HUBUNGAN STATUS KARIES DAN GINGIVITIS
DENGAN
ORAL HYGIENE
PADA ANAK USIA
6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
MUHAMMAD MITRA NIM : 040600108
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan
status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa
hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak
usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah
indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji
analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398
orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah
90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00).
Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan
median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene
yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor
resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur
(p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi
berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan
indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan
diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan
kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya
melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan
karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 Januari 2010
Pembimbing Tanda tangan
T. Hermina M, drg ………
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 29 Januari 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Yati Roesnawi,drg
ANGGOTA : 1. Essie Octiara,drg.,Sp.KGA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, seru sekalian alam yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril
maupun materil dari segala pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda H. Drg. Syaiful
Anwar Nasution, Ibunda Hj. Drg. Mahdian Asfida serta adinda Muhammad Mahathir
dan adinda Muhammad Mulkan atas do’a dan cinta kasih yang diberikan.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang banyak memberikan bantuan, antara lain :
1. Prof.Ismet Danial Nasution,drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. T. Hermina M, drg selaku selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu,membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
3. Taqwa Dalimunthe,drg.,Sp.KGA selaku ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Anak dan seluruh Staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.
4. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku ketua tim pelaksana Desa
5. Wandania Farahanny,drg selaku pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis selama menjalankan masa pendidikan dan kepada seluruh Staf pengajar di
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
6. Keluarga besar drg Kudri dan drg Mahrita Sp.perio atas semangat dan bantuan
yang telah diberikan, khususnya buat Nana yang telah banyak memberikan
dorongan penuh dan motivasi yang tiada henti kepada penulis demi kelancaran
penyelesaian skripsi ini, semoga harapan dan cita kita tercapai.
7. Kepala Desa Ujung Rambung, Bapak Camat dan Kepala Dinas Kesehatan
Serdang Bedagai yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8. Teman-teman penelitian di Desa Ujung Rambung Maslah siregar, Adi wika,
Nicko agung, Ina Julita, Aeri atas kerja samanya serta Dian P., Amy, Reza lubis,
Nanda Iswa dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data.
9. Keluarga Besar HMI Komisariat FKG USU khususnya senioren dan rekan
pengurus’08-‘09, Bg Efril,Bg Daus,Bg Ranu,Bg Akbar,Bg Irvan, Andri, Dimas,
Tassa, Ade, Agung, Nia, Habib, Cony, Nuria dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan,atas dukungan dan merupakan suatu kebanggan berada diantara kaum
insan cita, yakin dengan niat usaha dengan ilmu sampaikan dengan amal.
Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Allah selalu meridhoi kita semua.
Medan, 29 Januari 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pemasalahan ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Hipotesa Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 7
2.2 Gingivitis ... 14
2.3 Oral Hygiene Yang Buruk ... 15
2.4 Faktor Resiko Oral hygiene ... 18
2.5 Kerangka teori ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 20
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 21
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.3 Variabel Penelitian ... 21
4.4 Skema Identifikasi Variabel ... 22
4.6 Tempat dan Waktu ... 27
4.7 Sarana Penelitian ... 27
4.8 Cara pengumpulan data ... 28
4.9 Pengolahan dan Analisa data ... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Indeks plak,indeks gingivitis dan status karies pada murid SD Usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung ... 29
5.2 Hubungan gingivitis dan status karies (deft,DMFT) dengan Oral hygiene. ... 31
5.3 Hubungan Indeks plak dan karies (deft,DMFT) dengan Faktor resiko oral hygiene ... 33
BAB 6 PEMBAHASAN ... 40
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 47
7.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Karis gigi pada anak-anak ... 7
2 Faktor-faktor penyebab karies... 10
3 Karies pada proksimal gigi yang berlanjut hingga karies
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Status kejadian karies, tingkat keparahan oral hygiene dan gingivitis Murid SD Desa Usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung ... 30
2 Nilai tengah(median) karies, plak dan gingivitis pada murid
SD usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung…………..…………. 30
3 Uji statistik antara indeks plak dengan indeks gingivitis
Murid SD Usia 6-12 Tahun di Desa Ujung Rambung ... 31
4 Uji statistik antara indeks plak dengan indeks deft dan DMFT
pada Murid SD Usia 6-12 Tahun di Desa Ujung Rambung ... 32
5 Uji Statistik antara Faktor resiko Oral Hygiene dengan Indeks Plak Pada Murid SD Desa Ujung Rambung ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Informasi Kepada Orang Tua dan Pernyataan Kesedian Orang Tua Subjek.
2. Lembaran Pemeriksaan Keadaan Gigi-Geligi pada Rongga Mulut Subjek.
3. Kuesioner Orang Tua Mengenai Hubungan Faktor Predisposisi Terahadap Kejadian Karies.
4. Hasil Analisis Statistik.
5. ... Surat
ethical clearence.
6. ... Surat
Keterangan SD 104272, SD 107426, SD swasta Tuanku Tambusai.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan
status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa
hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak
usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah
indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji
analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398
orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah
90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00).
Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan
median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene
yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor
resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur
(p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi
berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan
indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan
diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan
kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya
melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan
karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan
status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa
hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak
usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah
indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji
analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398
orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah
90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00).
Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan
median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene
yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor
resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur
(p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi
berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan
indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan
diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan
kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya
melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan
karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi,
hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk
Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit
jaringan penyangga gigi dan karies gigi.1
Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada
abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan
masalah klinik yang signifikan.2 Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena
hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah
penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak.3
Penelitian karies gigi pada anak telah banyak dilaporkan. Suwelo melaporkan
prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-rata 7,02
± 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (1984 – 1988) pada daerah kota, prevalensi
karies anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 , serta menurut SKRT (1995)
menunjukkan prevalensi karies pada anak umur 12 tahun sebesar 76,9% dengan
DMF-T 2,21.2 Hasil penelitian pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai
diperoleh karies pada gigi susu kelompok umur 6-14 tahun def-t 6,29 ± 4,41 indikasi
yang masih dapat ditambal rata 4,70 ± 3,40 dan gigi dengan indikasi cabut
1,91 gigi yang terdiri atas rata-rata gigi yang masih dapat ditambal 1,56 ± 1,75 gigi
dan rata-rata gigi yang sudah dicabut atau indikasi cabut sebesar 0,12 ± 0,49 gigi.4
Hal ini menunjukkan suatu keadaan gigi yang hampir tanpa penanganan. Agar target
pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO bahwa angka DMF-T anak umur 12
tahun sebesar 1 dapat tercapai maka diperlukan suatu tindakan pencegahan.
Penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan penyakit tersebut
banyak diderita pada anak dan sumber dari penyakit tersebut akibat terabaikannya
kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadi akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis
yang yang melekat erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri.1 Pada
percobaan klinis yang dilakukan Syed & Loesche ternyata gingivitis yang timbul
mempunyai hubungan yang erat nilai plak, kenaikan nilai plak diikuti oleh
peningkatan nilai indeks gingiva.5
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan
tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat
kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak secara teratur. Penelitian yang
dilakukan Nurmala S. Pada tahun 2004 dikota medan, prevalensi penyakit periodontal
pada seluruh kelompok umur cukup tinggi yaitu 96,58%. Pada umur 6 tahun sebesar
50 % dan pada umur 11 tahun sebesar 90%.6 Namun, pencegahan dan perawatan
penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah.6
Tindakan pencegahan dan perawatan tengah dilakukan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) melalui desa binaan yang terletak di
ini pencegahan dan pelayanan di bidang kesehatan gigi anak. Lokasi penelitian
berada di desa ujung rambung yang berjarak ± 40 km dari Medan. Berdasarkan data
yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (2002), luas desa terdiri dari 3,28 km2.
Jumlah penduduk 3.213 jiwa dengan 499KK, terdiri dari 1.255 pria, 1.017 wanita,
487 anak laki-laki dan 454 anak perempuan.Pemilihan lokasi dikarenakan desa ini
tidak memiliki praktek dokter dan dokter gigi serta tidak adanya UKGS (Unit
Kesehatan Gigi Sekolah), fasilitas kesehatan yang tersedia adalah Puskesmas yang
terletak di Kecamatan berjarak 5,1 km dari desa. Desa ini juga merupakan desa
binaan sekaligus desa percontohan dalam hal kesehatan gigi dan mulut. Penduduk
desa ini sbelumnya telah mendapat pelayanan gigi dan mulut oleh FKG USU pada
bulan Februari 2008, namun yang baru mendapatkan pelayanan kesehatan gigi (
penambalan, pencabutan dan pembersihan karang gigi) berjumlah 286 orang yang
terdiri dari pasien dewasa, remaja dan anak-anak. Pasien anak yang paling banyak
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi sebesar 220 orang yaitu 5 orang pada usia 0-4
tahun, 126 orang pada usia 5-9 tahun, 89 orang pada usia 10-14 tahun. Jumlah anak
yang memerlukan pelayanan kesehatan gigi adalah sebanyak 161 orang, yang
mendapat perawatan sebanyak 157 orang dan hanya 4 orang yang tidak mendapat
perawatan.7
Penelitian ini dilakukan pada anak-anak kelompok usia Sekolah Dasar dari
kelas I sampai kelas VI di SDN 104272, SDN 107426 dan SD Swasta Tuanku
Tambusai, dilakukan untuk mengetahui hubungan status karies dan gingivitis dengan
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam permasalahan umum dan khusus ,yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara oral hygiene dengan status karies pada anak usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung?
2. Apakah ada hubungan antara oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung?
3. Bagaimana faktor resiko oral hygiene anak usia 6-12 tahun di desa Ujung
Rambung dihubungkan dengan status karies dan oral hygiene ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisa hubungan oral hygiene dengan status karies pada anak usia
6-12 tahun di desa Ujung Rambung
2. Menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia 6-12
tahun di desa Ujung Rambung
3. Menganalisa hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan
oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat untuk masyarakat :
1. Mendapatkan informasi mengenai oral hygiene dan status karies pada anak
usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung sehingga dapat sebagai bahan masukan
2. Memotivasi masyarakat agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
Puskesmas.
3. Mempercepat pembentukan dan pemanfaatan UKGS.
4. Desa ujung Rambung dijadikan sebagai desa percontohan dalam hal
kesehatan gigi dan mulut.
Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan :
1. Sebagai penelitian pendahuluan bagi bidang kedokteran gigi anak.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah
maupun swasta dalam hal pencegahan kesehatan gigi dan mulut anak.
Manfaat kebutuhan klinis :
1. Diketahuinya informasi mengenai keadaan oral hygiene dan karies anak
usia 6-12 tahun didesa Ujung Rambung sehingga dokter gigi dapat memberikan
kebutuhan klinis yang tepat pada anak
2.Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan program pencegahan dalam
hal kesehatan gigi dan mulut di desa Ujung Rambung dalam rangka mewujudkan visi
1.5 Hipotesa Penelitian
- Adanya hubungan oral hygiene dengan karies pada anak usia 6-12 tahun di
desa Ujung Rambung.
- Adanya hubungan oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia 6-12 tahun
di desa Ujung Rambung.
- Adanya hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang sering terjadi pada anak-anak.
Rasa sakit pada karies yang tidak dirawat akan mempengaruhi kehadiran di sekolah,
makan dan berbicara serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Semua anak-anak
pernah mengalami karies yang merupakan penyebab patologis hilangnya gigi pada
anak-anak (Gambar 1). Walaupun demikian, karies gigi dapat dicegah dan dirawat. 8,9
Gambar 1. Karies gigi pada anak-anak.17
2.1.1 Defenisi dan Prevalensi Karies Gigi
Karies merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang
jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum). Jaringan tersebut rusak dan
menyebabkan lubang pada gigi.9,10
Tingginya prevalensi karies pada anak dapat menyebabkan masalah pada
kedokteran gigi anak. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan angka prevalensi
karies pada gigi sulung, 40% anak-anak berumur 5 tahun di Inggris memiliki karies
pada gigi sulung mereka (Pitts 2001), 30% hingga 50% anak-anak berumur 5 tahun di
Zimbabwe memiliki karies (Frencken 1999), 56 % hingga 96 % anak-anak berumur 5
hingga 6 tahun di Hungaria mengalami karies pada gigi sulung mereka (Szoke 2000),
81% anak-anak berumur 7 tahun di Pulau Karibia (Alonge 1999), sedangkan di
Oman, 69% hingga 96% anak-anak berumur 6 tahun mengalami karies gigi sulung
(Al-Ismaily 1997).10 Di Arab Saudi, prevalensi karies pada anak-anak usia sekolah
dasar (6-12 tahun) mencapai 94,4 %.23
2.1.2 Penyebab Dan Gejala Karies Gigi
Karies tidak dapat dilepaskan dari peran plak gigi dan peran organisme yang
dominan terdapt didalamnya yitu Streptococcus mutans yang dianggap sebagai
bakteri utama penyebab terjadinya karies. Karena terjadinya karies akibat adanya
interaksi dari pejamu (permukaan gigi, saliva, pelikel), diet dan plak gigi. Plak
merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan berbagai
macam mikroorganisme pada permukaan gigi yang berada pada suatu polimer
matriks bakteri dan saliva. Dari hasil pertemuan para pakar mikrobiologi ekologi
pada konferensi yang diadakan oleh The national Institute for Dental and Craniofacial
Research disepakati bahwa plak merupakan biofilm yang terbentuk didalam rongga
Biofilm merupakan suatu agregat kompleks dari mikroorganisme yang
menempel dan berkembangbiak pada suatu permukaan jaringan keras dan lunak
rongga mulut, berisikan satu atau beberapa spesies mikroorganisme yang melekat
dengan bantuan glikokaliks. Dengan demikian plak yang disebut juga biofilm gigi
dapat idefenisikan sebagai suatu deposit lunak yang mengandung berbagai macam
kumpulan mikroorganisme pada permukaan gigi sebagai biofilm. Proses
pembentukan plak pada permukaan gigi meliputi 3 tahap. Pertama, absorbsi protein
saliva dan glikoprotein membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan gigi yang
disebut pelikel ( acquired pellicle). Kedua, kolonisasi bakteri di dalam pelikel yang
menempel pada email gigi. Ketiga, kolonisasi sekunder akibat interaksi antara bakteri
dalam pelikel dengan bakteri lain yang ada dalam rongga mulut, yang menyebabkan
meningkatnya diversitas spesies bakteri dimana pada akhirnya terjadi matrikulasi plak
pada gigi.11 Namun, secara umum ada empat faktor yang berperan menyebabkan
karies atau lubang gigi, yakni gigi (host), bakteri (plak/agent), karbohidrat atau
Gambar 2. Faktor-faktor penyebab karies.20
Sebanyak 96 % enamel gigi terdiri dari mineral. Mineral tersebut, khususnya
hidroksiapatit, akan larut jika dalam lingkungan asam. Dentin dan sementum
merupakan bagian gigi yang mudah terkena karies daripada enamel. Hal ini
dikarenakan dentin dan sementum memiliki sedikit mineral. Hilangnya mineral pada
permukaan akar gigi 2,5 kali lebih cepat dibandingkan karies pada enamel. Selain itu,
anatomi gigi juga dapat mempengaruhi pembentukan karies. Groove gigi (pit dan
fisur) yang dalam mengakibatkan gigi mudah terkena karies. Makanan yang terjebak
atau menumpuk diantara gigi (proksimal) juga dapat mempermudah terbentuknya
karies gigi. Walaupun karies proksimal tidak terlihat secara kasat mata, namun
gambaran radiografi dapat membantu untuk mendeteksi karies proksimal 8,16 (Gambar
Gambar 3. Karies pada proksimal gigi yang berlanjut hingga karies yang melibatkan pulpa.8
Mulut terdiri dari berbagai jenis bakteri, namun hanya beberapa bakteri yang
diyakini sebagai penyebab terjadinya karies. Bakteri-bakteri tersebut antara lain
Sterptococcus mutans, Lactobacillus sp, Veillonella sp. dan Actinomyces sp.
Bakteri-bakteri tersebut berkumpul di sekitar gigi dan gingiva, lalu membentuk sebuah
lapisan biofilm yang disebut plak gigi. Selain di sekitar gigi dan gingiva, lapisan
biofilm juga dapat terbentuk di tepi tambalan atau restorasi mahkota, pesawat
ortodonsia atapun gigitiruan.8 Plak gigi merupakan faktor penyebab karies yang
utama. Hal ini dikarenakan bakteri menghasilkan asam yang dapat melarutkan
mineral gigi dan akhirnya terbentuklah karies atau lubang gigi.14-17
Makanan yang mengandung gula sangat mempengaruhi prevalensi dan
perkembangan karies gigi. Intensitas karies pada anak-anak pra sekolah dipengaruhi
sukrosa merupakan sumber energi bakteri dan bersifat kariogenik. Asam yang
diproduksi bakteri yang disebut dengan asam laktat merupakan hasil perubahan dari
sukrosa atau glukosa melalui proses glikolitik yang disebut dengan fermentasi.8,10-16
Asam tersebut akan menyebabkan demineralisasi dan jika terus berlanjut maka akan
menimbulkan lubang. Proses demineralisasi tergantung pada pH rongga mulut.
Biasanya sekitar 5,2 hingga 5,5. Namun, proses remineralisasi juga dapat terjadi jika
pH di sekitar gigi meninggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh (1) kurangnya substrat
untuk metabolisme bakteri, (2) persentase bakteri kariogenik yang rendah pada plak
gigi, (3) kecepatan sekresi saliva yang meningkat, (4) kemampuan buffer pada saliva
yang tinggi, (5) adanya ion inorganik pada saliva, (6) fluoride dan (7) proses
pembersihan rongga mulut yang teratur.18
Frekuensi gigi terkena bahan kariogenik (dalam lingkungan asam) akan
mempengaruhi perkembangan karies. Setelah makan, bakteri dalam rongga mulut
mengubah gula menjadi asam yang akan menurunkan pH rongga mulut. Kemudian
pH kembali normal akibat kemampuan buffer dari saliva. Setiap terkena asam,
mineral inorganik pada permukaan gigi akan larut dan kembali larut selama 2 jam.
Perkembangan karies gigi dipengaruhi oleh frekuensi gigi terkena lingkungan asam.
Sebagai contoh, ketika gula dimakan sepanjang hari, gigi lebih mudah terkena karies
dan karies berkembang dengan cepat. Hal ini dikarenakan pH tidak kembali normal,
sehingga permukaan gigi tidak dapat diremineralisasi dan mineral yang hilang
semakin banyak.8
Disamping keempat faktor penyebab karies di atas, saliva juga mempunyai
dihubungkan dengan perkembangan karies. Karena kemampuan buffer saliva dapat
menetralkan kembali pH rongga mulut yang asam akibat metabolisme sukrosa yang
dilakukan oleh bakteri. Adanya penyakit sistemik yang membuat volume saliva
berkurang juga dapat meningkatkan insiden terjadinya karies. Contohnya sjögren's
syndrome, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarcoidosis. Obat-obatan seperti
antihistamin and antidepresan, juga dapat mengganggu aliran saliva di rongga mulut.
Di Amerika Serikat, sebanyak 63 % obat-obatan memiliki efek samping mulut kering.
Terapi radiasi pada perawatan kepala dan leher juga dapat menggangu produksi saliva
di rongga mulut. Konsumsi tembakau pada rokok juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya karies. Beberapa rokok ternama memiliki kandungan gula yang tinggi yang
dapat menyebabkan gigi mudah terkena karies.8
Seseorang yang mengalami karies biasanya tidak sadar atau mengetahui.
Tanda awal dari karies adalah white spot pada permukaan gigi, menunjukkan daerah
yang mengalami demineralisasi enamel. Jika demineralisasi berlanjut, maka akan
berubah menjadi warna kecoklatan dan mulai berlubang. Sebuah brown spot
merupakan tanda karies aktif dan selanjutnya terjadi kerusakan pada enamel atau
dentin. Jika lubang terbentuk pada enamel dan tubulus dentin terpapar, maka akan
menyentuh saraf gigi dan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit akan bertambah parah
jika terkena panas, dingin atau makanan dan minuman manis. Karies juga dapat
2.2 Gingivitis
Gingivitis merupakan salah satu penyakit periodontal yang terjadi akibat oral
higiene yang buruk. Selain gingivitis, penyakit pada jaringan periodontal adalah
periodontitis. Kedua penyakit tersebut dibedakan berdasarkan saku yang terbentuk.
Pada gingivitis, saku yang terbentuk saku gusi, sedangkan pada periodontal saku yang
terbentuk saku periodontal. Gingivitis jika tidak dirawat maka akan menjadi
periodontitis. Gingivitis diklasifikasikan menjadi tiga yakni gingivitis ringan, sedang
dan berat/parah. Tanda awal gingivitis ringan yakni edema pada tepi gingiva dengan
perubahan warna dari merah jambu ke merah atau merah kebiruan. Pada gingivitis
sedang gingiva berwarna merah, edematous dan berdarah jika disentuh. Sedangkan
pada gingiva berat, gingiva berwarna merah tua, membesar dan berdarah spontan.28
Kadang-kadang pada gingivitis dapat dijumpai adanya ulser. Kontur gingiva normal
yang stippling seperti kulit jeruk tidak dijumpai pada gingivitis, tetapi yang dijumpai
adalah kontur yang licin berkilat. Pembesaran gingiva yang terjadi pada gingivitis
membuat jarak antara tepi gingiva dan batas sementum enamel pada gigi semakin
dalam.29,30
2.2.1 Definisi dan Prevalensi Gingivitis
Gingivitis dapat diartikan sebagai respon inflamasi pada gingiva. Respon
inflamasi disebabkan adanya mikroba yang mengkoloni di sulkus gingiva atau
permukaan gigi. Jika mikroba dalam jumlah sedikit, masih dapat ditolerir oleh tubuh
melalui mekanisme pertahanan tubuh. Namun jika jumlah mikroba meningkat dan
pertahanan tubuh tidak mampu melawan invasi bakteri, maka akan menyebabkan
Pada anak-anak, prevalensi gingivitis meningkat seiring dengan pertambahan
usia hingga mencapai puncak pubertas. Menurut Dhar dkk (2007), Prevalensi
gingivitis pada anak-anak usia 5-14 tahun di Rajasthan (India) sekitar 84,37 %.30 Di
Lithuania, prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 6-14 tahun sekitar 56,4 %
(Pauraite dkk).31
2.2.2 Penyebab dan Gejala Gingivitis
Penyebab terjadinya gingivitis atau inflamasi gingiva adalah adanya invasi
bakteri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Loe dkk dan
McCall 1933. Loe dkk meyimpulkan bahwa plak bakteri yang berkumpul di margin
gingiva dapat menyebabkan gingivitis. Bakteri-bakteri tersebut antara lain
Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis. Selain itu,
defisiensi vitamin C juga dihubungkan dengan faktor etiologi gingivitis (Bucker
1943). Tanda-tanda atau gejala klinis dari inflamasi gingiva meliputi perubahan
kontur, warna dan konsistensi. Pada gingivitis, kontur gingiva licin berkilat, berwarna
merah hingga merah kebiruan, edematous dan perdarahan. 28,29
2.3 Oral Hygiene Yang Buruk
Kesehatan rongga mulut memegang peranan yang penting untuk masalah satu
komponen hidup sehat yang penting. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik,
maka akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. Penyakit periodontal (seperti
gingivitis dan periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat dari oral higiene yang
buruk.Penyakit periodontal dan karies gigi merupakan penyakit di rongga mulut yang
dipengaruhi oleh tindakan kontrol plak oleh pasien dan perawatan dari dokter gigi.22
Kontrol plak yang dapat dilakukan oleh pasien di rumah antara lain menyikat gigi dan
flossing. Sedangkan di klinik dokter gigi, dapat dilakukan topikal aplikasi fluoride
dan skelling.23 Jika gigi bersih maka karies tidak akan terjadi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan oleh J Leon Williams (1852-1931), presiden pertama American Dental
Association (ADA). Oral higiene yang baik akan mencegah timbulnya karies.20
Karies gigi, gingivitis dan status kesehatan rongga mulut sangat berhubungan
karena penyakit periodontal (seperti gingivitis dan periodontitis) dan karies gigi
merupakan akibat dari oral higiene yang buruk. Karies gigi merupakan penyakit yang
paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal,
sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi bersifat
kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga
sebagian besar penderita mengalaminya seumur hidup. Namun demikian penyakit ini
sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat dan tenaga kesehatan, karena jarang
membahayakan jiwa.23
Selain faktor gigi itu sendiri, faktor dari luar juga berhubungan dengan resiko
terjadinya karies, seperti budaya, status sosial ekonomi, gaya hidup dan pola makan.
Karies gigi lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 11 – 14 tahun.23 Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menunjukkan prevalensi
karies gigi 89,38% untuk usia 15 tahun; 83,50% untuk usia 18 tahun; 94,56% untuk
usia 35-44 tahun dan 98,57% untuk usia 65 tahun ke atas.18 Menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan sebanyak 76,2 % anak
atau gigi berlubang. Dan berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, prevalensi karies gigi di
Indonesia adalah 90,05 %. Tingginya prevalensi karies gigi di Indonesia, membuat
masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat.24-26
Karies gigi disebabkan oleh plak bakteri yang ada di sekitar gigi dalam jangka
waktu tertentu. Untuk terjadinya lubang atau karies pada permukaan licin gigi yang
dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu kira-kira 18 bulan ± 6 bulan. Karies gigi
pada tahap awal tidak menimbulkan rasa sakit, namun pada tahap lanjut dapat
menimbulkan rasa sakit.27 Beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut yakni
frekuensi konsumsi gula, mulut kering dan oral higiene yang buruk.14 Oral higiene
dapat dirawat secara pribadi di rumah dengan cara menyikat gigi secara tepat dan
teratur. Tujuannya yakni untuk meminimalkan bakteri penyebab penyakit di rongga
mulut dengan mencegah pembentukan plak bakteri dan menyingkirkannya. Jika plak
bakteri bertambah banyak, gigi akan mudah terkena karies. Karena sisa makanan
yang mengandung gula akan dipakai bakteri untuk memproduksi asam yang akan
mendemineralisasikan enamel. Selain di rumah, perawatan oral higiene dapat
dilakukan di klinik dokter gigi. Dokter gigi akan menyingkirkan plak dan kalkulus
yang sulit disingkirkan secara pribadi di rumah.8
Oral higiene yang buruk juga berhubungan dengan gingivitis. Gingivitis
merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva. Selain itu, defisiensi vitamin C juga
dihubungkan dengan faktor etiologi gingivitis (Bucker 1943). Prevalensi terjadinya
Hugoson dkk 1981 dan Stamm 1986). Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah
dengan yang terjadi pada orang dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan
kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh, ataupun perbedaan morfologi
jaringan periodontium antara anak-anak dan orang dewasa (Bimstein dan Matsson
1999). Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang
konsentrasinya rendah.28,29
2.4 Faktor Resiko Oral Hygiene
Oral higiene memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup
sehat. Jika oral higiene tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai penyakit
di rongga mulut. Oral higiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Sogi GM dkk (2002) dan Peres MA dkk (2003), karies gigi dan
status kesehatan rongga mulut anak-anak usia 13 hingga 14 tahun sangat
berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Namun, menurut
penelitian Mustahsen dkk tahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak
dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan
sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk
daripada yang keadaan sosial ekonominya rendah atau tinggi.23 Disamping
berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi, kesehatan rongga mulut juga
berhubungan dengan tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut
Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Tingkat pendidikan
dengan tingkat pendidikan tingi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.3
Sedangkan pada faktor usia dan jenis kelamin, anak-anak yang berusia diantara 11 -
14 tahun dan jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih
buruk (WHO). Jika dihubungkan dengan ras, orang Asia dan Afrika memiliki
kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada orang Eropa dan Amerika.21
2.5 Kerangka teori
Karies Gingivitis
Karbohid rat (diet)
Host
Saliva
Jenis kelamin
Defisiensi Nutrisi/
Vit. C Bakteri
BAB 3
KERANGKA KONSEP
?
?
SUBSTRAT PLAK BAKTERI GIGI WAKTU
ORAL HYGIENE BURUK : -Plak
-Faktor resiko
(pendidikan,sosio-ekonomi, perilaku kesehatan gigi) PLAK
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara analitik cross sectional.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Anak sekolah dasar yang terdapat di dua Sekolah Dasar
Negeri (SDN 104272 dan SDN 107426) dan satu Sekolah
Dasar Swasta (SD Swasta Tuanku Tambusai) di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Sampel : Anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. yang terdapat di dua
Sekolah Dasar (SDN 104272 dan SDN 107426) dan
satu Sekolah Dasar Swasta (SD Swasta Tuanku Tambusai)
di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai.
Teknik pengambilan sampel : Purposive Sampling.
4.3 Variabel Penelitian
- Variabel tidak terkendali :
Sosial-ekonomi dan Pengetahuan
-Variabel terkendali :
- Variabel bebas :
Oral hygiene
- Variabel tergantung :
a. Status karies
b. Gingivitis
4.4 Skema Identifikasi Variabel
4.5 Definisi Operasional
4.5.1 Karies adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang Variabel bebas :
Oral hygiene
Variabel tergantung :
- Status karies - Gingivitis Variabel tidak terkendali :
- Sosial-ekonomi - Pengetahuan
Variabel terkendali : - Umur
disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur
jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum). 8,9
4.5.2 Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva. Tanda awal
gingivitis antara lain adanya adema pada margin gingiva ditandai dengan perubahan
warna merah jambu ke warna merah atau merah biru.28,29.
4.5.3 Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang
terhadap karies, karena objek penelitian adalah anak pada masa gigi bercampur, maka
digunakan indeks dari klein yang meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T/def-t) .32
DMF-T
Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga.
D = Decayed = gigi tetap yang mengalami karies atau yang belum ditambal.
M = Missing = gigi tetap dengan kesi karies yang tidak dapat ditambal lagi
dan sudah dicabut.
F = Filling = gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal.
T = Tooth = Gigi tetap (permanen).
def-t
d = decayed = gigi susu yang mengalami karies dan belum ditambal.
e = extracted = gigi susu dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat,
radiks(indikasi pencabutan) dan gigi yang hilang tidak
diperhitungkan.
f = filling = gigi susu yang mengalami karies dan sudah ditambal.
4.5.4 Indeks gingiva diperkenalkan oleh Loe and Silness pada tahun 1963
dengan kriteria pemberian skornya antara lain :
Kode 0 : Gingiva normal.
Kode 1 : Peradangan ringan, pembengkakan sedikit dan tidak ada perdarahan
sewaktu probing.
Kode 2 : Peradangan sedang, terlihat gingiva memerah, membengkak dan
terjadi perdarahan setelah probing.
Kode 3 : Peradangan berat, terlihat warna merah yang jelas, kecenderungan
perdarahan spontan.32
4.5.5 Indeks oral hygine, pada anak digunakan indeks plak Loe and Silness
dengan kriteria pemberian skornya antara lain :
Kode 0 : Tidak ada plak pada daerah gingiva.
Kode 1 : Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan
permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai dengan mengesek
gesekan sonde sepanjang permukaan gigi.
Kode 2 : Penumpukan yang sedang dari deposit lunak di dalam saku dan tepi
gingiva, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Kode 3 : Penumpukan yang banyak dari deposit lunak di dalam saku da/atau
Pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.32
4.5.6 Pemeriksaan indeks plak dan gingiva dilakukan pada 6 gigi yaitu 55/16,
55/16 51/11 65/26
85/46 71/31 75/36
4.5.7 Pemberian nilai indeks gingiva adalah dengan menjumlahkan skor
indeks gingiva yang diperiksa lalu dibagi jumlah gigi(6). Bila hasilnya berkisar 0-1
dikategorikan gingivitis ringan, 1,1-2 dikategorikan gingivitis sedang, 2,1-3
dikategorikan gingivitis parah. Pemberian skor indeks gingiva yaitu :
- skor 1 : gingivitis parah (2,1-3).
- skor 2 : gingivitis sedang (1,1-2).
- skor 3 : gingivitis ringan (0-1)
4.5.8 Pemberian nilai indeks plak adalah dengan menjumlahkan skor indeks
plak yang diperiksa lalu dibagi jumlah gigi (6). Bila hasilnya berkisar 0-0,9
dikategorikan oral hygine baik, 1-1,9 dikategorikan oral hygine sedang, ≥ 2
dikategorikan oral hygine buruk.32 Pemberian skor indeks plaknya yaitu :
- skor 1 : oral hygine buruk (≥ 2).
- skor 2 : oral hygine sedang (1-1,9).
- skor 3 : oral hygine baik (0-0,9)
4.5.9 Jenis kelamin adalah anak laki-laki dan perempuan. Penentuan skornya :
- skor 1 : anak laki-laki
4.5.10 Umur anak adalah umur subjek 6-12 tahun dihitung dari ulang tahun
terakhir anak. Penentuan skornya :
- skor 1 : umur 6-7 tahun
- skor 2 : umur 8-9 tahun
- skor 3 : umur 10-11 tahun
- skor 4 : umur 12 tahun
4.5.11 Pemberian kategori skor untuk tingkat pendidikan,yaitu :
- skor 1 : Tingkat rendah ( Tidak sekolah dan Tamat SD ).
- skor 2 : Tingkat sedang ( Tamat SLTP )
- skor 3 : Tingkat tinggi ( Tamat SLTA dan Akademik /Perguruan tinggi)
4.5.12 Pemberian kategori skor untuk pekerjaan ibu, yaitu :
- skor 1 : tidak bekerja
- skor 2 : bekerja (buruh/tukang/PRT, petani,pegawai swasta,PNS/TNI/Polisi,
Pedagang/pengusaha/wiraswasta)
4.5.13 Pemberian kategori skor untuk penghasilan,yaitu :
- skor 1: ≤ 1 juta rupiah
- skor2 : > 1 juta rupiah
4.5.14 Pemberian kategori skor untuk frekuensi dalam sehari anak menyikat
gigi, yaitu :
- skor 1 : Frekuensi salah (Tidak pernah sikat gigi, tidak setiap hari sikat gigi dan 1
kali sehari sikat gigi).
- skor 2 : Frekuensi benar ( 2 kali sehari, 3 kali sehari, lebih dari 3 kali sehari)
- skor 1 : Waktu salah ( tidak tentu, Sebelum sarapan pagi atau mandi sore, Sebelum
sarapan pagi dan Saat mandi sore hari).
- skor 2 : Waktu benar (Setelah sarapan pagi atau Malam hari sebelum tidur, dan
Setelah sarapan pagi dan Malam hari sebelum tidur).
4.5.16 Pemberian kategori skor untuk penggunaan pasta gigi berflour,yaitu:
- skor 1 : tidak menggunakan flour
- skor 2 : menggunakan flour
4.6 Tempat dan Waktu
Tempat : Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai.
Waktu : Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai
November 2009.
4.7 Sarana penelitian
Alat :
- Sonde
- Pinset
- Kaca mulut
- Prob periodontal
- Masker dan sarung tangan
- Senter atau Lampu penerangan
Bahan :
- Antiseptik
- Kapas
4.8 Cara pengumpulan data
Meminta izin kepada kepala desa dan kepala sekolah di tiga sekolah dasar
yaitu SDN 104272, SDN 107426 dan SD Swasta Tuanku Tambusai, lalu memberikan
informed consent dan kuesioner untuk diisi kepada orang tua murid. Pengumpulan
data dilakukan di sekolah masing-masing. Sampel dikumpulkan diruangan yang telah
disediakan pihak sekolah berdasarkan tingkat kelasnya. Setiap sampel dilakukan
pemeriksaan pada rongga mulut menggunakan prob periodontal, sonde, kaca
mulut,dan bantuan cahaya dari senter. Pada setiap sampel dicatat indeks DMFT,
indeks deft, indeks gingivitis, indeks plak pada lembar pemeriksaan.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical
Package for the Social Science).
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kruskal wallis test dan
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Ujung rambung dari bulan Mei s/d Juli 2009
selama 5 minggu di tiga Sekolah Dasar Desa Ujung Rambung yaitu SD Negeri
104272, SD Negeri 107426 dan SD Swasta Tuanku Tambusai. Diperoleh data
berdasarkan daftar hadir masing-masing sekolah dengan total jumlah murid sebanyak
417 orang. Namun, lima orang tidak menjadi subjek penelitian dengan alasan tidak
hadir saat pemeriksaan, menolak diperiksa, dan tidak diizinkan orang tua sehingga
jumlah murid yang diperiksa menjadi 412 orang. Dari 412 orang, sebanyak 14 orang
telah berusia diatas 12 tahun, sehingga jumlah anak yang berusia 6-12 tahun
berjumlah 398 orang. Kuesioner yang dikembalikan dan diisi dengan lengkap dari
anak usia 6-12 tahun hanya 330 kuesioner.
5.1 Indeks plak, Indeks gingivitis dan status karies pada Murid SD usia 6-12
tahun di Desa Ujung Rambung
Data karies pada murid SD Desa Ujung Rambung terdiri atas karies dan bebas
karies dengan bebas karies sebanyak 39 orang (9,8%) dan karies sebanyak 359 orang
(90,2%). Pada data dari indeks plak diperoleh 72 orang (18,09 %) kategori oral
hygiene baik ; 225 orang (56,53%) kategori oral hygiene sedang ; 101 orang
(25,38%) kategori oral hygiene buruk. Dari data indeks gingivitis diperoleh 254
orang (63,81%) kategori gingivitis ringan ; 139 orang (34,93%) kategori gingivitis
TABEL 1. STATUS KEJADIAN KARIES, TINGKAT KEPARAHAN ORAL HYGIENE DAN GINGIVITIS PADA MURID SD USIA 6-12 DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 398)
Dari penelitian anak usia 6-12 tahun yang dilakukan pemeriksaan terhadap
karies ,plak dan gingivitis diperoleh nilai median deft yaitu 3,00 ; DMFT yaitu 1,00 ;
indeks plak adalah 1,50 ; indeks gingivitis adalah 0,83 .(Tabel 2)
Tabel 2. NILAI TENGAH (MEDIAN) KARIES, INDEKS PLAK DAN INDEKS
GINGIVITIS PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG
RAMBUNG (N=398)
Indeks Nilai tengah (Median) Nilai maksimum Nilai minimum
5.2 Hubungan gingivitis dan status karies (deft, DMFT) dengan oral hygiene
Pada penelitian data yang telah diperoleh dilakukan pemrosesan data secara
analitik untuk melihat hubungan antara status karies (deft,DMFT) dengan oral
hygiene (plak) dan juga hubungan antara gingivitis dengan oral hygiene (plak). Data
ini diketahui dari lembar pemeriksaan pada 398 orang. Pada lembar pemeriksaan
tersebut didapat status karies (deft dan DMFT), indeks plak dan indeks gingivitis
yang kemudian dilakukan uji analisis untuk mengetahui hubungan dengan hubungan
signifikan p < 0,05.
Pada uji statistik, diperoleh nilai p pada hubungan antara indeks plak dengan
gingivitis, dengan nilai p = 0,000 ( tabel 3 ).
Tabel 3. UJI STATISTIK ANTARA INDEKS PLAK DENGAN INDEKS GINGIVITIS,PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga
kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang ; p = 0,000.
- Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,000.
Pada uji statistik, diperoleh nilai p pada hubungan antara status karies yaitu
deft dengan indeks plak , dengan nilai = 0,009 ; dan DMFT dengan indeks plak ,
dengan nilai = 0,007 (tabel 4).
Tabel 4. UJI STATISTIK ANTARA INDEKS PLAK DENGAN INDEKS deft DAN INDEKS DMFT PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA
UJUNG RAMBUNG
Kriteria Indeks
plak
Indeks deft Indeks DMFT
Nilai
Perolehan hasil analitik indeks deft tersebut memiliki hubungan bermakna (p
= 0,009), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang; p = 0,958.
- Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,014.
- Antara kriteria plak Baik dan Sedang ; p = 0,003.
Perolehan hasil analitik indeks DMFT tersebut memiliki hubungan bermakna
(p = 0,007) , sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang; p = 0,058.
- Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,002.
5.3 Hubungan Indeks Plak dan Karies (deft, DMFT) dengan Faktor resiko Oral
hygiene
Untuk melihat ada hubungan Indeks Plak dan karies dengan Faktor resiko
Oral hygiene digunakan uji statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dari uji
statistik untuk melihat hubungan antara indeks plak dengan faktor resiko oral
hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur
(0,038) dan pada faktor pendidikan ibu (0,05) (tabel 5).
Tabel 5. UJI STATISTIK ANTARA FAKTOR RESIKO ORAL HYGIENE DENGAN INDEKS PLAK PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
2. Jenis kelamin Laki-laki
3. Pendidikan orang tua a. Ayah
Kriteria N % Indeks plak
Median Nilai min Nilai max P 5. Penghasilan
- ≤ 1 juta rupiah anak dalam menyikat gigi. dalam sehari anak menyikat gigi. menggunakan pasta gigi
berfluor
Perolehan hasil analitik antara indeks plak dengan umur memiliki hubungan
bermakna (p = 0,038), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil,
yaitu :
- Antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun; p = 0,189.
- Antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,239.
- Antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,013
- Antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ; p = 0,042
- Antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ; p = 0,660
Perolehan hasil analitik antara indeks plak dengan pendidikan ibu memiliki
hubungan bermakna (p = 0,05), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh
hasil, yaitu :
- Antara umur tingkat rendah dan sedang; p = 0,293.
- Antara umur tingkat rendah dan tinggi ; p = 0,045.
- Antara umur tingkat sedang dan tinggi ; p = 0,015.
Antara def-t dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada
hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (0,000) (tabel 6). Uji statistik
untuk melihat hubungan antara DMF-T dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan
bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (0,001); frekuensi
menyikat gigi dalam sehari (0,014) ; faktor menyikat gigi menggunakan pasta gigi
berflour (0,048). Selebihnya tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara
Tabel 6. UJI STATISTIK ANTARA FAKTOR RESIKO ORAL HYGIENE
2. Jenis kelamin Laki-laki
3. Pendidikan orang tua
4. Pekerjaan ibu - Tidak bekerja
Kriteria N % Deft DMFT dalam sehari anak menyikat gigi.
Perolehan hasil analitik antara indeks deft dengan umur memiliki hubungan
bermakna (p = 0,000), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil,
Perolehan hasil analitik antara indeks DMFT dengan umur memiliki
hubungan bermakna (p = 0,001), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan
diperoleh hasil, yaitu :
- Antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun; p = 0,026.
- Antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,000.
- Antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ; p = 0,002.
- Antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,077
- Antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ; p = 0,042
- Antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ; p = 0,293
Pada penelitian ini juga didapatkan gambaran umur 6-7 tahun sebanyak 99
orang (24,9%), umur 8-9 tahun sebanyak 157 orang (39,4%), umur 10-11 tahun
sebanyak 114 orang (28,6%), umur 12 tahun sebanyak 28 orang (7,0%). Berdasarkan
jenis kelamin, laki-laki dan perempuan yang berusia 6-12 tahun di SD Ujung
Rambung memiliki jumlah dan persentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak
199 orang (50%) (tabel 5 dan 6).
Pada tingkat pendidikan orang tua diperoleh pendidikan ayah dengan
pendidikan tingkat rendah (tidak sekolah dan tamat SD ) sebanyak 154 orang
(46,6%), tingkat sedang (tamat SLTP) sebanyak 91 orang (27,6%), tingkat tinggi
(tamat SLTA dan akademik/perguruan tinggi) sebanyak 85 orang (25,8%); dan pada
tingkat pendidikan ibu diperoleh dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 183
orang (55,45%), tingkat sedang sebanyak 95 orang (29,78%) dan tingkat tinggi
Pada pekerjaan ibu diperoleh yang terbanyak jumlahnya adalah yang tidak
bekerja sebanyak 134 orang (40,6%), yang bekerja sebagai petani sebanyak 101
orang (30,6%), yang bekerja sebagai buruh/tukang/pembantu rumah tangga sebanyak
43 orang (13%), yang bekerja sebagai pedagang/pengusaha/wiraswasta sebanyak 34
orang (10,3%), yang bekerja sebagai Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polisi sebanyak 18
orang (5,5%). Berdasarkan penghasilan orang tua, yang terbanyak adalah dibawah
sama dengan 1 juta rupiah (≤ 1 juta) yaitu sebanyak 299 orang (90,6%).
Berpenghasilan diatas 1 juta rupiah (> 1 juta) sebanyak 31 orang (9,4%). (tabel 5 dan
BAB 6
PEMBAHASAN
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat identitas, memeriksa indeks plak,
indeks gingivitis dan status karies lalu dilakukan pencatatan dilembar pemeriksaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner diberikan untuk
mengetahui karakteristik masyarakat Desa Ujung Rambung yang berhubungan
dengan faktor resiko oral hygiene. Pertanyaan ini meliputi tingkat pendidikan,
sosial-ekonomi dan perilaku terhadap kesehatan gigi. Pada penelitian ini data yang
diperoleh tidak terdistribusi normal sehingga tidak ditentukan rata-rata (mean) pada
masing-masing skala pengukuran.
Prevalensi karies gigi murid-murid Sekolah Dasar yang berumur 6-12 tahun di
Desa Ujung Rambung sebesar 90,2% (tabel 1) serta def-t 3,00(0,00–18,00) dan
DMF-T 1,00(0,00-12,00). Prevalensi tersebut berbeda dengan prevalensi pada saat
pengabdian FKG USU di Desa Ujung Rambung tahun 2008, dimana prevalensi
karies anak dengan umur 0-14 tahun adalah sebesar 73,18%.7 Penelitian Situmorang
N. (2008) di beberapa Kecamatan di Kota Madya Medan, diperoleh prevalensi karies
anak usia sekolah sebesar 74,69 %.33 Berbeda dengan hasil penelitian Essie O. dan
Yati R. (2001) pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh karies pada
gigi susu kelompok umur 6-14 tahun def-t 6,29 ± 4,41 dan karies gigi tetap DMFT
tiap anak 6-14 tahun dijumpai rata-rata 1,68 ± 1,91 gigi.4
Pada penelitian ini diperoleh indeks plak buruk (≥ 2) sebanyak 101 orang
presentase 56,53%, indeks plak baik (0-0,9) sebanyak 72 orang dengan presentase
18,09% , hal ini dapat diartikan yang tinggi presentase oral hygiene adalah oral
hygiene yang sedang (tabel 1). Diperoleh juga median sebesar 1,50(0,00 – 3,00).
Pada penelitian Silvia Anitasari pada siswa Sekolah Dasar dari kelas 1-6 di
Kecamatan Palaran Samarinda didapatkan 6,73% siswa keadaan kebersihan gigi dan
mulut baik ; 59,03% sedang ;34,24% buruk dengan Oral Hygiene Index Simplified
(OHI-S) rata-rata adalah 3 (kategori sedang).1 Sama dengan hasil penelitian Essie O.
dan Yati R. (2001) pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh indeks
OHI-S anak umur 6-14 tahun dengan rata-rata 2,37 termasuk kriteria sedang, lebih
baik dibandingkan indeks OHI-S pada anak SD Yon Angmor Jakarta yaitu 3,36.
Pada indeks gingivitis terdapat 35 orang (8,8%) yang bernilai 0,00 sehingga
didapat prevalensi gingivitis pada penelitian ini sebesar 91,2% dengan dengan median
sebesar 0,83(0,00-2,67) (tabel2). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurmala
S., pada tahun 2004 di Kota Madya Medan, prevalensi penyakit periodontal pada
seluruh kelompok umur cukup tinggi yaitu 96,58%. Pada umur 6 tahun sebesar 50 %
dan pada umur 11 tahun sebesar 90%.6 Pada penelitian yang dilakukan Dhar dkk
(2007), prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 5-14 tahun di Rajasthan (India)
sekitar 84,37 %.30 Di Lithuania, prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 6-14 tahun
sekitar 56,4 % (Pauraite dkk).31
Pada penelitian diuji hubungan antara gingivitis dengan oral hygiene (indeks
plak) dan juga antara deft, DMFT dengan indeks plak. Dilakukan uji Kruskal-Wallis
dikarenakan tidak terdistribusi normal data yang dikumpulkan, diperoleh nilai p pada
karena p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat
hubungan antara gingivitis dengan indeks plak antara dua kelompok. Untuk
mengetahui kelompok yang mempunyai hubungan atau yang memiliki perbedaan,
maka dilakukan analisis post hoc, alat untuk analisis post hoc pada uji
Kruskal-Wallis adalahuji Mann Whitney.
Hasil dari analisis post hoc tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok
yang mempunyai perbedaan gingivitis adalah antara kelompok plak buruk dan
sedang, kelompok plak buruk dan baik dan kelompok plak baik dan sedang.
Perbedaan tersebut peneliti melihat pada kondisi plak (oral hygiene) buruk, indeks
gingivitisnya, yaitu 1,41 (0,33-2,67) , lebih tinggi daripada indeks gingivitis pada saat
kondisi plak (oral hygiene) baik,yaitu 0,50 (0,00-2,00). Artinya semakin bertambah
buruk tingkat keparahan plak anak maka indeks gingivitisnya juga semakin
bertambah tinggi.
Diperoleh juga nilai p pada hubungan antara deft dengan indeks plak , dengan
nilai p = 0,009 dan pada DMFT dengan indeks plak diperoleh nilai p = 0,007 (tabel
4). Dilakukan juga analisis post hoc dengan uji Mann Whitney. Hasil dari post hoc
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan deft
adalah antara kelompok plak buruk dan baik serta kelompok plak baik dan sedang,
sedangkan antara kelompok plak buruk dan sedang tidak terdapat perbedaan deft.
Antara kelompok indeks DMFT dengan plak, hasil dari post hoc tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan DMFT adalah
antara kelompok plak buruk dan sedang, kelompok plak buruk dan baik serta
buruk,keadaan DMFT nya yaitu 1,00(0,00-12,00) lebih tinggi daripada indeks
DMFT pada saat kondisi plak baik 0,00(0,00-6,00) .
Proses terjadinya karies berhubungan dengan plak yang didalamnya terdapat
kumpulan mikrorganisme termasuk streptococcus mutans. Gingivitis dan karies gigi
merupakan akibat dari oral higiene yang buruk.Kedua penyakit tersebut dipengaruhi
oleh tindakan kontrol plak oleh pasien dan perawatan dari dokter gigi.22 Hasil
penelitian dari Alaluusua dan Malnivirta menunjukkan bahwa akumulasi plak pada
permukaan fasial gigi insisivus maxilaris merupakan tanda awal adanya resiko
karies.35
Hasil analitik untuk melihat hubungan antara indeks plak, deft dan DMFT
dengan faktor resiko oral hygiene diperoleh adanya hubungan indeks plak dengan
faktor umur (p = 0,038) dan faktor pendidikan ibu (p = 0,05) (tabel 5). Antara def-t
dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p
< 0,05) pada faktor umur (p = 0,00) (tabel 6). Diperoleh pada hubungan antara DMFT
dengan faktor resiko oral hygiene bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05)
pada faktor umur (p = 0,001). Selain faktor umur diperoleh juga adanya nilai p < 0,05
pada uji statistik untuk melihat hubungan antara DMF-T dengan faktor resiko oral
hygiene yaitu pada faktor frekuensi menyikat gigi dalam sehari (p = 0,014) ; faktor
menyikat gigi menggunakan pasta gigi berflour (p = 0,048).
Uji analitik yang dilakukan pada kriteria umur tersebut merupakan uji
Kruskal-Wallis sehingga hanya diketahui terdapatnya hubungan atau perbedaan
paling tidak diantara dua kelompok,maka dilakukan post hoc dengan uji
Pada hubungan antara indeks plak dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney
diperoleh kelompok yang memiliki hubungan adalah antara :
- kelompok umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,013 ).
- kelompok umur 8-9 tahun dan 12 tahun ( p = 0,042).
Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks plak, dimana pada anak umur 8-9 tahun
indeks plak merupakan yang tertinggi diantara yang lainnya, yaitu 1,66 (0,00-3,00)
dan pada anak umur 12 tahun,indeks plak merupakan yang terendah, yaitu 1,26
(0,00-2,33). Perbedaan plak pada anak umur 8-9 tahun dengan 10-11 dan 12 tahun dapat
dikarenakan anak umur 8-9 tahun memiliki populasi yang terbesar (39,4%)
dibandingkan kelompok umur lain. Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui
kelompok pendidikan ibu yang memiliki perbedaan bermakna indeks plaknya.
Diketahui bahwa antara pendidikan ibu tingkat rendah (tidak sekolah dan tamat SD),
kondisi indeks plaknya tidak memiliki perbedaan bermakna dengan tingkat
pendidikan sedang ( tamat SLTP).
Pada hubungan antara deft dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney
diperoleh kelompok umur memiliki hubungan dengan deft, yaitu :
- antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun ( p = 0,00);
- antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,00);
- antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ( p = 0,00);
- antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,00);
- antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ( p = 0,00);
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna deft pada tiap-tiap kelompok. Pada
kelompok umur terendah memiliki median deft sebesar 7(0,00-16,00) sedangkan
umur tertinggi memiliki median 0(0,00-6,00), dimana keadaannya semakin
bertambah umur maka indek deft berkurang dikarenakan bertambahnya umur
menyebabkan semakin banyak gigi sulung yang hilang sehingga nilai deft menjadi
berkurang.
Pada hubungan antara DMFT dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney
diperoleh selain kelompok umur 10-11 tahun dan 12 tahun, semua kelompok umur
memiliki perbedaan bermakna pada DMFT nya, yaitu :
- antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun (p = 0,026);
- antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun (p = 0,000);
- antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun (p = 0,002);
- antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun (p = 0,077);
- antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun (p = 0,042).
Hal ini menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok umur yang terendah
dengan tertinggi. Pada kelompok umur 6-7 tahun juga diperoleh nilai DMFT sebesar
0,00(0,00-4,00), dimana keadaan nilai DMFT nya semakin besar seiring
bertambahnya umur, dikarenakan semakin banyaknya gigi yang erupsi.
Terdapat juga perbedaan yang bermakna antara DMFT dengan frekuensi
anak menyikat gigi dalam sehari (p = 0,014). Artinya antara frekuensi salah (tidak
pernah sikat gigi, tidak setiap hari sikat gigi dan 1 kali sehari sikat gigi) dan frekuensi
benar (2 kali sehari, 3 kali sehari, lebih dari 3 kali sehari) terdapat perbedaan
Samarinda (2004) dimana yang terdapat hubungan antara frekuensi sikat gigi siswa
sekolah dasar dengan kebersihan gigi dan mulut dimana X2hitung = X2tabel maka Ho
pada penelitian itu ditolak, artinya ada hubungan antara frekuensi menyikat gigi
dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut.dan karies1.
Dalam hal waktu menyikat gigi, nilai DMFT anak tidak memiliki perbedaan
bermakna antara menyikat gigi waktu salah dan benar, tetapi dalam hal frekuensi
sikat gigi ada perbedaan. Ini dapat disebabkan karena jumlah anak yang menyikat
dengan frekuensi benar mempunyai jumlah terbesar yaitu 82,8% dan waktu dilakukan
menyikat gigi terbesar pada waktu salah (68,8%).
Faktor sosial ekonomi dengan plak,deft dan DMFT tidak diperoleh adanya
hubungan (p<0,05). Sama halnya dengan penelitian Mustahsen dkk tahun 2008,
status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada
penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan
rongga mulut yang lebih buruk daripada yang keadaan sosial ekonominya rendah atau
tinggi.23
Berdasarkan kelompok umur, subjek terbanyak adalah kelompok umur 8-9
tahun yaitu 157 orang (39,4%) dan paling sedikit adalah kelompok umur 12 tahun ke
atas yaitu 28 orang (7%) (tabel 7). Jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
memiliki jumlah yang sama sebesar 199 orang. Pada penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin, median deft pada laki-laki adalah sebesar 3,00(0,00-15,00) dan median deft
pada perempuan adalah sebesar 3,00(0,00-18,00) serta tidak ada perbedaan deft dan
DMFT pada jenis kelamin, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustahsen
karies anak laki-laki dan perempuan dimana rata-rata karies lebih tinggi pada
perempuan (3,82 ± 3,42) dibandingkan laki-laki (2,79 ± 2,50).23
Pada penelitian Dhar V di Udaipur, Rajasthan, pada anak sekolah umur 5-14
tahun lebih besar indeks gingivitis pada anak perempuan dibandingkan dengan
laki-laki yaitu indeks gingivitis pada anak laki-laki-laki-laki sebanyak 83,31% dan perempuan
sebanyak 85,53%.30 Berbeda dengan penelitian Aiste Zaborskyte, pada anak umur 12
tahun,lebih besar pada anak laki-laki (51,2%) dibandingkan perempuan (44,2%).33
Berdasarkan pendidikan terakhir orang tua, pendidikan terakhir yang paling
besar adalah yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD dan tidak sekolah) yaitu
ayah 154 orang (46,6%) dan ibu 183 orang (55,45%), dan paling kecil frekuensinya
adalah tingkat pendidikan tinggi (SLTA dan Akademik/Perguruan Tinggi) yaitu ayah
8 orang (25,8%) dan ibu 52 orang (15,77%). Berdasarkan pekerjaan ibu dari subjek,