• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota Medan (Analisis Jalur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota Medan (Analisis Jalur)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

S E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N A

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN

PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN

PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN

MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

T E S I S

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK

107018011/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN

PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN

PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN

MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK

107018011/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI,

SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS

JALUR)

Nama Mahasiswa : Henry Rotuahman Manik

Nomor Pokok : 107018011

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE, MS) (Dr. Bastari, SE, MM

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin,SE,M.Ec.) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 Oktober 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S.

Anggota : 1. Dr. Bastari, S.E., M.M.

2. Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec

3. Dr. Rahmanta, M.Si.

(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER

PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar

merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, Oktober 2012 Penulis,

Henry Rotuahman Manik Materai

(6)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN

SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA

MEDAN (ANALISIS JALUR)

ABSTRAK

Dalam struktur APBN tahun 2010, penerimaan pajak menyumbang 80% penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Dari tahun ke tahun peranan Pajak Penghasilan (PPh) semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas dibandingkan dengan sektor migas.

Penelitian ini merupakan kajian tentang perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dengan menggunakan Analisis Jalur. Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, yaitu data inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pusat Statistik serta penelitian – penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Secara parsial Investasi dan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Pengeluaran Pemerintah dan Sumber Penghasilan Masyarakat (Pendapatan Perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INFLATION, THE ISSUING OF THE GOVERNMENT, INVESTMENT, THE SOURCE OF THE

PRODUCTION OF THE COMPANY AND THE SOURCE OF THE INCOME OF THE COMMUNITY TOWARDS ACCEPTANCE OF INCOME TAX IN THE MEDAN

CITY (THE ANALYSIS OF THE ROUTE)

ABSTRACT

In the APBN structure in 2010, acceptance of the tax contributed 80% domestic acceptance. Income tax (PPh) and the Value Added Tax (PPN) contributed 83.29 % for acceptance of taxation. From the year to the role year of Income Tax (PPh) increasingly increased, in fact the increase in the tax from the sector of this income tax began to be stressed in the sector of non oil and gas compared with the sector of oil and gas. This research was the study about the development of Acceptance of Income Tax (PPh) in the Medan City the period 1990 up to 2010 by using the Analysis of the Route. The data kind in this research was the data time series, that is the inflation data, the issuing of the government, investment, the source of the production of the company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the source of the income of the community (that was shown by the income per capita) that originated in Directorate General Pajak and the Statistik Central Committee as well as the other research research that were connected with this research.Results of the research showed that together the Inflation variable, Pengeluaran of the Government, Investasi, Sumber of the Production of the Company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the Source of the Income of the Community (that was shown by the income per capita) gave the influence that was significant towards acceptance of Income Tax in the Medan City. Partially Investment and the Source of the Production of the Company (the Kena Pajak Production) influential positive and significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. The issuing of the Government and the Source of the Production of the Community (the Perkapita Income) influential positive but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. Inflation was influential of the negative but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul

“Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber

Penghasilan Perusahaan dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan” ini dapat diselesaikan dengan

segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan rasa bangga dan Penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

Prof.Dr. Ramli, S.E., M.S.

Dr. Bastari, S.E., M.M.

selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu,

mendorong, membimbing dan memberikan semangat kepada penulis agar tetap

berjuang dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak

memperoleh bantuan baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun pengarahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec., Ketua Program Studi Magister

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., Sekretaris Program Studi Magister

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., Bapak Dr. Rahmanta, M.Si.,

Bapak Dr. Rujiman, MA, sebagai Dosen Penguji.

5. Seluruh dosen pengajar Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU, yang

dengan sabar telah membimbing penulis selama belajar di Program Pasca

(9)

6. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sumatera Utara I

yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan perkuliahan.

7. Kepala KPP Pratama Medan Petisah, Ibu Esther P.J. Pangaribuan, Kepala

Seksi Waskon I, Bapak Anto Sibarani dan rekan-rekan di KPP Pratama Medan

Petisah atas dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

8. Kepala KPP Madya Medan, Bapak Muslim Gunanta, Kepala Seksi Waskon

VI, Ibu Porman Romianna Manihuruk dan rekan-rekan di KPP Madya Medan

atas dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terutama Bapak Pulung,

Sugeng, Tugino, Rosleni Sitindaon, Lasmey Nurwini Sinaga, Lenny Herlina

Sianipar, Ade Viera dan Rismauli, yang selalu mendukung dalam perkuliahan

dan penulisan tesis ini.

10.Seluruh staf dan karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, seluruh pengelola perpustakaan USU atas dukungan literatur

dan bantuan yang diberikan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak

dan Ibuku Tercinta, J.A Manik, BA (Alm.) dan R. Boru Sinaga, kakak dan

adik-adikku tersayang, istri tercinta Theresia Octaviani, dan buah hatiku tercinta

Hanesa Vici Asima Mega Manik yang telah memberikan dorongan, semangat,

inspirasi, dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kemajuan

pendidikan dan perpajakan di masa yang akan datang. Semoga kiranya Allah

Bapa Yang Maha Pengasih memberkati kita. Amin.

Medan, Nopember 2012

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Henry Rotuahman Manik

A g a m a : Katholik

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Tempat/Tanggal lahir : Pematangsiantar, 28 Januari 1979

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Istri : Theresia Octaviani

Anak : Hanesa Vici Asima Mega Manik

Nama Orangtua Laki-Laki : Jesman Anthony Manik, BA

Nama Orangtua Perempuan : Rosmaulina Sinaga

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Negeri No. 128077 Pematangsiantar Lulus Tahun 1991

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pematangsiantar Lulus Tahun 1994

3. Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Pematangsiantar Lulus Tahun 1997

4. Program Diploma I Perpajakan BPLK I Medan Lulus Tahun 1998

5. Sarjana Ekonomi Universitas Medan Area Lulus Tahun 2006

(11)

DAFTAR ISI

2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya ... 17

2.3. Kebijakan Fiskal... 18

2.3.1. Pengeluaran Pemerintah ... 19

2.4. Teori dan Pemikiran Investas ... 21

2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal... 22

2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 25

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan ... 45

4.1.2. Perkembangan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Bruto Sebelum Dikenakan Pajak) ... 48

4.1.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 51

4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 53

4.1.5. Perkembangan Inflasi ... 55

4.1.6. Perkembangan Investasi ... 57

4.2. Hasil Analisis Data ... 59

4.3. Pembahasan ... 66

4.3.1. Analisis Pengaruh ... 66

4.3.2. Diagram Jalur ... 71

4.3.3. Penghitungan Pengaruh ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Investasi Indonesia ... 6 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan

Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 – 2008 ... 8 2.1. Penelitian Terdahulu ... 29 4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

Tahun 1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 46 4.2. Perkembangan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan Tahun

1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 49 4.3. Pendapatan Perkapita di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam satuan Rupiah)... 52 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Kota Medan Tahun

1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 54 4.5. Perkembangan Inflasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam satuan persen) ... 56 4.6. Perkembangan Investasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam Miliar Rupiah) ... 58 4.7. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1) dengan

Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) ... 60 4.8. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2) dengan

Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) ... 62 4.9. Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P), Pengeluaran

Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan Perusahaan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 34 4.1. Pengaruh inflasi (P), pengeluaran pemerintah (G), investasi

(I) terhadap Pajak Penghasilan (Y3) melalui sumber

penghasilan perusahaan, yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak (Y1) dan sumber pendapatan masyarakat,

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Penerimaan Negara dan Hibah Tahun 2007 – 2010

(dalam Miliar Rupiah) ... 85 2. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan/Pengh Kena Pajak

(Y1) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan

Investasi (I) ... 86 3. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat/Pendapatan

Perkapita (Y2) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G)

dan Investasi (I) ... 87 4. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P),

Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1), dan Sumber Pendapatan

Masyarakat (Y2) ... 88

(16)

DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BPS = Badan Pusat Statistik

BUT = Bentuk Usaha Tetap

DJP = Direktorat Jenderal Pajak

DPP = Dasar Pengenaan Pajak

GDP = Gross Domestic Product

KPP = Kantor Pelayanan Pajak

NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak

OLS = Ordinary Least Square

PBB = Pajak Bumi dan Bangunan

PDB = Produk Domestik Bruto

PKP = Penghasilan Kena Pajak

PPh = Pajak Penghasilan

BPHTB = Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

PPN = Pajak Pertambahan Nilai

PPnBM = Pajak Penjualan atas Barang Mewah PTKP = Penghasilan Tidak Kena Pajak

VAT = Value Added Tax

WP = Wajib Pajak

(17)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN

SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA

MEDAN (ANALISIS JALUR)

ABSTRAK

Dalam struktur APBN tahun 2010, penerimaan pajak menyumbang 80% penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Dari tahun ke tahun peranan Pajak Penghasilan (PPh) semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas dibandingkan dengan sektor migas.

Penelitian ini merupakan kajian tentang perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dengan menggunakan Analisis Jalur. Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, yaitu data inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pusat Statistik serta penelitian – penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Secara parsial Investasi dan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Pengeluaran Pemerintah dan Sumber Penghasilan Masyarakat (Pendapatan Perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

(18)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INFLATION, THE ISSUING OF THE GOVERNMENT, INVESTMENT, THE SOURCE OF THE

PRODUCTION OF THE COMPANY AND THE SOURCE OF THE INCOME OF THE COMMUNITY TOWARDS ACCEPTANCE OF INCOME TAX IN THE MEDAN

CITY (THE ANALYSIS OF THE ROUTE)

ABSTRACT

In the APBN structure in 2010, acceptance of the tax contributed 80% domestic acceptance. Income tax (PPh) and the Value Added Tax (PPN) contributed 83.29 % for acceptance of taxation. From the year to the role year of Income Tax (PPh) increasingly increased, in fact the increase in the tax from the sector of this income tax began to be stressed in the sector of non oil and gas compared with the sector of oil and gas. This research was the study about the development of Acceptance of Income Tax (PPh) in the Medan City the period 1990 up to 2010 by using the Analysis of the Route. The data kind in this research was the data time series, that is the inflation data, the issuing of the government, investment, the source of the production of the company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the source of the income of the community (that was shown by the income per capita) that originated in Directorate General Pajak and the Statistik Central Committee as well as the other research research that were connected with this research.Results of the research showed that together the Inflation variable, Pengeluaran of the Government, Investasi, Sumber of the Production of the Company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the Source of the Income of the Community (that was shown by the income per capita) gave the influence that was significant towards acceptance of Income Tax in the Medan City. Partially Investment and the Source of the Production of the Company (the Kena Pajak Production) influential positive and significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. The issuing of the Government and the Source of the Production of the Community (the Perkapita Income) influential positive but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. Inflation was influential of the negative but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan,

pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

Peran serta masyarakat sangat diharapkan oleh pemerintah salah satunya adalah

dengan membayar pajak. Pajak adalah alat anggaran yang dapat dipergunakan

sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

pemerintah terutama kegiatan rutin. Sumber pembiayaan utama untuk

pembangunan di Indonesia adalah berasal dari pajak. Bahkan saat ini kontribusi

pajak dalam mengisi kas negara sangat besar, hampir mencapai 80%. Keadaan ini

mengakibatkan realisasi penerimaan negara sangat bergantung pada penerimaan

pajak sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini pajak adalah tulang punggung

penerimaan negara. Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara

(budgetary), pajak juga dapat memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur

(regulatory) dan mengawasi kegiatan swasta dalam perekonomian. Ketika harga

CPO melambung tinggi di pasar internasional, eksportir CPO berlomba-lomba

menjual produknya ke luar negeri, padahal kebutuhan domestik juga sangat tinggi

dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Ketika itu pemerintah mengoptimalkan

fungsi mengatur pajak dengan cara menaikkan pajak ekspor CPO sampai 60%

(enam puluh persen), sehingga para eksportir akan berpikir berkali-kali jika ingin

(20)

Kedua fungsi pajak tersebut harus dijalankan secara seimbang dan tepat guna

karena akan sangat berpengaruh terhadap keadaan perekonomian. Berdasarkan

lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi Pajak Negara atau Pajak Pusat

dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang

akan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara secara umum. Pajak

Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti provinsi,

kabupaten maupun kota yang dipergunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah masing-masing.

Berdasarkan data APBN tahun 2010 (lampiran 1), penerimaan pajak

mencapai Rp729,17 triliun atau merupakan penyumbang 80% dari penerimaan

dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Jika diamati lagi sejak tahun

2007, penerimaan Pajak Penghasilan mencapai Rp238,43 triliun, menyumbang

51% untuk penerimaan pajak dalam negeri, pada tahun 2008 mengalami

peningkatan menjadi Rp327,49 triliun atau peranannya naik menjadi 52,62%,

tahun 2009 juga mengalami kenaikan sebesar Rp357,40 triliun dan peranannya

juga mengalami kenaikan menjadi 56,54%, namun pada tahun 2010 penerimaan

Pajak Penghasilan turun menjadi Rp340,32 triliun dan peranannya dalam APBN

juga mengalami penurunan menjadi 48,48%. Peranan penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan peningkatan

pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non

(21)

Pajak Penghasilan dalam APBN mengalami penurunan hingga mencapai 17

triliun Rupiah.

Kepala Pusat Kebijakan APBN Kementerian Keuangan, Askolani

(04 Januari 2011) mengatakan bahwa target penerimaan pajak tahun 2010 tidak

dapat dicapai. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan non migas hanya bisa

mencapai 97% dari target yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2010

faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa kebijakan di bidang perpajakan dan

bisa juga kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh DJP.

Peningkatan pelayanan, gencarnya penyuluhan, penyederhanaan prosedur dan

administrasi perpajakan dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian

penerimaan pajak. Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat

mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak. Penerimaan Pajak

Penghasilan sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi masyarakat, karena

semakin baik kondisi perekonomian maka akan semakin banyak penghasilan yang

akan diterima oleh masyarakat baik yang diterima oleh perusahaan maupun

penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat secara perorangan.

Meningkatnya penghasilan masyararakat, baik penghasilan perusahaan maupun

pendapatan perkapita merupakan pertanda meningkatnya pertumbuhan

perekonomian yang akan dinyatakan dengan meningkatnya Produk Domestik

Bruto (PDB) riil pertahun. PDB biasanya diukur melalui pendekatan hasil

produksi, pengeluaran dan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan

(22)

tergantung pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi

pendapatan, keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Kegiatan perekonomian secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke

dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa.

Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini

timbul pendapatan atau penghasilan yang kemudian akan dapat dilakukan untuk

keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi, produktivitas investasi dan ekspor serta

faktor-faktor ekonomi makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi

makro yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi pendapatan perkapita

masyarakat Indonesia. Banyak ekonom mengatakan bahwa tingkat inflasi akan

memberikan semacam indikator kemampuan pemerintah dalam mengelola

perekonomian. Inflasi ini biasanya ditandai dengan adanya kenaikan harga-harga.

Naik turunnya inflasi akan berpengaruh terhadap sumber penghasilan perusahaan

dan sumber pendapatan masyarakat. Pembentukan modal dan ekspor dapat

menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bisa melalui investasi

dan pinjaman luar negeri (Latief, 2002). Walaupun satu atau dua tahun setelah

krisis ekonomi 1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan

pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya

rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang

juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Salah satu penyebab

lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih belum intensifnya

kegiatan investasi, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk

(23)

Peranan faktor investasi pada era orde baru, khususnya PMA merupakan

faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan berkelanjutan serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

perkapita. Mudrajad Kuncoro (2004) mengatakan bahwa investasi merupakan

faktor penggerak pertumbuhan, disebutkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh adanya investasi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disebutkan bahwa pertumbuhan yang

ditopang oleh investasi diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas dan

dapat membantu penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja akan

mengurangi angka pengangguran dan akibatnya pendapatan perkapita akan

meningkat. Perkembangan investasi dapat dilihat dari nilai nominalnya maupun

pertumbuhannya setiap tahun. melalui nilai pembentukan modal tetap bruto. Nilai

nominal investasi di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat,

walaupun pada tahun-tahun tertentu sempat terjadi penurunan. Selain melihat

perkembangan investasi berdasarkan nilai nominalnya, perkembangan investasi

juga dapat dilihat dari pertumbuhannya tiap tahun. Penurunan yang signifikan

terjadi pada tahun 1998 dimana pertumbuhannya menjadi -33,01% seiring dengan

pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar -13,13%. Melihat perkembangan data

investasi di Indonesia dapat dikatakan bahwa Investasi di Indonesia masih belum

stabil. Walaupun jumlah investasi secara nominal meningkat, pertumbuhannya

belum tentu ikut meningkat, bahkan bisa juga menurun. Pada tahun 1996-1997,

secara nominal investasi meningkat tetapi pertumbuhannya menurun pesat yakni

dari 14,51% pada tahun 1996 menjadi 8,57% pada tahun 1997. Perkembangan

(24)

Tabel 1.1. Investasi Indonesia

Pemerintah telah menempuh berbagai cara untuk meningkatkan peran

investasi dalam pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah melalui kebijakan

fiskal yang ekspansif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong

investasi melalui peningkatan permintaan agregat. Pemikiran ini merupakan

gagasan J.M Keynes dimana peningkatan permintaan agregat sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat mendorong

pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Kebijakan fiskal ekspansif ditandai dengan adanya peningkatan pengeluaran

pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk belanja negara menurut fungsinya,

(25)

untuk fungsi ekonomi. Secara umum peningkatan belanja pemerintah lebih

didominasi untuk fungsi pelayanan umum. Anggaran fungsi pelayanan umum

tersebut antara lain mencakup: program-program pelayanan umum yang

dilakukan oleh kementerian negara/lembaga, pemberian berbagai jenis subsidi,

pembayaran bunga utang, program penataan administrasi kependudukan, program

pemberdayaan masyarakat, pembangunan daerah, serta program penelitian dan

pengembangan iptek. Sementara itu, belanja pada fungsi ekonomi dialokasikan

untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan

transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi. Meskipun anggaran belanja

untuk fungsi ekonomi menunjukan peningkatan namun jumlah anggaran yang

dialokasikan untuk fungsi ini tidak lebih besar daripada belanja fungsi pelayanan

umum. Berdasarkan jenis belanja negara, perkembangan belanja pemerintah pusat

masih didominasi oleh pengeluaran yang sifatnya wajib daripada pengeluaran

yang bersifat tidak mengikat. Pengeluaran yang sifatnya wajib meliputi: belanja

pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi, dan sebagian belanja barang.

Pengeluaran yang tidak mengikat seperti: belanja modal, bantuan sosial, sebagian

belanja barang dan belanja lain-lain.

Sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di

Indonesia, Kota Medan merupakan kota yang kaya dengan potensi perpajakan,

namun akhir-akhir ini fenomena yang terjadi adalah realisasi penerimaan pajak,

khususnya penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan, tidak dapat dicapai

sesuai dengan target yang telah dibebankan. Pada tahun 2010, Kepala Kantor

(26)

mengatakan bahwa penerimaan PPh untuk tahun pajak 2009 hanya mencapai 90%

dari target, yaitu Rp4,5 triliun, padahal target yang dibebankan adalah Rp5 triliun

(Sinar Indonesia Baru, 09 Januari 2010). Hal ini menjadi pemikiran karena disisi

lain pendapatan perkapita masyarakat, investasi dan pengeluaran pemerintah

cenderung mengalami kenaikan sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah

ini :

Tabel 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 - 2008

Tahun Inflasi Investasi

(Miliar Rupiah)

Pengeluaran Pemerintah (Rp) Pendapatan per

Kapita (Rp)

2005 22,39% 12.350.761 8.100,08 1.554.437.368.000

2006 5,97% 12.428.759 8.432,50 1.675.570.183.000 2007 6,42% 13.479.259 8.567,34 1.939.698.097.000 2008 10,63% 13.684.396 13.426,05 3.620.112.147.000

Sumber : BPS Kota Medan

Kota Medan memiliki potensi perpajakan yang cukup besar dan masih

banyak yang belum tergali terutama dari sektor non migas khususnya potensi

penerimaan PPh perusahaan dan PPh orang pribadi. Jumlah penduduk yang

semakin besar, maraknya pembangunan sarana dan prasarana kota dan semakin

meningkatnya transaksi bisnis serta pertumbuhan ekonomi yang selalu mengalami

kenaikan, merupakan potensi pajak yang masih harus digali dengan optimal.

Peranan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara yang semakin besar

yang ditandai dengan naiknya target penerimaan pajak dari tahun ke tahun maka

pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus selalu melakukan

kajian maupun penelitian terhadap pengaruh indikator-indikator ekonomi makro

(27)

Dilatarbelakangi oleh uraian dan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka

penulis tertarik untuk meneliti pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah,

investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan

bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap

sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto

sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap

sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

perkapita) di Kota Medan.

3. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak)

berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

4. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber pendapatan

masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) berpengaruh

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

5. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan

(28)

perkapita) berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya

pendapatan bruto perusahaan sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya

pendapatan perkapita) di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto perusahaan

sebelum pajak).

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber

pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan

perkapita).

5. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan

(29)

pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat mengetahui pengaruh inflasi,

investasi, pengeluaran pemerintah, pendapatan perusahaan dan pendapatan

perkapita terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat melakukan berbagai langkah –

langkah yang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan sebagai

sumber pendapatan negara.

3. Sebagai referensi bagi pihak lain dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. serta berguna

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Filosofi dan karateristik pajak

Soemitro (2002) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat atau

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Andrani (2002) juga

mengemukakan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)

terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung atau tidak langsung dapat

ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Sementara itu Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga

atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat disebutkan unsur-unsur

yang terkandung dalam pengertian pajak antara lain :

a. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara, dan iuran tersebut berupa

uang (bukan barang dan jasa) yang akan mengisi kas negara;

(31)

c. Ketentuan perpajakan dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan yang

dibuat oleh penyelenggara negara dan pemerintah ;

d. Tidak mendapatkan jasa timbal balik dan kontraprestasi langsung dari

negara;

e. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pembiayaan negara

yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2.Fungsi Pajak

Pada umumnya pajak memiliki dua fungsi, sebagaimana diuraikan oleh

Supramono dan Damayanti (2005) bahwa fungsi pajak adalah :

a. Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu fungsi sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

b. Fungsi mengatur (regulator) yaitu fungsi untuk mengatur atau

mengeluarkan kebijakan-kebijakan pemerintah dari sudut sosial dan

ekonomi.

Selain fungsi tersebut, menurut Burton dan Ilyas (2005) terdapat pula fungsi

lain dari pajak yang saat ini mengemuka, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi

redistribusi. Fungsi demokrasi menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu

penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan

pembangunan demi kemaslahatan manusia. Berdasarkan fungsi ini dapat

dikatakan bahwa pajak memiliki konsekuensi untuk memberikan hak-hak timbal

balik yang meskipun tidak diterima langsung tetapi diberikan kepada warga

negara pembayar pajak. Selanjutnya pajak akan berfungsi redistribusi, yaitu

(32)

pajak diterapkan dengan baik maka akan dapat dipastikan terjadi beberapa

dampak terhadap perekonomian dan berbagai aspeknya.

2.1.3.Klasifikasi Pajak

a. Menurut Golongan

a.1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang dimaksudkan untuk dipikul

sendiri oleh yang membayarnya. Jadi pajak jenis ini tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh),

PPh tidak bisa dilimpahkan atau digeser kepada orang/pihak lain

untuk menanggungnya. Wajib Pajak ini harus memikul sendiri pajak

itu walaupun pembayarannya bisa melalui pihak lain.

a.2. Pajak Tidak langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dimaksudkan dapat

dilimpahkan atau dibebankan oleh yang membayarnya kepada pihak

lain atau pemikul. Contoh : PPN dan PPnBM. Pemikul pajak tidak

langsung adalah konsumen. Golongan pajak ini bisa dilimpahkan atau

digeserkan oleh penjual kepada pembeli.

b. Menurut Sifat

b.1. Pajak Subyektif

Pajak Subyektif adalah pajak yang dalam pengenaannya

memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak. Misalnya

Pajak Penghasilan Orang pribadi. Bila wajib pajaknya orang pribadi,

(33)

Misalnya, kawin atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga

atau tidak dan sebagainya.

b.2. Pajak Obyektif

Pajak obyektif adalah pajak yang dalam pengenaanya hanya

memperhatikan sifat obyek pajaknya saja, misalnya Bea Meterai, PPN

dan PPnBM. Sebagai contoh : Bea Meterai dipungut apabila obyek

pajak telah ada dan memenuhi syarat misalnya dokumen berupa

pembayaran yang memuat jumlah lebih besar dari Rp. 1.000.000,-

akan dikenakan Bea Meterai sebesar Rp. 6.000,- tanpa melihat kondisi

wajib pajak.

c. Menurut Pemungut dan Pengelolanya

Berdasarkan kewenangan dalam pemungutannya, pajak

digolongkan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat

adalah jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah Pusat,

antar lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Bea Meterai,

Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Ekspor. Sedangkan Pajak Daerah

dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, diantaranya seperti Pajak

Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak

(34)

2.2. Pajak Penghasilan

Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa segala pajak untuk

keperluan negara harus berdasarkan undang-undang. Berdasarkan UUD 1945

diterbitkan Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan yang telah diubah terakhir dengan Undang – Undang

Nomor 16 tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 yang telah

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan. Berdasarkan Undang – Undang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa

Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang dikenakan terhadap subjek

pajak yang mempunyai penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menjadi Subyek Pajak

adalah :

1) a. orang pribadi ;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak ;

2) badan ;

(35)

2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Berdasarkan golongannya Pajak Penghasilan diklasifikasikan sebagai pajak

langsung. Pajak golongan ini tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Di

negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya

berasal dari sumber pajak tak langsung. Nafziger dan Todaro (2003) menyebutkan

bahwa proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang

lebih rendah daripada pajak langsung di negara-negara maju. Hal ini dapat terjadi

karena pada negara-negara yang sedang berkembang golongan berpenghasilan

tinggi lebih rendah dibandingkan golongan berpenghasilan rendah. Jika diamati

lebih mendalam, dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari

dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan

perkapita penduduknya. Potensi penerimaan pajak suatu negara akan bergantung

pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi pendapatan,

keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh faktor produksi. Harga

faktor produksi adalah jumlah yang dibayarkan ke faktor-faktor produksi, Upah

(wage) yang diterima oleh pekerja (Wajib Pajak Orang Pribadi) dan sewa (rent)

yang dikumpulkan oleh para pemilik modal (Wajib Pajak Badan). Meningkatnya

output akan meningkatkan pendapatan perkapita dan akan memperluas basis pajak

serta subyek pajak langsung dan tak langsung. Peningkatan basis pajak langsung

terjadi disebabkan pajak langsung baru dikenakan bila melewati tingkat

(36)

(PTKP). Peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan jumlah wajib

pajak perorangan maupun badan.

Pertumbuhan sektor riil selama proses pembangunan ekonomi yang diikuti

oleh pertumbuhan sektor moneter di samping mencerminkan peningkatan obyek

pajak dan wajib pajak (orang pribadi dan badan), juga akan mendukung

kemudahan dalam pengumpulan pajak.

2.3. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah untuk mencapai output yang

tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi,

stabilitas harga, sertakeseimbangan dalam neraca pembayaran secara umum yaitu

menambah pengeluaran pemerintah dan mengurangi pajak pendapatan. Dengan

melaksanakan kebijakanfiskal yang tepat diharapkan akan mampu meningkatkan

permintaan agregat secara langsung. Samuelson (2003) mengemukakan bahwa

kebijakan fiskal sebagai salah suatu proses pembentukan perpajakan dan

pengeluaran publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus

ekonomi, dan ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan

tenaga kerja penuhdimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah.

Berdasarkan definisi tersebut ditemukan dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu

belanja negara dan perpajakan.

Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan program

pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah dari pajak

yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran. Dengan adanya

(37)

fiskalnya. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan

pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Anggaran tersebut

terdiri atas berbagai program pengeluaran khusus (pendidikan, pertahanan,

kesejahteraan, dan lainnya) serta sumber pajak (pajak penghasilan, pajak

penjualan, dan lainnya). Ketika anggaran mengalami defisit maka pemerintah

mengambil kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan ini ditujukan untuk

meningkatkan daya beli masyarakat. Sebaliknya, pada saat anggaran surplus, ini

berarti pemerintah mengambil kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan inibertujuan

untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

2.3.1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan instrumen kebijakan fiskal. Pengeluaran

pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk

kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor

pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan

bersenjata, dan lainnya. Pengeluaran pemerintah juga merupakan instrumen

pengukur untuk menentukan seberapa besar peran sektor pemerintah dan sektor

swasta.

Jika pemerintah ingin melakukan penambahan pengeluaran, pemerintah

harus mempertimbangkan juga darimana sumber pembiayaan pengeluaran

tersebut. Apakah membiayai pengeluaran itu dengan meminjam dari masyarakat

atau dengan meminjam dari bank sentral. Ada beberapa teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah yang telah dikembangkan para ekonom.

WW Rostow dan RA Musgrave berpendapat bahwa perkembangan pengeluaran

(38)

perbedaan fokus alokasi sumber daya antara negara pada tahap awal

perkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap lanjut yang kemudian

tercermin dalam pengeluaran negara. Masing-masing tentunya berawal dari

kebutuhan yang berbeda, sehingga arah kebijakannya juga berbeda. Ini tentunya

berkaitan dengan seberapa lama negara itu telah merdeka dan kualitas sumber

daya manusianya.

Untuk menuju tingkat ekonomi yang lebih tinggi beberapa tahapan harus

dilalui oleh negara pada awal perkembangan ekonomi dan ada beberapa hal yang

sudah terpenuhi oleh negara pada tahap lanjut pembangunan, sehingga tidak perlu

lagi terfokus pada penyediaan prasarana layaknya negara pada tahap awal

perkembangan. Secara ringkas teori pengeluaran negara menguraikan tiga tahapan

yang pasti dilalui setiap negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi,

diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah,

utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan

pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap

diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor

swasta sudah mulai berkembang. Kemudian pada tahap lanjut pembangunan

ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan,

kesehatan, dan jaminan sosial. Gagasan lain dikemukakan oleh Adolph Wagner.

Pengamatan empiris yang dilakukannya terhadap negara-negara Eropa, Amerika

Serikat, dan Jepang pada abad ke 19 menunjukan bahwa dalam perekonomian

(39)

pendapatan nasional negara tersebut. Menurut Wagner, terdapat lima hal yang

menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat, yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan.

b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi.

d. Perkembangan demokrasi.

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

2.4. Teori dan Pemikiran Investasi

Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran

untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan

tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam

perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di

masa depan. Boediono (2008) mengemukakan bahwa investasi adalah

pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk

menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Kegiatan investasi

memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi

dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan akhirnya akan

meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Dengan kata lain dapat disebutkan

bahwa meningkatnya kegiatan investasi diharapkan akan meningkatkan

permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

Ketika pendapatan nasional meningkat, maka dengan mengasumsikan

pendapatan masyarakat yang juga meningkat, permintaan barang dan jasa oleh

(40)

menguntungkan pihak swasta dan kemudian mendorong investasi baru. Dengan

demikian, pendapatan nasional akan berpengaruh positif terhadap investasi.

Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, maka investasi yang terbentuk

pun juga semakin besar.

Selain suku bunga, unsur lain yang berpengaruh dari segi biaya dalam

keputusan investasi adalah pajak. Pemerintah pusat memliki banyak sekali alat

dan peraturan mengenai perpajakan yang dapat mempengaruhi biaya investasi.

Satu hal yang berperan penting dalam keputusan investasi tersebut adalah pajak

penghasilan perusahaan. Tinggi rendahnya pajak yang ditetapkan tersebut

digunakan pemerintah untuk mendorong atau menghambat investasi di sektor

swasta.

2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal

Para ekonom telah mengembangkan berbagai pemikiran dan teori yang

dapat menjelaskan mengenai pengaruh kebijakan fiskal terhadap investasi swasta.

Pemikiran tersebut berbeda-beda karena dibangun dengan asumsi yang berbeda

pula. Samuelson (2010) mengemukakan bahwa pendesakan dalam konteks

investasi atau sering disebut crowding out adalah suatu konsep pemikiran yang

menyatakan bahwa belanja pemerintah, defisit pemerintah ataupun hutang

pemerintah dapat menciutkan jumlah investasi dunia usaha. Penanaman modal

atau investasi merupakan pengorbanan konsumsi di masa kini untuk

meningkatkan konsumsi di masa depan. Investasi atau pembentukan modal ini

dapat berbentuk investasi pada asset riil, dan asset finansial. Investasi pada asset

riil misalnya pembelian tanah, mesin, pembangunan pabrik dan lain-lain.

(41)

pasar modal. Di pasar uang, investasi yang dilakukan berupa deposito atau

sertifikat bank sentral, sedangkan di pasar modal berupa saham, atau obligasi.

Investasi juga sangat berperan dalam makroekonomi. Pertama, investasi

merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah. Dengan

demikian, perubahan besar dalam investasi akan sangat berpengaruh terhadap

permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan

kerja. Investasi dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Investasi

yang dilakukan oleh pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau

barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian

surat berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok

ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka

waktu tertentu.

Investasi merupakan penanaman modal di mana penanaman modal tersebut

bisa berasal dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman

Modal Asing (PMA). Investasi ini merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Investasi sebagai salah

satu komponen penting dari Aggregate Demand (AD) merupakan suatu faktor

krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable

development) atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi

melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor

ekonomi. Menurut Sukirno (2003) investasi sebagai suatu kegiatan penggunaan

uang untuk penyediaan barang-barang modal yang dipergunakan dalam suatu

kegiatan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Dalam hal investasi

(42)

penanaman modal melalui UU No. 1 Tahun 1967 mengenai Penanaman Modal

Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN). Kemudian disempurnakan dengan berlakunya masing-masing

UU No. 11 dan UU No. 12 Tahun 1970. Berbagai kebijakan investasi PMA harus

didukung oleh PMDN yang baik sehingga memberi hasil yang maksimal.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka Indonesia memasuki era

baru dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan adanya

kebijaksanaan tersebut maka para investor asing dan swasta nasional berani

melakukan penanaman modal untuk kegiatan ekonomi. Investasi dapat diartikan

sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian (Sukirno, 2003).

Kegiatan investasi akan menimbulkan dua efek, yaitu :

1. Efek langsung terhadap tingkat pengeluaran agregat, yaitu bila pengeluaran

investasi meningkat, pengeluaran agregat di pasar uang akan meningkat,

yang kemudian akan menaikkan tingkat pendapatan nasional melalui proses

multiplier.

2. Efek terhadap kapasitas produksi nasional, terjadi pada sisi penawaran

agregat dan efek ini bersifat jangka panjang sehingga kenaikan pengeluaran

(43)

kapital, produksi perekonomian meningkat yang kemudian akan

meningkatkan penawaran agregat.

2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai

pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan

peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah

barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Kegiatan investasi

memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi

dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf

kemakmuran masyarakat.

Mengingat investasi akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial,

maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya

domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana

infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat

teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan semakin

besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan

mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga

dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada

(44)

2.5. Pendapatan

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan oleh negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan riil per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih rendah. Gejala

umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di negara-negara

berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat

dari kenaikan pendapatan.

Sukirno (2006) mengemukakan bahwa pendapatan adalah jumlah

penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu

periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa

klasifikasi pendapatan antara lain:

1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa

memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.

2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap

dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa

yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di

Indonesia ;

1. Perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah

(45)

2. Perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak

mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh.

3. Laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi

pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh

rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang

dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan

rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per

kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas negara serta

penduduk suatu negara. Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu

Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi

pada negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan

pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan

pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang

terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang

berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai

transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar

anggota masyarakat.

Sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya

berasal dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan

rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam

sumber pendapatan (Susilowati et al, 2002). Bagi rumah tangga pedesaan yang

hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan

(46)

diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan.

Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi

barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan

mobilitas tenaga kerja pedesaan.

Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan

pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang

diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume

produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

2.6. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penulisan penelitian ini selain didukung teori yang

berhubungan dengan variable-variabel yang saling mempengaruhi dalam

penulisan penelitian ini, penulis juga mencantumkan penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai referensi

(47)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode Analisis

Variabel Terikat

Variable Bebas Hasil Penelitian

1 Ismail Fahmi

Nasution (2008)

Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi di Sumatera Utara. Sebaliknya Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Sumatera Utara.

Terdapat hubungan yang positif antara penerimaan PPN dengan pertumbuhan PDRB dan jumlah PKP terdaftar. Sebaliknya, dengan inflasi justru terdapat hubungan yang negatif.

3 Abdul Wahab

Exchange rate, investasi, kredit dan ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Pengeluaran Pemerintah dan defisit anggaran berpengaruh negatif terhadap masuknya investasi namun tidak signifikan

5 Novita Sitompul

(2008)

Investasi PMDN tahun sebelumnya dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

6 Asmuri (2006) Analisis Pengaruh

Reformasi Perpajakan,

OLS Penerimaan

Pajak

- Reformasi Perpajakan

(48)

Inflasi dan Jumlah WP

Antara inflasi dan PPN memiliki hubungan yang dinamis. Penerimaan PPN turun secara dramatis akibat adanya kenaikan inflasi sebesar 25%, pada tahun 1983 namun penerimaan PPN naik akibat naiknya inflasi 5% dan pada tahun 1995 penerimaan PPN naik juga akibat naiknya inflasi 10-15%.

8 Deddy Rustiono

(2008)

Analisis Pengaruh

Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah

Angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah

9 Eva Susanti (2008) Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Konsumsi masyarakat dan investasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan variabel ekspor neto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

10 Yogi Rahmayanti

(2006)

Analisis Potensi Pajak OLS Penerimaan

Pajak

- Tax rate

- GDP

- Collection System

PPh dan PPN mempunyai peran yang signifikan terhadap penerimaan pajak di Indonesia. Salah satu hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa

(49)

2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori ekonomi dan hasil penelitian terdahulu yang pernah

dilakukan terhadap variable-variabel yang akan diteliti sebagaimana telah

diuraikan di atas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi

penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses

kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan akumulasi dari

seluruh penghasilan masyarakat perorangan maupun penghasilan perusahaan.

Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas

prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

ataupun tahunan.

Penerimaan Pajak Penghasilan sangat ditentukan oleh besarnya penghasilan

yang diperoleh masyarakat. Semakin besar pendapatan masyarakat maupun

penghasilan perusahaan maka Pajak Penghasilan yang akan dibayarnya juga akan

semakin besar, hal ini sesuai dengan penelitian Ismail Fahmi Nasution (2008)

yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi. Kegiatan perekonomian

dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan

mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa,

dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan atau penghasilan yang

kemudian akan dapat dilakukan untuk keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi,

produktivitas investasi dan pengeluaran pemerintah serta faktor-faktor ekonomi

makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi makro yang pada akhirnya

(50)

penelitian Saepudin (2008) ditemukan bahwa inflasi mempunyai hubungan yang

negatif terhadap pertumbuhan PDRB dan penerimaan PPN. Semakin besar inflasi

maka pertumbuhan pendapatan akan semakin kecil dan demikian juga dengan

penerimaan pajak akan semakin kecil juga. Selain itu, Abdul Wahab (2009) dan

Eva Susanti (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa investasi berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin besar investasi maka pendapatan

masyarakat juga semakin besar sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan

semakin besar. Selain pengaruh inflasi dan investasi, pendapatan atau penghasilan

masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah. Hal tersebut

ditemukan oleh Deddy Rustiono dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa

belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan

PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Semakin besar belanja pemerintah maka

pendapatan atau penghasilan masyarakat akan semakin besar dan akhirnya PDRB

juga akan semakin besar pula.

Setelah mempelajari uraian teori dan laporan penelitian terdahulu, penulis

akan menjelaskan pengaruh variable inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui sumber penghasilan perusahaan

dan melalui sumber pendapatan masyarakat. Inflasi akan memberikan pengaruh

yang negatif terhadap penerimaan pajak penghasilan karena semakin besar inflasi

maka pendapatan masyarakat dan penghasilan perusahaan akan semakin kecil.

Jika penghasilan kecil maka pajak penghasilan juga akan kecil. Investasi

diperkirakan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan pajak

penghasilan, karena semakin besar investasi maka akan banyak sektor-sektor

(51)

maupun pendapatan masyarakat. Selain investasi, pengeluaran pemerintah juga

diperkirakan akan menaikkan penerimaan pajak penghasilan. Semakin banyak

pengeluaran pemerintah, baik melalui belanja barang maupun belanja

pembangunan, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan terlibat

didalamnya dan akhirnya akan memperoleh penghasilan atau pendapatan dari

adanya pengeluran pemerintah tersebut dan akibatnya pajak penghasilan yang

akan diperoleh oleh negara juga akan semakin besar pula.

Penulis akan menjelaskan pengaruh variable-variabel yang saling

mempengaruhi tersebut dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Sumber Penghasilan

Perusahaan ( Y1)

Sumber Pendapatan Masyarakat ( Y2)

Inflasi (P)

Investasi (I) Pengeluaran

Pemerintah (G)

Pajak Penghasilan

Gambar

Tabel 1.1. Investasi Indonesia
Tabel 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan                    Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 - 2008
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan konsolidasian PT Alam Sutera Realty Tbk dan entitas anak untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 telah diselesaikan dan diotorisasi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan

kelima, memiliki angka penganda output yang besar yaitu sebesar 1,20, nilai pengganda pendapatan sebesar 0,16, berkontribusi terhadap total output keseluruhan sebesar

Pada Tabel 4.39 menunjukkan emisi primer CO 2 dari penggunaan bahan bakar permukiman dan emisi CO 2 sekunder persampahan berdasarkan kepadatan total tiap Kecamatan di

Persamaan regresi linear berganda VI dapat digunakan untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman umur 5-11 tahun dengan menjumlahkan hasil

Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas negatif sewaktu menyenget tidak memiliki

Ketika suatu liabilitas keuangan yang ada digantikan oleh liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substantial, atau

(iii) ada 2 jenis teks yang menginspirasi penemuan tujuan komunikasi dan struktur teks di surat pembaca yang ada di majalah Hello edisi Januari – Maret 2011 antara