• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI ANGSANA ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

HARI SULISTYO

A24062417

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, South Kalimantan

Hari Sulistyo1 dan Edi Santosa2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24062417) 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The purpose of this final assignment was to determine agronomic and agroecological characters responsible to production estimation of oil palm fresh fruit bunches. The studies was conducted at PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, District of Tanah Bumbu, South Kalimantan from February 15th to June 15th 2010. The assignment composed of several works, i.e., as field worker for two months, as assistant foreman for one month, and as estate assistant for one month. Special observation was conducted as additional activity, e.g. to examinate the agronomic and agroecological characters which were expected affected oil palm production such as climates, land suitability, and agronomy of oil palm. According to test of t-parcial, indicated that climatic factors played an important role in the production of oil palm. Air humidity in the 6 months prior to harvest (MPH), the sun shines intensities on 18 MPH, rainfall on 6 MPH, rainy days on 18 MPH, water deficit at 0 and 24 MPH, as well as plant age and fertilizer including the factors determining the production of oil palm. Production forecasting modeling performed by multiple linear regression analysis, from the seven variables significantly affected the production of oil palm, of which obtained six combination of regression. Multiple linear regression equation no. VI was the closest to actual production. This multiple linear regression equation VI can be used to predict the annual production of oil palm in Angsana Estate for 5-11 years old plants by adding up monthly production forecast for a year. It is note worthy that regression equation VI dependent on fertilizer aplikation, number of rainy days and sunshine at 18 MPH, water deficit at the 24 MPH, and present plant age data.

Keywords : Agronomic Parameters, climate, Oil Palm, Production Estimation, South Kalimantan

(3)

HARI SULISTYO. Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh EDI SANTOSA)

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik budidaya serta manajerial mahasiswa sehingga dapat memahami dan menghayati proses kerja secara nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mengidentifikasi parameter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil produksi tandan buah segar guna pengembangan teknik peramalan produksi kelapa sawit.

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan mulai tanggal 15 Februari hingga 15 Juni 2010.

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah bekerja langsung sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten masing-masing selama satu bulan. Aspek teknis yang dilaksanakan meliputi kegiatan pengendalian gulma, pengendalian hama, pengelolaan tajuk, pemupukan anorganik dan organik, serta panen atau produksi. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dengan staf dan karyawan kebun serta mengikuti pengamatan bersama Departemen Riset Minamas untuk mengetahui pengaruh fluktuasi iklim terhadap produksi kelapa sawit. Data sekunder meliputi kondisi umum kebun, data hari hujan dan curah hujan selama 10 tahun terakhir, data iklim Kabupaten Tanah Bumbu (suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan penyinaran matahari) selama 10 tahun terakhir, data kelas kesesuaian lahan, data produksi dan produktivitas kebun, pupulasi tanaman, serta data historis kegiatan kultur teknis kebun. Defisit air diketahui dengan menghitung neraca keseimbangan air menggunakan metode Tailliez.

(4)

Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa faktor iklim memegang peranan penting dalam produksi kelapa sawit. Kelembaban udara pada 6 bulan sebelum panen (BSP), penyinaran matahari pada 18 BSP, curah hujan pada 6 BSP, hari hujan pada 18 BSP, defisit air pada 0 BSP dan 24 BSP, serta umur tanaman dan pemupukan termasuk dalam faktor utama penentu produksi kelapa sawit. Pembuatan model peramalan produksi dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Dari tujuh faktor atau peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, diperoleh enam bentuk kombinasi persamaan regresi linear berganda untuk menentukan produksi duga atau meramal produksi kelapa sawit. Bentuk persamaan regresi linear berganda VI menghasilkan nilai produksi duga yang paling mendekati produksi aktual kebun apabila dibandingkan persamaan regresi linear berganda I-V. Persamaan regresi linear berganda VI dapat digunakan untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman umur 5-11 tahun dengan menjumlahkan hasil ramalan produksi bulanan pada tahun tersebut. Data yang digunakan persamaan regresi linear berganda VI untuk meramal produksi kelapa sawit adalah data realisasi pemupukan pada 18 bulan sebelum panen (BSP), jumlah hari hujan dan penyinaran matahari pada 18 (BSP), defisit air pada 24 bulan sebelum panen dan data umur tanaman.

Kekurangan persamaan regresi linear berganda VI yaitu tidak dapat digunakan untuk meramal produksi bulanan karena nilai produksi duga bulanan yang dihasilkan belum akurat. Penggunaan persamaan regresi linear berganda VI untuk meramal produksi tanaman kelapa sawit pada umur >11 tahun setelah masa produksi puncak masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena peramalan ini berbasis pada masa puncak produksi.

(5)

IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK

PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.)

DI ANGSANA ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Hari Sulistyo A24062417

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(6)

Judul

: IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK

PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI ANGSANA

ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS

PLANTATION,

TANAH

BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

Nama

: HARI SULISTYO

NIM

: A24062417

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Edi Santosa, SP. MSi NIP 19700520. 199601. 1. 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101. 198703. 1. 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 19 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Maulana dan Ibu Sumiasih. Penulis lulus dari SD Negeri Kutorejo pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dari SLTPN 1 Mojosari dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Mojosari, Mojokerto. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam beberapa kelembagaan mahasiswa IPB. Tahun 2008 penulis bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta IPB sebagai staf Divisi Kajian Strategis. Pada tahun yang sama, penulis juga menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB dan menjadi Kepala Departemen Club Tanaman Hias dan Buah pada periode 2009. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) dan terpilih sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto (Himasurya Plus IPB) pada periode 2008-2009. Kecintaan penulis terhadap olahraga juga dikembangkan dengan bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Voli IPB dan terpilih sebagai Ketua UKM Bola Voli IPB selama dua periode berturut-turut yaitu pada tahun 2008 dan 2009. Selama mengikuti studi di IPB, penulis mendapatkan beasiswa Pengembangan Prestasi dan Akademik (PPA) pada tahun 2009 dan mendapatkan beasiswa Mahasiswa Berprestasi Direktorat Jendral Perkebunan pada tahun 2010.

Skripsi yang disusun oleh penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul “Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Edi Santosa, SP. MSi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian tugas akhir ini, dan secara khusus kepada :

1. Bapak Maulana dan Ibu Sumiasih, serta seluruh keluarga besar Pak Mustam yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis.

2. Dr. Edi Santosa, SP. MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani perkuliahan.

4. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi sebagai wakil urusan skripsi departemen dan dosen penguji sidang yang telah memberikan saran dan revisi terhadap hasil skripsi.

5. Bapak Masziwa Bachrum (GM Estate area Sebamban), Bapak Iwan Darmawan (EM PT. Ladangrumpun Suburabadi), Bapak Syahnan (Senior Asisten Manajer), Bapak Iwan Nuriyanto (Asisten Divisi III) dan Bapak A. Isa Almasih (Asisten Divisi I) yang telah memberikan fasilitas, bimbingan serta motivasi selama kegiatan magang berlangsung.

6. Mandor Divisi III Angsana Estate, P. Syahril, P. Eko, P. Rasyid, P. Sugiono, P. Farid, P. Lasno, P. Tukijo, P. Fitri, P. Saijan, P. Bambang, P. Kusno, B.Ike serta seluruh karyawan yang telah memberi bimbingan selama penulis di lapang.

(9)

7. Pak Suwondo dan Pak Nuwirya Jaya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jakarta, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data iklim Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

8. Teman-teman UKM Bola Voli IPB, Agronomi dan Hortikultura 43, dan Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik, Siodarjo dan Mojokerto (Himasurya

Plus) yang telah memberi inspirasi dan keceriaan selama penulis studi di IPB.

9. Maretha Isyana yang telah membantu dan memberi motivasi selama penulisan skiripsi.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan berguna bagi pembaca yang memerlukan. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, keselamatan dan ilmu yang bermanfaat kepada kita sehingga berguna untuk nusa, bangsa, dan agama.

Bogor, November 2010

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit ... 5

Peramalan ... 8

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 11

Analisis Data dan Informasi ... 15

KONDISI UMUM KEBUN ... 18

Letak Geografis Kebun ... 18

Keadaan Iklim dan Tanah ... 18

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 19

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 20

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 21

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 23

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 24

Aspek Teknis ... 24

Aspek Manajerial ... 59

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

Produksi Angsana Estate ... 64

Curah Hujan ... 65

Defisit Air ... 68

Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara, dan Penyinaran Matahari ... 68

Populasi dan Umur Tanaman ... 69

(11)

Penentuan Nilai Produksi Duga... 72

Penggunaan Model Peramalan ... 98

KESIMPULAN DAN SARAN... 101

Kesimpulan... 101

Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Deskripsi Potensi Pertumbuhan dan Produksi Bahan Tanaman

Tenera Asal Marihat dan Socfindo ... 20

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate ... 21

3. Data Karyawan Angsana Estate ... 22

4. Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate pada Bulan April dan Mei 2010 ... 30

5. Rekomendasi Periode Ablasi pada Kebun Tanah Coastal ... 37

6. Jenis pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-2010 42

7. Rekapitulasi Mutu Buah di Angsana Estate pada Bulan Januari- Mei 2010 ... 47

8. Standar Output Pemanen di Angsana Estate... 47

9. Peralatan Panen di Angsana Estate ... 48

10. Kriteria Kematangan Buah... 50

11. Hubungan Tingkat Kematangan Buah dengan OER dan Kadar ALB ... 50

12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pusingan terhadap Persentase Brondolan ... 51

13. Parameter Pemberian Denda Karyawan ... 56

14. Premi Supervisi Panen di Angsana Estate ... 57

15. Premi Karyawan Panen Angsana Estate ... 57

16. Hasil Uji-t Parsial ... 72

17. Jumlah Rata-rata Populasi Tanaman dan Umur Tanaman di Angsana Estate. ... 73

18. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I ... 74

19. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda I ... 74

20. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda I ... 75

21. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II ... 78

22. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda II ... 78

23. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda II ... 79

(13)

24. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III ... 82 25. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda III ... 82 26. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear

Berganda III ... 83 27. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV ... 86 28. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda IV .... 86 29. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear

Berganda IV ... 88 30. Analisis Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V ... 90 31. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda V ... 91 32. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear

Berganda V ... 92 33. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI ... 94 34. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda VI ... 95 35. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Area Buffer Zone ... 25

2. Alat Perlindung Diri (APD) Tim Semprot ... 25

3. Hama Ulat Api a) Ulat Api (Darna trima) b) Ulat Kantong (Cremastopsyche pendula)... 31

4. Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) di Angsana Estate ... 32

5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit ... 33

6. Beneficial Plant : a. Anjang Bunga Antigonon leptopus; b. Bunga Cassia cobanensis ... 34

7. Pelepah Daun ke-17 ... 38

8. Penaburan Pupuk di Bibir Piringan Membentuk Huruf “U” ... 42

9. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) di Angsana Estate ... 44

10. Aplikasi POME dengan Sistem Flatbed di Angsana Estate ... 45

11. Tingkat Kematangan Buah ... 50

12. Kegiatan Panen : a. Pemotongan Gagang Buah; b. Pengutipan Brondolan ... 54

13. Perbandingan Produksi Aktual dengan Budget Produksi dan Standar Produksi Marihat di Angsana Estate Tahun 2004-2009 . 64

14. Curah Hujan Bulanan di Angsana Estate Tahun 2004-2009 ... 65

15. Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus di Angsana Estate 66

16. Buah Tidak Normal di Angsana Estate : a. Tandan buah yang mengalami gejala parthenocarpy; b. Tandan buah yang mengalami gejala false ripening ... 67

17. Umur Tanaman dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate ... 70

18. Losses Panen Akibat Brondolan Tinggal, Janjang Tinggal, dan Buah Mentah di Angana Estate... 71

19. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 75

20. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I ... 76

(15)

21. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda I Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

Orcutt ... 77

22. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 79 23. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear

Berganda II ... 80 24. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear

Berganda II Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

Orcutt ... 81

25. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 83 26. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear

Berganda III ... 84 27. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear

Berganda III Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

Orcutt ... 85

28. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 87 29. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear

Berganda IV ... 88 30. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear

Berganda IV Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

Orcutt ... 89

31. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 91 32. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear

Berganda V ... 92 33. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear

Berganda V Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

Orcutt ... 93

34. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ... 95 35. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear

Berganda VI ... 96 36. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear

Berganda VI Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Potensi Produksi Kelapa Sawit Umur 3-25 Tahun pada Setiap

Kelas Kesesuaian Lahan ... 105

2. Faktor-Faktor Teknik Budidaya yang Mempengaruhi Hasil Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit ... 106

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi... 109

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi... 113

5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi... 115

6. Peta Area Angsana Estate ... 117

7. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Angsana Estate Tahun 1999- 2009 ... 118

8. Satuan Peta Lahan Angsana Estate ... 119

9. Peta Areal Statment Angsana Estate ... 120

10. Peta Seksi Panen di Angsana Estate ... 121

11. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Angsana Estate Tahun 2004-2009 ... 122

12. Neraca Air di Angsana Estate Tahun 2000-2009 ... 124

13. Data Iklim Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2000-2009 ... 134

14. Populasi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate ... 138

15. Data Historis Pemupukan di Angsana Estate Tahun 2002-2009 .... 139

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati. Pada tahun 2008, luas total areal perkebunan kelapa sawit untuk Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Nasional, dan Perkebunan Besar Swasta, meningkat menjadi 7.4 juta ha (Ditjenbun, 2009).

Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat dari tahun 1998 yaitu sebesar 5.9 juta ton meningkat menjadi 17.5 juta ton pada tahun 2008, dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil CPO nomor satu terbesar di dunia. Meskipun demikian, Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar terhadap minyak kelapa sawit dunia yang mencapai 33.7 juta ton pada tahun 2008. Jumlah ekspor Indonesia untuk produk kelapa sawit berupa CPO dan produk turunannya mencapai lebih dari 18.1 juta ton pada tahun 2008 dan menghasilkan devisa lebih dari US$ 14 milyar (Ditjenbun, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa prospek usaha kelapa sawit sangat baik.

Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam atau varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan faktor yang penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS). Misalnya, akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13% dari produksi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2007). Dengan produksi yang tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Perusahaan meramal atau membuat taksasi produksi untuk memperkirakan produksi tanaman kelapa sawit baik produksi bulanan maupun produksi tahunan. Estimasi produksi kelapa sawit sangat diperlukan dalam pengusahaan perkebunan

(18)

kelapa sawit karena bermanfaat untuk memperkirakan produksi kelapa sawit atau jumlah CPO yang dapat disuplai untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat memperkirakan keuntungan perusahaan di masa mendatang. Namun, ada kalanya taksasi produksi mempunyai selisih di atas 5% dari produksi aktual sehingga berdampak merugikan bagi perusahaan terutama dalam proyeksi penerimaan1. Hal ini juga mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, misalnya dalam penentuan jumlah tenaga kerja panen, penyediaan peralatan panen, dan kebutuhan kendaraan untuk pengangkutan TBS.

Dengan adanya sistem taksasi yang lebih akurat dalam produksi kelapa sawit, maka diharapkan dapat membantu kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, pada kegiatan magang ini difokuskan pada identifikasi parameter agronomi yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit untuk mengembangkan sistem taksasi produksi sehingga lebih akurat atau mendekati produksi aktual.

Tujuan

Tujuan dilakukannya magang antara lain :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik budidaya serta manajerial mahasiswa sehingga dapat memahami proses kerja secara nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit.

2. Meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja.

3. Mengetahui parameter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil tandan buah segar kelapa sawit guna pengembangan taksasi produksi kelapa sawit.

1

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani dan guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Kata Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin (Lubis, 2008).

Jacquin mengklasifikasikan tanaman kelapa sawit Afrika sebagai Elaeis

guineensis. Berikut klasifikasi tanaman kelapa sawit :

Divisi : Embryophyta Shiponagama atau Spermatophyte Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermeae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter. Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tertier, dan kuwarter. Akar primer tumbuh 45° vertikal ke bawah, bertugas mengambil air dan makanan. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder ini tumbuh akar tertier dan akar kuwarter yang berada dekat permukaan tanah. Akar tertier dan akar kuwarter sangat aktif dalam mengambil air dan hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh menyamping sampai lebih dari 6 m dan paling banyak berada pada 2-2.5 m dari pangkal tanaman dengan diameter akar primer 5-10 mm. Akar primer hanya dapat mencapai kedalaman tanah 1.5 m.

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dibungkus oleh pelepah daun. Batang berbentuk silindris berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa.

(20)

Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 35-75 cm per tahun, tergantung pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu rachis (basis Folii), tangkai daun atau petiola (petiolus) dan duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (tervenium). Filotaksis atau pola susunan daun kelapa sawit memiliki rumus 3/8, artinya setiap mengelilingi 3 (tiga) kali spiral terdapat sebanyak 8 (delapan) daun (tidak termasuk daun pertama) (Pahan, 2008). Lingkaran daun atau spiral dapat berputar ke kiri dan kanan. Produksi pelepah daun dalam setahun dapat mencapai 20-30 pelepah kemudian dapat berkurang menjadi 18-25 pelepah, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon dewasa dapat terdiri dari 40-50 pelepah dengan berat kering 4.5 kg/pelepah, sedangkan jumlah anak daun pada tiap sisi dapat mencapai 125-200 helai (Lubis, 2008).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan dan baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Setelah mengalami penyerbukan, bunga akan menjadi buah yang akan diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya.

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe secara botani. Buah terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam atau cangkang (endocarp) yang membungkus 1-4 inti/kernel (Pahan, 2008). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah kawasan katulistiwa dengan kelas iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen dan kelas iklim A, B, dan C menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson pada elevasi 0-500 m di atas permukaan laut (dpl) (Lubis, 2008). Jumlah curah

(21)

hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, dan penyebaran hujan merata sepanjang tahun. Suhu harian optimal untuk tanaman kelapa sawit pada kisaran 24-28° C dengan

kelembaban udara berkisar 75-80 % dan lama penyinaran matahari rata-rata 5.5-6 jam/hari. Kecepatan angin yang baik untuk membantu proses penyerbukan

adalah 5-6 km/jam.

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah solum tebal (80 cm), tekstur ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 % dan liat 20-50 %. Perkembangan struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Kandungan unsur hara dalam tanah tinggi dengan pH 5-5.5 dan C/N rasio mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0.1 % (Lubis, 2008).

Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan secara luas di Indonesia baik di kawasan barat Indonesia maupun di kawasan timur. Daerah-daerah pengembangan tersebut memiliki kondisi iklim dan tanah dengan tingkat keragaman yang tinggi. Perkembangan produktivitas aktual dari beberapa kebun di Indonesia yang mewakili beberapa wilayah pengembangan kelapa sawit menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit pada umumnya masih rendah dibandingkan dengan produktivitas potensial lahannya (Harahap, Winarna, dan Sutarta, 2007). Produktivitas potensial setiap areal berbeda sesuai dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit.

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik tanah, topografi, iklim, dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Karakteristik tanah baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah yang berbeda pada setiap wilayah pengembangan kelapa sawit menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit. Status kesuburan tanah di Indonesia pada areal

(22)

pengembangan kelapa sawit dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu status tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah.

Hubungan antara tingkat kesuburan tanah dengan produktivitas kelapa sawit menurut Adiwiganda et al. (1991) adalah 1) tingkat kesuburan agak tinggi sampai tinggi yang meliputi tanah-tanah hapludand, haplaquand, dan Andaquept, dengan tingkat produktivitas >24 ton TBS/ha/tahun; 2) Tingkat kesuburan sedang yang meliputi tanah-tanah Eutropept, Dystropept, Hapludult, dan

Tropopsamment, dengan tingkat produktivitas 21-24 ton TBS/ha/tahun; 3) Tingkat kesuburan agak rendah yang meliputi tanah-tanah Haplohumult,

Haplaquult, dan Tropofluvent dengan tingkat produktivitas 18-21 ton TBS/ha/tahun; 4) tingkat kesuburan rendah yang meliputi tanah-tanah

Paleaquult, Palehumult, dan Kandiudult serta tanah gambut dengan produktivitas < 18 ton TBS/ha/tahun. Potensi produksi kelapa sawit umur 3-25 tahun pada setiap kelas kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Topografi merupakan salah satu komponen lahan yang secara langsung berpengaruh terhadap karakteristik tanah. Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan di Indonesia pada areal dengan topografi datar, berombak, bergelombang, dan berbukit. Pengembangan kelapa sawit tidak disarankan pada topografi bergunung dengan tingkat kemirigan lereng > 36%.

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan. Produktivitas yang tidak tercapai berhubungan erat dengan kondisi iklim wilayah dengan musim yang berfluktuasi dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal. Kondisi musim kering dan penghujan merupakan penyebab utama terjadinya fluktuasi yang berpengaruh terhadap penyebaran produksi yang merupakan komponen penting dalam peramalan produksi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap terhadap pengaruh unsur-unsur cuaca dan ketersediaan air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan menganalisis pengaruh kekeringan terhadap produktivitas kelapa sawit (Harahap et al., 2007).

(23)

Siregar et al. (2006) menyatakan bahwa jumlah curah hujan tahunan untuk pertanaman kelapa sawit di Indonesia (terutama Sumatera dan Kalimantan) cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman kelapa sawit, namun penyebaran curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun sering menjadi masalah sebagai faktor pembatas.

Penyebaran hujan sering menjadi pembatas untuk perkebunan kelapa sawit terutama pada kebun-kebun yang terletak di selatan katulistiwa. Kebun-kebun yang sering mengalami masalah penyebaran hujan umumnya dijumpai di Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Jumlah curah hujan tahunan pada kebun-kebun tersebut cukup yaitu berkisar 2 000-3 000 mm/tahun, namun terdapat peluang bulan kering dengan curah hujan

kurang dari 60 mm/bulan pada musim kemarau atau 2-4 bulan kering per tahun (Siregar et al., 2006).

Pengaruh curah hujan rendah selama musim kemarau merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit karena mengakibatkan cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan menyebabkan penutupan stomata pada siang hari, meningkatkan temperatur daun, mengurangi transpirasi dan fotosintesis. Selain itu, cekaman kekeringan juga meningkatkan aborsi bunga betina dan mengurangi seks rasio yakni jumlah bunga betina berkurang dan meningkatkan jumlah bunga jantan. Penurunan hasil sewaktu musim kemarau disebabkan kematangan buah tidak normal atau dipercepat. Penurunan hasil setelah musim kemarau disebabkan gugurnya tandan bunga yang sudah mekar dan berpengaruh terhadap penentuan jenis kelamin bunga. Penurunan hasil atau produksi TBS kelapa sawit umumnya berkisar antara 5-45%. Corley dan Gray (1976), menyatakan bahwa terdapat fase-fase perkembangan bunga kelapa sawit yang peka terhadap curah hujan rendah atau kekeringan yaitu : 1) inisiasi pembentukan bakal bunga yang terjadi 27-42 bulan sebelum matang panen; 2) pembentukan perhiasan bunga yang terjadi 32-36 bulan sebelum matang panen; 3) penentuan kelamin bunga yang terjadi 14.5-22 bulan sebelum anthesis; 4) peka aborsi bunga yang terjadi 10-14 bulan sebelum matang panen ; 5) anthesis yang terjadi 5-9 bulan sebelum matang panen.

(24)

Ketinggian tempat di atas permukaan laut berpengaruh terhadap suhu udara, penyinaran matahari, dan kelembaban udara. Pertumbuhan optimum kelapa sawit pada suhu udara 28°C dan pada suhu di bawah 22°C dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi produktivitas kelapa sawit.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit adalah kultur teknis atau kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya ini meliputi pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, konservasi tanah dan air, serta kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya. Ketepatan pemupukan meliputi tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis (4T) penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Kultur teknis kelapa sawit yang baik dapat memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Berdasarkan data pengamatan di lapang yang berhasil dikumpulkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) terdapat beberapa faktor kultur teknis (Tabel Lampiran 2) yang mempengaruhi produksi tandan buah segar kelapa sawit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit baik kondisi iklim, kelas kesesuaian lahan, dan kultur teknis tanaman inilah yang selanjutnya merupakan parameter agronomi yang dapat digunakan untuk membuat taksasi atau peramalan produksi kelapa sawit.

Peramalan Pengertian Peramalan

Peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan atau organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan memberikan dasar dalam proyeksi pendapatan, penentukan anggaran dan pengendalian biaya. Sementara itu, pada bagian produksi dan operasi data-data peramalan dapat digunakan untuk perencanaan kapasitas produksi, sarana produksi, dan penjadwalan.

Peramalan dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai di masa yang akan

(25)

datang. Untuk membuat peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir, produksi kelapa sawit dalam setiap bulan September-Desember terjadi penurunan bila dibandingkan dengan delapan bulan sebelumnya. Berdasarkan pola tersebut perusahaan dapat meramalkan bahwa pada bulan September berikutnya akan terjadi penurunan produksi.

Jenis Peramalan

Jenis Peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu, peramalan dapat dibedakan menjadi peramalan jangka panjang dan peramalan jangka pendek Peramalan jangka panjang biasa dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, berfungsi sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang. Peramalan jangka pendek biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional. Berdasarkan ruang lingkupnya, peramalan dibedakan menjadi peramalan mikro yaitu peramalan kondisi perusahaan dalam lima tahun yang akan datang dan peramalan makro yaitu peramalan kondisi perekonomian dalam lima tahun yang akan datang.

Berdasarkan Metode yang digunakan, peramalan dibedakan menjadi peramalan dengan metode kualitatif (non-statistik) dan metode kuantitatif (statistik). Peramalan dengan metode kualitatif (non-statistik) didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang melakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat (pengolahan dan analisis data historis yang tersedia). Metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik model peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan.

(26)

Peramalan dengan metode kuantitatif (statistik) berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Menurut Makridakis, Wheelwright, dan Mc.Gee (1995), pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi yaitu tersedia informasi tentang masa lalu (data historis), informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik dan dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu dan untuk berbagai tujuan. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat, ketepatan, tingkat kesulitan dan biaya tersendiri yang harus dipertimbangkan. Metode kuantitatif dapat dibagi dalam deret berkala dan Metode Kausal.

(27)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan mulai 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah mempelajari dan melakukan kegiatan langsung di lapangan sebagai pekerja harian lepas selama dua bulan, menjadi pendamping mandor selama satu bulan, dan menjadi pendamping asisten divisi selama satu bulan. Selama melakukan kegiatan magang penulis mencatat kegiatan dan prestasi kerja dalam jurnal kegiatan harian. Jurnal kegiatan harian disajikan pada Tabel Lampiran 3-5.

Pada bulan pertama dan kedua penulis bekerja sebagai pekerja harian lepas. Penulis melakukan semua pekerjaan yang dijadwalkan mulai dari pemeliharaan tanaman (pangendalian gulma, pemupukan, dan penunasan) hingga produksi atau pemanenan. Pada bulan ketiga penulis mendampingi mandor dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten divisi. Pada bulan keempat penulis bertugas sebagai pendamping asisten divisi. Penulis mempelajari tugas-tugas yang dilakukan seorang asisten divisi.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan karyawan, mandor dan asisten. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengutip data yang telah dimiliki perusahaan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta studi pustaka.

(28)

Pengumpulan data primer terbagi menjadi dua bagian, data primer untuk laporan umum dan data primer untuk peramalan produksi. Data primer untuk laporan umum adalah data prestasi kerja penulis selama menjadi pekerja harian lepas, pendamping mandor dan asisten. Pengambilan data primer untuk peramalan produksi dilakukan dengan wawancara dan diskusi dengan staf dan karyawan kebun serta mengikuti pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas untuk mengetahui pengaruh fluktuasi iklim terhadap produksi kelapa sawit. Data sekunder yang diambil meliputi data umum perusahaan seperti letak geografis kebun, peta wilayah administrasi, tata guna lahan, dan luas areal konsesi (HGU). Data sekunder yang diambil sebagai parameter agronomi yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit untuk peramalan produksi meliputi:

1. Data produktivitas tanaman kelapa sawit

Data produktivitas tanaman kelapa sawit merupakan data produktivitas bulanan (ton/ha/bulan) secara keseluruhan di Angsana Estate mulai tahun 2004-2009.

2. Data populasi tanaman kelapa sawit

Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun 2005-2009 untuk tahun tanam 1996,1998,1999, dan 2000 beserta luasan area tiap tahun tanam tersebut. Selain itu, diketahui juga jumlah tanaman sisipan pada tiap tahun tanam. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman/ha) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun dengan luas total kebun.

3. Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari

Data suhu udara (°C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots), dan lama penyinaran matahari (%) merupakan data rata-rata bulanan dari tahun 2000-2009 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru (Stasiun Klimatologi Stagen). Selanjutnya, satuan untuk kecepatan angin diubah dalam km/jam (1 knots = 1.852 km/jam).

(29)

4. Data curah hujan dan hari hujan

Data curah hujan dan hari hujan (tahun 2000-2009) merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak kebun menggunakan alat penakar hujan yang berada di area kebun. Mulut penakar mempunyai luas 100 cm3 dengan diameter 11.3 cm. Pengukuran curah hujan dilakukan tiap pukul 07.00 pagi. Bila terjadi hujan, maka air akan terkumpul dalam tabung kolektor kemudian dikeluarkan dan ditera dengan mengunakan gelas ukur volume (ml). Untuk mengetahui jumlah curah hujan (mm) dilakukan dengan membagi volume air yang ditampung dengan luas mulut penakar. Suatu hari dikatakan hujan (dicatat sebagai hari hujan) apabila dalam waktu 24 jam curah hujan yang terkumpul di dalam tabung kolektor ≥ 0.5 mm.

5. Defisit air

Penghitungan defisit air dilakukan dengan metode Tailliez (Siregar et al., 2006) yaitu dengan menghitung nilai keseimbangan air (neraca air). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air kemudian dikurangi evapotranspirasi. Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan >10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah kemampuan tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah yang bernilai maksimum 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm, sedangkan keseimbangan air dengan nilai >0 mm menunjukkan tidak terjadi defisit air. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka terjadi drainase dan kelebihan air akan disimpan dalam tanah sebagai cadangan awal untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun).

6. Data rata-rata umur tanaman

Angsana Estate memiliki komposisi tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000. Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda.

(30)

Rata-rata umur tanaman (RUT) seluruh kebun, dilakukan penghitungan rataan umur tanaman pada tiap tahun tanam kemudian dihitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Nilai rataan umur tanaman dihitung dengan rumus :

U uasan iap ahun anam Umur opulasi ahun anam otal uasan ahun anam Contoh perhitungan :

Pada tahun 2005 rataan umur tanaman kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman tahun tahun 1996 (630 ha) adalah 7.99 tahun, tahun tanam 1998 (1 599 ha) adalah 6.77 tahun, tahun tanam 1999 (178 ha) adalah 5.87 tahun, dan tahun tanam 2000 (77 ha) adalah 5 tahun. Luas area TM Angsana

Estate adalah 2 484 ha. Rataan umur tanaman TM di Angsana Estate pada

tahun 2005 adalah :

RUT = (630 x 7.99 + 1 599 x 6.77 + 178 x 5.87 + 77 x 5) : 2484 = 6.96 tahun

= ±84 bulan

Batasan peubah umur dalam persamaan regresi linear berganda yang digunakan adalah 61-132 bulan sesuai dengan rata-rata umur tanaman kelapa sawit di Angsana Estate pada tahun 2004-2010.

7. Data realisasi pemupukan

Data realisasi pemupukan merupakan persentase realisasi dosis pemupukan terhadap program pemupukan sesuai dengan dosis rekomendasi Departemen Riset Minamas. Dosis pemupukan diasumsikan sesuai dengan kebutuhan tanaman karena dosis rekomendasi ditentukan berdasarkan Leaf sampling

unit, produksi kelapa sawit, kondisi curah hujan, kesuburan tanah, konservasi

lahan, serta serangan hama dan penyakit di Angsana estate (Minamas Research Centre, 2009). Selain itu, kegiatan pemupukan juga diasumsikan berjalan dengan optimal dan semua tanaman terpupuk. Batasan persentase realisasi pemupukan pada peubah pemupukan dalam persamaan regresi linear berganda adalah 80-100% sesuai dengan historis realisasi pemupukan di Angsana Estate tahun 2003-2010.

(31)

8. Data kelas kesesuaian lahan

Data kelas kesesuaian lahan merupakan data laporan survei tanah semi detil di Angsana Estate yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas pada tahun 2006.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data yang dilakukan menggunakan model analisis regresi dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas ( k Xki ) yaitu iklim dan kegiatan kultur teknis sehingga model regresi linear yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Program aplikasi komputer yang digunakan adalah Minitab 15. Bentuk umum model regresi linear berganda dengan k peubah penjelas yaitu :

Y = 0+ 1 X1+ 2 X2+.... + k Xk+ Keterngan :

Y = Peubah respon (produksi kelapa sawit)

0 = Nilai variabel respon ketika variabel prediktor bernilai nol 1, 2,..., k = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X1, X2,

Xk

X1, X2, Xk = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis kelapa sawit)

= sisaan atau penyimpangan

Uji t-parsial dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tiap peubah terhadap produksi kelapa sawit. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah menemukan kombinasi peubah yang tepat untuk membuat model regresi linear berganda dengan nilai Y duga yang mendekati Y aktual. Pengujian dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, dan 24 BSP. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit selanjutnya digunakan untuk mencari bentuk persamaan regresi linear berganda dengan nilai produksi duga (Y) yang paling mendekati produksi aktual. Analisis regresi linear berganda

(32)

dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan) terhadap produktivitas aktual kebun (ton/ha/bulan) tahun 2004-2010 sehingga diperoleh nilai produksi (Y) duga bulanan. Selanjutnya hasil produksi (Y) duga bulanan dijumlahkan untuk mendapatkan produksi (Y) duga dalam setahun.

Permasalahan yang sering muncul dalam regresi linear berganda adalah terjadinya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas, sehingga asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda tidak terpenuhi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada output minitab. Toleransi nilai VIF yang dapat diterima adalah <10. Batas toleransi ini tidak memberikan masalah multikolinearitas yang serius sehingga koefisien parameter estimasi metode kuadrat terkecil masih yang terbaik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi multikolinearitas tergantung pada tingkat keseriusan dan konstektual masalah yang dihadapi (Juanda, 2009), antara lain: 1) mengeluarkan peubah dengan kolinearitas tinggi dari persamaan; 2) melakukan transformasi terhadap peubah-peubah dalam model dengan bentuk pembedaan pertama (first different form) untuk data deret waktu; 3) menggunakan regresi komponen utama (principal component); 4) menggabungkan data cross section dengan data deret waktu; 5) memeriksa kembali asumsi waktu membuat model; 6) menambahkan data baru.

Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0-4, jika nilai DW mendekati 2 maka menunjukkan tidak adanya autokrelasi. Nilai DW kurang dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif. Autokorelasi dapat diatasi dengan metode

Cochrane-Orcutt dengan tahapan :

1. Menduga model regresi yang dikaji dan menghitung dugaan sisaannya. et = Yt– ( 1+ 2 X2t+ 3 Xt+ ...+ k Xkt )

2. Menduga model sisaan untuk memperoleh dugaan koefisien autokorelasi et = et-1 + vt

3. Dugaan digunakan untuk menerapkan prosedur generalized differencing kemudian menduga model transformasi berikut :

(33)

Y* = 1 (1- ) + 2 X*2t + ....+ k X*kt + vt

Dimana Y* = (Yt - Yt-1) ; X*2t = (X2t - X2t-1) ; X*kt = (Xk - Kk-1)

4. Hasil revisi dugaan parameter koefisien ( j) ini dimasukkan dalam model persamaan asli, kemudian menghitung sisaan yang (et) yang baru :

et = Yt– ( 1+ 2 X2t+ 3 Xt+ ...+ k Xkt )

5. Kembali ke langkah kedua untuk mendapatkan dugan autokorelasi (i) pada iterasi berikutnya, sampai | (i) - (i-1)| < 0.01 atau 0.005.

Heterokedastisitas dideteksi menggunakan metode grafik dengan melihat pola tebaran sisaan terhadap Y (Mirer, 1990). Berikut gambar pola tebaran nilai sisaan terhadap Y.

a. b.

c. d.

Gambar 1. Pola Sisaan terhadap Y

a. Pola tebaran sisaan memenuhi asumsi : berpusat di nol, lebar pita sama, tidak berpola

b. Ragam tidak homogen (perlu analisis kuadrat terkecil terboboti atau transformasi terhadap Y)

c. Penyimpangan terhadap persamaan regresi bersifat sistematis atau karena tidak disertakannya 0 ke dalam model

d. Model tidak pas (perlu suku-suku lain dalam model atau transformasi terhadap Y)

(34)

KONDISI UMUM KEBUN

Letak Geografis Kebun

PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF). Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan PT. Minamas Gemilang yang kemudian berubah menjadi Minamas Plantation. Kemudian pada tahun 2008, Minamas bergabung dengan

perusahaan Sime Darby yang tergabung dalam Sime Darby Group. PT. Ladangrumpun Suburabadi dirintis pada tahun 1988, saat itu merupakan hutan

seluas 5 909 ha. Angsana Estate mempunyai luas lahan ± 3 250 ha dan selebihnya ditangani oleh Gunungsari Estate.

Lokasi Angsana Estate barada di desa Bayan Sari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak 240 km dari Banjar baru. Batas areal Angsana Estate adalah : sebelah utara berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate, sebelah barat berbatasan dengan PT. Buana Karya Bakti (BKB), dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban. Peta Angsana Estate dapat dilihat pada Gambar Lampiran 6.

Keadaan Iklim dan Tanah

Angsana Estate berada pada ketinggian 15 m di atas permukaan laut dengan temperatur rata-rata tahunan berkisar antara 28–32o C (Badan Pusat Statistik Kab. Tanah Bumbu, 2007). Data curah hujan selama 10 tahun terakhir, yaitu tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa Angsana Estate memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 339 mm/tahun. Sedangkan hari hujan rata-rata mencapai 123 hari/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan

(35)

hujan tropika) dengan nilai Q = 21%. Data curah hujan dan hari hujan di Angsana

Estate disajikan pada Lampiran 7.

Hasil survei tanah semi detil tahun 2006 oleh Departemen Riset Minamas menunjukkan bahwa lahan di Angsana Estate mempunyai dua seri tanah yaitu MM-18 Petroferric Hapludox dan seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox. Kedua seri tanah tersebut dikelompokkan dalam tiga satuan peta lahan (SPL) yaitu SPL 1 untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dengan kemiringan 8-15% seluas 1855 ha (59%), SPL 2 untuk seri tanah Petroferric Hapludox dengan kemiringan 15-20% seluas 389 ha (12%), dan SPL 3 untuk seri tanah MM-19 Plinthic

Hapludox dengan kemiringan 3-8% seluas 903 ha (29%). Seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox memiliki regim kelembaban udik (tidak pernah kering

selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10–90 cm dari permukaan tanah) serta terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu) pada kedalaman  125 cm. Seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox juga memiliki regim kelembaban udik serta mempunyai  1 horison pada kedalaman  125 cm yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu. Kedua seri tanah di kebun Angsana mempunyai pH 4.55 – 4.58.

Kelas kesesuaian lahan untuk Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada SPL 3 dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately

suitable) yaitu pada SPL 1 dan 2. Gambar Satuan Peta Lahan SPL di Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 8.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Angsana Estate mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Penggunaan areal HGU tersebut terdiri dari areal yang ditanami kelapa sawit (TM dan TBM) 3 033 ha, areal pabrik kelapa sawit seluas 52 ha, Areal Prasarana 119 ha serta bukit, sungai dan lembah seluas 46 ha. Peta luas areal dan tata guna lahan selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.

(36)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas tenera, hasil persilangan dura dan pisifera, yang berasal dari tenera Marihat (PPKS), tenera Socfindo, dan tenera Guthrie. Pada tanaman menghasilkan (tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000) lebih didominasi oleh varietas tenera Marihat (PPKS) dan tenera Socfindo, sedangkan varietas pada TBM adalah varietas tenera Guthrie. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam segitiga sama sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Deskripsi mengenai karakteristik varietas-varietas tenera yang dibudidayakan pada TM Angsana Estate disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Potensi Pertumbuhan dan Produksi Bahan Tanaman Tenera Asal Marihat dan Socfindo

Deskripsi

PPKS Socfindo

Marihat Dura x Pisifera A. Sifat Vegetatif

1. Tinggi tanaman pada umur 8 tahun 3.20 4.83

2. Rata-rata kecepatan meninggi (m/tahun) 0.53 0.05

3. Lingkar batang (m) 3.04 -

4. Panjang daun (m) 6.12 5.01

5. Produksi daun/tahun 26 31

B. Produksi

1. Umur mulai panen (bulan) 30 24

2. Jumlah tandan/pohon/tahun 12 18.6

3. Rata-rata berat tandan (kg) 17 13

4. Produksi minyak (ton/ha/tahun) 6.7 8.5

5. Ekstraksi minyak (%) 24.3 27.4

6. Ekstraksi inti (%) 5.9 4.2

C. Anjuran kerapatan tanaman/ha 143 143

Sumber : Pahan, 2008

Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate di tanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998

(37)

(1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha), dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha), dan tahun tanam 2008 (37 ha). Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Angsana Estate disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III

Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman 1. TM 1996 - - 334 43 860 298 37 951 1998 482 64 934 492 66 510 629 81 937 1999 19 2 516 - - 168 22 067 2000 - - - - 84 10 646 Sub Total 501 67 450 826 110 370 1179 152 601 2. TBM 2006 271 28 114 - - 37 4 518 2007 182 23 102 - - - - 2008 37 5 013 - - - - sub total 490 56 229 - - 37 4 518 total 991 179 908 826 110 370 1216 161 637

Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Angsana Estate dipimpin oleh seorang manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Manajer kebun memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun. Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kasie, senior asisten, asisten kebun, dan dokter. Kasie bertanggung jawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasie membawahi karyawan kantor besar.

(38)

Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasemen, traksi, dan gudang (bersama dengan kasie), serta mengorganisasikan asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi yang meliputi absensi karyawan, gaji karyawan, laporan kegiatan harian, laporan produksi, dan bon permintaan barang. Dokter dibantu mantri dan bidan untuk mengelola poliklinik sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan karyawan dan warga sekitar.

Tabel 3. Data Karyawan Angsana Estate

No. Uraian Divisi Traksi Kantor

Besar Total ASE I II III Karyawan Staf 1. Estate Manajer 1 1 2. Senir Asisten 1 1 3. Asisten 2 2 4. Kasie 1 1 5. Dokter 1 1

Total Karyawan Staf 6 6

Karyawan Non-Staf 1 . PEKERJA SKU a. Mandor 1 1 1 1 0 0 3 b. Mandor 8 4 9 0 0 21 c. Pekerja Langsung - Perawatan 46 17 65 0 0 128 - Panen 44 55 51 0 0 150

d. Pekerja Tidak Langsung

- SKU Bulanan 1 1 1 24 23 50

- SKU Harian 3 6 8 42 9 68

Total Pekerja SKU 103 84 135 66 32 420

2. Pekerja Borongan 40 12 52

Total Karyawan Non-Staf 143 84 135 78 32 472

(39)

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Jaminan kesejahteraan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan Angsana Estate sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan. Fasilitas yang diberikan kepada karyawan berupa rumah, sarana ibadah, poliklinik, tempat penitipan anak, sarana pendidikan, dan sarana olahraga, gaji, peralatan kerja (egrek, dodos, angkong, kapak, gancu, batu asah, dan alat pelindung diri), tunjangan hari raya, bonus akhir tahun, jaminan kesehatan, dan tunjangan dana pensiun.

Fasilitas rumah yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf, dan perumahan karyawan. Mess dan perumahan staf adalah bangunan permanen dan terletak di emplasemen, sedangkan perumahan karyawan merupakan bangunan semi permanen yang terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah karyawan dilengkapi dengan fasilitas air bersih dan penerangan selama tujuh jam pada hari kerja dan delapan jam pada hari libur. Rumah terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor 1, kerani divisi, dan mantri, dan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya.

Pada setiap divisi disediakan sarana ibadah, tempat penitipan anak, dan sarana olahraga berupa lapangan sepak bola dan bola voli. Sarana olahraga juga disediakan di lingkungan emplasemen antara lain: lapangan bola voli, tenis lapangan, gedung olah raga (bulu tangkis, tenis meja, fitness), kolam renang anak, dan area bermain anak-anak.

Sarana pendidikan yang disediakan oleh kebun adalah Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), taman pendidikan Al-Qur’an, Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta dilengkapi dengan fasilitas bus sekolah. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan kompensasi berupa gaji dan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya. Gaji tanaman

karyawan SKU sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) Rp 1 024 000/bulan sedangkan untuk karyawan SKU bulanan disesuaikan dengan

(40)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma yang sangat merugikan bagi pertanaman kelapa sawit harus dikendalikan pertumbuhannya sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan. Pengendalian gulma di Angsana Estate dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh unit/tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying Sistem) yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi, dilakukan blok per blok dengan sasaran mutu yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan prestasi kerja yang tinggi. Alat unit semprot terdiri dari perlengkapan utama yaitu satu unit kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor) yang dilengkapi tangki untuk membawa larutan, 15-20 unit alat semprot (RB-15 atau Micron Herby Sprayer).

Angsana Estate sebagai kebun yang bersertifikasi RSPO (Rountable and

Sustainable of Palm Oil) sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan

lingkungan serta keselamatan dan keamanan kerja (K3) dalam setiap kegiatan operasional kebun. Hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan adanya peraturan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu dilarang menyemprot gulma pada area buffer zone. Area buffer zone (Gambar 1.) meliputi area sekitar rawa, sungai maupun parit. Luasan area ini yaitu 50 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai, atau parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran

(41)

air karena herbisida dan mencegah erosi akibat hilangnya tanaman penutup tanah di sekitar parit atau sungai.

Gambar 1. Area Buffer Zone

Keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan juga menjadi perhatian penting. Setiap karyawan semprot dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) seperti pada Gambar 2. Pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia juga tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen untuk menghindari terhirupnya herbisida oleh pemanen yang tidak memakai masker dan alat pelindung semprot lainnya.

Gambar 2. Alat Perlindung Diri (APD) Tim Semprot

ALAT PELINDUNG KEPALA ALAT PELINDUNG MATA MASKER SERAGAM SARUNG TANGAN APPRON BOOTS

(42)

Berdasarkan tugasnya, tim BSS dibagi dalam dua unit pekerjaan yaitu tim yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH, dan tim yang bertugas mengendalikan gulma di gawangan.

Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis, dan

TPH merupakan beberapa sarana terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan merupakan tempat jatuhnya brondolan (tanda kematangan buah) dan tandan buah. Pasar rintis berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sementara TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke PKS. Oleh karena itu, sarana tersebut memerlukan pemeliharaan secara berkesinambungan agar berfungsi dengan baik.

Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application) atau di pasaran lebih dikenal dengan nama Micron Herby Sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan bahan aktif

Fluroksipir 200 g/l (nama dagang “Starane”) dan Isopropilamina glifosat 480 g/l

(nama dagang “ rima Up”). Sebelum diaplikasikan, dilakukan pencampuran terhadap dua jenis herbisida ini dengan perbandingan 1.5 : 7.5 (v/v) Starane dan Prima Up. Konsentrasi yang digunakan adalah 300 ml/10 l (1 knapsack) atau 3%. Rotasi penyemprotan tiga kali dalam setahun. Beberapa jenis gulma yang tumbuh dominan yaitu Ageratum conyzoides, Paspalum spp., Borreria latifolia, E.

valerianifolia, Axonopus sp., Ottochloa nodosa, dan Cynodon dactylon.

Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari enam orang tenaga kerja wanita dan satu orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi basis standar kebun, diberikan lebih borong sebesar Rp 5 500/ha. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 2-3 ha/HK sedangkan karyawan mampu mencapai 5 ha/HK.

Gambar

Gambar 1. Pola Sisaan terhadap Y
Tabel 1. Deskripsi Potensi Pertumbuhan dan Produksi Bahan Tanaman  Tenera Asal Marihat dan Socfindo
Tabel 4. Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate  pada Bulan April dan  Mei 2010
Gambar 5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua Kontrak Pekerjaan yang Sejenis sesuai dengan isian kualifikasi di SPSE;.. Ijazah dan SKA dari Tenaga Ahli perusahaan

Pada contoh di atas bisa dilihat bahwa term mayor dan predikat dari kesimpulan adalah ”CBCB&lt;TJMFD FP&lt;”, term minor dan subyek dari kesimpulan adalah

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 8 Ogos 2012 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nurul Nadia Binti Ibrahim bagi menilai tesis

Sedangkan masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar penyampaian pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai (Pasal 8 UU

berpengaruh secara positif dan signifikan yang memiliki arti saat koperasi mampu menjaga kualitas pelayanan yang diberikan tetap baik, maka perceived quality nasabah

Pendapat dari informan 1 adalah: “ Menurut pendapat saya Strategi komunikasi yang paling sering dilakukan oleh petugas Penyuluh KB untuk penyebaran informasi KB

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran berpengaruh signifikan