Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas
Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sumatera Utara
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi DIAJUKAN :
O L E H Said Andri
060922007
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh
Nama : Said Andri
Nim : 060922007
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai
Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumut
Medan, Juli 2011
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP. 196208281987012001 NIP. 196208281987012001
Dekan FISIP USU,
Prof. Dr, Badaruddin, M.Si
ABSTRAKSI
Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi
adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi
dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan
berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola
komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian
organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk
itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan
suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam
bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat
dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi
horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera
serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas
kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang
tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.
Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja
pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara,
menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah. swt atas segala karunia dan rahmat
yang di berikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna
melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi ini mengenai “ Peranan komunikasi horizontal terhadap
efektifitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi
Sumatera Utara “
Skripsi ini merupakan masterpiece (maha karya) kedua setelah sebelumnya
penulis menamatkan kuiah di jurusan Manajemen Informatika di STMIK Budi Luhur
(D-III). Banyak hal yang dikorbankan baik tenaga, waktu, materi bahkan perasaan
dalam demi rampungnya skripsi ini. Ditengah-tengah jadwal tugas yang padat penulis
berusaha untuk bias menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak pihak,
baik berupa bimbingan, kritik, saran serta pengarahan, oleh karenanya penulis pada
kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
dengan tulus membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala
kebaikan yang telah di berikan kepada penulis. Terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan
segala dukungan, kesediaan waktu dan kesabaran yang tiada habisnya yang
Ibu berikan kepada saya, sekali lagi terima kasih Bu
3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis
4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, yang tiada pernah henti mendoakan setiap
hari yang kujalani, kalian adalah orang paling berharga di hidupku , serta
kedua adikku Ika dan Fahrin, you have to be better than me bro
5. Abangda H. Zulkarnain, SH, M.Si, tanpamu mungkin aku takkan pernah
memulai studi ini apalagi menyelesaikannya
6. Asri Martha, orang yang paling sering mempertanyakan kapan skripsi ini akan
selesai, orang yang paling setia menemaniku dalam senang maupun susah, dan
orang yang membuatku lebih bertanggung jawab, thanks a lot hun, you
make everythings possible to me
7. Untuk Bang Pungkut Thamrin dan Bang Ngadimin Hambali, of course i never
walk alone, terima kasih banyak ya Bang
8. Untuk staf jurusan Ilmu Komuniasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Sumatera Utara : Kak Ros, Kak Icut, Bang Ria dan Maya yang
telah banyak membantu dan memperlancar pengerjaan skripsi ini
9. Untuk teman-temanku di ekstension : kocek, Dani, Imam dan sahabatku
Yahmen, semoga kita akan selalu berteman dan bersahabat selamanya
10.Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara : Arwin
Susilo, S.Sos, Andhika Anshori, M.Riza, and last but not least Abangda
Terima Kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi
yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 24 Juli 2011
Penulis,
Said Andri
NIM. 060922007
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 7
I.3. Pembatasan Masalah ... 8
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
I.4.2 Manfaat Penelitian ... 9
I.5. Kerangka Teori ... 9
I.5.1 Komunikasi ... 10
I.5.2 Komunikasi Organisasi ... 11
I.5.3 Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi ... 14
I.5.4 Komunikasi Horizontal Dalam Organisasi ... 16
I.5.5 Efektifitas Kerja ... 19
I.6. Model Teoritis ... 20
I.7. Kerangka Konsep ... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Komunikasi ... 23
II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 23
II.1.2. Komponen Komunikasi ... 25
II.1.3. Tujuan Komunikasi ... 32
II.1.4 Proses Komunikasi………. 35
II.2. Komunikasi Organisasi ... 37
II.2.1.Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi ... 42
II.3. Komunikasi Horizontal ... 44
II.4. Efektivitas Kerja ... 48
II.4.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas .. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 54
III.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 54
III.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 55
III.3.1. Populasi ... 55
III.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 55
III.4 Instrumen (Alat Pengumpul data) ... 56
III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV.1. Dinas Kelautan Dan Perikanan ... 59
Provinsi Sumatera Utara IV.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ... 59
IV.1.2. Struktur Organisasi ... 60
IV.2. Gambaran Kinerja Dinas Kelautan dan ... 63
Perikanan Provinsi Sumatera Utara IV.2.1 Visi ... 63
IV.2.2. Misi ... 64
IV.2.3. Tujuan ... 65
IV.2.4. Sasaran ... 65
IV.2.5. Strategi ... 66
IV.2.6. Kebijakan……….. .. 67
IV.3. Pelaksanaan Dan Pengumpulan Data ... 68
IV.4. Penyajian Dan Analisis Data ... 69
IV.4.1 Data Karakteristik Responden ... 69
IV.4.2 Variabel Penelitian ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan……… 102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
- Biodata
- Lembar Bimbingan
- Kuesioner
- Tabel FC
- Surat Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ... 56
Tabel 2 ... 66
Tabel 3 ... 70
Tabel 4 ... 71
Tabel 5 ... ... 72
Tabel 6 ………… ... 73
Tabel 7 ... 75
Tabel 8 …… ... 77
Tabel 9 ……….. ... 78
Tabel 10 ………... 79
Tabel 11 ………... 81
Tabel 12 ………... 82
Tabel 13 ………... 83
Tabel 14 ………... 84
Tabel 15 ………... 86
Tabel 16 ………... 87
Tabel 17 ………... 88
Tabel 18 ………... 89
Tabel 19 ………... 90
Tabel 20 ………... 91
Tabel 21 ………... 92
Tabel 23 ………... 95
Tabel 24 ………... 96
Tabel 25 ………... 97
Tabel 26 ………... 98
Tabel 27 ………... 99
Tabel 28 ………... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ……….. ... 15
LAMPIRAN
1. Biodata
2. Kuesioner
3. Tabel Fotron Cobol
4. Surat Penelitian
5. Surat Keterangan Penelitian
ABSTRAKSI
Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi
adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi
dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan
berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola
komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian
organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk
itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan
suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam
bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat
dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi
horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera
serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas
kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang
tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.
Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja
pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara,
menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera
BAB I PENDAHULUAN
I .1. Latar Belakang Masalah
Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan
keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting
dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri,
mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang segala sesuatu,
mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan
pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi
kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan
mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman
sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar
pribadi kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalannya
memperbaiki) hubungan pribadi kita.
Pada sisi lain, setiap individu merupakan bagian dari kelompok, organisasi
maupun ikatan dalam masyarakat yang setiap saat berinteraksi membentuk pola
komunikasi. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui
lambang-lambang tertentu yang mengandung arti tertentu dan langsung untuk
mengubah tingkah laku individu. Meskipun semua organisasi harus melakukan
dengan beragai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang
dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi. Untuk
organisasi berskala kecil mugkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk
perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi
Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi
adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi
dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan
berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola
komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian
organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.
Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu
organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi
dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola
komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh
jaringan kelompok.
Berkenaan dengan komunikasi organisasi pada lembaga pemerintah, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara merupakan bagian dari organisasi
yang juga melakukan komunikasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Melalui
dinas kelautan dan perikanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2001 tanggal 31 Juli 2000, Dinas Kelautan dan
Perikanan mempuyai tugas otonomi dan tugas dekonsentrasi dibidang perikanan dan
kelautan. Pengelolaan kelautan dan perikanan memfokuskan pada kegiatan usaha
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berwawasan lingkungan dengan
memberdayakan peran serta masyarakat untuk peningkatan taraf hidupnya.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dibidang kelautan dan
perikanan, organisasi ini mengemban misi yang merupakan arah bagi tujuan dan
sasaran yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan program kegiatan yang
Perikanan Provinsi Sumatera Utara antara lain (sesuai Lakip Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Utara,2010) yaitu :
1. Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir. 2. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara efisien
dan berkelanjutan.
3. Meningkatkan persediaan bahan pangan sumber protein dan bahan baku industry di dalam negeri serta eksport.
4. Memantapkan system pendukung, yang terdiri dari teknologi, permodalan sarana dan prasarana kelembagaan serta iklim usaha yang kondusif.
Penjabaran dan implementasi visi dan misi yang akan dicapai dijadikan tujuan
Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain adalah :
1. Meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir.
2. Meningkatkan pelestarian dan pengendalian sumber daya perikanan. 3. Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat
4. Mendorong pertumbuhan industry dan ekspor hasil perikanan.
5. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif.
Sebuah organisasi mempunyai hirarki dan pembagian kerja, maka pada sebuah
organisasi birokrasi akan terdapat tingkatan-tingkatan tertentu yang pada akhirnya
akan membuat individu-individu yang ada didalamnya terbagi dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil sesuai dengan jenjang dan pembagian kerjanya dalam
sebuah organisasi. Dalam kenyataannya akan terdapat jabatan atau posisi-posisi
didalam organisasi yang akan ditempati individu-individu yang memiliki syarat-syarat
tertentu sehingga dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaannya untuk
mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi
akan terdapat staff, pimpinan, karyawan, dan lain-lain. Seiring dengan
jenjang/jabatan yang melekat pada individu pada sebuah organisasi, maka akan
Dalam sebuah organisasi birokrasi, tidak bisa dipungkiri, seluruh unsur Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara selalu melakukan komunikasi
dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Komunikasi ibaratnya “darah” bagi
kehidupan organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka sebuah lembaga akan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya.
Pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dimana terdapat individu yang
terbagi dalam divisi-divisi/bagian selevel sangat variatif dalam menjalankan
komunikasi. Bagi organisasi pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan publik,
penyampaian informasi kepada segenap bagian dalam organisasi merupakan suatu
pekerjaan yang rumit dan membutuhkan penanganan serius. Model komunikasi yang
diterapkan tidak lagi memadai hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to
face) semata, namun masih memerlukan model lain yang lebih sesuai.
Dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita membutuhkan komunikasi.
Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan satu hal yang paling penting dan menjadi
bagian dari tuntutan profisiensi (keahlian). Kadang-kadang penyebab rusaknya
hubungan antar individu dalam suatu organisasi, misalnya antara staf itu sendiri
adalah adanya miskomunikasi yang terjadi. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik
dibutuhkan tidak hanya bakat, tapi terutama kemauan untuk melakukan proses belajar
yang kontinu.
Berdasarkan konsep tentang komunikasi dan organisasi diatas maka
komunikasi organisasi dapat kita maknai secara sederhana sebagai komunikasi antar
manusia (human communication) dalam konteks organisasi. Dalam aplikasinya akan
terdapat 3 jenis komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi, yaitu vertikal
dengan proses komunikasi didalam organisasi yang sebelumnya telah memiliki
jenjang-jenjang dan kedudukan tertentu. Vertikal kebawah berarti komunikasi ini
dilakukan oleh individu berkedudukan yang lebih tinggi dari komunikan, sebagai
contoh atasan memberi perintah kepada bawahan. Vertikal keatas merupakan
kebalikan dari Vertikal kebawah, yakni individu berkedudukan lebih rendah yang
menjadi komunikator, sebagai contoh seorang staf pegawai/kepala bagian/kepala
seksi melaporkan pekerjaannya kepada atasan. Komunikasi horizontal adalah
komunikasi dimana komunikator dan komunikan memiliki kedudukan/jabatan yang
sama didalam sebuah organisasi. Sebagai contoh diskusi antar pimpinan, obrolan
staf/pegawai, dan lain-lain. Komunikasi ini lebih sering digunakan individu untuk
memecahkan sebuah masalah atau mengoptimalkan pekerjaannya.
Komunikasi horizontal dalam suatu organisasi lebih sering terjadi
dibandingkan dengan arus vertikal. Mengapa demikian ? Salah satu alasannya karena
komunikasi horizontal lebih terbuka dan lebih efektif dengan orang-orang di
lingkungannya, serta yang mempunyai kedudukan yang sama dibandingkan dengan
orang yang kedudukannya lebih tinggi.
Implementasi dari model komunikasi tersebut dalam konteks Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sumnatera Utara juga tidak dapat terlepas, dimana upaya
pencapaian kinerja dan tujuan organisasi senantiasa dicapai dengan upaya komunikasi
organisasi, khususnya komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal memiliki fungsi
strategis manakala dinas Perikanan dan kelautan memiliki personil yang sangat
banyak yaitu 188 orang dengan jangkauan tugas yang sangat luas serta fungsi yang
untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi dinas perikanan dan kelautan sehingga tujuan
organisasi secara paripurna dapat dicapai.
Sejauh pengamatan penulis, komunikasi yang formal selama ini antara atasan
kepada bawahan dikantor lebih banyak dilakukan dalam konteks pelaksanaan
pekerjaan. Memang melalui komunikasi vertikal ini banyak sekali tugas-tugas kantor
dapat diselesaikan. Namun jika ditilik lebih lanjut, upaya penyelesaian tugas tersebut
tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antar pejabat setingkat dalam bentuk
koordinasi dan mencari solusi dari upaya penyelesaian tugas tersebut. Oleh sebab itu,
tanpa menghilangkan pentingnya komunikasi vertikal, ternyata komunikasi horizontal
menjadi faktor kunci efektif dan efesiennya sebuah tugas yang dibebankan oleh
organisasi.
Pola komunikasi horizontal menjadi penting pada organisasi birokrasi,
khususnya pada dinas perikanan dan kelautan, karena pola komunikasi vertikal telah
terlaksana dengan baik dimana setiap instruksi yang diberikan akan segera difahami
dan dilaksanakan oleh para bawahan. Akan halnya hubungan antar staf atau antar
pejabat setingkat yang berbeda fungsi akan sulit mencapai efektivitas karena
perbedaan kepentingan dan kebutuhan. Melalui komunikasi horizontal, maka
kesefahaman kepentingan organisasi dimana orang pada level yang sama saling tukar
informasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pada intinya komunikasi model
horisontal memfokuskan pada penyampaian informasi kepada orang-orang yang
berada pada level atau otoritas yang sama/sederajat.
Komunikasi antar pegawai yang setingkat kedudukannya dalam suatu
organisasi diperlukan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan integrasi atas
tidak menempatkan komunikasi horizontal dalam desain organisasi. Hubungan antar
rekan sejawat dilepaskan dan diserahkan secara langsung kepada masing-masing
individu. Padahal komunikasi horizontal diperlukan untuk koordinasi dan juga bisa
memberikan kepuasaan akan kebutuhan sosial.
Disini, komunikasi horisontal memiliki fungsi memperlancar aktivitas
organisasi dalam melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas
yang harus diselesaikan, menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama,
memfasilitasi tercapainya pemahaman bersama atas perbedaan-perbedaan yang
muncul, menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam organisasi,
memberikan dukungan dalam hubungan kerja yang produktif.
Upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kinerja Dinas Kelautan dan
perikanan melaui pendekatan komunikasi horizontal perlu terus diupayakan melalui
bentuk-bentuk komunikasi antar personal antara lain melalui obrolan waktu senggang,
telpon, forum rutin, diskusi. Selain fungsi koordinatif, komunikasi model ini dapat
dioptimalkan untuk sharing informasi, problem solving maupun resolusi konflik yang
mungkin terjadi dalam organisasi.
Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam konteks
efektifitas kerja, dibutuhkan model komunikasi yang disesuaikan dengan lingkungan
kerja, yang dalam hal ini organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera
Utara yang memiliki visi dan misi dengan pola komunikasi horizontal yang perlu
untuk diteliti.
I .2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
Bagaimanakah peranan Komunikasi Horizontal terhadap efektifitas kerja pegawai
pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan
memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka
penulis membatasi masalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Horizontal dalam organisasi yang akan akan diteliti adalah
pertukaran pesan yang berlangsung di antara para pegawai ataupun bagian
yang memiliki kedudukan yang setara. Pesan ini biasanya berhubungan
dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti Memperbaiki koordinasi
tugas, Upaya pemecahan masalah, Saling berbagi informasi, Upaya
pemecahan konflik, Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
b. Efektivitas Kerja terbatas pada aspek pencapaian kinerja sesuai dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2010.
c. Objek penelitian adalah kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Utara.
d. Penelitian dilakukan mulai bulan April 2011-selesai.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1) Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang
a. Untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada
kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
b. Untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas
kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.
1.4.2) Manfaat penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi
horizontal dalam organisasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan
berkenaan dengan penelitian ini.
I. 5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 40).
Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara
variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6).
Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan
tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
2. Komunikasi Organisasi
4. Komunikasi Horizontal dalam Organisasi 5. Efektifitas Kerja
I.5.1) Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam
kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia
mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi
timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Komunikasi hakikatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi berarti proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri
dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua adalah lambing
(symbol), Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambing adalah
bahasa (Effendy,1993:28).
Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in
Society (dalam Effendy, 1993:253), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what
effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell
ada lima, yaitu:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)
5. Efek (Effect, impact, influence)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (dalam Ruslan,1998:79)
adalah:
- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk
lambang.
- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke
komunikan
- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan
makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah
- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator.
- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan
dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan
sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih
bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman
komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan
dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah
pengalaman yang dimiliki masing-masing.
Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan
memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator
dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama,
suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap
empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan
memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (dalam Effendy, 2000:18)
I.5.2) Komunikasi Organisasi
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik
organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan,
maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi
merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang
dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan
tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana
yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam
organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication)
yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari
Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of
messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam
organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing
arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald
Adler dan George Rodman (1997:18) dalam buku Understanding Human
Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus
komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang
yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
I.5.3) Jaringan Komunikasi dalam Organisasi
Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana
informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut
mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota
Gambar 1.
Jaringan komunikasi (dalam Golghaber, Gerald, M, 1990:56)
Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan
organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi
hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang
dan dua orang lainnya—satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri.
Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai
komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi
dan lebih bawah. Meskipun rantai tersebut hanya memiliki kapasitas dua-jalur, ini
digunakan terutama untuk komunikasi kebawah. Jaringan roda memasukkan satu
orang yang berkomunikasi dengan masing-masing dari sejumlah orang lainnya.
Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi
kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada jaringan ini, seperti
pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi
disentralisasi/dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan
orang-orang tertentu saja.
Pada jaringan pinwheel, seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi
dengan setiap orang lainnya. Pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur
memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih
efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif, sedangkan strukur desentralisasi
lebih bagus untuk pergerakan informasi yang cepat.
I.5.4) Komunikasi Horizontal dalam Organisasi
Komunikasi horizontal menurut Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss (1996:167)
terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.
Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang
sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.
Tujuan dari komunikasi horizontal (dalam Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss 1996
: 167) adalah :
1. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan 3. Untuk memecahkan masalah
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama
5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan 6. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis
kontak antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung
menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi,
interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan,
kegiatan sosial dan lingkaran kualitas.
Mengapa pendelegasian dari atasan ke bawahan seringkali tidak berhasil baik?
Mengapa banyak iklan yang tidak sukses mempromosikan produknya? Mengapa
sering kali kesepakatan bisnis terhambat dan gagal? Mengapa seringkali pergaulan
tidak berkembang? Semua hal ini mungkin terjadi karena cara kita berkomunikasi
Yang dimaksud dengan komunikasi horizontal disini adalah komunikasi yang
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan yang sama, posisi yang sama,
jabatan se-level, eselon yang sama, dll. Untuk berkomunikasi dengan baik antar
sesama rekan kerja atau teman yang notabene-nya memiliki tingkat, latar belakang
pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama dengan kita, ada beberapa hal yang
harus diingat.
Pertama, tentang pemilihan dan penggunanaan diksi yang sesuai dengan orang
yang tengah kita ajak bicara. Jangan menggunakan kata-kata teknis yang kerap kita
gunakan di bidang/departemen yang kita geluti. Hal ini bukan hanya menimbulkan
ketidakmengertian orang-orang dari lintas departemen yang kita ajak bicara,
melainkan juga bisa menuai rasa antipati karena dianggap terlalu menyombongkan
diri dengan penggunaan kata-kata tersebut (walaupun hal itu tidak diniatkan).
Kedua, yang harus diperhatikan dalam komunikasi di level yang sama ini
adalah faktor psikologis orang yang kita ajak bicara. Artinya, jangan memberikan
sebuah informasi dengan cara ’menggurui’ seolah-olah orang yang kita ajak bicara itu
tidak mengerti. Pemahaman situasi psikologis ini akan menyebabkan kita memilah
dan memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang sejajar tersebut.
Ketiga, bahasa tubuh yang digunakan tidak boleh yang bersifat agresif dan
invasif. Setiap gerak tubuh harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga tidak ada
pihak yang merasa tersenggol ’ego’-nya secara negatif dan destruktif. Ketiga faktor
berkomunikasi secara horizontal ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal
kepada penuturnya jika dicamkan dan dilaksanakan dengan baik pada saat
status ekonomi, posisi kerja, pengalaman dan pengetahuan, dll. (Stewart
L.Tubbs-Sylvia Moss 1996 : 168)
Lateral atau horizontal communication mengambil tempat satu level dalam
organisasi. Sebagai contoh, di dalam tim, diantara kepala departemen dan diantara
pengkoordiansi dan peranan penghubung. Terkadang, semakin cepat dan semakin
efektif sebuah pesan terkirim secara horizontal daripada upward maupun downward.
Horizontal communication yang bagus sering menghalangi persaingan,
perilaku teritorial, dan spesialisasi fungsi pekerjaan yang berlebihan, yang dapat
semakin mempertegas batas in group/out group, penggunaan jargon ataupun
meniadakan kode-kode dan keseganan untuk membagi informasi.
Komunikasi lateral atau horisontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan
departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan kerja mereka. Karena
jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi lateral ini lebih cepat daripada
komunikasi ke atas atau ke bawah secara hirarkis. Komunikasi horisontal terjadi
antara orang-orang yang pada tingkat yang sama atau orang-orang yang pada tingkat
yang berhubungan pada divisi yang berbeda dalam suatu organisasi.
Komunikasi horisontal yang efektif dapat membantu orang-orang untuk
mengkoordinasikan proyek menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan
informasi, memecahkan konflik-konflik dan membuka jalan bagi terciptanya
hubungan-hubungan bisnis. Seringkali komunikasi horisontal terhalang karena
kecemburuan, hambatan spesialisasi teknis, atau lokasi yang terpisah dan terlalu
banyak arus informasi yang diterima pegawai untuk memproses data secara tepat.
Sebagi contoh, orang-orang pada suatu unit mungkin merasa bahwa mereka bersaing
sebagainyap dan mungkin berupaya membatasi jumlah informasi yang dibagikan.
Oleh karena itu manajer yang berwawasan luas akan menciptakan suatu lingkungan
yang lebih menghargai suatu bentuk kerjasama daripada persaingan jadi. Mereka
berupaaya meningkatkan lingkungan komunikasi seluruh organisasi. Pengenalan dan
penghargaan terhadap suatu kelompok-suatu tim- pegawai adalah satu cara untuk
mendorong rasa jiwa kerja sama.
1.5.5) Efektivitas kerja
Efektivitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang
diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya
sebagai berikut :
Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut
dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. efektifitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas,
kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelas bila sasaran atau tujuan
yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka pekerjaan akan
efektif, sebaliknya bila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan,
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut
sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari
tingkat efektifitas dapat digunakan rumus: “Efektifitas = Ouput Aktual/Output
Target= 1, jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Jika output aktual berbanding
output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai”.
Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas dan kerja. Menurut
Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu
pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit
keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
I.6. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut:
Gambar 1.2 Model Teoritis
1.7. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat
mengantar peneliti pada rumusan hipotesa.
KOMUNIKASI
HORIZONTAL
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka
konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai
atasan yang sama.
b. Efektivitas Kerja
efektifitas kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan, artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat
tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab
bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.
Diukur dengan indikator kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan
pekerjaan, teknik penyelesaian pekerjaan, keterampilan melaksanakan proses
pekerjaan, mutu/kualitas pekerjaan yang dihasilkan, kemampuan, menyelesaikan
pekerjaan
Konseptualisasi
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Komponen
Komunikasi Horizontal •
Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
• Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
• Untuk memecahkan masalah
• Untuk memperoleh pemahaman bersama
• Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
Komponen
Efektifitas kerja
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran telah tercapai
1. kuantitas,
2. kualitas,
3. waktu
1.8. Deskripsi Operasional Variabel
Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk
menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun sebagaimana dikutip Ridwan
(2004) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian
yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.:
1. Variabel Komunikasi Horizontal
Variabel Komunikasi Horizontal terdiri dari:
a. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan c. Untuk memecahkan masalah
d. Untuk memperoleh pemahaman bersama
e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan f. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
2. Variabel Eefektifitas Kerja
terdiri dari: efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau
seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai.
1. kuantitas,
2. kualitas,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Komunikasi
II.1.1) Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam
kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia
mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi
timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
bahasa latin communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.
(Wiryanto,2004:5)
Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in
Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what
effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell
ada lima, yaitu:
2. Pesan (Message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)
5. Efek (Effect, impact, influence)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi adalah:
- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.
- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan
- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan
dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan
sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih
komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan
dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah
pengalaman yang dimiliki masing-masing.
Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan
memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator
dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama,
suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap
empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan
memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000:18)
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,
jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut
jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada
tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang
terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
II.1.2) Komponen Komunikasi a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau
berwujud.
2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka
yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di
mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup
rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau
3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah
dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi
janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana
persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat
menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan
malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak
perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.b. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda
mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh.
Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda
menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda
sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari
orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan
penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk
mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,
persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini,
c. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan
(misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan
menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar
kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita
melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau
membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara
atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda
melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder
(encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara
simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari
pendengar (dekoding).
d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk
berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam
mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya,
pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar
tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan
kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian
dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak
pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin
tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan
komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan
kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi
perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk
mengungkapkan diri.
e. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan
menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita.
Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau
tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara
nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara
kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.f. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali
komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau
empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap
muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan
isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga
memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan
balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal
komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain
dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya,
dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri.
Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa
yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain.
Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman,
anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya
adalah bentuk umpan balik.
h. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi
pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam
mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini
membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini
dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang
sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi
mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali,
kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih
akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta
meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan
balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.i. Efek Komunikasi
yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada
konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar
bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah
efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap
baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak
afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara
melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut;
ini adalah dampak atau efek psikomotorik.j. Etik dan Kebebasan Memilih
Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena
komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap
tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip komunikasi yang efektif,
prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan. Seringkali kita dapat mengamati
dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip
komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau
ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya
dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman
yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah
merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita
ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di
samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan
kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang
akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih
seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang
relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis
adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara
normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal
akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja
membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian
mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil
(jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa
persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan
berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan
secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam
situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai
contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan
sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis
obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga,
seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk
mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi
kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan
kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam
setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri.
Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain
untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk
mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban
pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang
dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.
II.1.3) Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini.
Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka
yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun
tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi
berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan
komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun
hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold
dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).
a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal
discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri
sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian
besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain
selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh
umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari
jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita
merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses
perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat,
nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri
sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita
sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek,
peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media
komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,
pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang
dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita
peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari
media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau
b.Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang
lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa
dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di
kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua,
anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c. Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap
dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan
untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih
banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui
media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan
itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada
biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan
komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan
antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita
berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli
produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu,
meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan
tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari
komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.