• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

INDRA OLOAN NAINGGOLAN

087018007/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

SE K O L A H P A SCA S AR JANA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

INDRA OLOAN NAINGGOLAN

087018007/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEMPATAN KERJA PADA KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Indra Oloan Nainggolan

Nomor Pokok : 087018007

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 09 Desember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Rahmanta Ginting, MS 3. Drs. Rujiman, MA

(5)

ABSTRAK

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan variable bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit, Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK) sedangkan variabel terikat adalah kesempatan kerja. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002 – 2007.

Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif sebesar 7,29% dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci: Kesempatan Kerja, Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Bunga Kredit, Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

(6)

ABSTRACT

Unemployment is a labor issue that currently has reached a critical condition. The aim of this research is to analyze the factors that affect employment at the regency/city in North Sumatra Province using panel data. With independent variables Gross Regional Domestic Product (GDP) for regency/city, Interest Rate of Credit, Minimum Wage for regency/city while the dependent variable is employment. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of North Sumatra Province, Manpower and Transmigration Office of North Sumatra and Central Bank of Indonesia during 2002 - 2007.

The method used is General Least Square (GLS) with Random Effect Model (REM).

The results show that Gross Regional Domestic Product (GDP) regency/city has positively effect the employment as 76.38% and significant, Minimum Wage of regency/city has negatively effect the employment as 53.06% and significant, meanwhile the Interest Rate of Credit has negatively effect the employment as 7.29% and insignificant to the employment at the regency/city in North Sumatra Province.

Keywords: Employment, Gross Regional Domestic Product, Interest Rate of Credit, Minimum Wage of Regency/City of North Sumatra.

(7)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Pembimbing yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A, sebagai Anggota Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan arahannya kepada penulis.

5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si dan Drs. Rujiman, M.A sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

(8)

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIV dan sebelumnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Rekan-rekan di Kantor Balai Diklat Industri Regional I Medan yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Orang tua tercinta yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

11. Istriku tercinta, D. Br. Saragih serta anak-anakku, yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis.

Medan, Desember 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : INDRA OLOAN NAINGGOLAN

Agama : Kristen Protestan

Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran Kota/12 Juni 1974 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Rakyat Gg. Lubuk Raya No. 130 c Medan

Nama Istri : D. Br. Saragih

Nama Orang Tua Laki-laki : M. Nainggolan Nama Orang Tua Perempuan : H. Br. Sitanggang

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri No. 010097 Kisaran 1982 - 1988 Sekolah Menengah Pertama : SMP Sw. RK. Panti Budaya Kisaran 1988 - 1991 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Kisaran 1991 - 1994 Sarjana Teknik : Institut Sains & Teknologi

T.D. Pardede Medan 1994 - 1999 Sekolah Pascasarjana : U S U – Medan 2008 - 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Ketenagakerjaan... 8

2.2 Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan ... 13

2.3 Pertumbuhan Ekonomi... 16

2.4 Upah Tenaga Kerja ... 21

2.5 Pengertian Investasi ... 23

2.6 Tingkat Bunga dalam Investasi... 27

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja ... 28

2.8 Penelitian Terdahulu ... 30

2.9 Kerangka Pemikiran... 32

2.10 Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 33

(11)

3.4 Definisi Operasional... 34

3.5 Metode Analisis ... 35

3.6 Uji Chow (Chow Test) ... 36

3.7 Hausman Test ... 37

3.8 Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara... 40

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 40

4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 41

4.2 Gambaran Umum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ... 47

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 47

4.2.2 Tingkat Bunga Kredit di Propinsi Sumatera Utara ... 50

4.2.3 Upah Minimum ... 51

4.3 Analisis dan Pembahasan Penelitian... 53

4.3.1 Uji F atau Uji Chow ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis

Kelamin dan Pendidikan Tertinggi ... 44 4.2 Penduduk yang Bekerja dan Penganggur Berumur 15 Tahun

Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 45 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat

Penganggur Terbuka (TPT) Penduduk Berumur 15 Tahun

Ke atas Menurut Kabupaten/Kota... 46 4.4 PDRB Menurut Kabupaten/Kota Atas Harga Konstan

Tahun 2000... 49 4.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Tertimbang Sumatera Utara . 50 4.6 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2002 - 2007 ... 51 4.7 Hasil Uji Chow... 55

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja... 11 2.2 Kurva Hukum Okun... 17 2.3 Kerangka Pemikiran... 32

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2002 - 2007 ... 69

2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Tahun 2002 - 2007 ... 70

3. Data Tingkat Bunga Kredit Tertimbang Tahun 2002 - 2007... 71

4. Data Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2007 ... 72

5. Hasil Estimasi Common Intercept (Pooled Least Squares)... 73

6. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 75

7. Hasil Estimasi Random Effects... 78

8. Hasil Estimasi Fixed Effects ... 81

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi pengangguran.

Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan setengah penganggur mengalami peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun, namun peningkatan tersebut belum dibarengi dengan pengurangan laju pengangguran. Umumnya jika terjadi pertumbuhan ekonomi, maka tenaga kerja yang

(16)

terserap oleh sektor-sektor ekonomi meningkat sehingga laju pengangguran menurun atau berkurang.

Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral. Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari pekerjaan di kota.

Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).

Melihat data statistika Sumatera Utara dalam angka (2002), jumlah penduduk Sumatera utara yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 5,28 juta jiwa yang terdiri dari 4,93 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 0,36 juta jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 55,56 persen. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor

(17)

perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,45 persen. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa (termasuk pegawai negeri sipil), yaitu sebesar 11,25 persen, sementara penduduk yang bekerja di sektor industri hanya sekitar 322.807 orang atau 6,55 persen saja.

Kesempatan kerja itu timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi pembangunan dan sasaran tujuan nasional harus benar-benar memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja, orientasi untuk peningkatan GDP (Gross Domestic Product) harus terlebih dahulu diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan ketrampilan yang memadai agar dalam pembangunan tersebut peningkatan GDP (Gross Domestic Product) juga diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja.

Menurut Tambunan (2001), Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable development), atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan adanya kegiatan produksi maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya menciptakan/meningkatkan permintaan di pasar. Jadi pendapat di atas menjelaskan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh investasi, di mana munculnya investasi akan mendorong kesempatan kerja dan peningkatan terhadap pendapatan. Peningkatan pendapatan akan menambah tabungan masyarakat, dan peningkatan tabungan

(18)

masyarakat akan mendorong peningkatan investasi disebabkan oleh bunga bank yang cukup rendah sehingga banyak pengusaha untuk menginvestasikan modalnya ke sektor ekonomi. Dengan adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu ekonomi dan akan menciptakan multiplier effect, di mana kegiatan tersebut akan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas kesempatan kerja dan meringankan masyarakat.

Kesempatan kerja tidak hanya menyangkut permasalahan bidang ekonomi, melainkan permasalahan di bidang sosial, terutama di masa-masa krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu. Permasalahan kesempatan kerja sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana ketersediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja, akan tetapi mempertanyakan apakah lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa yang layak bagi pekerja.

Angkatan kerja yang telah bekerja tersebut tersebar di sektor-sektor ekonomi yang ada dan sebagian besar berada di sektor industri, perdagangan, dan keuangan. Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara. Peningkatan investasi akan meningkatan kesempatan kerja dan peningkatan upah akan menurunkan kesempatan kerja.

Tingkat bunga merupakan salah satu pedoman bagi investor yang digunakan sebagai pembanding apakah investasi yang ditanamkan menguntungkan atau tidak. Jika tingkat return dari suatu investasi lebih rendah dari tingkat suku bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut tidak menguntungkan. Jika tingkat

(19)

bunga kredit investasi mengalami kenaikan, maka umumnya para pelaku bisnis akan menahan diri dalam melakukan investasi. Penurunan nilai investasi ini akan berdampak terhadap berkurangnya aktivitas usaha dari pelaku bisnis. Berkurangnya aktivitas usaha ini sekaligus juga akan berdampak terhadap berkurangnya penggunaan tenaga kerja.

Peranan kredit yang diberikan oleh perbankan di dalam pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Permintaan kredit oleh pengusaha tidak akan meningkat apabila iklim investasi di daerah tidak mendukung. Dukungan terhadap iklim investasi dapat berasal dari pemerintah daerah. Saat ini banyak pengusaha yang mengeluh masalah perizinan usaha dan peraturan-peraturan daerah. Sulitnya mendapat perizinan dan banyaknya peraturan daerah (perda) menyebabkan sektor riil mengalami hambatan.

Faktor tingkat upah masuk ke dalam penelitian ini karena secara teoritis permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat upah. Ditinjau dari faktor upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah adanya perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja. Sehingga dalam hal ini diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi perbedaan

(20)

kepentingan tersebut. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong perusahaan untuk berkembang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Bunga Kredit terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Upah terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan antara lain:

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai rencana peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ketenagakerjaan

Untuk membahas masalah kesempatan kerja berarti harus memahami tentang konsep ketenagakerjaan yang umum berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK), adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Penerapan penduduk usia kerja di atas 15 tahun adalah setelah ILO (International Labour Organization) menginstruksi agar batas awal usia kerja adalah setelah 15 tahun. Sedangkan pada statistik Indonesia sejak tahun 1971 batas usia kerja adalah bilamana seseorang sudah berumur 10 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan ILO. 2. Angkatan kerja (labor force), adalah bagian dari tenaga kerja yang

sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, atau berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Dalam hal ini adalah penduduk yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K), atau sedang mencari pekerjaan (MP). Untuk kategori bekerja apabila minimum bekerja

(23)

selama 1 jam selama seminggu yang lalu untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Jadi angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas sebagai berikut: AK = K + MP. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja dalam bahasa ekonomi disebut sebagai penawaran angkatan kerja (labour supply). Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai pekerja atau tenaga kerja termasuk ke dalam sisi permintaan (labour demand).

3. Bukan Angkatan Kerja (unlabour force), adalah penduduk yang berusia kerja (15 tahun ke atas), namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sedang sekolah, mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu, tetapi kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap masuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja. Mereka yang tercatat lainnya jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sebagian besar masuk ke dalam transisi antara sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau tidak dalam kategori bukan angkatan kerja (BAK). Jadi jumlah usia kerja (UK) apabila dilihat melalui persamaan identitas adalah sebagai berikut: UK = AK +BAK

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate), adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai

(24)

persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu membandingkan angkatan kerja dengan tenaga kerja. Untuk menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

TPAK = AK/UK x 100%

5. Tingkat pengangguran (unemployment rate), adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan, yaitu membandingkan jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumuskan sebagai berikut: TP=MP/AK x 100%.

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besar penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.

Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD pada Gambar 2.1.

(25)

Sumber: (Suparmoko, 2000)

Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja

Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan. Keadaan pada saat penyediaan tenaga sama dengan permintaan dinamakan titik ekuilibrium (titik E). Dalam hal penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan, tidak terjadi pengangguran.

Dalam kenyataan, titik ekuilibirium itu tidak pernah tercapai karena informasi tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Upah yang berlaku (W) pada umumnya lebih besar dari pada upah ekuilibrium (We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga adalah Ls sedang permintaan hanya sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur. Tiap negara

S D D S Wi We E

Ld Le Ls Tenaga kerja, Penempatan,

(26)

memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisi bekerja dan menganggur, dan definisi itu dapat berubah menurut waktu.

2.1.1. Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain seperti tanah, modal dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja.

Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses

(27)

pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa.

2.2. Permintaan Tenaga Kerja dari Sisi Perusahaan

Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaan akan melihat tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan seorang tenaga kerja. Untuk menganalisis hal tersebut digunakan beberapa asumsi, ini berarti setiap rumah tangga perusahaan sebagai individu tidak dapat mempengaruhi harga atau menghasilkan produksi (output) maupun untuk faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dalam industri adalah suatu faktor yang harus diterima.

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lainnya khususnya modal akan dapat menghasilkan suatu output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu rumah tangga perusahaan dalam kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan atau meminta jasa tenaga kerja.

Dengan suatu asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), di mana faktor modal jumlahnya tetap, maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (L, K) Di mana:

Q = Jumlah output yang dihasilkan

(28)

K = Jumlah sumber modal (jasa barang modal)

Model yang akan digunakan untuk menjelaskan kesempatan kerja dapat didekati dari fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Hicksian diturunkan dari kondisi minimisasi biaya sebuah unit usaha. Misalnya untuk memproduksi suatu output diperlukan dua faktor input, yaitu tenaga kerja (L) dengan upah per unitnya w dan modal kerja (K) dengan biaya modal sebesar r. Kondisi tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (K, L) ... 1 Sedangkan biaya totalnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

TC = wL + rK ... 2

Dengan minimisasi biaya total untuk setiap n faktor input produksi, dan menempatkan persamaan (1) sebagai kendala dan persamaan (2) sebagai tujuan, maka melalui metode langrange fungsi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

ℓ = wL + rK + ë(Q – f(K,L) ... 3

Turunan parsial (pertama) yang merupakan kondisi perlu untuk masalah optimasi terhadap K, L dan ë harus sama dengan nol adalah sebagai berikut:

∂ℓ ∂f (K,L) = ℓL = w – ë = 0 ... 4 ∂L ∂L ∂ℓ ∂f (K,L) = ℓK = r – ë = 0 ... 5 ∂K ∂K

(29)

∂ℓ

= ℓë = Q – f (K,L) = 0 ... 6

∂ë

Dengan memanipulasi pers (4) dan (5), maka akan diperoleh: w r w MPL

= atau = ... 7 MPL MPK r MPK

Sedangkan ë secara ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu biaya marginal (marginal cost = MC). Dari persamaan (4) dan (5) dapat diperoleh nilai pengganda langrange sebagai berikut:

w r

ë* = = ... 8 MPL MPK

w merupakan harga per unit faktor input tenaga kerja dan r merupakan harga per unit faktor input kapital, sedangkan MPL adalah besarnya tambahan output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input tenaga kerja dan MPK adalah besarnya tambahan output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input kapital. Dengan demikian:

w r

ë* = = merupakan marginal cost MPL MPK

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil proses minimisasi total cost (TC) akan diperoleh nilai optimal dari penggunaan faktor input (L,K) dan dengan demikian fungsi permintaan dari faktor input (L,K) ini adalah

(30)

fungsi dari harga input (w, r) dan tingkat produksinya (Q) yang secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:

L* = L* (w, r, Q) ……… 9

Merupakan fungsi permintaan tenaga kerja.

K* = K* (w, r, Q) ... 10 Merupakan fungsi permintaan kapital.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi

Seseorang ahli ekonomi, Okun yang memperkenalkan Hukum Okun (Mankiw, 2000) menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk menunjukkan hukum Okun ini seperti terlihat pada Gambar 2.2.

(31)

Perubahan persentase dalam GDP riil

Garis titik sebaran setiap pengamatan

Perubahan dalam tingkat Pengangguran

Sumber: (Mankiw, 2000)

Gambar 2.2. Kurva Hukum Okun

Gambar 2.2 di atas ini merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil pada sumbu vertikal. Gambar ini menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan dalam tingkat pengangguran tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan perubahan dalam GDP riil tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar pengamatan yang berslope negatif.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah ketidakseimbangan anatara permintaan akan tenaga kerja (demand for labour) dan penawaran tenaga kerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:

1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya excess supply of labour).

(32)

2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess demand for labour).

Apabila jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, maka tidak akan ada excess supply for labour maupun excess demand for labour. Pada kondisi seperti ini berarti terjadi tingkat upah keseimbangan di mana semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja, berarti tidak ada orang yang menganggur. Apabila terjadi excess supply of labour berarti ada orang yang menganggur pada tingkat upah tertentu, sedangkan apabila terjadi excess demand of labour berarti masih ada kemungkinan tenaga kerja dapat melakukan negoisasi upah sesuai keinginannya di atas upah keseimbangan.

Lewis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah, di mana kelebihan pekerja satu sektor ekonomi akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Lebih murahnya biaya upah asal pedesaaan terutama dari sektor pertanian akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, maka kelebihan penawaran pekerja di sektor pertanian akan terserap.

Fei-Ranis (Subri, 2003) dalam teorinya mengemukakan bahwa ada tiga tahapan pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan tenaga kerja. Tahapan tersebut adalah:

(33)

a. Para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.

b. Tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusioanal yang mereka peroleh dapat pula dialihkan ke sektor industri.

c. Tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional, maka dalam kondisi seperti ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertumbuhan output dan perluasan usahanya.

Harrod-Domar (Todaro, 2000) dalam teori pertumbuhannya menyatakan bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) kurang lebih sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

∆Y - ∆(Y/L) = ∆L ………. (11)

Y Y/L L

Sementara itu menurut Todaro (2000), bahwa faktor-faktor atau komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia.

(34)

b. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan angkatan kerja walaupun terlambat.

c. Kemajuan teknologi, terutama untuk sektor industri.

Dengan menggunakan teori Harrod-Domar, Todaro menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya seperti sektor pertanian dan industri-industri berskala kecil.

Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi di dalamnya. Sementara itu di sisi lain inflasi ini sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja.

Di lain pihak, Arsyad (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi. PDRB juga merupakan jumlah dari nilai tambah yang

(35)

diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Mengambil analisis makro Produk Domestik Regional Bruto, Mankiw (2000) menjelaskan bahwa secara umum PDRB dapat dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. PDRB menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik, sebab perhitungan output barang dan jasa perekonomian yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.

2.4. Upah Tenaga Kerja

Membahas mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi perdebatan, di mana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk sebagian pekerja. Namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal untuk mengentaskan kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.

Sementara itu kajian tentang upah minimum yang dilakukan oleh Carl, Katz, dan Krueger (dalam Mankiw, 2000) menemukan suatu hasil bahwa peningkatan upah minimum ternyata malah meningkatkan jumlah pekerja. Kajian ini dilakukan pada beberapa restoran cepat saji di New Jersey dan Pennsylvania Amerika Serikat. Dalam kajian ini dijelaskan dalam restoran-restoran cepat saji di New Jersey meningkatkan upah minimum, sedangkan restoran-restoran cepat di Pennsylvania tidak menaikkan upah minimum pada saat yang sama. Menurut teori standar, seperti yang diungkapkan oleh Brown (Mankiw, 2000) bahwa ketika pemerintah mempertahankan upah agar

(36)

tidak mencapai tingkat equlibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah yang menyebabkan pengangguran. Pengangguran ini terjadi ketika upah berada di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, di mana jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah permintaan tenaga kerja. Oleh sebab itu peningkatan upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan, terutama bagi tenaga kerja yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman. Namun kenyataannya dalam kasus kesempatan kerja di restoran-restoran New Jersey berlawanan dengan teori standar, di mana kesempatan kerja yang seharusnya menurun dibandingkan dengan kesempatan kerja di restoran-restoran Pennsylvania, ternyata dari data yang ada menunjukkan bahwa kesempatan kerjanya semakin meningkat.

Selanjutnya Suryahadi (2003) menemukan bahwa koefisien dari upah minimum untuk semua pekerja dan seluruh segmen dari angkatan kerja adalah negatif, kecuali pekerja kerah putih (white collar). Hasil ini konsisten dengan prediksi dari kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi kesempatan kerja dari pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal. Sementara itu kenaikan dalam upah minimum sebesar 10% akan meningkatkan kesempatan kerja dari pekerja kerah putih sebanyak 10%. Kesimpulan Suryahadi secara umum sama dengan Anonim (2002). Anonim menambahkan bahwa dampak negatif kenaikan upah minimum dapat meningkatkan pengangguran untuk perempuan dan pekerja usia muda, pekerja berpendidikan rendah, pekerja penuh waktu, dan pekerja paruh waktu.

(37)

2.5. Pengertian Investasi

Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Deliarnov (2002) mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.

Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal.

Harrod-Domar (Subri, 2003) dalam teorinya menyatakan bahwa investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja yang besar pula, di mana dalam kondisi seperti ini diasumsikan bahwa tenaga kerja meningkat secara geometris dan selalu full employment.

(38)

Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni (1) investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli untuk proses produksi. (2) investasi residensial (residential invesment) mencakup perumahan baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. (3) investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang diperusahaan di tempatkan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).

Menurut Tambunan (2001), di dalam neraca nasional atau struktur PDB menurut penggunaannya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal/kapital tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan investasi neto (pembentukan modal tetap domestik neto).

Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Menurut Sadono Sukirno (2002) “Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat”.

Kutipan di atas menerangkan bahwa tabungan dari sektor rumah tangga, melalui institusi-institusi keuangan, akan mengalir ke sektor perusahaan. Apabila para

(39)

pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi.

Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. Ada kalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.

Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/pembelanjaan yang berikut:

1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.

3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.

(40)

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan Investasi Bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.

Menurut BPS yang dikutip oleh Tambunan (2001), cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai berikut:

a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi (bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, jalan dan bandara), mesin-mesin. Alat angkutan dan perlengkapannya, yang mempunyai umur pemakaian (economic life time) satu tahun atau lebih.

b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan barang-barang modal yang akan meningkatkan output atau produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian. c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pemerahan perluasan

areal hutan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras.

d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dana sebagainya.

e. Margin perdagangan dan margin ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten, hak cipta, dan barang-barang modal bekas.

(41)

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen, yang membelanjakan bahagian terbesar daripada pendapatan mereka untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka, para pengusaha membeli barang-barang modal bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk digunakan bagi memperoleh keuntungan. Maka sampai di mana besarnya untung yang diharapkan akan diperoleh, besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Di samping oleh harapan masa depan untuk memperoleh untung, tingkat investasi ditentukan pula oleh beberapa faktor lain.

2.6. Tingkat Bunga dalam Investasi

Investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh beberapa faktor, yang antara lain: tingkat bunga, ekspektasi tingkat return, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat laba perusahaan, situasi politik, kemajuan teknologi dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah (Kelana, 2000).

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan neto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.

(42)

Tingkat bunga kredit perbankan merupakan biaya opportunitas dalam pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit perbankan akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi. Penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan penawaran kredit perbankan atau berasosiasi positif dengan struktur kredit perbankan. Peningkatan struktur kredit perbankan akibat penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan investasi sektor riil dan kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia Medan, 2007).

Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain.

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja

Pada suatu daerah di mana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, hal tersebut akan mengurangi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika kesempatan kerja itu rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi rendahnya tingkat kesempatan kerja dipengaruhi oleh beberapa komponen pokok, komponen tersebut di suatu negara jenisnya berbeda-beda.

(43)

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu:

a. Kondisi perekonomian. b. Pertumbuhan penduduk.

c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia. d. Tingkat upah.

e. Struktur umur penduduk.

Kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kondisi perekonomian

Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga kerja baru.

b. Pertumbuhan penduduk

Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan mengurangi kesempatan orang untuk bekerja.

c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia

Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.

(44)

d. Tingkat upah

Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.

e. Struktur umur penduduk

Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah, maka kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Rani dan Abdullah dalam Elfindri dan Bactiar, (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa faktor utama yang menyebabkan tingginya perluasan kesempatan kerja dalam industri-industri yang berorientasi eksport adalah karena industri-industri tersebut lebih tepat untuk mencapai skala ekonomi karena luasnya pasar menyebabkan kegiatan usaha juga meningkat, sehingga menyebabkan keperluan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan tertentu bertambah dan pekerja-pekerja lebih terkonsentrasi untuk bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu dengan keahliannya.

Syafaat dan Friyanto (2000) meneliti kesempatan kerja di kawasan timur Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan kerja yang tercipta dengan pertumbuhan PDRB di kawasan timur Indonesia. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB yang menurun yang mengakibatkan kesempatan kerja mengalami penurunan. Dengan kondisi ini disarankan perlu perencanaan pembangunan ekonomi yang berpijak pada

(45)

kemampuan sumber daya agar struktur ekonomi mempunyai ketahanan yang tinggi untuk dapat menciptakan kesempatan kerja.

Safrida (1999) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah minimum dan makro ekonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta permintaan dan penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan kerjanya tingkat upah minimum, pendapatan nasional, serta investasi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Yenentri (1998) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah sektor non pertanian, keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.

Rachman (2005) dalam studinya tentang kesempatan kerja di DKI Jakarta menemukan faktor upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. Hal ini berarti tingkat upah Provinsi di DKI Jakarta merupakan salah satu masalah pengganggu bagi pengguna tenaga kerja untuk memperkerjakan.

Rimmar Siringoringo (2007) dalam studinya tentang kesempatan kerja pada industri menengah dan besar di Propinsi Sumatera Utara menemukan faktor tingkat bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. Hal ini berarti tingkat bunga kredit Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pengganggu bagi kesempatan kerja di Sumatera Utara.

(46)

PDRB (PDRB)

Tingkat Bunga Kredit

(R) Kesempatan kerja (KK)

Upah (UMK) 2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. PDRB berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.

2. Tingkat bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.

3. Upah berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, Ceteris Paribus.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini mempergunakan data sekunder untuk mengetahui pengaruh produk domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit, dan upah minimum kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik serta instansi lainnya yang mendukung penelitian ini. Data sekunder yang digunakan tersebut merupakan time series dan cross section (data panel) selama kurun waktu tahun 2002 – 2007, dengan 19 (sembilan belas) kabupaten/kota.

Jenis data penelitian terdiri dari produk domestik regional bruto kabupaten/ kota, tingkat bunga kredit dan upah minimum kabupaten/kota.

(48)

3.3. Model Analisis

Model analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara adalah model panel data, yaitu:

Log(KK)it = b0 + b1 Log (PDRB)it + b2 Log (R)t + b3 Log (UMK) it + µit (3.1)

Di mana: t = Tahun

i = Kabupaten/kota (1, 2 , . . . , 19) KK = Kesempatan Kerja (dalam jiwa)

PDRB = Produk domestik regional bruto pada kabupaten/kota di Sumatera Utara (dalam juta rupiah)

R = Tingkat bunga kredit bank umum di Sumatera Utara (dalam persen) UMK = Upah minimum kabupaten/kota di Sumatera Utara (dalam ribu rupiah) b0 = intersept

b1,b2,b3 = koefesien regresi

µ = residual/kesalahan pengganggu

3.4. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut:

(49)

1. Kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibayar dan bekerja bagi setiap penduduk dalam usia kerja pada tahun tertentu (dalam satuan jiwa).

2. PDRB adalah Produk domestik regional bruto kabupaten/kota menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan (dalam satuan jutaan rupiah).

3. Tingkat suku bunga kredit adalah tingkat bunga kredit tertimbang bank umum di Sumatera Utara (dalam satuan persen pertahun).

4. Upah minimum kabupaten/kota adalah standard upah minimum yang ditetapkan di kabupaten/kota (dalam satuan ribu rupiah).

3.5. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto kabupaten/kota, tingkat bunga kredit dan upah minimum kabupaten/kota terhadap kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara adalah dengan model regresi least squares pooled data dengan software Eviews.

Penerapan OLS pada data panel (pooled data) dapat memperbaiki penduga, inferensi dan mungkin peramalan. Penerapan OLS pada pooled data membutuhkan asumsi, yaitu: 1) temporal stability, parameter regresi tidak berubah karena perubahan waktu dan cross sectional stability, parameter regresi tidak berubah karena perbedaan individu cross section, 2) Varians error term pada fungsi setiap individu adalah sama (homosedastic) dan error term pada fungsi suatu individu pada suatu

(50)

periode tidak berhubungan dengan error term pada fungsi individu lainnya (Mulyono, 2000).

Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik.

Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model

panel adalah random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka kecenderungan adalah fixed effect.

3.6. Uji Chow (Chow Test)

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau uji Chow Test. PLS adalah restricted model di mana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:

CHOW = ( RSSS-URSS ) / ( N-1) ……….. ( 3.2 ) URSS / ( NT – N –K )

(51)

Di mana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square/common intercept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect)

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K

Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

3.7. Hausman Test

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: Ho : Model Random Effect

(52)

Dasar penolakan Ho adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi Square. Jika Chi Square statistik > Chi Square table maka Ho ditolak (Model yang digunakan adalah Fixed Effect), dan sebaliknya.

Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan REM, yaitu:

1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross section (N) kecil maka nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa b0i = b0 + åi, di mana åi

adalah komponen acak cross section, pada FEM diperlakukan b0 adalah tetap atau

tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross section tidak acak maka FEM lebih tepat, sebaliknya jika cross section acak maka REM lebih tepat.

3. Jika komponen error åi individu berkorelasi maka penaksir REM adalah bias dan

penaksir FEM tidak bias.

4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksir REM lebih efisien dari penaksir FEM (Manurung, Manurung dan Saragih, 2005).

3.8. Uji Kesesuaian/Fit of Goodness Test

1. R2 (koefesien determinasi), bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable).

(53)

2. Uji parsial (t-test), bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima di mana

t =

ErrorKoef Std

Koef

. (3.3) 3. Uji serempak (F test), bermaksud untuk mengetahui signifikansi statistik

koefesien regresi secara serempak (Sudjana, 2005). Jika Fhit > Ftabel, maka Ho

ditolak dan H1 diterima, di mana F =

) 1 /( ) 1 ( / 2 2   R n k k R (3.4)

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau 16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.

(55)

4.1.2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4.1.2.1.Jumlah penduduk

Sumatera Utara merupakan Propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37% per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005-2006 mencapai 1.57%. Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa (45,11%). Jumlah

Gambar

Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 2.2. Kurva Hukum Okun
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kelamin  dan Pendidikan Tertinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Using a secondary data analysis approach, the present research attempts to indicate the link between the arrival of the Dutch colonists in the Cape of Good Hope in 1652 – most of whom

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Kompetisi antar kandidat dalam Pilihan gubernur Jateng 2013, yang berlomba mendongkrak elektabilitas menarik untuk diteliti dan dikaji. Untuk terpilih menjadi pemimpin,

Seperti terlihat pada gambar, sistem ini akan merespon setiap gerakan dari objek berwarna merah untuk dapat terdeteksi secara langsung ( real time ). Objek yang

Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapat didayagunakan secara optimal sehingga

Dengan semakin berkembangnya teknologi computer maka penulis tertarik untuk membuat game TikTak dengan menggunakan Aplikasi Java Applet. Karena penulis melihat pada masyarakat

[r]

Perawatan Selama pembedahan. Posisi yang enak untuk pasien. Kalau perlu berikan obat penenang. Operator harus tenang, manipulasi tidak kasar. Ukur tekanan darah, frekuensi nadi

Phila Sofia Majid: Analisis Peranan Public Relation dalam Meningkatkan Pelayanan pada Perum BULOG..., 2006... Phila Sofia Majid: Analisis Peranan Public Relation dalam