• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif Dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Pasca Tambang Emas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif Dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Pasca Tambang Emas"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF DAN

PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN

(

Toona sureni

Merr) PADA TANAH PASCA

TAMBANG EMAS

Oleh

Lindrayana Dekawati Manik 071202007/Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KOMBINASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF DAN

PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN

(

Toona sureni

Merr) PADA TANAH PASCA

TAMBANG EMAS

SKRIPSI

Oleh

Lindrayana Dekawati Manik 071202007/Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGARUH KOMBINASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF DAN

PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN

(

Toona sureni

Merr) PADA TANAH PASCA

TAMBANG EMAS

SKRIPSI

Oleh

Lindrayana Dekawati Manik 071202007/Budidaya Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif dan pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni

Merr.) pada Tanah Pasca Tambang Emas. Nama Mahasiswa : Lindrayana Dekawati Manik

NIM : 071202007 Program studi : Kehutanan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Deni Elfiati SP, MP Dr. Delvian SP, MP Ketua Anggota

Mengetahui,

(5)

ABSTRAK

LINDRAYANA D. MANIK: Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) pada Tanah Pasca Tambang Emas, dibimbing oleh DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Kegiatan penambangan mengakibatkan kerusakan pada lahan baik fisik, kimia, maupun biologi tanah. Selanjutnya tanah kekurangan unsur hara, pH rendah, pencemaran, serta berkurangnya aktivitas mikroba tanah. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang mengkombinasikan arang kompos bioaktif dan pupuk NPK yang diaplikasikan pada tanah pasca tambang dan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit suren. Penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU pada Juni – Agustus 2011 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu dosis arang kompos bioaktif (0 kg/polybag, 1 kg/polybag (1:1 dengan tanah), dan 1,34 kg/polybag (2:1 dengan tanah) dan dosis pupuk NPK (0, 0,25, 0,50, 0,75, dan 1,00 g per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering, luas daun, dan rasio tajuk akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis arang kompos bioaktif berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Namun dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kombinasi arang kompos bioaktif dengan pupuk NPK berpengaruh nyata hanya pada tinggi tanaman dan diameter batang. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg/polybag dengan pupuk NPK 1 g per tanaman. Namun antara seluruh dosis pupuk NPK pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Dengan demikian, penggunaan arang kompos biaoktif tanpa pupuk NPK telah memberikan hasil yang baik.

(6)

ABSTRACT

LINDRAYANA D. MANIK: Effect of Combination Charcoal Bioactive Compost and NPK Fertilizer Growth Of Seeds Suren (Toona sureni Merr) on Gold Post-Mine Land, Supervised by Deni ELFIATI and DELVIAN.

Mining activities resulted in damage to the land either physical, chemical, and biological of soil. Furthermore, soil nutrient deficiency, low pH, pollution, and reduced soil microbial activity. Therefore carried out research which combines charcoal bioactive compost and NPK fertilizer applied to post-mining land and seen the effect on growth of seedlings suren. Research has been conducted in the screen house at Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which start from June - August 2011 using a completely randomized factorial design of two factors: dose of charcoal compost biokatif (0 kg / polybag, 1 kg / polybag (1:1 with soil), and 1,34 kg / polybag (2:1 with soil) and NPK fertilizer doses (0, 0,25, 0,50, 0,75, and 1,00 g per plant). The parameters observed were plant height, stem diameter, dry weight, leaf area, and the ratio of the root crown.

The results showing that doses of charcoal compost bioactive significantly influenced all parameters. The dose of NPK fertilizer did not significantly affect all parameters. Combination of charcoal compost bioactive with NPK fertilizer only real effect on plant height and trunk diameter. The best results were obtained on a combination of charcoal compost bioactive 1 kg/ polybag with 1 g of NPK fertilizer per plant. But between all doses of NPK fertilizer in all treatments were not significantly different. Thus, the use of charcoal compost without fertilizer NPK biaoktif has given good results.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Judul dari skripsi ini adalah adalah “Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Suren

(Toona sureni Merr.) pada Tanah Pasca Tambang Emas”. Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis yang telah banyak

memberikan dukungan doa baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada komisi pembimbing yaitu Dr. Deni Elfiati, SP, MP sebagai ketua dan Dr. Delvian SP, MP sebagai anggota. Serta kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan hasil penelitian ini.

Akhirnya, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2011

(8)

DAFTAR ISI

Manfaat arang kompos bioaktif ... 6

Pupuk Majemuk NPK ... 7

Sifat Kimia Tanah ... 9

Derajat kemasaman (pH) tanah ... 9

Kapasitas tukar kation (KTK)... 10

Bahan organik ... 11

Analisis tanah setelah panen ... 20

Parameter pengamatan ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Tinggi tanaman ... 23

(9)

Bobot kering tanaman ... 26

Luas daun ... 27

Rasio tajuk akar ... 28

Kondisi kimia tanah ... 28

Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis metode analisis kimia tanah ... 21

2. Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang dianalis ... 23

3. Hasil analisis tanah awal ... 29

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman... 24 2. Rata-rata pertambahan diameter tanaman ... 25 3. Rata-rata bobot kering tanaman dengan faktor tunggal arang kompos

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Tabel rataan pengukuran tinggi bibit suren dan analisis sidik ragam

pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca

tambang emas ... 41

2. Tabel rataan pengukuran diameter bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas ... 43

3. Tabel rataan pengukuran bobot kering tanaman dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas ... 45

4. Tabel rataan pengukuran luas daun dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas ... 46

5. Tabel rataan pengukuran ratio tajuk akar dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas ... 47

6. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah ... 48

7. Data hasil analisis tanah ... 49

8. Data analisis kandungan unsur hara arang kompos ... 50

(13)

ABSTRAK

LINDRAYANA D. MANIK: Pengaruh Kombinasi Arang Kompos Bioaktif dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) pada Tanah Pasca Tambang Emas, dibimbing oleh DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Kegiatan penambangan mengakibatkan kerusakan pada lahan baik fisik, kimia, maupun biologi tanah. Selanjutnya tanah kekurangan unsur hara, pH rendah, pencemaran, serta berkurangnya aktivitas mikroba tanah. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang mengkombinasikan arang kompos bioaktif dan pupuk NPK yang diaplikasikan pada tanah pasca tambang dan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit suren. Penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU pada Juni – Agustus 2011 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu dosis arang kompos bioaktif (0 kg/polybag, 1 kg/polybag (1:1 dengan tanah), dan 1,34 kg/polybag (2:1 dengan tanah) dan dosis pupuk NPK (0, 0,25, 0,50, 0,75, dan 1,00 g per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering, luas daun, dan rasio tajuk akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis arang kompos bioaktif berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Namun dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kombinasi arang kompos bioaktif dengan pupuk NPK berpengaruh nyata hanya pada tinggi tanaman dan diameter batang. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg/polybag dengan pupuk NPK 1 g per tanaman. Namun antara seluruh dosis pupuk NPK pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Dengan demikian, penggunaan arang kompos biaoktif tanpa pupuk NPK telah memberikan hasil yang baik.

(14)

ABSTRACT

LINDRAYANA D. MANIK: Effect of Combination Charcoal Bioactive Compost and NPK Fertilizer Growth Of Seeds Suren (Toona sureni Merr) on Gold Post-Mine Land, Supervised by Deni ELFIATI and DELVIAN.

Mining activities resulted in damage to the land either physical, chemical, and biological of soil. Furthermore, soil nutrient deficiency, low pH, pollution, and reduced soil microbial activity. Therefore carried out research which combines charcoal bioactive compost and NPK fertilizer applied to post-mining land and seen the effect on growth of seedlings suren. Research has been conducted in the screen house at Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which start from June - August 2011 using a completely randomized factorial design of two factors: dose of charcoal compost biokatif (0 kg / polybag, 1 kg / polybag (1:1 with soil), and 1,34 kg / polybag (2:1 with soil) and NPK fertilizer doses (0, 0,25, 0,50, 0,75, and 1,00 g per plant). The parameters observed were plant height, stem diameter, dry weight, leaf area, and the ratio of the root crown.

The results showing that doses of charcoal compost bioactive significantly influenced all parameters. The dose of NPK fertilizer did not significantly affect all parameters. Combination of charcoal compost bioactive with NPK fertilizer only real effect on plant height and trunk diameter. The best results were obtained on a combination of charcoal compost bioactive 1 kg/ polybag with 1 g of NPK fertilizer per plant. But between all doses of NPK fertilizer in all treatments were not significantly different. Thus, the use of charcoal compost without fertilizer NPK biaoktif has given good results.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan penambangan terbuka yang didahului dengan pembukaan lahan

(land clearing), pengikisan lapisan tanah atas, pengerukan dan penimbunan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa meningkatnya laju erosi, aliran permukaan (run-off), sedimentasi dan rusaknya wilayah penangkap air (watershed areas) serta terganggunya tingkat stabilitas lahan. Dampak lainnya berupa gangguan terhadap status biodiversity jenis-jenis tanaman lokal, habitat satwa dan rusaknya bentang alam yang asli (Setiadi, 2006).

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) kesuburan tanah diartikan sebagai kesanggupan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanaman dapat menghasilkan secara maksimal bila tanaman itu tumbuh dalam keadaan subur dan faktor-faktor di luar kesuburan sekitar tanaman tersebut menunjang pertumbuhan tadi secara optimal.

Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik sehingga sangat penting dilakukan penambahan bahan organik ke dalam tanah melalui pupuk organik. Dengan bantuan jasad renik yang ada dalam tanah maka bahan organik akan berubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan tanah. Selain itu, pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Musnawar, 2003).

(16)

membangun kembali kesuburan tanah adalah dengan penambahan arang. Hal ini dimungkinkan karena arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan kebutuhan tanaman (slow release). Dari beberapa pengamatan ternyata penambahan arang dapat meningkatkan aktivitas mikroba perombak bahan organik tanah, selain juga dapat meningkatkan populasi bakteri pengikat N dalam tanah (Gusmailina, 2009).

Jumlah lahan kritis di Indonesia diperkirakan ± 30 juta ha. Sekitar 20% dari jumlah tersebut adalah lahan terdegradasi bekas penambangan (emas, timah, batu bara, dan lain-lain), sedang sisanya merupakan lahan kritis akibat penebangan hutan atau bencana alam (Hidayati, 1999). Untuk wilayah Sumatera Utara luas lahan kritis berdasarkan data Departemen Kehutanan (2007) yaitu seluas 6.745.587,5 ha sedangkan untuk lahan yang sangat kritis yaitu seluas 19.002.250,3 ha.

(17)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan tanaman suren (Toona sureni Merr.) pada tanah pasca tambang emas.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Interaksi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman suren.

2. Setiap taraf pada arang kompos bioaktif memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman suren.

3. Setiap dosis pupuk NPK memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman suren.

Manfaat Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2009) yaitu suatu lahan baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau yang diharapkan. Menurunnya fungsi tersebut akibat dari penggunaan lahan yang kurang atau tidak memperhatikan teknik konservasi tanah sehingga menimbulkan erosi dan tanah longsor yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah, tata air, dan lingkungan. Salah satu karakteristik lahan kritis adalah lahan yang kondisinya mengalami cengkraman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai media penyimpanan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang menjadi tidak maksimal.

Salah satu cara untuk memulihkan fungsi lahan agar berfungsi kembali yaitu dengan pemberian bahan organik. Fungsi penting bahan organik antara lain memperbaiki strukstur tanah dan daya simpan air, mensuplai nitrat, sulfat, dan asam organik untuk menghancurkan mineral, mensuplai nutrisi, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan daya ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi bagi organisme (Syukur dan Harsono, 2008)

A. Arang Kompos Bioaktif

(19)

kompos. Apabila diberikan ke tanah, mikroba tersebut berperan secara hayati sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain arkoba adalah keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah akan ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Oleh sebab itu arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah yang tak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia (Gusmailina, 2009).

Tujuan penambahan arang pada proses pengomposan, selain untuk meningkatkan kualitas dari kompos tersebut, juga diharapkan dengan adanya arang pada pengomposan akan menambah jumlah dan aktivitas mikroorganisme yang berperan, sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat. Beberapa hasil aplikasi skala laboratorium menunjukkan bahwa penambahan 20 % arang kompos serasah campuran pada media tanaman mengkudu sampai umur 4 bulan dapat meningkatkan pertumbuhan (tinggi dan diameter) tanaman sebesar 2,7 kali. Pada tanaman jati putih (Gmelina arborea) penambahan 20-30 % arang kompos serbuk gergaji meningkatkan pertumbuhan tanaman 2,2 kali sampai umur 3,5 bulan (Komarayati et al., 2002).

(20)

memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (Gusmailina, 2009).

Manfaat arang kompos bioaktif

Menurut Gusmailina (2009), arang kompos bioaktif memiliki manfaat sebagai berikut:

• Arang kompos dapat ditingkatkan menjadi pupuk organik melalui

pengkayaan unsur hara dengan bahan-bahan organik alam.

• Memacu perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar

tukar kation (KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah.

• Arang kompos mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos karena

keberadaan arang yang menyatu dalam kompos. Morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karena hara tersebut tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.

• Penggunaan arang kompos merupakan upaya untuk menjaga stabilitas bahan

(21)

Bahan baku yang dapat dibuat arang sebagai pencampur arang kompos antara lain adalah serbuk gergaji sekam padi, kulit kayu, limbah pertanian dan perkebunan seperti tongkol jagung, tempurung kelapa/kelapa sawit. Bahan yang dapat dibuat untuk kompos antara lain adalah serbuk gergaji, serasah tumbuhan hutan atau dedaunan seperti, serasah tusam, serasah mangium, atau campuran limbah organik pertanian seperti, limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol jagung, sampah organik pasar, atau kotoran hewan (Gusmailina, 2009).

Hasil penelitian pendahuluan Gusmailina et al. (1999), menunjukkan bahwa pemberian arang dan arang aktif bambu sebagai campuran media tanam dapat meningkatkan persentase pertumbuhan baik pada tingkat semai maupun anakan (seedling) dari Eucalyptus urophylla. Pemberian arang serbuk gergaji dan arang sarasah dapat meningkatkan pertumbuhan anakan Acacia mangium dan

Eucalyptus citriodora lebih dari 30 % dibanding tanpa pemberian arang, begitu juga pemberian arang di lapangan dapat meningkatkan diameter batang tanaman

E. urophylla.

B. Pupuk NPK Majemuk

(22)

mineral yang larut di dalam air dan mudah hilang karena penguapan atau tercuci oleh air. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi masam, kecuali yang telah mendapat perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg. Ada juga unsur hara yang terikat oleh koloid tanah, bahkan ada yang menghambat ketersediaan unsur hara lain. Di dalam tanah, unsur hara tersebut saling berinteraksi. Keragaman reaksi dan interaksi unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap efisiensi pemberian pupuk (Novizan, 2002).

Pupuk majemuk adalah jenis pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara esensial. Unsur hara esensial tersebut terdiri dari unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Dalam proses pembuatannya mencampur beberapa bahan pupuk, maka dapat terjadi berbagai reaksi kimia yang menghasilkan sifat kimia dan fisik tertentu. Secara umum ada tiga bentuk pupuk majemuk yaitu pupuk majemuk non granular, granular, dan pupuk cair (Damanik et al.,2010).

(23)

C. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah dapat diartikan sebagai keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah (Notohadiprawiro, 1999). Tanah berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel akan menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas. Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas dibanding 2 fraksi lainnya. Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah (Hanafiah, 2005).

Derajat kemasaman (pH) tanah

Reaksi tanah (pH) sangat berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya suatu tanaman hidup pada suatu lahan. Masing-masing jenis tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak sesuai dengan persyaratan fisiologisnya, pertumbuhan tanaman akan terhambat atau bahkan mati. Kemasaman tanah berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup dan kurangnya unsur hara yang tersedia. Dalam hal ini pada pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik, pada pH dibawah 6,0 unsur P, Ca, Mg, ketersediannya kurang. Ketersediaan unsur hara makro dinyatakan buruk sekali pada pH dibawah 4,0. Ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan demikian meningkat pada pH rendah dimana tanaman akan mengalami keracunan (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2005).

(24)

yang sulit tersedia di dalam tanah antara lain kalsium, magnesium, fosfor, dan molibdenum. Kalau unsur hara tersebut sangat kurang, tanaman yang ditanam pada tanah tersebut akan menderita seumur hidupnya. Akibat terparah ialah tanaman akan keracunan Al karena terlarut di dalam tanah. Al tidak bersifat racun kalau terikat oleh tanah. Tanah asam umumnya terdapat di daerah yang bercurah hujan tinggi dan beririgasi tidak lancar sehingga kelebihan air. Air yang berlebihan ini dapat mempercepat hancurnya mineral. Padahal mineral inilah yang menghasilkan zat yang dibutuhkan tanaman (Novizan, 2002).

Pentingnya pH tanah menurut Hardjowigeno (1987) : (1) dapat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, (2) dapat menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, (3) dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Muatan negatif dari koloid tanah dinetralkan oleh kation. Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan permukaan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation yang dinyatakan dalam me/100 g koloid. Koloid tanah dapat menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation, yang biasanya adalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe, dan H (Damanik et al., 2010).

(25)

tanah, semakin subur tanah tersebut. Demikian juga kemampuan menyerap pupuknya juga semakin tinggi. Kapasitas tukar kation setiap jenis koloid tanah berbeda-beda. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik, seperti kompos atau pupuk kandang (Novizan, 2002).

Bahan organik

Penimbunan dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang telah mati serta hasil-hasil buangan hewan yang sebagian besar telah mengalami dekomposisi dinamakan bahan organik. Sumber utama bahan organik tanah ialah jaringan tanaman berupa daun, batang/cabang, ranting, buah, maupun akar yang berupa serasah atau sisa-sisa tanaman. Sumber sekunder berupa jaringan organik fauna. Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah, jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Bahan organik tanah dapat memperbaiki struktur dan konsistensi tanah dan dengan demikian dapat memperbaiki aerasi, permeabilitas, dan kemampuan tanah menyimpan air (Notohadiprawiro, 1999).

Pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah menurut Hakim et al.

(1986) adalah :

a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat

c. Unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga terhindar dari pencucian, kemudia tersedia kembali.

(26)

Nitrogen (N)

Tanaman menyerap unsur N terutama dalam bentuk NO3-. Namun bentuk lain yang juga dapat diserap adalah NH4+. Dalam keadaan aerasi baik senyawa-senyawa N akan dirubah dalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil (Nyakpa et al., 1988).

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman. Sekira 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, atau perkembangan batang dan daun. Memasuki tahap pertumbuhan generatif, kebutuhan nitrogen mulai berkurang. Tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 2002).

Menurut Sutejo (2002), fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman

2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning)

(27)

4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan

5. Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah. Sebagaimana diketahui hal tersebut penting sekali bagi kelangsungan pelapukan bahan organik.

Fosfor (P)

Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, PO42-, atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut di dalam air. Mungkin hanya 1% fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2002).

Secara umum, fungsi dari P dalam tanaman menurut Sutejo (2002) dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya.

(28)

Kalium (K)

Senyawa K hasil pelapukan mineral, di dalam tanah dijumpai dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan induk pembentuk tanah dan hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam tanah (Hanafiah, 2005).

Berlainan dengan N dan P, pada tanah-tanah mineral pada umumnya kalium (K) tanah tinggi, bahkan unsur ini di dalam tanah lebih banyak bila dibandingkan dengan unsur lainnya. Unsur kalium terdapat pada lapisan tanah olah bisa mencapai 40-60 kg K2O per ha. Hal ini merupakan angka yang umum namun unsur kalium dapat dipertukarkan dalam larutan tanah hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit (Soegiman, 1982; Soepardi, 1983).

Menurut Sutejo (2002), pada tanaman unsur hara K berperan membantu: 1. Pembentukan protein dan karbohidrat

2. Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman 3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit 4. Meningkatkan kualitas biji dan buah

D. Tanaman Suren (Toona sureni Merr.)

(29)

Pohon suren tergolong pohon besar dengan bentuk batang lurus dan dapat mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang mencapai 25 m dan diameter sekitar 100 cm, bahkan di daerah pegunungan dapat mencapai diameter hingga 300 cm, pertumbuhannya tergolong cepat (fast growing). Permukaan kulit batang pecah-pecah seolah tumpang tindih seperti kulit buaya, berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat gelap dan mengeluarkan aroma khas apabila dipotong. Suren (Toona sureni Merr.) memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona

Species : Toona sureni Merr.

Suren menyebar dari daratan Asia mulai dari Nepal, India, Burma (Myanmar), Cina, Thailand, Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Suren juga memiliki banyak nama daerah sesuai dengan daerah penyebarannya, seperti suren, ingul, surian, surian amba (Sumatera), Surian wangi (Malaysia), danupra (Philippina), ye tama (Myanmar), surian (Thailand), dan nama dagangannya adalah Limpaga (Djam’an dan Ochsner, 2002).

(30)

terbukti efektif sebagai repellant (pengusir dan penolak) serangga, dan daunnya juga dapat diekstrak sebagai antibiotik dan bioinsektisida. Buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Kulit dan akar suren dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat diare karena mengandung senyawa diarrhoea. Kayu suren dapat dipergunakan sebagai kayu perkakas, peti kemas, kotak cerutu, kayu bangunan, plywood, kayu perkapalan, kayu ukiran, furniture,

panel dekoratif, alat musik, finir dan lain-lain. Suren tumbuh baik dari dataran rendah hingga ketinggian 2.700 m diatas permukaan laut, namun tumbuh optimal pada ketinggian 600-2.000 m diatas permukaan laut dengan suhu udara sekitar 22oC (Djam’an dan Ochsner, 2002).

E. Pertumbuhan Tanaman

(31)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sebagai tempat pemeliharaan bibit. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pengambilan tanah dilakukan di areal pasca tambang emas Kelurahan Simpang Gambir, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil secara komposit dari areal pasca tambang emas, arang kompos bioaktif yang diperoleh dari kelompok tani binaan Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, semai suren (Toona sureni Merr.) yang berumur kurang lebih 2 bulan dan siap untuk dipindahkan ke polybag, label, pupuk NPK 15-15-15, dan air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari cangkul, plastik kantungan, kantung koran, spidol, ayakan, polybag ukuran 15 cm x 20 cm, jangka sorong, penggaris, timbangan, alat tulis, oven, pH meter dan kamera digital.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor dan 4 ulangan yakni :

(32)

A0 = hanya tanah top soil

A1 = arang kompos bioaktif 0,66 kg : tanah top soil 1,34 kg (1 : 2) A2 = arang kompos bioaktif 1 kg : tanah top soil 1kg (1 : 1) Faktor 2 : dosis pupuk NPK yaitu:

P0 = 0,00 g/bibit P1 = 0,25 g/bibit P2 = 0,50 g/bibit P3 = 0,75 g/bibit P4 = 1,00 g/bibit

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut : A0P0 A1P0 A2P0 A0P1 A1P1 A2P1 A0P2 A1P2 A2P2 A0P3 A1P3 A2P3 A0P4 A1P4 A2P4

Dengan demikian jumlah perlakuan (3 x 5) x 4 = 60 satuan percobaan.

Model linier Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + ɛij Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan pemberian arang kompos bioaktif ke-i dan ulangan ke-j.

µ = Nilai tengah umum

(33)

βj = pengaruh pemberian pupuk NPK majemuk dosis ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi pemberian arang kompos bioaktif taraf ke-i dengan

pemberian pupuk NPK majemuk dosis ke-j

ɛij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan pemberian arang kompos

bioaktif taraf ke-i dan pemberian pupuk NPK majemuk dosis ke-j.

Untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan maka akan dilakukan analisis sidik ragam (Anova). Apabila Fhitung nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan (Duncan Multiple Range Test).

Prosedur Penelitian 1. Pengambilan tanah

Contoh tanah diambil secara zig-zag dari 15 titik dengan menggunakan cangkul, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan menggunakan cangkul. Contoh tanah dari masing-masing titik dikompositkan secara merata. Lapisan tanah yang diambil adalah lapisan tanah atas (top soil) yaitu lapisan 0 – 20 cm. Selanjutnya tanah dari lapangan dikeringudarakan kemudian diayak dan diambil sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan analisis di laboratorium serta untuk keperluan media tanam.

2. Analisis tanah awal

(34)

digunakan data sekunder kandungan unsur hara arang kompos bioaktif sesuai dengan pedoman pengharkatan hara kompos oleh Biotrop untuk mengetahui komposisi unsur-unsur hara yang terkandung pada arang kompos bioaktif tersebut.

3. Penanaman

Penelitian ini menggunakan bibit tanaman suren (Toona sureni Merr.) yang telah dikecambahkan dan siap dipindahkan ke polybag. Pertumbuhan tanaman suren ini dianggap sebagai respon dari kombinasi pemberian arang kompos bioaktif dan pupuk NPK.

Media tanam yang digunakan adalah top soil dari lahan pasca tambang emas. Masing-masing polybag diisi tanah top soil sesuai dengan perlakuan masing-masing.

4. Pemupukan NPK

Pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK majemuk dilakukan pada awal penanaman. Pupuk NPK ditaburkan di sekeliling tanaman sesuai perlakuan masing-masing seperti yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Pemeliharaan

Tanaman dipelihara selama kurang lebih 3 bulan. Untuk pemeliharaan, bibit suren disiram 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Selain penyiraman, bibit secara teratur juga dibersihkan dari gulma.

6. Analisis tanah setelah panen

(35)

Parameter Penelitian

1. Parameter kimia tanah yang diukur

Data-data yang di dapat dari hasil analisis disajikan dalam tabel dan histogram. Parameter kimia tanah yang digunakan adalah pH tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan C-organik .

Tabel 1. Jenis metode analisis kimia tanah

No Jenis Analisis Metode Analisis

1 pH tanah (H2O) Elektrometris (pH meter)

2 KTK Ekstraksi NH4Oac

3 C-organik Walkley and Black

2. Parameter pertumbuhan tanaman

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati pada penelitian adalah sebagai berikut:

a. Tinggi bibit

Pengambilan data tinggi tanaman dilakukan sejak hari pertama bibit ditanam. Pengukuran ini menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi diukur mulai dari pangkal batang tanaman yang telah diberi tanda sampai dengan titik tumbuh tertinggi. Dengan demikian, kesalahan pada saat pengukuran dapat dihindari.

b. Diameter bibit

(36)

polybag. Pada tanaman diberi tanda 1 cm dari atas permukaan tanah dan untuk selanjutnya pengukuran diameter dilakukan pada tempat yang sama.

c. Bobot kering tajuk

Analisis bobot kering tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen yaitu pada umur 10 MST. Bibit suren dipisahkan bagian atas (cabang, batang, dan daun) dengan bagian perakaran tanaman. Bagian atas tanaman terlebih dahulu ditimbang dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong koran yang telah dilubangi serta diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian dioven pada suhu 70oC selama 48 jam, lalu bagian atas tanaman ditimbang kembali untuk mendapatkan data bobot kering bagian atas tanaman.

d. Bobot kering akar

Bobot kering akar juga dianalis dengan cara yang sama dengan analisis bobot kering bagian atas tanaman. Akar tanaman terlebih dahulu ditimbang, dimasukkan ke dalam kantung koran yang telah dilubangi dan diberi label sesuai dengan perlakukan masing-masing, dioven pada suhu 70oC selama 48 jam, lalu bagian akar tanaman ditimbang kembali.

e. Luas permukaan daun

Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas permukaan daun dihitung dengan menggunakan program AutoCad. Untuk prosedur pengukuran luas daun dapat dilihat pada Lampiran 9.

f. Rasio tajuk akar

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang dianalisis yang ditunjukkan oleh Tabel 2 memperlihatkan bahwa kombinasi arang kompos bioaktif hanya memberikan pengaruh terhadap tinggi dan diameter batang tanaman suren. Faktor tunggal arang kompos bioaktif memberikan pengaruh terhadap seluruh parameter yang dianalisis, sedangkan faktor tunggal pupuk NPK tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman suren.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang dianalisis

Parameter Interaksi Arang Kompos Bioaktif Pupuk NPK

Tinggi * * tn

Diameter * * tn

Bobot kering tn * tn

Luas daun tn * tn

Rasio Tajuk Akar tn * tn

Keterangan:

* : berpengaruh nyata tn : berpengaruh tidak nyata

(38)

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan tanaman yang biasanya digunakan untuk melihat respon tanaman dari suatu perlakuan yang diberikan. Hasil analisis sidik ragam untuk tinggi tanaman (Lampiran 1) menunjukkan bahwa faktor tunggal arang kompos bioaktif serta interaksi antara arang kompos bioaktif dan pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman suren, sedangkan faktor tunggal pupuk NPK majemuk tidak berpengaruh nyata. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

(39)

Gambar 1 memperlihatkan bahwa pertambahan tinggi tanaman yang nilainya paling besar adalah pada kombinasi arang kompos bioaktif (arkoba) 1 kg tanpa pupuk NPK yaitu 22,33 cm dan yang terendah adalah perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK yaitu 4,63 cm. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa antara kombinasi arkoba 1 kg tanpa pupuk NPK tidak berbeda nyata dengan kombinasi arkoba 1 kg yang ditambahkan pupuk NPK dengan semua dosis yang telah ditentukan.

Diameter tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa faktor tunggal arang kompos bioaktif serta interaksi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter tanaman suren. Faktor tunggal pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter tanaman suren. Rata-rata pertambahan diameter tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.

(40)

Pertambahan diameter yang tertinggi ditunjukkan oleh kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg dan pupuk NPK 1 g, yang nilai rata-rata pertambahan diameternya mencapai 0,44 cm. Tanaman yang memiliki nilai pertambahan diameter terkecil ditunjukkan oleh perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK dengan nilai rata-rata pertambahan diameter hanya 0,14 cm. Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg dan pupuk NPK 1 g tidak berbeda nyata dengan kombinasi arkoba 1 kg yang ditambahkan pupuk NPK dengan semua dosis yang telah ditentukan.

Bobot kering tanaman

Hasil analisis sidik ragam untuk bobot kering tanaman (Lampiran 3) menunjukkan bahwa hanya faktor tunggal arang kompos bioaktif berpengaruh nyata, sedangkan faktor pupuk NPK serta interaksi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut untuk faktor tunggal arang kompos bioaktif ditunjukkan pada Gambar 3.

(41)

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa faktor tunggal arang kompos bioaktif pada tiap perlakuan yang diberikan berbeda nyata satu dengan yang lainnya. Perlakuan arang kompos biokatif 1 kg/polybag (1:1 dengan media tanam) memberikan pengaruh terbaik terhadap tanaman suren yang rata-rata bobot kering tanamannya mencapai 5,45 g, sedangkan yang rata-rata bobot kering tanamannya terendah adalah tanaman dengan perlakuan tanpa aplikasi arang kompos bioaktif, yaitu 2,05 g.

Luas daun

Pada parameter luas permukaan daun, hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) juga menunjukkan bahwa hanya faktor tunggal arang kompos bioaktif yang berpengaruh nyata, sedangkan faktor tunggal pupuk NPK dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap luas permukaan daun tanaman suren. Hasil uji lanjut untuk faktor tunggal arang kompos bioaktif (Gambar 4), memperlihatkan bahwa masing-masing perlakuan berbeda nyata satu dengan yang lainnya.

(42)

Rasio Tajuk Akar

Pada parameter rasio tajuk akar hanya faktor tunggal arang kompos bioaktif yang berpengaruh nyata sedangkan faktor tunggal pupuk NPK dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar. Hasil uji lanjut untuk faktor tunggal arang kompos bioaktif (Gambar 5), memperlihatkan bahwa perlakuan penambahan arkoba 1 kg (1:1) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa arkoba dan perlakuan dengan penambahan arkoba 0,66 kg (2:1).

Gambar 5. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan faktor tunggal arang kompos bioaktif (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5 %).

Kondisi kimia tanah

(43)

Tabel 3. Hasil analisis tanah awal

Parameter Satuan Kisaran Nilai Keterangan

pH - 5,73 Agak masam

C-organik % 0,07 Sangat rendah

KTK me/100 6,00 Rendah

Hasil analisis tanah awal yang ditunjukkan pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa tanah tersebut merupakan tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah. Tanah pasca tambang yang dianalisis merupakan tanah yang agak masam dengan pH 5,73. Pada pH dibawah 6,5 ketersediaan unsur hara tanah sangat rendah. Selain itu, kandungan bahan organik pada tanah memiliki kriteria yang sangat rendah, yaitu hanya 0,07%. Padahal, bahan organik berfungsi sebagai pemasok hara yang nantinya akan digunakan tanaman dalam pertumbuhannya. Nilai KTK tanah juga menunjukkan kriteria yang rendah. Besarnya KTK tanah tergantung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan bahan organik.

(44)

Hasil analisis tanah setelah panen memperlihatkan nilai kapasitas tukar kation dengan kriteria yang rendah untuk semua perlakuan dengan kisaran nilai 6 - 8,6 me/100 g. Hasil analisis KTK sejalan dengan nilai C-organik, dimana untuk aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK rata-rata menunjukkan peningkatan terhadap nilai KTK pada tanah pasca tambang walaupun kriterianya tergolong rendah.

Menurut Hardjowigeno (1987) pH tanah dapat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Oleh sebab itu, pH tanah menjadi salah satu parameter yang sering diamati. Sesuai dengan kriteria pada Lampiran 6, nilai pH tanah untuk semua perlakuan tergolong pada kriteria tanah masam sampai agak masam. Perlakuan kombinasi arkoba 1 kg dan NPK 1 g merupakan perlakuan yang pH tanahnya memiliki nilai tertinggi, yaitu 6,51. Sedangkan untuk tanah masam ditunjukkan oleh perlakuan tanpa arkoba dengan NPK 0,25 g dan perlakuan tanpa arkoba dengan NPK 0,75 g yang masing-masing nilainya adalah 5,51 dan 5,19.

(45)
(46)

Pembahasan

Pengaruh Interaksi Arang Kompos Bioaktif dengan Pupuk NPK Majemuk Interaksi arang kompos bioaktif dengan pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata hanya pada tinggi dan diameter tanaman. Dari hasil pengamatan selama 10 MST (minggu setelah tanam), dapat dilihat bahwa setiap tanaman memperlihatkan respon yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan yang diberikan. Tanaman dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah dengan penambahan arkoba 1 kg dan tanpa NPK yang mencapai 22,33 cm, 482,30 % lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK yang rata-rata pertumbuhan tanamannya hanya mencapai 4,63 cm. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Gusmailina et al. (1999) yang hasilnya menunjukkan bahwa pemberian arang dan arang aktif bambu sebagai campuran media tanam dapat meningkatkan persentase pertumbuhan baik pada tingkat semai maupun anakan (seedling) dari Eucalyptus urophylla.

(47)

diikat dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Dengan demikian, diperkirakan pupuk NPK majemuk yang diberikan, diikat oleh bahan organik, untuk selanjutnya digunakan bagi pertumbuhan tanaman, khususnya pada peningkatan diameter batang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2002) bahwa nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar pada setiap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, atau perkembangan batang dan daun. Selain itu, berdasarkan data hasil analisis tanah dari laboratorium (Lampiran 7) diketahui bahwa kandungan bahan organik terbesar adalah pada kombinasi arang kompos bioaktif (arkoba) 1 kg dan pupuk NPK 1 g. Dengan demikian jelas bahwa tanaman yang pertambahan diameternya paling tinggi adalah pada kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg dan pupuk NPK 1 g, karena pertumbuhannya didukung oleh pupuk NPK dan bahan organik yang tinggi.

Pengaruh Arang Kompos Bioaktif

Aplikasi arang kompos bioaktif terbukti memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman suren. Arang kompos bioaktif berpengaruh nyata pada semua parameter yang dianalisis.

(48)

digunakan adalah tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah. Kesuburan tanah merupakan hal yang perlu diperhatikan agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

Biomassa tanaman paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman karena pada kenyataannya, biomassa relatif mudah diukur. Rata-rata bobot kering tanaman yang nilainya paling besar adalah pada kombinasi arkoba 1 kg dan pupuk NPK 1 g yaitu 5,93 g, sedangkan yang terendah nilainya adalah perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK yaitu 0,68 g. Bobot kering tanaman biasanya merupakan parameter yang menunjukkan efisiensi dari proses fotosintensis. Pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah kemampuannya untuk mengikat unsur hara, yaitu unsur hara N, P, dan K yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutejo (2002) bahwa unsur hara N dapat menyehatkan pertumbuhan daun, unsur hara P bagi tanaman dapat berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar dan unsur hara K bagi tanaman dapat membantu mengeraskan bagian kayu dari tanaman.

(49)

berpengaruh nyata pada luas daun tanaman suren, karena arkoba mampu mengikat unsur hara, salah satunya unsur hara nitrogen yang akan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutejo (2002) bahwa salah satu fungsi nitrogen adalah dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau. Dengan demikian daun yang berfotosintesis lebih banyak sehingga mampu menghasilkan senyawa-senyawa yang dibutuhkan tanaman suren untuk tumbuh.

Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan tajuk. Biasanya pertumbuhan akar yang semakin banyak akan memberikan hasil tanaman yang lebih baik pula. Namun pada kenyataannya, tanaman yang tumbuh pada daerah yang kurang subur membentuk akar yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul (1995) bahwa tanaman yang tumbuh dalam keadaan tanah kurang baik membentuk akar yang lebih banyak dengan hasil yang rendah. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata-rata nilai rasio tajuk akar yang tertinggi adalah tanaman dengan arkoba 1 kg tanpa penambahan pupuk NPK sedangkan yang terendah adalah tanaman tanpa arkoba (hanya top soil) dengan penambahan pupuk NPK 0,25 g.

Pengaruh Pupuk NPK Majemuk

(50)

pertumbuhan tanaman suren. Selain itu jika melihat nilai KTK tanah yang rendah, diduga pupuk yang diberikan terjerap habis oleh koloid tanah dan tidak ada yang tersedia bagi tanaman.

Dari kelima paramater pengamatan, tanaman dengan kombinasi arang kompos bioaktif 1 kg dan pupuk NPK 1 g, merupakan tanaman yang terlihat paling baik dalam menyerap unsur hara. Hal ini juga didukung berdasarkan hasil analisis tanah akhir. Untuk kandungan C-organik, tanaman tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lain yaitu 2,91 %, namun nilai ini masih dalam kriteria sedang. Nilai C-organik yang paling rendah adalah pada perlakuan tanpa arkoba dan tanpa NPK. Hal ini jelas karena perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK, tidak mendapatkan tambahan bahan organik melalui arang kompos bioaktif sehingga nilainya hanya 0,07 %.

(51)

arang kompos bioaktif dan faktor NPK adalah sejalan. Sesuai dengan pernyataan Mukhlis (2007) bahwa besarnya nilai KTK tanah salah satunya tergantung pada bahan organik, semakin tinggi bahan organik maka KTK akan menjadi semakin tinggi.

Perlakuan yang memiliki pH tertinggi adalah arang kompos bioaktif 1 kg dengan pupuk NPK 1 g, yaitu 6,51 dengan kriteria agak masam. Tanaman pada perlakuan ini memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) bahwa pada pH sekitar 6,5 ketersediaan unsur hara dinyatakan paling baik, pada pH dibawah 6,0 unsur Ca, P, Mg ketersediannya kurang. Nilai pH terendah adalah perlakuan tanpa arkoba dengan pupuk NPK 0,75 g yaitu 5,19 dan tergolong masam. pH sangat penting untuk diketahui mengingat perannya dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Menurut Hardjowigeno (1987) pentingnya pH antara lain untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman, serta menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun.

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Peningkatan tinggi dan diameter tanaman suren pada tanah pasca tambang dipengaruhi oleh interaksi arang kompos bioaktif dengan pupuk NPK majemuk. Tanaman dengan perlakuan arkoba 1:1 dengan pupuk NPK 1 g merupakan tanaman yang pertumbuhannya lebih baik. Sedangkan rata-rata pertumbuhan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan tanpa arkoba dan tanpa pupuk NPK.

2. Arang kompos bioaktif 1:1 dengan top soil memberikan pertumbuhan terbaik pada tanaman suren.

3. Pertumbuhan tanaman suren tidak dipengaruhi oleh pupuk NPK majemuk.

Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Damanik M, MB Bachtiar, EH Fauzi, Sarifuddin, dan H Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2007. Luas Lahan Kritis di Sumatera Utara. Diakses dari

Departemen Kehutanan. 2009. Lahan Kritis. Diakses dari

Djam’an DF dan P Ochsner. 2002. Informasi Singkat Benih. Toona sureni

(Blume) Merr. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan bekerja sama dengan Indonesia Forest Seed Project.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.

Gusmailina, G Pari dan S Komarayati. 1999. Teknologi Penggunaan Arang dan Arang Aktif sebagai Soil Conditioning pada Tanaman Kehutanan. Laporan proyek. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor (Bahan publikasi). Gusmailina. 2009. Arang Kompos Bioaktif : Inovasi Teknologi Untuk Menunjang

Pembangunan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Hakim N, MY Nyakpa, AM Lubis, SG Nugroho, MA Diha, Go Ban Hong, dan HH Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Hidayati N. 1999. Degradasi Lahan Pasca Penambangan Emas dan Upaya Reklamasinya: Kasus Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi. Prosiding Kongres Nasional VII Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI). Bandung.

Komarayati S, Gusmailina, G Pari. 2002. Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Kompos. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan, tanggal 30 Agustus - 1 September 2002 di Bogor. pp 525 - 530.

(54)

Musnawar EI. 2003. Pupuk Organik : Cair dan Padat. Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Notohadiprawiro T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendididikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Nyakpa Y, AM Lubis, MA Pulung, G Amran, A Munawar, dan G B Hong. 1988.

Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Rosmarkam A dan NW Yuwono. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Sastrosupadi A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta.

Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM.11 Februari 2006. Yogyakarta.

Setiadi Y. 1999. Status Penelitian dan Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskular dan Rhizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Seminar Nasional Mikoriza. 15-16 November 1999. Bogor.

Sitompul SM dan B Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sutedjo dan Kartasapoetra AG. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sutejo MM. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Syukur A dan Harsono ES. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK

(55)

Lampiran 1. Tabel rataan pengukuran tinggi bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas.

Arang

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 95% (α = 0.05).

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan arang kompos bioaktif

Perlakuan Rataan

A0 8.77

a

A1 13.73c

A2 19.05b

(56)

Rataan tinggi tanaman pada interaksi arang kompos bioaktif dengan pupuk NPK

Perlakuan Rataan

A0P0 4.63a

A0P2 6.93ab

A0P3 8.75ab

A1P4 10.20abc

A0P1 11.13bc

A1P3 12.40bcd

A0P4 12.45bcd

A1P1 14.93cd

A1P0 15.03cd

A1P2 16.08cd

A2P1 17.63de

A2P2 18.38de

A2P3 18.45de

A2P4 18.50de

A2P0 22.33e

(57)

Lampiran 2. Tabel rataan pengukuran diameter bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas.

Arang Kompos

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 95% (α = 0.05).

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan arang kompos bioaktif

Perlakuan Rataan

(58)

Rataan diameter tanaman pada interaksi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK

Perlakuan Rataan

A0P0 0.14a

A0P2 0.22ab

A1P4 0.23abc

A0P1 0.23abc

A0P3 0.24abc

A1P1 0.33bcd

A1P0 0.34bcd

A1P3 0.35cd

A0P4 0.36d

A2P2 0.36d

A1P2 0.39d

A2P1 0.40d

A2P0 0.41d

A2P3 0.43d

A2P4 0.44d

(59)

Lampiran 3. Tabel rataan pengukuran bobot kering bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas.

Arang

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 95% (α = 0.05).

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan arang kompos bioaktif

Perlakuan Rataan

(60)

Lampiran 4. Tabel rataan pengukuran luas daun bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas.

Arang

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 95% (α = 0.05).

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan arang kompos bioaktif

Perlakuan Rataan

(61)

Lampiran 5. Tabel rataan pengukuran rasio tajuk akar bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi arang kompos bioaktif dan pupuk NPK pada tanah pasca tambang emas.

Arang

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 95% (α = 0.05).

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan arang kompos bioaktif

Perlakuan Rataan

(62)

Lampiran 6. Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah

Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah Sifat Tanah Satuan Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi C (karbon) % < 1,00 1,00 – 2,00 2,01 – 3,00 3,01 – 5,00 > 5,00 N (Nitrogen) % < 0,10 0,10 – 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,75 > 0,75

C/N ---- < 5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 > 25

P2O5 total % < 0,03 0,03 – 0,06 0,06 – 0,08 0,08 – 0,10 > 0,10 KTK (CEC) me/100 < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40

Kriteria pH Tanah

Kriteria pH H20 pH KCl

Sangat Masam < 4,5 < 2,5

Masam 4,5 – 5,5 2,5 – 4,0

Agak Masam 5,6 – 6,5 ---

Netral 6,6 – 7,5 4,1 – 6,0

Agak Alkalis 7,6 – 8,5 6,1 – 6,5

Alkalis > 8,5 > 6,5

(63)

Lampiran 7. Data Hasil Analisis Tanah

Data Hasil Analisis Tanah

Perlakuan Parameter

C organik (%) KTK (me/100 g)

A0P0 0.07 6.00

A0P1 0.17 5.70

A0P2 0.35 6.50

A0P3 0.18 6.50

A0P4 0.29 7.70

A1P0 2.13 7.20

A1P1 1.70 6.00

A1P2 1.74 6.30

A1P3 2.27 7.70

A1P4 1.95 6.40

A2P0 2.06 7.50

A2P1 2.13 7.10

A2P2 2.48 7.55

A2P3 2.70 8.40

(64)

Lampiran 8. Data Analisis Kandungan Unsur Hara Arang Kompos

PPHK : Pedoman Pengharkatan Hara Kompos oleh Biotrop

Parameter Arang

Kompos

PPHK SNI

Rendah Sedang Tinggi Min Max

pH (1:1) 7,25 – 7,30 6,60 7,30 8,20 6,8 7,49

Moisture content, % 29,98 24,90 35,90 52,60 - 50

C organik, % 30 – 35 14,50 19,60 27,10 9,8 32

N total, % 1,4 – 1,8 0,60 1,10 2,10 0,4 -

C/N ratio 19 – 20 < 10 10 – 20 > 20 10 20

P2O5 total,% 0,3 – 1,2 0,30 0,90 1,80 0,1 -

CaO total, % 1,0 – 1,2 2,70 4,90 6,20 - -

MgO total, % 0,4 – 1 0,30 0,70 1,60 - -

(65)

Lampiran 9. Perhitungan Luas Daun dengan Menggunakan Program Autocad 2006

1. Disepakati terlebih dahulu daun yang akan diambil untuk dihitung misalnya daun dari cabang kedua dari atas tanaman.

2. Diambil kertas milimeter blok lalu daun diletakkan diatas kertas tersebut lalu digambar sesuai dengan luas daun.

3. Discanning gambar daun pada kertas milimeter kemudian disimpan pada media penyimpanan data.

4. Dibuka program Autocad 2006 dan klik insert kemudian pilih raster image. 5. Diambil file daun yang sudah discanning, kemudian open kemudian klik ok. 6. Ditekan mouse kemudian tahan dan atur ukuran gambar setelah itu lepas dan

gambar akan muncul.

7. Diambil menu dimension kemudian klik linear

8. Dibuat garis pada sisi kertas milimeter paling kiri, dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan garis line tersebut (dalam hal ini dari titik ke 1 sampai titik ke 5).

9. Jika sudah muncul angka tepat ditengah-tengah garis, klik pada ujung garis yang paling bawah kemudian klik kanan dan ambil menu precission dan pilih angka nol dibelakang koma yang terbanyak.

10. Dicatat hasil yang muncul di layar (jangan ditutup program Autocad). 11. Dibuka program Microsoft office excel untuk menghitung skalanya.

12. Dibagi jarak yang dibuat dengan hasil precission (jarak yang telah dibuat sebelumnya adalah 5 cm kemudian dibagi dengan hasil precissionnya) kemudian dicopy.

(66)

14. Diblok objek yang akan diubah ukurannya (dalam hal ini kertas milimeter yang bergambar daun) lalu tekan enter.

15. Ditentukan base point (titik acuan) pada bagian bawah obyek tepatnya disudut kiri bawah, kemudian diklik tahan dan pointer mouse diarahkan pada kolom yang berada di bawah gambar.

16. Kemudian klik kanan, dan paste hasil perhitungan ke specify base point to

yang berada di menu command.

17. Maka obyek daun akan berubah secara otomatis dengan hasil skala yang sebenarnya.

18. Lalu pilih klik menu draw yang ada pada toolbar, kemudian pilih polyline. 19. Kemudian mulailah menggambar, garis yang dibuat ditimpakan tepat pada

gambar daun.

Gambar

Tabel 1. Jenis metode analisis kimia tanah
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang dianalisis
Tabel 3. Hasil analisis tanah awal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini kombinasi perlakuan yang baik secara terpisah adalah perlakuan pupuk kompos sampah kota dosis 1,25 kg/ tanaman menyebabkan pertumbuhan diameter batang dan

Berdasarkan hasil uji-t parameter pertumbuhan, antara pohon penaung leda dan suren memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter kopi, akan tetapi memiliki pengaruh yang

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian Arang

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian Arang

media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk,

Peranan mikoriza secara spesifik membantu pertumbuhan tanaman, antara lain memberi keuntungan bagi inang meliputi peningkatan permukaan efektif akar dengan meningkatkannya

Berdasarkan hasil uji-t parameter pertumbuhan, antara pohon penaung leda dan suren memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter kopi, akan tetapi memiliki pengaruh yang

Kombinasi perlakuan terbaik pada k2b2 menunjukkan hasil yang terbaik untuk parameter pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun bibit jeruk Sitrun diduga karena dengan