• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Anak Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Anak Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN J500130031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN J500130031

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

OLEH :

YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN J500130031

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari ..., ... 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Prof. DR. Dr. Bambang Soebagyo, Sp.A. (K) ( ... .. ) ( Ketua Dewan Penguji )

2. Dr. Muhammad Shoim Dasuki, M.Kes. ( ... .. ) ( Anggota Dewan Penguji )

3. Dr. Mohammad Wildan, Sp.A. ( ... .. ) ( Pembimbing Utama )

Dekan,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain yang tertulis dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas, maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Maret 2017

(5)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

Abstrak

Latar Belakang: Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan interaksi manusia terhadapnya. Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Anak merupakan kelompok paling berisiko terkena demam tifoid, terutama pada usia sekolah dimana anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan. Demam tifoid pada anak memberikan gambaran klinis yang bervariasi dari yang ringan hingga komplikasi yang membahayakan jiwa, dimana hal ini mempersulit dokter untuk menegakkan diagnosis.

Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional menggunakan data sekunder berupa data rekam medis. Sampel pada penelitian ini sebanyak 158 rekam medis anak penderita demam tifoid. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan program komputer Statistical package for the Social Science (SPSS) versi 23.0 for windows.

Hasil: Proporsi tertinggi pada kelompok usia Sekolah (62.0%), Jenis kelamin laki

– laki (57.6%) serta asal Samarinda (74.7%). Gejala klinis terbanyak adalah demam (100%), Tanda klinis terbanyak adalah Lidah tifoid (10.1%), dan hasil laboratorium tertinggi adalah Limfositosis (50.0%). Lama rawatan rata – rata anak penderita demam tifoid adalah 4.68 (5 hari) dengan coefficient of variation 63.9%. Proporsi Penderita Demam tifoid dengan Limfositosis relatif adalah 17 (10.75%)

Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara karakteristik klinis penderita demam tifoid anak dengan kelompok usia Sekolah dan Pra sekolah. Kata Kunci: Demam tifoid, Pra sekolah, sekolah, kelompok usia, Karakteristik

Abstract

Background: Typhoid fever is a disease caused by Salmonella typhi which is affected by environmental factors and human interaction towards it. The disease is contagious and can affect many people that can cause an outbreak. Children are a group with the most risk of typhoid fever, especially children at school age in which children interacts more with the environment. Typhoid fever in children provide clinical picture which varies from mild to life-threatening complications, where it is difficult for doctors to diagnose.

Objective: To determine the characteristics of children, typhoid fever patients hospitalized in Abdul Wahab Sjahranie hospital, Samarinda.

(6)

Result: The highest proportion is in the group of school age (62.0%), male gender (57.6%) and patients originated from Samarinda (74.7%). Most clinical symptoms were fever (100%), the largest clinical sign is tongue typhoid (10.1%), and the highest laboratory results are lymphocytosis (50.0%). The average length of hospitalization in children with typhoid fever was 4.68 (5 days) with a coefficient of variation 63.9%. The proportion of patients with typhoid fever with relative lymphocytosis was 17 (10.75%).

Conclusion: There were no significant differences between the clinical characteristics of children with typhoid fever with the group of school and pre-school aged.

Keywords: Typhoid fever, pre – school, school, age group, Characteristic.

1. PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid ditandai dengan panas berkepanjangan yang diikuti dengan bakteremia dan invasi bakteri salmonella typhi sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch(Soedarmo, et al., 2015).

Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam tifoid mulai dikenali sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh bacillus (salmonella) pada tahun 1880 di Amerika serikat (filio, et al., 2013).

Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama pada negara berkembang dengan sanitasi yang buruk. Delapan puluh persen kasus tifoid di dunia berasal dari Banglades, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan. Demam tifoid menginfeksi setiap tahunnya 21.6 juta orang (3.6/1.000 populasi) dengan angka kematian 200.000/tahun (Date, et al., 2014; Widodo, 2015; Ochiai, et al., 2008).

Di Indonesia insidensi kasus demam typhoid masih termasuk tinggi di Asia, yakni 81 kasus per 100.000 populasi per tahun. Prevalensi tifoid banyak ditemukan pada kelompok usia Sekolah (5 – 14 tahun) yaitu 1.9% dan terendah pada bayi (0.8%). Kelompok yang berisiko terkena demam typhoid adalah anak

(7)

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di Indonesia (6% dengan n = 1.080), khusus pada kelompok usia 5 – 14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab kematian pada kelompok tersebut (Retnosari & Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016).

Karakteristik Klinis demam tifoid pada anak usia sekolah dengan infant dan usia <5 tahun berbeda. Pada anak usia sekolah di awitan awal telah menunjukkan berbagai gejala seperti demam, nyeri perut, malaise, batuk, dan lain – lain. Pada infant dan <5 tahun, biasanya hanya menunjukkan kondisi demam dan malaise serta diikuti diare yang sering disangka oleh praktisi sebagai gejala infeksi virus atau gastroenteritis akut (Nelson, 2004).

Orang tua jarang menyadari bila anaknya mengalami demam tifoid, kondisi demam yang lama pada anak tidak membuat orang tua untuk membawa anaknya ke faskes terdekat terlebih dahulu, bahkan pemberian antibiotic secara mandiri (tanpa resep) sehingga terjadi resistensi dan komplikasi dari demam tifoid (Ahmad, et al., 2016; Parry, et al., 2011).

Kondisi Kalimantan Timur mendukung penyebaran infeksi Demam tifoid. Dengan kepadatan penduduk 17 juta/km2 dan mayoritas penduduk bertempat tinggal di daerah urban (62.08%) serta masih kurangnya sanitasi yang memenuhi standar layak (Rumah tangga 57.8% dan tempat umum 59.63%). Pada kota samarinda faktor resiko ini lebih meningkat karena kota Samarinda merupakan kota terpadat di Kalimantan Timur (20.47%) serta persentase rumah tangga ber – PHBS nya yang masih terhitung rendah dibandingkan dengan kota lainnya (Samarinda 56%, Balikpapan 73%, Mahulu 81%) (DINKES KALTIM, 2015; Pemerintah kota Samarinda, 2014).

(8)

inap anak (10.6%) dan pada tahun 2016 bulan januari hingga april adalah 37 pasien dari 908 pasien rawat inap anak (4.07%).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita demam tifoid rawat inap anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada bulan Januari 2017. Populasi pada penelitian ini adalah pasien demam tifoid yang berumur 2 – 18 tahun yang berada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode April 2014 – April 2016.

Jumlah sampel yang digunakan adalah 158 rekam medis. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara mencatat hasil rekam medis pasien demam tifoid berupa usia, tempat asal, jenis kelamin, gejala klinis, tanda klinis, dan lama rawat inap. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan program Statistical for Social Science (SPSS) versi 23.0 for windows.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Karakteristik dasar subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Karakteristik dasar subjek penelitian

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase

(9)

Berdasarkan Tabel 1 frekuensi tertinggi berdasarkan usia adalah kelompok usia Sekolah yaitu 62.0% (98 orang), berdasarkan jenis kelamin adalah laki – laki yaitu 57.6% (91 orang), dengan Sex ratio = 91/67 x 1 = 1.3:1 (135%) yang berarti setiap 100 populasi perempuan terdapat 135 laki

– laki. Berdasarkan asal penderita proporsi tertinggi adalah Samarinda yakni 74.7% (118 orang).

Tabel 2 Distribusi Proporsi Gejala Klinis Penderita Demam Tifoid

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

Berdasarkan tabel 2 proporsi gejala klinis tertinggi adalah demam (158/100%) dan terendah adalah diare (10/6.3%).

Tabel 3 Distribusi Proporsi Tanda klinis Penderita Demam Tifoid anak

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

Berdasarkan tabel 3 proporsi tanda klinis tertinggi adalah lidah tifoid (16/10.1%) dan terendah adalah Gangguan kesadaran (10/6.3%).

Tabel 4 Distribusi Proporsi hasil Laboratorium Penderita Demam Tifoid

Gejala Klinis Proporsi Total Positif Negatif

Tanda Klinis Proporsi Total Positif Negatif

Variabel Proporsi Total Positif Negatif

(10)

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

Berdasarkan tabel 4 proporsi Hasil laboratorium tertinggi adalah limfositosis (79/50.0%) dan terendah adalah Trombositosis (6/3.8%). Tabel 5 Lama Rawatan Rata – rata Penderita Demam Tifoid anak di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda

Sumber: Data Sekunder Diolah 2017 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata Penderita Demam tifoid anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda adalah 4,68 hari (5 hari), Standard Deviation (SD) 2.993, dan nilai coefficient of variation sebesar 63.9% yang berarti lama rawatan rata – rata anak penderita Demam Tifoid bervariasi, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 26 hari.

3.2 Pembahasan

Standard Deviation 2.993

(11)

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

Prevalensi Demam Tifoid Anak di Indonesia lebih sering pada anak kelompok usia Sekolah yaitu 1.9% dibandingkan dengan Usia dibawahnya seperti bayi yang 0.8%. Sedangkan untuk angka insidensi terbanyak Demam tifoid di Indonesia adalah usia 2 – 15 tahun (Purba, et al., 2016). Pada penelitian ini Jumlah pasien demam tifoid lebih banyak pada kelompok usia Sekolah yakni 62% (98 orang).

Hasil ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Rohman dimana jumlah penderita Demam tifoid tertinggi pada kelompok usia 15 – 24 tahun (Rohman, 2010). Sebaliknya, pada penelitian Rustam jumlah penderita Demam tifoid tertinggi pada kelompok usia 20 – 29 tahun (23.5%) (Rustam, 2010).

Pada penelitian ini ditemukan bahwa Anak penderita Demam tifoid paling banyak pada Jenis kelamin laki – laki (57.6% / 91 orang). Hasil ini juga berlaku pada kedua Kelompok Usia (Sekolah 57.1% dan Pra Sekolah 58.3%). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rizka dimana laki laki persentasenya adalah 64.5% (Rizka, 2013).

Laki – Laki dinyatakan lebih beresiko terkena Demam tifoid dikarenakan lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah sehingga lebih mudah untuk terkena infeksi Salmonella typhi melalui lingkungan (Sholikhah & Sustini, 2013). Namun, banyak penelitian yang mendapatkan sampel Penderita demam tifoid dengan jenis kelamin laki laki dan perempuan dengan perbedaan jumlah yang tidak terlalu bermakna.

Tabel 7 Distribusi Frekuensi klinis demam tifoid berdasarkan kelompok usia

Usia

Demam G. Gastrointestinal G. Kesadaran

+ - + - + -

n % n % n % n % n % n %

Sekolah 98 100% 0 0% 82 66.1% 16 47.1% 6 6.1% 92 93.9%

(12)

Pra Sekolah 60 100% 0 0% 42 33.9% 18 52.9% 4 6.7% 56 93.3%

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

Pada tabel 4.8 dan gambar 4.3 didapatkan bahwa semua pasien mengalami demam (100%), kemudian diikuti dengan gangguan abdomen (Sekolah 66.1%, Pra sekolah 33.9%) dan klinis yang paling sedikit adalah Gangguan kesadaran (sekolah 6.1%, Pra sekolah 6.7%)

Demam adalah gejala demam tifoid yang terjadi karena Salmonella typhi merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang (Widodo, 2015). Ini menunjukkan bahwa sensitivitas gejala klinis penderita Demam Tifoid adalah gejala demam. Pada demam Tifoid, demam berlangsung sampai dengan minggu (14 hari), dan pada minggu ketiga demam akan turun bila penderita mendapat perawatan yang baik. (Nelson, 2004).

Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rizka di RSUD DR. Pirngadi Medan tahun 2013 dengan desain Deskriptif bahwa semua penderita demam tifoid mengalami demam (100%) (Rizka, 2013). Tabel 8 Distribusi Frekuensi Gejala dan Tanda klinis dengan Kelompok usia

Gejala dan tanda klinis

Usia

Sekolah Pra Sekolah

+ - + -

Demam 98 0 60 0

Mual 60 38 26 34

Muntah 62 36 27 33

Diare 7 91 3 57

Nyeri Perut 54 44 19 41

Batuk 30 68 30 30

Lidah Tifoid 11 87 5 55

Gangguan Kesadaran 6 92 4 56

Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017

(13)

tahun dengan anak usia 1 – 5 tahun mayoritas adalah muntah (Ahmad, et al., 2016).

Gambar 1 Distribusi Proporsi Hasil Laboratorium penderita demam tifoid

Grafik dari gambar 1 menunjukkan proporsi tertinggi dari hasil laboratorium adalah Limfositosis (79/50.0%) diikuti dengan uji Tubex (75/47.5%) dan yang terendah adalah Trombositosis (6/3.8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ifeanyi dimana penderita demam tifoid 61% mengalami limfositosis (Ifeanyi, 2014).

Pasien demam tifoid umumnya pada hasil pemeriksaan darah tepi ditemukan kondisi Anemia, LED meningkat, Trombositopenia, Leukopenia, dan Limfositosis relatif. Pada anak – anak hasil ini lebih bervariatif tergantung dari kondisi imunitas anak dan invasi dari bakteri Salmonella typhi (Nelson, 2004; Soedarmo, et al., 2015).

0 20 40 60 80 100 120 140 160

(14)

-Gambar 2 Distribusi Leukopenia dengan Limfositosis positif dan negative

Berdasarkan gambar 2 menunjukkan pasien demam tifoid leukopenia yang mengalami Limfositosis Relatif (47%) dengan pasien yang tidak mengalami limfositosis relatif (53%) tidak didapatkan perbedaan yang besar. Jumlah pasien keseluruhan yang mengalami Limfositosis relative adalah 17(10.75%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan, dimana pasien dengan limfositosis relative berjumlah 5(16.7%). (Khan, et al., 1998).

Limfositosis Relative merupakan Gejala khas Pada Demam tifoid dimana jumlah leukosit menurun dan disertai peningkatan jumlah Limfosit. Limfositosis relative merupakan salah satu pendukung diagnosis Demam tifoid terutama pada daerah Tropis, dimana penyebab demam pada anak sangat bervariasi. (Zuuren & Bond, 2015; Nelson, 2004).

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Proporsi tertinggi pada pasien demam tifoid rawat inap anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada kelompok usia Sekolah (62.0%), Jenis kelamin laki – laki

47% 53%

Leukopenia

(15)

anak penderita demam tifoid adalah 4.68 (5 hari) dengan coefficient of variation 63.9%. Proporsi Penderita Demam tifoid dengan Limfositosis relatif adalah 17 (10.75%).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., Banu, F., Kanodia, P., Bora, R., Ranhotra, A., 2016. Evaluation of Clinical and Laboratory Profile of Typhoid Fever in Nepalese Children - A Hospital - Based Study. International Journal of Medical Pediatrics and Oncology, 2(2), pp. 60-66.

Date, K. A., Bentsi-Enchill, A., Fox, K. K., Abeysinghe, N., Mintz, E. D., Khan, M. I., Sahastrabuddhe, S., Hyde, T. B., 2014. Typhoid Fever Surveillance and Vaccine Use South-East Asia and Western Pacific Regions, 2009 - 2013. morbidity and mortality week report, 63(2), pp. 855-860.

Depkes RI, 2008. Laporan Nasional RISKESDAS 2007. http://www.depkes.go.id Dinkes Kaltim, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014.

http://www.depkes.go.id

Filio, M., Gregory, T., Marianna, K. & George , A., 2013. mary mallon (1869 - 1938) and the history of typhoid fever. annals of gastroenterology, Volume 26, pp. 1 - 3.

Ifeanyi, O. E., 2014. Changes In Some Haematological Parameters in Typhoid Patients Attending University Health Services Department of Michael Okpara University of Agriculture, Nigeria. Int.J.Curr>microbiol.App.Sci, 3(1), pp. 670-674.

Khan, M., Coovadia, Y. M., Connoly, C. & Sturm, A. W., 1998. The Early Diagnosis of Typhoid Fever to The Widal Test and Bacteriological Culture Result. Acta Tropica, Volume 69, pp. 165-73.

Nelson, 2004. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. pennsylvania: Saunders Elsevier.

Ochiai, R., Acosta, C. J., Baiqing, D., Bhutta, Z. A., Clemens, J. D., Farrar, J., 2008. A Study Of Typhoid Fever in Five Asian Countries: Disease Burden and Implications for Control. bulletin of the world health organization, 86(4), pp. 260-268.

Parry, C. M., Wijedoru, L., Arjyal, A. & Baker, S., 2011. The Utility of Diagnostic Tests for Enteric Fever in Endemic Locations. expert review of anti-infective therapy, 9(6), pp. 711-725.

(16)

Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., Kandun, N., 2016. Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media LITBANGKES, 26(2), pp. 99-108.

Retnosari, S. & Tumbelaka, A. R., 2000. pendekatan diagnostik serologik dan pelacak antigen salmonella typhi. Sari Pediatri, 2(2), pp. 90-95.

Rizka, 2013. Profil Penderita Demam Tifoid pada Orang Dewasa di RSUD DR.Pirngadi Medan pada April 2012 - 2013, Medan: Skripsi FK - USU. Rohman, 2010. Distribusi Penderita Demam Tifoid Menurut Umur dan Gejala

(Studi Kasus Di RSI.Roemani). prosiding seminar nasional unimus 2010, pp. 88-90.

Rustam, M. Z. A., 2010. Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian demam Tifoid pada pasien rawat inap di RSUD Salewangan Maros. Pasca Sarjana FKM UNAIR, pp. 1-63.

Sholikhah, H. H. & Sustini, F., 2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tentang Foodborne Disease pada Anak usia Sekolah di SDN Babat Jerawat I Kecamatan Pakal Kota Surabaya. 16(4), pp. 351-362.

Soedarmo, P., Garna, H., Hadinegoro, S. R. S., Satari, H. I., 2015. Buku Ajar Infeksi dan pediatri Tropis. 2nd ed. jakarta: badan penerbit IDAI.

Widodo, D., 2015. Demam Tifoid. In: Siti, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. jakarta: interna publishing, pp. 549-558.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik dasar subjek penelitian
Tabel 2 Distribusi Proporsi Gejala Klinis Penderita Demam Tifoid
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penderita Demam Tifoid berdasarkan Jenis
Tabel 7 Distribusi Frekuensi klinis demam tifoid berdasarkan kelompok usia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel struktur modal yang diukur dengan Debt to Total Asset Ratio (DAR ) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

Berdasarkan pelaksanaan, hasil yang diperoleh serta pembahasan dari penelitian Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Number

APBN yang diserahkan diserahkan kepada daerah dalam rangka kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. pelaksanaan otonomi daerah

Dari hasil analisis data yang dilakukan terhadap data yang diperoleh darilokasi penelitian dan kunci informan serta beberapa informan susulan dapat di simpulkan bahwa:

yang digunakan seperti pada persamaan (2).Hasil pengujian serapan air laut dan air tawar dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Nilai viskositas berpengaruh pada

Tujuan dalam penelitian ini untuk memahami pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan oleh UPKu di Desa Kedungrejo, Desa Bulu, dan Desa Ngale di Kecamatan

Seksi Pelayanan Teknis dan Sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, kerja

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) ada pengaruh kompetensi pedagogis guru terhadap keterampilan peserta didik pada mata pelajaran Menangani