• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Bekerja Ibu Terhadap Kemandirian Dan Prestasi Belajar Remaja Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Status Bekerja Ibu Terhadap Kemandirian Dan Prestasi Belajar Remaja Akhir"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STATUS BEKERJA IBU TERHADAP

KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR

REMAJA AKHIR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

ANGELINE HOSANA ZEFANY TARIGAN

051301042

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

Pengaruh Status Bekerja Ibu Terhadap Kemandirian Dan Prestasi Belajar Remaja Akhir

Angeline Hosana Zefany Tarigan Dan Lili Garliah

ABSTRAK

Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Demikian pula dengan remaja usia akhir, mereka dituntut untuk mampu menjadi mandiri dalam perkembangannya. Berkembangnya kemandirian pada diri seorang remaja tidak terlepas dari peran orangtua dalam mendidik, menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pada anak. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani menentukan pilihan, percaya bahwa diri mampu untuk mengorganisasikan diri sendiri dan mampu untuk menghasilkan sesuatu dengan baik. Namun demikian dalam proses belajar mengajar, kepercayaan akan kemampuan diri sendiri menjadi dasar keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi belajarnya. Menurut Lamman, (1988) kemandirian remaja dapat dilihat dari aspek tanggung jawab, kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, kontrol diri, pengambilan keputusan, dan ketegasan diri. Gunarsa (1993) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan prestasi akademik merupakan hasil belajar dari berbagai faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian dan prestasi belajar remaja akhir. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2008 sejumlah 150 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian dari Lamman (1988). Skala kemandirian memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.984. Hasil analisa data penelitian menunjukkan terdapat pengaruh status bekerja ibu terhadap prestasi belajar remaja akhir (t = 0,03, p < 0,05). Serta tidak ada pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian remaja akhir (t = 0,200, p > 0,05).

(3)

Effect of Work Status of Mother Against

Late Adolescents’ Autonomy and Learning Achievement

Angeline Hosana Zefany Tarigan And Lili Garliah

ABSTRACT

Along with the passage of time and development, a child will slowly break away from dependence on parents or others around him and learn to become independent. Similarly, with his late teens, they demanded to be independent in its development. The development of independence or autonomy in an adolescent self is inseparable from the role of parents in educating, inculcating and applying the values in children. Manifestation of one's autonomy can be seen from its ability to dare to make a choice, believe that the self is able to organize themselves and be able to produce something good. However, in teaching and learning, self-confidence in the ability to base one's success in learning achievement. According Lamman, (1988) adolescent autonomy can be seen from the aspect of responsibility, freedom, initiative, confidence, self control, decision making, and self-assertiveness. Gunarsa (1993) stated that academic achievement in education is the result of various factors to learn basic skills and talents possessed. The purpose of this study is to investigate the influence of working status of mothers towards autonomy and learning achievement of late adolescence. Samples are students at the University of North Sumatera force in 2008 some 150 people. Sampling was carried out using cluster sampling. Measuring instruments used in this study is the autonomy scale prepared by the researcher based on the aspects of autonomy from Lamman (1988). Scale has a reliability value autonomy (rxx = 0.984). Results of data analysis showed there are significant effect work status of mothers on the academic achievement of late teens (t = 0.03, p <0.05). And no effect of maternal work status on the autonomy of the late teens (t = 0.200, p> 0.05).

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Sorga karena berkat dan kasih karuniaNya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga mohon maaf jika sekiranya dalam penulisan skripsi terdapat kesalahan-kesalahan, baik isi maupun cara penulisannya. Selama proses penulisan, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Bantuan yang diberikan sangat penulis hargai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Lili Garliah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas arahan dan bimbingan yang diberikan, atas kesabaran membimbing dan mengajari penulis.

3. Ibu Gustiarti Leila, M.Si, psikolog selaku dosen pembibing akademik. Terima kasih buat kesabarannya dalam membimbing penulis setiap semester.

4. Kepada Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi.,psikolog dan Ibu Etti Rahmawati, M.Si selaku dosen penguji pada sidang skripsi, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas waktu dan kesempatan yang diberikan untuk menguji penulis.

(5)

penulis untuk mengambil data di Fakultas Pertanian, juga kepada Mama Ir. Fery Sitepu karena sudah mempermudah penulis dalam mendapatkan izin pengambilan data dari Fakultas Pertanian.

6. Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A selaku Pembantu Dekan I Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengambil data di Fakultas Sastra, juga kepada Nek Diana atas bantuannya dalam mempermudah proses pengambilan data.

7. Ibu Sri Supriyantini, M.Si., psikolog selaku Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengambil data di Fakultas Psikologi.

8. Kepada seluruh dosen pengajar di Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis. Tanpa Bapak dan Ibu, penulis bukanlah apa-apa. Juga kepada seluruh staff di Fakultas Psikologi; Bang Onal, Bang Sono, Kak Devi, Kak Ari, Pak Aswan, dan lainnya, terima kasih banyak.

9. Orangtuaku, Pt. Albert M. Tarigan, SE dan Antaria B.C Helena Meliala, SH terima kasih buat bimbingannya selama ini dan buat keluargaku (bg Yudi, Nenek, Bulang, Mama Uda, Mama Tua dan semuanya), terima kasih buat dukungan yang tak henti-hentinya diberikan agar penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. I love you all...

(6)

11. Temen-temenku Lisvina dan Elfina (thanks bwt kebersamaan kita selama ini, i won’t forget that!!), buat angkatan 2005 Psikologi USU semangat slalu ya guys!!

12. Buat my special one... makasi udah mau jadi teman yang setia buat adek, smoga sampai pada tujuan kita ya...

13. Kepada seluruh responden penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi skala tryout dan penelitian penulis. Jasa teman-teman sekalian akan selalu penulis ingat sampai kapanpun.

14. Kepada kak Erna, pustakawan yang selalu siap melayani dan tersenyum ramah setiap penulis mengunjungi perpustakaan (psycholib) dalam menyelesaikan skripsi.

15. Kepada seluruh senior, junior dan orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga kita selalu menjadi orang yang berguna bagi negara. Amin.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Semoga seminar ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan , Januari 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Kemandirian ... 13

1. Pengertian Kemandirian ... 13

2. Aspek Kemandirian ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 16

4. Proses Perkembangan Kemandirian Remaja ... 17

B. Prestasi Belajar ... 19

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 19

2. Ciri-Ciri Prestasi Belajar ... 21

(8)

C. Remaja Akhir ... 24

1. Pengertian Remaja Akhir ... 24

2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja... 25

D. Status Bekerja Ibu ... 27

1. Pengertian Status Bekerja Ibu ... 27

2. Faktor-Faktor yang Menjadi Sumber Masalah Bagi Ibu Bekerja . 28 3. Motivasi Ibu Bekerja ... 31

E. Pengaruh Status Bekerja Ibu Terhadap Kemandirian dan Prestasi Belajar Remaja Akhir ... 33

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 36

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36

1. Status Bekerja Ibu ... 36

2. Kemandirian ... 37

3. Prestasi Belajar ... 37

C. Populasi, Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel ... 38

1. Populasi dan Sampel ... 38

2. Metode Pengambilan Sampel ... 38

D. Instrumen Atau Alat Ukur ... 40

(9)

1. Validitas Alat Ukur ... 41

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3. Daya Beda Aitem ... 42

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 45

1. Persiapan Penelitian ... 45

2. Pelaksanaan Penelitian ... 46

3. Pengolahan Data ... 46

G. Metode Analisa Data ... 46

1. Uji Normalitas... 47

2. Uji Homogenitas... 47

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisa Data... 48

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 48

2. Hasil Uji Asumsi Penelitian... 49

3. Hasil Utama Penelitian... 52

4. Deskripsi Data Penelitian... 53

B. Pembahasan... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan... 62

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Kemandirian

Sebelum Uji Coba ………... 34

Tabel 2 Blue-print Skala Kemandirian Sebelum Uji Coba Dan Aitem Yang Tidak Dipakai... 35

Tabel 3 Blue Print Skala Kemandirian Setelah Uji Coba... 37

Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Bekerja Ibu... 39

Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia... 42

Tabel 6 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 7 Uji Normalitas………... 43

Tabel 8 Uji Homogenitas………... 44

Tabel 9 Uji-t Pengaruh Status Bekerja Ibu terhadap Kemandirian dan Prestasi Belajar... 48

(12)

Tabel 11 Gambaran Skor Kemandirian Remaja Akhir... 49

Tabel 12 Kategorisasi Kemandirian Menurut

Metode Distribusi Normal... 50 Tabel 13 Kategorisasi Subjek Berdasarkan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Reliabilitas

LAMPIRAN B. Skala Penelitian

LAMPIRAN C. Data Penelitian

(14)

Pengaruh Status Bekerja Ibu Terhadap Kemandirian Dan Prestasi Belajar Remaja Akhir

Angeline Hosana Zefany Tarigan Dan Lili Garliah

ABSTRAK

Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Demikian pula dengan remaja usia akhir, mereka dituntut untuk mampu menjadi mandiri dalam perkembangannya. Berkembangnya kemandirian pada diri seorang remaja tidak terlepas dari peran orangtua dalam mendidik, menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pada anak. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani menentukan pilihan, percaya bahwa diri mampu untuk mengorganisasikan diri sendiri dan mampu untuk menghasilkan sesuatu dengan baik. Namun demikian dalam proses belajar mengajar, kepercayaan akan kemampuan diri sendiri menjadi dasar keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi belajarnya. Menurut Lamman, (1988) kemandirian remaja dapat dilihat dari aspek tanggung jawab, kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, kontrol diri, pengambilan keputusan, dan ketegasan diri. Gunarsa (1993) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan prestasi akademik merupakan hasil belajar dari berbagai faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian dan prestasi belajar remaja akhir. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2008 sejumlah 150 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian dari Lamman (1988). Skala kemandirian memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.984. Hasil analisa data penelitian menunjukkan terdapat pengaruh status bekerja ibu terhadap prestasi belajar remaja akhir (t = 0,03, p < 0,05). Serta tidak ada pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian remaja akhir (t = 0,200, p > 0,05).

(15)

Effect of Work Status of Mother Against

Late Adolescents’ Autonomy and Learning Achievement

Angeline Hosana Zefany Tarigan And Lili Garliah

ABSTRACT

Along with the passage of time and development, a child will slowly break away from dependence on parents or others around him and learn to become independent. Similarly, with his late teens, they demanded to be independent in its development. The development of independence or autonomy in an adolescent self is inseparable from the role of parents in educating, inculcating and applying the values in children. Manifestation of one's autonomy can be seen from its ability to dare to make a choice, believe that the self is able to organize themselves and be able to produce something good. However, in teaching and learning, self-confidence in the ability to base one's success in learning achievement. According Lamman, (1988) adolescent autonomy can be seen from the aspect of responsibility, freedom, initiative, confidence, self control, decision making, and self-assertiveness. Gunarsa (1993) stated that academic achievement in education is the result of various factors to learn basic skills and talents possessed. The purpose of this study is to investigate the influence of working status of mothers towards autonomy and learning achievement of late adolescence. Samples are students at the University of North Sumatera force in 2008 some 150 people. Sampling was carried out using cluster sampling. Measuring instruments used in this study is the autonomy scale prepared by the researcher based on the aspects of autonomy from Lamman (1988). Scale has a reliability value autonomy (rxx = 0.984). Results of data analysis showed there are significant effect work status of mothers on the academic achievement of late teens (t = 0.03, p <0.05). And no effect of maternal work status on the autonomy of the late teens (t = 0.200, p> 0.05).

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan makhluk sosial yang dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya. Ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri atau sering juga disebut berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

(17)

kuat akan mampu bertanggung jawab, berani menghadapi masalah dan resiko, dan tidak mudah terpengaruh dan tergantung pada orang lain.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Masrun, dkk (1986). Kemandirian secara psikologis dianggap penting karena setiap orang berusaha menyesuaikan diri secara aktif terhadap lingkungannya. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan selalu terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya dapat mencapai otonomi atas diri sendiri (Monks dkk, 2001). Kemudian Martin & Stendler (dalam Afiatin, 1993) menambahkan bahwa kemandirian seseorang ditunjukkan dengan berdiri di atas kaki sendiri, mengurus diri sendiri, dan dalam semua aspek kehidupannya ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri serta kemampuan untuk mempertahankan diri dan hak miliknya.

Tanpa kemandirian, individu tidak mungkin bisa mempengaruhi dan menguasai lingkungan, tetapi justru akan banyak menerima pengaruh dari lingkungan dan dikuasai oleh lingkungannya. Kemandirian mendorong setiap individu untuk berkreasi dan berprestasi serta mengantarkan seseorang menjadi individu yang produktif dan efisien.

(18)

lingkungan keluarga, sekolah, agama, budaya maupun media informasi (Lukman, 2000).

Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Verawaty (dalam Mu’tadin, 2000) menyatakan bahwa remaja yang memiliki kemandirian akan dapat mengarahkan tingkah lakunya pada kesempurnaan dan memiliki orientasi ke depan dengan melakukan tindakan-tindakan yang positif. Oleh karena itu remaja dituntut untuk mampu menjadi mandiri dalam perkembangannya. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara interpersonal yang dilakukan peneliti dengan seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) tanggal 7 Juli 2010, yang menyatakan :

” ...apalagi kalau udah jadi mahasiswa, kan malu kalau apa-apa masih tanya sama orang tua. Pengennya sih, diusia seperti ini udah bisa lah mandiri. Belajar yang rajin, trus dapat nilai yang baik pula. Jadi orang tua pun bangga sama kita, gak usah lagi disuruh belajar, tapi nilainya tetap baik....”

(19)

Jersild (dalam Mappiare, 1982) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan kematangan fisik, mental dan sosial. Masa kanak-kanak adalah periode dimana manusia masih dapat tergantung pada manusia lain, seperti orang tua, sedangkan masa dewasa merupakan periode dimana manusia diharapkan dapat mandiri, dengan demikian masa remaja merupakan peralihan dari masa tergantung ke masa mandiri.

Berkembangnya kemandirian pada diri seorang remaja (individu) tidak terlepas dari peran orangtua dalam mendidik, menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pada anak. Dengan mengembangkan pola hubungan yang baik dengan anak akan menciptakan suasana keluarga yang sehat dan dapat mendukung berkembangnya kemandirian remaja (Verawaty dalam Mu’tadin, 2000).

Melepaskan hubungan dengan orang tua atau usaha untuk dapat berdiri sendiri juga sudah dijumpai pada saat sebelum remaja, meskipun belum sepenuhnya dan bahkan untuk sebagian terjadi secara tidak sadar. Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang terjadi pada setiap anak muda. Kemandirian tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan misalnya perubahan dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan menurunnya kepatuhan kepada norma-norma orang tuanya yang dimulai pada usia remaja (Monks, 2001).

(20)

harus belajar bertindak, membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada tingkah lakunya dan hal tersebut tidak bisa dicapai secara tiba-tiba.

Lamman (1988) mengemukakan bahwa kemandirian remaja dapat dilihat dari aspek tanggung jawab, kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, kontrol diri, pengambilan keputusan, dan ketegasan diri. Pada umumnya pembentukan tingkah laku dipengaruhi oleh banyak faktor. Demikian juga dengan kemandirian pada remaja. Selain diri sendiri, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemandirian tersebut adalah perilaku orang tua, usia, tahap perkembangan, jenis kelamin, urutan kelahiran dan pola asuh.

Thornburg dalam Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja berdasarkan usia dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yakni remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir. Memasuki masa remaja awal umumnya individu sedang menjalani pendidikan di sekolah menengah tingkat pertama (SMP), sedangkan remaja tengah adalah individu yang sedang menjalani pendidikan di sekolah menengah atas (SMA), sementara mereka yang tergolong remaja akhir umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMA dan mungkin sudah bekerja. Dengan demikian mahasiswa masuk ke dalam tahap masa remaja akhir.

(21)

aspek-aspek psikis dan fisik. Individu juga sudah mengalami kestabilan dalam minat-minatnya, misalnya pemilihan jurusan, pakaian, pergaulan dengan sesama jenis atau lain jenis. Individu tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sudah bisa memutuskan sesuatu tanpa adanya pengaruh dari orang tua dan orang dewasa lainnya (Rumini, 2004).

Menurut Lamman, dkk (1998), salah satu aspek kemandirian adalah kepercayaan diri yakni keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu hal dengan baik. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani menentukan pilihan, percaya bahwa diri mampu untuk mengorganisasikan diri sendiri dan mampu untuk menghasilkan sesuatu dengan baik. Seorang yang mandiri mampu untuk melaksanakan segala sesuatu atas kemampuannya sendiri.

Kepercayaan diri merupakan sikap yang ditujukan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu mengerjakan suatu hal dengan baik dan mampu mengembangkan rasa dihargai. Menurut Nuryoto (1993) remaja akhir telah bisa menilai dirinya sebagaimana adanya dan menghargai dirinya, hal ini akan menimbulkan rasa puas yang merupakan syarat untuk mencapai kepercayaan diri.

(22)

kepercayaan dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Watsy (dalam Sisilia, 1992) bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah kepercayaan diri, karena individu yang memiliki rasa percaya diri cenderung memiliki motivasi yang baik untuk belajar dan bekerja keras guna mencapai kemajuan serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya.

Winkel (1991) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Beliau juga menambahkan bahwa prestasi belajar dapat dilihat dengan memantau prestasi akademiknya. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

(23)

memungkinkan mengaktualisasikan kemampuan dasar dan bakat khusus yang sebenarnya dimiliki.

Menurut Sobur (dalam Kholinda, 1995) prestasi belajar diperoleh melalui lembaga formal, tetapi lembaga informal juga turut berpengaruh seperti keluarga (orang tua), teman dan lain-lain. Oleh karena itu lembaga keluarga sangat berperan dalam menetukan prestasi belajar seorang individu.

Disamping itu menurut Pudjiyogyanti (dalam Kholinda, 1995) lingkungan masyarakat juga akan turut berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pada akhirnya akan turut menentukan prestasi belajar. Lingkungan ini mencakup : teman bermain dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Mu’tadin (2002) menyatakan kemandirian pada seorang individu berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga, orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan individu untuk menjadi mandiri. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah krusial. Orangtua berfungsi memberikan pandangan, arahan, dan dukungan sehingga kelak remaja dapat berperan secara efektif di dalam masyarakat.

(24)

diasumsikan ibu memiliki lebih banyak waktu berada di rumah dibanding ayah, dan juga karena tugas mengurus anak lebih banyak dilimpahkan pada ibu (Susilawati, 1986).

Sebagai social agent bagi perkembangan keluarga ibu bertugas mengasuh dan membimbing anak serta mengatur urusan rumah tangga. Adapun seiring dengan perkembangan jaman, kini seorang ibu mulai memasuki dunia kerja dan perannya tidak lagi hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga dan pengasuh anak saja, tapi juga punya peranan dalam dunia kerja di luar rumah (Verawaty, dalam Mu’tadin 2000). Ibu bekerja memiliki waktu yang lebih terbatas untuk bertemu dengan remaja. Kualitas pertemuan memang penting, tapi kenyataannya pertemuan yang berkualitas akan sulit dicapai jika kuantitas pertemuan kurang dan ditambah lagi keadaan letih ibu sepulang kerja (Chira,2003). Pertemuan yang berkualitas tidak dapat muncul begitu saja, tetap dibutuhkan waktu yang cukup dan proses yang tidak sebentar untuk membentuk kualitas hubungan yang baik. Banyaknya waktu dan kesempatan bertemu ini diasumsikan akan berpengaruh pada proses komunikasi, memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan pengawasan ibu terhadap remaja, terutama dalam proses eksplorasi diri dan saat menentukan pilihan untuk berkomitmen pada remaja.

(25)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini yaitu, apakah ada pengaruh antara status bekerja ibu terhadap kemandirian dan prestasi belajar remaja akhir?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian dan prestasi belajar remaja akhir.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat mengembangkan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi perkembangan. Secara khusus mengenai pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian dan prestasi belajar remaja akhir.

2. Manfaat praktis

(26)

akhir. Juga bagi remaja akhir khususnya mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat mengoptimalkan kemandirian serta potensi yang dimilikinya melalui prestasi akademik.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan adalah: Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori variabel-variabel yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai ibu bekerja, kemandirian, prestasi belajar, dan remaja akhir. Bab ini juga mengajukan hipotesa penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Bab III Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi, sampel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian.

(27)

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum dan karakteristik dari subjek penelitian serta bagaimana analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik. Kemudian pada bab ini juga dibahas mengenai interpretasi data yang ada dengan menggunakan SPSS 15.0 For Windows yang kemudian data-data tersebut akan diuraikan kedalam pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEMANDIRIAN

1. Pengertian Kemandirian

Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self (Brammer dan Shostrom, dalam Ali & Asrori, 2004) karena diri itu merupakan inti dari kemandirian.

Senada dengan definisi diatas, Lamman (1998) menyatakan bahwa kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Sutari Imam Barnadib (dalam Mu’tadin, 2002) juga menyatakan bahwa kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

(29)

“Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang remaja diharapkan akan lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol perilakunya dan menyelesaikan masalahnya secara bebas, bertanggung jawab, percaya diri dan penuh inisiatif serta dapat memperkecil ketergantungannya pada orang lain.

2. Aspek Kemandirian

Menurut Lamman, dkk (1998), aspek-aspek kemandirian terdiri dari: a. Kebebasan

Kebebasan merupakan hak asasi bagi setiap manusia. Perwujudan kemandirian seseorang dapat terlihat dalam kebebasannya membuat keputusan, tidak merasa cemas atau takut atau malu apabila keputusannya tidak sesuai dengan keyakinan atau pilihan orang lain. Seorang yang mandiri memiliki kebebasan untuk bertingkah laku sesuai kehendak sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Individu memilki kebebasan baik dalam membuat maupun melaksanakan keputusannya sendiri.

b. Inisiatif

(30)

kemampuannya untuk mengemukakan ide, pendapat dan mempertahankan sikapnya.

c. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu hal dengan baik. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani menentukan pilihan, percaya bahwa diri mampu untuk mengorganisasikan diri sendiri, dan mampu untuk menghasilkan sesuatu dengan baik. Seorang yang mandiri mampu untuk melaksanakan segala sesuatu atas kemampuannya sendiri.

d. Tanggung jawab

Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain di lingkungannya.

e. Ketegasan diri

Ketegasan diri menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam keberanian seseorang untuk mempertahankan pendapat atau prinsipnya, meskipun pendapatnya berbeda dari orang lain.

f. Pengambilan keputusan

(31)

seseorang dapat dilihat dalam kemampuan seseorang untuk menemukan akar masalah, mengevaluasi segala kemungkinan di dalam mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta kesulitan lainnya tanpa harus mendapat bantuan dari orang lain.

g. Kontrol diri

Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, baik dengan mengubah tingkah laku atau menunda tingkah laku, tanpa pengaruh dari orang lain. Melalui aspek ini dapat dilihat kemandirian aspek emosi seseorang yaitu dalam kemampuannya untuk menguasai konflik-konflik dalam dirinya.

Aspek-aspek kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, tanggung jawab, ketegasan diri, pengambilan keputusan dan kontrol diri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Menurut Hurlock (dalam Lukman, 2000), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu:

a. Keluarga

Setiap orang tua berbeda-beda dalam menerapkan disiplin pada anaknya. Penerapan disiplin ini identik dengan pola asuh. Setiap tipe pola asuh mengakibatkan efek yang berbeda.

(32)

Selain orang tua, guru juga ikut berperan dalam perkembangan anak. Pemberian tugas (PR) akan membiasakan anak untuk bertanggung jawab. Teman-teman sebaya juga turut mempengaruhi kemandirian seseorang, dimana seseorang yang terlalu conform akan sulit untuk mengembangkan kemandiriannya.

c. Media komunikasi massa

Kita tidak dapat melepaskan diri dari media massa. Setiap hari kita akan selalu berhadapan dengan media massa, misalnya televisi, koran, radio dan internet. Penyampaian informasi baik itu mendidik atau yang tidak mendidik menjadi lebih mudah.

d. Agama

Dalam agama terdapat nilai-nilai yang diajarkan kepada seseorang. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah kegigihan, pengendalian diri, inisiatif, dan tidak putus asa.

e. Pekerjaan atau tugas yang menuntut sikap pribadi tertentu

Pekerjaan atau tugas akan membiasakan seseorang untuk bertanggung jawab termasuk tugas yang menuntut tanggung jawab dalam mengambil keputusan.

4. Proses Perkembangan Kemandirian Remaja

(33)

eksistensi manusia, arah perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia (M.I. Soelaeman dalam Ali & Asrori, 2004).

Pada hakikatnya, manusia ketika lahir ke dunia berada dalam ketidaktahuan tentang diri dan dunianya. Dalam kondisi seperti itu individu menyatu dengan dunianya; dalam pengertian belum memahami hubungan subjek dengan objek. Berbekal perkembangan kemampuan berpikir, kreativitas, dan imajinasi, individu mampu membedakan diri dari individu lain dan lingkungannya, serta keterpautan dirinya dengan orang lain atau dengan lingkungannya. Proses seperti ini, oleh Sunaryo Kartadinata (dalam Ali & Asrori, 2004) dinamakan proses peragaman (differentiation process). Dalam proses ini, sedikit demi sedikit individu berupaya melepaskan diri dari otoritas dan menuju hubungan mutualistik, mengembangkan kemampuan menuju spesialisasi tertentu, mengembangkan kemampuan instrumental agar mampu memenuhi sendiri kegiatan hidupnya.

(34)

mengalami kestabilan dalam minat-minatnya, misalnya pemilihan jurusan, pakaian, pergaulan dengan sesama jenis atau lain jenis. Individu tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sudah bisa memutuskan sesuatu tanpa adanya pengaruh dari orang tua dan orang dewasa lainnya (Rumini, 2004).

Kemandirian remaja dapat dilihat dalam hal kemandirian emosi dimana remaja tidak lagi tergantung secara emosi dengan orang tua ataupun dengan orang dewasa lainnya. Kemandirian ekonomi, dimana remaja mulai memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja sehingga tidak tergantung secara ekonomi pada orang tua. Kemandirian intelektual ditunjukkan dengan kemampuan menggunakan keterampilan dan konsep-konsep dalam situasi praktis. Kemandirian sosial ditunjukkan dengan kemampuan mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dengan orang lain (Havighurst dalam Mu’tadin, 1993).

B. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Dees (dalam Suryabrata, 1983) menyatakan bahwa setiap bentuk belajar tidak dapat terlepas dari aktivitas belajar dan prestasi belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar ini sangat bermanfaat untuk mendapat informasi tentang kemajuan anak didik setelah belajar dalam jangka waktu tertentu.

(35)

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mereka mengenai sejumlah materi pelajaran.

Selanjutnya Winkel (1991) menyatakan bahwa prestasi belajar dapat dilihat dengan memantau prestasai akademik siswa. Prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari hasil tes belajar dan lamanya bersekolah. Skor prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai mahasiswa pada mata pelajaran tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka.

Soejiarto (dalam Soemanto, 1990) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Boom (dalam Loise, 1992) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan peningkatan hasil melalui perubahan belajar yang dicapai seseorang pada lembanga formal dan dilakukan secara sengaja. Dari prestasi belajar ini dapat diketahui informasi tentang kemajuan anak didik setelah belajar dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu Sofia dkk (dalam Loise, 1992) menyatakan prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai seseorang di sekolah selama jangka waktu tertentu. Dimana pendidikan dan pengajaran dilakukan secara sengaja dan terorganisasi selama duduk di bangku sekolah dan dinyatakan melalui angka rapor.

(36)

merupakan hasil yang didapat anak didik dari kegiatan yang dilakukan di sekolah yang terlihat jelas dari angka-angka yang diperoleh di dalam rapornya.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh mahasiswa melalui pendidikan formal yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka yang diperoleh siswa dari hasil testnya mengenai sejumlah materi pelajaran yang ditempuh siswa selama jangka waktu tertentu.

2. Ciri-Ciri Prestasi Belajar

Walsh (dalam Kholinda, 1995) menyebutkan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki prêstasi belajar yang baik adalah sebagai berikut:

a. Penyesuaian diri baik.

b. Mempunyai motivasi dan usaha untuk mencapai keberhasilan. c. Mampu mengekspresikan diri.

Sedangkan individu yang mempunyai prestasi belajar negatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai perasaan dikritik, ditolak dan diisolir.

b. Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindari dan malah bersikap menentang.

(37)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar menurut Nawawi (1989) adalah faktor dari dalam diri individu, seperti kemampuan dasar atau intelegensi. Kemudian faktor dari luar individu, seperti tingkat kesulitan dari masalah yang harus diselesaikan dan adanya unsur keberuntungan.

Menurut Anwar (dalam Nawawi, 1989) faktor-faktor yang turut mempengaruhi pencapaian prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor individu 1) Kesehatan

Kondisi kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Oleh karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting artinya bagi setiap orang baik fisik maupun mentalnya, agar badan tetap kuat dan pikiran tetap segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2) Minat

Minat bisa timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar dan kuat terhadap sesuatu hal merupakan modal yang besar dalam mencapai tujuan. Minat belajar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang cenderung menghasilkan prestasi yang rendah.

3) Bakat

(38)

diminati dan sesuai dengan bakat seseorang memperbesar kemungkinan untuk berhasil.

4) Motivasi

Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan pelajaran.

5) Intelegensi dan Kemampuan Kognitif

Wechsler (dalam Suryabrata, 1983) memberikan batasan bahwa kecerdasan adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir secara logis dan bertindak secara terarah serta menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif. Sejauh mana kemampuan seseorang dalam tingkat intelegensi yang dimilikinya. Faktor kecerdasan umumnya memiliki hubungan yang positif dengan hasil belajarnya.

b. Faktor lingkungan 1) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik dapat berupa suhu, keadaan gedung, perlatan belajar mengajar dan sebagainya.

2) Lingkungan sekolah

(39)

menyebabkan mahasiswa tersebut menjadi malas belajar sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

3) Lingkungan status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi ini relatif besar pengaruhnya terhadap perkembangan proses belajar seseorang. Mereka yang hidup dan dibesarkan pada keluarga yang mampu, akan mendapat fasilitas yang cukup untuk belajar sehingga akan mempengaruhi hasil prestasi belajarnya karena fasilitas untuk belajarnya kurang memadai.

4) Lingkungan keluarga

Keluarga memiliki arti yang penting dalam kaitannya dengan prestasi belajar, karena pada dasarnya keberhasilan siswa di sekolah berkaitan erat dengan ada tidaknya gangguan atau hambatan emosional yang akan berhubungan dengan relasi yang terjadi antara siswa yang bersangkutan dengan keluarga atau orang-orang di lingkungan rumah atau orang-orang-orang-orang yang dekat dengannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kesehatan, minat, bakat, motivasi, intelegensi, keadaan lingkungan rumah dan sekolah, serta masyarakat di lingkungan kita data mempengaruhi prestasi belajar.

C. REMAJA AKHIR

1. Pengertian Remaja Akhir

(40)

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung bayak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima scara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk., 1989).

2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

(41)

tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya, sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu.

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1999) adalah berusaha:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya;

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;

d. Mencapai kemandirian emosional; e. Mencapai kemandirian ekonomi;

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa;

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;

(42)

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik.

D. STATUS BEKERJA IBU 1. Pengertian Ibu bekerja

Wanita bekerja sering disebut juga wanita karir. Istilah ini dimaksudkan bagi wanita yang memperoleh mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan lainnya (Anoraga, dalam Hendrick & Hendrick, 1992).

Jadi arti pertama dari wanita karir adalah wanita yang bekerja demi mencari uang. Pengertian kedua lebih cenderung kepada pemanfaatan kemampuan jiwa / karena memperoleh perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan sebagainya (Anoraga, dalam Hendrick & Hendrick, 1992).

Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita-ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa menikmati peran gandanya namun ada juga yang merasa kesulitan hingga akhirnya menimbulkan persoalan.

(43)

2. Faktor-Faktor yang Menjadi Sumber Masalah Bagi Ibu Bekerja

Sejak zaman dahulu hingga kini, persoalan yang dihadapi oleh kaum ibu yang bekerja diluar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai hambatan dan kesulitan yang mereka alami dari masa ke masa berasal dari sumber yang sama. Menurut Rini (2002), faktor-faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Faktor internal

(44)

mereka pun sudah ada keinginan ideal untuk berhasil melaksanakan kedua peran tersebut secara proporsional dan seimbang.

b. Faktor eksternal 1) Dukungan suami

(45)

2) Kehadiran anak

Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh peran ibu bekerja yang mempunyai anak kecil ataui balita. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang bekerja.

3) Masalah pekerjaan

Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, bebam kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari masalah sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat sang ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik ini sering membuat mereka sensitif dan emosional, abik terhadap anak-anak maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin intens kala situasi di rumah tidak mendukung, dalam arti suami dan anak-anak kurang bisa bekerja sama untuk mau bergantian melayani dan membantu sang ibu, atau sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga.

c. Faktor relasional

(46)

diselesaikan dengan disediakannya pengasuh serta pembantu rumah tangga namun ada hal-hal yang sulit dicari penggantinya, seperti masalah kebersamaan bersama suami dan anak-anak. Padahal kebersamaan bersama suami dalam suasana rileks, santai dan hangat merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan untuk membina, mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi satu dengan yang lain. Tidak jarang kurangnya waktu untuk keluarga membuat seorang ibu merasa dirinya tidak bisa berbicara secara terbuka dengan suaminya, bertukar pikiran, mencurahkan pikiran dan perasaan, atau merasa suaminya tidak lagi bisa mengerti dirinya, dan akhirnya merasa asing dengan pasangan sendiri sehingga mulai mencari orang lain yang dianggap lebih bisa mengerti dan bisa memberi peluang bagi para istri untuk berselingkuh diluar rumah.

3. Motivasi Ibu Bekerja

Menurut Rini (2002), apa yang sebenarnya melandasi tindakan para ibu tersebut untuk bekerja di luar rumah, atau motif-motif apa saja yang mendasari kebutuhan mereka untuk bekerja di luar rumah, hingga mereka mau menghadapi berbagai resiko atau pun konsekuensi yang bakal dihadapi diantaranya adalah: a. Kebutuhan finansial

(47)

b. Kebutuhan sosial-relasional

Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial-relasional yang tinggi dan tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan-rekan di kantor menjadi agenda yang lebih menyenangkan daripada tinggal di rumah. Faktor psikologis seseorang serta keadaan internal keluarga turut memperngaruhi seorang ibu untuk tetap mempertahankan pekerjaannya.

c. Kebutuhan aktualisasi diri

(48)

sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, menyokong sense

of self dan kebanggaan diri selain mendapatkan kemandirian secara finansial.

d. Lain-lain

Pada beberapa kasus ada pula ibu bekerja yang memang jauh lebih menyukai dunia kerja daripada hidup dalam keluarga. Mereka merasa lebih rileks dan nyaman jika sedang bekerja daripada di rumah sendiri. Dan pada kenyataannya, mereka bekerja adar dapat pergi dan menghindar dari keluarga. Kasus ini memang dilandasi oleh persoalan psikologis yang lebih mendalam, baik terjadi di dalam diri orang yang bersangkutan maupun dalam hubungan antara anggota keluarga.

E. PENGARUH STATUS BEKERJA IBU TERHADAP KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR

(49)

Dalam tugas perkembangannya (Hurlock, 1991), remaja diharapkan mampu mengembangkan konsep dan keterampilan intelektualnya untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat melalui pendidikan formal. Keberhasilan remaja berkaitan erat dengan ada tidaknya gangguan antara remaja dengan keluarga atau orang-orang di lingkungan rumah atau yang dekat dengannya.

Orang tua yang bekerja memberi pengaruh terhadap keluarga, meskipun tidak selalu dengan cara yang sederhana atau langsung begitu saja. Pekerjaan menentukan jadual harian, yang pada gilirannya akan mempengaruhi berapa lama waktu orang tua yang dapat diluangkan bersama anak dan keluarganya. Jadwal pekerjaan juga mempengaruhi prioritas di dalam rumah tangga. Pekerjaan menentukan berapa banyak penghasilan dan banyak aspek kehidupan di dalam keluarga (Widodo, dalam Rini, 2002).

Sebagai social agent bagi perkembangan keluarga, ibu bertugas mengasuh dan membimbing anak serta mengatur urusan rumah tangga. Adapun seiring dengan perkembangan jaman, kini seorang ibu mulai memasuki dunia kerja dan perannya tidak lagi hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga dan pengasuh anak saja, tapi juga punya peranan dalam dunia kerja di luar rumah (Verawaty, dalam Mu’tadin 2000).

(50)

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan keluarga, dimana keberhasilan remaja di sekolah berkaitan erat dengan ada tidaknya gangguan atau hambatan emosional yang dengan keluarga yang dalam hal ini adalah ibunya (Anwar, dalam Nawawi, 1989).

F. HIPOTESIS

Berdasarkan pengertian dan uraian permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :

1. Ada pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian remaja akhir; dimana kemandirian remaja akhir dengan ibu yang bekerja lebih besar daripada kemandirian remaja akhir dengan ibu yang tidak bekerja.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “status bekerja ibu”. 2. Variabel tergantung

Adapun variabel tergantung dalam penelitian ini adalah “kemandirian” dan “prestasi belajar”.

B. DEFINISI OPERASIONAL 1. Status Bekerja Ibu

Ibu yang berstatus bekerja adalah apabila seorang ibu memiliki pekerjaan dan melakukan pekerjaannya itu dari pagi hari sampai sore hari. Sedangkan ibu yang berstatus tidak bekerja adalah ibu rumah tangga atau yang tidak memiliki pekerjaan.

(52)

2. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol perilakunya dan menyelesaikan masalahnya secara bebas, bertanggung jawab, percaya diri dan penuh inisiatif serta dapat memperkecil ketergantungannya pada orang lain. Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian, yaitu: kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, tanggung jawab, ketegasan diri, pengambilan keputusan dan kontrol diri.

Kemandirian seseorang dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh dari skala tersebut. Jika semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat kemandirian. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah nilai skor, maka semakin rendah pula tingkat kemandirian.

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah prestasi akademik yang ditunjukkan dari nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 pada semester 5 (lima) tahun ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh mahasiswa dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari rumus Σ(KN) / Σ(N), dimana K adalah jumlah nilai dan N adalah jumlah SKS (satuan kredit

(53)

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 yang memiliki ibu yang bekerja dan tidak bekerja serta memiliki usia berkisar antara 18 tahun sampai 21 tahun. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subyek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.

Menurut Hadi (2000) syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif.

2. Metode pengambilan sampel

(54)

atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 2000). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling adalah teknik yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (Sugiarto dkk, 2001).

Pada cluster sampling terdapat beberapa tahap pemilihan satuan sampling, dimana pada penelitian ini tahap pemilihan satuan sampling dilakukan dengan dua tahap atau disebut juga dengan two stage cluster sampling (Lubis, 2002). Pada tingkat pertama pemilihan, dipilih secara simple random sampling sejumlah n buah cluster. Selanjutnya, dilakukan pemilihan tingkat kedua yang juga melalui

simple random sampling untuk memilih satuan sampling sekunder yang sekaligus

merupakan suatu pengamatan. Jumlah n buah cluster yang dipilih minimal adalah dua buah cluster (Lubis, 2002).

(55)

pemilihan secara acak karena Fakultas Psikologi hanya memiliki satu Program Studi, yaitu Program Studi Psikologi.

D. INSTRUMEN ATAU ALAT UKUR

Adapun instrumen atau alat ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah Skala Kemandirian. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini selanjutnya diperoleh dengan menggunakan metode skala untuk mengukur aspek-aspek kemandirian.

(56)

Tabel 1. Blue Print Skala Kemandirian Sebelum Uji Coba

No Aspek-Aspek Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

1 Kebebasan 1, 11, 30, 37, 58, 65 5, 21, 40, 51, 63, 3 Kepercayaan

Diri 6 Pengambilan

Keputusan

Menurut Azwar (2000), validitas merupakan derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subjeknya. Alat ukur kemandirian dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan pada validitas isi. Pengujian validitas isi tidak melalui analisa statistik tetapi menggunakan analisa rasional. Pengujian validitas isi (content) dilakukan oleh

professional judgement.

2. Reliabilitas Alat Ukur

(57)

pendekatan konsistensi internal, yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek atau yang disebut

single trial adiministrastion. Pendekatan konsistensi internal bertujuan untuk

melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam alat ukur tersebut. Pada konsistensi internal, setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek, tes dibagi menjadi beberapa belahan (Azwar, 2000). Formula statistik yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur pada penelitian ini adalah Alpha

Cronbach.

3. Daya beda aitem

Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Parameter daya beda aitem yang berupa koefisien korelasi aitem total memperlihatkan kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individual (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisen korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisen korelasi

aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini.

(58)

koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2005). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3, sehingga setiap item yang memiliki harga kritik ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Sebelum melakukan pengambilan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur penelitian untuk mengetahui kualitas dari masing-masing item. Alat ukur diuji cobakan kepada 80 Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta. Jumlah alat ukur uji coba yang diberikan adalah 80 eksemplar yang kemudian diolah datanya. Pada uji coba alat ukur, jumlah aitem yang digunakan adalah sebanyak 80 aitem.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dan uji daya beda item terhadap data uji coba yang telah diperoleh dengan menggunakan program SPSS version

15.0 For Windows, maka diperoleh koefisien alpha yaitu : 0.984.

(59)

Tabel 2. Blue Print Skala Kemandirian Sebelum Uji Coba dan Aitem yang Tidak Dipakai

No Aspek-Aspek Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

1 Kebebasan 1, 11, 30, 37, 58, 65 5, 21, 40, 51, 63, 3 Kepercayaan

Diri 6 Pengambilan

Keputusan

Penebalan: nomor item yang gugur.

Selanjutnya item-item yang akan digunakan di dalam penelitian disusun kembali di dalam Blue print berikut :

Tabel 3. Blue Print Skala Kemandirian Setelah Uji Coba

No Aspek-Aspek Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

1 Kebebasan 1, 15, 32, 45, 61 4, 16, 29, 40, 51, 66

11 2 Inisiatif 7, 13, 28, 49, 56, 65 2, 18, 23, 36, 54 11 3 Kepercayaan

Diri 6 Pengambilan

(60)

F. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan peneliti dengan: a. Pembuatan alat ukur

Alat ukur dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Alat ukur tersebut yaitu skala kemandirian dengan 80 aitem, yang dibentuk seperti sebuah buku untuk memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba skala penelitian dilakukan pada tanggal 2 - 5 September 2010 di Universitas Dharma Agung dengan membagikan skala kepada mahasiswa angkatan 2008. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang telah diisi oleh subjek untuk dilakukan analisa.

c. Revisi alat ukur

(61)

2. Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 16-24 Oktober 2010 dengan membagikan skala kepada 150 mahasiswa USU angkatan 2008 dari 3 Fakultas yang terpilih secara cluster. Fakultas yang terpilih adalah Fakultas Sastra sebanyak 45 orang, Fakultas Pertanian sebanyak 64 orang dan Fakultas Psikologi sebanyak 41 orang.

3. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan setelah semua skala terkumpul. Peneliti menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS for Windows versi 15.0 dalam mengolah data penelitian.

G. METODE ANALISA DATA

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik dengan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 15.0. Alasan menggunakan analisa statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi penelitian). Alasan lain adalah sesuai dengan yang dikemukakan Hadi (2000) bahwa statistik dapat bekerja dengan angka, statistik bekerja objektif, dan bersifat universal.

Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik analisa independent sample

t-test dengan bantuan SPSS for Windows versi 15.0. Alasan peneliti menggunakan

(62)

menggunakan t-test. Peneliti juga melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik analisa multivariate anova (MANOVA) untuk memperkuat hasil dari penelitian ini.

Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliput i uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi 15.0

for Windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai ρ > 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan metode

Levene’s Test dengan menggunakan SPSS for Windows 15.0.. Data dikatakan

(63)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisa serta pembahasan sesuai dengan data yang diperoleh.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 150 orang dan diperoleh gambaran serta ciri-ciri subjek penelitian berdasarkan status bekerja ibu, usia dan jenis kelamin.

a. Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Status Bekerja Ibu

Berdasarkan status bekerja ibu, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Bekerja Ibu Status Bekerja Ibu Jumlah (N) Persentase

Bekerja 70 47%

Tidak bekerja 80 53%

(64)

b. Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

19 tahun 28 orang 18%

20 tahun 79 orang 53%

21 tahun 43 orang 29%

Jumlah 150 orang 100%

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek yang

berusia 20 tahun yaitu 79 orang (53%), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek yang

berusia 19 tahun yaitu 28 orang (18%).

a. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-laki 66 44%

Perempuan 84 56%

Jumlah 150 100%

Berdasarkan tabel , dapat dilihat bahwa subjek berjenis kelamin perempuan, yaitu

sebanyak 84 orang (56%), sedangkan subjek berjenis kelamin laki-laki, yaitu 66 orang

(44%).

2. Hasil Uji Asumsi Penelitian

(65)

uji asumsi normalitas untuk melihat apabila data tersebar secara normal, sementara uji homogenitas untuk melihat apabila populasi sampel homogen. Pengujian asumsi dan analisa dara dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 15.0 for windows

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas ini diajukan dengan menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p>0.05

(dalam Hadi, 2000). Adapun maksud dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel menyebar secara normal dan homogen. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Uji Normalitas

Variabel Status Bekerja Z P Keterangan

1 : untuk ibu dengan status bekerja 2 : untuk ibu dengan status tidak bekerja

(66)

berdistribusi normal. Angka statistik (Z) menunjukkan semakin kecil nilainya maka distribusi data semakin normal.

b. Uji Homogenitas

Adapun untuk mengukur homogenitas varians itu sendiri dengan menggunakan Levene statictic. Berikut ini adalah hasil uji Levene statistic untuk mengetahui homogenitas dalam kelompok sampel penelitian. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi p > 0.05 maka kelompok sampel penelitian homogen, sedangkan jika p < 0.05 maka sampel penelitian tidak homogen. Hasil Levene statistic untuk uji homogenitas terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Uji Homogenitas

Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig.

Kemandirian 2,635 1 148 0,107

Prestasi Belajar

1,250 1 148 0,265

(67)

c. Hasil Utama Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian serta landasan teori yang telah

dikemukakan dalam bab I dan bab II, hipotesis utama dalam penelitian ini adalah: Hi1: Ada pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian remaja akhir; dimana

kemandirian remaja akhir dengan ibu yang bekerja lebih tinggi daripada kemandirian remaja akhir dengan ibu yang tidak bekerja.

Hi2: Ada pengaruh status bekerja ibu terhadap prestasi belajar remaja akhir;

dimana prestasi belajar remaja dengan ibu yang bekerja lebih tinggi daripada prestasi belajar remaja akhir dengan ibu yang tidak bekerja.

Metode analisa yang digunakan adalah independent sample t-test dan diperkuat dengan menggunakan analisa multivariate anova (MANOVA).

Tabel 9. Uji-t Pengaruh Status Bekerja terhadap Kemandirian dan Prestasi Belajar

Variabel t-test For Equality of Means

Sig. (2-tailed) t

Kemandirian 0,200 1,286

(68)

Tabel 10. Uji MANOVA Pengaruh Status Bekerja terhadap Kemandirian dan Prestasi Belajar

Variabel Multivariate Test

Sig F

Kemandirian 0,200 1,654

Prestasi Belajar 0,03 9,046

Dari hasil perhitungan yang menggunakan uji independent sample t-test dan uji MANOVA didapat hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk variabel kemandirian antara remaja akhir yang berasal dari ibu bekerja dengan remaja akhir yang berasal dari ibu tidak bekerja ( t=1,286, p=0,200 atau F=1,654, p=0,200), sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesa nol diterima yang berarti tidak ada pengaruh status bekerja ibu terhadap kemandirian remaja akhir (p>0,05).

Dari hasil perhitungan juga diperoleh bahwa ada perbedaan signifikan antara prestasi belajar remaja akhir yang berasal dari ibu bekerja dengan remaha akhir yang berasal dari ibu tidak bekerja ( t=3,008, p=0,003 atau F=9,046, p=0,003), sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesa nol ditolak yang berarti ada pengaruh status bekerja ibu terhadap prestasi belajar remaja akhir (p< 0,05).

3. Deskripsi Data Penelitian

a. Kategorisasi Skor Total Kemandirian Remaja Akhir

Gambar

Tabel 1. Blue Print Skala Kemandirian Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Blue Print Skala Kemandirian Setelah Uji Coba
Tabel 4.  Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Bekerja Ibu
Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

As I was about to say before Frank so rudely interrupted me, it’s people like him who give the Security Service a bad name.’ Hannah waved her rifle at Fitz and Anji.. ‘Step away

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu bersifat subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan

Kritik lain tehadap teori ini adalah berpendapat bahwa teori ini tidak dapat bekerja karena mekanisme pasar tidak bisa mencapai tingkat harga keseimbangan harga yang ideal secara

Skrlpsi dengan judul &#34;Krcativitas Guru PAI Dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pematraman Materi Pada Peserta Didik Di SMPN I Ngantu&#34; yang

Hasil Penelitian tindakan kelas ini membuktikan bahwa mekanisme, penggunaan gabungan model pembelajaran atau perkuliahan tipe Group Investigation dan Metode Lecturing

Dari hasil perhitungan pada tabel kriteria konsumsi RAM diatas menunjukkan bahwa UC Browser merupakan alternatif yang paling penting dalam pemilihan web browser pada

Melihat fenomena diatas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang, “Bagaiman keadaan psychological well-being pada single parent mother dan

The Storm default scheduler assigns component executors as evenly as possible between all the workers (supervisor slots) assigned to a given topology. Let's consider a sample