• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Aluminium Pada Proses Pengolahan Treated Water Secara Spektrofotometri Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Aluminium Pada Proses Pengolahan Treated Water Secara Spektrofotometri Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR Al ( Aluminium ) PADA PROSES PENGOLAHAN TREATED WATER SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN TUGAS AKHIR

OLEH :

RINI RAHMADANI BATUBARA NIM 072410028

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KADAR Al ( ALUMINIUM ) PADA PROSES PENGOLAHAN TREATED WATER SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI

PT.COCACOLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH :

RINI RAHMADANI BATUBARA NIM 072410028 Medan, Mei 2010

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dr. Karsono, Apt

NIP 195409091982011001 Disahkan Oleh :

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat meyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis memilih judul “ANALISIS KADAR ALUMINIUM PADA PROSES PENGOLAHAN TREATED WATER SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, bantuan dan saran serta kritik dari banyak pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setingi-tinginya kepada orang tua tercinta serta adik-adikku yang telah memberikan dukungan moril dan materi kepada penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

(4)

4. Sahabatku Feli, Ayie, Uchi Kucing, Ratich, Nisa Kocik, Rahmi, Wiwik, abang asuhku Roji, Anti Indah, Anti Reni, Ecy dan teman-teman lainnya yang telah memberikan saran, semangat, serta inspirasi buatku dan terima kasih atas kesabaran kalian dalam membantuku.

5. Kepompongku DJ Iin, Rika Ginting, Cicak Godong dan San Suntil yang selalu memberikan kegokilan, keusilan, dan inspirasi dalam pergaulan.

6. Buat Pembimbing di Coca-Cola Ibu Sukma Ariati Trimurti, Bang Arif, Bang Royan, dan abang-abang Coce lainnya terima kasih telah banyak menghibur dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Untuk seseorang yang selalu memotivasiku Bang Budi, terima kasih selalu ada menemani baik dalam keadaan senang ataupun susah dan selalu sabar menghadapi keluh kesahku.

8. Seluruh Sahabatku di Analis Farmasi dan Makanan yang senasib dan seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2007 yang selalu buat kehebohan, kerusuhan serta warna dalam menjalani hari-hari di Farmasi USU.

Medan, Mei 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……….. v

.BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ………....………... 1

1.2 Tujuan ……… 3

1.3 Manfaat ……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 4

2.1 Air ……….……….. 4

2.2 Aluminium ……….………. 11

2.2.1 Tabel Sifat-sifat Fisika Kimia pada Al ……….……….. 11

2.3 Aluminium pada Lingkungan dan Manusia ………. 12

2.3.1 Pada Lingkungan .………...……… 12

2.3.2 Efek pada Manusia ……….…… 14

2.4 Teori Spektrofotometri ……… 15

2.4.1 Komponen Spektrofotometri ……….. 15

2.4.2 Gangguan Spektrofotometri ……….………....….. 16

2.4.3 Spektrofotometer ……….……… 17

(6)

BAB III METODE PERCOBAAN ………..………...…..…..… 20

3.1 Bahan ………..……. 20

3.2 Alat ………..…… 20

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ………... 20

3.4 Prosedur Kerja ……….…… 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 23

4.1 Hasil ………..……….………. 23

4.2 Pembahasan ………..……….………... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 25

5.1 Kesimpulan ……….…….……... 25

5.2 Saran ………... 25

DAFTAR PUSTAKA ……….……… 26

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti minuman, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dari ketidakmurnian secara kimiawi (Alaerts dan Sumestri, 1987).

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut di harapkan bias di tekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman (Sutrisno, 1996).

(8)

air juga mempengaruhi kandungan logam di dalamnya (air tawar, air payu, dan air laut). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air tersebut mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai (Alaerts dan Sumestri, 1987).

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari permukaan. Pengolahan yang dimaksud bias dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemaran akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bias dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bias dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak (Sutrisno, 1996).

(9)

tinggi dari sebagian besar minuman ringan (soft drink) merupakan faktor penting dari segi penawaran.

Seperti halnya pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat, bila terhadap air dilakukan khlorinasi. Karena pengukuran rasa dan bau itu tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilakukan tidak mutlak. Intensitas bau dilaporkan sebagai berbanding berbalik dengan ratio pencemaran bau sampai pada keadaan yang nyata tidak berbau (Sutrisno, 1996). 1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa kadar aluminium pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia adalah untuk menganalisa apakah kadar aluminium dalam air yang digunakan telah memenuhi standart PT. Coca Cola Bottling Indonesia, Dep. Kes. R.I. maupun badan kesehatan Dunia (WHO).

1.3 Manfaat

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIR

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan dilihat dari permukaan bumi (Sutrisno, 1996).

Air tanah disebut juga air tawar oleh karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasi air maka air tanah dapat dibagi dua bagian yaitu:

1. Air permukaan tanah

2. Air jauh dari permukaan tanah Air Permukaan Tanah

(11)

dinyatakan sebagai berikut (dikutip dari buku penyediaan air bersih disusun oleh Sanropie dan buku penyediaan air bersih bagi masyarakat oleh Sugiarto, 1983) adalah:

- Hardness (120 mg/I sebagai CaCO3)

- Calsium (80 mg/I sebagai CaCO3)

- Magnesium (40 mg/I sebagai CaCO3)

- Sodium dan postadium (19 mg/I sebagai Na) - Bicarbonate (106 mg/I sebagai CaCO3)

- Chlorida (23 mg/I sebagai Cl) - Sulfat (38 mg/I sebagai SO4)

- Nitrate (0,44 mg/I sebagai N) - Besi (0,3 mg/I sebagai Fe) - Silica (13 mg/I sebagai SiO3)

- Karbon dioksida (4 mg/I sebagai CaCO3) dan

- pH 7,8

Air jauh dari permukaan tanah/air tertekan

Disebut pula air tertekan yaitu air yang tersimpan didalam lapisan tanah, termasuk air tanah adalah sumur gali, sumur bor. Diameter sumur gali antara 0,8-1 meter, lazim 0,8 meter, kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, ada tidaknya air bebas dibawah lapisan tanah. Umumnya:

(12)

c. Tanah liat,/berpadas, kedalaman sumur > 12 meter baru memperoleh air bebas. d. Tanah kapur/berbukit, umumnya sumur gali harus > 40 meter.

Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Alat yang dapat dipakai dalam membuat sumur bor:

- Secara manual dikerjakan oleh 4 (empat) orang dengan mata bor baja. - Memakai mesin, mata bor fidia atau mata bor intan.

Lubang sumur bor biasanya 4 dim atau 5 dim dan kedalaman sumur bor tergantung struktur dan lapisan tanah:

a. Tanah berpasir biasanya kedalaman 30-40 meter sudah memperoleh air. Biasanya airnya naik sampai 5-7 meter dari permukaan tanah.

b. Tanah liat/padas biasanya kedalaman 40-60 meter akan diperoleh air yang baik dan akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah.

c. Tanah berkapur biasanya sumur dibuat dengan kedalaman diatas 60 meter. Kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bias naik keatas dengan sendirinya.

d. Tanah berbukit biasanya sumur dibuat diatas 100 meter atau 200 meter kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar/tidak bisa naik keatas dengan sendirinya.

(13)

Sifat air sumur bor: a. Air jernih dan rasa sejuk.

b. Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi. c. Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.

d. Jumlah algae didalam air sumur br jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sumur gali.

e. Posisi kedudukan air sumur bor:

- Hasil pengeboran sumur terjadi kenaikan permukaan air disbanding dengan sumur gali disebut air tertekan positif atau disebut air artenis positif.

- Apabila hasil pengeboran sumur, ternyata permukaan air tetap atau dibawah permukaan sumur gali disebut air artenis negative.

- Hasil pengeboran sumur tampak ada kenaikkan permukaan air disebut artesis positif.

Apabila air dipompa/disedot keluar:

a. Ada penurunan permukaan air sekitar ½-1 meter, hasil pengeboran air dikatakan baik/cukup baik.

b. Ada penurunan permukaan air sekitar 3 meter berarti hasilpengeboran kurang dalam, perlu dibor kembali (Gabriel, 2001).

(14)

mengandung zat-zat padat (dalam bentuk suspensi atau larutan) seperti misalnya, partikel-partikel tanah liat, humus, mikroorganisme (plankton, bakteri), zat-zat organik dan gas. Berdasarkan sumber air dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: - Air lut

- Air hujan

- Air permukaan (air sungai dan air tawar) - Air tanah

Untuk proses industri bisanya pabrik menggunakan air permukaan dan air tanah. Namun pada umumnya air yang lebih baik kualitasnya adalah air tanah. Air tanah ini dapat dibedakan atas:

1. Air tanah dangkal, terjadi karena daya proses peresapan air dari tanah permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih.

2. Air tanah dalam, yaitu air yang tersimpan didalam lapisan tanah. Pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena adanya penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

3. Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah (Sutrisno, 1996).

(15)

a Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujun sebagai tolak ukur dari debit air bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana ukuran bak 2 kali dari kebutuhan.

b Proses oksidasi atau penambahan oksigen kedalam air agar kadar-kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa perlakuan yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia untuk mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan menggunakan clorine, kaporite, kapur dll).

c Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC) dengan rumus kimia juga proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik lamella plate.

d Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran yang masih terkandung didalam air dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile) dan rasa serta aroma air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuikan dengan kebutuhan baik debit maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll).

(16)

menggunakan proses chlorinator dan sterilisasi dengan menggunakan kaporit (Sutrisno, 1996).

Penyediaan air bersih selain kuantitasnya, kulitasnya juga harus memenuhi standart. Untuk ini perusahaan air minum dan minuman ringan, selalu memeriksa kulitas airnya sebelum diolah ataupum distribusikan. Jadi air minum yang ideal harusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dam segala makhluk yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia, yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu juga seharusnya tidak korosif dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya.

Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada pengambilan air tanah dangkal. Pada air tanah dalam pengambilan air dengan menggunakan bor dan memasuki pipa kedalamnya dengan kedalaman yang berkisar antara 100-300 meter. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, dalam keadaan seperti ini sumur disebut sumur artesis. Apabila air tidak dapat keluar dengan sendirinya digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah ini ( Sutrisno, 1996 ).

(17)

mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, 1994).

Air yang bersih mempunyai pH 7, dan oxigen terlarut. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat didalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada didalam air berjumlah sangat besar (Slamet, 1994).

Air di alam sangat jarang dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, tetapi telah mengalami reaksi dengan gas-gas diudara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir diatas permukaan bumi dan didalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuain air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung seperti mandi, mencuci, air irigasi, atau pertanian, perternakan, rekreasi, industri, dan transportasi.

Kualitas air mencakup dalam tiga karakteristik yaitu: a. Karekteristik fisik yaitu:

- Bebas dari bahan padat keseluruhan.

- Tidak ada pengaruh kandungn sedimen dalam air. - Tingkat kekeruhan air tidak melebihi 5 mg / L. - Air yang murni tidak memiliki warna.

(18)

- Temperature air yang ideal berkisar antara 5-100 C. b. Karekteristik kimia yaitu:

- Interval pH air murni berkisar antara 6-9. - Alkalinitas.

- Kesadahan.

c. Karekteristik biologi yaitu:

Air harus bebas dari bakteri-bakeri pathogen, selain itu kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan dan ketidakberadaan bakteri coli melalui E-coli Test. Dengan ketentuan dalam 100 ml. contoh air tidak terdapat bakteri Coli dan MPN bakteri Coli tidak melebihi 1/100 ml, air dari segala macam contoh air (Suripin, 2004).

2.2 Aluminium

Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan, sehingga terdapat banyak pada berbagai jenis makanan. Sumber alamiah Al terutama adalah bauxite dan cryolit. Industri kilang minyak. Peleburan metal, serta lain-lain industri pengguna Al merupakan sumber buatan (Slamet, 1994).

(19)

2.2.1 Tabel Sifat-sifat Kimia Fisika Pada Al

Sifat Al Al2O3 AlCl3.6H2O Al2(SO4)3 Al(OH)3 Titik leleh (oC) 660,37 2072 100

(decomposed) 770

(decomposed) 300

Titik didih (oC) 2467 2980 - - -

Densitas pada 20oC (g/cm3)

2.702 3.965 2.398 2.71 2.42

Kelarutan Tidak dapat larut

Tidak dapat larut

Larut 31.1 pada 0

o

C

-

a. Karakter

- Aluminium mempunyai valensi 3, stabil didalam udara dan tahan korosif terhadap air laut, larutan atau bahan kimia lainnya.

- Tidak pernah memperoleh Al dalam bentuk merni didalam alam. b. Distribusi

Al terdapat pada tanaman, pada batuan dalam bentuk aluminium silikat. Apabila aluminium silikat terlarut, akan mengalami prespitasi dalam bentuk aluminium hidroksida dalam bentuk bauxite (Gabriel, 2001).

(20)

dihasilkan oleh air. Timbulnya pelunturan di dalam air system distribusi, dan oleh karena itu frekuensi dari keluhan-keluhan konsumen meningkat jika tingkatan aluminium melebihi sekitar 0,1-0,2 mg/liter didalam air. Aluminium biasanya ditemukan pada pembuatan air minum dalam bentuk reaktif dimana berat molekulnya relative rendah: pada air murni, biasanya dihubungkan dengan zat partikel atau kompleks organik dari berat molekul yang tinggi (Effendi, 2003). 2.3 Aluminium Pada Lingkungan dan Manusia

2.3.1 Pada Lingkungan a. Udara

Aluminium yang ada di udara dengan nanogram per meter berbentuk kubus di ukur sebagai hasil kerusakan karena iklim emisi/ pancaran dan batu karang aluminosilikat dari sumber-sumber industri, mobil, dan asap rokok.

b. Air

(21)

dan satu pengurangan berangsur-angsur dengan meningkatkan jarak dari pabrik penanganan kemudian diamati.

c. Makanan

Konsentrasi aluminium di dalam makanan berbeda-beda tergantung pada jenis bahan-bahan makanan. Aluminium dilepaskan dari daun the merupakan konstribusi penting untuk sejumlah bahan makanan. Penggunaan zat aditif pada makanan mengandung almnium, seperti bahan pengawet, zat pewarna, pengemulsi dan tepung pengembang, yang juga ditambahkan pada bahan makanan.

Sebagai tambahan di dalam makanan yang didalamnya terdapat aluminium, aluminium yang terlepas dari perkakas dapur dapat menunjukkan satu sumber potensial yang terdapat pada sejumlah makanan. Penggunaan dari aluminium oleh industri makanan di dalam pengemasan dan kontainer-kontainer dalam berbagai sumber makanan (Effendi, 2003).

Di perairan, aluminium (Al) biasanya terserap ke dalam sediment atau mengalami presipitasi. Aluminium dan bentuk oksida aluminium bersifat tidak larut. Akan tetapi, garam-garam aluminium sangat mudah larut. Sumber utama aluminium adalah mineral aluminosilicate yang terdapat pada batuan dan tanah secara melimpah. Pada proses pelapukan batuan, aluminium berada dalam bentuk residu yang tidak larut, misalnya bauxite. Aluminium banyak di gunakan di pabrik kertas, dyes, penyamakan, dan percetakan.

(22)

(acidic memiliki kadar) aluminium yang lebih tinggi. Menurut Canadian Council of Resource and Environment Ministers (1987), untuk memelihara kehidupan organisme akutik, kadar aluminium sebaiknya tidak lebih dari 0,005 mg/liter bagi perairan dengan pH < 6,5 dan tidak lebih dari 0,1 m/liter bagi perairan dengan pH > 6,5. Kadar aluminium pada perairan laut biasanya sekitar 0,01 mg/liter. Perairan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar aluminium sekitar 5,0 mg/liter. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Bagi kepentingan industri, misalnya pembangkit tenaga listrik, tenaga uap, kadar aluminium perairan yang dianggap baik tidak lebih dari 0,1 mg/liter.

2.3.2. Efek Pada Manusia

Pada awal 1970an, satu sindrom yang dikenal sebagai demensia dialisis yang digambarkan pada pasien-pasien pada dialisis, ysang ditandai oleh satu serangan yang membahayakan yang mengubah prilaku, demensia, gangguan suara, kejangan otot, dan gangguan hebat, merupakan suatu hasil yang fatal. Usus telah dengan jelas mengangkat aluminiun serum dengan konsentrasi-konsentrasi yang meningkatkan di dalam banyak jaringan, termasuk korteks otot besar. Penyelidikan-penyelidikan mendirikan satu korelasi antara konsentrasi aluminium di dalam air yang digunakan untuk menyiapkan cairan dialisis dan timbulnya sindrom. Aluminium dari sumber lainnya, seperti fosfat yang mengikat ‘gel‘, agar-agar, zat putih telur, dan cairan peritoneal dialisis, dapat juga mengakibatkan aluminium meningkat di dalam usus saat dialisis.

(23)

diakumulasi didalam paru-paru (3,20). Aluminium juga dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan (Slamet, 1994).

2.4. Teori Spektrofotometri

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spectrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spectrum. Panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditensmisikan atau yang diabsorpsi.

Jadi, spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, ataupun diemisikan, direfleksikan ataupun diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2003).

2.4.1 Komponen Spektrofotometer

Komponen-komponen yang terpenting dari suatu spektrofotometer terdiri dari sumber monokromator, sel pengabsorpsi dan detektor.

a. Sumber Spektrum

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Lampu hydrogen atau lampu deuterium digunkan untuk sumber spectrum pada daerah UV. Untuk mendapatkan tegangan yang stabil dapat digunakan transformator.

b. Monokromator

(24)

c. Sel Absorbsi

Pada pengukuran didaerah tanpak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

d. Detektor

Peranan detector penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2003).

2.4.2 Gangguan Analisa Spektrofotometri

Untuk mendapat hasil pengukuran yang akurat didalam analisa spektrofotometri maka kita harus menghilangkan beberapa gangguan yang mungkin disebabkan sampel yang akan digunakan beberapa gangguan yang disebabkan oleh sampel adalah

a. Sianida, nitric dan polifosfat yang dapat menggangu reaksi dalam pengukuran tersebut dapat dinetralkan melalui pendidikan sampel.

b. Krom dan seng (kalau konsentrasinya 10 kali konsentrasi besi), kobalt dan tembaga (kalau > 5 mg/I dan nikel kalau 2 mg/I) yang biasanya dapat ditemukan pada air limbah dapat dihilangkan dengan penambahan hidroksilamin.

c. Bismut, cadmium, air raksa, molibdat, dan perak dapat mengendapkan penentrolin dalam masalah ini maka konsentrasi penentrolin harus dinaikkan. d. Warna dan zat organis (kalau > 20 mg/L) juga menggangu. Cara

(25)

e. Kekeruhan lebih tinggi dari 5 NTU dapat mempersulit pembacaan pada alat spektrofotometri (Alaerts dan Sumestri, 1987).

Kesalahan lain yang terjadi pada saat pengukuran juga dapat mengganggu hasil analisa adalah:

- Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan, sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan.

- Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali.

- Gelombang gas tidak boleh ada didalam lintasan optic karena dapat menggangu pada saat pembacaan hasil.

- Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan diperbaiki (Underwood dan Day, 1980).

2.4.3 Spektofotometer

(26)

dijalankan dengan tangan dan dengan sinar-tunggal akan dibicarakan lebih dahulu, oleh karena ini memberikan latar belakang untuk menghargai kemampuan-kemampuan dari alat-alat yang lebih kompleks (Underwood dan Day, 1980).

2.4.4 Cara Kerja Spektrofotometer

Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut:

Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianakisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200nm-650 nm agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol“ galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol“ galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.

(27)

mengoperasikannya, kuvet diisi dengan pelarut dan jumlah radiasi yang jatuh pada sel pembanding diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer menunjuk nol. Kemudian larutan pembanding diganti dengan larutan sampel sehingga akan tampak penyimpangan skala galvanometer. Penyimpangan galvanometer dibuat menjadi nol dengan pengikat tegangan listrik. Penunjuk pada perangkat tegangan listrik ini digunakan untuk membaca skala absorbansi. Fotometer berkas ganda yang kedua, yaitu berkas sinar dilewatkan kelensa dan filter yang kemudian dibagi dua bagian.

(28)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan-Bahan

Aquadest, Air carbon 2 dan carbon 3, Deep weel, Sand fiter, Treated water (buffer tank), Reagent Al – 1 (Buffer Al), Reagent Al – 2 (Asam Sulfat), Reagent Al – 3 (Eriocyanin R).

3.2 Alat

Beaker glass 50 ml, Bola karet, Kuvet, Pipet volume (1ml dan 10ml), Spektrofotometer double beam, Tissue.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Air yang digunakan dalam anallisis kadar Al ini adalah : Deep weel, sand fiter, buffer tank (treated water), air carbon 2 dan air carbon 3.

Deep weel merupakan air sumur bor yang belum mengalami pengolahan. Sistem pengolahan air sumur bor (deep weel) CCBI Medan yang digunakan untuk produk dibagi menjadi 2:

Tahap 1: pengolahan air di Water Treatment Plant. Tahap 2: pengolahan air di utilitas ptoduksi.

Sand filter adalah air bersih yang masih terchlorinasi akan dilewatkan ke sand filter atau saringan pasir untuk pengurangan/penghilang partikel atau floc yang terikut.

(29)

bakteri dan dari buffer tank ini dengan pompa didistribusikan ketiga bagian langsung yaitu untuk produk karbonasi, frestea, dan pembuatan sirup, biasanya digunakan untuk air produksi.

Sedangkan carbon filter adalah semua air yang digunakan untuk produk karbonasi, frestea dan pembuatan sirup harus melewati tahap ini untuk menghilangkan bau kaporit dan chlorine yang masih ada.

Adapun teknik pengambilan sampel pada Deep Weel, Sand Filter, Buffer Tank, Carbon 2, Carbon 3:

a. Pengambilan air dilakukan setiap pagi hari.

b. Sampel air diambil pada saat air dipompakan selama 10 menit, agar air bebas dari endapan-endapan.

c. Kemudian sampel air dimasukkan kedalam wadah yang terbuat dari plastik yang terlebih dahulu dibilas dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3 kali.

d. Sampel diperiksa dengan menggunakan alat spektrofotometri di laboratorium. e. Pengecekan kadar Al dilakukan sebanyak 2 kali seminggu.

3.4 Prosedur Kerja

- Sampel yang akan di analisa dimasukkan kedalam beaker glass 50 ml sebanyak 10 ml.

(30)

Al-2 dan reagent Al-3 adalah reagent test yang digunakan untuk analisis kadar Al di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan.

- Setelah ditambah ketiga reagent tersebut kedalam sampel, lalu diamkan lebih kurang 30 menit.

- Kemudian di masukkan kedalam kuvet. Sebelum digunakan, kuvet dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue hingga kotoran atau lemak yang menempel hilang.

(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan bahwa hasil analisa kadar Aluminium dalam air sebagai salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman ringan dari beberapa tahapan proses pengolahan dapat dilihat dari tabel berikut:

Hasil analisa kadar Aluminium pada proses pengolahan treated water secara spektrofotometri di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.

No SamplingPoint

Perlakuan

Average Sampel I Sampel II Sampel III

1 Deep Well 0.160 mg/L 0,023 mg/L 0,037 mg/L 0,0733 mcg/ml 2 Sand Filter 0,031 mg/L 0,020 mg/L 0,023 mg/L 0,0245 mcg/ml 3 Treated Water 0,041 mg/L 0,020 mg/L 0,020 mg/L 0,027 mcg/ml 4 Air Carbon 2 0,022 mg/L 0,020 mg/L 0,032 mg/L 0,0245 mcg/ml

5 Air Carbon 3 0,020 mg/L 0,029 mg/L 0,020 mg/L 0,023 mcg/ml

4.2 Pembahasan

(32)

Adanya perbedaan kadar Al antara deep weel (air sumur), dengan sand filter, treated water, air carbon 2 dan air carbon 3 hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pada deep weel mempunyai kadar Al yang lebih tinggi, dibandingkan sand filter, treated water, air carbon 2 dan air carbon 3 disebabkan oleh air yang keluar pada deep weel berasal dari sumur bor. Telah kita ketahui pada air sumur memang banyak mengandung logam-logam, karena itulah air sumur bor tersebut tidak mempunyai standart untuk penentuan kadar Al dalam air. Sedangkan pada sand filter, treated water, air carbon 2 dan air carbon 3 ditetapkan standart yaitu < 0,1 ppm karena pada proses ini telah melewati proses pengolahan yang diperuntukan untuk mengurangi kadar Al tersebut didalam air.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis kandungan Aluminium (Al) pada masing-masing tahap pengolahan air yang merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan minuman ringan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan telah memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu < 0,1 ppm. Sebab itulah air olahan tersebut layak untuk digunakan sebagai bahan baku guna memproduksi minuman ringan yang berkualitas.

5.2 Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., dan Sumestri, S. (1987). Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Hal. 119, 282-283.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 168, 170. Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal. 45, 79, 85-87.

Khopkar, S. M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Hal. 225-227, 228.

Slamet, J. S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University press. Hal. 82, 83, 113.

Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Sutrisno, C. T. (1996). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi 1. Jakarta: UI-Press. Hal. 1, 13-19, 30, 52, 61.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi primer/utama adalah apabila produk dapat diasosiasikan sesuai dengan tujuan produk yang sebenarnya. Unjuk kerja dalam kategori fungsi primer yaitu

Tujuan aplikasi web ini adalah untuk menyajikan dan menyebarkan informasi kepada user/pengguna dengan baik dan dapat meng- update isi dari informasi yang terdapat pada web

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa iklan Aqua versi 1 liter untuk 10 liter di televisi yang terdiri dari suara, musik, kata-kata, gambar, warna, dan gerakan

Dilihat dari gencarnya sosialisasi modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak khususnya KPP Pratama Medan Kota dapat dikatakan

Unified Modeling Language (UML) merupakan bahasa pemodelan dimana unsur-unsur atau aturan-aturan yang dimilikinya berfokus pada presentasi konseptual dan fisikal

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, selain terdapat konstruksi berupa frase, juga terdapat konstruksi kalimat berupa klausa. Konstruksi kalimat

Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository © 2008... Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository

Animals exposed to MnS04 3 mg Mn/m3 had lower lung and higher olfactory bulb and striatal manganese concentrations when compared with levels achieved following similar Mn304