• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Marginal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Marginal"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI ASAM HUMIK DAN PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sureni Merr)

PADA TANAH MARGINAL

SKRIPSI

Oleh :

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG 071202033

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

APLIKASI ASAM HUMIK DAN PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sureni Merr)

PADA TANAH MARGINAL

SKRIPSI

Oleh :

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG 071202033

Skripsi sebagai salah satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Marginal.

Nama Mahasiswa : Ronald Pandapotan Marpaung

NIM : 071202033

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr.Deni Elfiati, SP., MP Dr. Delvian, SP., MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG : Application of Humic Acid and NPK Fertilizer Growth of Seeds of Suren ( Toona Sureni Merr) On Marginal Land, Supervised by DENI ELFIATI and DELVIAN.

The Marginal Land in Indonesia still in very large amount. Meanwhile, the accelerate to rehabilitate the land still very slow. The low of pH, C-Organik, N-Total, P and K-exchangeable become the parameter of marginal land condition. Therefore carried out research which combine acid humic and NPK fertilizer which applied to marginal land and seen its influence to growth of seed of suren. Research has been done in green house at Faculty Of Agriculture of USU on March-May 2012 using completely randomized factorial design of two factors that is concentration of humic acid ( 0%, 2.5% and 5%) and dose prular NPK fertilizer ( 0 gr; 1 gr; 2 gr; 3 gr and 4 gr per crop). The parameters observed were height of the plant, diameter of stem, dry wight, wide total of leaf and ratio of root crown.

The results of research indicate that the concentration of humic acid do not have an effect on the reality to all of the parameters except to parameter of ratio of root crown. But dosage of NPK fertilizer have significantly effect to all of the parameters. The combination of the concentration of humic acid and NPK fertilizer do not have an effect on the reality to all parameter. All of the dose of NPK fertilizer besides control have a different significantly to the growth of the plant. Thereby, using of NPK fertilizer is good to growth of plant on marginal land media.

(5)

ABSTRAK

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG : Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Marginal, dibimbing oleh DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Lahan marginal di Indonesia masih dalam kondisi luasan yang sangat tinggi. Sementara itu, laju rehabilitasi lahan masih sangat lambat. Rendahnya nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia dan K-tukar menjadi parameter kondisi lahan yang marginal. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang mengkombinasikan asam humik dan pupuk NPK majemuk yang diaplikasikan kepada tanah marginal dan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit suren. Penelitian telah dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian USU pada bulan Maret-Mei 2012 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi asam humik (0%, 2.5% dan 5%) dan dosis pupuk NPK majemuk (0 gr; 1 gr; 2 gr; 3 gr dan 4 gr per tanaman). Parameter yang diamati adalah adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, bobot kering tanaman, total luas daun dan rasio tajuk akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam humik tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali terhadap parameter rasio tajuk akar. Namun dosis pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kombinasi asam humik dan pupuk NPK majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Semua dosis pupuk NPK selain kontrol berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, penggunaan NPK majemuk baik untuk pertumbuhan tanaman pada media tanah marginal.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 04 November 1989 dari ayah Budiman Marpaung dan Almh. Gerti Simanjuntak. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Kehutanan, jurusan Budidaya Hutan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Judul dari penelitian ini adalah “Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) pada Tanah Marginal”.

Penelitian ini melibatkan banyak pihak sehingga memberi kesan yang sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah Drs. Budiman Marpaung dan Ibu Almh. Gerti Simanjuntak, S.Pd yang telah memberikan doa yang tulus, kasih sayang, dorongan materi dan semangat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Deni Elfiati, SP, MP dan Bapak Dr. Delvian, SP, MP selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan serta masukan yang sangat bermanfaat dari awal, pertengahan hingga akhir dari penelitian ini. 3. Saudara dan saudari penulis, Desy hartina Marpaung, Amd, Elisabeth R

Marpaung, S.Pd, Kasrini M Marpaung, Musa B Hutapea,S. Hut dan Andrianus S Sibarani, S.Hut atas dorongan semangat, doa dan materi yang telah diberikan.

4. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Kehutanan USU serta jajaran staff pegawai yang telah banyak membantu penulis selama di perkuliahan.

(8)

langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis, terlebih kepada Marta Ondihon Simanjuntak, SE atas dukungan motivasi yang sangat besar kepada penulis.

(9)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Waktu dan Tempat Penelitian... 16

Bahan dan Alat ... 16

Parameter pengamatan ... 18

Panen ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Kondisi kimia tanah………... 21

Tinggi tanaman... 26

Diameter tanaman ... 27

(10)

Total luas daun ... 30

Rasio tajuk akar ... 31

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Rata-rata penambahan tinggi tanaman tanaman dengan perlakuan

Asam humik dan NPK majemuk……….……….. 26 2. Rata-rata penambahan tinggi tanaman tanaman dengan faktor tunggal

NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).Rata-rata bobot kering

tanaman dengan faktor tunggal arang kompos bioaktif……… 26 3. Rata-rata penambahan diameter tanaman tanaman dengan kombinasi

Asam humik dan NPK majemuk………... 27 4. Rata-rata penambahan diameter tanaman dengan faktor tunggal NPK

majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda

nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%)……….. 28 5. Rata-rata bobot kering tanaman tanaman dengan kombinasi Asam

humik dan NPK majemuk……… 29 6. Rata-rata bobot kering tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk

(Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%)……… 29 7. Rata-rata total luas daun tanaman dengan kombinasi Asam humik

dan NPK majemuk……… 30 8. Rata-rata total luas daun tanaman dengan faktor tunggal pupuk NPK

(Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%)……… 30 9. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan kombinasi Asam humik

dan NPK majemuk……….... 31 10. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan faktor tunggal asam humik

(Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%)………... 32 11. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan faktor tunggal NPK

majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Tabel rataan pengukuran tinggi bibit suren dan analisis sidik ragam

pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK pada tanah marginal ... 43 2. Tabel rataan pengukuran diameter bibit suren dan analisis sidik ragam

pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK pada tanah marginal ... 44 3. Tabel rataan pengukuran bobot kering bibit suren dan analisis sidik ragam

pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK pada tanah marginal ... 45 4. Tabel rataan pengukuran rasio tajuk akar suren dan analisis sidik ragam

pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK pada tanah marginal ... 46 5. Tabel rataan pengukuran total luas daun suren dan analisis sidik ragam

(14)

ABSTRACT

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG : Application of Humic Acid and NPK Fertilizer Growth of Seeds of Suren ( Toona Sureni Merr) On Marginal Land, Supervised by DENI ELFIATI and DELVIAN.

The Marginal Land in Indonesia still in very large amount. Meanwhile, the accelerate to rehabilitate the land still very slow. The low of pH, C-Organik, N-Total, P and K-exchangeable become the parameter of marginal land condition. Therefore carried out research which combine acid humic and NPK fertilizer which applied to marginal land and seen its influence to growth of seed of suren. Research has been done in green house at Faculty Of Agriculture of USU on March-May 2012 using completely randomized factorial design of two factors that is concentration of humic acid ( 0%, 2.5% and 5%) and dose prular NPK fertilizer ( 0 gr; 1 gr; 2 gr; 3 gr and 4 gr per crop). The parameters observed were height of the plant, diameter of stem, dry wight, wide total of leaf and ratio of root crown.

The results of research indicate that the concentration of humic acid do not have an effect on the reality to all of the parameters except to parameter of ratio of root crown. But dosage of NPK fertilizer have significantly effect to all of the parameters. The combination of the concentration of humic acid and NPK fertilizer do not have an effect on the reality to all parameter. All of the dose of NPK fertilizer besides control have a different significantly to the growth of the plant. Thereby, using of NPK fertilizer is good to growth of plant on marginal land media.

(15)

ABSTRAK

RONALD PANDAPOTAN MARPAUNG : Aplikasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Merr) Pada Tanah Marginal, dibimbing oleh DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Lahan marginal di Indonesia masih dalam kondisi luasan yang sangat tinggi. Sementara itu, laju rehabilitasi lahan masih sangat lambat. Rendahnya nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia dan K-tukar menjadi parameter kondisi lahan yang marginal. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang mengkombinasikan asam humik dan pupuk NPK majemuk yang diaplikasikan kepada tanah marginal dan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit suren. Penelitian telah dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian USU pada bulan Maret-Mei 2012 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi asam humik (0%, 2.5% dan 5%) dan dosis pupuk NPK majemuk (0 gr; 1 gr; 2 gr; 3 gr dan 4 gr per tanaman). Parameter yang diamati adalah adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, bobot kering tanaman, total luas daun dan rasio tajuk akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam humik tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali terhadap parameter rasio tajuk akar. Namun dosis pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kombinasi asam humik dan pupuk NPK majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Semua dosis pupuk NPK selain kontrol berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, penggunaan NPK majemuk baik untuk pertumbuhan tanaman pada media tanah marginal.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan kritis di Indonesia masih sangat luas. Sementara laju rehabilitasi pada lahan kritis tersebut masih sangat lamban. Tingkat keberhasilan untuk penanaman rendah. Untuk itu, dibutuhkan adanya upaya yang serius demi meningkatkan keberhasilan rehabilitasi lahan kritis di Indonesia. Tindak lanjut yang dibutuhkan dalam mengatasi peningkatan jumlah luasan lahan kritis salah satunya adalah dengan aplikasi asam humik dan pupuk NPK dengan penanaman jenis pohon tertentu (Subagyo et al, 2004).

Rehabilitasi pada lahan kritis harus dilakukan dengan sebelumnya memperhatikan sejarah lahan yang akan direhabilitasi dan diperlukan rencana yang matang, seperti melakukan pemilihan jenis yang cocok terlebih dahulu, kemudian mencari tahu aplikasi silvikultur yang benar dan apabila memungkinkan dilakukannya penggunaan pupuk biologis. Dalam hal ini, tanaman yang diusahakan adalah bibit suren (Toona sureni Merr) yang diharapkan memiliki respon yang lebih cepat dan baik pada asam humik dan pupuk NPK majemuk.

(17)

Dalam aplikasi asam humat/ asam humik pada rehabilitasi lahan kritis, dilakukan juga pemberian pupuk NPK majemuk sebagai aplikasi tambahan. Pupuk majemuk adalah jenis pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara esensial. Unsur hara esensial tersebut terdiri dari unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Dalam proses pembuatannya mencampur beberapa bahan pupuk, maka dapat terjadi berbagai reaksi kimia yang menghasilkan sifat kimia dan fisik tertentu. Secara umum ada tiga bentuk pupuk majemuk yaitu pupuk majemuk non granular, granular, dan pupuk cair (Damanik et al.,2010).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan bibit suren (Toona sureni

Merr) pada media tanah marginal.

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Kombinasi asam humik dan pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit suren.

2. Setiap taraf pada asam humik memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman suren.

(18)

Manfaat Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Marginal

Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan (Notohadiprawiro, 2006).

Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah dan pada umumnya terletak di wilayah dengan topografi lahan berbukit atau berlereng curam. Tingkat produksi rendah

yang ditandai oleh tingginya tingkat keasaman, rendahnya unsur hara (P, K, Ca, dan Mg), rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan

kandungan bahan organik, serta tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang dan memiliki pH tanah relatif lebih rendah yaitu sekitar 4.8 hingga 5.2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi serta ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman (Hakim dkk., 1986).

(20)

yang tersedia. Dalam hal ini pada pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik, pada pH dibawah 6,0 unsur P, Ca, Mg, ketersediannya kurang. Ketersediaan unsur hara makro dinyatakan buruk sekali pada pH dibawah 4,0. Ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan demikian meningkat pada pH rendah dimana tanaman akan mengalami keracunan (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2005).

Tanah ultisol merupakan tanah yang dapat dikatakan marginal yang terbentuk dikarenakan penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al., 2004). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Hardjowigeno, 1992).

(21)

Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisol dari bahan sedimen dan granit (> 60%), dan nilai yang rendah pada tanah Ultisol dari bahan volkan andesitik dan gamping (0%). Ultisol dari bahan tufa mempunyai kejenuhan Al yang rendah pada lapisan atas (5−8%), tetapi tinggi pada lapisan bawah (37−78%). Tampaknya kejenuhan Al pada tanah Ultisol berhubungan erat dengan pH tanah (Subagyo et al.,2004).

Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organic (Subagyo et al.,2004)..

Asam Humik

(22)

Asam humik mempunyai peranan yang penting dalam menyokong kehidupan mikroorganisme didalam tanah. Asam organik ini dapat meningkatkan permeabilitas membran dan membantu memperlancar nutrisi untuk menembus dinding sel, meningkatkan produksi klorofil dan fotosintesis, menstimulasi hormon dan meningkatkan aktivitas enzim (Bio Flora International Inc, 1997

dalam Fauziah, 2009).

Kemampuan asam humat dalam meningkatkan serapan hara juga ditunjukkan dalam penelitian Cooper (1998) dalam Fauziah (2009) menunjukkan adanya peningkatan penyerapan P pada tanaman Agrostis stolonifera L. Sementara Olk dan Cassman (1995) dalam Fauziah (2009) menunjukkan bahwa pemberian asam humat dapat menurunkan fiksasi kalium di tanah vermikulit, sehingga meningkatkan ketersediaannya di dalam tanah. Hasil penelitian Ayuso (1996) dalam Fauziah (2009) membuktikan bahwa penambahan asam humat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro (N, P, K) tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda untuk setiap unsurnya.

Proses aplikasi asam humat di bidang kehutanan adalah rehabilitasi lahan pasca kebakaran, dan pembangunan hutan tanaman pada lahan marginal (lahan yang tidak dapat mendukung bagi pertumbuhan tanaman). Asam humik apabila diberikan pada konsentrasi optimum yang telah terlampaui, maka tidak akan ada peningkatan respon. Asam humat memiliki kemampuan terhadap proses inisiasi akar melalui peningkatan auksin, menstimulasi perpanjangan akar dan meningkatkan respirasi serta pembentukan akar baru (Fauziah, 2009).

(23)

dalam hasil penelitian Yustiasih (2007). Asam humik menjaga ketersediaan unsur hara di tanah dengan proses penyerapan. Sehingga unsur hara terikat dan dapat dipertukarkan oleh akar sesuai kebutuhan tanaman.

Zat-zat humat (asam humat) merupakan unsur organik utama yang banyak terdapat di tanah dan gambut. Asam humat juga terdapat di dalam lingkungan perairan yang merupakan hasil dekomposisi zat organik dan tumbuhan mati.

Pengaruh bahan organik yang terdapat pada zat-zat humat terhadap sifat kimia tanah menurut Hakim et al. (1986) adalah :

a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation. b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat.

c. Unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga terhindar dari pencucian, kemudia tersedia kembali.

d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.

Asam humat diketahui berkemampuan untuk berinteraksi sangat kuat dengan berbagai logam membentuk kompleks logam humat, dimana hal ini berpengaruh terhadap sifat adsorpsi-desorpsi dari logam. Ikatannya dengan ion logam adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan yang paling penting. Asam humat mempengaruhi kualitas air dengan jalan menukar spesies, berupa kation dari bahan-bahan organik dengan air (Manahan, 1994).

(24)

Asam humat dapat berperan dalam transport, bioavailabilitas, dan dapat mengikat beberapa logam berat. Asam humat dapat terikat dengan ion logam, seperti Al3+ dan Fe3+ membentuk ikatan logam-HA yang larut atau tidak larut (Manahan, 1994). Aluminium memiliki pengaruh toksisitas pada tanaman pangan, akar pohon, biota air tawar serta terhadap manusia. Hal ini dikarenakan kondisi asam dalam lingkungan sekitarnya. Karena kelebihan aluminium, mengakibatkan logam ini bersifat toksik pada akar tanaman. Pengaruh utama aluminium adalah kemampuannya dalam menurunkan daya absorpsi tanaman terhadap mineral-mineral tertentu. Sehingga dalam penelitian ini digunakan asam humat untuk menyerap aluminium dalam larutan. Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian Cheng, Chi, Yu (2003) tentang pengaruh ion fosfat terhadap penurunan konsentrasi asam humat dengan koagulan aluminium sulfat, dimana pengikatan ion aluminium oleh asam humat akan dapat berfungsi sebagai jembatan untuk pengikatan ion fosfat.

Pupuk NPK Majemuk

(25)

mendapat perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg. Ada juga unsur hara yang terikat oleh koloid tanah, bahkan ada yang menghambat ketersediaan unsur hara lain. Di dalam tanah, unsur hara tersebut saling berinteraksi. Keragaman reaksi dan interaksi unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap efisiensi pemberian pupuk (Novizan, 2002).

Pupuk majemuk adalah jenis pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara esensial. Unsur hara esensial tersebut terdiri dari unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Dalam proses pembuatannya mencampur beberapa bahan pupuk, maka dapat terjadi berbagai reaksi kimia yang menghasilkan sifat kimia dan fisik tertentu. Secara umum ada tiga bentuk pupuk majemuk yaitu pupuk majemuk non granular, granular, dan pupuk cair (Damanik et al.,2010).

Salah satu jenis pupuk majemuk adalah pupuk NPK 15:15:15. Pembuatan pupuk NPK 15:15:15 adalah sebagai berikut: pupuk tunggal yang akan digunakan adalah urea (45% N), TSP (46% P2O5), dan KCl (52% K2O). Kadar NPK yang

akan dibuat adalah 15-15-15 yang artinya 15% N, 15% P2O5, dan 15% K2O.

Misalkan, pupuk majemuk yang dibutuhkan sebanyak 1 ton (1000 kg), maka kadar masing-masing unsur dalam pupuk majemuk tersebut adalah 150 kg (15% dari 1000 kg). Jadi, kebutuhan pupuk tunggal adalah 333 kg Urea (100/45 × 150 kg), 326 kg TSP (100/46 × 150 kg), dan 288 kg KCl (100/52 × 150 kg). Total pupuk tersebut memang hanya 947 kg, sisanya sebanyak 5% berupa bahan perekat. Bahan perekat itulah yang menjadikan pupuk NPK berupa butiran (Sutedjo, 2002).

(26)

dikerjakan biasanya lebih sedikit dan menaburkan zat makanan tanaman dapat dilakukan dalam satu kali kerja. Faktor negatif dari pupuk NPK adalah kemungkinan pupuk di dalam tanah bereaksi masam (Yulyatin, 2007).

Penelitian Pandiangan (2000) mengenai pengaruh dosis pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit Toona surenii Merr menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada dosis pupuk NPK 100 gr. Pupuk NPK yang diberikan terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan bibit Toona surenii

Merr.

Nitrogen (N)

Tanaman menyerap unsur N terutama dalam bentuk NO3-. Namun bentuk

lain yang juga dapat diserap adalah NH4+. Dalam keadaan aerasi baik

senyawa-senyawa N akan dirubah dalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman

dapat mempengaruhi pembentukan protein dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil (Nyakpa et al., 1988).

(27)

mulai berkurang. Tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 2002).

Menurut Sutejo (2002), fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman

2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning)

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan

5. Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah. Sebagaimana diketahui hal tersebut penting sekali bagi kelangsungan pelapukan bahan organik.

Fosfor (P)

Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-,

HPO42-, PO43-, atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal

(28)

Secara umum, fungsi dari P dalam tanaman menurut Sutejo (2002) dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya.

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah 4. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian

Kalium (K)

Senyawa K hasil pelapukan mineral, di dalam tanah dijumpai dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan induk pembentuk tanah dan hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam tanah (Hanafiah, 2005).

Berlainan dengan N dan P, pada tanah-tanah mineral pada umumnya kalium (K) tanah tinggi, bahkan unsur ini di dalam tanah lebih banyak bila dibandingkan dengan unsur lainnya. Unsur kalium terdapat pada lapisan tanah olah bisa mencapai 40-60 kg K2O per ha. Hal ini merupakan angka yang umum

namun unsur kalium dapat dipertukarkan dalam larutan tanah hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit (Soegiman, 1982; Soepardi, 1983).

Menurut Sutejo (2002), pada tanaman unsur hara K berperan membantu: 1. Pembentukan protein dan karbohidrat

(29)

Deskripsi Toona sureni Merr

Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona

Spesies : Toona sureni (Blume) Merr.

Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600-2.700 m dpl dengan temperatur 22ºC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Sering tumbuh pada tanah-tanah yang berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang basa. Suren termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh dan pada umur 12-15 tahun sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna et al., 1998).

Deskripsi Pohon

(30)

ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas. Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40-60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m. Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m (Gardner, et al., 1991).

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan untuk analisis tanah marginal dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Mei 2012.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag kapasitas 5 kg, jangka sorong, penggaris, timbangan, ember, kertas label, kantong kertas, sprayer, gelas ukur, oven, alat tulis, dan kamera digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media tanam berupa tanah Marginal dari Simalingkar B Medan, Sumatera Utara, Asam Humik dan Pupuk NPK majemuk 15-15-15, air, serta semai suren.

Metode Penelitian

Percobaan ini dilakukan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor 2 : Asam Humik dengan 3 dosis, yaitu: H0 : Asam Humik 0%/ polibag

H1 : Asam Humik 2.5 %/ polibag = 4 ml/ polibag H2 : Asam Humik 5 %/ polibag = 8 ml/ polibag Faktor 1 : Pupuk NPK majemuk dengan 4 dosis, yaitu:

(32)

N3 : NPK 3 gr/polibag N4 : NPK 4 gr/ polibag

dengan demikian ada 15 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali, sehingga diperoleh 75 satuan percobaan. Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut:

H0N0 H1N0 H2N0 H0N1 H1N1 H2N1 H0N2 H1N2 H2N2 H0N3 H1N3 H2N3 H0N4 H1N4 H2N4 Model linier yang digunakan adalah :

Yij = π + αi + βj + αβ(ij) +

ε

ij

Dimana :

Yij = Hasil pengamatan Asam Humik pada dosis ke-i dan pemberian Pupuk NPK majemuk pada dosis ke-j

µ = Nilai rata-rata

αi = Pengaruh Pupuk NPK majemuk pada dosis ke-i

βj = Pengaruh Asam Humik pada dosis ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi Asam Humik pada dosis ke-i dan pemberian Pupuk NPK majemuk pada dosis ke-j

ɛ

ij = Pengaruh galad asam Humik pada dosis ke-i dan pemberian Pupuk

(33)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Pelaksanaan Penelitian

1. Analisis tanah

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis awal terhadap pH, C – Organik, P tersedia, N total dan K – dd, dan di akhir penelitian dilakukan kembali analisis akhir untuk mengetahui perubahan kondisi tanah.

2. Pemberian asam humik

Pemberian asam humik dilakukan sebanyak satu kali. Pemberian dilakukan dengan penyiraman asam humik dengan dosis 2.5 % dan 5 %.

3. Pemupukan NPK

Pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK majemuk dilakukan pada awal penanaman. Pupuk NPK ditaburkan di sekeliling tanaman sesuai perlakuan masing-masing seperti yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Pemeliharaan tanaman

Tanaman dipelihara di rumah kaca dan disiram 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari. Bibit juga dibersihkan dari gangguan gulma.

5. Parameter pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: a. Tinggi Bibit.

(34)

setelah penananaman dengan selang pengukuran satu minggu sekali hingga akhir percobaan.

b. Diameter Batang.

Pengukuran diameter dilakukan satu minggu setelah penanaman dengan selang pengukuran satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang diambil dari dua arah yang tegak lurus yang kemudian diambil rata-rata nya.

c. Total Luas Daun

Luas daun diukur nilai totalnya sebagai salah satu nilai ukur perkembangan tanaman. Total luas daun dapat diukur dengan image J. d. Bobot Kering Tajuk.

Bobot kering tanaman didapatkan setelah tanaman dipanen Bibit suren dipisahkan bagian atas (cabang, batang, dan daun) dengan bagian perakaran tanaman. Bagian atas tanaman terlebih dahulu ditimbang dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong koran yang telah dilubangi serta diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian dikeringkan pada suhu 70oC selama 48 jam, lalu bagian atas tanaman ditimbang kembali untuk mendapatkan data bobot kering bagian atas tanaman.

e. Bobot Kering Akar

(35)

f. Ratio Tajuk Akar

Penghitungan rasio tajuk akar juga dilakukan pada akhir penelitian. Rasio tajuk akar dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rasio Tajuk Akar = Bobot Kering Tajuk (g) Bobot Kering Akar (g)

6. Panen

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Kimia Tanah

Pada awal dan akhir penelitian, dilakukan analisis terhadap kondisi tanah secara komposit untuk setiap perlakuan yang ada. Parameter kimia tanah yang dianalisis adalah pH tanah, C-organik, N-total, P-Bray II dan K-tukar. Hasil analisis parameter kimia tanah pada awal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis tanah awal

Parameter Satuan Kisaran Nilai Kriteria

pH - 5.44 Masam

C-organik % 4.65 Tinggi

N-total % 0.19 Rendah

P-Bray II Ppm 17 Sedang

K-tukar Me/100 0.26 Rendah

Sumber : Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983

(37)

Tabel 2. Hasil Analisis Tanah Setelah Panen

Perlakuan

Parameter

pH

Keterangan C-org Keterangan N Keterangan P-Bray II Keterangan K-tukar Keterangan

- % % ppm Me/100

N0H0 5.49 Masam 2.37 Sedang 0.06 Sangat Rendah 5.45 Sangat Rendah 1.431 Tinggi

N0H1 5.48 Masam 2.45 Sedang 0.10 Rendah 5.45 Sangat Rendah 1.416 Tinggi

N0H2 5.49 Masam 4.45 Tinggi 0.09 Sangat Rendah 5.98 Sangat Rendah 1.307 Tinggi

N1H0 3.54 Sangat Masam 1.34 Rendah 0.15 Rendah 8.98 Rendah 1.179 Tinggi

N1H1 5.25 Masam 4.42 Tinggi 0.20 Rendah 7.51 Sangat Rendah 1.249 Tinggi

N1H2 5.35 Masam 4.49 Tinggi 0.16 Rendah 8.16 Rendah 1.217 Tinggi

N2H0 4.15 Sangat Masam 3.45 Sedang 0.16 Rendah 10.45 Rendah 1.425 Tinggi

N2H1 5.25 Masam 4.53 Tinggi 0.18 Rendah 10.45 Rendah 1.305 Tinggi

N2H2 5.24 Masam 4.57 Tinggi 0.23 Sedang 12.98 Rendah 1.413 Tinggi

N3H0 5.01 Masam 4.57 Tinggi 0.23 Sedang 11.81 Rendah 1.486 Tinggi

N3H1 5.72 Agak Masam 5.57 Sangat Tinggi 0.28 Sedang 18.87 Sedang 1.345 Tinggi

N3H2 5.23 Masam 4.49 Tinggi 0.25 Sedang 17.16 Sedang 1.362 Tinggi

N4H0 5.73 Agak Masam 5.64 Sangat Tinggi 0.22 Sedang 16.16 Sedang 1.530 Tinggi

N4H1 5.07 Masam 4.42 Tinggi 0.22 Sedang 16.34 Sedang 1.356 Tinggi

N4H2 4.93 Masam 3.56 Tinggi 0.20 Rendah 16.16 Sedang 1.424 Tinggi

(38)

Hasil analisis tanah setelah panen (Tabel 2) memperlihatkan bahwa kandungan C-organik tanah setelah panen berada pada kriteria rendah sampai sangat tinggi. Kriteria rendah ada pada perlakuan dengan perlakuan NPK 1 gr/ polybag dengan termasuk asam humik 0%, pada semua perlakuan dengan NPK diatas 2gr/ polybag menunjukkan kriteria C-organik tinggi dan sangat tinggi sedangkan untuk kontrol, termasuk kriteria sedang. Terjadi penurunan nilai C-organik di akhir penelitian pada beberapa perlakuan. Namun, ada yang mengalami peningkatan nilai C-organik yaitu sampel pada perlakuan pemberian pupuk NPK 3gr/ polybag dengan ditambahkan asam humik 2.5% serta perlakuan pemberian NPK 4gr/ polybag tanpa penambahan asam humik.

Berdasarkan kriteria pada Lampiran 6, nilai pH tanah untuk semua perlakuan tergolong pada kriteria sangat masam sampai kepada kriteria agak masam. Hal ini yang menjadi alasan adanya penurunan kondisi unsur hara pada tanah setelah panen. Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) menjelaskan bahwa pH tanah berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya suatu tanaman hidup pada suatu lahan. Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa pH tanah dapat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.

(39)

masam. Pada perlakuan pemberian NPK 1 gr/ polybag tanpa asam humik, terjadi penurunan pH yang sangat drastis yakni dari pH awal 5.44 menjadi 3.54. Novizan (2002) menyatakan bahwa hampir semua pupuk majemuk memberi reaksi masam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penurunan pH yang terjadi baik pada perlakuan pemberian NPK 1gr/ polybag tanpa humik maupun pada perlakuan lainnya yang mengalami penurunan pH, ini dikarenakan pupuk NPK majemuk yang diberikan bereaksi masam.

Nilai N-total yang didapat dari hasil analisis tanah setelah pemanenan memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan nilai N-total pada beberapa perlakuan. Nilai N-total tertinggi didapat pada perlakuan pemberian NPK 3gr/ polybag dengan penambahan asam humik 2.5% dengan nilai N 0.28% dengan kriteria sedang. Hasil ini menunjukkan adanya kesesuaian dari data pertambahan tinggi rata-rata tanaman terhadap pemberian NPK dan perlakuan dengan penambahan NPK 4gr/ polybag yaitu 25,34cm untuk tinggi dan 0.32cm utk diameter. Kriteria N yang sedang di dalam tanah pada perlakuan ini membuat pertumbuhan tanaman terjadi dengan baik. Seperti yang telah dikemukakan oleh Novizan (2002) yang menyatakan bahwa tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi.

(40)

tinggi ada pada perlakuan kontrol dengan nilai 5.45ppm. Pertumbuhan tanaman dengan perlakuan NPK 3gr dan asam humik 2.5% yang

(41)

Tinggi Tanaman

Salah satu parameter pada pertumbuhan tanaman yang biasa digunakan adalah tinggi tanaman. Parameter ini digunakan untuk melihat respon tanaman dari suatu perlakuan yang diberikan. Rata-rata pertambahan tinggi dari setiap perlakuan dapat dilihat dari Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata penambahan tinggi tanaman tanaman dengan perlakuan Asam humik dan NPK majemuk.

Gambar 2. Rata-rata penambahan tinggi tanaman tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

0

(42)

Dari hasil analisis sidik ragam untuk tinggi tanaman, menunjukkan bahwa interaksi dari pemberian asam humik dan pupuk NPK serta faktor tunggal dari asam humik tidak berpengaruh nyata, namun pada faktor tunggal pupuk NPK menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata (Lampiran 1). Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa faktor tunggal NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman suren. Penambahan tinggi tanaman yang terbesar adalah pada penambahan NPK majemuk dengan dosis 4 gr/ polibag sedangkan nilai pertambahan tinggi yang paling kecil terdapat pada perlakuan tanpa NPK. Pemberian NPK majemuk dengan dosis 4 gr/ polibag tidak berbeda nyata dengan penambahan NPK majemuk dengan dosis 2gr/ polibag dan 3 gr/ polibag.

Diameter Tanaman

Gambar 3. Rata-rata penambahan diameter tanaman tanaman dengan kombinasi Asam humik dan NPK majemuk.

Rata-rata penambahan diameter tanaman dapat dilihat pada Gambar 3. Diameter tanaman merupakan salah satu parameter dalam pertumbuhan tanaman. Parameter diameter tanaman ini juga member informasi atas respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan. Hasil analisis sidik ragam terhadap nilai

(43)

rata penambahan diameter tanaman menunjukkan bahwa interaksi dari perlakuan pemberian asam humik dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata, sama hal nya dengan faktor tunggal asam humik. Faktor tunggal dari pupuk NPK berpengaruh nyata (lampiran 2).

Gambar 4. Rata-rata penambahan diameter tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan diameter yang terbesar adalah dari penambahan NPK majemuk dengan dosis 4 gr/ polibag. Penambahan diameter yang terkecil pada tanpa NPK majemuk (0 gr). Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa penambahan NPK majemuk dengan dosis 4 gr/ polibag tidak berbeda nyata dengan penambahan NPK majemuk pada dosis 1 gr/ polibag, 2 gr/ polibag dan 3 gr/ polibag, namun berbeda nyata dengan tanpa NPK 0 gr.

Bobot Kering Tanaman

Hasil analisis sidik ragam untuk bobot kering tanaman menunjukkan bahwa hanya faktor tunggal penambahan NPK majemuk yang berpengaruh nyata, sedangkan faktor pemberian asam humik dan interaksi asam humik dengan NPK

(44)

majemuk tidak berpengaruh nyata (Lampiran 3). Nilai rata-rata bobot kering tanaman dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata bobot kering tanaman tanaman dengan kombinasi Asam humik dan NPK majemuk.

Gambar 6. Rata-rata bobot kering tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

Gambar 6 menunjukkan bahwa penambahan NPK dengan dosis 3 gr/ polibag memberi nilai tertinggi terhadap bobot kering tanaman. Namun, perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan penambahan NPK dengan

0

(45)

dosis 1 gr/ polibag, 4 gr/ polibag dan 2 gr/ polibag. Akan tetapi, perlakuan ini berpengaruh nyata dengan perlakuan tanpa penambahan NPK majemuk.

Total Luas Daun

Gambar 7. Rata-rata total luas daun tanaman dengan kombinasi Asam humik dan NPK majemuk.

Gambar 8. Rata-rata total luas daun tanaman dengan faktor tunggal pupuk NPK (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) terhadap total luas daun tanaman, didapat bahwa pengaruh tunggal pemberian NPK majemuk saja yang

(46)

berpengaruh nyata. Setelah diuji lanjut dengan uji Duncan, didapat bahwa pemberian pupuk NPK majemuk dengan dosis 3 gr/ polibag memberi pengaruh terbaik dalam pertumbuhan daun tanaman. Ini dilihat dari nilai rata-rata total luas daun yang didapat yaitu 1225.6 cm2 dan ini adalah nilai terbesar. Nilai luas daun terkecil terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 122.03 cm2. NPK dengan dosis 3 gr/ polibag berbeda nyata terhadap semua perlakuan pemberian pupuk NPK majemuk.

Rasio Tajuk Akar

Pada parameter rasio tajuk akar, hasil analisis sidik ragam menyatakan bahwa faktor tunggal asam humik dan penambahan NPK majemuk berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar sedangkan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar (Lampiran 4). Pada faktor pemberian asam humik, nilai terbesar rasio tajuk akar terdapat pada pemberian asam humik dengan kadar 2.5% dan nilai terendah ada pada pemberian asam humik 0% (Gambar 10).

(47)

Gambar 10. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan faktor tunggal asam humik (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

Gambar 11. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%).

Pada faktor penambahan NPK majemuk, dapat dilihat bahwa nilai rasio tajuk akar terbesar ada pada penambahan NPK majemuk dengan dosis 2 gr/ polibag sedangkan nilai rasio tajuk akar terkecil ada pada perlakuan tanpa NPK majemuk. Dapat dilihat dari Gambar 11.

0.6169a 1.0191b 0.8325ab

0

0.8628b 1.0144b 0.9127b

(48)

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa hasil uji lanjut terhadap rasio tajuk akar pada faktor pemberian asam humik menunjukkan bahwa pemberian asam humik dengan kadar 2.5% tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pemberian asam humik lainnya. Gambar 11 menunjukkan bahwa pada penambahan NPK majemuk, hasil uji lanjut menunjukkan penambahan NPK majemuk dengan dosis 2 gr/ polibag tidak berbeda nyata dengan penambahan NPK majemuk pada dosis 1gr/ polibag, 3 gr/ polibag dan 4 gr/ polibag tetapi berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK majemuk.

Pembahasan

Pengaruh Kombinasi Asam Humik dan Pupuk NPK Majemuk

(49)

bobot kering tanaman, namun pada perlakuan asam humik 5% dengan NPK majemuk 4 gr/ polibag pada bobot kering tanaman dimana nilainya berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa asam humik dengan penambahan NPK majemuk 4 gr/ polibag).

Ini membuktikan bahwa asam humik memiliki peran dalam pertumbuhan tanaman ketika dikombinasikan dengan NPK majemuk namun belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Namun, hal ini dapat menjadi bukti bahwa asam humik pada kombinasi ini membantu penyerapan unsur hara dari pupuk NPK majemuk yang diberikan. Hal ini sesuai dengan sifat dasar dari asam humik yakni meningkatkan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan memperbaiki kualitas tanah serta mampu meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro, meskipun banyaknya hara yang diserap berbeda pada setiap unsurnya. Hal yang sama tertuang pada hasil penelitian Ayuso (1996) dalam Fauziah (2009) yang menyatakan bahwa asam humat dapat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro (N, P dan K) tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda pada setiap unsurnya dan proses aplikasi asam humat di bidang kehutanan adalah rehabilitasi lahan pasca kebakaran, pertambangan dan pembangunan hutan tanaman pada lahan yang tidak dapat mendukung bagi pertumbuhan tanaman.

(50)

karena konsentrasi asam humik yang mungkin belum tepat, media tanam dan waktu penelitian yang singkat yaitu 8 minggu.

Pemberian asam humik pada media dengan C-organik yang tinggi (dalam hal ini masih mendukung pertumbuhan tanaman) akan mengakibatkan peran asam humik tidak terlalu terlihat dan kurang berinteraksi dengan penambahan NPK yang diberikan. Data menunjukkan bahwa tanpa asam humik, cukup dengan penambahan NPK, tanaman dapat tumbuh dan kombinasi antara diberikan asam humik dengan tidak diberikan tidak memberikan perbedaan yang jauh. Masa penelitian yang singkat juga mempengaruhi reaksi asam humik dalam tanah. Kemungkinan, asam humik belum memberikan peran yang nyata karena waktu yang singkat. Hal ini sesuai oleh Fauziah (2009) yang menyatakan bahwa pemberian asam humat apabila diberikan dengan kadar/ konsentrasi yang berlebih, respon yang diberikan akan terlihat pada waktu yang lama. Dalam penggunaan asam humik, harus sesuai dengan takaran dosis yang tepat. Dalam penggunaannya, dosis asam humat yang terlalu pekat dengan kadar 1% dapat dikurangi lagi menjadi 0,5 % karena hal ini dapat menyebabkan respon dari perlakuan asam humat terlihat lambat.

Pengaruh Pupuk NPK Majemuk

(51)

majemuk terhadap yang tidak diberikan NPK majemuk. Sesuai dengan pernyataan dari Pandiangan (2000) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis tertentu menunjukkan peran yang sangat nyata terhadap pertumbuhan bibit

Toona surenii Merr.

Namun, data analisis uji lanjut pada setiap parameter menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik tanaman terdapat pada pemberian NPK dengan dosis 3 gr meskipun tidak berbeda nyata dengan dosis 1 gr/ polibag, 2 gr/ polibag dan 4 gr/ polibag. Pemberian NPK dengan dosis 4 gr/ polibag menunjukkan pengaruh negative terhadap pertumbuhan tanaman, karena terjadi penurunan nilai rasio tajuk akar, bobot kering tanaman dan total luas daun kecuali pada diameter dan tinggi tanaman.

Adanya unsur N pada pupuk NPK majemuk yang diberikan ternyata sangat membantu pertumbuhan tanaman dan membantu pertumbuhan daun ( rata-rata total luas daun dengan nilai terbesar ada pada perlakuan dengan memberikan NPK dengan dosis 3 gr yaitu 1225.6 cm2). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dan berwarna hijau.

(52)

dari fotosintesis dan untuk melihat sejauh mana pengaruh unsur N, P dan K yang berhasil diikat oleh tanah untuk diserap oleh tanaman.Dalam hal ini, bobot kering tanaman dengan nilai rata-rata tertinggi didapat dari faktor tunggal pemberian pupuk NPK dengan dosis 3 gr (6.1722 gr).

Perkembangan akar sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan akar yang semakin banyak, pada umumnya akan memberikan hasil tanaman yang lebih baik. Pada nilai rasio tajuk akar, nilai rasio tajuk akar tertinggi diperoleh dari perlakuan pemberian pupuk NPK dengan dosis 2 gr (1.0853). Dosis yang lainnya juga memberikan peningkatan nilai rasio tajuk akar kecuali pada perlakuan tidak diberikan pupuk NPK. Hal ini membuktikan bahwa unsur P mempunyai peran penting dalam pertumbuhan akar tanaman. Hal yang sama yang pernah diungkapkan oleh Sutejo (2002) bahwa unsur P dapat membantu mempercepat pertumbuhan akar.

(53)

Novizan (2002) menyatakan bahwa hampir semua pupuk majemuk memberi reaksi masam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.

Dosis 3 gr/ polibag telah menunjukkan hasil yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Ini membuktikan bahwa dengan penambahan pupuk NPK majemuk dengan dosis 3 gr/ polibag telah mampu mencukupi kebutuhan hara pada bibit tanaman suren. Kondisi hara N, P dan K yang diperoleh dari NPK dalam kondisi cukup membuktikan terjadinya proses fisiologis tanaman yang baik/ meningkat. Dapat dilihat mulai dari parameter tinggi batang (25.34 cm pada dosis 3 gr/ polibag), diameter (0.321 cm pada 3 gr/ polibag), total luas daun (1225.6 cm2 pada dosis 3 gr/ polibag), berat kering tanaman (6.1722 gr pada dosis 3 gr/ polibag) dan rasio tajuk akar (0.9127 pada dosis 3 gr/ polibag). Ini membuktikan pula bahwa dengan dosis NPK yang cukup, proses fotosintesis berjalan baik, didukung pula oleh total luas daun tertinggi yang didapat dari dosis 3 gr. Dengan berjalannya proses fotosintesis yang baik, maka aliran energi berlangsung baik, batang, akar dan daun tanaman juga mendapat asupan energi yang cukup untuk mendukung proses fisiologis pertumbuhan tanaman.

Pengaruh Asam Humik

(54)

pertumbuhan batang, akar dan bahkan daun akan berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yustiasih (2007) dimana asam humik dapat memberikan hasil yang baik dalam pertumbuhan awal tanaman dan asam humik dapat menjaga ketersediaan unsur hara di dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Peningkatan tinggi dan diameter tanaman suren pada tanah marginal belum dipengaruhi oleh interaksi Asam Humik dengan NPK majemuk. 2. Faktor tunggal NPK majemuk dengan dosis 2 gr, 3 gr dan 4 gr

memberikan pengaruh yang baik dalam pertambahan tinggi, diameter, total luas daun, ratio tajuk akar dan bobot kering tanaman. Dosis terbaik adalah 3 gr/ polibag.

3. Asam humik 2.5% hanya berpengaruh terhadap nilai ratio tajuk akar tanaman, tidak pada parameter pertumbuhan tanaman lainnya.

Saran

1. Dalam memberi perlakuan penambahan asam humik perlu diperhatikan konsentrasi yang tepat terlebih dahulu, untuk menghindari reaksi yang berjalan lambat.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Cheng Po Wen, Chi Hwa Fung, dan Yu Fang Ruey. 2003. Effect of Phospate On Removal of Humic Substances by Aluminium Sulfat Coagulant. Journal of Colloid and Interface Science.

Damanik, M., M.B Bachtiar, E.H Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Departemen Kehutanan. 2002. Buku Pedoman Kehutanan Indonesia. Jakarta Effendi, R. dan Sylviani. 2003. Konsepsi Rehabilitasi Lahan Kritis di Jawa Barat.

PUSLITSOSEK. Bogor.

Fauziah, A.B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai

Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia exelsa Noronhae. Skripsi Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gardner, PF. RB, Pearce dan RL, Mitcell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G.B Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman.

Karti, P. D. M. H. 2003. Respon morfologi rumput toleran dan peka aluminium terhadap penambahan mikroorganisme dan pembenah tanah. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Manahan, S.E., (1994), Environmental Chemistry,6th edition, CRC Press, Inc.USA, 80.

Notohadiprawiro, T. 2006. Lahan Kritis dan Bincangan Pelestarian Lingkungan Hidup. Seminar Nasional Penanganan Lahan Kritis di Indonesia tanggal 7-8 November 1996. Desa Cibeuteung Udik, Parung. Bogor.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Nyakpa, Y., A.M Lubis, M.A Pulung, G. Amran, A. Munawar, dan Go B. H.

(57)

Pandiangan, H. 2000. Studi Pertumbuhan Suren (Toona surenii Merr) Dengan Perlakuan Pupuk NPK dan Pupuk Kandang. IPB. Bogor.

Rosmarkam, A. dan N.W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sofie. 2010. Manfaat Asam Humat di Tanah Liat. Diakses dari: [19.53 WIB].

Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hlm. 29-50. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. hlm. 21-66. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, D. Djaenudin (Ed.). Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Sutedjo dan Kartasapoetra A.G. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan

di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N. W. dan Soekotjo. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor. Yulyatin A. 2007. Pengaruh NPK (15-15-15) dan campuran media tanah dan

kompos terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(58)

Lampiran 1. Tabel Rataan Pengukuran tinggi bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk pada tanah marginal.

NPK

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 95%

Rataan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk NPK majemuk

Perlakuan Rataan

(59)

Lampiran 2. Tabel Rataan Pengukuran diameter bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk pada tanah marginal.

NPK

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 95%

Rataan diameter tanaman pada perlakuan pupuk NPK majemuk

Perlakuan Rataan

(60)

Lampiran 3. Tabel Rataan Bobot Kering bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk pada tanah marginal.

NPK Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 95%

Rataan bobot kering tanaman pada perlakuan pupuk NPK majemuk

Perlakuan Rataan

(61)

Lampiran 4. Tabel Rataan Rasio Tajuk Akar bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk pada tanah marginal.

NPK

Interaksi 8 0.784025 0.098003 0.667746 2.2662 Galad 30 4.403012 0.146767

Total 45 40.97389 0.910531 Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 95%

Rataan rasio tajuk akar tanaman pada perlakuan asam humik

Perlakuan Rataan

H0 0.6169a

H1 1.0191ab

H2 0.8325b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Rataan bobot kering tanaman pada perlakuan pupuk NPK majemuk

Perlakuan Rataan

(62)

Lampiran 5. Tabel Rataan Total Luas Daun bibit suren dan analisis sidik ragam pada aplikasi asam humik dan pupuk NPK majemuk pada tanah marginal.

NPK

Perlakuan 14 6335897.087 452564.0776 10.70736621 2.04 Humik 2 20614.37768 10307.18884 0.243861258 3.3158 NPK 4 6018067.645 1504516.911 35.59587322 2.6896 Interaksi 8 297215.064 37151.883 0.878988935 2.2662 Galad 30 1267998.317 42266.61057

Total 45 30893433.03 686520.734

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 95%

Rataan total luas daun tanaman pada perlakuan pupuk NPK majemuk

Perlakuan Rataan

(63)

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis tanah awal
Tabel 2. Hasil Analisis Tanah Setelah Panen
Gambar  2. Rata-rata penambahan tinggi tanaman  tanaman dengan faktor tunggal NPK majemuk (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan pada taraf 5%)
Gambar 3. Rata-rata penambahan diameter tanaman tanaman dengan kombinasi  Asam humik dan NPK majemuk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi bimbingan dan konseling di sekolah menurut Hikmawati (2010) diantaranya: 1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar

Setiap Departemen terintegrasi dengan mengandalkan sistem informasi serta jaringan internet untuk menunjang serta memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga

Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

Aduk kembali tanah di dalam mangkuk dan ulangi langkah 4 sampai dengan 6 hingga didapat jumlah ketukan yang sama.. Ambil kitra-kira 10 gram contoh tanah dengan spatula, tegak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka disimpulkan, bahwa perlakuan asam sulfat dapat mematahkan dormansi benih pala

Pandangan Kuntowijoyo di atas, selaras dengan yang disampaikan Syahrin Harahap bahwa salah satu ciri dari masyarakat industrial adalah terciptanya budaya dunia yang

Dan 27 responden dimana 17 responden (63,0%) bekerjakuran dari 8 jam menalami keluhan MSDs dan sebnak 10 responden (37,0%) tidak mengalami keluhan MSDs.Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di SMK Unggulan NU Mojoagung Jombang. Jenis penelitian ini