• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototipe Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Yang Dilengkapi Dengan Blower

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prototipe Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Yang Dilengkapi Dengan Blower"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PROTOTIPE KONTROL TEMPERATUR PADA

SEBUAH INKUBATOR YANG DILENGKAPI DENGAN BLOWER

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya

LUSI E HUTABARAT

052408034

PROGRAM STUDI D – III FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PROTIPE KONTROL TEMPERATUR PADA

SEBUAH INKUBATOR YANG DILENGKAPI

DENGAN BLOWER

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : LUSI E HUTABARAT

Nomor Induk Mahasiswa : 052408034

Program studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di, Medan, 21 Juni 2008

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Dosen Pembimbing,

Ketua,

DR. Marhaposan Situmorang Drs.Aditia Warman, M.Si

(3)

PERNYATAAN

PROTOTIPE KONTROL TEMPERATUR PADA SEBUAH INKUBATOR YANG DILENGKAPI DENGAN BLOWER

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, 21 Juni 2008

(4)

iii

INTISARI

Aplikasi pengendali suhu sudah banyak ditemui dalam berbagai bidang sekarang ini.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah hasil suhu didalam inkubator dapat di set dan

ditampilkan di seven segmen. Dimana suhu yang di set melalui keypad dapat

dipertahankan sesuai dengan keinginan pengguna dari inkubator tersebut. Sistem yang

dibuat ini memanfaatkan kemampuan mikrokontroler AT89S51 dalam akuisisi data dan

mengambil keputusan. Sistem ini dilengkapi dengan interface analog ke digital, sebuah

sensor temperatur LM 35 dan sebuah pemanas. Kawasan suhu yang dapat dikendalikan

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat kelulusan dalam program studi D–3 Fisika Instrumentasi FMIPA USU.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Baik kepada pihak-pihak yang disebut atau pun tidak disebutkan satu persatu. Terutama kepada Orang tua penulis (P. Hutabarat dan J Panjaitan) yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan juga material sampai penulis menyelesaikan masa pendidikan di FMIPA ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan arahan kepada:

1. Bapak Dr.Eddy Marlianto, M.Sc, selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR.Marhaposan Situmorang, selaku ketua jurusan departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3. Bapak Drs.Aditia Warman, M.Si selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis yang banyak memberikan arahan dan bimbingan selama menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Dosen – dosen dan staf pengajar di Fisika Instrumentasi FMIPA USU

5. Para pegawai yang ada di FMIPA USU yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih karena telah banyak membantu penulis selama penulis berada di FMIPA USU ini.

6. Buat orang tuaku tersayang P.Hutabarat dan J.Panjaitan terimakasih atas segala yang diberikan baik moril maupun materil. Semoga anakmu ini berguna bagi nusa dan bangsa.

(6)

ii

8. Tidak lupa juga teman – temanku: Riris, Tini, Helen, Rika, Risda, Tahi, Iron, Nelly, Tetty, K,Ivana, K’Dian, Denari, Shenty, Lusi Sbrn, dan masih banyak lagi, terimakasih atas semangat dan doa yang selama ini diberi buat penulis.

9. Teman kos di Berdikari 7 Psr I P.Bulan Medan:Vida, K’Nova, K’Roma, K’Kitin, sondang, Meyta, Jo, Vivi, K’Duma, K’Ayu, Eka dan krisna semua harus berubah. jangan menjadi kelelawar terus dan tetap semangat.

10.K’Ellys, K’Icha, K’Martha makasih atas arahan dan semangat yang kakak beri bagi penulis walau kita gak satu kos lagi.

11.Seseorang yang begitu penulis sayangi, yang memberikan semangat bagi penulis dalam segala hal, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan salam sayang selalu.

12.Buat semua teman – teman di Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.Semoga kita menjadi Orang sukses dimata Tuhan dan juga orang lain serta bangsa ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak

(7)

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Intisari ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... v

Daftar Tabel ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Prinsip Kerja ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sensor Suhu LM35 ... 7

2.2 Analog to Digital Converter (ADC) 0804 ... 9

2.3 Mikrokontroler AT89S51 ... 12

2.4 Power Supplay (PSA) ... 15

2.5 Keypad 4 X 4 ... 17

2.6 Display seven segmen ... 18

2.7 Blower ... 21

2.8 Heater ... 21

2.9 Bahasa Assembly ... 22

(8)

v

2.9.2 Bagian Label ... 23

2.9.3 Bagian Kode Operasi ... 23

2.9.4 Bagian Operand ... 24

2.9.5 Bagian Komentar ... 25

BAB 3 RANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian ... 27

3.2 Diagram Alir Program ... 29

3.3 Perancangan Power Supplay (PSA) ... 31

3.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ... 32

3.5 Rangkaian Sensor Temperature dan ADC (Analog to Digital Converter) ... 34

3.6 Rangkaian Display Seven Segmen ... 36

3.7 Rangkaian Relay ... 37

3.8 Perancangan Rangkaian Keypad... 40

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM 4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 42

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ... 42

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen ... 45

4.4 Pengujian Rangkaian Relay ... 47

4.5 Pengujian Rangkaian Keypad ... 48

4.6 Pengujian Rangkaian ADC (Analog to Digital converter) ... 51

4.7 Program Inkubator Otomatis... 52

BAB 5 KESIMPILAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Menghubungkan ADC0804 dengan 8051 melalui Port I/O ... 11

Gambar 2 Mikrokontroller AT89S51 ... 13

Gambar 2.4.1 Penerapan regulator tegangan tetap LM78xx ... 16

Gambar 2.6.1 Rangkaian Seven Segmen ... 19

Gambar 2.6.2 Modul Seven Segment Tunggal ... 20

Gambar 3.1 Diagram Blok Ragkaian ... 27

Gambar 3.2 Diagram Alir Program ... 29

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supplay ... 32

Gambar 3.4 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 ... 33

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Temperature dan ADC ... 35

Gambar 3.6 Rangkaian Display Seven Segment ... 36

Gambar 3.7 Rangkaian Relay Pengendali Blower 220V AC ... 38

Gambar 3.8 Rangkaian Keypad ... 41

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6.1 Tabel Kebenaran 74LS138 ... 19

Tabel 2.7.6 Program Assembly ... 26

Tabel 2.6.2 Data Display Seven Segmen ... 20

Tabel 4.3 Data Yang Dikirim ke Mikrokontroler Oleh Keypad ... 45

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Belakangan ini perkembangan teknologi pemrosesan IC (Integrated Circuit) telah sangat

luas menyentuh aspek kehidupan kita. Salah satu produk tekhnologi pemrosesan IC yang

paling populer adalah mikroprosesor. Pada prinsipnya mikroprosesor adalah pusat

pengolahan data dalam sistem digital. Didalam perkembangannya, para pabrikan

mikroprosesor mengembangkan sebuah varian mokroprosesor dengan menambahkan

beberapa fitur agar memudahan engineer dalam merancang sistem. Varian mikroprosesor

ini disebut mikrokontroler. Meskipun tidak sepopuler saudaranya, mikrokontroler lebih

disukai para engineer karena lebih mudah dan praktis dalam penggunaanya

Temperatur merupakan salah satu besaran fisis yang sering dipakai dalam suatu

sistem kontrol, baik hanya untuk sistem monitoring saja atau untuk proses pengendali

lebih lanjut. Dalam kaitannya dengan hal diatas, penulis membuat sebuah alat untuk

mempertahankan temperatur yang dikontrol sebuah mikrokontroler.

Mengamati kebanyakan aplikasi temperatur berada dalam ruangan maka suhu

yang ingin dimonitor itu ditempatkan pada sebuah ruangan yang hampir tertutup sehingga

(12)

2

Pengambilan aplikasi tentang temperatur ini didasarkan pada besarnya pengaruh

temperatur yang tidak hanya sebagai noise pada dunia elektronika tetapi juga berpengaruh

pada dunia kesehatan (inkubator bayi, pembunuhan bakteri e-coli pada suhu 37 °C dll)

hasil kualitas produksi (hasil perkebunan, pertanian, peternakan, dll) dan sistem

keamanan gedung.

Pada tugas akhir ini penulis mengambil sensor suhu yang diaplikasikan pada

inkubator. Inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan

keadaan temperatur tertentu. Inkubator banyak dijumpai pada rumah sakit dan

peternakan. Pada rumah sakit, inkubator berfungsi untuk menghangatkan bayi yang baru

lahir, atau bayi yang lahir prematur. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan

untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.

Inkubator biasanya berbentuk ruagan atau box (kotak) dengan ukuran tertentu.

Inkubator yang ada saat ini, biasanya sudah tertentu temperaturnya, tidak dapat diubah.

Sehingga ketika pengguna membutuhkan ruangan atau box dengan temperatur lain, maka

pengguna harus menggunakan inkubator yang lain. Biasanya untuk mengendalikan

temperatur pada sebuah inkubator, digunakan lampu atau elemen pemanas. Sehingga

ketika pengguna membutuhkan temperatur yang berbeda, maka pengguna harus

mengganti elemen pemanas yang digunakan sebelumnya dengan elemen pemanas yang

lain.

Akan lebih berguna, jika inkubator dilengkapi dengan sensor temperatur dan

(13)

3

pemanas lainnya pada inkubator ketika hendak mengganti temperaturnya. Pengguna

cukup hanya mensetting temperatur pada settingan inkubator, maka inkubator itu sendiri

yang akan mengontrol temperatur sesuai dengan settingan yang dimasukan.

Perancangan sistem akuisisi data suhu yang menggunakan komponen-konponen

dasar berupa sebuah sensor suhu, mikrokontroler dan seven segmen sebagai fasilitas

penampil. Sistem akuisisi data suhu menjadi satu hal yang sangat penting dalam dunia

kesehatan, karena merupakan sebagian kecil dari sebuah proses kontrol. Berkenaan

dengan pentingnya sistem, maka dilakukan perancangan sistem akusisi data suhu yang

mampu melakukan kegiatan monitoring suhu suatu plant. Data yang akan diukur

merupakan sebuah besaran fisis temperatur sehingga untuk dapat diolah dan ditampilkan

dalam bentuk sistem elektris digunakan sensor suhu LM 35 yang mampu mengkonversi

besaran tersebut dengan kenaikan 10mV/ºC. Untuk dapat merancang sistem maka

pertama kali dilakukan proses mengubah suhu menjadi tegangan analog menggunakan

sensor suhu LM 35. Setelah melalui proses pengkondisian sinyal dengan cara dikuatkan,

tegangan analog diubah menjadi data digital menggunakan ADC 0804. Data digital yang

diperoleh kemudian diolah oleh Mikrokontroler AT89S51 dan ditampilkan, sehingga

didapatkan suatu informasi mengenai suhu plant dengan satuan ºC pada sebuah seven

segmen. Dari perancangan sistem akuisisi data suhu didapatkan hasil bahwa sistem ini

(14)

4

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka dalam tugas akhir ini

penulis akan merancang prototipe kontrol temperatur pada sebuah inkubator yang

dilengkapi dengan blower, dimana temperatur inkubator dapat diubah serta dipertahankan

sesuai dengan keinginan pengguna inkubator tersebut.

1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah merancang prototipe kontrol temperatur

pada sebuah inkubator yang dilengkapi dengan blower, dimana temperatur inkubator

dapat diubah serta dipertahankan sesuai dengan keinginan pengguna inkubator tersebut.

1.4

Batasan Masalah

Penulisan tugas akhir ini dibatasi pada:

a. Studi cara kerja rangkaian yang meliputi diagram blok dan menguraikan

secara umum fungsi dari masing-masing komponen utama dalam blok

tersebut

b. Penulis menggunakan sensor LM 35 sebagai sensor temperatur pada

inkubator ini.

c. Untuk menaikkan temperatur inkubator, penulis menggunakan heater dan

(15)

5

d. Data pengukuran ditampilkan di seven segmen sebagai peralatan

monitoring tanpa melakukan proses pengendali.

1.5

Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari prototipe kontrol temperatur pada sebuah inkubator yang dilengkapi

dengan blower adalah mempertahankan atau menjaga temperatur inkubator yang di

masukkan melalui keypad 4X4. Dimana output sensor suhu LM35 di inputkan ke

ADC0804, setelah melalui proses pengkondisi sinyal dengan cara dikuatkan, tegangan

analog diubah menjadi data digital menggunakan ADC0804 kemudian dimasukkan ke

mikrokontroler. Data digital yang diperoleh kemudian diolah oleh mikrokontroler

AT89S51 di tampilkan di seven segmen. Dari sistem perancangan akuisisi data didapat

bahwa alat ini dapat mengontrol suhu mulai dari 27ºC sampai 100ºC.

1.6

Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika

pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari prototipe kontrol temperatur pada

sebuah inkubator yang dilengkapi dengan blower, maka penulis menulis tugas akhir ini

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah,prinsip kerja alat tersebut serta sistematika

(16)

6

BAB 2 LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori

pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan

software), serta bahasa program yang digunakan.

BAB 3 RANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari

rangkaian,skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari

program yang akan di isikan ke mikrokontroler AT89S51

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja

alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk

mengaktifkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang akan diisikan

ke mikrokontroler AT89S51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah yang

akan diambil sehingga rangkaian ini dapat dibuat sehingga lebih efisien

dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Sensor Suhu LM 35

Sensor suhu adalah suatu alat untuk mendeteksi atau megukur suhu pada suatu ruangan

atau sistem tertentu yang kemudian diubah keluarannya menjadi besaran listrik, Misalnya

LM 35

LM 35 merupakan sensor temperatur yang paling banyak digunakan untuk

praktek, karena selain harganya cukup murah juga linearitasnya lumayan bagus. LM 35

tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang mennyediakan akurasi ±¼°C pada

temperatur ruangan dan ±¾ºC pada kisaran -55ºC sampai +150°C .

Sensor suhu LM 35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu

menjadi besaran elektris tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan

1ºC tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor

adalah 1,5 V pada suhu 150 °C.

Pada perancangan, kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat

suhu 100 °C, sehingga saat suhu 100 °C tegangan keluaran transduser (10mV/°Cx100

(18)

8

Dari pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM 35 adalah 0.3V

(300mV). Tegangan ini diolah dengan menggunakan rangkaian pengkondisi sinyal agar

sesuai dengan tahapan masukan ADC.

LM35 memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a. Di kalibrasi langsung dalam celcius

b. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/ºC

c. Memiliki ketepatan 0,5ºC pada suhu 25ºC

d. Jangkauan maksimal suhu antara -55ºC sampai 150ºC

e. Cocok untuk aplikasi jarak jauh

f. Harga yang cukup murah

g. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30 Volt

h. Memiliki arus drain kurang dari 60 µAmp

i. Pemanasan sendiri yang lambat (low self-heating)

j. 0,08 ºC di udara diam

k. Ketidak linearannya hanya sekitar ±14 °C

l. Memiliki impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 Watt untuk beban 1

(19)

9

Sensor suhu tipe LM 35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang

tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM 35 memiliki kelebihan

dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan Kelvin, karena tidak memerlukan

pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk mendapatkan

nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM 35 memiliki impedansi keluaran yang rendah,

keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface

untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebih mudah. Pin V+ dari LM 35 dihubungkan

ke catu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin Vout – yang mengahasilkan

tegangan analog hasil penginderaan suhu sekitar negatif (-) dihubungkan ke Vin (+) dan

ADC 0804.

2.2

Analog To Digital Converter (ADC) 0804

ADC merupakan singkatan dari analog to digital converter, dimana ADC merupakan

jembatan untuk menghubungkan bermacam – macam sensor dengan mikrokontroler.

ADC merupakan sebuah interface yang dapat merubah tegangan analog menjadi

digital karena mikrokontroler hanya memiliki masukan berupa data-data digital, maka

agar mikrokontroler dapat membaca tegangan analog, maka ADClah temannya.

Untuk dapat mengukur atau mengkonversi suatu variable fisis yang umumnya

analog dengan suatu piranti digital maka variabel tersebut terlebih dahulu diubah menjadi

variabel digital yang nilainya proporsional terhadap nilai variabel yang diukur . untuk hal

(20)

10

Sebuah konverter analog ke digital umumnya memerlukan konverter digital

keanalog ( DAC, Digital to Analog Converter) secara internal. Waktu yang digunakan

oleh sebuah ADC menghasilkan kode biner (digital) dalam suatu konversi disebut waktu

konversi. ADC dikatan berkecepatan tinggi jika memiliki waktu konversi yang pendek

atau singkat.

ADC merupakan piranti masukan dimana mikrokontroler mendapatkan data dari

ADC. Cara mendapatkan data dari ADC yaitu ADC memerlukan sinyal write dan read.

Sinyal write digunakan sebagai perintah bagi ADC untuk memulai konversi. Proses

konversi akan dimulai setelah mendapatkan sinyal write ini. Proses ini membutuhkan

waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 120µs. Selama konversi berlangsung, pin INTR

berada dalam kondisi high, segera setelah konversi selesai pin INTR akan berubah

menjadi low. Ini bertanda bahwa ADC sudah memperoleh data valid yang boleh diambil.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani ADC yaitu:

a) Menghubungkan pin INTR dari ADC dengan pin INTO/INT1 dari

mikrokontroler, dan melakukan pembacaan data ADC didalam prosedur

interupsi.

b) Menyambungkan pin INTR dari ADC ke pin mana saja dari

mikrokontroler dan membuat perintah looping untuk menunggu sampai

(21)

11

c) Tidak menghubungkan pin INTR dengan mikrokontroler. Dengan

demikian mikrokontroler tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan

waktu konversi telah selesai. Untuk dapat memperoleh data valid setelah

sinyal write dikiri, milrokontroler harus menunda pembacaan sampai

waktu paling lama yang mungkin dibutuhkan untuk proses konversi, yaitu

menunggu sampai sekitar 120µs atau lebih. Pada gambar 1, pin INTR

tidak dihubungkan kemanapun, jadi hanya cara ketiga yang dapat

dilakukan.

Gambar 1 Menghubungkan ADC0804 dengan 8051 melalui port I/O

Pada rangkaian ini, R2 dan C4 berfungsi sebagai rangkaian clock pada ADC.

Input tegangan analog diberikan oleh VR1. interkoneksi dengan µC dilakukan melalui

pin RD (P3.7), WR (P3.6), INTO (P3.2) dan P0. RD dan WR diatur melalui software µC,

INTO sebagai indikator konversi data selesai. INTO dapat dihubugkan ke interrupt pada

(22)

12

2.3

Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler adalah gabungan dari sebuah mikroprosesor dan periperalnya, seperti

RAM,ROM (EPROM atau EEPROM) antar muka serial dan paralel, timer dan rangkaian

pengontrol interupsi yang terkait dalam satu IC. Semuanya membentuk suatu sistem

komputer yang lengkap. Perbedaannya dengan komputer adalah mikrokontroler didesain

dengan komponen-komponen yang minimum dan dipakai untuk orientasi kontrol.

Programnya tidak berukuran besar dan disimpan dalam ROM. Akibat perbedaan

aplikasinya dengan mikroprosesor, mikrokontroler juga mempunyai kebutuhan set

intruksi yang berbeda dengan mikroprosesor.

Mikroprosesor biasanya mempunyai set instruksi yang sangat lengkap, sedangkan

mikrokontroler mempunyai set instruksi yang lebih sederhana, terutama dipakai untuk

mengontrol antar muka input dan output yang menggunakan bit tunggal (singgel bit).

Mikrokontroler mempunyai banyak instruksi untuk set dan clear bit secara individual dan

melakukan operasi yang berorientasi 1 bit untuk logika AND, OR, XOR, loncatan

(jumping), percabangan (brancing) dan lain-lain. Set instruksi seperti ini jarang ada pada

mikroprosesor yang biasanya untuk operasi pada byte atau unit data yang lebih besar.

AT89S51 adalah sebuah mikrokontroler 8 bit terbuat dari CMOS, yang

berkonsumsi daya rendah dan mempunyai kemampuan tinggi. Mikrokontroler ini

memiliki 4 Kbyte In-System Flash Programable Memori, Ram sebesar 128 Byte, 32

input/output, watchdog timer,dua buah register data pointer, dua buah 16 bit timer dan

counter, lima buah vektor interupsi, sebuah port serial full-duplex, osilator on-chip, dan

(23)

13

AT89S51 dibuat dengan teknologi memori non-volatile dengan kepadatan tinggi

oleh ATMEL. Mikrokontroler ini cocok dengan instruksi set dan pin out 80C51 standar

industri.Flash on-chip memungkinkan memori program untuk di program ulang dengan

program memori nonvolative yang biasa.

Gambar 2 . Mikrokontroller AT89S51

Keterangan

Vcc : Suplai Tegangan

GND : Ground atau pentanahan

(24)

14

Fungsi - fungsi Port :

Port0 : Merupakan port paralel 8 bit open drain dua arah. Bila digunakan untuk mengakses memori luar, port ini akan memultipleks alamat memori dengan data.

Port1 : merupakan port paralel 8 bit dua arah yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Port2 : merupakan port paralel selebar 8 bit dua arah.

Port ini melakukan pengiriman byte alamat bila dilakukan pengaksesan memori eksternal. P3.0 : Saluran masukan serial

P3.1 : Saluran keluaran serial P3.2 : Interupsi eksternal 0 P3.3 : Interupsi eksternal 1

P3.4 : Masukan eksternal pewaktu / pencacah 0 P3.5 : Masukan eksternal pewaktu / pencacah 1 P3.6 : Sinyal tanda baca memori data ekstrenal. P3.7 : Sinyal tanda tulis memori data ekstrenal.

Data digital 8 bit dari ADC diambil oleh mikokontroler melalui Port 2 ( P2.0-P2.7

dihubungkan dengan DB0-DB7 ). Sedangkan data masukan untuk penampil seven

segmen dikeluarkan melalui Port 1 ( P1.0-P1.7 dihubungkan dengan D0-D7 ). Untuk

mengontrol kaki RS dan E pada seven segmen mikrokontroler memanfaatkan kaki P3.6

dan P3.7

Proses pengambilan data dan pengolahan data dapat dilihat dalam gambar 2. Data

yang diambil dari P2 dikalibrasi terlebih dahulu, setelah dikalibrasi data tersebut

kemudian diubah ke dalam kode ASCII supaya tertampil angka 0-100 pada seven

(25)

15

2.4

Power Supply (PSA)

Catu daya merupakan bagian yang berfungsi untuk menyediakan daya untuk daya

rangkaian. Ada dua macam catu daya, yaitu catu daya tegangan tetap dan catu daya

variable . Catu daya tegangan tetap adalah catu daya yang tegangan keluarannya tetap

dan tidak bisa diatur. Catu daya variable merupakan catu daya yang tegangan

keluarannya dapa diubah/diatur. Catu daya yang baik selalu dilengkapi dengan regulator

tegangan.Tujuan pemasangan regulator tegangan pada catu daya adalah untuk

menstabilkan tegangan keluaran apabila terjadi perubahan tegangan masukan pada catu

daya. Fungsi lain dari regulator tegangan adalah untuk perlindungan dari terjadinya

hubung singkat pada beban. Salah satu tipe regulator tegangan tetap adalah LM78xx.

Regulator tegangan tipe LM 78xx adalah salah satu regulator tegangan tetap dengan tiga

terminal, yaitu terminal Vin , GND dan Vout. Tegangan keluaran dari regulator LM 78xx

memungkinkan regulator untuk dipakai dalam sistem logika, instrumentasi dan Hifi .

Regulator tegangan LM 78xx dirancang sebagai regulator tegangan tetap, meskipun

demikian dapat juga keluaran dari regulator ini diatur tegangan dan arusnya melalui

tambahan komponen eksternal . Cara pemasangan dari penerapan dari regulator tegangan

tetap LM 78xx pada catu daya dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.

(26)

16

Regulator tegangan tetap LM 78xx dibedakan dalam tiga versi yaitu LM 78xxC,

LM 78lxx dan LM 78Mxx. Arsitektur dari regulator tegangan tersebut sama, yang

membedakan adalah kemampuan mengalirkan arus pada regulator

Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh supplay arus searah DC (direct

current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu

daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya yang tegangan tersebut .

Regulator tegangan tetap LM 78xx dibedakan dalam tiga versi yaitu LM 78xxC, LM

78lxx dan LM 78Mxx. Arsitektur dari regulator tegangan tersebut sama, yang

membedakan adalah kemampuan mengalirkan arus pada regulator tegangan tersebut.

Adaptor adalah sebuah rangkaian transformator yang dapat merubah arus Ac

menjadi arus DC. Dari penguatan inilah selanjutnya disebut power supply atau penguat

catu daya.

Panjang pendeknya gulungan sekunder pada trafo adaptor akan mempengaruhi

besar kecilnya sumber tegangan volt. Sedang besar kecilnya diameter kawat yang

digunakan akan mempengaruhi besar kecilnya arus dalam amper yang diperoleh.

Pada sebuah trafo tenaga yang di tancapkan AC pada primernya , kumparan

sekunder akan timbul arus yang berlawanan (DC). Arus yang keluar akibat imbas ini

sebenarnya secara menyeluruh belum rata. Karena itu perlu disearahkan dan distabilkan.

Kurang tertibnya rangkaian stabilizer akan menyebabkan bunyi derau pada pesawat yang

(27)

17

lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber

arus bolak-balik (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan

suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi arus DC

Banyak peralatan elektronika yang tidak dilengkapi dengan adaptor atau catu daya

tetap, misalnya radio dan tape rekorder kecil. Selain dengan baterai kering, kita dapat

menyediakan catu daya dengan rangkaian penyearah yang tegangan keluarannya tetap

dan stabil, serta biaya murah. Adaptor murah yang dipasaran biasanya tidak dilengkapi

dengan stabilisator dan kemampuan arusnya belum tentu sesuai dengan peralatan kita.

2.5

Keypad 4X4

DT-I/O 4 x 4 Keypad Module merupakan modul keypad berukuran 4 kolom x 4 baris.

Modul ini dapat difungsikan sebagai divais input dalam aplikasi-aplikasi seperti

pengaman digital, data logger, absensi, pengendali kecepatan motor, robotik, dan

sebagainya.

Spesifikasi Har dwar e

1. Memiliki 16 tombol (fungsi tombol tergantung aplikasi).

2. Memiliki konfigurasi 4 baris (input scanning) dan 4 kolom (output scanning).

3. Kompatibel penuh dengan DT-51™ Low Cost Series dan DT-AVR Low Cost Series.

Mendukung 51™ Minimum Sistem (MinSys) ver 3.0, 51™ PetraFuz,

DT-BASIC Series, dan lain-lain.

(28)

18

P1.4 (Pin 7 PORT 1) R1 (J3)

P1.5 (Pin 8 PORT 1) R2 (J3)

P1.6 (Pin 9 PORT 1) R3 (J3) P1.7 (Pin 10 PORT 1) R4 (J3)

DT-51™ Minimum System v3.

dan Petr aFuz

DT-I/O 4x4 Keypad Module

VCC (Pin 1 Port CONTROL) VCC (J5)

PC.0 (Pin 1 PORT C & PORT 1) C1 (J3) PC.1 (Pin 2 PORT C & PORT 1) C2 (J3) PC.2 (Pin 3 PORT C & PORT 1) C3(J3) PC.3 (Pin 4 PORT C & PORT 1) C4(J3) PC.4 (Pin 5 PORT C & PORT 1) R1(J3) PC.5 (Pin 6 PORT C & PORT 1) R2(J3) PC.6 (Pin 7 PORT C & PORT 1) R3 (J3) PC.7 (Pin 8 PORT C & PORT 1) R4(J3)

2.6

Display Seven Segmen

(29)

19

(b)

Gambar 2.6.1 Rangkaian Seven segmen

INPUT

SELECTOR ENABLE OUTPUT

C B A G1 /G2A /G2B Y1 Y2 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7

0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1

0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1

1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0

Tabel 2.6.1 Tabel kebenaran 74LS138

Pada tabel kebenaran tersebut tampak bahwa seven segmen yang hidup tergantung pada

output dari dekoder 74LS138, yang sedang mengeluarkan logika low ”0”, sehingga dari 8

buah display tersebut, selalu hanya satu display yang akan dihidupkan. Agar display

(30)

20

bergantian dengan waktu tunda tertentu. Pada gambar tersebut seven segment common

anoda dikendalikan dengan menggunakan transistor PNP melalui decoder 74LS138,

apabila ada logika low pada basis transistor, maka seven segmen akan menyala dan

[image:30.612.253.359.194.305.2]

sebaliknya akan padam.

Gambar 2.6.2 Modul 7 Segmen tunggal

P0.6 P0.5 P0.4 P0.3 P0.2 P0.1 P0.0 Display

G f e d c b a

1 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 0 0 1 1

0 1 0 0 1 0 0 2

0 1 1 0 0 0 0 3

: : : : : : : :

0 0 0 1 0 0 0 A

0 0 0 0 0 1 1 b

Tabel 2.6.2 Data Display 7 Segmen

Pada tabel tersebut tampak bahwa untuk menghidupkan sebuah segmen, harus dikirimkan

data logika low ”0” dan sebaliknya untuk mematikan segmen, harus dikirimkan data

logika high ”1”.

org 0h

[image:30.612.87.491.360.529.2]
(31)

21

clr P3.6 ; P3.6 = ‘0’

clr P3.7 ; P3.7 = ‘0’

mov P0,#10001000b ; Cetak Karakter 'A'

sjmp start ; Lompat ke start

2.7

end

Dalam ruangan yang tertutup (closed-loop system), suhu adalah salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap lingkungannya. Pengontrolan terhadap suhu ruangan yang bekerja

secara otomatis dapat menjaga suhu pada kondisi yang optimum (tidak terlalu panas atau

tidak terlalu dingin) dan dapat menghemat penggunaan energi.Sensor yang dipasang

dalam sistem akan mengindera nilai suhu ruangan secara terus-menerus (real time). Hasil

tersebut sebelum dikirimkan kepada mikrokontroler untuk diolah telah dikonversikan

terlebih dahulu oleh ADC. Suhu hasil penginderaan akan dibandingkan dengan suhu

ambang suhu optimum ruangan yang dapat diatur nilainya batas bawah maupun batas

atasnya melalui masukan keypad, maka perbedaan tersebut yang menjadi indikator

bekerja atau tidaknya blower sebagai pendingin ruangan.

Blower

2.8

Heater (pemanas)

Heater merupakan suatu pemanas yang befungsi untuk memanaskan ruangan atau

lingkungan di sekitar pemanas tersebut. Pada pemanas tipe ini, penulis menngunakan

hair dryer yang memancarkan panas kesekitar inkubator. Pemanas ini tidak dipakai di

dasar inkubator melainkan di belakang dinding inkubator agar panas tersebar keseluruh

(32)

22

2.9

Secara fisik, kerja dari sebuah mikrokontroler dapat dijelaskan sebagai siklus pembacaan

instruksi yang tersimpan di dalam memori. Mikrokontroler menentukan alamat dari

memori program yang akan dibaca, dan melakukan proses baca data di memori. Data

yang dibaca diinterprestasikan sebagai instruksi. Alamat instruksi disimpan oleh

mikrokontroler di register, yang dikenal sebagai program counter. Instruksi ini misalnya

program aritmatika yang melibatkan 2 register. Sarana yang ada dalam program assembly

sangat minim, tidak seperti dalam bahasa pemrograman tingkat atas (high level language

programming) semuanya sudah siap pakai. Penulis program assembly harus menentukan

segalanya, menentukan letak program yang ditulisnya dalam memori-program, membuat

data konstan dan tablel konstan dalam memori-program, membuat variabel yang dipakai

kerja dalam memori-data dan lain sebagainya.

Bahasa Assembly

2.9.1

Program Sumber Assembly

Program-sumber assembly (assembly source program) merupakan kumpulan dari

baris-baris perintah yang ditulis dengan program penyunting-teks (text editor) sederhana,

misalnya program EDIT.COM dalam DOS, atau program NOTEPAD dalam Windows

atau MIDE-51. Kumpulan baris perintah tersebut biasanya disimpan ke dalam file dengan

nama ekstensi *.ASM dan lain sebagainya, tergantung pada program Assembler yang

akan dipakai untuk mengolah program-sumber assembly tersebut. Setiap baris-perintah

merupakan sebuah perintah yang utuh, artinya sebuah perintah tidak mungkin dipecah

(33)

23

sebagai kode operasi, bagian ketiga adalah operand dan bagian terakhir adalah komentar.

Antara bagian-bagian tersebut dipisahkan dengan sebuah spasi atau tabulator.

2.9.2

Label dipakai untuk memberi nama pada sebuah baris-perintah, agar bisa mudah

menyebitnya dalam penulisan program. Label bisa ditulis apa saja asalkan diawali dengan

huruf, biasa panjangnya tidak lebih dari 16 huruf. Huruf - huruf berikutnya boleh

merupakan angka atau tanda titik dan tanda garis bawah. Kalau sebuah baris perintah

tidak memiliki bagian label, maka bagian ini boleh tidak ditulis namun spasi atau

tabulator sebagai pemisah antara label dan bagian berikutnya mutlak tetap harus ditulis.

Dalam sebuah program sumber bisa terdapat banyak sekali label, tapi tidak boleh ada

label yang kembar. Sering sebuah baris perintah hanya terdiri dari bagian label saja, baris

demikian itu memang tidak bisa dikatakan sebagai baris perintah yang sesungguhnya,

tetapi hanya sekedar memberi nama pada baris bersangkutan. Bagian label sering disebut

juga sebagai bagian simbol, hal ini terjadi kalau label tersebut tidak dipakai untuk

menandai bagian program, melainkan dipakai untuk menandai bagian data.

Bagian Label

2.9.3

Bagian Kode Operasi

Kode operasi (operation code atau sering disingkat sebagai OpCode) merupakan bagian

perintah yang harus dikerjakan. Dalam hal ini dikenal dua macam kode operasi, yang

pertama adalah kode operasi untuk mengatur kerja mikroprosesor/mikrokontroler. Jenis

kedua dipakai untuk mengatur kerja program assembler yang sering dinamakan sebagai

(34)

24

singkatan-singkatan yang relatif mudah di ingat, misalnya adalah MOV, ACALL, RET

dan lain sebagainya. Kode operasi ini ditentukan oleh pabrik pembuat

mikroprosesor/mikrokontroler, dengan demikian setiap prosesor mempunyai kode operasi

yang berlainan. Kode operasi berbentuk mnemonic tidak dikenal

mikroprosesor/mikrokontroler, agar program yang ditulis dengan kode mnemonic bisa

dipakai untuk mengendalikan prosesor, program semacam itu diterjemahkan menjadi

program yang dibentuk dari kode operasi kode biner, yang dikenali oleh

mikroprosesor/mikrokontroler. Tugas penerjemahan tersebut dilakukan oleh

programyang dinamakan sebagai Program Assembler. Diluar kode operasi yang

ditentukan pabrik pembuat mikroprosesor/mikrokontroler, ada pula kode operasi untuk

mengatur kerja dari program assembler, misalnya dipakai untuk menentukan letak

program dalam memori (ORG), dipakai untuk membentuk variabel (DS), membentuk

tabel dan data konstan (DB, DW) dan lain sebagainya.

2.9.4

Operand merupakan pelengkap bagian kode operasi, namun tidak semua kode operasi

memerlukan operand, dengan demikian bisa terjadi sebuah baris perintah hanya terdiri

dari kode operasi tanpa operand. Sebaliknya ada pula kode operasi yang perlu lebih dari

satu operand, dalam hal ini antara operand satu dengan yang lain dipisahkan dengan

tanda koma (,). Bentuk operand sangat bervariasi, bisa berupa kode-kode yang dipakai

untuk menyatakan Register dalam prosesor, bisa berupa nomor memori (alamat memori)

yang dinyatakan dengan bilangan atau pun nama label, bisa berupa data yang siap di

operasikan. Semuanya di sesuaikan dengan keperluan dari kode operasi. Untuk

membedakan operand yang berupa nomor memori atau operand yang berupa data yang

(35)

25

siap di operasikan, dipakai tanda - tanda khusus atau cara penulisan yang berlainan.

Di samping itu operand bisa berupa persamaan matematis sederhana atau persamaan

Boolean, dalam hal semacam ini program Assembler akan menghitung nilai dari

persamaan-persamaan dalam operand, selanjutnya merubah hasil perhitungan tersebut ke

kode biner yang dimengerti oleh prosesor. Jadi perhitungan di dalam operand dilakukan

oleh program assembler bukan oleh prosesor.

2.9.5

Bagian komentar merupakan catatan-catatan penulis program, bagian ini meskipun tidak

mutlak diperlukan tapi sangat membantu masalah dokumentasi. Membaca

komentar-komentar pada setiap baris perintah, dengan mudah bisa dimengerti maksud tujuan baris

bersangkutan, hal ini sangat membantu orang lain yang membaca program.

Pemisah bagian komentar dengan bagian sebelumnya adalah tanda spasi atau tabulator,

meskipun demikian huruf pertama dari komentar sering berupa tanda titik koma (,)

merupakan tanda pemisah khusus untuk komentar.

Untuk keperluan dokumentasi yang intensip, sering sebuah baris yang merupakan

komentar saja, dalam hal ini huruf pertama dari baris bersangkutan adalah tanda titik

koma (,). AT89S51 memiliki sekumpulan instruksi yang sangat lengkap. Instruksi MOV

untuk byte dikelompokkan sesuai dengan mode pengalamatan (addressing modes). Mode

pengalamatan menjelaskan bagaimana operand dioperasikan. Berikut penjelasan dari

berbagai mode pengalamatan. Bentuk program assembly yang umum ialah sebagai

berikut :

(36)

26

Label/Simbol Opcode Operand Komentar

Org 0H

Start: Kiri: Delay: Del1: Del2: Mov Mov Mov Call RL DEC CJNE Sjmp mov mov djnz djnz ret end A, #11111110b R0, #7 P0, A Delay A R0

R0, #0, Kiri Start

R1, #255 R2, #255 R2, del2 R1, del1

[image:36.612.117.525.71.309.2]

; Isi Akumulator ; Isi R0 dengan 7 ; Copy A ke P0 ; Panggil Delay

Tabel 2.7.6 Program Assembly

Isi memori adalah bilangan heksadesimal yang dikenal oleh mikrokontroler, yang

merupakan representasi dari bahasa assembly yang telah kita buat. Mnemonic atau

opcode adalah kode yang akan melakukan aksi terhadap operand . Operand adalah data

yang diproses oleh opcode. Sebuah opcode bisa membutuhkan 1,2 atau lebih operand,

kadang juga tidak perlu operand. Sedangkan komentar dapat kita berikan dengan

menggunakan tanda titik koma (;). Berikut contoh jumlah operand yang berbeda beda

dalam suatu assembly.

CJNE R5,#22H, aksi ;dibutuhkan 3 buah operand MOVX @DPTR, A ;dibutuhkan 2 buah operand RL A ;1 buah operand

NOP ; tidak memerlukan operand

Program yang telah selesai kita buat dapat disimpan dengan ekstension .asm. Lalu

kita dapat membuat program objek dengan ekstension HEX dengan menggunakan

(37)

BAB 3

RANCANGAN SISTEM

3.1 Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancang.

Dimana setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok

dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1. berikut

ini:

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

Disain sistem rangkaian terdiri dari:

1. Sensor suhu (LM 35) berfungsi untuk mengukur suhu inkubator kemudian output

sensor ini akan diinputkan ke ADC0804. P0 P1 P2 P3 Display 1 buah Relay 1 buah Heater ADC 0804 Keypad 4 x 4

(38)

28

2. ADC0804 berfungsi untuk merubah tegangan analog dari sensor suhu menjadi

data digital 8 bit, sehingga data tersebut dapat diolah oleh mikrokontroler

AT89S51.

3. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengolah data digital yang dikirimkan

oleh ADC0804, selanjutnya mikrokontroler akan menampilkan nilai suhu yang

terukur pada seven segmen kemudian membandingkannya dengan data tertentu

untuk kemudian mengambil tindakan (menghidupkan/mematikan heater).

4. Relay berfungsi sebagai perantara antara mikrokontroler yang memiliki tegangan

5 volt DC dengan heater yang memiliki tegangan 220 volt AC, sehingga heater

dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

5. Heater berfungsi untuk memanaskan inkubator yang akan dikendalikan oleh

mikrokontroler setelah mendapatkan data dari sensor suhu (LM 35).

6. Display berfungsi untuk menampilkan hasil pembacaan suhu pada sensor suhu

(LM 35) yang berada dalam inkubator.

7. Keypad 4x4 berfungsi untuk memasukkan nilai temperatur yang akan

dipertahankan oleh inkubator.

8. Blower berfungsi untuk mengisap dan mengeluarkan udara panas yang dihasilkan

(39)

29

Baca data ADC Dan Tampilkan pada display Apakan tombol Bintang (*) Ditekan ? Start Tidak Kosongkan Display Baca Nilai Masukan dan tampilkan pada display Ya Apakah Tombol D ditekan ? Apakan Tombol A ditekan Tidak Ya Tidak Simpan Data Masukan pada alamat 63h Apakah Nilai ADC = Nilai Pada Alamat

63h ?

Baca data ADC Dan Tampilkan pada display Ya Apakah Tombol C ditekan ? Apakah Nilai

ADC < Nilai Pada Alamat

63h ?

Apakah Nilai ADC > Nilai Pada Alamat

63h ?

Tidak Tidak Tidak

Tidak

Matikan Heater Hidupkan Heater Matikan Heater Tampilkan nilai yang ada pada alamat 63h ke

display

Ya Ya Ya Ya

Apakah Tombol B ditekan ?

Apakah Tombol Pagar (#) ditekan ? Tidak

Tidak Ya

Ya 3.2 Diagram Alir Pemrograman

(40)

30

Program diawali dengan start yang berarti rangkaian diaktifkan. Kemudian

program akan membaca nilai ADC dan menampilkannya pada display. Selanjutnya

program akan melihat apakah ada penekanan pada tombol bintang (*) atau tidak. Jika

tidak ada penekanan pada tombol bintang, maka program akan kembali membaca

ADC dan menampilkannya pada display. Namun jika ada penekanan pada tombol

bintang (*), maka program akan mengosongkan tampilan pada display.

Selanjutnya program akan membaca masukan yang diinput melalui keypad,

kemudian program akan menampilkan nilai masukan pada display. Kemudian

program akan melihat apakah tombol “D” ditekan. Tombol D merupakan tombol

reset. Jika tombol “D” tidak ditekan, maka program akan melihat apakah tombol “A”

ditekan. Namun jika tombol “D” ditekan, maka program akan kembali mengosongkan

display dan kembali menerima input dari keypad.

Tombol “A” merupakan tombol enter. Jika tombol “A” tidak ditekan, maka

program akan terus menampilkan nilai yang di inputkan dari keypad. Jika tombol “A”

ditekan, maka program akan menyimpan nilai masukan ke alamat 63H, kemudian

program akan kembali membaca nilai ADC dan menampilkannya pada display.

Selanjutnya program akan membandingkan nilai ADC dengan nilai masukan

yang diinput dari keypad (Yang ada pada alamat 63H).

1. Jika nilai ADC sama dengan nilai pada alamat 63h, maka program akan

mematikan heater dan kembali membaca ADC dan menampilkan hasil

(41)

31

2. Jika nilai ADC lebih kecil dari nilai pada alamat 63h, maka program akan

menghidupkan heater dan kembali membaca ADC dan menampilkan hasil

pembacaannya ke display.

3. Jika nilai ADC lebih besar dari nilai pada alamat 63h, maka program akan

mematikan heater dan kembali membaca ADC dan menampilkan hasil

pembacaannya ke display.

Selain membandingkan, program juga melihat apakah tombol “C”. Tombol “C”

merupakan tombol untuk menampilkan nilai yang ada pada alamat 63H. Jika tombol

“C” ini ditekan, maka program akan menampilkan nilai yanga ada pada alamat 63h ke

display, selanjutnya program akan melihat apakan ada penekanan pada tombol “B”.

Jika tombol “B” ditekan, maka program akan kembali membaca ADC,

menampilkalnya pada display kemudian membandingkannya. Namun jika tombol “B”

tidak ditekan, maka program akan melihat apakah ada penekanan pada tombol “#”.

Jika tombol “#” ditekan, maka program akan kembali ke awal untuk mengambil

masukan dari keypad. Blower akan selalu aktif walaupun heater telah berhenti

memanaskan inkubator.

3.3 Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

(42)

32

Vreg LM7805CT

IN OUT TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF

1N5392GP 1N5392GP

12 Volt

[image:42.595.80.513.72.285.2]

5 Volt

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.4

Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC

inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang

(43)

33 5V VCC 5V VCC 10uF 2 1 30pF 30pF

XTAL 12 MHz

AT89S51 P0.3 (AD3) P0.0 (AD0) P0.1 (AD1) P0.2 (AD2) Vcc P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P0.4 (AD4) P0.5 (AD5) P0.6 (AD6) P0.7 (AD7) RST EA/VPP P3.0 (RXD) P3.1 (TXD) P3.2 (INT0) P3.3 (INT1) P3.4 (T0) ALE/PROG PSEN P2.7 (A15) P2.6 (A14) P2.5 (A13) P2.4 (A12) P2.3 (A11) P2.2 (A10) P2.1 (A9) P3.6 (WR) P3.5 (T1) P3.7 (RD) XTAL2 XTAL1

GND P2.0 (A8)

[image:43.595.242.419.73.322.2]

1 2 3 4 5 6 7 8 40 39 38 37 36 35 34 33 9 10 11 12 13 14 15 32 31 30 29 28 27 26 16 17 18 19 20 25 24 23 22 21

Gambar 3.4 Rangkaian mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port

3. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai

8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3

Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt, dan pin 20 dihubungkan ke ground.

Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai

sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler

dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 µF yang dihubungkan ke

positif dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen

ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah

power aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan

aktifnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika

dihitung maka lama waktunya adalah :

(44)

34

Jadi 0,1 detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.

3.5 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC (Analog to Digital Converter)

Sensor suhu LM 35 berfungsi untuk mengubah besaran fisik yang berupa suhu

menjadi besaran elektris tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap

kenaikan 1 ºC tegangan keluaran naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran

sensor adalah 1,5 V pada suhu 150 º C.

Pada perancangan tugas akhir ini penulis menentukan keluaran ADC mencapai

full scale pada saat suhu 100 ºC, sehingga saat suhu 100 ºC tegangan keluaran

tranduser adalah (10 mV/ºC X 100 ºC) = 1 Volt

Dari pengukuran secara langsung saat suhu ruangan, keluaran LM 35 adalah

0,3V (300mV), tegangan ini diolah dengan menggunakan rangkaian pengkondisi

sinyal agar sesuai dengan tahapan masukan ADC.

Untuk mengetahui temperatur dalam inkubator, digunakan LM 35 yang

merupakan sensor temperatur. Output dari LM 35 ini dimasukkan sebagai input ke

(45)

35

[image:45.595.111.530.141.392.2]

Rangkaiannya seperti dibawah ini:

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC

Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC

harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan

merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan

masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar

keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam

regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5

volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun

tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan

refrensi ADC tetap 5 volt.

Output dari LM 35 di inputkan ke Op Amp LM 358. Pada Op Amp ini tidak

terjadi penguatan tegangan tetapi terjadi penguatan arus. Output dari Op Amp ini

3 2 4 8 1 LM358N 5 6 4 8 7 LM358N 5V VCC 5V VCC 50% 4.7k฀ 330฀ 1uF 100pF 330฀ LM35 + 330฀ D1 D0 D2 D3 D4 D5 D6 D7 VCC CLK R CS RD WR CLK IN INTR V IN (+) V IN (-) A GND V REF/2 D GND ADC0804 100pF 1.0k฀ 100pF 100pF 10k฀ Out Vreg LM7809CT IN OUT Gnd 1.0k฀ 100uF 100pF Vreg LM7805CT IN OUT 100uF 100pF 330฀ 4.7k฀

P0.0 (AT89S51)

(46)

36

SEVEN_SEG_DISPLAY

A B C DE F G

In Cl o c k O ut

D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

4094 D7 2 3 10 14 13 12 11 7 6 5 4 SEVEN_SEG_DISPLAY

A B C DE F G

In Cl o c k O ut

D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

4094 D7 2 3 10 14 13 12 11 7 6 5 4 SEVEN_SEG_DISPLAY

A B C DE F G

In Cl o c k O ut

D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

4094 D7 2 3 10 14 13 12 11 7 6 5 4

P3.0 AT89S51

P3.1 AT89S51

merupakan input pada ADC, ini berarti setiap perubahan tegangan yang terjadi pada

input ini maka akan terjadi perubahan pada output ADC.

Keluaran dari rangkaian sensor suhu dihubungkan ke rangkaian ADC untuk

diubah datanya menjadi data biner agar dapat dikenali oleh mikrokontroler AT89S51.

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan

output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya (tegangan batere) akan

diketahui oleh mikrokontoler.

3.6

Rangkaian Display Seven Segmen

Rangkaian display seven segmen ini berfungsi untuk menampilkan nilai dari hasil

pengukuran intensitas. Rangkaian display seven segmen ditunjukkan pada gambar 3.6

[image:46.595.126.534.488.701.2]

berikut ini :

(47)

37

Display ini menggunakan 3 buah seven segmen common anoda yang

dihubungkan ke IC 4094 yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8

bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini

dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus

pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan

P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial.

Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka

data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini

dihubungkan dengan seven segmen agar data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk

angka. Seven segmen yang digunakan adalah tipe common anoda (aktip low), ini

berarti segmen akan menyala jika diberi data low (0) dan segmen akan mati jika diberi

data high (1).

3.7 Rangkaian Relay

Relay ini berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan atau

(48)

38

[image:48.595.105.476.156.437.2]

Rangkaian relay pengendali heater tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.7 Rangkaian relay Pengendali heater 220 volt AC

Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220V AC digunakan

relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan

logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan

magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif relay (kaki

1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2) dihubungkan

ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet

ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung ke kaki 4.

Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai saklar untuk

menghidupkan atau mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan atau

(49)

39

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan

transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang

telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay

dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor

dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung

terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan

ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka

kolektor tidak terhubung ke emiter, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,

keadaan ini menyebabkan tidak aktif rangkaian.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika

relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian

ini.Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus

dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara

normal dioda ini tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay

dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini

akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir

ke transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

Rangkaian ini juga dilengkapi dengan LED indikator, dimana LED indikator

ini akan menyala, jika relay aktif dan sebaliknya, LED indikator ini akan mati jika

relay tidak aktip. LED indikator ini dikendalikan oleh sebuah transistor jenis PNP,

dimana basis transistor ini mendapatkan input dari kolektor transistor C945. Transistor

(50)

40

Pemanas ini akan diaktifkan oleh sebuah relay 5 Volt DC dimana elemen

pemanas ini mempunyai tegangan 220 volt AC melalui sebuah transistor yang

difungsikan sebagai switching. Pemanas diletakkan disamping inkubator, dan dibagian

atas inkubator tersebut di beri lubang agar udara panas dapat dikeluarkan dengan

cepat. Jika suhu yang di set telah tercapai maka, heater atau pemanas akan berhenti

bekerja tetapi jika suhu yang di set belum tercapai maka heater/pemanas akan tetap

bekerja sampai didapat suhu yang diinginkan. Heater/pemanas ini dikendalikan oleh

mikrokontroler AT89S51 setelah mendapat data dari sensor suhu LM35.

Heater/pemanas ini mulai bekerja mulai dari rentang suhu 27ºC sampai 100ºC. Pada

Rangkaian ini juga dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk mengeluarkan

atau mengisap udara panas dari dalam inkubator. Blower ini akan selalu hidup apapun

keadaan dari inkubator tersebut.

3.8 Perancangan rangkaian keypad

Rangkaian Keypad berfungsi sebagai tombol untuk memasukan pin. Kemudian data

yang diketikkan pada keypad akan diterima oleh mikrokontroler AT89S51 untuk

(51)

41

Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 Tbl A P2.0

P2.1

P2.2

P2.3

P2.4

P2.5

P2.6

[image:51.595.190.526.154.464.2]

P2.7

Gambar 3.8 Rangkaian keypad

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada

dipasaran. Keypad ini terdiri dari 16 tombol yang hubungan antara tombol-tombolnya

seperti tampak pada gambar di atas. Rangkaian ini dihubungkan ke port 2

(52)

BAB 4

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur

tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan voltmeter digital. Pada power

supplay ini terdapat dua keluaran. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran

pertama sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke

seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai

dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke

mikrokontroler AT89S51. Sedangkan tegangan keluaran kedua sebesar 11,9 volt.

Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke relay, dimana relay dapat aktif

pada tegangan 9 volt sampai 15 volt, sehingga tegangan ini sudah memenuhi syarat

untuk mengaktifkan relay.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan baik,

maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program

(53)

43

Loop:

Setb P0.0

Acall tunda

Clr P0.0

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus.

Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan LED mati.

Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0

akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan nyala. Perintah Acall

tunda akan menyebabkan LED ini nyala selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan

menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak

berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin menghasilkan 12

clock (denyut pulsa). Dengan demikian lamanya waktu yang dibutuhkan 1 siklus mesin

(54)

44

waktu = 12 1

12MHz = mikrodetik.

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

RET 1 1 x 1 μd = 1 μd

Tunda:

mov r7,#255 2

Tnd: mov r6,#255 2

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 131.070 = 131.073

djnz r7,loop3 2

ret 1

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 131.073 μdetik

atau 0,131073 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut di isikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroler dapat berjalan sesuai dengan program yang di isikan, maka rangkaian

(55)

45

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial

dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana

segmen akan menyala jika diberi logika 0 (low) dan sebaliknya segmen akan mati jika

diberi logika 1(high).

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk

menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

Angka Data yang dikirim

1 0EDH

2 19H

3 89H

4 0C5H

5 83H

6 03H

7 0E9H

8 01h

9 81H

[image:55.612.183.371.358.600.2]

0 21H

Tabel 4.3 Data yang dikirim ke mikrokontroler oleh keypad

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai

(56)

46

bil0 equ 21h

bil1 equ 0edh

bil2 equ 19h

bil3 equ 89h

bil4 equ 0c5h

bil5 equ 83h

bil6 equ 03h

bil7 equ 0e9h

bil8 equ 01h

bil9 equ 81h

Loop:

mov sbuf,#bil0

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen.

Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah

dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen.

Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

mov sbuf,#bil1

Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil2

Jnb ti,$

Clr ti

(57)

47

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada

seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama.

4.4

Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt

pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor

jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada

basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada alat

ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan heater ke tegangan PLN, dimana

hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay aktif

maka hubungan heater ke tegangan PLN akan terhubung, sehingga heater hidup,

sebaliknya jika relay tidak aktif, maka heater dengan tegangan PLN akan terputus,

sehingga heater mati.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,

jika relay aktif dan hubungan heater dengan tegangan PLN terhubung, sehingga heater

hidup, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke

mikrokontroler pada P2.7 kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler

(58)

48

Setb P2.7

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P2.7, sehingga P2.7 akan

mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945,

sehingga relay juga menjadi aktif dan hubungan heater dengan tegangan PLN terhubung,

sehingga heater hidup. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan

relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P2.7

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P2.7, sehingga P2.7 akan mendapatkan

tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor C945, sehingga relay

juga menjadi tidak aktif dan hubungan heater dengan tegangan PLN terputus, sehingga

heater mati.

4.5

Pengujian Rangkaian Keypad

Unit masukan berfungsi untuk memberikan nilai bagi parameter-parameter pengontrolan

yang digunakan seperti set point, penguatan, serta mode operasi. Sebagai unit masukan

digunakan sebuah keypad matriks 4x4.

Pengujian rangkaian tombol ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan mikrokontroler AT89S51, kemudian memberikan program sederhana untuk

(59)

49

Mengecek penekanan pada 4 tombol yang paling atas, maka data awal yang dimasukkan

ke port 1 adalah FEH. Dengan demikian maka pin P1.0 akan mendapat logika low (0),

dan yang lainnya mendapat logika high (1), seperti berikut,

Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 Tbl 4 P1.0 0

P1.1 1

P1.2 1

P1.3 1

P1.4 1

P1.5 1

P2.6 1

P1.7 1

Jika terjadi penekanan pada Tbl 1, maka P1.0 akan terhubung ke P1.4 yang

menyebabkan P1.4 juga akan mendapatkan logika low (0). Seperti berikut:

P1.7 P1.6 P1.5 P1.4 P1.3 P1.2 P1.1 P1.0

(60)

50

Data pada port 1 akan berubah menjadi EEH. Data inilah sebagai indikasi adanya

penekanan pada tombol 1.

Jika terjadi penekanan pada Tbl 2, maka P1.0 akan terhubung ke P1.5 yang

menyebabkan P1.5 juga akan mendapatkan logika low (0). Seperti berikut,

P1.7 P1.6 P1.5 P1.4 P1.3 P1.2 P1.1 P1.0

1 1 0 1 1 1 1 0

Data pada port 2 akan berubah menjadi DEH. Data inilah sebagai indikasi adanya

penekanan pada tombol 2. Demikian seterusnya untuk tombol-tombil yang lain.

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menguji rangkaian keypad

adalah sebagai berikut:

Tombol1:

Mov P1,#0FEH

Mov a,P1

Cjne a,#0EEH,Tombol2

Setb P0.0

Sjmp Tombol1

Tombol2:

Cjne a,#0DEH,Tombol1

Clr P0.0

(61)

51

Program diatas akan menunggu penekanan pada tombol 1 dan tombol 2, jika

tombol 1 ditekan, maka program akan menyalakan LED yang ada pada P0.0. Jika tombol

2 ditekan, maka program akan mematikan LED yang ada pada P0.0.

Jika rangkaian telah berjalan sesuai program yang diberikan, maka rangkaian telah

berfungsi dengan baik

.

4.6 Pengujian Rangkaian ADC

Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler. Selanjutnya

rangkaian mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian display seven segmen.

Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian

ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan pada display seven segmen.

Programnya adalah sebagai berikut :

mov a,p0

mov b,#100

div ab

mov 70h,a

mov a,b

mov b,#10

div ab

mov 71h,a

(62)

52

Dengan program di atas, maka akan

Gambar

Gambar 1 Menghubungkan ADC0804 dengan 8051 melalui port I/O
Gambar 2 . Mikrokontroller AT89S51
Gambar 2.6.1 Rangkaian Seven segmen
Tabel 2.6.2 Data Display 7 Segmen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sistem kontrol temperatur berbasis mikrokontroler ATmega328 pada inkubator bayi menggunakan sensor DS18B20 dengan

Untuk mengetahui apakah rangkaian led indikator yang telah dibuat dapat bekerja sesuai yang diinginkan maka dilakukan pengujian rangkaian led indikator yang dihubungkan

penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “ Implementasi Mikrokontroler AT89S51 pada Model Pengendali Peralatan Listrik yang Terintegrasi dengan Perangkat Fixed..

Rangkaian mikrokontroler ATmega 8535 merupakan rangkaian yang bekerja jika pada memori flashnya diberi program aplikasi sesuai ketentuan yang ada, atau juga dapat

Jika sinyal masukan besar dari temperatur yang dideteksi oleh LM35, maka mikrokontroler akan mengaktifkan relai lain sehingga elemen Peltier hidup untuk memanaskan

Untuk mengetahui apakah rangkaian Mikrokontroler Arduino Uno telah bekerja dengan baik pada alat, maka dilakukan pengujian dengan memberikan program perintah pada

Dari pembuatan alat aplikasi penentuan posisi busway dengan tampilan teks berjalan dan suara berbasis IC ISD, maka dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu: 1) Mikrokontroler

Adapun cara kerja rangkaian ini yaitu pada saat tombol push button ditekan, maka buffer yang menggunakan IC 74HC563 akan menyalurkannya sinyal menuju mikrokontroler ATmega16 pada port