• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Peningkatan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik Pada Perumahan Nasional Martubung Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proses Peningkatan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik Pada Perumahan Nasional Martubung Medan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENINGKATAN HAK ATAS TANAH

DARI STATUS HAK GUNA BANGUNAN

MENJADI HAK MILIK PADA PERUMAHAN

NASIONAL MARTUBUNG MEDAN

T E S I S

Oleh

HERRI SYAHPUTRA

087011008/MKn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROSES PENINGKATAN HAK ATAS TANAH

DARI STATUS HAK GUNA BANGUNAN

MENJADI HAK MILIK PADA PERUMAHAN

NASIONAL MARTUBUNG MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kernotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERRI SYAHPUTRA

087011008/MKn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PROSES PENINGKATAN HAK ATAS TANAH DARI STATUS HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK PADA PERUMAHAN NASIONAL MARTUBUNG MEDAN

Nama Mahasiswa : HERRI SYAHPUTRA Nomor Pokok : 087011008

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.H.Muhammad Yamin SH,MS,CN)

Ketua

(Prof. Sanwani Nasution. SH) Anggota

(Chairani Bustami, SH, SpN, M.Kn) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N) (Prof. Dr. Runtung, SH., Mhum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Januari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Anggota : 1. Prof. Sanwani Nasution, SH

2. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum

(5)

ABSTRAK

Keuntungan dari peningkatan status tanah rumah sederhana dalam hal ini Rumah Perumnas Martubung dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik adalah bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum atas kepemilikan dari Rumah Sederhana tersebut. Hak Guna Bangunan dalam Pasal 35 Undang-undang Pokok Agraria adalah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Sedangkan Hak Milik menurut Pasal 20 Undang-undang Pokok Agraria adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih Hak Milik jika dibandingkan dengan Hak Guna Bangunan, karena Hak Milik adalah hak yang paling kuat dan terpenuh, sehingga kalimat terkuat dan terpenuh dilihat dari sifat-sifat dan isi hak yang lain dengan hak-hak yang berada di bawahnya itu. Adapun tata cara peningkatan status tanah rumah sederhana dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik adalah dengan melakukan permohonan dari pemohon dengan melampirkan sertifikat asli yang akan ditingkatkan, foto copy KTP, foto Copy PBB terakhir, akta jual beli serta surat rekomendasi dari pihak Perum Perumnas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian adalah di Perumnas Martubung Medan. Sebagai sampel ditetapkan secara purposive sampling yaitu 5 orang pemilik Hak Guna Bangunan di Perumnas Martubung, dan 1 orang pegawai Perum Perumnas, 2 orang Pegawai kantor Pertanahan Medan dan 1 orang Notaris/PPAT Kota Medan. Alat pengumpul data adalah dengan wawancara. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif.

(6)

peningkatan hak atas tanah di Perumnas Martubung, demikian juga hal nya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) juga berperan dalam membantu masyarakat Kota Medan Khususnya masyarakat perumnas Martubung dalam hal peralihan dan meningkatkan hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan peningkatan status tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Kota Medan, adalah masih terdapatnya penyimpangan tentang pemberian luas tanah yang telah ditetapkan, dan tanah-tanah tersebut harganya masih rendah atau tidak mahal. Sedangkan bila diperhatikan saat ini perkembangan harga tanah dan rumah terus mengalami peningkatan. Sehingga Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan dan rumah tersebut seharga Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sudah tidak sesuai lagi dengan harga tanah dan rumah yang terus meningkat. Selain itu banyak masyarakat Kota Medan yang tidak mengetahui tentang tata cara peningkatan status hak tanahnya menjadi Hak Milik, disamping itu sering kali masyarakat tidak melengkapi berkas, minimnya biaya serta cara kerja dari pihak kantor Pertanahan yang dianggap lama sehingga tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Upaya yang dapat dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan dalam mengatasi faktor penghambat dalam peningkatan status tanah dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik Kota Medan, adalah memberikan batasan setiap kepemilikan tidak boleh melebihi 2000 M2 dan batasan setiap permohonan kepemilikan tidak boleh melebihi 5 (lima) bidang dengan luas keseluruhan 5000 M2. Serta ditetapkannya jangka waktu pengurusan permohonan pendaftaran Hak Milik paling lama 2 (dua) minggu.

(7)

ABSTRACT

The benefit of extending the status of simple housing land in this case of the National Housing Martubung from Right in Usage of Building into Right on Ownership is intended to ensure the legal certainty of possessing the simple housing. The Right in Usage of Building as stipulated in the Article 35 of the Laws of Agrarian includes that of establishing and owning buildings on a land owned no by self within no more than 30 years. Whereas the Right of Ownership as stipulated in the Article 20 of the Laws of Agrarian includes that of the successive generation, reliable and complete that can be owned by anyone on a land. Therefore, the society more prefer the Right of Ownership rather than Right in Usage of Building due to the former is the strongest and complete one so that the phrase “ the strongest and complete in terms of the characteristics and content of other rights with rights subordinate. The procedure of Ownership is to make an application by the applicant by attaching the original certificate to be extended, copy of Identity Card, copy of the last PBB (tax of land and building), decree of contract and recommendation by the National Housing Company (Perum Perumnas).

The method used in the study included to use the research characteristics adjusted to the descriptive analysis. The location of the study included Perumnas Martubung Medan. The samples were taken by using a purposive sampling consisting of 5 owners of Right in Usage of Building at Perumnas Martubung and 1 (one) Notary /Title Certificate Authority of Medan. The data were collected by interview. The secondary data were collected by a library study and then analyzed by using a qualitative method.

(8)

on land from the Right in Usage of Building into Right of Ownership at Perumnas Martubung.

The challenging factor of implementing the extension of the land status from the Right in use of Building into Right of Ownership in Medan included : there are many distortions in provision of the land as determined and the relatively cheaper cost. Whereas if considering the recent condition, the prices of land and housing continuously increases. Thus, the selling value of Taxation Object of Land and Building and the house is of Rp. 30.000.000 ( thirty millions rupiah). In addition, a large number of the community often failed to complete the documents, the lack of cost and the working method of the Land Affairs Office that was considered to be slow and longer so that it is not adjusted to the limited period predetermined. The effort that can be done by the Municipal Housing Office in dealing with the challenging factor in improving the land status from Right in Use of Building into Right of Ownership in Medan is that in formulating the definition of any ownership that any ownership should no larger than 200 m2 and the restriction of any ownership application should no over than 5 (five) plots with the total area of 5000 m2, and the duration of arranging any application of registering Right of Ownership should not longer than 2 (two) weeks.

Keywords : Extension of Land Status, Perumnas Housing, Right in Usage of Building, Right of Ownership

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Proses Peningkatan Hak Atas Tanah

Dari Status Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik Pada Perumahan Nasional

Martubung Medan”

Dalam penyelesaian tesis ini dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp.A (K) Universitas Sumatera

Utara, selaku Rektor Universitas Sumatra Utara, atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatra

Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatra Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

dapat menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi

(10)

pembimbing utama yang memberikan masukan dan kritikan dan dorongan kepada

penulis.

4. Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH, selaku dosen pembimbing II, yang telah

memberikan perhatian dengan penuh ketelitian, mendorong serta membekali

penulis dengan nasehat dan ilmu yang bermanfaat dalam penyelesaian studi.

5. Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, Mkn, selaku pembimbing III, yang telah

begitu sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis

lebih baik lagi.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan kritikan kepada penulis.

7. Ibu Dr, T, Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program

Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah membimbing dan membina Penulis dalam penyelesaian studi dan

sekaligus pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji.

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf pengajar serta para karyawan program studi

kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

9. Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibunda Suryati dan Ayahanda

Gurnawan, sebagai orang tua yang selalu tulus, sabar dan memberikan yang

terbaik buat anak-anaknya, yang selalu menjadi bagian dalam hidup penulis,

terima kasih atas saying dan cintanya.

10.Buat abang dan kakakku tersayang Hendrawan Syah Putra dan Suchrisna

(11)

11.Kepada yang tercinta Vebria Rosa, A.Md, terima kasih yang tulus buat doa,

semangat, sayang, cinta dan tempat untuk berbagi, semoga kita menjadi lebih baik

lagi dalam segala hal.

12.Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Khususnya kelas Reguler Khusus angkatan 2008

yang selalu memberikan semangat dan inspirasi, terima kasih atas

kekompakannya selama ini.

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatiannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini, penulis

menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Wassalam,

Medan, Januari 2010

Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

I . Identitas Pribadi

Nama : HERRI SYAHPUTRA

Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh/31 Desember 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Bertu No. 2/35 Medan.

II . Orang Tua

Nama Ayah : Gurnawan

Nama Ibu : Suryati

III . Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pegawai Negeri Sipil

Ibu : Ibu Rumah Tangga

IV. Pendidikan

1. SD : SD Negeri 25 Meulaboh

2. SMP : SMP Negeri 3 Meulaboh

3. SMU : SMU Negeri 1 Meulaboh

(13)

DAFTAR ISI

B. Perumusan Masalah………. 9

C. Tujuan Penelitian ……… 10

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN………… 38

(14)

B. Hak Milik ……. …..……….… 47

C. Prosedur Pelaksanaan Peningkatan Status Tanah Dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung ……….. 50

BAB III PERANAN PPAT DAN KANTOR PERTANAHAN DALAM PROSES PENINGKATAN HAK ATAS TANAH DARI HGB MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN …... 68

A. Peranan PPAT Dalam Proses Peralihan HGB Menjadi Hak Milik Di Perumnas Martubung Medan ……… 68

B. Peranan Kantor Pertanahan Dalam Pelaksanaan Peningkatan HGB Menjadi Hak Milik Di Perumnas Martubung ……. 91

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS HAK ATAS TANAH DARI HGB MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG ………… 96

A. Hambatan Dalam Pelaksanaan Peningkatan Status Hak Atas Tanah Dari HGB Menjadi Hak Milik ………. 96

B. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Peningkatan Status Tanah Dari HGB menjadi Hak Milik Di Perumnas Martubung ……… 104

1. Penyuluhan ………. 104

2. Mengatasi Masalah Dana ……… 105

3. Pendekatan Pada Pihak Pengembang Dan PPAT …. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 108

A. Kesimpulan ……….... 108

B. Saran……….. 109

(15)

ABSTRAK

Keuntungan dari peningkatan status tanah rumah sederhana dalam hal ini Rumah Perumnas Martubung dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik adalah bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum atas kepemilikan dari Rumah Sederhana tersebut. Hak Guna Bangunan dalam Pasal 35 Undang-undang Pokok Agraria adalah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Sedangkan Hak Milik menurut Pasal 20 Undang-undang Pokok Agraria adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih Hak Milik jika dibandingkan dengan Hak Guna Bangunan, karena Hak Milik adalah hak yang paling kuat dan terpenuh, sehingga kalimat terkuat dan terpenuh dilihat dari sifat-sifat dan isi hak yang lain dengan hak-hak yang berada di bawahnya itu. Adapun tata cara peningkatan status tanah rumah sederhana dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik adalah dengan melakukan permohonan dari pemohon dengan melampirkan sertifikat asli yang akan ditingkatkan, foto copy KTP, foto Copy PBB terakhir, akta jual beli serta surat rekomendasi dari pihak Perum Perumnas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian adalah di Perumnas Martubung Medan. Sebagai sampel ditetapkan secara purposive sampling yaitu 5 orang pemilik Hak Guna Bangunan di Perumnas Martubung, dan 1 orang pegawai Perum Perumnas, 2 orang Pegawai kantor Pertanahan Medan dan 1 orang Notaris/PPAT Kota Medan. Alat pengumpul data adalah dengan wawancara. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif.

(16)

peningkatan hak atas tanah di Perumnas Martubung, demikian juga hal nya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) juga berperan dalam membantu masyarakat Kota Medan Khususnya masyarakat perumnas Martubung dalam hal peralihan dan meningkatkan hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan peningkatan status tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Kota Medan, adalah masih terdapatnya penyimpangan tentang pemberian luas tanah yang telah ditetapkan, dan tanah-tanah tersebut harganya masih rendah atau tidak mahal. Sedangkan bila diperhatikan saat ini perkembangan harga tanah dan rumah terus mengalami peningkatan. Sehingga Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan dan rumah tersebut seharga Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sudah tidak sesuai lagi dengan harga tanah dan rumah yang terus meningkat. Selain itu banyak masyarakat Kota Medan yang tidak mengetahui tentang tata cara peningkatan status hak tanahnya menjadi Hak Milik, disamping itu sering kali masyarakat tidak melengkapi berkas, minimnya biaya serta cara kerja dari pihak kantor Pertanahan yang dianggap lama sehingga tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Upaya yang dapat dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan dalam mengatasi faktor penghambat dalam peningkatan status tanah dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik Kota Medan, adalah memberikan batasan setiap kepemilikan tidak boleh melebihi 2000 M2 dan batasan setiap permohonan kepemilikan tidak boleh melebihi 5 (lima) bidang dengan luas keseluruhan 5000 M2. Serta ditetapkannya jangka waktu pengurusan permohonan pendaftaran Hak Milik paling lama 2 (dua) minggu.

(17)

ABSTRACT

The benefit of extending the status of simple housing land in this case of the National Housing Martubung from Right in Usage of Building into Right on Ownership is intended to ensure the legal certainty of possessing the simple housing. The Right in Usage of Building as stipulated in the Article 35 of the Laws of Agrarian includes that of establishing and owning buildings on a land owned no by self within no more than 30 years. Whereas the Right of Ownership as stipulated in the Article 20 of the Laws of Agrarian includes that of the successive generation, reliable and complete that can be owned by anyone on a land. Therefore, the society more prefer the Right of Ownership rather than Right in Usage of Building due to the former is the strongest and complete one so that the phrase “ the strongest and complete in terms of the characteristics and content of other rights with rights subordinate. The procedure of Ownership is to make an application by the applicant by attaching the original certificate to be extended, copy of Identity Card, copy of the last PBB (tax of land and building), decree of contract and recommendation by the National Housing Company (Perum Perumnas).

The method used in the study included to use the research characteristics adjusted to the descriptive analysis. The location of the study included Perumnas Martubung Medan. The samples were taken by using a purposive sampling consisting of 5 owners of Right in Usage of Building at Perumnas Martubung and 1 (one) Notary /Title Certificate Authority of Medan. The data were collected by interview. The secondary data were collected by a library study and then analyzed by using a qualitative method.

(18)

on land from the Right in Usage of Building into Right of Ownership at Perumnas Martubung.

The challenging factor of implementing the extension of the land status from the Right in use of Building into Right of Ownership in Medan included : there are many distortions in provision of the land as determined and the relatively cheaper cost. Whereas if considering the recent condition, the prices of land and housing continuously increases. Thus, the selling value of Taxation Object of Land and Building and the house is of Rp. 30.000.000 ( thirty millions rupiah). In addition, a large number of the community often failed to complete the documents, the lack of cost and the working method of the Land Affairs Office that was considered to be slow and longer so that it is not adjusted to the limited period predetermined. The effort that can be done by the Municipal Housing Office in dealing with the challenging factor in improving the land status from Right in Use of Building into Right of Ownership in Medan is that in formulating the definition of any ownership that any ownership should no larger than 200 m2 and the restriction of any ownership application should no over than 5 (five) plots with the total area of 5000 m2, and the duration of arranging any application of registering Right of Ownership should not longer than 2 (two) weeks.

Keywords : Extension of Land Status, Perumnas Housing, Right in Usage of Building, Right of Ownership

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan hidup manusia yang mendasar secara umum yaitu kebutuhan

akan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan akan papan di sini diartikan sebagai

kebutuhan manusia untuk memiliki tempat tinggal yang dapat digunakan sebagai

tempat berteduh dan sebagai tempat membangun keluarga, kebutuhan akan papan

ini juga sering disebut dengan kebutuhan primer yang tidak dapat diabaikan, karena

dengan adanya tempat tinggal manusia dapat bermasyarakat sekaligus dapat

membina kepribadiannya. 1

Tempat tinggal pada umumnya dalam bentuk rumah walaupun pada saat ini

banyak bentuk lain yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh sebagian masyarakat

seperti Apartemen dan Rumah Susun, tetapi konsep dasarnya tetap disebut

dengan rumah. Apabila dilihat dari segi hukum, maka rumah dapat dijadikan sebagai

tempat kedudukan alat domisili bagi setiap orang ketika melakukan hak dan

kewajibannya di dalam hukum.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan

sandang. Namun kenyataannya tidak mudah bagi kebanyakan orang untuk bisa

mempunyai rumah yang layak terutama di daerah-daerah berpenduduk padat dimana

nilai rumah dan tanah relatif tinggi.

1

(20)

Begitu sulitnya mereka, khususnya golongan ekonomi lemah untuk

memperoleh sebidang tanah sekadar untuk tempat tinggal atau dijadikan sumber

hidup. Demikian pula mereka sangat rentan terhadap faktor-faktor yang

mengakibatkan mereka kehilangan hak menguasai/memiliki tanah. Dilain pihak,

sekelompok orang dengan mudah menguasai dan memiliki tanah dalam jumlah yang

besar, ironisnya tidak sedikit tanah-tanah yang dikuasai itu tidak dimanfaatkan sesuai

dengan peruntukannya bahkan ada yang diterlantarkan.

Pembangunan perumahan secara massal (komplek) khususnya rumah

sederhana dan rumah sangat sederhana (RS/RSS) menjadi salah satu program

pemerintah dalam memenuhi kebutuhan papan masyarakat yang sudah berlangsung

lebih dari dua dekade terakhir. Terlepas dari kelemahan atau kekurangannya, pada

kenyataannya pembangunan RS/RSS membuka peluang bagi masyarakat terutama

golongan ekonomi menengah ke bawah untuk memperoleh tanah dan rumah.

Pada umumnya perumahan massal dibangun di atas tanah dengan status Hak

Guna Bangunan (HGB). Mengingat arti pentingnya kebutuhan akan rumah termasuk

penguatan status hak atas tanahnya, pemenuhan kebutuhan perumahan tersebut akan

lebih bermakna apabila hak atas tanahya berupa Hak Milik, mengingat Hak Milik

merupakan hak atas tanah yang terpenuh dan terkuat yang dapat dipunyai seseorang

disamping kemampuan Hak Milik menjadi induk dari hak atas tanah lain.

Menyadari dengan semakin meningkatnya pertambahan penduduk,

memberikan pengaruh terhadap kebutuhan akan perumahan, apalagi masyarakat yang

(21)

untuk membangun rumah tersebut tidak semua masyarakat dapat melakukannya.

Maka salah satu solusi yang terbaik bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah

dengan dana terbatas adalah dengan disediakannya perumahan sederhana, yang saat

ini sedang dikembangkan baik oleh pihak pemerintah ataupun pihak swasta.

Program Pemerintah dalam hal menyediakan rumah sederhana yang dapat

dijangkau oleh kemampuan keuangan masyarakat adalah dengan membangun

perumahan yang dikenal dengan Perumnas atau Perumahan Nasional diseluruh

wilayah Indonesia termasuk di Kota Medan dan sekitarnya. Di Kota Medan dan

sekitarnya sudah dibangun beberapa Perumnas seperti Perumnas Helvetia, Perumnas

Mandala, Perumnas Simalingkar dan terakhir Perumnas Martubung.

Tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah untuk mewujudkan

kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian

yang berimbang meliputi rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah

dengan perbandingan dan kriteria tertentu sehingga dapat menampung secara serasi

antara berbagai kelompok masyarakat dari berbagai kalangan seperti: profesi, tingkat

ekonomi serta status sosial.

Dalam Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan

Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 648-384 tahun 1992

tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan

Hunian yang Berimbang, bahwa yang di maksud dengan :

a. Kawasan Perumahan dan Permukiman adalah wilayah yang di tetapkan

(22)

b. Lingkungan Perumahan dan Permukiman adalah kawasan perumahan dan

permukiman yang mempunyai batas-batas dan ukuran yang jelas dengan

penataan tanah dan ruang, prasarana serta sarana lingkungan yang terstruktur.2

Perumahan tersebut dibangun dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan, dimana

dalam pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Negara Agraria Nasional Nomor 9 tahun

1997 adalah hak bangunan induk adalah hak bangunan atas tanah yang kemudian

dipecah menjadi bidang-bidang tanah yang lebih kecil (Kapling) atau sebagainya

dipisahkan untuk di daftar sebagai tanah tersendiri.

Dalam proses pemecahan sertifikat para pemegang hak harus menyelesaikan

berbagai administrasi serta melengkapi prosedur yang akan dipergunakan di dalam

kepengurusan hak tersebut, dimana dalam proses kepengurusan peningkatan Hak

Guna Bangunan menjadi Hak Milik tersebut tidak terlepas dari peran Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Badan Pertanahan Nasional, dimana proses

peningkatan tersebut dapat di jalankan oleh Badan Pertanahan Nasional yang akan

mengeluarkan sertifikat Hak Milik.

Hak Guna Bangunan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35

Undang-Undang Pokok Agraria adalah Hak untuk memiliki dan mempunyai

bangunan-bangunan diatas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama

30 tahun. Sedangkan Hak Milik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 20

Undang-Undang Pokok Agraria adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

2

Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 648-384 tahun 1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan

(23)

dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6

Undang-Undang Pokok Agraria.

Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional didirikan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974, yang kemudian diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1988, yang mana kemudian telah

disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional.

Perum Perumnas Martubung adalah adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum) dimana keseluruhan sahamnya

dimiliki oleh Pemerintah.

Sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan jasa bagi

kemanfaatan umum dengan memperoleh keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan

perusahaan.

Maksud didirikannya Perum Perumnas adalah untuk melaksanakan penataan

perumahan dan permukiman bagi masyarakat dan dalam hal tertentu melaksanakan

tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Pemerintah dalam rangka pemenuhan

kebutuhan perumahan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Dengan tujuan melaksanakan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang

pembangunan perumahan rakyat yang layak dan terjangkau berdasarkan rencana tata

ruang yang mendukung pengembangan wilayah secara berkelanjutan.3

3

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Perusahaan

(24)

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Perum Perumnas

menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:4

1. Menyiapkan perencanaan proyek-proyek pembangunan perumahan rakyat

dalam arti luas dan prasarana lingkungan.

2. Mengusahakan pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan

tugasnya.

3. Menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan perumahan rakyat dan prasarana lingkungan yang

mencakup penguasaan dan pematangan tanah, pembangunan perumahan,

pembangunan prasarana lingkungan, perbaikan lingkungan serta

kegiatan-kegiatan lainnya.

4. Mengelola tanah-tanah yang dikuasainya dengan kewenangan untuk :

a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah;

b. Menggunakan tanah tersebut untuk usaha;

c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah berikut rumah/bangunannya

dan atau memindah tangankan (menjual) tanah yang sudah

dimatangkan kepada pihak ketiga;

5. Melaksanakan dan mengusahakan unit-unit produksi bahan bangunan dan

usaha penunjang lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas pokok

perusahaan dan melakukan hubungan kerja serta hal-hal lain.

4

(25)

Untuk melaksanakan tugas tersebut Perum Perumnas dapat menguasai tanah

yang diperlukan dengan Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jika bekerja sendiri, Perum Perumnas akan kewalahan, sebab realisasi

pengadaan perumahan masih jauh dari kurang dibandingkan dengan kebutuhan

masyarakat akan perumahan. Untuk itu perlu kerja sama dengan pihak swasta,

misalnya dengan Developer, Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia (REI),

Kontraktor, Bank Tabungan Negara (BTN), dan lain sebagainya. Adapun BTN

selama ini membantu dan menjadi mitra kerja Perum Perumnas dalam mendanai

pelaksanaan pembangunan perumahan.

Koordinasi tersebut bertujuan tidak lain untuk mengatur kebijaksanaan agar

lingkungan perumahan di perkotaan lebih tertata dengan baik, serasi dan asri,

disamping untuk menghindari para spekulan.

Selain itu Perum Perumnas harus mempertimbangkan lembaga pemasarannya,

sebab selama ini rumah produk Perum Perumnas pada umumnya masih di bawah

bentuk dan tampilan rumah yang dibangun oleh swasta. Kelembagaan di bidang

produksi juga harus ditingkatkan seiring perkembangan tekhnologi, kenaikan

harga-harga dan lain sebagainya.

Fasilitas dan sarana yang di sediakan pihak developer antara lain, sekolah,

pos polisi, tempat ibadah, telepon, listrik, air bersih serta penghijauan, atau pada

intinya masyarakat lebih memilih kawasan jadi yang sudah banyak terdapat fasilitas

(26)

Selain itu dalam menentukan bentuk, sekarang telah mengalami

perkembangan, yaitu dalam bentuk, model atau disain rumah, pihak developer sangat

fleksibel, tergantung keinginan dan kebutuhan ruang si pemilik rumah. Tujuannya

agar di kemudian hari, para konsumen tidak lagi membongkar ulang. Dalam hal ini

kelebihan yang ditawarkan oleh developer berbeda-beda.

Kelebihan yang ditawarkan masing-masing pengembang terhadap Rumah

Sederhana (RS) yang ditawarkan kepada konsumen adalah bertujuan memberikan

rasa puas bagi konsumen.

Dalam usaha perumahan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat

Sederhana (RSS) ini juga memberikan harga yang bersaing. Seiring dengan hal di

atas, kawasan hunian yang sangat potensial merupakan faktor utama yang diraih oleh

pihak pengembang. Karena sebagai daerah yang sedang berkembang, ketersediaan

perumahan di wilayah tersebut sangat diharapkan masyarakat pendatang. Akibatnya

jumlah pertumbuhan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) di

wilayah tersebut terbilang tinggi.

Dalam perkembangannya masyarakat yang bertempat tinggal di Perumnas

mempunyai keinginan agar rumah yang ditempatinya bisa berubah status

kepemilikannya dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik. Hal ini setelah

memenuhi batas waktu tertentu dapat terwujud tentunya dengan melalui

prosedur dan memenuhi syarat-syarat tertentu ditetapkan. Proses peningkatan Hak

(27)

dalam hal ini Perum Perumnas sebagai pemegang Hak Guna Bangunan atas tanah

perumahan tersebut.

Masyarakat yang bertempat tinggal di Perumnas dalam hal ini Perumnas

Martubung sebagian besar masih belum mengetahui dan memahami prosedur serta

syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan dan dilakukannya

peningkatan hak kepemillikan rumah mereka dari Hak Guna Bangunan menjadi

Hak Milik.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam

bentuk tesis dengan judul ” Proses Peningkatan Hak Atas Tanah Dari Status Hak

Guna Bangunan Menjadi Hak Milik pada Perumahan Nasional Martubung Medan”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan peningkatan status hak atas tanah dari Hak

Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung Medan ?

2. Bagaimana peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan juga peranan

Kantor Pertanahan dalam pelaksanaan peningkatan status hak atas tanah dari

Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung ?

3. Apa saja yang menjadi hambatan bagi terlaksananya peningkatan status hak

atas tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Kota Medan

(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan permasalahan maka dapat dikemukakan bahwa tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan peningkatan status hak atas tanah dari

Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung?

2. Untuk mengetahui peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan juga

peranan kantor Pertanahan dalam pelaksanaan peningkatan status tanah dari

Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik di Perumnas Martubung.

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dan kendala dalam

pelaksanaan peningkatan status dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik

di Perumnas Martubung

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis, yakni :

1. Kegunaan Teoritis

Dari hasil penelitian ini di harapkan menjadi suatu yang bermanfaat sebagai

sumbangsih dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya perkembangan hukum

Agraria.

2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan suatu gambaran

(29)

menjadi Hak Milik serta apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaannya

dan selanjutnya dapat juga berguna bagi masyarakat yang ingin meningkatkan

status tanahnya dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian pada kepustakaan, khususnya di lingkungan

perpustakaan Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang membahas dan

mengambil objek penelitian menyangkut masalah : “Proses Peningkatan Hak Atas

Tanah Dari Status Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik pada Perumahan

Nasional Martubung Medan”.

Adapun judul tesis yang memiliki unsur kemiripan mengenai pokok pembahasan

dengan penelitian ini antara lain :

1. Jannes Donald Vicky Roring, Nomor Induk Mahasiswa 037011039, dengan

judul: Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Dalam Memenuhi

Kebutuhan Akan Rumah Bagi Masyarakat Kota Medan, dengan perumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pemilikan rumah di Bank

Tabungan Negara (KPR/BTN) Cabang Medan dan apakah telah

memberikan perlindungan hukum bagi debitur/konsumen?

b. Bagaimana tanggung jawab Bank apabila debitur/konsumen mengalami

kesulitan dalam memenuhi kesepakatan perjanjian kredit pemilikan rumah

(30)

c. Upaya hukum apakah yang ditempuh konsumen/masyarakat pengguna

fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dan Bank jika terjadi wanprestasi?

2. Henny Saida Flora, Nomor Induk Mahasiswa 037011032, dengan judul:

Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Pengikatan Jual

Beli Rumah Melalui Pengembang (Studi Di Kota Medan), dengan perumusan

masalah sebagai berikut:

a. Apakah dalam perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat oleh

pengembang telah memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen?

b. Bagaimana tanggung jawab pengembang apabila konsumen dirugikan

dalam perjanjian pengikatan jual beli?

c. Bagaimana sikap konsumen terhadap isi perjanjian pengikatan jual beli

yang ditawarkan oleh pengembang?

Dari penelusuran kepustakaan tersebut diatas, maka dengan demikian

penelitian ini adalah asli, serta dapat di pertanggung jawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan segala spesifik untuk

proses tertentu terjadi,5 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.6

5

J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 203.

6

(31)

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum pun mengalami

perkembangan. Bahkan hukum selalu tertatih-tatih mengikuti perkembangan

masyarakat. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada

metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.7

Teori seperti yang dikemukakan oleh M. Solly Lubis, adalah:

“Suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai

sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan

perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak

disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam

penulisan”.8

Kemudian menurut J.J.H Bruggink:

“Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan, yang di kemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu, maka teori hukum dapat ditentukan dengan lebih jauh sebagai suatu keseluruhan pernyataan-pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan hukum. Dengan itu harus cukup menguraikan tentang apa yang diartikan dengan unsur teori dan harus mengarahkan diri kepada unsur hukum”.9

Hubungan dengan kepustakaan, isue kebijakan maupun nara sumber penting

lainnya.10 Sebuah teori harus diuji dengan menghadapkannya kepada faktor-faktor

yang kemudian harus dapat menunjukkan kebenarannya.

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Universitas Indonesia-Press, Jakarta, 1982, hlm.,6.

8

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80.

9

J.J.H Bruggink, Repleksi Tentang Hukum, Alih Bahasa Arief Sidharta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 2.

10

(32)

Untuk menganalisis data mengenai peningkatan hak atas tanah dari status Hak

Guna Bangunan menjadi Hak Milik pada perumahan nasional Martubung Medan,

penulis menggunakan teori sistem hukum.

Menurut Lawrence Meir Friedmann yaitu hukum dilihat sebagai suatu yang

berdiri sendiri. Keterkaitan dengan elemen-elemen lain merupakan penanda khas atas

sistem hukum tersebut. Elemen lain yang dimaksudkan Friedmann adalah ekonomi

dan politik. Gambaran tentang kaitan antar subsistem tersebut tercakup dalam

uraiannya mengenai sistem hukum dalam suatu masyarakat merupakan bagian dari

sistem sosial masyarakat tersebut. Tiga komponen utama yang dimiliki sistem hukum

adalah legal structure, legal substance, and legal culture. Ketiga komponen tersebut

saling menentukan satu sama lainnya, demikian juga saling berpengaruh satu sama

lainnya11.

Sedangkan budaya hukum dimaksudkan sebagai sikap atau apresiasi masyarakat

terhadap hukum dan sistem hukum kedalam komponen tersebut adalah kepercayaan

terhadap hukum, nilai (value), ide atau gagasannya dan harapan-harapannya. Dengan

kata lain hal itu merupakan bagian dari budaya secara umum yang diorientasikan

pada sistem hukum. Gagasan-gagasan dan opini harus dimengerti sebagai hal yang

berhubungan dengan perkembangan proses hukum.12

11

Lawrence Meir Friedmann, American Law, (New York-London : W.W. Norton & Company, 1984), hlm. 5-6.

12

(33)

Sistem hukum, sebagai bagian dari sistem sosial harus dapat memenuhi harapan

sosial. Oleh karena itu maka sistem hukum harus menghasilkan sesuatu yang

bercorak hukum (output of law) yang pada dirinya signifikan dengan harapan sosial.

Ada empat hal yang harus dihasilkan atau dipenuhi oleh suatu sistem hukum yaitu:13

1. Sistem hukum secara umum harus dapat mewujudkan apa yang menjadi

harapan masyarakat atas sistem tersebut.

2. Harus dapat menyediakan skema normatif, walaupun fungsi penyelesaian

konflik tidak semata-mata menjadi monopoli sistem hukum, dimana sistem

hukum harus dapat menyediakan mekanisme dan tempat dimana orang dapat

membawa kasusnya untuk diselesaikan.

3. Sistem hukum sebagai kontrol sosial yang esensinya adalah aparatur hukum,

polisi dan hakim misalnya harus menegakkan hukum.

4. Dalam kaitannya dengan fungsi kontrol sosial, desakan kekuatan sosial untuk

membuat hukum, harus direspon oleh institusi hukum, mengkristalkannya,

menuangkannya kedalam aturan hukum, dan menentukan prinsipnya. Dalam

konteks ini, sistem dapat dikatakan sebagai instrumen perubahan tatanan

sosial atau rekayasa sosial.

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan

meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi. Penelitian ini berusaha memahami

sertifikat yang berstatuskan Hak Guna Bangunan secara yuridis, artinya memahami

13

(34)

objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah

hukum sebagaimana yang di tentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan masalah hukum pokok agraria.

Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang telah dinyatakan pada Pasal 3

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain

yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Berkaitan dengan tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 di atas A.P. Parlindungan

mengatakan bahwa:

a. Dengan diterbitkannya sertifikat hak atas tanah maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum.

(35)

diberikan informasi apa saja yang diperlukan atas bidang tanah/bangunan yang ada

c. Sehingga untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan sesuatu hal yang wajar.14

Disamping itu dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan

terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang

berkepentingan termasuk Pemerintah dengan mudah memperoleh data yang di

perlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun yang sudah di daftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah

secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administarasi di bidang

pertanahan.

Keterangan dari sebidang tanah untuk kepastian siapa saja yang berhak

mempunyai tanah yang bersangkutan, status daripada haknya serta beban-beban yang

berada diatas tanah dan yang terakhir menghasilkan sertipikat-sertipikat sebagai alat

pembuktian yang kuat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat diketahui bahwa pendaftaran tanah

dapat menghasilkan peta-peta pendaftaran tanah, surat ukur untuk kepentingan

tentang letak batas dan luas tanah.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas Undang-undang Pokok Agraria juga

menyatakan :

a. Hak Guna Bangunan, termaksud syarat-syarat pemberiannya, demikian juga

setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus di daftarkan menurut

14

(36)

ketentuan yang dimaksudkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok

Agraria

b. Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang

kuat mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan serta sahnya peralihan hak

tersebut, kecuali hak-hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.15

Dalam rangka pemberian Hak Milik bagi tanah untuk rumah sederhana yang

di atur di dalam Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 9 Tahun 1997 juncto Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 1997 tentang pemberian hak milik atas

tanah untuk rumah sangat sederhana dan rumah sederhana, maka Hak Guna

Bangunan atas tanah untuk Rumah Sederhana (RS) diatas tanah Negara, termaksud

diatas tanah pengelolaan, kepunyaan perseorangan Warga Negara Indonesia, atas

permohonan pemegang hak atau kuasanya dapat diubah menjadi Hak Milik.16

Perubahan hak adalah penetapan Pemerintah mengenai penegasan bahwa

sebidang tanah yang semula dipunyai dengan Hak Guna Bangunan, Atas permohonan

pemegang haknya, menjadi tanah Negara dan sekaligus memberi tanah tersebut

kepadanya dengan Hak Milik.17

15

R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

16

Keputusan Menteri Negara Agraria No. 9 Tahun 1997 juncto Keputusan Menteri Negara Agraria No. 15 Tahun 1997 Pasal 2 poin a Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah

Sangat Sederhana.

17

Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1997 Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Sangat Sederhana

(37)

Pengertian dari Hak Guna Bangunan sebagaimana disebutkan di dalam

peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu;

1. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling

lama 30 tahun. Hak Guna Bangunan dapat diberikan diatas tanah Negara atau

diatas tanah hak milik.18

2. Atas dasar pemegang hak dan dengan mengikat keperluan serta keadaan

bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat di

perpanjang dengan jangka waktu paling lama 20 tahun.

3. Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Pemberian Hak Guna Bangunan harus didaftar, jika Hak Guna Bangunan

yang diberikan berdasarkan suatu Surat Keputusan, demikian juga Hak Guna

Bangunan yang berasal dari Hak Pengelolaan, maka hak Guna Bangunan tersebut,

lahir setelah didaftarkan.19

Di dalam Hak Guna Bangunan terdapat syarat-syarat pemberiannya yang

telah di atur dalam undang-undang, demikian juga terhadap peralihan dan hapusnya

hak tersebut harus di daftarkan menurut ketentuan yang berlaku. Pendaftaran

tersebut merupakan pembuktian yang sangat kuat mengenai hapusnya Hak Guna

Bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hak-hak itu hapus

18

Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 35 ayat( 1).

19

(38)

karena jangka waktunya berakhir. Selain itu Hak Guna Bangunan dapat dijadikan

jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan.

Dalam hal kewenangan memberikan Hak Guna Bangunan ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Wewenang

Pemberian dan Pembatasan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara. Menurut

Peraturan Menteri Agraria tersebut pemberian Hak Guna Bangunan sampai dengan

luas 200 m2 diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

Provinsi setempat.20

Orang atau badan hukum yang mempunyai Hak Guna Bangunan dan tidak lagi

memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 40 tahun 1996 ini diberikan jangka waktu 1 (satu) tahun wajib

melepaskan atau mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain yang memenuhi

syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap Hak Guna Bangunan, jika ia tidak

mempunyai syarat-syarat tersebut maka Hak Guna Bangunan yang telah diatur

dalam Pasal 38 dan Pasal 40 Undang–Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun

1960, dapat pula hapus atau dihapuskan. Hal ini telah di tegaskan dalam Pasal 33

Undang Undang Pokok Agraria Pasal 38 yang menyebutkan :

1. Hak Guna Bangunan, termaksud syarat-syarat pemberiannya, demikian juga

setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut

ketentuan- ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19.

20

Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Wewenang

(39)

2. Pendaftaran Hak Guna Bangunan terdapat didalam ayat (1) merupakan alat

pembuktian yang kuat mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan serta sahnya

peralihan hak tersebut, kecuali karena hak tersebut hapus karena jangka

waktunya berakhir.

Syarat Tanah untuk Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana adalah

bidang tanah yang menjadi kriteria sebagai berikut:21

1. Harga perolehan tanah dan rumah tidak lebih dari Rp.30.000.000,- (tiga puluh

juta rupiah),

2. Luas tanah tidak lebih daripada 200 M2, didaerah perkotaan dan tidak lebih

daripada 400 M2, untuk diluar perkotaan dan

3. Di atasnya telah dibangun rumah dalam rangka pembangunan perumahan

massal atau komplek perumahan.

4. Pemberian Hak Milik bagi tanah RSS dan Rumah Sederhana (RS) itu sendiri

adalah:

a) Hak Guna Bangunan atas tanah untuk RSS dan RS di atas tanah negara,

termaksud di atas tanah pengelolaan, kepunyaan perorangan Warga

Negara Indonesia, baik yang belum maupun yang telah habis jangka

waktunya atas permohonan pemegang hak atau kuasanya diubah menjadi

Hak Milik

21

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

(40)

b) Tanah untuk RSS dan RS di atas tanah Hak Pengelolaan Kepunyaan

Perseorangan Warga Negara Indonesia yang belum dipunyai dengan Hak

Guna Bangunan diberikan dengan Hak Milik.22

Untuk Perubahan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik dalam hal

pendaftarannya pemohon wajib membayar uang pemasukan kepada Negara dan biaya

pendaftaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, tetapi peraturan itu berlaku kepada

tanah yang diatas 200 M2, sedangkan untuk tanah yang di bawah 200 M2 tidak perlu

untuk membayar uang pemasukan kepada Negara.

Setelah diterima tanda bukti setoran pungutan Kepala Kantor Pertanahan

mendaftarkan perubahan status tanah Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik

dengan memberikan catatan dengan tinta merah atau cap pada halaman pendaftar

peralihan Hak dalam buku tanah Hak Guna Bangunan yang bersangkutan dan

sertifikatnya serta pada daftar umum lainnya dan semua sebutan Hak Guna Bangunan

beserta nomornya didalam Buku Tanah, Sertifikat dan Daftar Umum lainnya dicoret

dan diganti dengan sebutan Hak Milik dengan nomornya.23

Kemudahan pengalihan atau peningkatan Hak Milik atas tanah Hak Guna

Bangunan untuk rumah tinggal itu diatur di dalam Keputusan Menteri Negara

Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) No.6 Tahun 1998 tentang

22

http://anisavitri.wordpress.com. Dikutip pada tanggal 12 November Tahun 2009 Pada Pukul 21.00

23

(41)

Pemberian Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal, tertanggal 26 juni 1998.

keputusan ini mulai berlaku mulai 1 juli 1998.24

Dalam peraturan itu disebutkan beberapa syarat dalam mengajukan

permohonan penetapan Hak Milik atas tanah atau Hak Guna Bangunan untuk rumah

tinggal. Bagi tanah kepunyaan perseorangan Warga Negara Indonesia yang luasnya

600 m2 atau kurang yang berstatus Hak Guna Bangunan, pemohon langsung

mendaftarkan Hak Milik dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor

Pertanahan setempat.

Sejalan dengan Ketentuan di atas telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional, menyebutkan:25

1. Permohonan Pendaftaran Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal yang

berasal dari Hak Guna Bangunan disertai dengan :

a. Sertifikat tanah yang bersangkutan.

b. Bukti penggunaan tanah untuk rumah tinggal berupa :

1) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan yang mencantumkan Bahwa

bangunan tersebut digunakan untuk rumah tinggal, atau

2) Surat Keterangan dari Kepala Desa/ kelurahan setempat bahwa

bangunan tersebut digunakan untuk rumah tinggal, apabila mendirikan

bangunan tersebut belum dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

24

DJoko Suepatno, seri B-4 Bagian Pertama Ketentuan-Ketentuan Dan Komentar Mengenai

Jual Beli, Tukar Menukar, Sewa Menyewa Dalam Praktek Teknik Pembuatan Akta, Bina Ilmu,

Surabaya, 2005 hlm 235.

25

(42)

c. Fotokopi SPPT PBB yang terakhir ( khusus untuk tanah yang luasnya

200m2 atau lebih)

d. Bukti identitas pemohon ( kartu tanda penduduk)

e. Pernyataan dari pemohon bahwa dengan perolehan Hak Milik yang

dimohonkan pendaftarannya itu yang bersangkutan akan mempunyai Hak

Milik atas tanah untuk rumah tinggal tidak lebih dari lima bidang yang

seluruhnya meliputi luas tidak lebih dari 5000 (lima ribu meter persegi)

M2.

2. Atas permohonan pendaftaran Hak Milik sebagaimana dimaksud ayat (1)

Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan perintah setor pungutan

sebagaimana di maksud dalam Pasal 1 ayat (2).

3. setelah pungutan sebagaimana di maksud pada ayat (2) , Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten :

a. Mendaftar Hapusnya Hak Guna Bangunan yang bersangkutan dalam Buku

Tanah dan sertifikatnya serta daftar umum lainnya

b. Mendaftar Hak Milik atas tanah bekas Hak Guna Bangunan tersebut

dengan membuat buku tanahnya dengan menyebutkan keputusan ini

sebagaimana dasar adanya Hak Milik tersebut dan menerbitkan

Sertifikatnya dengan surat ukur yang di buat berdasarkan data fisik yang

(43)

Untuk rumah sederhana yang nilai perolehannya harga beli berdasarkan akte

jual beli tidak lebih dari 30 juta rupiah dan luas tanah tak lebih 400 meter (perkotaan)

dan 600 meter (pedesaan) bisa diajukan permohonan untuk menjadi Hak Milik.26

Untuk rumah sederhana tersebut, tidak perlu diajukan permohonan

pengalihan/ peningkatan hak, artinya, sertifikat Hak Guna Bangunannya tidak perlu

diganti tapi cukup di cap oleh Kantor Pertanahan setempat dengan mencoret status

Hak Guna Bangunan dalam sertifikat itu dan kemudian diganti dengan Hak Milik.

Pemilikan tanah perumahan tidak saja dimiliki masyarakat umum tetapi juga

dapat dimiliki oleh pegawai negeri, dimana dalam hal ini juga pegawai negeri perlu

mendapatkan kepastian hak yaitu hak milik atas tanah untuk rumah tinggal yang

dibeli oleh pegawai negeri dari perumahan yang disediakan oleh pemerintah.

Hak Guna Bangunan atas tanah yang berasal dari tanah untuk rumah tinggal

yang juga telah dibeli oleh pegawai negeri dari pemerintah dan masih atas nama

pegawai negeri yang bersangkutan atau ahli warisnya, atas permohonan yang

bersangkutan dihapus dan diberikan kembali kepada bekas pemegang haknya dengan

Hak Milik. untuk memperoleh hak milik tersebut, pemohon wajib membayar uang

pemasukan kepada negara serta biaya pendaftaran hak sesuai ketentuan yang

berlaku.

Berkenaan dengan pendaftaran Hak Milik yang berasal dari Hak Guna

Bangunan disebutkan:

26

(44)

1. Permohonan pendaftaran Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) huruf a diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat.

2. Untuk melaksanakan pendaftaran hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kantor pertanahan melakukan pengukuran tanah yang bersangkutan.

3. Atas permohonan pendaftaran hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Kepala Kantor Pertanahan akan mengeluarkan perintah setor pungutan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan biaya pengukuran

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 27

4. Setelah pengukuran selesai dan pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dibayar lunas Kepala Kantor Pertanahan:

a. Mengeluarkan konfirmasi pemberian Hak Milik

b. Mendaftar Hak Milik yang bersangkutan dengan menyebutkan nomor

surat keputusan ini jo. Nomor Keputusan Konfirmasi sebagaimana

dimaksud pada huruf a sebagaimana penetapan yang menjadi dasar adanya

Hak Milik itu dalam buku tanah dan sertifikat.

Keuntungan dari peningkatan status tanah rumah sederhana dari Hak Guna

Bangunan menjadi Hak Milik adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum atas

kepemilikan dari rumah sederhana tersebut.

27

Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1998 Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal yang Telah Dibeli Oleh

(45)

Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Hak milik

dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. 28

Turun temurun artinya Hak Milik atas tanah dapat berlangsung terus selama

pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya meninggal dunia, maka

Hak Miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat

sebagai subjek Hak Milik.

Terkuat artinya Hak Milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak

atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan

dari gangguan pihak lain dan tidak mudah hapus. Terpenuh artinya Hak Milik atas

tanah memberi wewenang kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan

hak atas tanah yang lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah lain, tidak berinduk

pada hak atas tanah yang lain.

Hanya Warga Negara Indonesia saja yang dapat mempunyai Hak Milik.

Oleh Pemerintah ditetapkan bahwa badan-badan hukum Indonesia juga dapat

mempunyai Hak Milik dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan Warga

Negara Asing setelah berlakunya Undang-undang Pokok Agraria ini dapat

memperoleh Hak Milik karena adanya pewarisan tanpa wasiat atau percampuran

harta karena perkawinan.

28

(46)

Hak Milik demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya

dengan hak-hak lain harus didaftar menurut ketentuan-ketentuan pendaftaran yang

meliputi: 29

1. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat.

Pendaftaran tersebut merupakan alat bukti yang kuat mengenai hapusnya Hak

Milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.

Hak Milik atas tanah dapat beralih atau berpindah dan mengenai peralihan

Hak Milik ini diatur pada Pasal 20 ayat (2) Undang Undang Pokok Agraria yang

menyebutkan bahwa Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Dua bentuk peralihan Hak Milik atas tanah dapat diuraikan sebagai berikut :30

1. Beralih

Beralih artinya berpindahnya Hak Milik atas tanah dari pemilik sebelumnya

kepada pihak lain dikarenakan suatu peristiwa hukum. Dengan meninggalnya

pemilik tanah maka Hak Miliknya secara hukum berpindah atau beralih

kepada ahli warisnya sepanjang ahli warisnya memenuhi syarat sebagai

subjek hukum.

29

Ibid., hlm 13.

30

(47)

2. Dialihkan/pemindahan hak

Dialihkan/pemindahan hak artinya beralihnya Hak Milik atas tanah dari

pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan adanya suatu perbuatan hukum.

Perbuatan hukum dimaksud adalah : jual beli, tukar menukar, hibah,

pemasukan atau penyertaan ke dalam modal perusahaan (inbreng) dan

lelang .

Kebijaksanaan pemberian Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal: 31

a. Prosedur Pemberian Hak

Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka pemberian Hak Milik atas tanah untuk

rumah tinggal bagi perseorangan Warga Negara Indonesia selengkapnya

dilakukan dengan prosedur operasional sebagai berikut:

1. Bagi tanah untuk RSS/RS, yaitu yang dibangun secara massal (komplek)

dengan luas tanah sampai 200 m2. Dengan pemberian Hak Milik secara

umum dengan Keputusan Nomor 9 Tahun 1997 Jo Nomor 15 tahun 1997

dan Nomor 1 tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk

RSS/RS

2. Bagi tanah untuk rumah tinggal yang telah dibeli oleh Pegawai Negeri dari

Pemerintah. dengan pemberian Hak Milik secara umum dengan Keputusan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun

1998.

31

(48)

3. Bagi tanah Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai untuk rumah tinggal yang

luasnya 600 m2 dengan pemberian Hak Milik secara umum dengan Keputusan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun

1998.

4. Bagi tanah untuk rumah tinggal lainnya dengan pemberian Hak Milik secara

individual berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972

Jo. Nomor 5 Tahun 1973.

Dengan ditetapkannya kebijaksanan yang menyeluruh ini maka surat Menteri

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tanggal 24 April 1998 Nomor

520-1428 perihal Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk RSS/RS tidak berlaku

lagi.

b. Pembatasan pemberian Hak Milik.

Sampai saat ini belum ada Peraturan Pemerintah yang membatasi

penguasaan tanah untuk perumahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 56 Tahun 1960. Sebagai langkah ke arah pembatasan itu pemberian Hak

Milik atas tanah untuk rumah tinggal yang berasal dari tanah Negara dibatasi sebagai

berikut: 32

1. Untuk setiap bidang tanah yang dimohon luasnya tidak boleh lebih dari

2.000 (dua ribu) M2

32

(49)

2. Setiap pemohon dibatasi pemilikan Hak Milik atas tanah untuk rumah

tinggal tidak lebih dari 5 (lima) bidang dan seluruhnya 5.000 (lima ribu) M2.

Untuk itu permohonan Hak Milik atas tanah Negara perlu disertai dengan

pernyataan dari pemohon bahwa dengan perolehan Hak Milik itu yang bersangkutan

akan mempunyai Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal yang tidak lebih dari 5

(lima) bidang dan seluruhnya meliputi luas 5.000 (lima ribu) M2. Pernyataan ini

berfungsi sebagai pemberian keterangan resmi dari pemohon akan mempunyai akibat

hukum apabila di kemudian hari ternyata bahwa keterangan itu tidak benar atau

palsu. Oleh karena itu hendaknya pernyataan ini disimpan dalam berkas

permohonan/pendaftaran Hak Milik yang bersangkutan sebagai warkahnya.

Dengan disampaikannya pernyataan itu pendafataran Hak Milik bisa

dilaksanakan. Penyesuaian dengan daftar nama tidak perlu dilakukan sebagai syarat

untuk atau belum pendaftarannya. Apabila kemudian ternyata pernyataan tersebut

tidak benar, baik karena informasi dalam daftar nama maupun karena informasi

lainnya, yang bersangkutan dapat dilaporkan kepada pihak yang berwajib karena

membuat pernyataan palsu.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam

penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi

dan realitas.33 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang

33

(50)

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi

operasional.34 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan

perbedaan, pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang

dipakai.

Konsepsi merupakan unsur pokok dalam usaha penelitian atau untuk

membuat karya ilmiah. Sebenarnya yang dimaksud dengan konsepsi adalah suatu

pengertian mengenai sesuatu fakta atau dapat berbentuk batasan atau definisi tentang

sesuatu yang akan dikerjakan. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu hasil kerja

yang telah selesai, sedangkan konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu

karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori.35

Kegunaan dari konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan

penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain

untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.

Dalam hal ini seolah-olah konsepsi tidak berbeda dari suatu teori, tetapi

perbedaannya terletak pada latar belakangnya. Suatu teori pada umumnya merupakan

gambaran dari apa yang sudah pernah dilakukan penelitian atau diuraikan, sedangkan

suatu konsepsi lebih bersifat subjektif dari konseptornya untuk sesuatu penelitian atau

penguraian yang akan dirampungkan. Oleh karena itu, untuk dapat menjawab

permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar

dalam rangka menyamakan persepsi atas judul tersebut adalah:

34

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hlm. 3.

35

(51)

1. Peningkatan Hak adalah perubahan hak yaitu penetapan Pemerintah mengenai

penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan sesuatu hak

atas tanah tertentu,, atas permohonan pemegang haknya, menjadi tanah negara

dan sekaligus memberikan tanah tersebut kepadanya dengan hak atas tanah

baru yang lain jenisnya.36

2. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling

lama 30 tahun.37

3. Hak Milik adalah kewenangan menguasai atas benda jika dibuktikan menjadi

Hak Milik atas tanah, dan dalam Pasal 20 Undang Undang Pokok Agraria

disebutkan bahwa Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh

yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan pasal 6.

Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain38

4. Perum Perumnas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk

Perusahaan Umum (Perum) dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh

Pemerintah dan khusus menangani masalah perumahan.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

36

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998 .

37

Pasal 35 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

38

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil análisis data dan pembahasan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa media pembelajaran IPA Terpadu interaktif dalam bentuk Moodle untuk siswa

Keluarga miskin dari kalangan muslim yang tidak mampu mengakses pendidikan di sekolah umum mejatuhkan pilihan ke pesantren karena adanya kecenderungan keterbukaan dunia

Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah pada Pasal 83, Angka 1, Huruf d, yang.

Menurut Suyanto (1999) dalam Dwiyono (2004), pakan yang akan digunakan untuk pembesaran ikan lele ini relatif mudah didapat karena beberapa perusahan pakan telah

"Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan,

dan mereka itu tidak nampak yang ia adalah satu gerakan atau pertubuhan

angka keluaran hongkong tahun 2004 sampai dengan thn 2005, arsip data paito result pasaran togel dan pengeluran togel hkg pools.. 2.1 Aset 2.2 Liabiliti 2.3 Ekuiti Pemilik 2.4 Hasil

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Laswad et al, (2005), Serrano, et al (2008) dan Rahman, et al (2013) dimana dalam penelitiannya