• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

INDRA OLOAN NAINGGOLAN

087018007/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

INDRA OLOAN NAINGGOLAN

087018007/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Indra Oloan Nainggolan

Nomor Pokok : 087018007

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 09 Desember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Rahmanta Ginting, MS 3. Drs. Rujiman, MA

(5)

ABSTRAK

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan variable bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit, Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK) sedangkan variabel terikat adalah kesempatan kerja. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002 – 2007.

Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif sebesar 7,29% dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.

(6)

ABSTRACT

Unemployment is a labor issue that currently has reached a critical condition. The aim of this research is to analyze the factors that affect employment at the regency/city in North Sumatra Province using panel data. With independent variables Gross Regional Domestic Product (GDP) for regency/city, Interest Rate of Credit, Minimum Wage for regency/city while the dependent variable is employment. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of North Sumatra Province, Manpower and Transmigration Office of North Sumatra and Central Bank of Indonesia during 2002 - 2007.

The method used is General Least Square (GLS) with Random Effect Model (REM).

The results show that Gross Regional Domestic Product (GDP) regency/city has positively effect the employment as 76.38% and significant, Minimum Wage of regency/city has negatively effect the employment as 53.06% and significant, meanwhile the Interest Rate of Credit has negatively effect the employment as 7.29% and insignificant to the employment at the regency/city in North Sumatra Province.

(7)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang maha Esa, yang

telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan

dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan

dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas

Sumatera Utara (USU).

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Pembimbing

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya

dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A, sebagai Anggota Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, pemikiran dan arahannya kepada penulis.

5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si dan Drs.

Rujiman, M.A sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan

masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

(8)

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIV dan sebelumnya yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril

kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Rekan-rekan di Kantor Balai Diklat Industri Regional I Medan yang memberikan

dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Orang tua tercinta yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak

henti-hentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini.

11. Istriku tercinta, D. Br. Saragih serta anak-anakku, yang terus memberikan doa

serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda

atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis.

Medan, Desember 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : INDRA OLOAN NAINGGOLAN

Agama : Kristen Protestan

Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran Kota/12 Juni 1974

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Rakyat Gg. Lubuk Raya No. 130 c Medan

Nama Istri : D. Br. Saragih

Nama Orang Tua Laki-laki : M. Nainggolan

Nama Orang Tua Perempuan : H. Br. Sitanggang

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri No. 010097 Kisaran 1982 - 1988

Sekolah Menengah Pertama : SMP Sw. RK. Panti Budaya Kisaran 1988 - 1991

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Kisaran 1991 - 1994

Sarjana Teknik : Institut Sains & Teknologi

T.D. Pardede Medan 1994 - 1999

(10)

DAFTAR ISI

2.1 Pengertian Ketenagakerjaan... 8

2.2 Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan ... 13

2.3 Pertumbuhan Ekonomi... 16

2.4 Upah Tenaga Kerja ... 21

2.5 Pengertian Investasi ... 23

2.6 Tingkat Bunga dalam Investasi... 27

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja ... 28

2.8 Penelitian Terdahulu ... 30

2.9 Kerangka Pemikiran... 32

2.10 Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 33

(11)

3.4 Definisi Operasional... 34

3.5 Metode Analisis ... 35

3.6 Uji Chow (Chow Test) ... 36

3.7 Hausman Test ... 37

3.8 Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara... 40

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 40

4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 41

4.2 Gambaran Umum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ... 47

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 47

4.2.2 Tingkat Bunga Kredit di Propinsi Sumatera Utara ... 50

4.2.3 Upah Minimum ... 51

4.3 Analisis dan Pembahasan Penelitian... 53

4.3.1 Uji F atau Uji Chow ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis

Kelamin dan Pendidikan Tertinggi ... 44

4.2 Penduduk yang Bekerja dan Penganggur Berumur 15 Tahun

Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 45

4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun

Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 46

4.4 PDRB Menurut Kabupaten/Kota Atas Harga Konstan

Tahun 2000... 49

4.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Tertimbang Sumatera Utara . 50

4.6 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2002 - 2007 ... 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja... 11

2.2 Kurva Hukum Okun ... 17

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2002 - 2007 ... 69

2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Tahun 2002 - 2007 ... 70

3. Data Tingkat Bunga Kredit Tertimbang Tahun 2002 - 2007... 71

4. Data Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2007 ... 72

5. Hasil Estimasi Common Intercept (Pooled Least Squares)... 73

6. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 75

7. Hasil Estimasi Random Effects... 78

8. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 81

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga

dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca

pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian

pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi

pengangguran.

Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah

masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat

ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan

setengah penganggur mengalami peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan

setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber

daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama

kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat

menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun,

namun peningkatan tersebut belum dibarengi dengan pengurangan laju

(16)

terserap oleh sektor-sektor ekonomi meningkat sehingga laju pengangguran menurun

atau berkurang.

Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan

pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan

antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan

tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya

perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat

diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau

daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari

pekerjaan di kota.

Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang

membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin

cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu

lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku,

dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).

Melihat data statistika Sumatera Utara dalam angka (2002), jumlah penduduk

Sumatera utara yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 5,28 juta jiwa yang

terdiri dari 4,93 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 0,36 juta jiwa terkategori

mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara

yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 55,56 persen.

(17)

perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,45 persen. Sektor lain yang cukup

besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa (termasuk

pegawai negeri sipil), yaitu sebesar 11,25 persen, sementara penduduk yang bekerja

di sektor industri hanya sekitar 322.807 orang atau 6,55 persen saja.

Kesempatan kerja itu timbul karena adanya investasi dan usaha untuk

memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju

pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan

juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi pembangunan

dan sasaran tujuan nasional harus benar-benar memperhatikan aspek sumber daya

manusia dalam memasuki lapangan kerja, orientasi untuk peningkatan GDP (Gross

Domestic Product) harus terlebih dahulu diikuti oleh peningkatan kualitas

pendidikan, kesehatan dan ketrampilan yang memadai agar dalam pembangunan

tersebut peningkatan GDP (Gross Domestic Product) juga diikuti dengan peningkatan

produktivitas kerja.

Menurut Tambunan (2001), Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi

kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable development), atau

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan adanya kegiatan produksi maka

terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya

menciptakan/meningkatkan permintaan di pasar. Jadi pendapat di atas menjelaskan

tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh investasi, di mana munculnya investasi akan

mendorong kesempatan kerja dan peningkatan terhadap pendapatan. Peningkatan

(18)

masyarakat akan mendorong peningkatan investasi disebabkan oleh bunga bank yang

cukup rendah sehingga banyak pengusaha untuk menginvestasikan modalnya ke

sektor ekonomi. Dengan adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik

yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu

ekonomi dan akan menciptakan multiplier effect, di mana kegiatan tersebut akan

merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas

kesempatan kerja dan meringankan masyarakat.

Kesempatan kerja tidak hanya menyangkut permasalahan bidang ekonomi,

melainkan permasalahan di bidang sosial, terutama di masa-masa krisis ekonomi

beberapa waktu yang lalu. Permasalahan kesempatan kerja sebenarnya bukan hanya

menyangkut bagaimana ketersediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja, akan tetapi

mempertanyakan apakah lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa

yang layak bagi pekerja.

Angkatan kerja yang telah bekerja tersebut tersebar di sektor-sektor ekonomi

yang ada dan sebagian besar berada di sektor industri, perdagangan, dan keuangan.

Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten/

Kota di Propinsi Sumatera Utara. Peningkatan investasi akan meningkatan

kesempatan kerja dan peningkatan upah akan menurunkan kesempatan kerja.

Tingkat bunga merupakan salah satu pedoman bagi investor yang digunakan

sebagai pembanding apakah investasi yang ditanamkan menguntungkan atau tidak.

Jika tingkat return dari suatu investasi lebih rendah dari tingkat suku bunga bank

(19)

bunga kredit investasi mengalami kenaikan, maka umumnya para pelaku bisnis akan

menahan diri dalam melakukan investasi. Penurunan nilai investasi ini akan

berdampak terhadap berkurangnya aktivitas usaha dari pelaku bisnis. Berkurangnya

aktivitas usaha ini sekaligus juga akan berdampak terhadap berkurangnya

penggunaan tenaga kerja.

Peranan kredit yang diberikan oleh perbankan di dalam pertumbuhan ekonomi

dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan

usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit

usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan

kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut

prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat

memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Permintaan kredit oleh pengusaha tidak akan meningkat apabila iklim

investasi di daerah tidak mendukung. Dukungan terhadap iklim investasi dapat

berasal dari pemerintah daerah. Saat ini banyak pengusaha yang mengeluh masalah

perizinan usaha dan peraturan-peraturan daerah. Sulitnya mendapat perizinan dan

banyaknya peraturan daerah (perda) menyebabkan sektor riil mengalami hambatan.

Faktor tingkat upah masuk ke dalam penelitian ini karena secara teoritis

permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat upah. Ditinjau dari faktor

upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah adanya

perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja.

(20)

kepentingan tersebut. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya beli

masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan

akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong

perusahaan untuk berkembang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu penelitian dengan

judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka

perumusan masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan

kerja pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap kesempatan

kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian

ini, sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap

kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja

pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan antara lain:

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi

Sumatera Utara.

2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah pada kabupaten/kota di Propinsi

Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai rencana peningkatan

kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ketenagakerjaan

Untuk membahas masalah kesempatan kerja berarti harus memahami tentang

konsep ketenagakerjaan yang umum berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK), adalah penduduk

dalam usia kerja (berusia 15 tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam

aktivitas tersebut. Penerapan penduduk usia kerja di atas 15 tahun adalah

setelah ILO (International Labour Organization) menginstruksi agar batas

awal usia kerja adalah setelah 15 tahun. Sedangkan pada statistik Indonesia

sejak tahun 1971 batas usia kerja adalah bilamana seseorang sudah berumur

10 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan

Kerja Nasional) 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih

dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan ILO.

2. Angkatan kerja (labor force), adalah bagian dari tenaga kerja yang

sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, atau berusaha terlibat

dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Dalam hal ini adalah penduduk

yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K), atau sedang

(23)

selama 1 jam selama seminggu yang lalu untuk kegiatan produktif sebelum

pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan adalah seseorang yang kegiatan

utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari

pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Jadi

angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas sebagai

berikut: AK = K + MP. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja dalam

bahasa ekonomi disebut sebagai penawaran angkatan kerja (labour supply).

Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai pekerja atau tenaga kerja

termasuk ke dalam sisi permintaan (labour demand).

3. Bukan Angkatan Kerja (unlabour force), adalah penduduk yang berusia kerja

(15 tahun ke atas), namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah

sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sedang

sekolah, mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu, tetapi

kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap masuk ke

dalam kelompok bukan angkatan kerja. Mereka yang tercatat lainnya

jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sebagian besar masuk ke dalam transisi

antara sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

atau tidak dalam kategori bukan angkatan kerja (BAK). Jadi jumlah usia kerja

(UK) apabila dilihat melalui persamaan identitas adalah sebagai berikut:

UK = AK +BAK

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate), adalah

(24)

persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu membandingkan

angkatan kerja dengan tenaga kerja. Untuk menghitung tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

TPAK = AK/UK x 100%

5. Tingkat pengangguran (unemployment rate), adalah angka yang menunjukkan

berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan,

yaitu membandingkan jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan jumlah

angkatan kerja. Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumuskan sebagai

berikut: TP=MP/AK x 100%.

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand

dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan

tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan

dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besar penempatan (jumlah orang

yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan

dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga

kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.

Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja

akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga

kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD

(25)

Sumber: (Suparmoko, 2000)

Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja

Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap

mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan

tenaga kerja selalu sama dengan permintaan. Keadaan pada saat penyediaan tenaga

sama dengan permintaan dinamakan titik ekuilibrium (titik E). Dalam hal penyediaan

tenaga kerja sama dengan permintaan, tidak terjadi pengangguran.

Dalam kenyataan, titik ekuilibirium itu tidak pernah tercapai karena informasi

tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Upah yang

berlaku (W) pada umumnya lebih besar dari pada upah ekuilibrium (We). Pada

tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga adalah Ls sedang permintaan hanya

sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur. Tiap negara S

D D

S Wi

We E

Ld Le Ls Tenaga kerja,

(26)

memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisi bekerja dan menganggur,

dan definisi itu dapat berubah menurut waktu.

2.1.1. Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain

seperti tanah, modal dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh

faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian

lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu

kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah

mencakup lapangan perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang

masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang

mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja.

Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima

tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan

kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan

pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan

kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja.

Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam

masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi

secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar

dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang

(27)

pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar

barang dan jasa.

2.2. Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan

Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaan akan melihat

tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan seorang

tenaga kerja. Untuk menganalisis hal tersebut digunakan beberapa asumsi, ini berarti

setiap rumah tangga perusahaan sebagai individu tidak dapat mempengaruhi harga

atau menghasilkan produksi (output) maupun untuk faktor-faktor produksi (input)

yang digunakan dalam industri adalah suatu faktor yang harus diterima.

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan

faktor-faktor produksi lainnya khususnya modal akan dapat menghasilkan suatu

output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu rumah tangga perusahaan dalam

kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan atau meminta jasa tenaga kerja.

Dengan suatu asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya

menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), di mana faktor

modal jumlahnya tetap, maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai

berikut:

Q = f (L, K)

Di mana:

Q = Jumlah output yang dihasilkan

(28)

K = Jumlah sumber modal (jasa barang modal)

Model yang akan digunakan untuk menjelaskan kesempatan kerja dapat

didekati dari fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Hicksian diturunkan

dari kondisi minimisasi biaya sebuah unit usaha. Misalnya untuk memproduksi suatu

output diperlukan dua faktor input, yaitu tenaga kerja (L) dengan upah per unitnya w

dan modal kerja (K) dengan biaya modal sebesar r. Kondisi tersebut secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (K, L) ... 1

Sedangkan biaya totalnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

TC = wL + rK ... 2

Dengan minimisasi biaya total untuk setiap n faktor input produksi, dan

menempatkan persamaan (1) sebagai kendala dan persamaan (2) sebagai tujuan, maka

melalui metode langrange fungsi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

= wL + rK + ë(Q – f(K,L) ... 3

Turunan parsial (pertama) yang merupakan kondisi perlu untuk masalah optimasi

terhadap K, L dan ë harus sama dengan nol adalah sebagai berikut:

∂ℓ f (K,L)

= ℓL = w –ë = 0 ... 4

LL

∂ℓ f (K,L)

= ℓK = r –ë = 0 ... 5

(29)

∂ℓ

= ℓë = Q – f (K,L) = 0 ... 6

∂ë

Dengan memanipulasi pers (4) dan (5), maka akan diperoleh:

w r w MPL

= atau = ... 7 MPL MPK r MPK

Sedangkan ë secara ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu biaya marginal

(marginal cost = MC). Dari persamaan (4) dan (5) dapat diperoleh nilai pengganda

langrange sebagai berikut:

w r

ë* = = ... 8

MPL MPK

w merupakan harga per unit faktor input tenaga kerja dan r merupakan harga per unit

faktor input kapital, sedangkan MPL adalah besarnya tambahan output sebagai akibat

adanya kenaikan per unit faktor input tenaga kerja dan MPK adalah besarnya

tambahan output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input kapital. Dengan

demikian:

w r

ë* = = merupakan marginal cost

MPL MPK

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil proses

minimisasi total cost (TC) akan diperoleh nilai optimal dari penggunaan faktor input

(30)

fungsi dari harga input (w, r) dan tingkat produksinya (Q) yang secara matematika

dapat dinyatakan sebagai berikut:

L* = L* (w, r, Q) ……… 9

Merupakan fungsi permintaan tenaga kerja.

K* = K* (w, r, Q) ... 10

Merupakan fungsi permintaan kapital.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi

Seseorang ahli ekonomi, Okun yang memperkenalkan Hukum Okun

(Mankiw, 2000) menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat

pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat

hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini

dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja

dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk

(31)

Perubahan persentase dalam GDP riil

Garis titik sebaran setiap pengamatan

Perubahan dalam tingkat Pengangguran

Sumber: (Mankiw, 2000)

Gambar 2.2. Kurva Hukum Okun

Gambar 2.2 di atas ini merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat

pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil pada

sumbu vertikal. Gambar ini menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan dalam

tingkat pengangguran tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan perubahan dalam

GDP riil tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar pengamatan yang

berslope negatif.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah

ketidakseimbangan anatara permintaan akan tenaga kerja (demand for labour) dan

penawaran tenaga kerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah.

Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:

1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja

(32)

2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess

demand for labour).

Apabila jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama

dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, maka tidak akan ada excess supply for

labour maupun excess demand for labour. Pada kondisi seperti ini berarti terjadi

tingkat upah keseimbangan di mana semua orang yang ingin bekerja telah dapat

bekerja, berarti tidak ada orang yang menganggur. Apabila terjadi excess supply of

labour berarti ada orang yang menganggur pada tingkat upah tertentu, sedangkan

apabila terjadi excess demand of labour berarti masih ada kemungkinan tenaga kerja

dapat melakukan negoisasi upah sesuai keinginannya di atas upah keseimbangan.

Lewis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa kelebihan pekerja

merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah, di mana kelebihan pekerja satu

sektor ekonomi akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan

pekerja di sektor lain. Lebih murahnya biaya upah asal pedesaaan terutama dari

sektor pertanian akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha perkotaan untuk

memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan.

Selama berlangsungnya proses industrialisasi, maka kelebihan penawaran pekerja

di sektor pertanian akan terserap.

Fei-Ranis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa ada tiga

tahapan pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan tenaga kerja. Tahapan

(33)

a. Para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke

sektor industri dengan upah institusional yang sama.

b. Tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih

kecil dari upah institusioanal yang mereka peroleh dapat pula dialihkan ke sektor

industri.

c. Tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian

menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional, maka dalam

kondisi seperti ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang

meningkat terus-menerus sejalan dengan pertumbuhan output dan perluasan

usahanya.

Harrod-Domar (Todaro, 2000) dalam teori pertumbuhannya menyatakan

bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat

pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) kurang lebih sama dengan

pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungan tersebut

dapat disajikan sebagai berikut:

Y - (Y/L) = L ………. (11) Y Y/L L

Sementara itu menurut Todaro (2000), bahwa faktor-faktor atau komponen

pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan

(34)

b. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan

angkatan kerja walaupun terlambat.

c. Kemajuan teknologi, terutama untuk sektor industri.

Dengan menggunakan teori Harrod-Domar, Todaro menekankan bahwa

pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan

lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya seperti

sektor pertanian dan industri-industri berskala kecil.

Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk

GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi di dalamnya. Sementara itu

di sisi lain inflasi ini sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada

akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja.

Di lain pihak, Arsyad (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti

bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan

menciptakan lapangan kerja.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan

pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB

menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan

(35)

diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi

barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Mengambil analisis makro Produk

Domestik Regional Bruto, Mankiw (2000) menjelaskan bahwa secara umum PDRB

dapat dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. PDRB

menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih

baik, sebab perhitungan output barang dan jasa perekonomian yang dihasilkan tidak

dipengaruhi oleh perubahan harga.

2.4. Upah Tenaga Kerja

Membahas mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi perdebatan,

di mana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah

minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk sebagian pekerja.

Namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal untuk mengentaskan

kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.

Sementara itu kajian tentang upah minimum yang dilakukan oleh Carl, Katz,

dan Krueger (dalam Mankiw, 2000) menemukan suatu hasil bahwa peningkatan upah

minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan pada

beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika Serikat. Dalam

kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New Jersey meningkatkan

upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di Pennsylvania tidak menaikkan

upah minimum pada saat yang sama. Menurut teori standar, seperti yang diungkapkan

(36)

tidak mencapai tingkat equlibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah yang

menyebabkan pengangguran. Pengangguran ini terjadi ketika upah berada di atas

tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, di mana jumlah tenaga

kerja yang ditawarkan melebihi jumlah permintaan tenaga kerja. Oleh sebab itu

peningkatan upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta oleh

perusahaan, terutama bagi tenaga kerja yang tidak terdidik dan kurang

berpengalaman. Namun kenyataannya dalam kasus kesempatan kerja di

restoran-restoran New Jersey berlawanan dengan teori standar, di mana kesempatan kerja yang

seharusnya menurun dibandingkan dengan kesempatan kerja di restoran-restoran

Pennsylvania, ternyata dari data yang ada menunjukkan bahwa kesempatan kerjanya

semakin meningkat.

Selanjutnya Suryahadi (2003) menemukan bahwa koefisien dari upah

minimum untuk semua pekerja dan seluruh segmen dari angkatan kerja adalah

negatif, kecuali pekerja kerah putih (white collar). Hasil ini konsisten dengan prediksi

dari kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi kesempatan kerja dari

pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal. Sementara itu kenaikan dalam

upah minimum sebesar 10% akan meningkatkan kesempatan kerja dari pekerja kerah

putih sebanyak 10%. Kesimpulan Suryahadi secara umum sama dengan Anonim

(2002). Anonim menambahkan bahwa dampak negatif kenaikan upah minimum dapat

meningkatkan pengangguran untuk perempuan dan pekerja usia muda, pekerja

(37)

2.5. Pengertian Investasi

Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak

pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Deliarnov (2002)

mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara

keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material,

mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam

proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor pabrik tempat tinggal

karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang

cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.

Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk

meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai

investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau

perbelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

perekonomian sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau

pembentukan modal.

Harrod-Domar (Subri, 2003) dalam teorinya menyatakan bahwa investasi

tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.

Kapasitas produksi yang membesar tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja yang

besar pula, di mana dalam kondisi seperti ini diasumsikan bahwa tenaga kerja

(38)

Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni (1) investasi tetap bisnis

(business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli

untuk proses produksi. (2) investasi residensial (residential invesment) mencakup

perumahan baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk

disewakan. (3) investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang

yang diperusahaan di tempatkan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,

barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).

Menurut Tambunan (2001), di dalam neraca nasional atau struktur PDB

menurut penggunaannya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal/kapital

tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara

investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan investasi neto

(pembentukan modal tetap domestik neto).

Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap

adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang

modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor,

termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang

dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri

(domestik). Menurut Sadono Sukirno (2002) “Investasi, yang lazim disebut juga

dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen

kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat”.

Kutipan di atas menerangkan bahwa tabungan dari sektor rumah tangga,

(39)

pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka

pengeluaran tersebut dinamakan investasi.

Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian

tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. Ada

kalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang

lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.

Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang

dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi

(pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/pembelanjaan

yang berikut:

1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan

produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,

bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.

3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan

barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan

(40)

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan Investasi

Bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam

perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila

investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.

Menurut BPS yang dikutip oleh Tambunan (2001), cakupan dari

barang-barang modal tetap adalah sebagai berikut:

a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi (bangunan tempat tinggal dan bukan

tempat tinggal, jalan dan bandara), mesin-mesin. Alat angkutan dan

perlengkapannya, yang mempunyai umur pemakaian (economic life time) satu

tahun atau lebih.

b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan barang-barang modal yang akan

meningkatkan output atau produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian.

c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pemerahan perluasan

areal hutan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman

keras.

d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu,

pengangkutan dana sebagainya.

e. Margin perdagangan dan margin ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan

transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten, hak

(41)

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen, yang membelanjakan

bahagian terbesar daripada pendapatan mereka untuk membeli barang-barang

kebutuhan mereka, para pengusaha membeli barang-barang modal bukan untuk

memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk digunakan bagi memperoleh keuntungan.

Maka sampai di mana besarnya untung yang diharapkan akan diperoleh, besar sekali

peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para

pengusaha. Di samping oleh harapan masa depan untuk memperoleh untung, tingkat

investasi ditentukan pula oleh beberapa faktor lain.

2.6. Tingkat Bunga dalam Investasi

Investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh

beberapa faktor, yang antara lain: tingkat bunga, ekspektasi tingkat return, tingkat

pertumbuhan ekonomi, tingkat laba perusahaan, situasi politik, kemajuan teknologi

dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah (Kelana, 2000).

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan

keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan

menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang

ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan neto (belum

dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat

bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang

dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito),

(42)

Tingkat bunga kredit perbankan merupakan biaya opportunitas dalam

pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit

perbankan akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan

pertumbuhan ekonomi. Penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan

penawaran kredit perbankan atau berasosiasi positif dengan struktur kredit perbankan.

Peningkatan struktur kredit perbankan akibat penurunan intensitas persaingan bank

akan meningkatkan investasi sektor riil dan kemudian mendorong pertumbuhan

ekonomi (Bank Indonesia Medan, 2007).

Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran

pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa

depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan

barang-barang modal yang diperlukan. Dengan bertambahnya pendapatan nasional

maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga

meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong

tumbuhnya investasi lain.

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja

Pada suatu daerah di mana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, hal tersebut

akan mengurangi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika kesempatan kerja itu

rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi rendahnya tingkat kesempatan

kerja dipengaruhi oleh beberapa komponen pokok, komponen tersebut di suatu

(43)

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu:

a. Kondisi perekonomian.

b. Pertumbuhan penduduk.

c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia.

d. Tingkat upah.

e. Struktur umur penduduk.

Kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kondisi perekonomian

Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang

tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi

diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga

kerja baru.

b. Pertumbuhan penduduk

Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka

pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan

mengurangi kesempatan orang untuk bekerja.

c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia

Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong

tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia

(44)

d. Tingkat upah

Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan

menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal

tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.

e. Struktur umur penduduk

Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah, maka

kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Rani dan Abdullah dalam Elfindri dan Bactiar, (2000) dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa faktor utama yang menyebabkan tingginya perluasan

kesempatan kerja dalam industri-industri yang berorientasi eksport adalah karena

industri-industri tersebut lebih tepat untuk mencapai skala ekonomi karena luasnya

pasar menyebabkan kegiatan usaha juga meningkat, sehingga menyebabkan

keperluan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan tertentu bertambah dan pekerja-pekerja

lebih terkonsentrasi untuk bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu dengan keahliannya.

Syafaat dan Friyanto (2000) meneliti kesempatan kerja di kawasan timur

Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan kerja yang

tercipta dengan pertumbuhan PDRB di kawasan timur Indonesia. Dalam penelitian

tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB yang menurun yang

mengakibatkan kesempatan kerja mengalami penurunan. Dengan kondisi ini

(45)

kemampuan sumber daya agar struktur ekonomi mempunyai ketahanan yang tinggi

untuk dapat menciptakan kesempatan kerja.

Safrida (1999) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah

minimum dan makro ekonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta

permintaan dan penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan

kerjanya tingkat upah minimum, pendapatan nasional, serta investasi merupakan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Yenentri (1998) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian

ke sektor non pertanian di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah sektor non

pertanian, keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor

non pertanian.

Rachman (2005) dalam studinya tentang kesempatan kerja di DKI Jakarta

menemukan faktor upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap kesempatan

kerja. Hal ini berarti tingkat upah Provinsi di DKI Jakarta merupakan salah satu

masalah pengganggu bagi pengguna tenaga kerja untuk memperkerjakan.

Rimmar Siringoringo (2007) dalam studinya tentang kesempatan kerja pada

industri menengah dan besar di Propinsi Sumatera Utara menemukan faktor tingkat

bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. Hal ini berarti tingkat

bunga kredit Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pengganggu bagi

(46)

PDRB (PDRB)

Tingkat Bunga Kredit

(R) Kesempatan kerja (KK)

Upah (UMK) 2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil

kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. PDRB berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota

di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.

2. Tingkat bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.

3. Upah berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini mempergunakan data sekunder untuk mengetahui pengaruh produk

domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit, dan upah minimum

kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera

Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat

Statistik serta instansi lainnya yang mendukung penelitian ini. Data sekunder yang

digunakan tersebut merupakan time series dan cross section (data panel) selama

kurun waktu tahun 2002 – 2007, dengan 19 (sembilan belas) kabupaten/kota.

Jenis data penelitian terdiri dari produk domestik regional bruto kabupaten/

(48)

3.3. Model Analisis

Model analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara

adalah model panel data, yaitu:

Log(KK)it = b0 + b1 Log (PDRB)it + b2 Log (R)t + b3 Log (UMK) it + µit (3.1)

Di mana:

t = Tahun

i = Kabupaten/kota (1, 2 , . . . , 19)

KK = Kesempatan Kerja (dalam jiwa)

PDRB = Produk domestik regional bruto pada kabupaten/kota di Sumatera Utara

(dalam juta rupiah)

R = Tingkat bunga kredit bank umum di Sumatera Utara (dalam persen)

UMK = Upah minimum kabupaten/kota di Sumatera Utara (dalam ribu rupiah)

b0 = intersept

b1,b2,b3 = koefesien regresi

µ = residual/kesalahan pengganggu

3.4. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan

(49)

1. Kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibayar dan bekerja bagi

setiap penduduk dalam usia kerja pada tahun tertentu (dalam satuan jiwa).

2. PDRB adalah Produk domestik regional bruto kabupaten/kota menurut lapangan

usaha atas dasar harga konstan (dalam satuan jutaan rupiah).

3. Tingkat suku bunga kredit adalah tingkat bunga kredit tertimbang bank umum

di Sumatera Utara (dalam satuan persen pertahun).

4. Upah minimum kabupaten/kota adalah standard upah minimum yang ditetapkan

di kabupaten/kota (dalam satuan ribu rupiah).

3.5. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh produk

domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit dan upah minimum

kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera

Utara adalah dengan model regresi least squares pooled data dengan software

Eviews.

Penerapan OLS pada data panel (pooled data) dapat memperbaiki penduga,

inferensi dan mungkin peramalan. Penerapan OLS pada pooled data membutuhkan

asumsi, yaitu: 1) temporal stability, parameter regresi tidak berubah karena

perubahan waktu dan cross sectional stability, parameter regresi tidak berubah karena

perbedaan individu cross section, 2) Varians error term pada fungsi setiap individu

(50)

periode tidak berhubungan dengan error term pada fungsi individu lainnya (Mulyono,

2000).

Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang

disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik.

Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random

Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model

panel adalah random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka

kecenderungan adalah fixed effect.

3.6. Uji Chow (Chow Test)

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model

(FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau

uji Chow Test. PLS adalah restricted model di mana ia menerapkan intercept yang

sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa

setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis

mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang

berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol

tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow

sebagai berikut:

(51)

Di mana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual

yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least

square/common intercept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode

fixed effect)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K

Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,

maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model

yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

3.7. Hausman Test

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau

random effect yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

Ho : Model Random Effect

(52)

Dasar penolakan Ho adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi Square.

Jika Chi Square statistik > Chi Square table maka Ho ditolak (Model yang digunakan

adalah Fixed Effect), dan sebaliknya.

Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan

REM, yaitu:

1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross section (N) kecil maka nilai

taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan

perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan

perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa b0i = b0 + åi, di mana åi

adalah komponen acak cross section, pada FEM diperlakukan b0 adalah tetap atau

tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross section tidak acak maka FEM

lebih tepat, sebaliknya jika cross section acak maka REM lebih tepat.

3. Jika komponen error åi individu berkorelasi maka penaksir REM adalah bias dan

penaksir FEM tidak bias.

4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksir REM lebih

efisien dari penaksir FEM (Manurung, Manurung dan Saragih, 2005).

3.8. Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test

1. R2 (koefesien determinasi), bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas

(53)

2. Uji parsial (t-test), bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien

regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima di mana

t =

ErrorKoef Std

Koef

. (3.3)

3. Uji serempak (F test), bermaksud untuk mengetahui signifikansi statistik

koefesien regresi secara serempak (Sudjana, 2005). Jika Fhit > Ftabel, maka Ho

ditolak dan H1 diterima, di mana F =

) 1 /(

) 1 (

/ 2

2

  R n k

k R

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis

10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia

di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera

Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan

Propinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar berada di daratan

Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta

beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau

Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas

daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau

16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87%

kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar

9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2

atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak

dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai

(55)

4.1.2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4.1.2.1.Jumlah penduduk

Sumatera Utara merupakan Propinsi keempat yang terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera

Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan

dari hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada

bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk

Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk

sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan

Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera

Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176

jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun

1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37%

per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005-2006 mencapai 1.57%. Penduduk

laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006

Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar

6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex

ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara

masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah

penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%)

Gambar

Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 2.2. Kurva Hukum Okun
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bunga Anggina : Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerj di Sumatera Utara, 2007... Bunga Anggina : Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Budi Alamsyah Hasibuan : Analisis Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Subsidi Pembangunan di Propinsi Sumatera Utara, 2006... UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jika di lihat dari Angkatan Kerja di Propinsi Sumatera Utara terhadap pertumbuhan Tenaga Kerja Scktoral bersifat in-elastis dan signifikan dan angkatan kerja dipengaruhi oleh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas mahasiswa akuntansi Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas mahasiswa akuntansi Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi

wisatawan untuk berkunjung ke Brastagi di Kabupaten Karo Propinsi Sumatera. Utara. Universitas Sumatera Utara..

Pertumbuhan ekspor sayuran di Sumatera Utara, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Provinsi

Pertumbuhan ekspor sayuran di Sumatera Utara, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Provinsi