19,7

2. 25-29 17 25,8

3. 30-34 22 33,3

4. 35-39 6 9,1

5. 40-44 4 6,1

6. 45-49 3 4,5

7. 50-54 1 1,5

Jumlah 66 100

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 21 31,8

2. Perempuan 45 68,2

Jumlah 66 100

No. Lama Kerja (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 1-3 24 36,4

2. 4-6 28 42,4

3. 7-9 6 9,1

4. 10-12 3 4,5

5. 13-15 3 4,5

6. 16-18 1 1,5

7. 19-21 1 1,5

Jumlah 66 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 66 orang responden yang berprofesi

sebagai perawat, yang terbanyak adalah responden yang berusia 30-34 tahun yaitu

(32)

50-54 tahun sebanyak 1 orang (1,5%). Jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis

kelamin perempuan yaitu 45 responden (68,2%), dan yang paling sedikit berjenis

kelamin laki-laki yaitu 21 responden (31,8%). Dari 66 responden dapat diketahui

bahwa lama kerja responden yang paling banyak adalah 28 responden (42,4%) yang

memiliki waktu kerja selama 4-6 tahun, dan lama kerja responden yang paling sedikit

adalah1 orang (1,5%) yang memiliki waktu kerja selama 16-21 tahun.

4.3. Data Khusus Responden

Data khusus responden yang diteliti adalah mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam pengisian formulir Informed Consent.

4.3.1. Pengetahuan Dokter

[image:32.612.107.530.499.697.2]

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dokter menurut pengetahuan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pertanyaan Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1. Apakah anda pernah mendengar tentang

Informed Consent? a. Ya

9 100

2. Jika ya, menurut anda apakah Informed Consent ?

a. Persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut

b. Proses komunikasi antara

pasien/keluarganya dengan petugas kesehatan

5

3

55,6

(33)

c. Formulir persetujuan mengenai tindakan medik yang dilakukan

1 11,1

3. Apakah manfaat dari Informed Consent bagi petugas kesehatan ?

a. Sebagai suatu tanda bukti yang akan disimpan diarsip rekam medik bahwa sudah diperoleh persetujuan dari pasien/keluarganya

b. Sebagai suatu tanda persetujuan dari pasien/keluarganya untuk dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang biasa dilakukan

c. Sebagai tanda persetujuan kepada dokter untuk boleh dilakukan tindakan medik terhadap pasien 5 3 1 55,6 33,1 11,1

4. Pada saat menjelaskan Informed Consent, informasi apa yang harus anda berikan kepada pasien ?

a. Manfaat dilakukan operasi b. Proses pemulihan

7 2

77,8 22,2 5. Menurut anda, apakah informasi yang

disampaikan kepada pasien penting untuk anda? a. Ya b. Tidak 7 2 77,8 22,2 6. Menurut anda apakah fungsi informasi yang anda

sampaikan pada pasien/keluarganya ?

a. Perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri

b. Untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik

c. Untuk mengetahui tindakan medik yang dilakukan 5 1 3 55,6 11,1 33,1

7. Siapakah yang perlu mendapatkan informasi a. Pasien

b. Keluarga pasien

c. Pasien dan keluarganya

4 4 1 44,4 44,4 11,1 8. Apakah anda mengetahui tentang kelengkapan

Informed Consent ?

a. Ya 9 100

9. Jika ya, apakah yang anda ketahui tentang kelengkapan Informed Consent?

a. Seluruh pertanyaan terisi

b. Di tandatangani oleh dokter dan saksi

7 2

(34)

Dari tabel 4.3. dapat diketahui bahwa 100% dokter pernah mendengar Informed Consent tetapi yang mempunyai pemahaman yang benar bahwa Informed

Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas dasar penjelasan

mengenai tindakan medik yang akan dilakukan hanya 55,6% dan yang mengetahui bahwa Informed Consent bermanfaat sebagai tanda bukti setelah diperoleh persetujuan dari pasien hanya 55,6%.

Sebagian besar dokter (77,8%) berpendapat informasi yang disampaikan kepada pasien penting buat mereka, tetapi hanya 55,6% yang mengetahui bahwa Informed Consent juga penting bagi pasien yaitu merupakan perlindungan atas hak

pasien untuk menentukan diri sendiri.

Bahwa manfaat dilakukan operasi adalah informasi yang harus disampaikan kepada pasien diketahui oleh 77,8% dokter. Dokter mempunyai pendapat yang berbeda siapa yang perlu mendapatkan informasi, ada yang mengetahui pasien (44,4%), ada yang mengetahui keluarga pasien (44,4%) dan pasien dan keluarganya (11,1%).

Tidak semua dokter mengetahui bahwa seluruh pertanyaan pada formulir Informed Consent harus terisi, 22,2% menyatakan Informed Consent lengkap jika ada

tanda tangan dokter dan saksi walaupun masih ada pertanyaan yang belum terisi. 4.3.1.2. Tingkat Pengetahuan Dokter Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

(35)

1. Baik 7 77,8

2. Sedang 2 22,2

Jumlah 9 100

Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan dokter dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 77,8%.

4.3.2. Sikap Dokter

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dokter menurut sikap dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008.

[image:35.612.113.525.83.132.2]

4.3.2.1. Sikap Responden dalam pengisian formulir informed consent

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Dokter dalam pengisian formulir informed consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

Jumlah

n % n % N %

1. Informed Consent merupakan suatu bentuk persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas dasar informasi dari dokter

7 77,8 2 22,2 9 100

2. Informed Consent melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik

9 100 - - 9 100

3. Petugas kesehatan harus memberikan informasi kepada pasien sebelum melakukan tindakan medik

7 77,8 2 22,2 9 100

4. Informasi yang diberikan pada pasien meliputi tindakan operasi, manfaat, resikonya serta apa akibatnya jika operasi tidak

(36)

dilakukan

5. Informasi yang disampaikan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan sangat penting bagi pasien dan keluarganya

7 77,8 2 22,2 9 100

6. Informasi dapat diberikan kepada keluarganya

8 88,8 1 11,1 9 100

7. Pasien/keluarga pasien harus menandatangani Informed Consent

7 77,8 2 22,2 9 100

8. Dokter harus menandatangani Informed Consent sebelum melakukan tindakan medik

9 100 - - 9 100

9. Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medik

9 100 - - 9 100

Dari tabel 4.5. dapat diketahui 100% dokter setuju bahwa informasi yang diberikan pada pasien meliputi tindakan operasi, manfaat, resikonya serta apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan, tetapi hanya 77,8% yang bersikap harus memberikan informasi kepada pasien sebelum melakukan tindakan medik dan 77,8% juga dokter yang bersikap bahwa penyampaian informasi tersebut sangat penting bagi pasien dan keluarganya dan informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien hanya disetujui oleh 88,8%.

(37)

Selanjutnya, 100% dokter setuju menandatangani Informed Consent sebelum melakukan tindakan medik, tetapi hanya 77,8% yang bersikap bahwa pasien/keluarga pasien harus menandatangani Informed Consent.

[image:37.612.110.528.278.340.2]

4.3.2.2. Tingkat Sikap Dokter Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Sikap Dokter Dalam Pengisian Formulir Informed

Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 8 88,9

2. Kurang Baik 1 11,1

Jumlah 9 100

Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa tingkat sikap dokter dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 88,9%.

4.3.3. Tindakan Dokter

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dokter menurut tindakan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008.

4.3.3.1. Tindakan Dokter Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pertanyaan Ya Tidak Jumlah

[image:37.612.109.526.629.688.2]
(38)

1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan medik, apakah diberikan informasi

9 100 - - 9 100

2. Apakah anda memberikan informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan

8 88,9 1 11,1 9 100

3. Apakah anda menjelaskan manfaat dari tindakan medik

9 100 - - 9 100

4. Apakah anda

menyampaikan resiko dari tindakan medik yang akan dilakukan

9 100 - - 9 100

5. Apakah anda

menyampaikan alternatif tindakan medik lain (yang mungkin dilakukan)

7 77,8 2 22,2 9 100

6. Apakah anda selalu meminta persetujuan dari pasien sebelum melakukan tindakan medik

9 100 - - 9 100

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa 100% dokter memberikan informasi pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan medik, menjelaskan manfaat dari tindakan medik, menyampaikan resiko dari tindakan medik yang akan dilakukan, dan selalu meminta persetujuan dari pasien sebelum melakukan tindakan medik. Tetapi hanya 88,9% yang memberikan informasi tentang tindakan medik yang dilakukan dan hanya 77,8% yang menyampaikan alternatif tindakan medik lain.

[image:38.612.106.527.82.433.2]

4.3.3.2. Tindakan Responden Dokter Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

(39)

No. Tindakan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 6 66,7

2. Kurang Baik 3 33,3

Jumlah 9 100

Dari tabel 4.8. dapat diketahui bahwa tindakan dokter dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 66,7%.

4.3.4. Pengetahuan Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi perawat menurut pengetahuan dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pertanyaan Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1. Apakah anda pernah mendengar tentang

Informed Consent ? a. Ya

66 100

2. Jika ya, menurut anda apakah Informed Consent ?

a. Persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut

b. Proses komunikasi antara pasien/keluarganya dengan petugas kesehatan

c. Formulir persetujuan mengenai tindakan medik yang dilakukan

29

9

28

43,9

13,6

[image:39.612.114.526.86.191.2]
(40)

3. Apakah manfaat dari Informed Consent bagi petugas kesehatan ?

a. Sebagai suatu tanda bukti yang akan disimpan diarsip rekam medik bahwa sudah diperoleh persetujuan dari pasien/keluarganya

b. Sebagai suatu tanda persetujuan dari pasien/keluarganya untuk dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang biasa dilakukan

c. Sebagai tanda persetujuan kepada dokter untuk boleh dilakukan tindakan medik terhadap pasien

22 10 34 33,3 15,2 51,5

4. Apakah anda mengetahui tentang kelengkapan Informed Consent ?

a. Ya 66 100

5. Jika ya, apakah yang anda ketahui tentang kelengkapan Informed Consent?

a. Seluruh pertanyaan terisi

b. Di tandatangani oleh dokter dan saksi

42 24

63,6 36,4

Dari tabel 4.9. diketahui bahwa 100% perawat pernah mendengar Informed Consent tetapi yang mempunyai pemahaman yang benar bahwa Informed Consent

adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan hanya 43,9% dan yang mengetahui bahwa Informed Consent bermanfaat sebagai tanda bukti sudah diperoleh persetujuan dari

pasien hanya 33,3%.

Tidak semua perawat mengetahui bahwa seluruh pertanyaan pada formulir Informed Consent harus terisi, 36,4% menyatakan Informed Consent lengkap jika ada

(41)
[image:41.612.112.528.139.220.2]

Tabel 4.10. Distribusi Tingkat Pengetahuan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 34 51,5

2. Sedang 26 39,4

3. Kurang 6 9,1

Jumlah 66 100

Dari tabel 4.10. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan perawat dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 51,5%.

4.3.4.3. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahun Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Umur (tahun)

Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

n % N % n % n %

1. 20-24 7 53,8 5 38,5 1 7,7 13 100

2. 25-29 9 52,9 6 35,3 2 11,8 17 100

3. 30-34 9 40,9 11 50 2 9,1 22 100

4. 35-39 4 66,7 2 33,3 - - 6 100

5. 40-44 3 75 1 25 - - 4 100

6. 45-49 2 66,7 1 33,3 - - 3 100

7. 50-54 - - - - 1 100 1 100

Dari tabel 4.11. dapat diketahui bahwa pengetahuan kurang dijumpai pada

perawat yang berumur dibawah dari 35 tahun dan 50 tahun ke atas. Pada kelompok

umur 35-49 tahun tidak ada yang pengetahuannya kurang dan persentase pengetahuan

[image:41.612.107.528.412.572.2]
(42)
[image:42.612.108.527.322.399.2]

4.3.4.4. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahun Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

N o.

Jenis Kelamin

Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

n % N % n % n %

1. Laki-laki 8 38,1 9 42,9 4 19,0 21 100 2. Perempuan 26 57,8 17 37,8 2 4,4 45 100

Dari tabel 4.12. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan baik lebih banyak

dijumpai pada perawat perempuan (57,8%) dibandingkan dengan perawat laki-laki

(38,1%).

4.3.4.5. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Lama Kerja

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahun Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Lama Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Lama Kerja

Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

n % N % N % n %

1. 1-3 14 58,3 9 37,5 1 4,2 24 100

2. 4-6 12 42,9 12 42,9 4 14,3 28 100

[image:42.612.108.529.592.701.2]
(43)

5. 13-15 2 66,7 1 33,3 - - 3 100

6. 16-18 1 100 - - - - 1 100

7. 19-21 - - - - 1 100 1 100

Dari tabel 4.13. dapat diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan baik

lebih tinggi dari persentase pengetahuan sedang pada lama kerja 1-3 tahun dan 10-15

tahun dan pada lama kerja 4-9 tahun persentasenya sama.

4.3.5. Sikap Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi perawat menurut sikap dalam pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008.

[image:43.612.111.524.86.134.2]

4.3.5.1. Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju Jumlah

N % n % n %

1. Informed Consent

melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik

66 100 - - 66 100

2. Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medik

47 71,2 19 28,8 66 100

3. Pasien/keluarga pasien harus menandatangani Informed Consent

66 100 - - 66 100

4. Formulir Informed Consent harus terisi semuanya

(44)

5. Perawat harus memeriksa apakah ada tanda tangan dokter di formulir Informed Consent

43 65,2 23 34,8 66 100

6. Perawat harus memeriksa apakah ada tanda tangan pasien di formulir Informed Consent

37 56,1 29 43,9 66 100

7. Perawat sebagai saksi, ketika dokter memberikan informasi kepada pasien

52 78,8 14 21,2 66 100

8. Perawat harus mengisi data pasien di formulir Informed Consent

46 69,7 20 30,3 66 100

Dari tabel 4.14. dapat diketahui bahwa 100% perawat setuju bahwa Informed Consent melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik, tetapi

hanya 71,2% yang bersikap bahwa Informed Consent mutlak diperlukan.

Walaupun 100% perawat setuju bahwa Informed Consent harus terisi seluruhnya tetapi sebagian perawat mempunyai sikap bahwa bukanlah tugas mereka untuk memeriksa apakah ada tanda tangan dokter (34,8%), memeriksa apakah ada tanda tangan pasien (43,9%), menjadi saksi ketika dokter memberikan informasi kepada pasien dan mengisi data pasien di formulir Informed Consent (30,3%).

[image:44.612.107.529.83.284.2]

4.3.5.2. Tingkat Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Tabel 4.15. Distribusi Tingkat Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir

Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 29 43,9

2. Kurang Baik 36 54,5

3. Tidak Baik 1 1,5

(45)

Dari tabel 4.15. dapat diketahui bahwa tingkat sikap perawat dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori kurang baik

yaitu sebesar 54,5%.

[image:45.612.108.528.279.444.2]

4.3.5.3. Tingkat Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur

Tabel 4.16. Tabulasi Silang Tingkat Sikap Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

N o.

Umur (tahun)

Sikap Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % N % N %

1. 20-24 7 53,8 6 46,2 - - 13 100

2. 25-29 7 41,2 10 58,8 - - 17 100

3. 30-34 10 45,5 11 50,0 1 4,5 22 100

4. 35-39 2 33,3 4 66,7 - - 6 100

5. 40-44 2 50,0 2 50,0 - - 4 100

6. 45-49 1 33,3 2 66,7 - - 3 100

7. 50-54 - - 1 100 - - 1 100

Dari tabel 4.16. dapat diketahui bahwa persentase tingkat sikap baik lebih

kecil dari persentase sikap kurang baik pada lama kerja 25-39 tahun dan 45-49 tahun,

dan pada lama kerja 40-44 tahun persentasenya sama (50%).

4.3.5.4. Tingkat Sikap Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.17. Tabulasi Silang Tingkat Sikap Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Jenis Kelamin

Sikap Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % N % n %

[image:45.612.108.533.634.698.2]
(46)

2. Perempuan 20 44,4 25 55,6 - - 45 100

Dari tabel 4.17. dapat dilihat bahwa tingkat sikap baik dan kurang baik antara

laki-laki dan perempuan hampir sama.

[image:46.612.109.526.268.436.2]

4.3.5.5. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Lama Kerja

Tabel 4.18. Tabulasi Silang Tingkat Sikap Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Lama Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Lama Kerja

Sikap Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

N % n % N % n %

1. 1-3 10 41,7 14 58,3 - - 24 100

2. 4-6 14 50 14 50 - - 28 100

3. 7-9 2 33,3 3 50 1 16,7 6 100

4. 10-12 1 33,3 2 66,7 - - 3 100

5. 13-15 1 33,3 2 66,7 - - 3 100

6. 16-18 1 100 - - - - 1 100

7. 19-21 - - 1 100 - - 1 100

Dari tabel 4.18. dapat diketahui bahwa persentase tingkat sikap baik lebih

kecil dari persentase tingkat sikap kurang baik pada lama kerja 1-3 tahun dan 7-15

tahun, dan pada lama kerja 4-6 tahun persentasenya sama (50%).

4.3.6. Tindakan Perawat

(47)
[image:47.612.107.534.250.493.2]

4.3.6.1. Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Tabel 4.19.Distribusi Frekuensi Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pertanyaan Ya Tidak Jumlah

n % n % n %

1. Apakah anda memeriksa tanda tangan dokter di formulir Informed Consent

28 42,4 38 57,6 66 100

2. Apakah anda memeriksa tanda tangan pasien di formulir Informed Consent

31 47,0 35 53,0 66 100

3. Apakah anda menjadi saksi, ketika dokter memberikan informasi kepada pasien

48 72,7 18 27,3 66 100

4. Apakah anda yang mengisi data pasien ke dalam formulir Informed Consent

33 50,0 33 50,0 66 100

(48)
[image:48.612.108.524.191.426.2]

Tabel 4.20. Sikap Dan Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Pertanyaan Setuju Tindakan

n % n %

1. Apakah anda memeriksa tanda tangan dokter di formulir Informed Consent

43 65,2 28 42,4

2. Apakah anda memeriksa tanda tangan pasien di formulir Informed Consent

37 56,1 31 47,0

3. Apakah anda menjadi saksi, ketika dokter memberikan informasi kepada pasien

52 78,8 48 72,7

4. Apakah anda yang mengisi data pasien ke dalam formulir Informed Consent

46 69,7 33 50,0

Dari tabel 4.20. dapat diketahui bahwa persentase setuju lebih tinggi dari pada tindakan perawat dalam pengisian formulir Informed Consent.

4.3.6.2. Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Tabel 4.21. Distribusi Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Tindakan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 20 30,3

2. Kurang baik 30 45,5

3. Tidak baik 16 24,2

(49)

Dari tabel 4.21. dapat diketahui bahwa tindakan perawat dalam pengisian formulir Informed Consent yang paling banyak berada pada kategori kurang baik yaitu sebesar 45,5%.

[image:49.612.107.527.264.428.2]

4.3.6.3. Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur

Tabel 4.22. Tabulasi Silang Tindakan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Umur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

No. Umur (tahun)

Tindakan Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

N % N % n % n %

1. 20-24 5 38,5 3 23,1 5 38,5 13 100 2. 25-29 4 23,5 9 52,9 4 23,5 17 100

3. 30-34 6 27,3 11 50 5 22,7 22 100

4. 35-39 3 50 2 33,3 1 16,7 6 100

5. 40-44 2 50 1 25 1 25 4 100

6. 45-49 - - 3 100 - - 3 100

7. 50-54 - - 1 100 - - 1 100

Dari tabel 4.22. dapat diketahui bahwa pada kelompok umur 20-34 tahun

persentase tindakan baik berada dibawah 50% dan pada umur 35-44 tahun

persentasenya berada di 50%.

4.3.6.4. Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.23. Tabulasi Silang Tindakan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

N o.

Jenis Kelamin

Tindakan Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

N % n % N % n %

[image:49.612.107.530.621.702.2]
(50)

Dari tabel 4.23. dapat dilihat bahwa persentase tindakan baik lebih tinggi pada

perawat perempuan (35,6%) dari pada laki-laki (19,0).

[image:50.612.109.525.251.407.2]

4.3.6.5. Tindakan Perawat Dalam Pengisian Formulir Informed Consent menurut Lama Kerja

Tabel 4.24. Tabulasi Silang Tindakan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent Menurut Lama Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008

N o.

Lama Kerja

Tindakan Total

Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % N % n % n %

1. 1-3 10 41,7 8 33,3 6 25 24 100

2. 4-6 6 21,4 15 53,6 7 25 28 100

3. 7-9 2 33,3 2 33,3 2 33,3 6 100

4. 10-12 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100

5. 13-15 1 33,3 2 66,7 - - 3 100

6. 16-18 - - 1 100 - - 1 100

7. 19-21 - - 1 100 - - 1 100

Dari tabel 4.24. dapat diketahui bahwa persentase tindakan baik pada lama

(51)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Karakteristik dan Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pengisian Formulir Informed Consent

Sampel yang telah diteliti pada penelitian ini adalah semua dokter yang berjumlah 9 orang dan perawat yang berjumlah 66 orang yang dilihat dari beberapa karakteristik yaitu umur, jenis kelamin dan lama bekerja. Sehubungan dengan perumusan masalah dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang perlu dibahas yaitu pengetahuan responden, sikap responden dan tindakan responden dalam pengisian formulir Informed Consent.

5.2. Karakteristik Petugas Kesehatan 5.2.1. Karakterisrik Dokter

Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa usia responden sebagian besar berada diatas umur > 35 tahun yaitu sebanyak 7 orang, dan sebagian lagi berada di bawah 35 tahun yaitu 2 orang. Jenis kelamin responden yang berprofesi sebagai dokter yang terbanyak adalah adalah laki-laki yaitu 5 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang. Dari 9 orang yang berprofesi sebagai dokter, waktu lama kerja yang paling lama yaitu 20 tahun dan yang baru masih 3 tahun masa kerja.

5.2.2. Karakteristik Perawat

(52)

35-54 tahun yaitu 14 orang (21,2%). Jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 45 orang (68,2%), dan yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 21 orang (31,8%). Dari 66 responden, yang dapat diketahui bahwa lama kerja responden yang paling banyak adalah 28 responden (42,4%) yang memiliki waktu kerja selama 4-6 tahun, dan lama kerja responden yang paling sedikit adalah 1 orang (1,5%) yang memiliki waktu kerja selama 16-21 tahun.

5.3. Perilaku Petugas Kesehatan 5.3.1. Perilaku Dokter

1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden pada penelitian ini adalah pengetahuan dokter tentang Informed Consent, manfaat Informed Consent serta pengetahuan dokter tentang

kelengkapan Informed Consent. Selain itu, pada penelian ini juga diteliti apakah dokter memberikan informasi kepada pasien ketika menjelaskan tentang Informed Consent, apakah dokter paham tentang fungsi informasi yang disampaikan kepada

pasien serta kepada siapa saja dokter perlu menyampaikan informasi tersebut.

(53)

Hal ini tentu berdampak positif terhadap kelengkapan pengisian Informed Consent. Sebab pengisian Informed Consent yang benar sangat dibutuhkan agar

tercapai kesepakatan yang baik antara dokter dan pasien. Sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan SPM (Standar Profesi Medik) dan persetujuan dari pasien, maka Informed Consent ini dapat digunakan sebagai alat yang dapat menolong dokter maupun pasien dari tuntutan hukum (Kerbala, 1993).

2. Sikap Responden

Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi Informed Consent sebagai bentuk persetujuan yang diberikan dokter kepada pasien/keluarganya, Informed Consent melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik, petugas kesehatan memberikan informasi (tindakan operasi, manfaat, resiko dan akibatnya) kepada pasien sebelum melakukan tindakan medis serta dokter maupun pasien/keluarganya harus menandatangani Informed Consent secara tertulis.

(54)

dan yang setuju 7 orang (77,8%), Sikap tentang Informasi dapat diberikan kepada keluarganya, yang tidak setuju 1 orang (11,1%) dan yang setuju 8 orang (88,1%), Sikap tentang Informed Consent melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik, Informasi yang diberikan pada pasien meliputi tindakan operasi, manfaat, resikonya serta apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan, Dokter harus menandatangani Informed Consent secara tertulis setelah melakukan tindakan medik, dan Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medik, seluruhnya responden menjawab 100% setuju dengan pernyataan-pernyataan diatas, ini menunjukan bahwa responden mempunyai sikap baik dalam pengisian Informed Consent.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar reponden mempunyai sikap baik dalam pengisian formulir Informed Consent yaitu sebesar 88,9%, sedangkan responden yang bersikap sedang adalah sebesar 11,1 %. Dengan sikap yang baik ini diharapakan tindakan dalam pengisian formulir Informed Consent ini juga akan baik nantinya. Akan tetapi sikap baik belum tentu diiringi oleh hasil yang baik seperti pernyataan dari Notoatmodjo, 2003 yang mengatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

3. Tindakan Responden

(55)

Menurut hasil penelitian ternyata responden pada umumnya masih melakukan tindakan yang baik dalam pengisian formulir Informed Consent. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berada pada kategori baik yaitu sebesar 66,7%, kategori kurang baik yaitu 33,3 %. Sebelumnya pengetahuan responden dalam pengisian formulir Informed Consent sudah dalam kategori baik 77,8%. Pada penelitian ini didapati bahwa tindakan reponden berada pada tingkat respon terpimpin yaitu responden dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003).

5.3.2. Perilaku Perawat 1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden pada penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang Informed Consent yang meliputi pengertian, manfaat dan kelengkapan Informed Consent.

Dari tabel 4.10. diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden dalam pengisian formulir Informed Consent berada pada kategori pengetahuan baik yaitu sebesar 51,5 % , pengetahuan dengan kategori sedang yaitu sebesar 39,4 % dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebesar 9,1 %. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tingkat pengetahuan responden dalam pengisian formulir Informed Consent adalah pada tingkat tahu (know). Dalam hal ini responden sudah

(56)

Dari segi umur dapat diketahui seperti pada tabel 4.11. bahwa responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu 22 orang (100%), kategori pengetahuan baik yaitu 9 orang (40,9%), kategori pengetahuan sedang yaitu 11 orang (50%), kategori pengetahuan kurang yaitu 2 orang (9,1%). Untuk jenis kelamin, dapat diketahui seperti pada tabel 4.12. bahwa pengetahuan respoden pada kategori baik yang paling banyak terdapat pada perempuan yaitu 57,8%, kategori sedang yaitu 37,8%, dan kategori kurang yaitu 4,4%. Untuk lama kerja, responden yang paling banyak adalah yang mempunyai lama kerja 4-6 tahun yaitu 28 orang (100%), kategori pengetahuan baik yaitu 12 orang (42,9%), kategori sedang yaitu 12 orang (42,9%) dan kategori kurang yaitu 4 orang (14,3%).

2. Sikap Responden

Pada penelitian ini sikap responden adalah sikap terhadap Informed Consent sebagai pelindung petugas kesehatan dalam melaksanakan tindakan medik, persetujuan tertulis mutlak pada tindakan medik, sikap responden terhadap pasien yang harus menandatangani Informed Consent, kelengkapan Informed Consent, pemeriksaan oleh perawat apakah ada tanda tangan pasien dan dokter di formulir Informed Consent, perawat sebagai saksi ketika dokter memberikan informasi kepada

pasien dan pengisian data pasien di formulir Informed Consent oleh perawat.

(57)

Sikap tentang Perawat harus mengisi data pasien di formulir Informed Consent, yang tidak setuju 20 orang (30,3%) dan yang setuju 46 orang (69,7%), Sikap tentang Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medik, yang tidak setuju 19 orang (28,8%) dan yang setuju 47 orang (71,2%), Sikap tentang Perawat sebagai saksi, ketika dokter memberikan informasi kepada pasien, yang tidak setuju 14 orang (21,2%) dan yang setuju 52 orang (78,8%), Sikap tentang Informed Consent melindungi petugas kesehatan dalam pelaksanaan tindakan medik, Pasien/keluarga pasien harus menandatangani Informed Consent, dan Formulir Informed Consent harus terisi semuanya seluruhnya responden menjawab 100% setuju dengan pernyataan-pernyataan diatas, ini menunjukan bahwa responden mempunyai sikap baik dalam peng

Gambar

Tabel  4.1 Distribusi Karakteristik Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa  tahun 2008
Tabel 4.2.Distribusi Karakteristik Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa tahun 2008
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Dokter dalam pengisian formulir informed consent di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ada kekhawatiran dari sang produser terkait protes dari masyarakat sehingga memutuskan untuk merubah judul film dari Arwah Goyang Karawang

Informan: jika itu menurut saya, yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan sudah baik, seperti menjalin dan mengembangkan

Bahwa memperhatikan kronologis pencalonan Bakal Pasangan Calon yang diusung oleh PKP Indonesia di Kabupaten Dogiyai sebagai Laporan KPU Provinsi Papua, serta mencermati proses

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan pada Rancang Bangun Game “ Who Wants to Be a Brillianaire ” berbasis Android adalah game ini dapat

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

Tetapi keadaan yang terjadi dilapangan ialah transaksi perdagangan ikan Napoleon antara nelayan Anambas dan pihak Hongkong ialah Transhipment; bongkar muat ikan

Pengujian Kadar Antosianin Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara.. Variabilitas Genetik