• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

15

7

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

DEWI VERONIKA NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

8

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERITAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skipsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DEWI VERONIKA NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

9

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KLINIK BERSALIN SWASTA KOTA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015

(4)
(5)

11

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif. Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan

disosialisasikan untuk dijalankan di klinik – klinik bersalin swasta di Kota Medan untuk diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada

sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3 klinik yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No 33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.

Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.

(6)

12

ABSTRACT

Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers. The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as one of the health care facility has the obligation and the authority to be

implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year 2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission to open a maternity clinic.

This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research). This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth research) to 5 informants in three different clinics.

The results showed that there are still many health workers in clinics, maternity do not know about this regulation so that the implementation of Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the

maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding to their babies Government Regulation.

The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the implementation at private maternity clinics.

(7)

13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: “ Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun

2015.” Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan

pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku

Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah

membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU

dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen

(8)

14

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta

memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan,

5. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku

dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk

membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

6. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen

penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu

penulis memaksimalkan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif

dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan

bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

8. Teristimewa kepada kedua orangtua yang

sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah

memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak

pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben

(9)

15

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah

memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.

10. Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince,

Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan,

memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Mereka yang merupakan sahabat yang

sudah seperti keluarga “SG” (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang

telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam

keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di

FKM USU ini.

12. Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung

yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan

mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta

masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,

kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi

ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2015

Penulis

(10)

16

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRACT ... iii

2.1.3 ASI mengandung antibodi. ... 12

2.2 ASI Eksklusif ... 12

2.3 Manfaat ASI Eksklusif ... 13

2.4 Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 ... 15

2.4.1 Sanksi Administratif ... 16

2.4.2 Kebijakan tentang ASI Eksklusif... 17

2.5 Inisiasi Menyusui Dini ... 20

2.6 Klinik Bersalin Swasta ... 21

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta ... 23

2.7 Implementasi PP No 33 Tahun 2012 ... 23

2.8 Teori Penelitian ... 24

2.8.1 Model Teori Implementasi Grindle ... 24

2.8.2 Model Teori Implementasi Sabatier ... 26

2.9 Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Pemilihan Informan ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

(11)

17

3.5 Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan ... 33

4.1.2 Demografi Kota Medan ... 34

4.1.3 Gambaran Kecamatan di Kota Medan ... 34

4.1.4 Gambaran Klinik X ... 36

4.1.5 Gambaran Klinik Y ... 36

4.1.6 Gambaran Klinik Z ... 37

4.2 Karakteristik Informan ... 38

4.3 Hasil Wawancara Mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik X, Y, dan Z di Kota Medan ... 40

4.3.1 Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 72

5.1 INPUT ... 72

5.1.1 Sumberdaya Manusia di Klinik ... 72

5.1.2 Kebijakan ... 73

5.2 PROSES ... 76

5.2.1Sosialisasi PP di Klinik Bersalin ... 76

5.2.2 Pelaksanaan sosialisasi PP bidan di klinik ke ibu bersalin ... 78

5.2.3 Pelaksanaan PP di Klinik Bersalin ... 79

5.2.4 Informasi dan Edukasi PP di Klinik Bersalin ... 80

5.3 OUTPUT ... 80

5.3.1 Efektivitas Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin ... 81

5.3.2 Pelaksanaan PP terkait IMD dan Pemberian ASI Eksklusif ... 83

5.3.3 Sanksi yang diberikan di Klinik Bersalin Swasta ... 84

5.3.4 Kepatuhan terhadap PP di Klinik Bersalin ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85

6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... xii LAMPIRAN :

Lampiran 1. Surat Pernyataan Telah Selesai Penelitian Lampiran 2. Pedoman Wawancara

(12)

18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: “ Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun

2015.” Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan

pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

13. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku

Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah

membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

14. Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU

dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen

(13)

19

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

16. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta

memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan,

17. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku

dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk

membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

18. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen

penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu

penulis memaksimalkan skripsi ini.

19. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif

dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan

bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

20. Teristimewa kepada kedua orangtua yang

sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah

memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak

pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

21. Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben

(14)

20

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah

memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.

22. Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince,

Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan,

memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

23. Mereka yang merupakan sahabat yang

sudah seperti keluarga “SG” (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang

telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam

keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di

FKM USU ini.

24. Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung

yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan

mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta

masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,

kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi

ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2015

Penulis

(15)

21

DAFTAR ISTILAH

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

(16)

22

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin... Data Agregat Kependudukan per Kecamatan... Karakteristik Informan... Matriks Pernyataan Informan tentang pengetahuan akan PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan tentangtentang prorgram IMD dan proses pemberian ASI pasca Ibu melahirkan di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan mengenai kerjasama yang

ditawarkan dengan provider susu formula di klinik bersalin swasta ... Matriks Pernyataan informan mengenai cara efektif untuk mempromosikan ASI Eksklusif di Klinik bersalin

swasta... Matriks Pernyataan informan tentang ibu bersalin yang tidak mau memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya di Klinik Bersalin Swasta…... Matriks Pernyataan informan tentang pemberian susu formula pasca melahirkan kepada bayi di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan tentang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menjalankan PP tersebut di Klinik Bersalinm Swasta …………... Matriks Pernyataan Informan tentang tantangan internal maupun eksternal dalam menjalankan PP No 33 Tahun 2012 tersebut di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan tentang saran terhadap

pengawasan PP No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan terkait sanksi yang ada di PP No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan tentang keuntungan yang

(17)

23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Dewi Veronika

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke- : 4 dari 4 bersaudara

Nama Ayah : Ir.Bongsu Sitorus Pane, ST

Nama Ibu : Berlina Br Siagian

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamar : Jalan Air Bersih Ujung No.185 A Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1999-2005 : SD.St.Antonius V Medan

2. Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 3 Medan

3. Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 5 Medan

(18)

11

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif. Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan

disosialisasikan untuk dijalankan di klinik – klinik bersalin swasta di Kota Medan untuk diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada

sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3 klinik yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No 33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.

Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.

(19)

12

ABSTRACT

Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers. The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as one of the health care facility has the obligation and the authority to be

implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year 2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission to open a maternity clinic.

This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research). This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth research) to 5 informants in three different clinics.

The results showed that there are still many health workers in clinics, maternity do not know about this regulation so that the implementation of Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the

maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding to their babies Government Regulation.

The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the implementation at private maternity clinics.

(20)

24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu

hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada

bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya

perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah

gizi kurang. Tidak ada perdebatan teoritis konsepsional di kalangan akademis atau

para ahli tentang manfaat ASI. Manfaat ASI tidak diragukan sehingga pada

kondisi normal, menyusui adalah yang terbaik bagi bayi. Beberapa perdebatan

terkait ASI, diantaranya adalah tentang pendirian Bank ASI, pendonor dan

penerima ASI dengan agama yang berbeda, pembayaran bagi yang menyusukan

pelaksanaan program IMD dan ASI Eksklusif.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012

yang berisi tentang Pemberian ASI Eksklusif menjamin pemenuhan hak bayi

untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6

bulan, di samping itu, kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan

ASI eksklusif kepada bayinya. Di dalam peraturan tersebut dibahas mengenai

Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pengaturan penggunaan

susu formula. Susu formula adalah susu yang secara khusus diformulasikan

(21)

25

merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah menyerupai ASI hingga

dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping.

Menurut Pasal 6 PP No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susus Ibu

Eksklusif setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada

bayi yang baru dilahirkannya. Sedangkan susu formula bayi seharusmya diberikan

setelah bayi berumur 6 bulan.Susu formula dapat diberikan kepada bayi dengan

usia dibawah 6 bulan jika ada pertimbangan tertentu. Pemberian ASI Eksklusif

disebutkan bahwa susu formula dapat diberikan jika : a. Indikasi medis b. ibu

tidak ada atau c. ibu terpisah dari bayi. Menurut WHO dan UNICEF (2012)

laporan anak dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya

32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama.

Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang

diharapkan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan

angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 didapatkan data angka kematian ibu (AKI) sebesar 359

per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam

Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 6) AKI maternal yang

dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2013 hanya 95/100.000 kelahiran hidup,

namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar

328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka

(22)

26

kesehatan kab/kota tahun, dari 267.239 bayi lahir hidup terdapat 2.696 bayi

meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan Angka

Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 10/1.000 Kelahiran Hidup (KH)

pada tahun 2013. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus

yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan

kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum

seluruhnya terlaporkan. Berdasarkan Sensus Penduduk, Angka Kematian Bayi di

Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup siknifikan dari 2 (dua) kali

sensus terakhir yaitu , SP tahun 2000, AKB di Sumatera Utara adalah 44/1.000

KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi 26/1.000 KH pada hasil SP 2010.

Di Kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan

Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi

yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI

eksklusif.

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan

PP No 33 Tahun 2012 agar fasilitas pelayanan kesehatan terutama seorang ibu

semakin sadar bahwa ASI Eksklusif itu sangat penting untuk diberikan kepada

anaknya dan membuat sanksi apabila kebijakan pemerintah tersebut tidak

diberlakukan. Seorang ibu wajib memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya,

sebab ASI merupakan salah satu cara untuk mengurangi AKI dan AKB.

Meningkatnya angka kematian ibu setelah melahirkan akan berdampak pada

meningkatnya angka kematian bayi. Hal ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari

(23)

27

nutrisi utama saat bayi baru lahir karena bayi yang baru lahir belum bisa

mendapatkan makanan tambahan kecuali ASI sampai umur 6 bulan. Selain itu

ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila bayi kurang nutrisi atau tidak

mendapatkan ASI maka kekebelan tubuh bayi akan lemah sehingga mudah

terserang penyakit. Bayi yang rentan terkena penyakit apabila tidak mendapatkan

penanganan lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Untuk itu perlu pelayanan

kesehatan yang dapat menangani ibu pada saat masa kehamilan dan melahirkan.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu sehingga tidak berlanjut

pada kematian bayi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan bahwa fenomena yang terjadi di

klini/bidan bersalin swasta masih banyak bayi yang diberikan susu formula sejak

lahir, seperti di salah satu klinik di kecamatan Medam Deli ibu yang telah

melahirkan diberi bingkisan susu formula dan ditawarkan lagsung susu formula

apa yang akan diberikan kepada bayinya. Hal ini juga merupakan kekhawatiran

terhadap perkembangan generasi penerus bangsa. Dengan demikian dibentuklah

Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 demi pengembangan program ASI.

Dalam PP ini diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah

dengan menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan

sosialisai serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Eksklusif

tersebut,serta pentingnya peran serta tenaga medis di Rumah Sakit maupun

klinik/bidan bersalin swasta demi efektifnya PP ini dijalankan karena jika tenaga

kesehatan melanggar peraturan tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif

(24)

28

dengan setiap penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggara satuan

pendidikan, pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan serta produsen dan

distributor susu formula juga dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang

berwenang berupa teguran lisan atau tertulis.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

sehigga dapat mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah No 33

Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik/bidan bersalin swasta..

1.2.PerumusanMasalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, proposal penelitian ini

diajukan untuk mengetahui :

Bagaimana analisis implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

tentang Pemberian ASI eksklusif di Klinik/Bidan Swasta di Kota Medan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah tersebut dalam program

IMD dan pemberian ASI Eksklusif dijalankan dengan benar dan efektif di klinik/

bidan bersalin swasta di kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi pengelola program pelayanan Kesehatan Ibu

Anak khususnya tentang Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI

(25)

29

Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu

Eksklusif

2. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran Ibu Hamil akan

pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatkan pengawasan terhadap

provider susu formula dan mengurangi akses pemasukan susu formula di

(26)

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI ( Air Susu Ibu )

Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara

ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah pemberian

ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuat, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan.

2.1.1 Pemberian ASI Pertama

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu

dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang

lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu

pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let

Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama

kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,

yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel

kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses

(27)

31

laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir

kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu

keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh

hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah

kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak

berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat

oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya

plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan

terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli

yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi

ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi

menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat

pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting

susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan

prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh

obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses

pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang

(28)

32

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia

bagi bayi (Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini

yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan

memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat

refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis

kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga

mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi

terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera

disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui,

penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu

akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini

merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk

semula (Maryunani, 2009).

2.1.2 Kandungan yang terdapat dalam ASI

LPUFAs

ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs ( Long Chain

Poyunsaturated Fatty ). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung

fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Di dalam

LPUFAs terdapat dua komponen, yaitu asam arakkhidonat, asam

(29)

33

Acid ) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi

selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang mengkonsumsi ASI terdapat

peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan

kemampuan reflek kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa

perkembangan saraf bayi.

Zat besi

Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi ( 0,5 – 1,0 mg/liter ), namun

bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi ( anemia ). Hal ini

dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Zat

besi dibutuhkan bayi untuk memproduksi hemaglobin, bagian dari sel – sel darah

merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensiak untuk

tumbuh kembang otak bayi.

Mineral

ASI memang mengandung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu

sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI.

Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.

Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah

dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal

(30)

34

Sodium

Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium yang

terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan proses

modifikasi ( proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau bubuk.

Kalsium, Fosfor dan Magnesium

Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang

lebih banyak dibanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor

dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang. Oleh

karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam ASI

namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama enam

bulan.

Taurin

Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada

mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen

retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga

penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam

perkembangan otak dan sistem saraf.

Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan

(31)

35

Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering terkena

diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.

Mengandung Air

Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya

selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.

2.1.2 ASI Mengandung Antibodi

Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari

tubuh seoramg ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi

menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat menigkatkan kekebalan

tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat yang optimal. ASI

juga mempunyai sistem pembentukan imun atau kekebalan tubuh yang sangat

baik untuk bayi, itu yang membuat bayi akan jarang sakit. ASI mengandung

kolostrum.

2.2 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang

bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO

adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air

putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru

lahir sampai berumur 6 bulan.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan

(32)

36

makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,

kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI

eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga

berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia

bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan

ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi

baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,

unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI

mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi

dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.

Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air

susunya memiliki bentuk paling baik bagi yang sama ASI juga sangat kaya akan

sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan

sistem saraf (Yahya, 2007).

2.3 Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Depkes RI ( 2001 ), manfaat ASI Ekslusif bagi ibu antara lain :

a. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia.

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu

menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk

(33)

37

cepat berhenti. Hal ini pun akan mengurangi kemungkinan terjadinya

anemia karena kekurangan zat besi.

b. Menunda kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup

berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak

akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan

hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

c. Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim

kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat

dibanding pada ibu yang tidak menyusui.

d. Lebih cepat langsing kembali.

e. Mengurangi risiko terkena kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua

wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau

lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai

sekitar 25%. Penelitian lain juga menemukan bahwa risiko terkena kanker

ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 25%

f. Lebih ekonomis atau murah

g. Tidak merepotkan dan menghemat waktu

h. Portable dan praktis

(34)

2.4. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar

payudara ibu.

2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang

diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

3. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.

4. Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke

bawah sampai dengan derajat ketiga.

5. Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti

ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.

6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau

masyarakat.

7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan.

8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap

dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan

suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik

(35)

sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

10. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kesehatan.

Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk :

a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan

sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya;

a. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya; dan

b. meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan

Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2.4.1 Sanksi Administratif

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau

c. pencabutan izin.

(2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1)

dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

a. teguran lisan; dan/atau

(36)

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2.4.2 Kebijakan sehubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasar Pasal 42 PP ASI, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian

ASI Eksklusif yang pernah ada sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,

dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah ini. Dengan begitu ketentuan sebagai berikut masih berlaku kecuali

pasal-pasal yang bertentangan dengan PP ASI ini;

1. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 Tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif

Di Indonesia

2. Kepmenkes No.237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu

3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Dan Meteri Kesehatan No

48/Men.Pp/XII/2008,Per.27/Men/XII/2008dan1177/Menkes/Pb/XII/2008 Tahun

2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di

Tempat Kerja

4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia No 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah

5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.

HK.OO.O5.1.52.3572 Tgl 10 Juli 2008 Tentang Penambahan Zat Gizi Dan Non

Gizi Dalam Produk Pangan

6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

(37)

7. Peraturan Daerah yang telah terbit dan secara langsung maupun tidak langsung14

mengatur mengenai dukungan pemberian Air Susu Ibu, antara lain termasuk tapi

tidak terbatas pada :

Beberapa ketentuan PP ASI masih memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui peraturan

menteri, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dari pendonor ASI;

2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga

kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar

kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1)

PP ASI;

3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penggunaan susu formula bayi dan

produk bayi lainnya;

4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga

kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar

kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 16; Pada 17; Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat

(4); Pasal 19; Pasal 21 ayat (1); Pasal 23; Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2); dan Pasal 26 ayat

(1) PP ASI;

5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui

dan/atau memerah ASI;

6. Peraturan Menteri Kesehatan atau menteri terkait sesuai tugas dan fungsinya mengenai

tata cara pengenaan sanksi administratuf terhadap pengurus tempat kerja dan/atau

penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (3); Pasal 34 dan Pasal 35 PP ASI;

Selain Peraturan Menteri sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya Menteri Kesehatan dapat

(38)

eksklusif, sepanjang masih dalam lingkup kewenangan Menteri Kesehatan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Begitupun kementerian terkait, dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung

pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif sesuai kewenangan masing-masing kementerian,

mengingat PP ASI ini juga menetapkan tanggung jawab Pemerintah untuk menetapkan kebijakan

nasional dalam rangka mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Ekslusif.

2.5 Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini ( early initation ) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

menyusu sendiri degera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia

lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.

Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan :

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya

c. Tali pusat dipotong lalu diikat

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena

zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong, bayi langsung dtengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit

bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi

untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut.

(39)

b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit

ibu). Bayi yang dibiarkan di dada iu (‘bonding’) untuk berapa lama (10-15menit) atau

sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu

ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk

ditimbang diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang

diberi tetes mata.

2.6 Klinik Bersalin Swasta

Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan pelayananKesehatan

terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan

yang dihadapi oleh masyarakat, disamping memberikan pelayanan-pelayanan terhadap

masyarakat, klinik bersalin juga memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar

suatu klinik bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya. Dan

semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu membutuhkan penanganan yang

tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun

system informasi baru dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada.

Semua itu dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan

oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin baik. Rumah Bersalin merupakan tempat yang

menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik

termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan Daerah Kota

(40)

Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang

dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan

dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa

nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dengan biaya terjangkau di era krisis ini, Klinik Richa menyediakan ruang perawatan

dengan harga sangat terjangkau dan pasien dapat memilih ditolong oleh bidan atau dokter

spesialis. Dengan lokasi klinik tidak dipinggir jalan utama dan konstruksi bangunan seperti rumah

tinggal akan membuat pasien lebih nyaman dan tidak bising serta seperti melahirkan di rumah

sendiri.

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik BersalinSwasta

Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur

0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan. ASI mempunyai manfaat yang

besar bagi bayi karena memiliki efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang

mendapatkan ASI akan lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Hal inilah yang

dapat menurunkan Angka Kematian Bayi.

Dari aspek hukum, pemberian ASI eksklusif berarti memenuhi hak anak untuk hidup sehat

sejahtera lahir dan batin. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang

menjamin hak anak untuk mendapatkan ASI, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang

ASI Eksklusif.

(41)

Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikanuntuk

memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah

artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi

rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Prevalensi ASI ekslusif

menurut data SDKI hanya 32%,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4% (ASI

predominan pada bayi usia 0- 5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia

0-5 bulan),18 dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2%.10 Survei yang

dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya

mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Target pencapaian ASI eksklusif 6 bulan sebesar

80% yang ditetapkan Depkes RI tampak terlalu tinggi.

WHO merekomendasikan untuk memberikan hanya ASI saja sampai 6 bulan untuk

keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi. Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan

catatan penting yang diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut. Rata-rata pemberian ASI

eksklusif di Indonesia hanya 1,7 bulan maka perlu diberikan petunjuk yang jelas mengenai

makanan pendamping apa saja yang dapat diberikan.

2.8 Teori Penelitian

Berkaitan dengan model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model

implementasi yang disampaikan oleh Merilee S. Grindle serta Mazmanian dan Sabatier dapat

diketahui bahwa keduanya memiliki kerangka piker yang tidak jauh berbeda. Mereka sama sama

melihat implementasi dalam keterpengaruhannya dengan daya tanggap dan sikap kelompok

sasaran (masyarakat). Dalam mengkaji tentang ASI eksklusif perspektif regulasi dengan mengacu

pada pertanyaan penelitian dan kerangka teori.

(42)

Keberhasilan implementasi menurut Merilee Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar,

yaitu isi kebijakan ( content 0f policy ) dan lingkungan implementasi ( context of implementation

)

.

Variabel isi kebijakan mencakup :

1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi

kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi

kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa

dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ;

Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk

diimplementasikan.

3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ;

Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh

manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun

waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.

4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;

keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan.

5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai.

Variabel lingkungan kebijakan menyangkut :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor

yang terlihat dalam implementasi kebijakan:

Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses

(43)

kepentingan khusus yang dapat menyebabkan konflik kepentingan melalui strategi

yang digunakan.

2. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa:

Interaksi dalam persaingan actor memperebutkan sumber daya, tanggapan dari

pejabat pelaksana dan elit politik dipengaruhi oleh karakteristik dari lembaga dan

penguasa yang terkait.

3. Responsivitas (Daya tanggap) kelompok sasaran:

Adalah bentuk partisipasi masyarakat yang berupa sikap mengerti dan mendukung

terhadap peraturan yang diimplementasikan.

2.8.2 Model teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier

Menurut Daniel A. Mazmanian dan Sabatier ( dalam Suwitri, 2008:82 ), kerangka kerja

analisis kebijakan public mencakup 4 variabel, yaitu 3 variabel dependen. Di dalam analisa

implementasi kebijakan public, yang berperan penting adalah pengidentifikasian dari seluruh

variabel, baik variabel pengaruh maupun variabel terpengaruh. Keseluruhan variabel dan unsur -

unsur pokok dari masing-masing variabel beserta hubungan pengaruhnya satu sama lain sebagai

berikut :

Variabel - variabel bebas ( independen variables ), terbagi dalam tidga kategori besar, yaitu :

1. Tractability Variabel of the problems (tingkat kesederhanaan dari masalah),

banyak masalah social yang tidak dapat didefenisikan tersebut, relatif sedikit yang

dapat dipecahkan secara total. Semakin masalah public menunjukkan keteraturan

dan kesederhanaan semakin mudah pemecahannya.

2. Ability of statue to structure implementation (kemampuan undang-undang untuk

menstrukturkan proses implementasi) berisi variabel - variabel yang mampu

mendeskripsikan kemampuan sebuah kebijakan, baik berupa peraturan, konsep

program. Kebjakan yang mampu mengontrol, membentuk struktur yang kondusif

(44)

3. Nonstatutory variables affecting implementation (Variabel diluar

perundang-undangan yang mempengaruhi implementasi).

Variabel – variabel tergantung (dependent variables) merupakan tahap-tahap dalam prosese

implementasi, lima tahapan dalam implementasi kebijakan adalah :

1. Output kebijakan yaitu hasil formulasi kebijakan yang telah mendapat masalah

dari perumusan masalah sebelumnya.

2. Pengessahan kesesuaian pelaksanaan output kebijakan dengan yang telah

disahkan.

3. Hasil pelaksanaan senyatanya

4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan output kebijakan dan tingkat

penerimaan kelompok sasaran terhadap pengaruh tersebut.

5. Evaluasi dari pelaksanaan kebijakan sebagai feedback bagi isi kebijakan.

Terdapat beberapa prinsip implementasi yang terkandung dalam kerangka kerja implementasi

kebijakan public Mazmanian dan Sabatier, yaitu :

1. Proses implementasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau kekuatan yang

dimiliki lembaga-lembaga administrative penanggungjawab pelaksanaan

peraturan, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar lembaga yaitu

kekuatan yang termasuk dalam tractability variabel dan non statutory variabel.

2. Tractability variable mempengaruhi statutory variable dan non statutory variable,

selanjutnya secara bersama-sama ketiga variabel ini mempengaruhi proses

implementasi yang dipandang sebagai dependen.

3. Dalam proses implementasi, terdapat lima tahap yang masing-masing tahap

tersebut dapat dipandang sebagai variabel dependen bagi tahapan berikutnya.

4. Dalam independent vaiabel, focus perhatian terhadap potensi penstrukturan resmi

(45)

Prinsip-prinsip tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai hasil seperti yang ditetapkan

dalam tujuan, maka perlu bagi legislator dan pimpinan eksekutif untuk mempengaruhi proses

implementasi melalui penyusunan perundang-undangan ( statutory ), maupun melalui usaha

mengidentifikasikan nonstatutory variable.

2.9 Kerangka Berfikir

Di bawah ini terdapat sebuah system pelayanan yang dapat diterapkan oleh bidan yang memberi

pelayanan di tempat praktik bidan swasta.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dan metode pengumpulan

data kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan wawancara

mendalam. Dalam penelitian ini, yang ingin dilihat adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan

pemberian air susu ibu secara eksklusif tanpa dipengaruhi oleh provider susu formula.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa Kecamatan di Kota Medan, yaitu diantaranya

Kecamatan Medan Denai, Medan Deli, dan Kecamatan Medan Helvetia dengan mengambil

sampel beberapa klnik/bidan swasta dari masing – masing kecamatan tersebut. Dari Kecamatan

Medan Denai diambil sampel salah satu klinik/bidan telah menjalankan PP No 33 Tahun 2012

tentang ASI Eklusif tetapi masih mau menerima promosi susu formula dan memberikan kepada

bayi yang baru lahir, tanpa ada indikasi medis. Dari Kecamatan Medan Deli ada klnik/bidan

Swasta yang juga masih memberikan susu formula, di Kecamatan Medan Helvetia yaitu salah

satu klinik bersalin yang juga menerima provider susu formula dan salah satu klinik Kecamatan

Medan Denai yang memberikan kepada bayi yang baru lahir sehingga banyak bayi yang tidak

mau lagi apabila diberikan ASI oleh ibunya. Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai dengan

bAgustus 2015

3.3. Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan ada beberapa jenis informan yang digunakan diantaranya:

informan kunci (key informan), adalah informan yang pertama kali dijumpai untuk memperoleh

(47)

ibu (ASI) secara eksklusif dan tidak memberikan susu formula.Objek yang diteliti adalah

implementasi IMD dan ASI Eksklusif dilihat dari aspek komunikasi, disposisi, struktur birokrasi,

evaluasi dan badan usaha /provider yag terkait.

Jumlah informan utama ada 5 orang yaitu Pegawai Dinas Kesehatan, penanggungjawab

klinik, bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu hamil dan menyusu (suami, ibu, ibu mertua).

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap

informan, baik informan kunci maupun informan pokok.

Metoda yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemberian ASI

secara eksklusif yaitu gabungan antara metoda wawancara dan observasi terhadap posisi

menyusui, perlekatan dalam menyusui dan pemberian susu formula bagi bayi yang tidak

diberi ASI secara eksklusif.

3.4.2 Data sekunder

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data mengenai jumlah ibu

yang melaksanakan IMD dan ASI Ekslusif, serta data-data yang diperlukan untuk

mendukung terlaksananya penelitian. Data-data ini diperoleh dari dokumen laporan

yang didapat melalui informan kunci.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Tetap (constant

comparative method) atau yang sering dikenal dengan Grounded Research. Menurut Moleong

(2006) analisis dengan menggunakan metode Grounded Research mencakup : reduksi data,

kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Prinsip pokok teknik

analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang

(48)

pengetahuan terhadap hal itu sebelumnya, namun semua dugaan-dugaan tersebut hendaknya

dihindari agar tidak terjadi bias dalam mengintepretasikan data yang ada.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaanya sudah mulai

dilaksanakan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah

meninggalkan lapangan penelitian. Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang

berkaitan yaitu : mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara.. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' –

3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan

cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan

laut.

Secara geografis, batas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Jumlah penduduk di Kota Medan yaitu 2.465.469 jiwa. Terdiri dari 21 kecamatan

dan 151 kelurahan.

Berdasarkan hasil presurvey BKKBN di Kota Medan pada tahun 2013, jumlah

Pasangan Usia Subur 329.611 orang.

4.1.2 Demografi Kota Medan

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (jiwa), 2013

(50)

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

0 - 4 784 163 754 961 1 539 124 103,87

5 - 9 732 958 695 685 1 428 643 105,36

10 - 14 686 486 657 060 1 343 546 104,48

15 - 19 654 692 634 244 1 288 936 103,22

20 - 24 585 391 577 941 1 163 332 101,29

25 - 29 538 653 537 626 1 076 279 100,19

30 - 34 498 687 506 413 1 005 100 98,47

35 - 39 459 745 465 065 924 810 98,86

40 - 44 413 849 425 470 839 319 97,27

45 - 49 363 600 380 171 743 771 95,64

50 - 54 310 427 325 342 635 769 95,42

55 - 59 243 416 251 349 494 765 96,84

60 - 64 158 567 169 447 328 014 93,58

65 + 217 556 297 343 514 899 73,17

Jumlah/Total 6 648 190 6 678 117 13 326 307 99,55

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

4.1.3. Gambaran Kecamatan di Kota Medan

Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan ( 2012 )

Provinsi : Sumatera Utara

Kabupaten / Kota : Kota Medan

NO KODE

WILAYAH

KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK TOTAL KETERANGAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 3 4 5 6 7

12.71 KOTA MEDAN 1.315.563 1.287.049 2.602.612

1 12.71.01 Medan Kota 58.494 57.758 116.252

2 12.71.02 Medan Sunggal 69.838 67.787 137.625

Gambar

Tabel 4.2.1 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin X
Tabel 4.2.3 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin Z

Referensi

Dokumen terkait

(1) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan/atau bantuan kepada Tenaga Kesehatan, penyelenggara

yang disediakan oleh dari produsen atau distributor susu formula bayi dan/atau produk bayi lainnya tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

(1) Setiap produsen atau distributor susu formula bayi dan/ atau produk bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan/ atau bantuan kepada tenaga kesehatan, penyelenggara

Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang melakukan pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat

adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air.. putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi

Selain itu, ada pula larangan bagi Produsen atau Distributor Susu Formula dan/atau produk bayi lainnya dalam rangka mendukung pemberian ASI Eksklusif secara

(1) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarangmemberikan hadiah dan/atau bantuan kepada Tenaga Kesehatan, penyelenggara

(1) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan/atau bantuan kepada Tenaga Kesehatan, penyelenggara