• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 PROSES

5.2.1 Sosialisasi tentang Peraturan Pemerintah kepada bidan di klinik

Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia terdiri atas tiga ketetapan termasuk Program IMD dan ASI Eksklusif, pengaturan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja dan sarana umum lainnya, dan dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam serta pendanaannya.

Penetapan mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai dengan usia anak 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, juga ditetapkan bahwa tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif. Hal ini sesuai kebijakan Depkes RI (2005) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan yang dapat menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD dan ASI Eksklusif. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif (Roesli, 2008, 2005). Keberhasilan menyusu dini salah satunya adalah berasal dari dorongan dari petugas kesehatan. Hasil ini juga serupa dengan penelitian Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq (2010), yang menyatakan bahwa masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD dikarenakan kebijakan ASI eksklusif belum lengkap dan komprehensif, IMD belum masuk secara eksplisit dalam kebijakan serta belum diimplementasikan secara maksimal oleh petugas kesehatan.

5.2.2 Pelaksanaan Sosialisasi Bidan di Klinik Kepada Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian apabila faktor lingkungan memainkan peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif. Studi-studi menunjukkan bahwa di samping faktor internal ibu, situasi dan kondisi lingkungan eksternal juga penting sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Situasi sosial-ekonomi masyarakat juga penting mendapatkan perhatian. Terutama yang harus dicermati fenomena pergeseran norma sosial dan kultural terkait pemberian ASI eksklusif, fenomena massifikasi dan kesetaraan pendidikan tinggi, dan variasi serta jurang sosial-ekonomi pada berbagai kelompok masyarakat baik di wilayah urban maupun pedesaan. Gencarnya pemasaran susu formula melalui kampanye terselubung, yaitu sebagai hadiah kepulangan ibu dan bayi dari fasilitas persalinan dilaporkan masih marak terjadi. Lebih lanjut, studi kualitatif tentang praktik keberhasilan dan

kegagalan ASI eksklusif menunjukkan bahwa yang sering menjadi korban dari kampanye demikian adalah ibu-ibu berpendidikan rendah.

Mengenai hambatan dan kendala pelaksanaan ASI eksklusif 6 bulan sebenarnya sudah mulai banyak muncul pada dekade terakhir ini. Kebijakan, selanjutnya, disusun berdasarkan bukti-bukti empirik dan saintifik yang kuat sehingga tidak menyebabkan kebijakan menjadi tidak realistis saat diterjemahkan menjadi program atau malah menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat

5.2.3 Pelaksanaan Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 di klinik X,Y dan Z.

Terlaksananya pemberian ASI secara dini dimulai dari peran petugas kesehatan dalam melakukan proses pertolongan persalinan, karena pada saat itulah peran petugas dalam pemberian ASI sejak dini bisa dilihat. Hal ini selaras dengan Depkes RI (2001), yang menyatakan bahwa bayi diberikan kepada ibunya segera setelah lahir dan diletakkan di dada ibunya agar bayi tersebut mencari puting ibunya sendiri sehingga proses IMD akan terjadi.

Jadi berhasil tidaknya pelaksanaan IMD sangat bergantung pada peran dari bidan sebagai tenaga kesehatan penolong persalinan. Peran petugas sangat penting dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI sejak dini pada bayi baru lahir. Ini sesuai dengan penelitian Tatiana O. Vieira, et.al (2010), yang menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan tingkat menyusui dalam satu jam pertama kehidupan (IMD), profesional perawatan kesehatan harus mempromosikan faktor mendukung praktek ini seperti bimbingan prenatal mengenai keuntungan menyusui, persalinan per vaginam dan kelahiran cukup bulan, dan merangsang praktik ini dalam situasi yang rentan seperti sebagai ibu dengan operasi caesar dan kelahiran prematur. Peran bidan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan dan motivasi pada ibu tentang IMD dan ASI eksklusif, manfaat dari pemberian ASI sejak dini, serta manfaat kolostrum sangat perlu dilakukan mulai sejak ibu tersebut melakukan ANC sampai dengan pasca melahirkan. Pengawasan juga diperlukan dari

pihak pembuat regulasi dan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam memantau pelaksaan PP tersebut di klinik – klinik bersalin.

5.2.4 Informasi dan Edukasi tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X, Y dan Z

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di klinik bersalin masih rendah pengetahuannya dan kurang mendapatkan informasi dan edukasi dari penanggungjawab klinik maupun bidan di klinik. Bahkan peraturan tersebut berisi tentang bagaimana proses IMD seharusnya dilaksanakan dan bagaimana peraturan tersebut seharusnya dapat menolak bekerjasama dengan provider susu formula. Namun sejauh ini mereka masih belum dapat menjalankan peraturan tersebut dengan benar karena pengawasan juga masih rendah.

Menurut teori Grindle bahwa implementasi harus dilakukan sesuai dengan isi yang ada pada kebijakan dan bagaimana lingkungan menanggapi kebijakan tersebut. Sejauh mana pengaruh yang diinginkan, sejauh mana manfaat yang diinginkan dan perubahan yang diinginkan di klinik tentang peraturan tersebut.

5.3 Output dari adanya implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 di Klinik

Dokumen terkait