ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
INDRA OLOAN NAINGGOLAN
087018007/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
INDRA OLOAN NAINGGOLAN
087018007/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Indra Oloan Nainggolan
Nomor Pokok : 087018007
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur,
(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 09 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Rahmanta Ginting, MS 3. Drs. Rujiman, MA
ABSTRAK
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan variable bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit, Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK) sedangkan variabel terikat adalah kesempatan kerja. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002 – 2007.
Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif sebesar 7,29% dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
Unemployment is a labor issue that currently has reached a critical condition. The aim of this research is to analyze the factors that affect employment at the regency/city in North Sumatra Province using panel data. With independent variables Gross Regional Domestic Product (GDP) for regency/city, Interest Rate of Credit, Minimum Wage for regency/city while the dependent variable is employment. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of North Sumatra Province, Manpower and Transmigration Office of North Sumatra and Central Bank of Indonesia during 2002 - 2007.
The method used is General Least Square (GLS) with Random Effect Model (REM).
The results show that Gross Regional Domestic Product (GDP) regency/city has positively effect the employment as 76.38% and significant, Minimum Wage of regency/city has negatively effect the employment as 53.06% and significant, meanwhile the Interest Rate of Credit has negatively effect the employment as 7.29% and insignificant to the employment at the regency/city in North Sumatra Province.
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang maha Esa, yang
telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan
dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas
Sumatera Utara (USU).
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara (USU).
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Pembimbing
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya
dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A, sebagai Anggota Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pemikiran dan arahannya kepada penulis.
5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si dan Drs.
Rujiman, M.A sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan
masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIV dan sebelumnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
9. Rekan-rekan di Kantor Balai Diklat Industri Regional I Medan yang memberikan
dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
10. Orang tua tercinta yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak
henti-hentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini.
11. Istriku tercinta, D. Br. Saragih serta anak-anakku, yang terus memberikan doa
serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda
atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis.
Medan, Desember 2009
RIWAYAT HIDUP
Nama : INDRA OLOAN NAINGGOLAN
Agama : Kristen Protestan
Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran Kota/12 Juni 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jl. Rakyat Gg. Lubuk Raya No. 130 c Medan
Nama Istri : D. Br. Saragih
Nama Orang Tua Laki-laki : M. Nainggolan
Nama Orang Tua Perempuan : H. Br. Sitanggang
Riwayat Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Negeri No. 010097 Kisaran 1982 - 1988
Sekolah Menengah Pertama : SMP Sw. RK. Panti Budaya Kisaran 1988 - 1991
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Kisaran 1991 - 1994
Sarjana Teknik : Institut Sains & Teknologi
T.D. Pardede Medan 1994 - 1999
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian Ketenagakerjaan... 8
2.2 Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan ... 13
2.3 Pertumbuhan Ekonomi... 16
2.4 Upah Tenaga Kerja ... 21
2.5 Pengertian Investasi ... 23
2.6 Tingkat Bunga dalam Investasi... 27
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja ... 28
2.8 Penelitian Terdahulu ... 30
2.9 Kerangka Pemikiran... 32
2.10 Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 33
3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 33
3.4 Definisi Operasional... 34
3.5 Metode Analisis ... 35
3.6 Uji Chow (Chow Test) ... 36
3.7 Hausman Test ... 37
3.8 Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara... 40
4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 40
4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 41
4.2 Gambaran Umum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ... 47
4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 47
4.2.2 Tingkat Bunga Kredit di Propinsi Sumatera Utara ... 50
4.2.3 Upah Minimum ... 51
4.3 Analisis dan Pembahasan Penelitian... 53
4.3.1 Uji F atau Uji Chow ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran... 65
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis
Kelamin dan Pendidikan Tertinggi ... 44
4.2 Penduduk yang Bekerja dan Penganggur Berumur 15 Tahun
Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 45
4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun
Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 46
4.4 PDRB Menurut Kabupaten/Kota Atas Harga Konstan
Tahun 2000... 49
4.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Tertimbang Sumatera Utara . 50
4.6 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2002 - 2007 ... 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja... 11
2.2 Kurva Hukum Okun ... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2002 - 2007 ... 69
2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Tahun 2002 - 2007 ... 70
3. Data Tingkat Bunga Kredit Tertimbang Tahun 2002 - 2007... 71
4. Data Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2007 ... 72
5. Hasil Estimasi Common Intercept (Pooled Least Squares)... 73
6. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 75
7. Hasil Estimasi Random Effects... 78
8. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 81
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga
dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca
pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian
pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi
pengangguran.
Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah
masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat
ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan
setengah penganggur mengalami peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan
setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber
daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama
kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun,
namun peningkatan tersebut belum dibarengi dengan pengurangan laju
terserap oleh sektor-sektor ekonomi meningkat sehingga laju pengangguran menurun
atau berkurang.
Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan
pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan
antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan
tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya
perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat
diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau
daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari
pekerjaan di kota.
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang
membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin
cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu
lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku,
dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).
Melihat data statistika Sumatera Utara dalam angka (2002), jumlah penduduk
Sumatera utara yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 5,28 juta jiwa yang
terdiri dari 4,93 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 0,36 juta jiwa terkategori
mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara
yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 55,56 persen.
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,45 persen. Sektor lain yang cukup
besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa (termasuk
pegawai negeri sipil), yaitu sebesar 11,25 persen, sementara penduduk yang bekerja
di sektor industri hanya sekitar 322.807 orang atau 6,55 persen saja.
Kesempatan kerja itu timbul karena adanya investasi dan usaha untuk
memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju
pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan
juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi pembangunan
dan sasaran tujuan nasional harus benar-benar memperhatikan aspek sumber daya
manusia dalam memasuki lapangan kerja, orientasi untuk peningkatan GDP (Gross
Domestic Product) harus terlebih dahulu diikuti oleh peningkatan kualitas
pendidikan, kesehatan dan ketrampilan yang memadai agar dalam pembangunan
tersebut peningkatan GDP (Gross Domestic Product) juga diikuti dengan peningkatan
produktivitas kerja.
Menurut Tambunan (2001), Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi
kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable development), atau
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan adanya kegiatan produksi maka
terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya
menciptakan/meningkatkan permintaan di pasar. Jadi pendapat di atas menjelaskan
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh investasi, di mana munculnya investasi akan
mendorong kesempatan kerja dan peningkatan terhadap pendapatan. Peningkatan
masyarakat akan mendorong peningkatan investasi disebabkan oleh bunga bank yang
cukup rendah sehingga banyak pengusaha untuk menginvestasikan modalnya ke
sektor ekonomi. Dengan adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik
yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu
ekonomi dan akan menciptakan multiplier effect, di mana kegiatan tersebut akan
merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas
kesempatan kerja dan meringankan masyarakat.
Kesempatan kerja tidak hanya menyangkut permasalahan bidang ekonomi,
melainkan permasalahan di bidang sosial, terutama di masa-masa krisis ekonomi
beberapa waktu yang lalu. Permasalahan kesempatan kerja sebenarnya bukan hanya
menyangkut bagaimana ketersediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja, akan tetapi
mempertanyakan apakah lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa
yang layak bagi pekerja.
Angkatan kerja yang telah bekerja tersebut tersebar di sektor-sektor ekonomi
yang ada dan sebagian besar berada di sektor industri, perdagangan, dan keuangan.
Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten/
Kota di Propinsi Sumatera Utara. Peningkatan investasi akan meningkatan
kesempatan kerja dan peningkatan upah akan menurunkan kesempatan kerja.
Tingkat bunga merupakan salah satu pedoman bagi investor yang digunakan
sebagai pembanding apakah investasi yang ditanamkan menguntungkan atau tidak.
Jika tingkat return dari suatu investasi lebih rendah dari tingkat suku bunga bank
bunga kredit investasi mengalami kenaikan, maka umumnya para pelaku bisnis akan
menahan diri dalam melakukan investasi. Penurunan nilai investasi ini akan
berdampak terhadap berkurangnya aktivitas usaha dari pelaku bisnis. Berkurangnya
aktivitas usaha ini sekaligus juga akan berdampak terhadap berkurangnya
penggunaan tenaga kerja.
Peranan kredit yang diberikan oleh perbankan di dalam pertumbuhan ekonomi
dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan
usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit
usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan
kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut
prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat
memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Permintaan kredit oleh pengusaha tidak akan meningkat apabila iklim
investasi di daerah tidak mendukung. Dukungan terhadap iklim investasi dapat
berasal dari pemerintah daerah. Saat ini banyak pengusaha yang mengeluh masalah
perizinan usaha dan peraturan-peraturan daerah. Sulitnya mendapat perizinan dan
banyaknya peraturan daerah (perda) menyebabkan sektor riil mengalami hambatan.
Faktor tingkat upah masuk ke dalam penelitian ini karena secara teoritis
permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat upah. Ditinjau dari faktor
upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah adanya
perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja.
kepentingan tersebut. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya beli
masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan
akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong
perusahaan untuk berkembang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu penelitian dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.
1.2. Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka
perumusan masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan
kerja pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap kesempatan
kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?
3. Bagaimana pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap
kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja
pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan antara lain:
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara.
2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah pada kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai rencana peningkatan
kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ketenagakerjaan
Untuk membahas masalah kesempatan kerja berarti harus memahami tentang
konsep ketenagakerjaan yang umum berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tenaga kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK), adalah penduduk
dalam usia kerja (berusia 15 tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut. Penerapan penduduk usia kerja di atas 15 tahun adalah
setelah ILO (International Labour Organization) menginstruksi agar batas
awal usia kerja adalah setelah 15 tahun. Sedangkan pada statistik Indonesia
sejak tahun 1971 batas usia kerja adalah bilamana seseorang sudah berumur
10 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan
Kerja Nasional) 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih
dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan ILO.
2. Angkatan kerja (labor force), adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, atau berusaha terlibat
dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Dalam hal ini adalah penduduk
yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K), atau sedang
selama 1 jam selama seminggu yang lalu untuk kegiatan produktif sebelum
pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan adalah seseorang yang kegiatan
utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari
pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Jadi
angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas sebagai
berikut: AK = K + MP. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja dalam
bahasa ekonomi disebut sebagai penawaran angkatan kerja (labour supply).
Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai pekerja atau tenaga kerja
termasuk ke dalam sisi permintaan (labour demand).
3. Bukan Angkatan Kerja (unlabour force), adalah penduduk yang berusia kerja
(15 tahun ke atas), namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah
sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sedang
sekolah, mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu, tetapi
kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap masuk ke
dalam kelompok bukan angkatan kerja. Mereka yang tercatat lainnya
jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sebagian besar masuk ke dalam transisi
antara sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
atau tidak dalam kategori bukan angkatan kerja (BAK). Jadi jumlah usia kerja
(UK) apabila dilihat melalui persamaan identitas adalah sebagai berikut:
UK = AK +BAK
4. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate), adalah
persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu membandingkan
angkatan kerja dengan tenaga kerja. Untuk menghitung tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut:
TPAK = AK/UK x 100%
5. Tingkat pengangguran (unemployment rate), adalah angka yang menunjukkan
berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan,
yaitu membandingkan jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan jumlah
angkatan kerja. Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumuskan sebagai
berikut: TP=MP/AK x 100%.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand
dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan
tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan
dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besar penempatan (jumlah orang
yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan
dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga
kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.
Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja
akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga
kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD
Sumber: (Suparmoko, 2000)
Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja
Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap
mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan
tenaga kerja selalu sama dengan permintaan. Keadaan pada saat penyediaan tenaga
sama dengan permintaan dinamakan titik ekuilibrium (titik E). Dalam hal penyediaan
tenaga kerja sama dengan permintaan, tidak terjadi pengangguran.
Dalam kenyataan, titik ekuilibirium itu tidak pernah tercapai karena informasi
tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Upah yang
berlaku (W) pada umumnya lebih besar dari pada upah ekuilibrium (We). Pada
tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga adalah Ls sedang permintaan hanya
sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur. Tiap negara S
D D
S Wi
We E
Ld Le Ls Tenaga kerja,
memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisi bekerja dan menganggur,
dan definisi itu dapat berubah menurut waktu.
2.1.1. Kesempatan Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain
seperti tanah, modal dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh
faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian
lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu
kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah
mencakup lapangan perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang
masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang
mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja.
Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima
tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan
kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan
pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan
kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja.
Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam
masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi
secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar
dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang
pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar
barang dan jasa.
2.2. Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan
Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaan akan melihat
tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan seorang
tenaga kerja. Untuk menganalisis hal tersebut digunakan beberapa asumsi, ini berarti
setiap rumah tangga perusahaan sebagai individu tidak dapat mempengaruhi harga
atau menghasilkan produksi (output) maupun untuk faktor-faktor produksi (input)
yang digunakan dalam industri adalah suatu faktor yang harus diterima.
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan
faktor-faktor produksi lainnya khususnya modal akan dapat menghasilkan suatu
output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu rumah tangga perusahaan dalam
kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan atau meminta jasa tenaga kerja.
Dengan suatu asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya
menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), di mana faktor
modal jumlahnya tetap, maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai
berikut:
Q = f (L, K)
Di mana:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
K = Jumlah sumber modal (jasa barang modal)
Model yang akan digunakan untuk menjelaskan kesempatan kerja dapat
didekati dari fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Hicksian diturunkan
dari kondisi minimisasi biaya sebuah unit usaha. Misalnya untuk memproduksi suatu
output diperlukan dua faktor input, yaitu tenaga kerja (L) dengan upah per unitnya w
dan modal kerja (K) dengan biaya modal sebesar r. Kondisi tersebut secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:
Q = f (K, L) ... 1
Sedangkan biaya totalnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
TC = wL + rK ... 2
Dengan minimisasi biaya total untuk setiap n faktor input produksi, dan
menempatkan persamaan (1) sebagai kendala dan persamaan (2) sebagai tujuan, maka
melalui metode langrange fungsi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
ℓ = wL + rK + ë(Q – f(K,L) ... 3
Turunan parsial (pertama) yang merupakan kondisi perlu untuk masalah optimasi
terhadap K, L dan ë harus sama dengan nol adalah sebagai berikut:
∂ℓ ∂f (K,L)
= ℓL = w –ë = 0 ... 4
∂L ∂L
∂ℓ ∂f (K,L)
= ℓK = r –ë = 0 ... 5
∂ℓ
= ℓë = Q – f (K,L) = 0 ... 6
∂ë
Dengan memanipulasi pers (4) dan (5), maka akan diperoleh:
w r w MPL
= atau = ... 7 MPL MPK r MPK
Sedangkan ë secara ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu biaya marginal
(marginal cost = MC). Dari persamaan (4) dan (5) dapat diperoleh nilai pengganda
langrange sebagai berikut:
w r
ë* = = ... 8
MPL MPK
w merupakan harga per unit faktor input tenaga kerja dan r merupakan harga per unit
faktor input kapital, sedangkan MPL adalah besarnya tambahan output sebagai akibat
adanya kenaikan per unit faktor input tenaga kerja dan MPK adalah besarnya
tambahan output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input kapital. Dengan
demikian:
w r
ë* = = merupakan marginal cost
MPL MPK
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil proses
minimisasi total cost (TC) akan diperoleh nilai optimal dari penggunaan faktor input
fungsi dari harga input (w, r) dan tingkat produksinya (Q) yang secara matematika
dapat dinyatakan sebagai berikut:
L* = L* (w, r, Q) ……… 9
Merupakan fungsi permintaan tenaga kerja.
K* = K* (w, r, Q) ... 10
Merupakan fungsi permintaan kapital.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi
Seseorang ahli ekonomi, Okun yang memperkenalkan Hukum Okun
(Mankiw, 2000) menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat
pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat
hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini
dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja
dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk
Perubahan persentase dalam GDP riil
Garis titik sebaran setiap pengamatan
Perubahan dalam tingkat Pengangguran
Sumber: (Mankiw, 2000)
Gambar 2.2. Kurva Hukum Okun
Gambar 2.2 di atas ini merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat
pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil pada
sumbu vertikal. Gambar ini menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan dalam
tingkat pengangguran tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan perubahan dalam
GDP riil tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar pengamatan yang
berslope negatif.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah
ketidakseimbangan anatara permintaan akan tenaga kerja (demand for labour) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah.
Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja
2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess
demand for labour).
Apabila jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama
dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, maka tidak akan ada excess supply for
labour maupun excess demand for labour. Pada kondisi seperti ini berarti terjadi
tingkat upah keseimbangan di mana semua orang yang ingin bekerja telah dapat
bekerja, berarti tidak ada orang yang menganggur. Apabila terjadi excess supply of
labour berarti ada orang yang menganggur pada tingkat upah tertentu, sedangkan
apabila terjadi excess demand of labour berarti masih ada kemungkinan tenaga kerja
dapat melakukan negoisasi upah sesuai keinginannya di atas upah keseimbangan.
Lewis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah, di mana kelebihan pekerja satu
sektor ekonomi akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan
pekerja di sektor lain. Lebih murahnya biaya upah asal pedesaaan terutama dari
sektor pertanian akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha perkotaan untuk
memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan.
Selama berlangsungnya proses industrialisasi, maka kelebihan penawaran pekerja
di sektor pertanian akan terserap.
Fei-Ranis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa ada tiga
tahapan pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan tenaga kerja. Tahapan
a. Para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke
sektor industri dengan upah institusional yang sama.
b. Tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih
kecil dari upah institusioanal yang mereka peroleh dapat pula dialihkan ke sektor
industri.
c. Tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional, maka dalam
kondisi seperti ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang
meningkat terus-menerus sejalan dengan pertumbuhan output dan perluasan
usahanya.
Harrod-Domar (Todaro, 2000) dalam teori pertumbuhannya menyatakan
bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) kurang lebih sama dengan
pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungan tersebut
dapat disajikan sebagai berikut:
∆Y - ∆(Y/L) = ∆L ………. (11) Y Y/L L
Sementara itu menurut Todaro (2000), bahwa faktor-faktor atau komponen
pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan
b. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
angkatan kerja walaupun terlambat.
c. Kemajuan teknologi, terutama untuk sektor industri.
Dengan menggunakan teori Harrod-Domar, Todaro menekankan bahwa
pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan
lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya seperti
sektor pertanian dan industri-industri berskala kecil.
Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk
GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi di dalamnya. Sementara itu
di sisi lain inflasi ini sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada
akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja.
Di lain pihak, Arsyad (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti
bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan
menciptakan lapangan kerja.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan
pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan
diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Mengambil analisis makro Produk
Domestik Regional Bruto, Mankiw (2000) menjelaskan bahwa secara umum PDRB
dapat dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. PDRB
menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih
baik, sebab perhitungan output barang dan jasa perekonomian yang dihasilkan tidak
dipengaruhi oleh perubahan harga.
2.4. Upah Tenaga Kerja
Membahas mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi perdebatan,
di mana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah
minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk sebagian pekerja.
Namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal untuk mengentaskan
kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.
Sementara itu kajian tentang upah minimum yang dilakukan oleh Carl, Katz,
dan Krueger (dalam Mankiw, 2000) menemukan suatu hasil bahwa peningkatan upah
minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan pada
beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika Serikat. Dalam
kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New Jersey meningkatkan
upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di Pennsylvania tidak menaikkan
upah minimum pada saat yang sama. Menurut teori standar, seperti yang diungkapkan
tidak mencapai tingkat equlibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah yang
menyebabkan pengangguran. Pengangguran ini terjadi ketika upah berada di atas
tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, di mana jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan melebihi jumlah permintaan tenaga kerja. Oleh sebab itu
peningkatan upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
perusahaan, terutama bagi tenaga kerja yang tidak terdidik dan kurang
berpengalaman. Namun kenyataannya dalam kasus kesempatan kerja di
restoran-restoran New Jersey berlawanan dengan teori standar, di mana kesempatan kerja yang
seharusnya menurun dibandingkan dengan kesempatan kerja di restoran-restoran
Pennsylvania, ternyata dari data yang ada menunjukkan bahwa kesempatan kerjanya
semakin meningkat.
Selanjutnya Suryahadi (2003) menemukan bahwa koefisien dari upah
minimum untuk semua pekerja dan seluruh segmen dari angkatan kerja adalah
negatif, kecuali pekerja kerah putih (white collar). Hasil ini konsisten dengan prediksi
dari kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi kesempatan kerja dari
pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal. Sementara itu kenaikan dalam
upah minimum sebesar 10% akan meningkatkan kesempatan kerja dari pekerja kerah
putih sebanyak 10%. Kesimpulan Suryahadi secara umum sama dengan Anonim
(2002). Anonim menambahkan bahwa dampak negatif kenaikan upah minimum dapat
meningkatkan pengangguran untuk perempuan dan pekerja usia muda, pekerja
2.5. Pengertian Investasi
Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak
pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Deliarnov (2002)
mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara
keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material,
mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam
proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor pabrik tempat tinggal
karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang
cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.
Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk
meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai
investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
perbelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau
pembentukan modal.
Harrod-Domar (Subri, 2003) dalam teorinya menyatakan bahwa investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.
Kapasitas produksi yang membesar tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja yang
besar pula, di mana dalam kondisi seperti ini diasumsikan bahwa tenaga kerja
Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni (1) investasi tetap bisnis
(business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli
untuk proses produksi. (2) investasi residensial (residential invesment) mencakup
perumahan baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk
disewakan. (3) investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang
yang diperusahaan di tempatkan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,
barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).
Menurut Tambunan (2001), di dalam neraca nasional atau struktur PDB
menurut penggunaannya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal/kapital
tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara
investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan investasi neto
(pembentukan modal tetap domestik neto).
Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap
adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang
modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor,
termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang
dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri
(domestik). Menurut Sadono Sukirno (2002) “Investasi, yang lazim disebut juga
dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen
kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat”.
Kutipan di atas menerangkan bahwa tabungan dari sektor rumah tangga,
pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka
pengeluaran tersebut dinamakan investasi.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian
tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. Ada
kalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang
lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.
Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang
dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi
(pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/pembelanjaan
yang berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan Investasi
Bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila
investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.
Menurut BPS yang dikutip oleh Tambunan (2001), cakupan dari
barang-barang modal tetap adalah sebagai berikut:
a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi (bangunan tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal, jalan dan bandara), mesin-mesin. Alat angkutan dan
perlengkapannya, yang mempunyai umur pemakaian (economic life time) satu
tahun atau lebih.
b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan barang-barang modal yang akan
meningkatkan output atau produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian.
c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pemerahan perluasan
areal hutan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman
keras.
d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu,
pengangkutan dana sebagainya.
e. Margin perdagangan dan margin ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten, hak
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen, yang membelanjakan
bahagian terbesar daripada pendapatan mereka untuk membeli barang-barang
kebutuhan mereka, para pengusaha membeli barang-barang modal bukan untuk
memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk digunakan bagi memperoleh keuntungan.
Maka sampai di mana besarnya untung yang diharapkan akan diperoleh, besar sekali
peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para
pengusaha. Di samping oleh harapan masa depan untuk memperoleh untung, tingkat
investasi ditentukan pula oleh beberapa faktor lain.
2.6. Tingkat Bunga dalam Investasi
Investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh
beberapa faktor, yang antara lain: tingkat bunga, ekspektasi tingkat return, tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat laba perusahaan, situasi politik, kemajuan teknologi
dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah (Kelana, 2000).
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan
keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan
menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang
ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan neto (belum
dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat
bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang
dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito),
Tingkat bunga kredit perbankan merupakan biaya opportunitas dalam
pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit
perbankan akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan
pertumbuhan ekonomi. Penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan
penawaran kredit perbankan atau berasosiasi positif dengan struktur kredit perbankan.
Peningkatan struktur kredit perbankan akibat penurunan intensitas persaingan bank
akan meningkatkan investasi sektor riil dan kemudian mendorong pertumbuhan
ekonomi (Bank Indonesia Medan, 2007).
Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran
pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa
depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan
barang-barang modal yang diperlukan. Dengan bertambahnya pendapatan nasional
maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga
meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong
tumbuhnya investasi lain.
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja
Pada suatu daerah di mana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, hal tersebut
akan mengurangi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika kesempatan kerja itu
rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi rendahnya tingkat kesempatan
kerja dipengaruhi oleh beberapa komponen pokok, komponen tersebut di suatu
Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu:
a. Kondisi perekonomian.
b. Pertumbuhan penduduk.
c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia.
d. Tingkat upah.
e. Struktur umur penduduk.
Kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kondisi perekonomian
Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang
tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi
diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga
kerja baru.
b. Pertumbuhan penduduk
Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka
pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan
mengurangi kesempatan orang untuk bekerja.
c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia
Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong
tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia
d. Tingkat upah
Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan
menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal
tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.
e. Struktur umur penduduk
Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah, maka
kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.
2.8. Penelitian Terdahulu
Rani dan Abdullah dalam Elfindri dan Bactiar, (2000) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa faktor utama yang menyebabkan tingginya perluasan
kesempatan kerja dalam industri-industri yang berorientasi eksport adalah karena
industri-industri tersebut lebih tepat untuk mencapai skala ekonomi karena luasnya
pasar menyebabkan kegiatan usaha juga meningkat, sehingga menyebabkan
keperluan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan tertentu bertambah dan pekerja-pekerja
lebih terkonsentrasi untuk bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu dengan keahliannya.
Syafaat dan Friyanto (2000) meneliti kesempatan kerja di kawasan timur
Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan kerja yang
tercipta dengan pertumbuhan PDRB di kawasan timur Indonesia. Dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB yang menurun yang
mengakibatkan kesempatan kerja mengalami penurunan. Dengan kondisi ini
kemampuan sumber daya agar struktur ekonomi mempunyai ketahanan yang tinggi
untuk dapat menciptakan kesempatan kerja.
Safrida (1999) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah
minimum dan makro ekonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta
permintaan dan penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan
kerjanya tingkat upah minimum, pendapatan nasional, serta investasi merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Yenentri (1998) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian
ke sektor non pertanian di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah sektor non
pertanian, keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
non pertanian.
Rachman (2005) dalam studinya tentang kesempatan kerja di DKI Jakarta
menemukan faktor upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap kesempatan
kerja. Hal ini berarti tingkat upah Provinsi di DKI Jakarta merupakan salah satu
masalah pengganggu bagi pengguna tenaga kerja untuk memperkerjakan.
Rimmar Siringoringo (2007) dalam studinya tentang kesempatan kerja pada
industri menengah dan besar di Propinsi Sumatera Utara menemukan faktor tingkat
bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. Hal ini berarti tingkat
bunga kredit Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pengganggu bagi
PDRB (PDRB)
Tingkat Bunga Kredit
(R) Kesempatan kerja (KK)
Upah (UMK) 2.9. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
2.10. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil
kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. PDRB berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota
di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.
2. Tingkat bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.
3. Upah berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini mempergunakan data sekunder untuk mengetahui pengaruh produk
domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit, dan upah minimum
kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik serta instansi lainnya yang mendukung penelitian ini. Data sekunder yang
digunakan tersebut merupakan time series dan cross section (data panel) selama
kurun waktu tahun 2002 – 2007, dengan 19 (sembilan belas) kabupaten/kota.
Jenis data penelitian terdiri dari produk domestik regional bruto kabupaten/
3.3. Model Analisis
Model analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara
adalah model panel data, yaitu:
Log(KK)it = b0 + b1 Log (PDRB)it + b2 Log (R)t + b3 Log (UMK) it + µit (3.1)
Di mana:
t = Tahun
i = Kabupaten/kota (1, 2 , . . . , 19)
KK = Kesempatan Kerja (dalam jiwa)
PDRB = Produk domestik regional bruto pada kabupaten/kota di Sumatera Utara
(dalam juta rupiah)
R = Tingkat bunga kredit bank umum di Sumatera Utara (dalam persen)
UMK = Upah minimum kabupaten/kota di Sumatera Utara (dalam ribu rupiah)
b0 = intersept
b1,b2,b3 = koefesien regresi
µ = residual/kesalahan pengganggu
3.4. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan
1. Kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibayar dan bekerja bagi
setiap penduduk dalam usia kerja pada tahun tertentu (dalam satuan jiwa).
2. PDRB adalah Produk domestik regional bruto kabupaten/kota menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan (dalam satuan jutaan rupiah).
3. Tingkat suku bunga kredit adalah tingkat bunga kredit tertimbang bank umum
di Sumatera Utara (dalam satuan persen pertahun).
4. Upah minimum kabupaten/kota adalah standard upah minimum yang ditetapkan
di kabupaten/kota (dalam satuan ribu rupiah).
3.5. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh produk
domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit dan upah minimum
kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Utara adalah dengan model regresi least squares pooled data dengan software
Eviews.
Penerapan OLS pada data panel (pooled data) dapat memperbaiki penduga,
inferensi dan mungkin peramalan. Penerapan OLS pada pooled data membutuhkan
asumsi, yaitu: 1) temporal stability, parameter regresi tidak berubah karena
perubahan waktu dan cross sectional stability, parameter regresi tidak berubah karena
perbedaan individu cross section, 2) Varians error term pada fungsi setiap individu
periode tidak berhubungan dengan error term pada fungsi individu lainnya (Mulyono,
2000).
Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang
disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik.
Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random
Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model
panel adalah random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka
kecenderungan adalah fixed effect.
3.6. Uji Chow (Chow Test)
Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model
(FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau
uji Chow Test. PLS adalah restricted model di mana ia menerapkan intercept yang
sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa
setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis
mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang
berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol
tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow
sebagai berikut:
Di mana:
RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual
yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least
square/common intercept)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
fixed effect)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K
Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model
yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.
3.7. Hausman Test
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau
random effect yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
Ho : Model Random Effect
Dasar penolakan Ho adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi Square.
Jika Chi Square statistik > Chi Square table maka Ho ditolak (Model yang digunakan
adalah Fixed Effect), dan sebaliknya.
Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan
REM, yaitu:
1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross section (N) kecil maka nilai
taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan
perhitungan, yaitu FEM.
2. Bila N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan
perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa b0i = b0 + åi, di mana åi
adalah komponen acak cross section, pada FEM diperlakukan b0 adalah tetap atau
tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross section tidak acak maka FEM
lebih tepat, sebaliknya jika cross section acak maka REM lebih tepat.
3. Jika komponen error åi individu berkorelasi maka penaksir REM adalah bias dan
penaksir FEM tidak bias.
4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksir REM lebih
efisien dari penaksir FEM (Manurung, Manurung dan Saragih, 2005).
3.8. Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test
1. R2 (koefesien determinasi), bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas
2. Uji parsial (t-test), bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien
regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima di mana
t =
ErrorKoef Std
Koef
. (3.3)
3. Uji serempak (F test), bermaksud untuk mengetahui signifikansi statistik
koefesien regresi secara serempak (Sudjana, 2005). Jika Fhit > Ftabel, maka Ho
ditolak dan H1 diterima, di mana F =
) 1 /(
) 1 (
/ 2
2
R n k
k R
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis
10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia
di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera
Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan
Propinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar berada di daratan
Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta
beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau
Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas
daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau
16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87%
kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar
9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2
atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak
dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai
4.1.2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4.1.2.1.Jumlah penduduk
Sumatera Utara merupakan Propinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera
Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan
dari hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada
bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk
Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk
sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan
Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera
Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176
jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun
1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37%
per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005-2006 mencapai 1.57%. Penduduk
laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006
Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar
6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex
ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara
masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah
penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%)