• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Jaringan Komputer Wireless Di Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Jaringan Komputer Wireless Di Universitas Sumatera Utara"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

HANNA M ARI ANC E SAM OSIR 040402088

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara (USU) memiliki suatu jaringan berbentuk

wireless LAN yang dapat memberikan kemudahan dalam pengelolaan data antar

fakultas dan gedung yang ada di USU. Saat ini jaringan wireless media yang ada

digunakan sebagai koneksi back-haul untuk gedung-gedung di lingkungan USU yang

belum terjangkau oleh kabel serat optik dan UTP. Agar dapat memberikan pelayanan

yang memuaskan, maka kinerja jaringan harus berada pada kondisi yang baik. Untuk

itu perlu dilakukan suatu analisis terhadap kinerja jaringan, sehingga dapat

memberikan gambaran tentang kondisi jaringan wireless yang ada sekarang ini.

Analisis kinerja jaringan meliputi perhitungan Tingkat penerimaan sinyal, Free

space loss, dan System Operating Margin (SOM) jaringan tersebut. Dari hasil

analisis diperoleh bahwa secara keseluruhan, ditinjau dari perangkat yang digunakan

jaringan wireless LAN Universitas Sumatera Utara sudah memiliki kinerja yang

baik. Hal ini berdasarkan nilai system operating margin (SOM) yang diperoleh

sebesar 41.37 dB, 45.13 dB dan 45.69 dB yang mana jauh lebih besar dari 5 dB,

sehingga dapat mengatasi interferensi, noise, rugi-rugi atmosfir, arah antena yang

tidak tepat dan refleksi. Selain itu juga dapat mengatasi fading dan multipath karena

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmatNya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini berjudul: “ Analisis Kinerja Jaringan Komputer Wireless

di Universitas Sumatera Utara“. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan rasa sayang dan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orangtua saya, Ayahanda R. Samosir dan Ibunda Bunga Sitanggang,

yang telah membesarkan, mendidik dan selalu mendoakan saya, serta cinta kasih

saya kepada saudara-saudara saya Jerry Marthin Samosir, Abdi Andrius Samosir,

dan Moris Berto Samosir.

Dalam kesempatan ini juga penulis menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Maksum Pinem,ST, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, yang

dengan ikhlas dan sabar memberikan masukan, dukungan, bimbingan dan

motivasi dalam penulisan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Mustafrind Lubis, selaku Dosen Wali selama saya mengikuti

perkuliahan.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro

(4)

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya

selama mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro

Universitas Sumatera Utara.

7. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2004 yang selalu

peduli dan perhatian!!! Thankyou guys!.

8. Terimakasih kepada sahabat-sahabat terbaikku, baik KTB, KK Imagodei,

dan sahabat-sahabat di Teknik. Kalian semualah yang tak pernah lupa

mendoakan aku selalu.

9. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna,

baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, penulis siap

menerima saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis.

Medan, Juni 2010

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

(6)

2.2.6 Gain ... 13

2.2.7 Power Loss... 13

2.3 Media Wireless LAN... 14

2.3.1 Inframerah...………. 14

2.3.2 Narrow Band...………….………… 15

2.3.4 Spread Spectrum ...………. 16

2.4 Antena ...………. 23

2.4.1 Antena Omni-Directional ...………. 23

2.4.2 Antena Semi-directional ...……….. 25

2.4.3 Antena Highly-Directional ...………. 26

BAB III JARINGAN WIRELESS LAN 3.1Umum ...………... 28

3.2Standarisasi Wireless LAN ...………... 28

3.2.1 IEEE 802.11...………. 29

3.3.2 Perluasan Jaringan ...……… 33

3.3.3 Menghubungkan Gedung yang Satu dengan yang Lain ..…. 34

3.3.4 Pengiriman Data berjarak Mil ...……… 34

(7)

3.3.6 Small Office – Home Office ...……….. 35

3.3.7 Mobile Offices ...……… 36

3.4 Arsitektur Wireless LAN ………. 36

3.4.1 Basic Service Set ...………. 36

3.4.2 Extended Service Set ...……… 37

3.4.3 Independent Basic Service Set ...………. 38

3.5Media Access Control (MAC) ...………...……... 39

3.6 Infrastruktur Wireless LAN ...………... 41

3.6.1 Server ...……….. 41

3.8.1 Tingkat Penerimaan Sinyal (Rx Signal Level) ...………….. 48

3.8.2 System Operating Margin ...……….. 50

BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.Pendahuluan ……….. 52

(8)

4.2.1. Spesifikasi Perangkat Radio pada Base Station dan CPE ... 53

4.2.2. Tingkat Penerimaan Sinyal ...………...………….. 54

4.2.3. Perhitungan System Operating Margin .……….. 55

4.2.4. Perhitungan link PSI-Fakultas Teknik ....……….. 57

4.2.5. Perhitungan link PSI-Suara USU...…..……….. 58

4.2.6. Perhitungan link PSI-Bengkel IT...…..……….. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 62

5.2 Saran ……… 62

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gelombang Radio ... 6

Gambar 2.2 Channel pada 802.11b ... 7

Gambar 2.3 Reflection pada gelombang radio ... 9

Gambar 2.4 RF Signal Difration ... 9

Gambar 2.5 Diffraction pada puncak sebuah tebing ... 10

Gambar 2.6 Constructive dan Destructive interference ... 11

Gambar 2.7 Line of Sight dan Fresnel Zones ... 12

Gambar 2.8 Power Gain ... 13

Gambar 2.9 Power Loss …………...………. 14

Gambar 2.10 Frekuency Hopping dengan lima frekuensi ... 18

Gambar 2.11 Overlapping yang terjadi pada DSSS ... 20

Gambar 2.12 Channel yang tidak overlapping pada sistem DSSS ... 20

Gambar 2.13 Perbandingan co-location ... 22

Gambar 2.14 Antena ‘donat’ Dipole ………...… 24

Gambar 2.15 Gambar samping Antena Dipole ………...………… 24

Gambar 2.16 Cakupan area dengan penguatan terbesar dari antena omni-directional ………...…. 25

Gambar 2.17 Hubungan Point-to-multipoint ... 25

Gambar 2.18 Jangkauan Antena Semi-directional ... 25

Gambar 2.19 Hubungan Point to Point menggunakan Antena Semi-Directional . 26 Gambar 2.20 Contoh Antena Highly-Directional Berbentuk Parabola ... 26

(10)

Gambar 2.22 Pola Radiasi Antena Highly-Directional ... 27

Gambar 3.7 Suatu sekolah dengan kelas yang mobilitas ……….. 36

Gambar 3.8 Basic Service Set …………...…………... 37

Gambar 3.9 Extended Service Set ... 38

Gambar 3.10 Independent Service Set ... 39

Gambar 3.11 MAC Frame untuk IEEE 802.11 ………...…….. 39

Gambar 3.12 Prinsip kerja CSMA/CA ……...….. 41

Gambar 3.13 Konfigurasi Jaringan Wireless LAN ………....………….... 42

Gambar 3.14 Access Point ... 43

Gambar 3.15 Wireless adapter ………...……… 44

Gambar 3.16 wireless bridge ... 44

Gambar 3.17 Pigtail ………...……….. 45

Gambar 3.18 Jaringan Akses Tanpa Kabel …………...…………... 46

Gambar 3.19 Arsitektur USUnet ... 47

Gambar 4.1 Link base station ke CPE ………... 52

Gambar 4.2 Calculator untuk perhitungan SOM ... 56

Gambar 4.3 Perhitungan link PSI-Fakultas Teknik ... 57

(11)

Gambar 4.5 Perhitungan link PSI-Bengkel IT... 59

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Standarisasi Perangkat Jaringan …………...…….. 29

Tabel 4.1 Spesifikasi Perangkat Radio WLAN USU ... 53

(13)

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara (USU) memiliki suatu jaringan berbentuk

wireless LAN yang dapat memberikan kemudahan dalam pengelolaan data antar

fakultas dan gedung yang ada di USU. Saat ini jaringan wireless media yang ada

digunakan sebagai koneksi back-haul untuk gedung-gedung di lingkungan USU yang

belum terjangkau oleh kabel serat optik dan UTP. Agar dapat memberikan pelayanan

yang memuaskan, maka kinerja jaringan harus berada pada kondisi yang baik. Untuk

itu perlu dilakukan suatu analisis terhadap kinerja jaringan, sehingga dapat

memberikan gambaran tentang kondisi jaringan wireless yang ada sekarang ini.

Analisis kinerja jaringan meliputi perhitungan Tingkat penerimaan sinyal, Free

space loss, dan System Operating Margin (SOM) jaringan tersebut. Dari hasil

analisis diperoleh bahwa secara keseluruhan, ditinjau dari perangkat yang digunakan

jaringan wireless LAN Universitas Sumatera Utara sudah memiliki kinerja yang

baik. Hal ini berdasarkan nilai system operating margin (SOM) yang diperoleh

sebesar 41.37 dB, 45.13 dB dan 45.69 dB yang mana jauh lebih besar dari 5 dB,

sehingga dapat mengatasi interferensi, noise, rugi-rugi atmosfir, arah antena yang

tidak tepat dan refleksi. Selain itu juga dapat mengatasi fading dan multipath karena

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan komputer dalam mendukung kinerja suatu instansi maupun

personal sudah sangat dibutuhkan, sehingga bisa dikatakan menjadi suatu keharusan

atau dapat dikatakan kebutuhan yang sangat penting untuk segera dipenuhi. Hal ini

tentunya menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan akan pemindahan data dari

satu terminal ke terminal lain yang dipisahkan oleh jarak.

Jaringan tersebut dikenal dengan Local Area Network (LAN) yang dapat berbentuk

wireless ataupun jaringan yang menggunakan kabel sebagai media transmisinya.

Sesuai dengan namanya wireless artinya nirkabel, WLAN (Wireless Local Area

Network) adalah jaringan lokal (dalam satu gedung, ruang, antar gedung, dan

sebagainya) yang tidak menggunakan kabel.

Universitas Sumatera utara sebagai salah satu institusi pendidikan di Sumatera

Utara-Medan, juga sangat membutuhkan dukungan penting dari penggunaan komputer

yang lebih cepat dan efisien. Dalam hal ini USU telah memiliki suatu jaringan

berbentuk WLAN yang dapat memberikan kemudahan dalam pengelolaan data antar

fakultas dan gedung yang ada. Jaringan wireless LAN USU berpusat di PSI (Pusat

Sistem Informasi) sebagai Base Station. Agar PSI dapat memberikan pelayanan yang

memuaskan kepada pemakai, maka kinerja jaringan harus berada pada kondisi yang

baik. Kondisi dan unjuk kerja yang baik harus dipertahankan dan bila mungkin

ditingkatkan, sementara kondisi dan kinerja yang kurang baik harus dianalisis dan

(15)

penelitian ini, masalah yang di tinjau adalah kondisi jaringan WLAN di USU

berdasarkan besarnya Tingkat penerimaan sinyal dan System Operating Margin.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara

lain:

1. Struktur jaringan (kondisi) WLAN di USU.

2. Apa saja parameter yang digunakan untuk menganalisis kinerja WLAN USU?

3. Bagaimana pengaruh parameter yang di analisis terhadap jaringan WLAN

USU?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis performansi

kinerja perangkat WLAN di Universitas Sumatera Utara.

1.4 Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan dalam tugas akhir agar lebih terarah dan tidak

meluas, maka batasan batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Jaringan yang dibahas yakni jaringan wireless LAN radio to radio yang ada di

Universitas Sumatera Utara

2. Kinerja yang di analisis hanya mencakup tingkat free space loss, tingkat

penerimaan sinyal dan system operating margin dari perangkat jaringan

(16)

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi Literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari jurnal jurnal, artikel

pendukung.

2. Studi Analisis yakni :

a. Memahami dan mempelajari teori pengetahuan mengenai wireless

b. Melakukan pengumpulan data, perhitungan, dan analisis data

c. Mengambil kesimpulan melalui keterkaitan hasil yang diperoleh dalam

penelitian yang nyata terhadap teori yang ada.

1.6 Sistematika Penulisan

Materi pembahasan dalam Tugas Akhir ini diurutkan dalam lima bab yang diuraikan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II DASAR SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

Bab ini berisikan teori dasar komunikasi wireless khususnya tentang

(17)

BAB III JARINGAN WIRELESS LAN

Bab ini menerangkan bagaimana jaringan wireless LAN, dimulai dari

pengenalan, aplikasi, topologi dan infrastruktur. Juga dijabarkan

bagaimana kondisi wireless LAN USU.

BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN WIRELESS LAN USU

Bab ini berisi tentang perhitungan parameter yang digunakan untuk

menganalisis kinerja WLAN USU.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisis data

(18)

BAB II

DASAR SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

2.1 Umum

Jaringan wireless menggunakan gelombang radio (Radio Frequency/RF) atau

gelombang micro untuk melakukan komunikasi antar perangkat jaringan komputer.

Kelebihan utama dari jaringan wireless adalah mobilitas dan terbebasnya perangkat

dari kerumitan bentangan kabel. Kekurangannya adalah adanya interferensi radio

oleh cuaca, perangkat wireless lain, halangan tembok, gedung, gunung atau bahkan

pohon besar yang tinggi.

2.2 Gelombang Radio

Komunikasi wireless menggunakan spektrum elektromagnetik untuk mengirim

sinyal. Kekuatan elektromagnetik adalah kekuatan antara beban elektrik dan arus

elektrik. Kekuatan elektrik adalah kekuatan antar beban elektrik, sedangkan kekuatan

magnetik adalah kekuatan antar arus elektrik. Radio adalah istilah yang digunakan

untuk bagian spektrum elektromagnetik dimana gelombang dapat dihasilkan dengan

menerapkan arus bolak balik untuk suatu antena. Suatu gelombang mempunyai

kecepatan, frekuensi, dan panjang gelombang. Relasi antar ketiganya dapat dibentuk

pada Persamaan 2-1 [1].

(2-1)

Panjang gelombang (yang disebut lambda, χ ) adalah jarak satu titik gelombang ke

titik berikutnya yang relevan, contohnya dari satu puncak titik gelombang ke titik

(19)

suatu titik pada waktu tertentu. Kecepatan diukur dalam meter per detik, sedangkan

frekuensi dalam putaran per detik (Hz), dan panjang gelombang dalam meter.

Gelombang juga mempunyai amplitudo. Amplitudo adalah jarak dari pusat

gelombang ke puncak/lembah gelombang dan dapat disebut sebagai tinggi

gelombang. Relasi antar frekuensi, panjang gelombang dan amplitudo dapat dilihat

pada Gambar 2.1 [1].

Gambar 2.1 Untuk gelombang ini, frekuensinya 2 putaran per detik atau 2Hz

Polarisasi merupakan sangat penting dalam gelombang radio. Polarisasi digunakan

untuk mendeskripsikan arah gelombang radio, biasanya yang dipakai untuk

menentukan arah antena access point. Peranan polarisasi antena sangat penting,

karena jika arah antena salah atau tidak tepat akan menyebabkan hilangnya kekuatan

sinyal, meskipun antena yang digunakan mempunyai kekuatan sinyal yang besar.

Biasanya kesalahan menentukan arah polarisasi ini disebut polarization mismatch.

Bandwidth adalah ukuran dalam kurun frekuensi tertentu. Jika frekuensi yang

digunakan antara 2.40 GHz sampai 2.48 GHz, maka bandwidth yang digunakan

sebesar 0.08 GHz atau 80 MHz. Bandwidth yang didefenisikan disini berhubungan

erat dengan jumlah data yang dapat ditransmisikan. Lebih besar kapasitas frekuensi

(20)

Biasanya orang menyebut bandwidth untuk mengukur kecepatan internet, seperti

“koneksi internetku 1 Mbps”, yang berati koneksi internet itu dapat mentransmisikan

data 1 megabit per detik.

Channel adalah spektrum yang dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil yang

didistribusikan pada frekuensi. Channel mempunyai lebar 22 MHz, tetapi jarak antar

chanel hanya 5 MHz. Ini berarti chanel satu dengan sebelahnya terdapat

penumpukan dan dapat menyebabkan interferensi antar satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.2 [1] merupakan channel pada frekuensi 2.4 GHz yang dipakai oleh

802.11b.

Gambar 2.2 Channel pada 802.11b

Untuk kasus 802.11b, dapat diambil tiga channel yang dapat digunakan secara

bersamaan pada tempat yang berdekatan, yaitu chanel 1, 6 dan 11.

Ada beberapa kebiasaan atau perilaku dari gelombang radio [1] :

1. Panjang gelombang semakin panjang, semakin dapat mengantarkan data pada

jarak yang lebih jauh.

2. Panjang gelombang semakin panjang, semakin baik mengantarkan data.

3. Semakin pendek panjang gelombang, lebih banyak membawa data.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gelombang radio di suatu tempat, yaitu

absorption, reflection, difraction, interference, line of sight, gain, dan power loss.

2.2.1 Absorption

(21)

1. Metal (logam), elektron dapat bergerak bebas pada logam, dan dapat menyerap

energi dari gelombang yang melewatinya.

2. Water (air), microwave menyebabkan molekul air berdesakan disekitarnya,

sehingga dapat mengurangi energi gelombang ketika melewatinya.

Material-material lain yang memiliki efek lebih kompleks pada penyerapan

gelombang radio, antara lain :

1. Pohon dan Kayu, penyerapan tergantung pada kandungan air yang terdapat

dalam pohon atau kayu. Kayu yang kering lebih kecil menyerap energi radio

dibandingkan dengan kayu basah.

2. Plastik dan materi sejenisnya pada umumnya tidak banyak menyerap energi

radio, akan tetapi perbedaan penyerapan ini bergantung pada frekuensi dan jenis

materinya

2.2.2 Reflection

Seperti halnya pada gelombang cahaya, gelombang radio juga akan mengalami

reflection (pemantulan) ketika menabrak permukaan suatu material. Sumber utama

terjadinya reflection pada gelombang radio adalah metal (logam) dan permukaan

water (air).

Aturan reflection cukup sederhana, yaitu “besar sudut gelombang yang menuju

permukaan sama dengan besar sudut tersebut dipantulkan” (lihat Gambar 2.3).

Gelombang dengan polarisasi yang berbeda, akan memiliki reflection yang berbeda

(22)

Gambar 2.3 Reflection pada gelombang radio

2.2.3 Diffraction

Diffraction terjadi pada saat gelombang radio menabrak suatu obyek. Gelombang

radio dapat berbelok saat mengenai suatu obyek sehingga menimbulkan efek yang

disebut “waves going arround corners”. Hal ini dapat kita lihat melalui Gambar 2.4

dan Gambar 2.5.

(23)

Gambar 2.5 Diffraction pada puncak sebuah tebing

2.2.4 Interference

Penggabungan antar dua kekuatan gelombang. Terdapat dua jenis interference, yaitu

:

1. Constructive interference, penggabungan dua gelombang yang memiliki bentuk

amplitudo yang serupa. Bukit gelombang 1 bertemu dengan bukit gelombang 2

dan lembah gelombang satu bertemu dengan lembah gelombang 2 (1+1=2).

Menghasilkan gelombang yang lebih kuat.

2. Destructive interference, penggabungan dua gelombang yang memiliki bentuk

amplitudo yang berbeda. Bukit gelombang 1 bertemu dengan lembah gelombang

2 dan lembah gelombang 1 bertemu dengan bukit gelombang 2 (1+(-1)=0).

Menghasilkan gelombang yang lebih lemah.

Constructive interference dan Destructive interference dapat digambarkan seperti

(24)

Gambar 2.6 Constructive dan Destructive interference

2.2.5 Line of Sight

Line of sight yang biasanya disingkat dengan LOS, merupakan cara yang mudah

untuk mengerti ketika berbicara mengenai cahaya yang terlihat (visible light). Jika

kita melihat titik A dari titik B dimana kita berada, kita akan mempunyai line of

sight. Cara paling mudah adalah ketika kita menarik garis antara titik A dan titik B,

jika tidak ada halangan antara kedua titik tersebut maka kita mempunyai line of sight.

Ada banyak hal yang lebih rumit ketika kita bekerja pada gelombang mikro. Ingat

bahwa sebagian besar karakteristik penggandaan gelombang elektromagnetik terbagi

sesuai panjang gelombangnnya. Ini juga kasus untuk pelebaran gelombang ketika

mereka bekerja. Cahaya mempunyai panjang gelombang sekitar 0.5 mikrometer,

sedangkan gelombang mikro yang digunakan pada jaringan wireless mempunyai

panjang gelombang beberapa sentimeter. Konsekuensinya, berkas jaringan wireless

lebih luas – perlu lebih banyak tempat, juga untuk berinteraksi. Untuk lebih jelas

tentang line of sight, kita perlu mengenal konsep fresnel zones.

Teori fresnel zones cukup rumit, tetapi konsepnya cukup mudah dimengerti : kita

tahu dari prinsip huygens bahwa setiap titik dari medan gelombang yang mulai

(25)

frekuensi dapat interferensi dengan yang lain. Teori sederhana fresnel zones terlihat

pada garis A ke B, dan kemudian pada ruang kosong sekitar garis yang berperan

untuk tiba dititik B. Beberapa gelombang dari titik A langsung pergi ketitik B (line of

sight), sedang gelombang yang lain pergi melalui bagian lain. Sebagai

konsekuensinya, gelombang yang pergi secara tidak langsung (tidak dalam line of

sight) mengalami hambatan karena ada halangan seperti pohon atau gedung yang ada

diantara titik A dan titik B seperti diperlihatkan pada Gambar 2.7 [1]. Rumus untuk

teori fresnel zones terdapat pada Persamaan 2-2 [1].

(2-2)

dimana,

r = radius dalam meter

N = zone untuk perhitungan (biasanya 60%, jadi N=0.6)

dan = jarak dari halangan ke masing masing titik

f = frekuensi yang dipakai dalam MHz, d = jarak antar titik

Gambar 2.7 Line of Sight dan Fresnel Zones

2.2.6 Gain

Gain, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.8 [2], adalah istilah yang digunakan

untuk menguraikan suatu peningkatan di (dalam) suatu amplitudo sinyal RF. Gain

(26)

contohnya adalah RF amplifier, yang mana digunakan untuk memperkuat sinyal atau

suatu antena dengan gain tinggi digunakan untuk beamwidth suatu sinyal untuk

meningkatkan amplitudo sinyal nya.

Gambar 2.8 Power Gain

2.2.7 Power Loss

Loss menggambarkan sebuah penurunan kekuatan sinyal (Gambar 2.9). Banyak cara

yang dapat menyebabkan kerusakan sinyal, baik ketika sinyal masih dalam kabel

seperti sinyal AC yang berfrekuensi tinggi dan ketika sinyal dipancarkan seperti

gelombang radio melalui udara dengan antena. Resistansi dari kabel dan konektor

menyebabkan kerusakan karena perubahan sinyal AC terlalu panas. Impedansi yang

tidak seimbang pada kabel dan konektor dapat mengakibatkan power direfleksikan

kembali ke sumber, yang mana dapat menyebabkan degradasi sinyal.

(27)

2.3 Media Wireless LAN

Ada tiga media yang digunakan wireless LAN ini, yakni :

a. Inframerah

b. Narrow band

c. Spread spectrum

2.3.1 Inframerah

Inframerah banyak digunakan dalam komunikasi jarak dekat, contoh paling

umum dalam pemakaian inframerah adalah remote control. Gelombang IR mudah

dibuat, harganya murah, lebih bersifat directional, tidak dapat menembus tembok

atau benda gelap, memiliki fluktuasi daya tinggi, dan dapat diinterferensi oleh cahaya

matahari. Inframerah juga digunakan sebagai salah satu media dalam wireless LAN

dikarenakan sederhana, murah, mempunyai data rate tinggi (100 Mbps), dan

konsumsi dayanya kecil.

Inframerah menggunakan sinyal frekuensi yang sama yang digunakan pada

fiber optic. IR hanya mendeteksi amplitudo dari suatu sinyal sehingga interferensi

dapat dikurangi. Transmisi dari inframerah beroperasi pada daerah spektrum cahaya

sehingga memerlukan lisensi dari FCC. Wireless LAN dengan menggunakan IR

memiliki tiga macam teknik, yaitu Diffused IR (DF IR), Directed Beam IR (DBIR),

dan Quasi Diffused IR (QDIR).

a. Diffused IR (DF IR)

Teknik ini memanfaatkan komunikasi melalui pantulan. Keunggulannya

adalah tidak memerlukan line of sight (LOS) antara pengirim dan penerima dan

(28)

tinggi, data rate dibatasi oleh multipath, berbahaya untuk mata telanjang dan resiko

interferensi pada keadaan simultan adalah tinggi.

b. Directed Beam IR (DB IR)

Teknik ini menggunakan prinsip LOS, sehingga arah radiasinya harus diatur.

Keunggulannya adalah konsumsi daya rendah, data rate tinggi dan tidak ada

multipath. Kelemahannya adalah terminalnya harus fixed dan komunikasinya harus

LOS.

c. Quasi Diffused IR (QD IR)

Setiap terminal berkomunikasi dengan pemantul, sehingga pola radiasi harus

terrarah. Q DIR terletak antara DF IR dan DB IR (konsumsi daya lebih kecil dari DF

IR dan jangkauannya lebih jauh dari DB IR).

2.3.2 Narrow Band

Pada narrow band ini menggunakan gelombang mikro (MW) yang beroperasi

kurang dari 500 mili watts sesuai dengan ketentuan dari FCC. Saat ini narrow band

merupakan sistem yang paling sedikit digunakan. Narrow band ini mempunyai

modulasi frekuensi tunggal yang berada pada 5.8 GHz. Keuntungan yang terdapat

pada narrow band ini adalah tidak terdapat pengeluaran tambahan pada sistem

spread spectrum.

2.3.3 Teknologi Spread Spectrum

Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter

kepada lebar bandwidth dan low peak power. Komunikasi spread spectrum

(29)

Teknologi spread spectrum mengambil informasi yang sama dengan

sebelumnya yang akan dikirimkan dengan menggunakan sinyal pengangkut

narrowband dan menyebarnya ke luar dengan frekuensi jarak yang lebih besar.

Dengan penggunaan frekuensi spektrum yang lebih luas, dapat mengurangi

kemungkinan data yang rusak.

Ada dua jenis teknologi spread spectrum yang ditetapkan oleh FCC, yakni

Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan Direct Sequences Spread

Spectrum (DSSS).

a. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)

Frequency Hopping Spread Spectrum adalah teknik spread spectrum yang

menggunakan frequency khusus untuk menyebarkan data lebih dari 83 MHz.

Kecepatan frekuensi tergantung pada kemampuan radio untuk merubah frekuensi

transmisi ke dalam RF band frekuensi yang dapat dipakai. Pada sistem wireless LAN

dengan frequency hopping ini, FCC mengatur bahwa band ISM yang digunakan

adalah 83.5 MHz.

Pada frekuensi hopping, frekuensi carrier pengubah, atau dapat disebut pula

dengan hops, sama dengan bilangan pseudorandom (pseurandom sequence).

Bilangan pseudorandom ini menunjukkan beberapa nilai frekuensi dimana nilai

tersebut akan berubah ubah (loncat) dalam beberapa waktu tertentu sebelum kembali

ke nilai awal lagi sehingga membentuk suatu pola tertentu dan transmitter

menggunakan nilai nilai tersebut (hop sequence) untuk frekuensi transmisinya.

Pada teknik di atas, waktu yang digunakan frekuensi carrier akan tetap

nilainya (sebelum berubah) disebut dengan dwell time. Setelah masa dwell time habis

(30)

lagi. Sebagai contoh sebuah sistem frequency hopping melakukan transmit hanya

pada dua frekuensi, 2.401 GHz dan 2.402 GHz. Sistem akan melakukan transmit

pada frekuensi 2.401 GHz selama, misal waktu dwell time 100 mili detik, maka

setelah 100 mili detik gelombang radio berubah frekuensi transmitter-nya ke 2.402

GHz dan mengirim data pada frekuensi tersebut selama 100 milidetik. Dan proses

tersebut akan berulang seterusnya. FCC menyatakan bahwa nilai maksimum dwell

time pada FHSS adalah 400 milidetik per frekuensi carrier pada 30 detik periode

waktu. Pada waktu gelombang radio pada frequency hopping melakukan

perpindahan (loncat) dari frekuensi A ke frekuensi B. Hal ini adalah mengubah ke

circuit yang lain pada frekuensi yang baru atau mengganti beberapa elemen pada

circuit lama seolah olah berubah menjadi frekuensi yang baru. Pada kasus lain,

proses perubahan menjadi frekuensi yang baru harus diselesaikan sebelum transmisi

dilanjutkan. Pada proses tersebut terdapat waktu dimana terjadi perubahan frekuensi

pada saat gelombang radio tidak melakukan transmisi, waktu ini disebut dengan hop

time. Hop time dalam kisaran mikro detik sehingga dibandingkan dengan dwell time

yang berkisar milidetik, hop time memiliki waktu yang sangat kecil sekali. Secara

khusus sistem FHSS 802.11 perpindahan antar channel dalam 200-300 mikrodetik.

Gambar di bawah ini menunjukkan sistem frekuensi hopping dimana

menggunakan lima frekuensi dari hop sequence. Lima frekuensi tersebut adalah:

(31)

Gambar 2.10 Frekuency Hopping dengan lima frekuensi

Pada Gambar 2.10 [2] setelah gelombang radio melakukan transmisi data

pada frekuensi carrier 2,451 GHz, gelombang radio akan mengulang kembali hop

sequence awal yakni 2,449 GHz. Proses ini dilakukan sampai data yang diterima

lengkap.

Pada sisi penerima, hop sequence gelombang radio harus sinkronisasi

terhadap pengirim sehingga menerima frekuensi yang tepat dan pada waktu yang

tepat pula. Kemudian sinyal yang diterima dimodulasi dan digunakan pada komputer

penerima.

b. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

Direct Sequence Spectrum merupakan tipe spread spectrum yang sudah

banyak dikenal dan dapat dipakai karena implementasinya dan data rate yang tinggi.

Kebanyakan dari peralatan wireless LAN yang digunakan sekarang ini menggunakan

teknologi ini. Metode yang digunakan pada DSSS dalam pengiriman data dimana

transmit dan receive-nya disebarkan langsung pada suatu band (pita) tertentu

(misalnya 22 MHz).

DSSS menggabungkan sinyal data pada station pengiriman dengan bit

sequence yang mempunyai data rate yang tinggi, dimana hal ini disebut chipping

(32)

maka semakin besar sinyal yang resisten terhadap interferensi. Semakin rendah

processing gain, maka semakin besar jumlah bandwidth tersedia untuk user. FCC

mengeluarkan peraturan bahwa spreading ratio harus lebih dari sepuluh. Sebagian

besar dari produk produk yang terdapat di pasaran mempunyai suatu spreading ratio

kurang dari 20 dan standar baru dari IEEE 802.11 memakai suatu spreading ratio

sebelas. Seperti yang dijelaskan di atas, pemancar dan penerima pada DSSS harus

disamakan dengan memakai processing gain yang sama. Apabila processing gain

ortogonal digunakan lebih dari satu LAN maka dapat dibagi pada band yang sama.

Karena sistem DSSS menggunakan subchannel- subchannel yang lebar, maka

banyaknya co-located LAN menjadi terbatas oleh ukuran subchannels.

Dalam mendefenisikan sebuah channel pada sistem direct sequence

menggunakan cara lebih konvensional daripada FHSS. Masing masing channel pada

sistem direct sequence saling berdekatan dengan lebar frekuensi 22 MHz. Sebagai

contoh dapat di lihat pada Gambar 2.11 [2].

Gambar 2.11 Overlapping yang terjadi pada DSSS

Seperti terlihat pada Gambar 2.12 channel pada DSSS, sistem direct sequence terjadi

overlapping pada masing-masing channel-nya sehingga hal ini menyebabkan

interferensi pada sistem. Channel-channel yang overlapping pada sistem DSSS tidak

(33)

sinyal. Channel-channel yang tidak terjadi overlapping harus berselisih lima

channel, misal channel 1 dan channel 6, channel 2 dan channel 7 dan seterusnya.

Secara teori jumlah channel maksimum yang tidak overlapping yang dapat diperoleh

pada sistem DSSS ada tiga, yakni [1] : channel 1, channel 6 dan channel 11.

Gambar 2.12 Channel yang tidak overlapping pada sistem DSSS

c. Perbandingan FHSS dan DSSS

Antara teknologi FHSS dan DSSS keduanya memiliki kelebihan dan

kekurangan, dan hal itu memberikan pertimbangan untuk enentukan pemakaian dari

wireless LAN. Dan pada bagian ini diperlihatkan beberapa factor yang harus

dipertimbangkan ketika memilih teknologi apa yang akan digunakan, antara lain [2] :

- Narrowband interference

- Co-location

- Cost

- Equipment compatibility & availability

- Data rate & throughput

(34)

- Standards support

1. Narrowband Interference

Kelebihan dari FHSS meliputi resistansi yang tinggi terhadap interferensi

narrow band. DSSS lebih sering terjadi interferensi dibandingkan FHSS dikarenakan

penggunaan dari 22 MHz yang berdekatan dengan 79 Mhz yang digunakan FSSS.

2. Cost

Ketika mengimplementasikan wireless LAN, kelebihan dari DSSS mungkin

lebih terasa dibandingkan sistem FHSS bila dilihat dari pertimbangan budget. Biaya

yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan direct sequence system jauh lebih

rendah bila dibandingkan sistem frequency hopping.

3. Co-location

Kelebihan dari FSSS diatas DSSS adalah pada kemampuan untuk

menco-located banyak frekuensi hopping dibandingkan dengan direct sequence system.

Sejak sistem frekuensi hopping menggunakan 19 discrete channel, frekuensi hopping

memiliki kelebihan co-location diatas direct sequence system, dimana memiliki

maksimum co-location 3 akses point (lihat Gambar 2.13).

(35)

4. Data rate & Throughput

Sistem FHSS dan DSSS memiliki throughput data yang dikirim hanya sekitar

setengah dari data rate. Ketika diujikan throughput dari wireless LAN, didapat 5-6

Mbps pada setting 11 Mbps untuk DSSS.

5. Security

Telah diketahui bahwa frekuensi hopping lebih aman dibandingkan direct

sequence system. Fakta pertama bahwa radio FHSS hanya menghasilkan nilai

minimal pada manufacture. Kedua, tiap manufacture menggunakan standard dari hop

sequences, dimana pada umumnya terhubung dengan sistem sebelumnya.

2.4 Antena

Antena adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memancarkan sinyal listrik dari

kabel ke udara. Dalam komunikasi dua arah, satu antena dapat berfungsi sebagai

penerima dan juga pemancar. Antena RF merupakan suatu alat yang digunakan

untuk merubah sinyal frekuensi yang tinggi dalam suatu saluran transmisi (kabel atau

waveguide) ke dalam gelombang propagasi di udara.

Pada jaringan wireless LAN, antena merupakan alat yang yang sering digunakan

untuk meningkatkan jangkauan dari sistem WLAN. Pemilihan antena yang sesuai

dan penempatan posisi yang tepat dapat menambah keamanan dan mengurangi

kebocoran sinyal dari sistem wireless LAN.

Ada beberapa tipe antena yang dapat mendukung implementasi WLAN, yaitu [2] :

a. Antena Omni-directional (Dipole)

b. Antena Semi-directional

(36)

2.4.1 Antena Omni-directional (Dipole)

Yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal kesegala arah dengan daya

yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain dari antena omni

directional harus memfokuskan dayanya secara horizontal (mendatar) (lihat Gambar

2.16), dengan mengabaikan pola pemancaran keatas dan kebawah, sehingga antena

dapat diletakkan ditengah-tengah base station. Dengan demikian keuntungan dari

antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak. Namun

kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi

interferensi.

Pada Gambar 2.14 ditunjukkan suatu radiasi dari antena dipole yang

dikonsentrasikan ke dalam suatu daerah yang terlihat seperti donat, dengan posisi

antena dipole yang vertikal yang disebut dengan “hole” dari “donat”. Sinyal dari

suatu antena omni-directional radiasinya 360 derajat. Penguatan tertinggi, terlihat

saat tekanan berada di puncak bagian donat.

Gambar 2.14 Antena ‘donat’ Dipole

Radiasi dari antena dipole sama-sama dalam semua arah di setiap sumbu axis-nya,

tetapi radiasinya tidak terlalu panjang dari kawatnya sendiri. Gambar bagian samping

dari radiator antena dipole seperti gelombang radiasi pada Gambar 2.15 Gambar ini

juga mengilustrasikan bentuk antena dipole ”gambar 8” dalam bentuk-bentuk

(37)

Gambar 2.15 Gambar samping Antena Dipole

Gambar 2.16 Cakupan area dengan penguatan terbesar dari antena omni-directional

Antena omni-directional umumnya digunakan untuk desain point-to-multipoint

dengan menggunakan topologi star (lihat Gambar 2.17).

Gambar 2.17 Hubungan Point-to-multipoint

2.4.2 Antena Semi-Directional

Yaitu antena yang mempunyai pola pemancaran sinyal dengan satu arah tertentu.

Antena semi-directional sering memancarkan pada bentuk hemispherical atau pola

(38)

Gambar 2.18 Jangkauan Antena Semi-directional

Antena ini idealnya cocok untuk jembatan dengan jarak pendek atau rata-rata. Pada

ruang tertutup yang luas, bila pemancar harus diletakkan disudut atau pada bagian

belakang bangunan, koridor, atau ruangan besar, antena semi-directional akan

menjadi pilihan yang baik untuk menyediakan jangkauan yang tepat. Gambar 2.19

menggambarkan hubungan antara dua bangunan yang menggunakan antena

semi-directional.

Gambar 2.19 Hubungan Point to Point menggunakan Antena Semi-Directional

2.4.3 Antena Highly-Directional

Antena ini memencarkan sinyal-sinyal terbatas dari tipe antena apapun dan

mempunyai gain terbesar dari ketiga group antena serta memiliki pola radiasi seperti

pada Gambar 2.22. Antena highly-directional secara khusus berbentuk cekung,

peralatan berbentuk piringan, seperti bisa dilihat pada Gambar 2.20 dan Gambar

(39)

Gambar 2.20 Contoh Antena Highly-Directional Berbentuk Parabola

Gambar 2.21 Contoh Antena Highly-Directional Berbentuk Grid

Gambar 2.22 Pola Radiasi Antena Highly-Directional

Kemampuan antena highly-directional adalah bisa menghubungkan dua bangunan

yang terpisah beberapa mil satu sama lain dan tidak punya hambatan jarak

(40)

BAB II

DASAR SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

2.1 Umum

Jaringan wireless menggunakan gelombang radio (Radio Frequency/RF) atau

gelombang micro untuk melakukan komunikasi antar perangkat jaringan komputer.

Kelebihan utama dari jaringan wireless adalah mobilitas dan terbebasnya perangkat

dari kerumitan bentangan kabel. Kekurangannya adalah adanya interferensi radio

oleh cuaca, perangkat wireless lain, halangan tembok, gedung, gunung atau bahkan

pohon besar yang tinggi.

2.2 Gelombang Radio

Komunikasi wireless menggunakan spektrum elektromagnetik untuk mengirim

sinyal. Kekuatan elektromagnetik adalah kekuatan antara beban elektrik dan arus

elektrik. Kekuatan elektrik adalah kekuatan antar beban elektrik, sedangkan kekuatan

magnetik adalah kekuatan antar arus elektrik. Radio adalah istilah yang digunakan

untuk bagian spektrum elektromagnetik dimana gelombang dapat dihasilkan dengan

menerapkan arus bolak balik untuk suatu antena. Suatu gelombang mempunyai

kecepatan, frekuensi, dan panjang gelombang. Relasi antar ketiganya dapat dibentuk

pada Persamaan 2-1 [1].

(2-1)

Panjang gelombang (yang disebut lambda, χ ) adalah jarak satu titik gelombang ke

titik berikutnya yang relevan, contohnya dari satu puncak titik gelombang ke titik

(41)

suatu titik pada waktu tertentu. Kecepatan diukur dalam meter per detik, sedangkan

frekuensi dalam putaran per detik (Hz), dan panjang gelombang dalam meter.

Gelombang juga mempunyai amplitudo. Amplitudo adalah jarak dari pusat

gelombang ke puncak/lembah gelombang dan dapat disebut sebagai tinggi

gelombang. Relasi antar frekuensi, panjang gelombang dan amplitudo dapat dilihat

pada Gambar 2.1 [1].

Gambar 2.1 Untuk gelombang ini, frekuensinya 2 putaran per detik atau 2Hz

Polarisasi merupakan sangat penting dalam gelombang radio. Polarisasi digunakan

untuk mendeskripsikan arah gelombang radio, biasanya yang dipakai untuk

menentukan arah antena access point. Peranan polarisasi antena sangat penting,

karena jika arah antena salah atau tidak tepat akan menyebabkan hilangnya kekuatan

sinyal, meskipun antena yang digunakan mempunyai kekuatan sinyal yang besar.

Biasanya kesalahan menentukan arah polarisasi ini disebut polarization mismatch.

Bandwidth adalah ukuran dalam kurun frekuensi tertentu. Jika frekuensi yang

digunakan antara 2.40 GHz sampai 2.48 GHz, maka bandwidth yang digunakan

sebesar 0.08 GHz atau 80 MHz. Bandwidth yang didefenisikan disini berhubungan

erat dengan jumlah data yang dapat ditransmisikan. Lebih besar kapasitas frekuensi

(42)

Biasanya orang menyebut bandwidth untuk mengukur kecepatan internet, seperti

“koneksi internetku 1 Mbps”, yang berati koneksi internet itu dapat mentransmisikan

data 1 megabit per detik.

Channel adalah spektrum yang dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil yang

didistribusikan pada frekuensi. Channel mempunyai lebar 22 MHz, tetapi jarak antar

chanel hanya 5 MHz. Ini berarti chanel satu dengan sebelahnya terdapat

penumpukan dan dapat menyebabkan interferensi antar satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.2 [1] merupakan channel pada frekuensi 2.4 GHz yang dipakai oleh

802.11b.

Gambar 2.2 Channel pada 802.11b

Untuk kasus 802.11b, dapat diambil tiga channel yang dapat digunakan secara

bersamaan pada tempat yang berdekatan, yaitu chanel 1, 6 dan 11.

Ada beberapa kebiasaan atau perilaku dari gelombang radio [1] :

1. Panjang gelombang semakin panjang, semakin dapat mengantarkan data pada

jarak yang lebih jauh.

2. Panjang gelombang semakin panjang, semakin baik mengantarkan data.

3. Semakin pendek panjang gelombang, lebih banyak membawa data.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gelombang radio di suatu tempat, yaitu

absorption, reflection, difraction, interference, line of sight, gain, dan power loss.

2.2.1 Absorption

(43)

1. Metal (logam), elektron dapat bergerak bebas pada logam, dan dapat menyerap

energi dari gelombang yang melewatinya.

2. Water (air), microwave menyebabkan molekul air berdesakan disekitarnya,

sehingga dapat mengurangi energi gelombang ketika melewatinya.

Material-material lain yang memiliki efek lebih kompleks pada penyerapan

gelombang radio, antara lain :

1. Pohon dan Kayu, penyerapan tergantung pada kandungan air yang terdapat

dalam pohon atau kayu. Kayu yang kering lebih kecil menyerap energi radio

dibandingkan dengan kayu basah.

2. Plastik dan materi sejenisnya pada umumnya tidak banyak menyerap energi

radio, akan tetapi perbedaan penyerapan ini bergantung pada frekuensi dan jenis

materinya

2.2.2 Reflection

Seperti halnya pada gelombang cahaya, gelombang radio juga akan mengalami

reflection (pemantulan) ketika menabrak permukaan suatu material. Sumber utama

terjadinya reflection pada gelombang radio adalah metal (logam) dan permukaan

water (air).

Aturan reflection cukup sederhana, yaitu “besar sudut gelombang yang menuju

permukaan sama dengan besar sudut tersebut dipantulkan” (lihat Gambar 2.3).

Gelombang dengan polarisasi yang berbeda, akan memiliki reflection yang berbeda

(44)

Gambar 2.3 Reflection pada gelombang radio

2.2.3 Diffraction

Diffraction terjadi pada saat gelombang radio menabrak suatu obyek. Gelombang

radio dapat berbelok saat mengenai suatu obyek sehingga menimbulkan efek yang

disebut “waves going arround corners”. Hal ini dapat kita lihat melalui Gambar 2.4

dan Gambar 2.5.

(45)

Gambar 2.5 Diffraction pada puncak sebuah tebing

2.2.4 Interference

Penggabungan antar dua kekuatan gelombang. Terdapat dua jenis interference, yaitu

:

1. Constructive interference, penggabungan dua gelombang yang memiliki bentuk

amplitudo yang serupa. Bukit gelombang 1 bertemu dengan bukit gelombang 2

dan lembah gelombang satu bertemu dengan lembah gelombang 2 (1+1=2).

Menghasilkan gelombang yang lebih kuat.

2. Destructive interference, penggabungan dua gelombang yang memiliki bentuk

amplitudo yang berbeda. Bukit gelombang 1 bertemu dengan lembah gelombang

2 dan lembah gelombang 1 bertemu dengan bukit gelombang 2 (1+(-1)=0).

Menghasilkan gelombang yang lebih lemah.

Constructive interference dan Destructive interference dapat digambarkan seperti

(46)

Gambar 2.6 Constructive dan Destructive interference

2.2.5 Line of Sight

Line of sight yang biasanya disingkat dengan LOS, merupakan cara yang mudah

untuk mengerti ketika berbicara mengenai cahaya yang terlihat (visible light). Jika

kita melihat titik A dari titik B dimana kita berada, kita akan mempunyai line of

sight. Cara paling mudah adalah ketika kita menarik garis antara titik A dan titik B,

jika tidak ada halangan antara kedua titik tersebut maka kita mempunyai line of sight.

Ada banyak hal yang lebih rumit ketika kita bekerja pada gelombang mikro. Ingat

bahwa sebagian besar karakteristik penggandaan gelombang elektromagnetik terbagi

sesuai panjang gelombangnnya. Ini juga kasus untuk pelebaran gelombang ketika

mereka bekerja. Cahaya mempunyai panjang gelombang sekitar 0.5 mikrometer,

sedangkan gelombang mikro yang digunakan pada jaringan wireless mempunyai

panjang gelombang beberapa sentimeter. Konsekuensinya, berkas jaringan wireless

lebih luas – perlu lebih banyak tempat, juga untuk berinteraksi. Untuk lebih jelas

tentang line of sight, kita perlu mengenal konsep fresnel zones.

Teori fresnel zones cukup rumit, tetapi konsepnya cukup mudah dimengerti : kita

tahu dari prinsip huygens bahwa setiap titik dari medan gelombang yang mulai

(47)

frekuensi dapat interferensi dengan yang lain. Teori sederhana fresnel zones terlihat

pada garis A ke B, dan kemudian pada ruang kosong sekitar garis yang berperan

untuk tiba dititik B. Beberapa gelombang dari titik A langsung pergi ketitik B (line of

sight), sedang gelombang yang lain pergi melalui bagian lain. Sebagai

konsekuensinya, gelombang yang pergi secara tidak langsung (tidak dalam line of

sight) mengalami hambatan karena ada halangan seperti pohon atau gedung yang ada

diantara titik A dan titik B seperti diperlihatkan pada Gambar 2.7 [1]. Rumus untuk

teori fresnel zones terdapat pada Persamaan 2-2 [1].

(2-2)

dimana,

r = radius dalam meter

N = zone untuk perhitungan (biasanya 60%, jadi N=0.6)

dan = jarak dari halangan ke masing masing titik

f = frekuensi yang dipakai dalam MHz, d = jarak antar titik

Gambar 2.7 Line of Sight dan Fresnel Zones

2.2.6 Gain

Gain, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.8 [2], adalah istilah yang digunakan

untuk menguraikan suatu peningkatan di (dalam) suatu amplitudo sinyal RF. Gain

(48)

contohnya adalah RF amplifier, yang mana digunakan untuk memperkuat sinyal atau

suatu antena dengan gain tinggi digunakan untuk beamwidth suatu sinyal untuk

meningkatkan amplitudo sinyal nya.

Gambar 2.8 Power Gain

2.2.7 Power Loss

Loss menggambarkan sebuah penurunan kekuatan sinyal (Gambar 2.9). Banyak cara

yang dapat menyebabkan kerusakan sinyal, baik ketika sinyal masih dalam kabel

seperti sinyal AC yang berfrekuensi tinggi dan ketika sinyal dipancarkan seperti

gelombang radio melalui udara dengan antena. Resistansi dari kabel dan konektor

menyebabkan kerusakan karena perubahan sinyal AC terlalu panas. Impedansi yang

tidak seimbang pada kabel dan konektor dapat mengakibatkan power direfleksikan

kembali ke sumber, yang mana dapat menyebabkan degradasi sinyal.

(49)

2.3 Media Wireless LAN

Ada tiga media yang digunakan wireless LAN ini, yakni :

a. Inframerah

b. Narrow band

c. Spread spectrum

2.3.1 Inframerah

Inframerah banyak digunakan dalam komunikasi jarak dekat, contoh paling

umum dalam pemakaian inframerah adalah remote control. Gelombang IR mudah

dibuat, harganya murah, lebih bersifat directional, tidak dapat menembus tembok

atau benda gelap, memiliki fluktuasi daya tinggi, dan dapat diinterferensi oleh cahaya

matahari. Inframerah juga digunakan sebagai salah satu media dalam wireless LAN

dikarenakan sederhana, murah, mempunyai data rate tinggi (100 Mbps), dan

konsumsi dayanya kecil.

Inframerah menggunakan sinyal frekuensi yang sama yang digunakan pada

fiber optic. IR hanya mendeteksi amplitudo dari suatu sinyal sehingga interferensi

dapat dikurangi. Transmisi dari inframerah beroperasi pada daerah spektrum cahaya

sehingga memerlukan lisensi dari FCC. Wireless LAN dengan menggunakan IR

memiliki tiga macam teknik, yaitu Diffused IR (DF IR), Directed Beam IR (DBIR),

dan Quasi Diffused IR (QDIR).

a. Diffused IR (DF IR)

Teknik ini memanfaatkan komunikasi melalui pantulan. Keunggulannya

adalah tidak memerlukan line of sight (LOS) antara pengirim dan penerima dan

(50)

tinggi, data rate dibatasi oleh multipath, berbahaya untuk mata telanjang dan resiko

interferensi pada keadaan simultan adalah tinggi.

b. Directed Beam IR (DB IR)

Teknik ini menggunakan prinsip LOS, sehingga arah radiasinya harus diatur.

Keunggulannya adalah konsumsi daya rendah, data rate tinggi dan tidak ada

multipath. Kelemahannya adalah terminalnya harus fixed dan komunikasinya harus

LOS.

c. Quasi Diffused IR (QD IR)

Setiap terminal berkomunikasi dengan pemantul, sehingga pola radiasi harus

terrarah. Q DIR terletak antara DF IR dan DB IR (konsumsi daya lebih kecil dari DF

IR dan jangkauannya lebih jauh dari DB IR).

2.3.2 Narrow Band

Pada narrow band ini menggunakan gelombang mikro (MW) yang beroperasi

kurang dari 500 mili watts sesuai dengan ketentuan dari FCC. Saat ini narrow band

merupakan sistem yang paling sedikit digunakan. Narrow band ini mempunyai

modulasi frekuensi tunggal yang berada pada 5.8 GHz. Keuntungan yang terdapat

pada narrow band ini adalah tidak terdapat pengeluaran tambahan pada sistem

spread spectrum.

2.3.3 Teknologi Spread Spectrum

Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter

kepada lebar bandwidth dan low peak power. Komunikasi spread spectrum

(51)

Teknologi spread spectrum mengambil informasi yang sama dengan

sebelumnya yang akan dikirimkan dengan menggunakan sinyal pengangkut

narrowband dan menyebarnya ke luar dengan frekuensi jarak yang lebih besar.

Dengan penggunaan frekuensi spektrum yang lebih luas, dapat mengurangi

kemungkinan data yang rusak.

Ada dua jenis teknologi spread spectrum yang ditetapkan oleh FCC, yakni

Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan Direct Sequences Spread

Spectrum (DSSS).

a. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)

Frequency Hopping Spread Spectrum adalah teknik spread spectrum yang

menggunakan frequency khusus untuk menyebarkan data lebih dari 83 MHz.

Kecepatan frekuensi tergantung pada kemampuan radio untuk merubah frekuensi

transmisi ke dalam RF band frekuensi yang dapat dipakai. Pada sistem wireless LAN

dengan frequency hopping ini, FCC mengatur bahwa band ISM yang digunakan

adalah 83.5 MHz.

Pada frekuensi hopping, frekuensi carrier pengubah, atau dapat disebut pula

dengan hops, sama dengan bilangan pseudorandom (pseurandom sequence).

Bilangan pseudorandom ini menunjukkan beberapa nilai frekuensi dimana nilai

tersebut akan berubah ubah (loncat) dalam beberapa waktu tertentu sebelum kembali

ke nilai awal lagi sehingga membentuk suatu pola tertentu dan transmitter

menggunakan nilai nilai tersebut (hop sequence) untuk frekuensi transmisinya.

Pada teknik di atas, waktu yang digunakan frekuensi carrier akan tetap

nilainya (sebelum berubah) disebut dengan dwell time. Setelah masa dwell time habis

(52)

lagi. Sebagai contoh sebuah sistem frequency hopping melakukan transmit hanya

pada dua frekuensi, 2.401 GHz dan 2.402 GHz. Sistem akan melakukan transmit

pada frekuensi 2.401 GHz selama, misal waktu dwell time 100 mili detik, maka

setelah 100 mili detik gelombang radio berubah frekuensi transmitter-nya ke 2.402

GHz dan mengirim data pada frekuensi tersebut selama 100 milidetik. Dan proses

tersebut akan berulang seterusnya. FCC menyatakan bahwa nilai maksimum dwell

time pada FHSS adalah 400 milidetik per frekuensi carrier pada 30 detik periode

waktu. Pada waktu gelombang radio pada frequency hopping melakukan

perpindahan (loncat) dari frekuensi A ke frekuensi B. Hal ini adalah mengubah ke

circuit yang lain pada frekuensi yang baru atau mengganti beberapa elemen pada

circuit lama seolah olah berubah menjadi frekuensi yang baru. Pada kasus lain,

proses perubahan menjadi frekuensi yang baru harus diselesaikan sebelum transmisi

dilanjutkan. Pada proses tersebut terdapat waktu dimana terjadi perubahan frekuensi

pada saat gelombang radio tidak melakukan transmisi, waktu ini disebut dengan hop

time. Hop time dalam kisaran mikro detik sehingga dibandingkan dengan dwell time

yang berkisar milidetik, hop time memiliki waktu yang sangat kecil sekali. Secara

khusus sistem FHSS 802.11 perpindahan antar channel dalam 200-300 mikrodetik.

Gambar di bawah ini menunjukkan sistem frekuensi hopping dimana

menggunakan lima frekuensi dari hop sequence. Lima frekuensi tersebut adalah:

(53)

Gambar 2.10 Frekuency Hopping dengan lima frekuensi

Pada Gambar 2.10 [2] setelah gelombang radio melakukan transmisi data

pada frekuensi carrier 2,451 GHz, gelombang radio akan mengulang kembali hop

sequence awal yakni 2,449 GHz. Proses ini dilakukan sampai data yang diterima

lengkap.

Pada sisi penerima, hop sequence gelombang radio harus sinkronisasi

terhadap pengirim sehingga menerima frekuensi yang tepat dan pada waktu yang

tepat pula. Kemudian sinyal yang diterima dimodulasi dan digunakan pada komputer

penerima.

b. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

Direct Sequence Spectrum merupakan tipe spread spectrum yang sudah

banyak dikenal dan dapat dipakai karena implementasinya dan data rate yang tinggi.

Kebanyakan dari peralatan wireless LAN yang digunakan sekarang ini menggunakan

teknologi ini. Metode yang digunakan pada DSSS dalam pengiriman data dimana

transmit dan receive-nya disebarkan langsung pada suatu band (pita) tertentu

(misalnya 22 MHz).

DSSS menggabungkan sinyal data pada station pengiriman dengan bit

sequence yang mempunyai data rate yang tinggi, dimana hal ini disebut chipping

(54)

maka semakin besar sinyal yang resisten terhadap interferensi. Semakin rendah

processing gain, maka semakin besar jumlah bandwidth tersedia untuk user. FCC

mengeluarkan peraturan bahwa spreading ratio harus lebih dari sepuluh. Sebagian

besar dari produk produk yang terdapat di pasaran mempunyai suatu spreading ratio

kurang dari 20 dan standar baru dari IEEE 802.11 memakai suatu spreading ratio

sebelas. Seperti yang dijelaskan di atas, pemancar dan penerima pada DSSS harus

disamakan dengan memakai processing gain yang sama. Apabila processing gain

ortogonal digunakan lebih dari satu LAN maka dapat dibagi pada band yang sama.

Karena sistem DSSS menggunakan subchannel- subchannel yang lebar, maka

banyaknya co-located LAN menjadi terbatas oleh ukuran subchannels.

Dalam mendefenisikan sebuah channel pada sistem direct sequence

menggunakan cara lebih konvensional daripada FHSS. Masing masing channel pada

sistem direct sequence saling berdekatan dengan lebar frekuensi 22 MHz. Sebagai

contoh dapat di lihat pada Gambar 2.11 [2].

Gambar 2.11 Overlapping yang terjadi pada DSSS

Seperti terlihat pada Gambar 2.12 channel pada DSSS, sistem direct sequence terjadi

overlapping pada masing-masing channel-nya sehingga hal ini menyebabkan

interferensi pada sistem. Channel-channel yang overlapping pada sistem DSSS tidak

(55)

sinyal. Channel-channel yang tidak terjadi overlapping harus berselisih lima

channel, misal channel 1 dan channel 6, channel 2 dan channel 7 dan seterusnya.

Secara teori jumlah channel maksimum yang tidak overlapping yang dapat diperoleh

pada sistem DSSS ada tiga, yakni [1] : channel 1, channel 6 dan channel 11.

Gambar 2.12 Channel yang tidak overlapping pada sistem DSSS

c. Perbandingan FHSS dan DSSS

Antara teknologi FHSS dan DSSS keduanya memiliki kelebihan dan

kekurangan, dan hal itu memberikan pertimbangan untuk enentukan pemakaian dari

wireless LAN. Dan pada bagian ini diperlihatkan beberapa factor yang harus

dipertimbangkan ketika memilih teknologi apa yang akan digunakan, antara lain [2] :

- Narrowband interference

- Co-location

- Cost

- Equipment compatibility & availability

- Data rate & throughput

(56)

- Standards support

1. Narrowband Interference

Kelebihan dari FHSS meliputi resistansi yang tinggi terhadap interferensi

narrow band. DSSS lebih sering terjadi interferensi dibandingkan FHSS dikarenakan

penggunaan dari 22 MHz yang berdekatan dengan 79 Mhz yang digunakan FSSS.

2. Cost

Ketika mengimplementasikan wireless LAN, kelebihan dari DSSS mungkin

lebih terasa dibandingkan sistem FHSS bila dilihat dari pertimbangan budget. Biaya

yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan direct sequence system jauh lebih

rendah bila dibandingkan sistem frequency hopping.

3. Co-location

Kelebihan dari FSSS diatas DSSS adalah pada kemampuan untuk

menco-located banyak frekuensi hopping dibandingkan dengan direct sequence system.

Sejak sistem frekuensi hopping menggunakan 19 discrete channel, frekuensi hopping

memiliki kelebihan co-location diatas direct sequence system, dimana memiliki

maksimum co-location 3 akses point (lihat Gambar 2.13).

(57)

4. Data rate & Throughput

Sistem FHSS dan DSSS memiliki throughput data yang dikirim hanya sekitar

setengah dari data rate. Ketika diujikan throughput dari wireless LAN, didapat 5-6

Mbps pada setting 11 Mbps untuk DSSS.

5. Security

Telah diketahui bahwa frekuensi hopping lebih aman dibandingkan direct

sequence system. Fakta pertama bahwa radio FHSS hanya menghasilkan nilai

minimal pada manufacture. Kedua, tiap manufacture menggunakan standard dari hop

sequences, dimana pada umumnya terhubung dengan sistem sebelumnya.

2.4 Antena

Antena adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memancarkan sinyal listrik dari

kabel ke udara. Dalam komunikasi dua arah, satu antena dapat berfungsi sebagai

penerima dan juga pemancar. Antena RF merupakan suatu alat yang digunakan

untuk merubah sinyal frekuensi yang tinggi dalam suatu saluran transmisi (kabel atau

waveguide) ke dalam gelombang propagasi di udara.

Pada jaringan wireless LAN, antena merupakan alat yang yang sering digunakan

untuk meningkatkan jangkauan dari sistem WLAN. Pemilihan antena yang sesuai

dan penempatan posisi yang tepat dapat menambah keamanan dan mengurangi

kebocoran sinyal dari sistem wireless LAN.

Ada beberapa tipe antena yang dapat mendukung implementasi WLAN, yaitu [2] :

a. Antena Omni-directional (Dipole)

b. Antena Semi-directional

(58)

2.4.1 Antena Omni-directional (Dipole)

Yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal kesegala arah dengan daya

yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain dari antena omni

directional harus memfokuskan dayanya secara horizontal (mendatar) (lihat Gambar

2.16), dengan mengabaikan pola pemancaran keatas dan kebawah, sehingga antena

dapat diletakkan ditengah-tengah base station. Dengan demikian keuntungan dari

antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak. Namun

kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi

interferensi.

Pada Gambar 2.14 ditunjukkan suatu radiasi dari antena dipole yang

dikonsentrasikan ke dalam suatu daerah yang terlihat seperti donat, dengan posisi

antena dipole yang vertikal yang disebut dengan “hole” dari “donat”. Sinyal dari

suatu antena omni-directional radiasinya 360 derajat. Penguatan tertinggi, terlihat

saat tekanan berada di puncak bagian donat.

Gambar 2.14 Antena ‘donat’ Dipole

Radiasi dari antena dipole sama-sama dalam semua arah di setiap sumbu axis-nya,

tetapi radiasinya tidak terlalu panjang dari kawatnya sendiri. Gambar bagian samping

dari radiator antena dipole seperti gelombang radiasi pada Gambar 2.15 Gambar ini

juga mengilustrasikan bentuk antena dipole ”gambar 8” dalam bentuk-bentuk

(59)

Gambar 2.15 Gambar samping Antena Dipole

Gambar 2.16 Cakupan area dengan penguatan terbesar dari antena omni-directional

Antena omni-directional umumnya digunakan untuk desain point-to-multipoint

dengan menggunakan topologi star (lihat Gambar 2.17).

Gambar 2.17 Hubungan Point-to-multipoint

2.4.2 Antena Semi-Directional

Yaitu antena yang mempunyai pola pemancaran sinyal dengan satu arah tertentu.

Antena semi-directional sering memancarkan pada bentuk hemispherical atau pola

(60)

Gambar 2.18 Jangkauan Antena Semi-directional

Antena ini idealnya cocok untuk jembatan dengan jarak pendek atau rata-rata. Pada

ruang tertutup yang luas, bila pemancar harus diletakkan disudut atau pada bagian

belakang bangunan, koridor, atau ruangan besar, antena semi-directional akan

menjadi pilihan yang baik untuk menyediakan jangkauan yang tepat. Gambar 2.19

menggambarkan hubungan antara dua bangunan yang menggunakan antena

semi-directional.

Gambar 2.19 Hubungan Point to Point menggunakan Antena Semi-Directional

2.4.3 Antena Highly-Directional

Antena ini memencarkan sinyal-sinyal terbatas dari tipe antena apapun dan

mempunyai gain terbesar dari ketiga group antena serta memiliki pola radiasi seperti

pada Gambar 2.22. Antena highly-directional secara khusus berbentuk cekung,

peralatan berbentuk piringan, seperti bisa dilihat pada Gambar 2.20 dan Gambar

(61)

Gambar 2.20 Contoh Antena Highly-Directional Berbentuk Parabola

Gambar 2.21 Contoh Antena Highly-Directional Berbentuk Grid

Gambar 2.22 Pola Radiasi Antena Highly-Directional

Kemampuan antena highly-directional adalah bisa menghubungkan dua bangunan

yang terpisah beberapa mil satu sama lain dan tidak punya hambatan jarak

Gambar

Gambar 2.10 Frekuency Hopping dengan lima frekuensi
Gambar 2.11 Overlapping yang terjadi pada DSSS
Gambar 2.17 Hubungan Point-to-multipoint
Gambar 2.19 Hubungan Point to Point menggunakan Antena Semi-Directional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Topologi Mesh biasanya digunakan pada ISP ( Internet Service Provider ) untuk memastikan bila terjadi kerusakan pada salah satu sistem komputer maka tidak akan

Jaringan MPLS yang menggunakan label forwarding menjadikan label sebagai identifier yang digunakan pada paket dalam suatu jaringan MPLS terdiri atas 20 bit, berbeda

Jaringan adalah sistem yang saling berhubungan antara perangkat komputer, telepon, atau komunikasi lain sehingga dapat berkomunikasi dengan satu.. sama lain dan berbagi aplikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja pustakawan terampil dan ahli terbilang sama pada kegiatan pengelolaan perpustakaan dan pelayanan perpustakaan yaitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja pustakawan terampil dan ahli terbilang sama pada kegiatan pengelolaan perpustakaan dan pelayanan perpustakaan yaitu

kemajuan suatu perpustakaan, karena pada hakikatnya prinsip kinerja merupakan. suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam

Menurut anda, Apa saja bentuk kegiatan yang sudah dilakukan oleha. pustakawan dalam penelaahan pengembangan

Dan pada saat tidak terjadi lagi cetusan api antara benda kerja dan elektroda, maka bentuk yang dipotong akan sama persis dengan bentuk elektroda yang digunakan.. Besar arus