• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas

Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi DIAJUKAN :

O L E H Said Andri

060922007

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Said Andri

Nim : 060922007

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai

Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumut

Medan, Juli 2011

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

NIP. 196208281987012001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU,

Prof. Dr, Badaruddin, M.Si

(3)

ABSTRAKSI

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi

adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi

dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan

berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola

komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian

organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk

itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan

suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam

bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat

dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi

horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas

kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang

tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.

Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja

pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara,

menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap

efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah. swt atas segala karunia dan rahmat

yang di berikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna

melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini mengenai “ Peranan komunikasi horizontal terhadap

efektifitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi

Sumatera Utara “

Skripsi ini merupakan masterpiece (maha karya) kedua setelah sebelumnya

penulis menamatkan kuiah di jurusan Manajemen Informatika di STMIK Budi Luhur

(D-III). Banyak hal yang dikorbankan baik tenaga, waktu, materi bahkan perasaan

dalam demi rampungnya skripsi ini. Ditengah-tengah jadwal tugas yang padat penulis

berusaha untuk bias menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak pihak,

baik berupa bimbingan, kritik, saran serta pengarahan, oleh karenanya penulis pada

kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

dengan tulus membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala

kebaikan yang telah di berikan kepada penulis. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan

(5)

segala dukungan, kesediaan waktu dan kesabaran yang tiada habisnya yang

Ibu berikan kepada saya, sekali lagi terima kasih Bu

3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis

4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, yang tiada pernah henti mendoakan setiap

hari yang kujalani, kalian adalah orang paling berharga di hidupku , serta

kedua adikku Ika dan Fahrin, you have to be better than me bro

5. Abangda H. Zulkarnain, SH, M.Si, tanpamu mungkin aku takkan pernah

memulai studi ini apalagi menyelesaikannya

6. Asri Martha, orang yang paling sering mempertanyakan kapan skripsi ini akan

selesai, orang yang paling setia menemaniku dalam senang maupun susah, dan

orang yang membuatku lebih bertanggung jawab, thanks a lot hun, you

make everythings possible to me

7. Untuk Bang Pungkut Thamrin dan Bang Ngadimin Hambali, of course i never

walk alone, terima kasih banyak ya Bang

8. Untuk staf jurusan Ilmu Komuniasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Sumatera Utara : Kak Ros, Kak Icut, Bang Ria dan Maya yang

telah banyak membantu dan memperlancar pengerjaan skripsi ini

9. Untuk teman-temanku di ekstension : kocek, Dani, Imam dan sahabatku

Yahmen, semoga kita akan selalu berteman dan bersahabat selamanya

10.Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara : Arwin

Susilo, S.Sos, Andhika Anshori, M.Riza, and last but not least Abangda

(6)

Terima Kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan

dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi

yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 24 Juli 2011

Penulis,

Said Andri

NIM. 060922007

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 8

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

I.5. Kerangka Teori ... 9

I.5.1 Komunikasi ... 10

I.5.2 Komunikasi Organisasi ... 11

I.5.3 Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi ... 14

I.5.4 Komunikasi Horizontal Dalam Organisasi ... 16

I.5.5 Efektifitas Kerja ... 19

I.6. Model Teoritis ... 20

I.7. Kerangka Konsep ... 20

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Komunikasi ... 23

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 23

II.1.2. Komponen Komunikasi ... 25

II.1.3. Tujuan Komunikasi ... 32

II.1.4 Proses Komunikasi………. 35

II.2. Komunikasi Organisasi ... 37

II.2.1.Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi ... 42

II.3. Komunikasi Horizontal ... 44

II.4. Efektivitas Kerja ... 48

II.4.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas .. 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 54

III.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 54

III.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 55

III.3.1. Populasi ... 55

III.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 55

III.4 Instrumen (Alat Pengumpul data) ... 56

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

(9)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.1. Dinas Kelautan Dan Perikanan ... 59

Provinsi Sumatera Utara IV.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ... 59

IV.1.2. Struktur Organisasi ... 60

IV.2. Gambaran Kinerja Dinas Kelautan dan ... 63

Perikanan Provinsi Sumatera Utara IV.2.1 Visi ... 63

IV.2.2. Misi ... 64

IV.2.3. Tujuan ... 65

IV.2.4. Sasaran ... 65

IV.2.5. Strategi ... 66

IV.2.6. Kebijakan……….. .. 67

IV.3. Pelaksanaan Dan Pengumpulan Data ... 68

IV.4. Penyajian Dan Analisis Data ... 69

IV.4.1 Data Karakteristik Responden ... 69

IV.4.2 Variabel Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan……… 102

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Biodata

- Lembar Bimbingan

- Kuesioner

- Tabel FC

- Surat Penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 56

Tabel 2 ... 66

Tabel 3 ... 70

Tabel 4 ... 71

Tabel 5 ... ... 72

Tabel 6 ………… ... 73

Tabel 7 ... 75

Tabel 8 …… ... 77

Tabel 9 ……….. ... 78

Tabel 10 ………... 79

Tabel 11 ………... 81

Tabel 12 ………... 82

Tabel 13 ………... 83

Tabel 14 ………... 84

Tabel 15 ………... 86

Tabel 16 ………... 87

Tabel 17 ………... 88

Tabel 18 ………... 89

Tabel 19 ………... 90

Tabel 20 ………... 91

Tabel 21 ………... 92

(12)

Tabel 23 ………... 95

Tabel 24 ………... 96

Tabel 25 ………... 97

Tabel 26 ………... 98

Tabel 27 ………... 99

Tabel 28 ………... 100

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ……….. ... 15

(14)

LAMPIRAN

1. Biodata

2. Kuesioner

3. Tabel Fotron Cobol

4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Penelitian

(15)

ABSTRAKSI

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi

adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi

dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan

berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola

komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian

organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk

itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan

suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam

bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat

dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi

horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas

kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang

tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.

Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja

pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara,

menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap

efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I .1. Latar Belakang Masalah

Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan

keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting

dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri,

mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang segala sesuatu,

mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan

pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi

kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan

mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman

sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar

pribadi kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalannya

memperbaiki) hubungan pribadi kita.

Pada sisi lain, setiap individu merupakan bagian dari kelompok, organisasi

maupun ikatan dalam masyarakat yang setiap saat berinteraksi membentuk pola

komunikasi. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui

lambang-lambang tertentu yang mengandung arti tertentu dan langsung untuk

mengubah tingkah laku individu. Meskipun semua organisasi harus melakukan

dengan beragai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang

dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi. Untuk

organisasi berskala kecil mugkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk

perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi

(17)

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi

adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi

dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan

berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola

komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian

organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.

Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu

organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi

dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola

komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh

jaringan kelompok.

Berkenaan dengan komunikasi organisasi pada lembaga pemerintah, Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara merupakan bagian dari organisasi

yang juga melakukan komunikasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Melalui

dinas kelautan dan perikanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2001 tanggal 31 Juli 2000, Dinas Kelautan dan

Perikanan mempuyai tugas otonomi dan tugas dekonsentrasi dibidang perikanan dan

kelautan. Pengelolaan kelautan dan perikanan memfokuskan pada kegiatan usaha

dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berwawasan lingkungan dengan

memberdayakan peran serta masyarakat untuk peningkatan taraf hidupnya.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dibidang kelautan dan

perikanan, organisasi ini mengemban misi yang merupakan arah bagi tujuan dan

sasaran yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan program kegiatan yang

(18)

Perikanan Provinsi Sumatera Utara antara lain (sesuai Lakip Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Utara,2010) yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir. 2. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara efisien

dan berkelanjutan.

3. Meningkatkan persediaan bahan pangan sumber protein dan bahan baku industry di dalam negeri serta eksport.

4. Memantapkan system pendukung, yang terdiri dari teknologi, permodalan sarana dan prasarana kelembagaan serta iklim usaha yang kondusif.

Penjabaran dan implementasi visi dan misi yang akan dicapai dijadikan tujuan

Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain adalah :

1. Meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir.

2. Meningkatkan pelestarian dan pengendalian sumber daya perikanan. 3. Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat

4. Mendorong pertumbuhan industry dan ekspor hasil perikanan.

5. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif.

Sebuah organisasi mempunyai hirarki dan pembagian kerja, maka pada sebuah

organisasi birokrasi akan terdapat tingkatan-tingkatan tertentu yang pada akhirnya

akan membuat individu-individu yang ada didalamnya terbagi dalam

kelompok-kelompok yang lebih kecil sesuai dengan jenjang dan pembagian kerjanya dalam

sebuah organisasi. Dalam kenyataannya akan terdapat jabatan atau posisi-posisi

didalam organisasi yang akan ditempati individu-individu yang memiliki syarat-syarat

tertentu sehingga dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaannya untuk

mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi

akan terdapat staff, pimpinan, karyawan, dan lain-lain. Seiring dengan

jenjang/jabatan yang melekat pada individu pada sebuah organisasi, maka akan

(19)

Dalam sebuah organisasi birokrasi, tidak bisa dipungkiri, seluruh unsur Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara selalu melakukan komunikasi

dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Komunikasi ibaratnya “darah” bagi

kehidupan organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka sebuah lembaga akan

mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya.

Pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dimana terdapat individu yang

terbagi dalam divisi-divisi/bagian selevel sangat variatif dalam menjalankan

komunikasi. Bagi organisasi pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan publik,

penyampaian informasi kepada segenap bagian dalam organisasi merupakan suatu

pekerjaan yang rumit dan membutuhkan penanganan serius. Model komunikasi yang

diterapkan tidak lagi memadai hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to

face) semata, namun masih memerlukan model lain yang lebih sesuai.

Dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita membutuhkan komunikasi.

Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan satu hal yang paling penting dan menjadi

bagian dari tuntutan profisiensi (keahlian). Kadang-kadang penyebab rusaknya

hubungan antar individu dalam suatu organisasi, misalnya antara staf itu sendiri

adalah adanya miskomunikasi yang terjadi. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik

dibutuhkan tidak hanya bakat, tapi terutama kemauan untuk melakukan proses belajar

yang kontinu.

Berdasarkan konsep tentang komunikasi dan organisasi diatas maka

komunikasi organisasi dapat kita maknai secara sederhana sebagai komunikasi antar

manusia (human communication) dalam konteks organisasi. Dalam aplikasinya akan

terdapat 3 jenis komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi, yaitu vertikal

(20)

dengan proses komunikasi didalam organisasi yang sebelumnya telah memiliki

jenjang-jenjang dan kedudukan tertentu. Vertikal kebawah berarti komunikasi ini

dilakukan oleh individu berkedudukan yang lebih tinggi dari komunikan, sebagai

contoh atasan memberi perintah kepada bawahan. Vertikal keatas merupakan

kebalikan dari Vertikal kebawah, yakni individu berkedudukan lebih rendah yang

menjadi komunikator, sebagai contoh seorang staf pegawai/kepala bagian/kepala

seksi melaporkan pekerjaannya kepada atasan. Komunikasi horizontal adalah

komunikasi dimana komunikator dan komunikan memiliki kedudukan/jabatan yang

sama didalam sebuah organisasi. Sebagai contoh diskusi antar pimpinan, obrolan

staf/pegawai, dan lain-lain. Komunikasi ini lebih sering digunakan individu untuk

memecahkan sebuah masalah atau mengoptimalkan pekerjaannya.

Komunikasi horizontal dalam suatu organisasi lebih sering terjadi

dibandingkan dengan arus vertikal. Mengapa demikian ? Salah satu alasannya karena

komunikasi horizontal lebih terbuka dan lebih efektif dengan orang-orang di

lingkungannya, serta yang mempunyai kedudukan yang sama dibandingkan dengan

orang yang kedudukannya lebih tinggi.

Implementasi dari model komunikasi tersebut dalam konteks Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Sumnatera Utara juga tidak dapat terlepas, dimana upaya

pencapaian kinerja dan tujuan organisasi senantiasa dicapai dengan upaya komunikasi

organisasi, khususnya komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal memiliki fungsi

strategis manakala dinas Perikanan dan kelautan memiliki personil yang sangat

banyak yaitu 188 orang dengan jangkauan tugas yang sangat luas serta fungsi yang

(21)

untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi dinas perikanan dan kelautan sehingga tujuan

organisasi secara paripurna dapat dicapai.

Sejauh pengamatan penulis, komunikasi yang formal selama ini antara atasan

kepada bawahan dikantor lebih banyak dilakukan dalam konteks pelaksanaan

pekerjaan. Memang melalui komunikasi vertikal ini banyak sekali tugas-tugas kantor

dapat diselesaikan. Namun jika ditilik lebih lanjut, upaya penyelesaian tugas tersebut

tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antar pejabat setingkat dalam bentuk

koordinasi dan mencari solusi dari upaya penyelesaian tugas tersebut. Oleh sebab itu,

tanpa menghilangkan pentingnya komunikasi vertikal, ternyata komunikasi horizontal

menjadi faktor kunci efektif dan efesiennya sebuah tugas yang dibebankan oleh

organisasi.

Pola komunikasi horizontal menjadi penting pada organisasi birokrasi,

khususnya pada dinas perikanan dan kelautan, karena pola komunikasi vertikal telah

terlaksana dengan baik dimana setiap instruksi yang diberikan akan segera difahami

dan dilaksanakan oleh para bawahan. Akan halnya hubungan antar staf atau antar

pejabat setingkat yang berbeda fungsi akan sulit mencapai efektivitas karena

perbedaan kepentingan dan kebutuhan. Melalui komunikasi horizontal, maka

kesefahaman kepentingan organisasi dimana orang pada level yang sama saling tukar

informasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pada intinya komunikasi model

horisontal memfokuskan pada penyampaian informasi kepada orang-orang yang

berada pada level atau otoritas yang sama/sederajat.

Komunikasi antar pegawai yang setingkat kedudukannya dalam suatu

organisasi diperlukan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan integrasi atas

(22)

tidak menempatkan komunikasi horizontal dalam desain organisasi. Hubungan antar

rekan sejawat dilepaskan dan diserahkan secara langsung kepada masing-masing

individu. Padahal komunikasi horizontal diperlukan untuk koordinasi dan juga bisa

memberikan kepuasaan akan kebutuhan sosial.

Disini, komunikasi horisontal memiliki fungsi memperlancar aktivitas

organisasi dalam melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas

yang harus diselesaikan, menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama,

memfasilitasi tercapainya pemahaman bersama atas perbedaan-perbedaan yang

muncul, menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam organisasi,

memberikan dukungan dalam hubungan kerja yang produktif.

Upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kinerja Dinas Kelautan dan

perikanan melaui pendekatan komunikasi horizontal perlu terus diupayakan melalui

bentuk-bentuk komunikasi antar personal antara lain melalui obrolan waktu senggang,

telpon, forum rutin, diskusi. Selain fungsi koordinatif, komunikasi model ini dapat

dioptimalkan untuk sharing informasi, problem solving maupun resolusi konflik yang

mungkin terjadi dalam organisasi.

Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam konteks

efektifitas kerja, dibutuhkan model komunikasi yang disesuaikan dengan lingkungan

kerja, yang dalam hal ini organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera

Utara yang memiliki visi dan misi dengan pola komunikasi horizontal yang perlu

untuk diteliti.

I .2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

(23)

Bagaimanakah peranan Komunikasi Horizontal terhadap efektifitas kerja pegawai

pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan

memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka

penulis membatasi masalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Horizontal dalam organisasi yang akan akan diteliti adalah

pertukaran pesan yang berlangsung di antara para pegawai ataupun bagian

yang memiliki kedudukan yang setara. Pesan ini biasanya berhubungan

dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti Memperbaiki koordinasi

tugas, Upaya pemecahan masalah, Saling berbagi informasi, Upaya

pemecahan konflik, Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

b. Efektivitas Kerja terbatas pada aspek pencapaian kinerja sesuai dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Sumatera Utara tahun 2010.

c. Objek penelitian adalah kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Sumatera Utara.

d. Penelitian dilakukan mulai bulan April 2011-selesai.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1) Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti

mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang

(24)

a. Untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada

kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

b. Untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas

kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

1.4.2) Manfaat penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi

horizontal dalam organisasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis

untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan

berkenaan dengan penelitian ini.

I. 5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir

dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 40).

Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara

variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6).

Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan

tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi

2. Komunikasi Organisasi

(25)

4. Komunikasi Horizontal dalam Organisasi 5. Efektifitas Kerja

I.5.1) Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam

kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia

mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi

timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung

arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Komunikasi hakikatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang

dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi berarti proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri

dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua adalah lambing

(symbol), Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambing adalah

bahasa (Effendy,1993:28).

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in

Society (dalam Effendy, 1993:253), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what

effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell

ada lima, yaitu:

1. Komunikator (communicator, source, sender)

(26)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)

5. Efek (Effect, impact, influence)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian,

kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (dalam Ruslan,1998:79)

adalah:

- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk

lambang.

- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke

komunikan

- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan

makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah

(27)

- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan

atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang

berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan

dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan

sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih

bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman

komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan

dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah

pengalaman yang dimiliki masing-masing.

Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan

memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator

dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama,

suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap

empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan

memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (dalam Effendy, 2000:18)

I.5.2) Komunikasi Organisasi

Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik

organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan,

maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah

(28)

Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi

merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang

dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan

tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:

1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.

2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana

yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam

organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication)

yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari

Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu

jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of

messages within a network of interdependent relationships).

Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam

organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing

arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald

Adler dan George Rodman (1997:18) dalam buku Understanding Human

Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus

komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang

yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.

(29)

a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)

c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)

d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan

(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari

bawah ke atas ini adalah:

a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para

karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus

komunikasi horisontal ini adalah:

a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik

e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

I.5.3) Jaringan Komunikasi dalam Organisasi

Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana

informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut

mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota

(30)

Gambar 1.

Jaringan komunikasi (dalam Golghaber, Gerald, M, 1990:56)

Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan

organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi

hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang

dan dua orang lainnya—satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri.

Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai

komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi

dan lebih bawah. Meskipun rantai tersebut hanya memiliki kapasitas dua-jalur, ini

digunakan terutama untuk komunikasi kebawah. Jaringan roda memasukkan satu

orang yang berkomunikasi dengan masing-masing dari sejumlah orang lainnya.

Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi

kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada jaringan ini, seperti

pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi

disentralisasi/dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan

orang-orang tertentu saja.

Pada jaringan pinwheel, seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi

dengan setiap orang lainnya. Pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur

(31)

memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih

efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif, sedangkan strukur desentralisasi

lebih bagus untuk pergerakan informasi yang cepat.

I.5.4) Komunikasi Horizontal dalam Organisasi

Komunikasi horizontal menurut Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss (1996:167)

terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.

Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang

sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.

Tujuan dari komunikasi horizontal (dalam Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss 1996

: 167) adalah :

1. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan 3. Untuk memecahkan masalah

4. Untuk memperoleh pemahaman bersama

5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan 6. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona

Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis

kontak antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung

menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi,

interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan,

kegiatan sosial dan lingkaran kualitas.

Mengapa pendelegasian dari atasan ke bawahan seringkali tidak berhasil baik?

Mengapa banyak iklan yang tidak sukses mempromosikan produknya? Mengapa

sering kali kesepakatan bisnis terhambat dan gagal? Mengapa seringkali pergaulan

tidak berkembang? Semua hal ini mungkin terjadi karena cara kita berkomunikasi

(32)

Yang dimaksud dengan komunikasi horizontal disini adalah komunikasi yang

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan yang sama, posisi yang sama,

jabatan se-level, eselon yang sama, dll. Untuk berkomunikasi dengan baik antar

sesama rekan kerja atau teman yang notabene-nya memiliki tingkat, latar belakang

pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama dengan kita, ada beberapa hal yang

harus diingat.

Pertama, tentang pemilihan dan penggunanaan diksi yang sesuai dengan orang

yang tengah kita ajak bicara. Jangan menggunakan kata-kata teknis yang kerap kita

gunakan di bidang/departemen yang kita geluti. Hal ini bukan hanya menimbulkan

ketidakmengertian orang-orang dari lintas departemen yang kita ajak bicara,

melainkan juga bisa menuai rasa antipati karena dianggap terlalu menyombongkan

diri dengan penggunaan kata-kata tersebut (walaupun hal itu tidak diniatkan).

Kedua, yang harus diperhatikan dalam komunikasi di level yang sama ini

adalah faktor psikologis orang yang kita ajak bicara. Artinya, jangan memberikan

sebuah informasi dengan cara ’menggurui’ seolah-olah orang yang kita ajak bicara itu

tidak mengerti. Pemahaman situasi psikologis ini akan menyebabkan kita memilah

dan memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang sejajar tersebut.

Ketiga, bahasa tubuh yang digunakan tidak boleh yang bersifat agresif dan

invasif. Setiap gerak tubuh harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga tidak ada

pihak yang merasa tersenggol ’ego’-nya secara negatif dan destruktif. Ketiga faktor

berkomunikasi secara horizontal ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal

kepada penuturnya jika dicamkan dan dilaksanakan dengan baik pada saat

(33)

status ekonomi, posisi kerja, pengalaman dan pengetahuan, dll. (Stewart

L.Tubbs-Sylvia Moss 1996 : 168)

Lateral atau horizontal communication mengambil tempat satu level dalam

organisasi. Sebagai contoh, di dalam tim, diantara kepala departemen dan diantara

pengkoordiansi dan peranan penghubung. Terkadang, semakin cepat dan semakin

efektif sebuah pesan terkirim secara horizontal daripada upward maupun downward.

Horizontal communication yang bagus sering menghalangi persaingan,

perilaku teritorial, dan spesialisasi fungsi pekerjaan yang berlebihan, yang dapat

semakin mempertegas batas in group/out group, penggunaan jargon ataupun

meniadakan kode-kode dan keseganan untuk membagi informasi.

Komunikasi lateral atau horisontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan

departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan kerja mereka. Karena

jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi lateral ini lebih cepat daripada

komunikasi ke atas atau ke bawah secara hirarkis. Komunikasi horisontal terjadi

antara orang-orang yang pada tingkat yang sama atau orang-orang yang pada tingkat

yang berhubungan pada divisi yang berbeda dalam suatu organisasi.

Komunikasi horisontal yang efektif dapat membantu orang-orang untuk

mengkoordinasikan proyek menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan

informasi, memecahkan konflik-konflik dan membuka jalan bagi terciptanya

hubungan-hubungan bisnis. Seringkali komunikasi horisontal terhalang karena

kecemburuan, hambatan spesialisasi teknis, atau lokasi yang terpisah dan terlalu

banyak arus informasi yang diterima pegawai untuk memproses data secara tepat.

Sebagi contoh, orang-orang pada suatu unit mungkin merasa bahwa mereka bersaing

(34)

sebagainyap dan mungkin berupaya membatasi jumlah informasi yang dibagikan.

Oleh karena itu manajer yang berwawasan luas akan menciptakan suatu lingkungan

yang lebih menghargai suatu bentuk kerjasama daripada persaingan jadi. Mereka

berupaaya meningkatkan lingkungan komunikasi seluruh organisasi. Pengenalan dan

penghargaan terhadap suatu kelompok-suatu tim- pegawai adalah satu cara untuk

mendorong rasa jiwa kerja sama.

1.5.5) Efektivitas kerja

Efektivitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang

diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya

sebagai berikut :

Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu

pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut

dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. efektifitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas,

kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya

sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelas bila sasaran atau tujuan

yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka pekerjaan akan

efektif, sebaliknya bila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan,

(35)

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari

tingkat efektifitas dapat digunakan rumus: “Efektifitas = Ouput Aktual/Output

Target= 1, jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau

sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Jika output aktual berbanding

output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai”.

Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas dan kerja. Menurut

Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu

pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit

keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat

diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

I.6. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut:

Gambar 1.2 Model Teoritis

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat

mengantar peneliti pada rumusan hipotesa.

KOMUNIKASI

HORIZONTAL

(36)

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka

konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal yaitu terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan

sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang

ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai

atasan yang sama.

b. Efektivitas Kerja

efektifitas kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah

ditetapkan, artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat

tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab

bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Diukur dengan indikator kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan

pekerjaan, teknik penyelesaian pekerjaan, keterampilan melaksanakan proses

pekerjaan, mutu/kualitas pekerjaan yang dihasilkan, kemampuan, menyelesaikan

pekerjaan

Konseptualisasi

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Komponen

Komunikasi Horizontal •

Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

• Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan

• Untuk memecahkan masalah

• Untuk memperoleh pemahaman bersama

• Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan

(37)

Komponen

Efektifitas kerja

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran telah tercapai

1. kuantitas,

2. kualitas,

3. waktu

1.8. Deskripsi Operasional Variabel

Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk

menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun sebagaimana dikutip Ridwan

(2004) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian

yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.:

1. Variabel Komunikasi Horizontal

Variabel Komunikasi Horizontal terdiri dari:

a. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan c. Untuk memecahkan masalah

d. Untuk memperoleh pemahaman bersama

e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan f. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona

2. Variabel Eefektifitas Kerja

terdiri dari: efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau

seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai.

1. kuantitas,

2. kualitas,

(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Komunikasi

II.1.1) Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam

kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia

mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi

timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung

arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari

bahasa latin communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang

merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan

bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

(Wiryanto,2004:5)

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in

Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what

effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell

ada lima, yaitu:

(39)

2. Pesan (Message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)

5. Efek (Effect, impact, influence)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian,

kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi adalah:

- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan

- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang

berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan

dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan

sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih

(40)

komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan

dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah

pengalaman yang dimiliki masing-masing.

Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan

memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator

dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama,

suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap

empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan

memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000:18)

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,

jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut

jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada

tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai

pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

II.1.2) Komponen Komunikasi a. Lingkungan komunikasi

Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau

berwujud.

2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka

yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di

mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup

rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau

(41)

3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah

dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi

janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana

persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat

menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan

malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak

perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.b. Sumber-Penerima

Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak

terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi

adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda

mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh.

Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda

menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda

sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari

orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan

penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk

mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,

persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini,

(42)

c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan

(misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan

menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar

kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita

melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau

membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara

atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda

melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder

(encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya

sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak

terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara

simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari

pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk

berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini

mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam

mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya,

pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar

tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan

(43)

kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian

dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak

pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin

tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan

komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan

kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi

perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk

mengungkapkan diri.

e. Pesan

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan

menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita.

Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau

tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara

nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara

kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.

tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan

komunikasi.f. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali

komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau

empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap

muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan

isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga

memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling

(44)

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan

balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal

komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain

dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya,

dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri.

Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa

yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain.

Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman,

anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya

adalah bentuk umpan balik.

h. Gangguan

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi

pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam

mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini

membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini

dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang

sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi

mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali,

kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih

akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta

meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan

balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.i. Efek Komunikasi

(45)

yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada

konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar

bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah

efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap

baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak

afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara

melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut;

ini adalah dampak atau efek psikomotorik.j. Etik dan Kebebasan Memilih

Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena

komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap

tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip komunikasi yang efektif,

prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan. Seringkali kita dapat mengamati

dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip

komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau

ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya

dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman

yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah

merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita

ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di

samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan

kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk

(46)

memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang

akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih

seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang

relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis

adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara

normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal

akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja

membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian

mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil

(jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa

persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan

berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan

secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam

situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai

contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan

sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis

obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga,

seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk

mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi

kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan

kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam

(47)

setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri.

Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain

untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk

mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban

pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang

dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

II.1.3) Tujuan Komunikasi

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini.

Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka

yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun

tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi

berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan

komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun

hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold

dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a. Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal

discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri

sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian

besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain

selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh

umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari

(48)

jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita

merasa "normal."

Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses

perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat,

nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri

sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita

sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga

memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek,

peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media

komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,

pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang

dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita

peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari

media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau

(49)

b.Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang

lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa

dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.

Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan

memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di

kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua,

anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.

c. Untuk meyakinkan

Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap

dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan

untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih

banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui

media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan

itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada

biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan

komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi

antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan

antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita

berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli

produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu,

meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan

tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari

komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

Gambar

Gambar 1.  Jaringan komunikasi (dalam Golghaber, Gerald, M, 1990:56)
Tabel  1 Unit Pelaksana Organisasi
Tabel 5.2   Kedudukan / Jabatan Responden
Tabel 3   Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen kelas merupakan segala kegiatan guru di kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dipahami bahwa penggunaan metode Problem Solving dapat membantu untuk meningkatkan berpikir kritis siswa besiswa,

Kalkulasi waktu yang diperlukan untuk suatu proses perakitan 8 buah generator adalah pencampuran 99Mo dengan PZC dalam kolom reaksi (1,5 jam), pemanasan (3 jam), pemindahan

Uji coba terhadap produk bahan bacaan cerita bergambar berorientasi pendidikan karakter untuk pembelajaran membaca siswa kelas II SD melalui tahap validasi ahli materi dan

Puncak konsentrasi hormon testosteron individu tahap ranggah keras (34,1 ng/ml) pada penelitian ini lebih tinggi dibanding penelitian sebelumnya pada musim kawin spesies

Bank syariah salah satu tujuannya ialah profit oriented sebagai intermediary finansial institution disamping sebagai lembaga baitul maal Bank syariah bisa menerima dana

Tujuan utama dari integrasi teknologi dan perangkat pintar adalah untuk menciptakan lingkungan yang cerdas di mana pembelajaran konsisten dengan kebutuhan dan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data penelitian tentang pengaruh ekspor, impor, dan pembayaran utang luar negeri terhadap cadangan devisa negara Indonesia tahun