• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa-Siswi Tentang Tinea Kruris Di SMA Harapan 1 Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa-Siswi Tentang Tinea Kruris Di SMA Harapan 1 Medan Tahun 2012"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

MUHAMMAD ARIF SIREGAR 090100215

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

OLEH :

MUHAMMAD ARIF SIREGAR 090100215

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa-Siswi Tentang Tinea Kruris di SMA Harapan 1 Medan Tahun 2012

Nama NIM

: :

Muhammad Arif Siregar 090100215

Pembimbing

( dr. Djohan, Sp.KK ) NIP. 19691014 199803 1 001

Penguji I

( dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K) ) NIP. 19630820 198902 2 001

Penguji II

( dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc. ) NIP. 19700109 199702 2 001

Medan, Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa-Siswi Tentang Tinea

Kruris di SMA Harapan 1 Medan Tahun 2012

Yang dipersiapkan oleh :

Muhammad Arif Siregar 090100215

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah.

Medan, 3 Desember 2012 Disetujui,

Dosen Pembimbing,

(5)

ABSTRAK

Latar belakang : Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat menjadi penyakit yang berlangsung seumur hidup. Untuk menyikapinya dengan benar, remaja seharusnya mengetahui faktor penyebab terjadinya Tinea kruris, diantaranya higienitas kulit dan kebiasaan mengenakan pakaian/celana ketat. Sebagian besar remaja belum memahami sepenuhnya pentingnya menjaga kebersihan kulit dan bahaya kebiasaan berpakaian serba ketat dan minim.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang Tinea kruris.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan potong-lintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di SMA Harapan 1 Medan. Dengan menggunakan metode stratified random sampling, diperoleh sampel sebanyak 90 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data dan tabulasi hasil. Tiap nilai jawaban dianalisis dan diinterpretasikan dengan skala pengukuran, yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Hasil : Setelah melakukan penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris, yaitu sebanyak 48,9% responden memiliki pengetahuan baik, 44,4% memiliki pengetahuan cukup, 6,7% memiliki pengetahuan kurang, 32,2% memiliki sikap baik, 31,1% memiliki sikap cukup, 36,7% memiliki sikap kurang, 37,8% memiliki tindakan baik, 31,1% memiliki tindakan cukup, dan 31,1% memiliki tindakan kurang.

Kesimpulan : Secara keseluruhan, gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris sudah baik, namun, perlu ditingkatkan dengan cara memanfaatkan lebih baik lagi berbagai fasilitas yang tersedia, seperti perpustakaan dan akses internet untuk memperoleh informasi lebih tentang Tinea kruris.

(6)

ABSTRACT

Background : Tinea cruris is dermatophytosis diseases (diseases of the tissues that contain keratinases), caused by dermatophytes fungal infection in cruris area (groin, perineum, perianal, gluteus, pubic) and can spread to the surrounding area. This disorder can be acute or chronic, it can even be a lifelong disease. To respond correctly, teens should know the factors causing Tinea cruris, including skin hygiene and and habit of wearing tight pants. Most teens do not fully understand the importance of keeping skin clean and risk of habit clad tight and skimpy.

Objective : This study aims to describe level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris.

Methods : This descriptive study using cross-sectional approach. The research was conducted in July 2012 at SMA Harapan 1 Medan. By using stratified random sampling method, obtained sample of 90 people according to the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by distributing questionnaires, and conducted data processing and tabulation of results. Each value of the answers were analyzed and interpreted with the scale of measurement, ie the good category, sufficient, and bad.

Results : After conducting a study, acquired the level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris, as many as 48.9% of respondents have good knowledge, 44.4% have sufficient knowledge, 6.7% have bad knowledge, 32.2% have good attitude, 31.1% have sufficient attitude, 36.7% have bad attitude, 37.8% have good practice, 31.1% have sufficient practice, and 31.1% have bad practice.

Conclusion : Overall, the level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris is good, however, need to be improved by better utilizing the available facilities, such as libraries and Internet access to obtain more information about Tinea cruris.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, dan kepada keluarga beserta sahabatnya sekalian.

Rasa cinta, kasih, dan sayang penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Mirza Kristo Siregar, S.P. dan Hj. Roswani, yang telah mencurahkan kasih sayang, membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa kepada penulis sebagai dorongan motivasi terbesar untuk menyelesaikan pendidikan selama ini.

Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1) Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2) Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(8)

4) dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K), selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini

5) dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

6) Kakanda dan Adinda kandung tersayang Krisna Desi Wani Siregar, S.E.; Iva Nova Sari Siregar, S.E.; dr. Marlina Sari Dewi Siregar; dr. Suryawani Siregar; dan Tia Nurul Fatimah Siregar, A.Md.; yang senantiasa memberikan kasih sayang dan semangat yang menjadi dorongan motivasi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7) Adinda terkasih, Liana Faidah Lubis, terima kasih atas dukungan, perhatian, dan kebersamaannya yang berharga sampai saat ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan berlipat ganda kepada orang-orang tersebut.

Akhir kata, dengan kemampuan yang masih terbatas, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, serta izinkanlah penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang telah penulis lakukan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran. Amin Ya Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Medan, 25 November 2012 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……….

LEMBAR PERSETUJUAN ………

ABSTRAK ………

ABSTRACT………...

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR TABEL ………

DAFTAR GAMBAR ………....

DAFTAR SINGKATAN ………..

DAFTAR LAMPIRAN ………

BAB 1 PENDAHULUAN ………

1.1. Latar Belakang ……….. 1.2. Rumusan Masalah ……… 1.3. Tujuan Penelitian ………..

1.3.1. Tujuan Umum ……… 1.3.2. Tujuan Khusus ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………...

2.1. Tinea Kruris ……….. 2.1.1. Definisi ………. 2.1.2. Epidemiologi ……… 2.1.3. Etiologi dan Patogenesis ……….. 2.1.4. Gambaran Klinis ……….. 2.1.5. Faktor Risiko ……… 2.1.6. Diagnosis ……….. 2.1.7. Diagnosis Banding ………...

ii iii iv v vi viii xi xii xiii xiv

1 1 2 2 2 2 3

(10)

2.1.8. Penatalaksanaan ………... 2.1.9. Pencegahan ………... 2.1.10. Komplikasi ………... 2.1.11. Prognosis ……….. 2.2. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan ………... 2.2.1. Pengetahuan ………. 2.2.2. Sikap ………. 2.2.3. Tindakan ………... BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ……… 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 3.2. Definisi Operasional ………. 3.2.1. Definisi Variabel ……… 3.2.2. Cara Pengukuran ……… 3.2.3. Alat Pengukuran ………. 3.2.4. Hasil Pengukuran ………... 3.2.5. Skala Pengukuran ………...

BAB 4 METODE PENELITIAN ………

4.1. Rancangan Penelitian ………... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………

4.2.1. Lokasi Penelitian ……… 4.2.2. Waktu Penelitian ……… 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 4.3.1. Populasi ……….. 4.3.2. Sampel ……… 4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……….. 4.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ……….. 4.6. Metode Analisis Data ………...

(11)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 5.1. Hasil Penelitian ………. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……… 5.1.3. Hasil Analisis Data ………. 5.2. Pembahasan ………..

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...

6.1. Kesimpulan ………...

6.2. Saran ……….

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN ……….

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ……….. 18

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Umur ………... 22

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin ……….. 22

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Kelas ………... 23

Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Pengetahuan ………... 23

Tabel 5.5. Distribusi Jawaban Sikap ……….. 24

Tabel 5.6. Distribusi Jawaban Tindakan ……… 24

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan ……… 25

Tabel 5.8. Distribusi Tingkat Sikap ……… 25

Tabel 5.9. Distribusi Tingkat Tindakan ……….. 25

Tabel 5.10. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Pengetahuan ……… 26

Tabel 5.11. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan …... 26

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Pengetahuan ……… 27

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Sikap ……… 27

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Sikap ………….. 27

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Sikap ……… 28

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Tindakan ……….. 28

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Tindakan ……… 28

Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Tindakan ……….. 29

Tabel 5.19. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Sikap …... 29

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Predileksi Tinea Kruris ……… 4

Gambar 2.2. Regio Inguinal Meluas ke Pubis ……….. 6

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 13

(14)

DAFTAR SINGKATAN

KOH : Kalium Hidroksida / Potassium Hydroxide

NaCl : Natrium Klorida / Sodium Chloride

pH : Potential Hydrogen

SDA : Sabouraud Dextrose Agar

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ………... 36

Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Responden Penelitian ……… 37

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden Penelitian ………... 38

Lampiran 4 Kuesioner ……….. 39

Lampiran 5 Uji Validitas Kuesioner ………. 42

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Kuesioner ………. 45

Lampiran 7 Data Induk Responden ……….. 46

Lampiran 8 Output SPSS ……….. 51

Lampiran 9 Surat Persetujuan EthicalClearance……… 69

(16)

ABSTRAK

Latar belakang : Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat menjadi penyakit yang berlangsung seumur hidup. Untuk menyikapinya dengan benar, remaja seharusnya mengetahui faktor penyebab terjadinya Tinea kruris, diantaranya higienitas kulit dan kebiasaan mengenakan pakaian/celana ketat. Sebagian besar remaja belum memahami sepenuhnya pentingnya menjaga kebersihan kulit dan bahaya kebiasaan berpakaian serba ketat dan minim.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang Tinea kruris.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan potong-lintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di SMA Harapan 1 Medan. Dengan menggunakan metode stratified random sampling, diperoleh sampel sebanyak 90 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data dan tabulasi hasil. Tiap nilai jawaban dianalisis dan diinterpretasikan dengan skala pengukuran, yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Hasil : Setelah melakukan penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris, yaitu sebanyak 48,9% responden memiliki pengetahuan baik, 44,4% memiliki pengetahuan cukup, 6,7% memiliki pengetahuan kurang, 32,2% memiliki sikap baik, 31,1% memiliki sikap cukup, 36,7% memiliki sikap kurang, 37,8% memiliki tindakan baik, 31,1% memiliki tindakan cukup, dan 31,1% memiliki tindakan kurang.

Kesimpulan : Secara keseluruhan, gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris sudah baik, namun, perlu ditingkatkan dengan cara memanfaatkan lebih baik lagi berbagai fasilitas yang tersedia, seperti perpustakaan dan akses internet untuk memperoleh informasi lebih tentang Tinea kruris.

(17)

ABSTRACT

Background : Tinea cruris is dermatophytosis diseases (diseases of the tissues that contain keratinases), caused by dermatophytes fungal infection in cruris area (groin, perineum, perianal, gluteus, pubic) and can spread to the surrounding area. This disorder can be acute or chronic, it can even be a lifelong disease. To respond correctly, teens should know the factors causing Tinea cruris, including skin hygiene and and habit of wearing tight pants. Most teens do not fully understand the importance of keeping skin clean and risk of habit clad tight and skimpy.

Objective : This study aims to describe level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris.

Methods : This descriptive study using cross-sectional approach. The research was conducted in July 2012 at SMA Harapan 1 Medan. By using stratified random sampling method, obtained sample of 90 people according to the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by distributing questionnaires, and conducted data processing and tabulation of results. Each value of the answers were analyzed and interpreted with the scale of measurement, ie the good category, sufficient, and bad.

Results : After conducting a study, acquired the level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris, as many as 48.9% of respondents have good knowledge, 44.4% have sufficient knowledge, 6.7% have bad knowledge, 32.2% have good attitude, 31.1% have sufficient attitude, 36.7% have bad attitude, 37.8% have good practice, 31.1% have sufficient practice, and 31.1% have bad practice.

Conclusion : Overall, the level of knowledge, attitudes, and practices of students about Tinea cruris is good, however, need to be improved by better utilizing the available facilities, such as libraries and Internet access to obtain more information about Tinea cruris.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Insidensi Tinea kruris cukup tinggi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, karena menyerang masyarakat luas. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup (Budimulja, 1999).

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga infeksi oleh karena jamur di Indonesia pada umumnya, di Sumatera Utara pada khususnya banyak ditemukan. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit karena infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan (Nasution M.A., 2005).

Jumlah penderita dermatofitosis pada tahun 1996 sampai 1998 sebanyak 4.162 orang dari 20.951 penderita baru penyakit kulit yang berkunjung ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi Medan. Dan pada tahun 2002 penyakit dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama dibandingkan penyakit kulit yang lain (Nasution M.A., 2005).

Menurut Hakim Z. (1993), pada penelitiannya di RSUP dr. M. Jamil Padang, penyakit dermatofitosis berturut-turut ditempati oleh Tinea kruris, Tinea korporis, Tinea unguium, Tinea manus, Tinea imbrikata.

(19)

tertentu. Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda.

Di masa sekarang ini, pergeseran yang paling menonjol dari gaya hidup yang melanda kalangan remaja Indonesia adalah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung dipengaruhi oleh budaya Barat. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari cara berpakaian serba ketat dan minim, baik pria maupun wanita, yang dianggap mengikuti cara berpakaian modern. Gambaran seperti itu umum dijumpai pada hampir seluruh remaja di Indonesia, termasuk di Medan.

Padahal, menurut Wiederkehr (2012), kebiasaan mengenakan celana ketat dalam waktu yang lama dan atau bertukar pinjam pakaian dengan orang lain penderita Tinea kruris juga termasuk faktor risiko infeksi awal maupun infeksi berulang Tinea kruris.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1) Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris di SMA Harapan 1 Medan tahun 2012?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris di SMA Harapan 1 Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang Tinea kruris di SMA Harapan 1 Medan tahun 2012.

(20)

3) Mengetahui gambaran tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris di SMA Harapan 1 Medan tahun 2012.

4) Mengetahui hubungan antara karakteristik umur, jenis kelamin, dan kelas dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi siswa-siswi untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap pencegahan dan penanggulangan Tinea kruris.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah untuk memberikan edukasi kepada para siswa-siswi tentang Tinea kruris.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi individu atau institusi lain dalam pengembangan penelitian yang akan datang yang serupa dan berkelanjutan.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinea Kruris 2.1.1. Definisi

Menurut Budimulja (1999), Siregar R.S. (2004), Graham-Brown (2008), Murtiastutik (2009), dan Berman (2011) Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.

Berikut ini adalah gambar predileksi terjadinya Tinea kruris :

(Siregar R.S., 2004)

Gambar 2.1. Predileksi Tinea Kruris

2.1.2. Epidemiologi

(22)

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis

Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin (Budimulja, 1999).

Menurut Emmons (1934) dalam Budimulja (1999), dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus, yaitu Microsporum,

Trichophyton, dan Epidermophyton.

Penyebab Tinea kruris sendiri sering kali oleh Epidermophyton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan

Trichophyton verrucosum (Siregar R.S., 2004).

Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis (Boel, 2003).

Menurut Rippon (1974) dalam Budimulja (1999), selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. Jamur ini mudah hidup pada medium dengan variasi pH yang luas. Jamur ini dapat hidup sebagai saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal.

(23)

2.1.4. Gambaran Klinis

Menurut Budimulja (1999), Nasution M.A. (2005), Berman (2011), dan Wiederkehr (2012), gambaran klinis Tinea kruris khas, penderita merasa gatal hebat pada daerah kruris. Ruam kulit berbatas tegas, eritematosa, dan bersisik. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.

Berikut ini gambaran klinis dari Tinea kruris :

(Departemen Kesehatan Kulit & Kelamin FK Unair, 2009) Gambar 2.2. Regio Inguinal Meluas ke Pubis

2.1.5. Faktor Risiko

Menurut Bagian Kesehatan Anak FK UI (2002), faktor risiko adalah faktor yang dapat mempermudah timbulnya suatu penyakit. Peran faktor risiko itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

1) Yang menyuburkan pertumbuhan jamur.

2) Yang memudahkan terjadinya invasi ke jaringan karena daya tahan yang menurun.

Menurut Bagian Kesehatan Anak FK UI (2002), faktor risiko yang menyuburkan pertumbuhan jamur, antara lain :

(24)

2) Adanya penyakit diabetes mellitus, dan atau kehamilan menimbulkan suasana yang menyuburkan jamur.

Menurut Bagian Kesehatan Anak FK UI (2002), faktor risiko yang memudahkan invasi jamur ke jaringan, antara lain :

1) Adanya rangsangan setempat yang terus menerus pada lokasi tertentu oleh cairan yang menyebabkan pelunakan kulit, misalnya air pada sela jari kaki, kencing pada pantat bayi, keringat pada daerah lipatan kulit, atau akibat liur di sudut mulut orang lanjut usia.

2) Adanya penyakit tertentu, seperti gizi buruk, penyakit darah, keganasan, diabetes mellitus, dan atau kehamilan menimbulkan suasana yang menyuburkan jamur.

Menurut Nasution M.A. (2005) dan Berman (2011), pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan jamur tersebut, atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur, ataupun kontak langsung dengan penderita.

Menurut Adiguna (2001) dan Siregar R.S. (2004), Tinea kruris paling banyak terjadi di daerah tropis, musim/iklim yang panas, lingkungan yang kotor dan lembab, banyak berkeringat. Faktor keturunan tidak berpengaruh (Siregar, 2004).

Kebiasaan mengenakan celana ketat dalam waktu yang lama dan atau bertukar pinjam pakaian dengan orang lain penderita Tinea kruris juga termasuk faktor risiko infeksi awal maupun infeksi berulang Tinea kruris (Wiederkehr, 2012).

2.1.6. Diagnosis

(25)

Menurut Goedadi (2001) dan Nasution M.A. (2005), untuk mengetahui suatu ruam yang disebabkan oleh infeksi jamur, biasanya kita lakukan pemeriksaan kerokan dari tepi lesi yang meninggi atau aktif tersebut. Spesimen dari hasil kerokan tersebut kita letakkan di atas deck glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10-20 %. Kemudian kita tutup dengan object glass kemudian dipanaskan dengan lampu Bunsen sebentar untuk memfiksasi, kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung menunjukkan hifa yang bercabang atau artospora yang khas pada infeksi dermatofita. Sedangkan untuk mengetahui golongan ataupun spesies daripada jamur dilakukan pembiakan dengan media yang standar yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Kadang-kadang kita perlukan juga mikobiotik. Setelah kurang lebih dua minggu koloni daripada jamur mulai dapat kita baca secara makroskopis.

2.1.7. Diagnosis Banding

Tinea kruris perlu dibedakan antara lain dengan intertrigo, eritrasma, dermatitis seboroik, psoriasis, kandidiasis (Goedadi, 2001).

2.1.8. Penatalaksanaan

Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit. Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur, dan sebagainya. Obat-obat topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena sedikit, tetapi bila infeksi jamur meluas maka lebih baik menggunakan obat oral sistemik (Graham-Brown, 2002).

Menurut Bagian Farmakologi FK UI (1995), Bagian Kesehatan Anak FK UI (2002), dan Nasution M.A. (2005), obat-obat pada infeksi jamur pada kulit ada 2 macam yaitu :

(26)

c) Golongan Ketokonazole, dan sebagainya.

Pengobatan umumnya 2x/hari minimal selama 3 minggu atau 2 minggu sesudah tes KOH negatif dan klinis membaik.

2) Obat per oral, misalnya :

a) Golongan Griseofulvin, dosis : Anak : 10 mg/kgBB/hari (microsize).

5,5 mg/kgBB/hari (ultra-microsize). Dewasa : 500-1000 mg/hari/

b) Golongan Ketokonazole, dosis : Anak : 3-6 mg/kgBB/hari. Dewasa : 1 tablet (200 mg)/hari. c) Golongan Itrakonazole, dosis :

Anak : 3-5 mg/kgBB/hari. Dewasa : 1 kapsul (100 mg)/hari. d) Golongan Terbinafin, dosis :

Anak : 3-6 mg/kgBB/hari.

10-20 kg : 62,5 mg (¼ tablet)/hari. 20-40 kg : 125 mg (½ tablet)/hari. Dewasa : 1 tablet (250 mg)/hari.

2.1.9. Pencegahan

(27)

Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga adalah nasehat kepada penderita misalnya pada penderita dermatofitosis, disarankan agar :

1) Memakai pakaian yang tipis.

2) Memakai pakaian yang berbahan cotton.

3) Tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.

Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan daerah sela paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan celana ketat untuk mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan Tinea kruris yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan pasien untuk memakai kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan kemungkinan transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk antifungal, yang memiliki manfaat tambahan pengeringan daerah sela paha, mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea kruris (Wiederkehr, 2012).

2.1.10.Komplikasi

Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar (Wiederkehr, 2012).

2.1.11.Prognosis

Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu dijaga (Siregar, 2004).

2.2. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 2.2.1. Pengetahuan

(28)

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2011) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yakni :

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

(29)

5) Sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2011), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2011) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Menurut Notoatmodjo (2011), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespons (responding), berarti orang tersebut menerima ide.

3) Menghargai (valuing), apabila orang tersebut telah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.

2.2.3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada beberapa tingkat-tingkat tindakan, yakni : 1) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2) Respons terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adaptasi (adaptation), adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

[image:30.595.113.513.235.381.2]

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Variabel

Adapun definisi beberapa variabel dalam penelitian ini adalah :

1) Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki responden mengenai Tinea kruris.

2) Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden mengenai Tinea kruris.

3) Tindakan adalah segala sesuatu yang telah dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan dan sikap mengenai Tinea kruris.

3.2.2. Cara Pengukuran

Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis untuk diisi sendiri sesuai dengan keadaan yang diketahui oleh responden.

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Tinea kruris Siswa-siswi SMA

(31)

3.2.3. Alat Pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebanyak 20 butir pertanyaan, yaitu 10 butir pertanyaan mengenai pengetahuan, 5 butir pertanyaan mengenai sikap, dan 5 butir pertanyaan mengenai tindakan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti yang sudah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian ini.

3.2.4. Hasil Pengukuran

Adapun hasil pengukuran dalam penelitian ini adalah :

1) Pada butir pertanyaan mengenai pengetahuan, apabila responden menjawab dengan benar akan diberi nilai 1, dan apabila responden salah menjawab akan diberi nilai 0.

2) Pada butir pertanyaan mengenai sikap, apabila responden menjawab ‘setuju’ akan diberi nilai 2, dan apabila responden menjawab ‘tidak setuju’ akan diberi nilai 0.

3) Pada butir pertanyaan mengenai tindakan, apabila responden menjawab dengan benar akan diberi nilai 2, dan apabila responden salah menjawab akan diberi nilai 0.

3.2.5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal, yaitu sebagai berikut :

1) Baik, apabila nilai jawaban responden mencapai >75% dari nilai tertinggi (nilai 8-10).

2) Cukup, apabila nilai jawaban responden mencapai 40-75% dari nilai tertinggi (nilai 4-7).

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang, yaitu dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu yang ditentukan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMA Harapan 1 Medan. Pemilihan lokasi ini adalah karena siswa-siswi yang belajar di sekolah ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang karena selain terletak di ibukota propinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota, sekolah ini juga telah dilengkapi fasilitas perpustakaan dan juga akses internet.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012. Penelitian ini dimulai dengan penelusuran tinjauan pustaka, bimbingan dengan Dosen Pembimbing, penyusunan proposal penelitian, seminar proposal, dan dilanjutkan dengan kajian lapangan mulai dari pengumpulan data sampai ke penulisan hasil laporan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah :

1) Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA di kota Medan. 2) Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Harapan

1 Medan.

(33)

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dan berstrata. Pada penelitian ini terdapat tiga strata sampel, yaitu siswa-siswi kelas X, XI, dan XII.

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

1

dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan

Hasil perhitungan dengan memakai tingkat kepercayaan 90% atau d = 0,1 adalah :

0,1) 1

0,01) 1

, 0

Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata memadai, maka dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata dengan mendistribusikan merata pada tiap kelas, yaitu :

(34)

Kemudian, dilakukan pula stratifikasi terhadap jenis kelamin antara siswa laki-laki dan siswi perempuan, yaitu :

1) Siswa laki-laki kelas X = ½ x 30 orang = 15 orang. 2) Siswi perempuan kelas X = ½ x 30 orang = 15 orang. 3) Siswa laki-laki kelas XI = ½ x 30 orang = 15 orang. 4) Siswi perempuan kelas XI = ½ x 30 orang = 15 orang. 5) Siswa laki-laki kelas XII = ½ x 30 orang = 15 orang. 6) Siswi perempuan kelas XII = ½ x 30 orang = 15 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Responden masih berstatus sebagai siswa-siswi di SMA Harapan 1 Medan.

b) Responden masih duduk di kelas X, XI, dan XII. 2) Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Responden tidak menandatangani lembar persetujuan responden penelitian.

b) Responden tidak mengisi lembar kuesioner dengan tepat dan lengkap.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut :

1) Data primer diperoleh melalui hasil rekapitulasi kuesioner yang disebarkan kepada responden, setelah sebelumnya peneliti memberikan penjelasan dan menanyakan kesediaan responden untuk selanjutnya diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.

(35)

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti, bukan kuesioner yang sudah terstandar (standardized). Oleh karena itu, peneliti melakukan uji coba terhadap kuesioner agar apabila digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, kuesioner penelitian sudah benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur (valid) dan sudah dapat dipercaya atau dapat diandalkan (reliabel).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara bertahap. Pertama, kuesioner akan divalidasi oleh dosen pembimbing, dokter yang lebih ahli untuk menilai, mempertimbangkan, dan memutuskan kepresentatifan dan keterkaitan yang tinggi satu demi satu butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner apakah sudah sesuai dengan isi dan aspek yang akan diukur. Kuesioner yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi (content validity), dan kuesioner yang sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi (construct validity). Kemudian, kuesioner akan diujicobakan kepada sejumlah subjek (20 orang) yang mempunyai karakteristik yang sama dengan calon responden penelitian, yaitu masih berstatus sebagai siswa-siswi SMA di kota Medan serta masih duduk di kelas X, XI, dan XII, kemudian data hasil uji coba diolah menggunakan program komputer Stastistical Product and Service Solution (SPSS) dengan metode Total Pearson Correlation dan metode

Cro bach’sAlpha.

[image:35.595.115.514.631.745.2]

Adapun data-data hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Cronbach’s

Alpha

Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5

0,709 0,743 0,623 0,525 0,608

Valid Valid Valid Valid Valid

(36)

6 7 8 9 10

0,688 0,641 0,677 0,587 0,643

Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Sikap 11

12 13 14 15

0,684 0,576 0,646 0,702 0,622

Valid Valid Valid Valid Valid

0,723 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Tindakan 16

17 18 19 20

0,554 0,652 0,692 0,739 0,643

Valid Valid Valid Valid Valid

0,659 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Adapun kesimpulan dari hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner adalah sebagai berikut :

1) Nilai r tabel pada jumlah data (n = 20) dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,444.

2) Untuk validitas, seluruh nilai r hitung yang didapat adalah lebih besar dari nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

3) Untuk reliabilitas, seluruh nilai Alpha yang didapat adalah lebih besar dari nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur yang sahih.

4.6. Metode Analisis Data

Semua data yang terkumpul akan diperiksa ketepatan dan kelengkapannya (editing), diberi kode secara manual (coding), dimasukkan ke dalam program komputer SPSS (entry), diperiksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan pemasukan data (cleaning), disimpan data untuk siap dianalisis (saving), kemudian data dianalisis lebih lanjut.

(37)

analisis univariat dapat dilanjutkan dengan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat dilakukan secara bertahap pula, yaitu dengan analisis proporsi dan analisis hasil uji statistik. Analisis proporsi dilakukan dengan menganalisis tabulasi silang (crosstabs) antara dua variabel yang bersangkutan. Setelah dilakukan analisis proporsi dapat dilanjutkan dengan analisis uji statistik menggunakan metode Pearson Chi-Square Tests (x2) untuk menyimpulkan adanya dua variabel tersebut secara statistik bermakna atau tidak bermakna.

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

[image:38.595.134.493.292.707.2]

SMA Harapan 1 Medan merupakan sekolah swasta yang terletak di jalan Imam Bonjol No. 35, Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun, Medan. Berikut ini gambar denah lokasi SMA Harapan 1 Medan :

(http://maps.google.co.id)

Gambar 5.1. Denah Lokasi SMA Harapan 1 Medan

(39)

Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah model Sekolah Kategori Mandiri - Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal - Pusat Sumber Belajar (SKM-PBKL-PSB) dimana sumber pembelajaran bukan hanya berasal dari guru tapi juga dari murid dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Siswa-siswi yang belajar di sekolah ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang karena selain terletak di ibukota provinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota, sekolah ini juga telah dilengkapi fasilitas perpustakaan dan juga akses internet.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:39.595.137.488.423.525.2]

Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : umur, jenis kelamin, dan kelas. Data lengkap distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Umur

Umur n (orang) %

14 15 16 17 18

4 22 32 29 3

4,4 24,4 35,6 32,2 3,3

Jumlah 90 100

[image:39.595.137.489.629.688.2]

Dari tabel 5.1. menunjukkan bahwa frekuensi umur responden terbanyak adalah umur 16 tahun sebanyak 32 orang (35,6%).

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (orang) %

Laki-laki Perempuan

45 45

50 50

Jumlah 90 100

(40)

masing-masing strata berimbang dan merata, yaitu laki-laki sebanyak 45 orang (50%) dan perempuan sebanyak 45 orang (50%).

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Kelas

Kelas n (orang) %

X XI XII

30 30 30

33,3 33,3 33,3

Jumlah 90 100

Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa frekuensi kelas responden adalah sama rata sesuai dengan metode pengambilan sampel yang diinginkan pada masing-masing strata berimbang dan merata, yaitu kelas X sebanyak 30 orang (33,3%), kelas XI sebanyak 30 orang (33,3%), dan kelas XII sebanyak 30 orang (33,3%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

[image:40.595.117.515.516.747.2]

Data lengkap distribusi jawaban responden berdasarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden tentang Tinea kruris dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Pengetahuan

No. Pertanyaan

Jawaban responden

Benar Salah

n % n %

1 2 3 4 5 6

7

Infeksi jamur pada sela paha dan sekitarnya. Adanya lesi dan gatal di sela paha.

Kulit yang berkeringat dan lembab.

Memakai celana ketat dalam waktu yang lama.

Mencuci tangan setelah menggaruk lesi pada sela paha yg gatal.

Perpindahan penyebab Tinea kruris dari satu tempat ke tempat lain di tubuh melalui pakaian/celana, handuk, dan atau kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk.

Pria lebih sering terkena Tinea kruris daripada wanita.

60 83 58 41 54 48

63

66,7 92,2 64,4 45,6 60 53,3

70

30 7 32 49 36 42

27

33,3 7,8 35,6 54,4 40 46,7

(41)

8 9 10

Gizi buruk, kencing manis, dan kehamilan. Bisa meluas ke tubuh yang lain.

Pergi berobat ke dokter.

78 60 85

86,7 66,7 94,4

12 30 5

[image:41.595.110.516.278.442.2]

13,3 33,3 5,6 Dari tabel 5.4. menunjukkan bahwa pengetahuan untuk pergi berobat ke dokter (nomor 10) paling banyak benar dijawab oleh responden, yaitu sebanyak 85 orang (94,4%).

Tabel 5.5. Distribusi Jawaban Sikap

No. Pernyataan

Jawaban responden Setuju Tidak setuju

n % n %

1 2 3 4 5

Memakai celana yang tidak ketat yang terbuat dari katun.

Tidak memakai handuk milik orang lain. Segera mengeringkan badan bila berkeringat atau berolahraga.

Tidak menggaruk daerah tubuh yang lain segera setelah menggaruk lesi.

Mengurangi pemakaian jeans yang ketat.

47 58 41 35 47

52,2 64,4 45,6 38,9 52,2

43 32 49 55 43

[image:41.595.110.514.562.722.2]

47,8 35,6 54,4 61,1 47,8 Dari tabel 5.5. menunjukkan pernyataan ‘Tidak memakai handuk milik orang lain.’ nomor 2) paling banyak dijawab ‘Setuju’ oleh responden, yaitu sebanyak 58 orang (64,4%).

Tabel 5.6. Distribusi Jawaban Tindakan

No. Pernyataan

Jawaban responden

Benar Salah

n % n %

1 2 3 4 5

Pergi berkonsultasi ke dokter. Mencari obat sendiri ke pasaran.

Mengganti celana yang ketat menjadi longgar dan menyerap keringat.

Tidak memakai handuk secara bersama-sama.

Memakai minyak kayu putih untuk menghilangkan gatalnya.

90 29 51 53 15

100 32,2 56,7 58,9 16,7

0 61 39 37 75

(42)

Dari tabel 5.6. menunjukkan bahwa pernyataan ‘Pergi berkonsultasi ke dokter.’ nomor 1) paling banyak benar dijawab oleh responden, yaitu sebanyak 90 orang (100%).

[image:42.595.125.498.279.353.2]

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh tersebut maka dapat diperoleh pula tingkat pengetahuan, sikap, dan, tindakan responden tentang Tinea kruris yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan n (orang) %

Baik Cukup Kurang

44 40 6

48,9 44,4 6,7

Jumlah 90 100

[image:42.595.127.497.477.550.2]

Dari tabel 5.7. menunjukkan bahwa dari 90 orang responden, 44 orang (48,9%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 40 orang (44,4%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 6 orang (6,7%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Tabel 5.8. Distribusi Tingkat Sikap

Tingkat Sikap n (orang) %

Baik Cukup Kurang

29 28 33

32,2 31,1 36,7

Jumlah 90 100

Dari tabel 5.8. menunjukkan bahwa dari 90 orang responden, 29 orang (32,2%) memiliki tingkat sikap baik, 28 orang (31,1%) memiliki tingkat sikap cukup, dan 33 orang (36,7%) memiliki tingkat sikap kurang.

Tabel 5.9. Distribusi Tingkat Tindakan

Tingkat Tindakan n (orang) %

Baik Cukup Kurang

34 28 28

37,8 31,1 31,1

[image:42.595.128.496.674.748.2]
(43)

Dari tabel 5.9. menunjukkan bahwa dari 90 orang responden, 34 orang (37,8%) memiliki tingkat tindakan baik, 28 orang (31,1%) memiliki tingkat tindakan cukup, dan 28 orang (31,1%) memiliki tingkat tindakan kurang.

Dari data distribusi karakteristik responden dan distribusi tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan yang telah diperoleh, maka selanjutnya dapat dilakukan crosstabs antara dua variabel yang akan dianalisis. Data lengkap tabulasi silang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.10. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Pengetahuan

Umur Tingkat Pengetahuan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

14 15 16 17 18

n

1 4 17 19 3

% 25 18,2 53,1 65,5 100

n

2 14 14 10 0

% 50 63,6 43,8 34,5 0

n

1 4 1 0 0

% 25 18,2

3,1 0 0

4 22 32 29 3

100 100 100 100 100

0,007

Dari tabel 5.10. menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok responden berumur 17 tahun, yaitu sebanyak 19 orang (65,5%).

Tabel 5.11. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Jenis

Kelamin

Tingkat Pengetahuan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

Laki-laki Perempuan

n

21 23

% 46,7 51,1

n

19 21

% 42,2 46,7

n

5 1

% 11,1

2,2

45 45

100 100

0,24

(44)
[image:44.595.109.511.142.230.2]

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Pengetahuan

Kelas Tingkat Pengetahuan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

X XI XII n 9 15 20 % 30 50 66,7 n 16 14 10 % 53,3 46,7 33,3 n 5 1 0 % 16,7 3,3 0 30 30 30 100 100 100 0,014

[image:44.595.114.511.352.467.2]

Dari tabel 5.12. menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok responden kelas XII, yaitu sebanyak 20 orang (66,7%).

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Sikap

Umur Tingkat Sikap

n % p

value

Baik Cukup Kurang

14 15 16 17 18 n 0 3 10 13 3 % 0 13,6 31,2 44,8 100 n 0 8 11 9 0 % 0 36,4 34,4 31 0 n 4 11 11 7 0 % 100 50 34,4 24,1 0 4 22 32 29 3 100 100 100 100 100 0,012

Dari tabel 5.13. menunjukkan bahwa tingkat sikap yang dikategorikan baik dan sedang paling banyak terdapat pada kelompok responden berumur 17 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (44,8%).

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Sikap Jenis

Kelamin

Tingkat Sikap

n % p

value

Baik Cukup Kurang

Laki-laki Perempuan n 12 17 % 26,7 37,8 n 12 16 % 26,7 35,6 n 21 12 % 46,7 26,7 45 45 100 100 0,143

[image:44.595.108.511.592.665.2]
(45)
[image:45.595.109.515.141.229.2]

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Sikap

Kelas Tingkat Sikap

n % p

value

Baik Cukup Kurang

X XI XII n 5 11 13 % 16,7 36,7 43,3 n 10 9 9 % 33,3 30 30 n 15 10 8 % 50 33,3 26,7 30 30 30 100 100 100 0,198

[image:45.595.113.512.353.467.2]

Dari tabel 5.15. menunjukkan bahwa tingkat sikap yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok responden kelas XII, yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Umur dengan Tingkat Tindakan

Umur Tingkat Tindakan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

14 15 16 17 18 n 1 3 12 15 3 % 25 13,6 37,5 51,7 100 n 0 9 9 10 0 % 0 40,9 28,1 34,5 0 n 3 10 11 4 0 % 75 45,5 34,4 13,8 0 4 22 32 29 3 100 100 100 100 100 0,015

Dari tabel 5.16. menunjukkan bahwa tingkat tindakan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok responden berumur 17 tahun, yaitu sebanyak 15 orang (51,7%).

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Tindakan Jenis

Kelamin

Tingkat Tindakan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

Laki-laki Perempuan n 13 21 % 28,9 46,7 n 16 12 % 35,6 26,7 n 16 12 % 35,6 26,7 45 45 100 100 0,22

[image:45.595.109.511.592.665.2]
(46)
[image:46.595.109.511.141.230.2]

Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kelas dengan Tingkat Tindakan

Kelas Tingkat Tindakan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

X XI XII n 9 10 15 % 30 33,3 50 n 9 9 10 % 30 30 33,3 n 12 11 5 % 40 36,7 16,7 30 30 30 100 100 100 0,291

Dari tabel 5.18. menunjukkan bahwa tingkat tindakan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok responden kelas XII, yaitu sebanyak 15 orang (50%).

[image:46.595.108.516.407.495.2]

Kemudian dilakukan crosstabs antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden. Data lengkap tabulasi silang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.19. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Sikap Tingkat

Pengetahuan

Tingkat Sikap

n % p

value

Baik Cukup Kurang

Baik Cukup Kurang n 18 11 0 % 40,9 27,5 0 n 17 9 2 % 38,6 22,5 33,3 n 9 20 4 % 20,5 50 66,7 44 40 6 100 100 100 0,021

Dari tabel 5.19. menunjukkan bahwa tingkat sikap yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak 18 orang (40,9%).

Tabel 5.20. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Tindakan Tingkat

Pengetahuan

Tingkat Tindakan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

[image:46.595.110.516.620.706.2]
(47)
[image:47.595.110.515.224.311.2]

Dari tabel 5.20. menunjukkan bahwa tingkat tindakan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak 26 orang (59,1%).

Tabel 5.21. Tabulasi Silang Tingkat Sikap dengan Tingkat Tindakan Tingkat

Sikap

Tingkat Tindakan

n % p

value

Baik Cukup Kurang

Baik Cukup Kurang

n

23 9 2

% 79,3 32,1 6,1

n

6 13

9

% 20,7 46,4 27,3

n

0 6 22

% 0 21,4 66,7

29 28 33

100 100 100

0,445

Dari tabel 5.21. menunjukkan bahwa tingkat tindakan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok tingkat sikap baik, yaitu sebanyak 23 orang (79,3%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa dari 90 orang, 44 orang (48,9%) memiliki pengetahuan baik, 40 orang (44,4%) memiliki pengetahuan cukup, dan 6 orang (6,7%) memiliki pengetahuan kurang. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi di SMA Harapan 1 Medan sudah baik. Hal tersebut dikarenakan siswa-siswi yang belajar di sekolah ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang karena selain terletak di ibukota propinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota, sekolah ini juga telah dilengkapi fasilitas perpustakaan dan juga akses internet. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2011) bahwa pengetahuan adalah hasil

‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu.

(48)

siswi perempuan, lebih banyak dibandingkan 13 orang siswa laki-laki. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih banyak jumlah siswi perempuan yang memiliki pengetahuan, sikap, maupun tindakan yang baik tentang Tinea kruris dibandingkan dengan siswa laki-laki. Semakin baik pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang, maka kemungkinan seseorang itu untuk terhindar dari Tinea kruris juga akan semakin baik. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan pendapat Wiederkehr (2012) bahwa pria lebih sering terjangkit Tinea kruris daripada wanita.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :

1) Dari 90 orang responden, 44 orang (48,9%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 40 orang (44,4%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 6 orang (6,7%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

2) Dari 90 orang responden, 29 orang (32,2%) memiliki tingkat sikap baik, 28 orang (31,1%) memiliki tingkat sikap cukup, dan 33 orang (36,7%) memiliki tingkat sikap kurang

3) Dari 90 orang responden, 34 orang (37,8%) memiliki tingkat tindakan baik, 28 orang (31,1%) memiliki tingkat tindakan cukup, dan 28 orang (31,1%) memiliki tingkat tindakan kurang.

4) Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat pengetahuan (p value = 0,07).

5) Terdapat hubungan yang bermakna antara kelas dengan tingkat pengetahuan (p value = 0,014).

6) Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat sikap (p value

= 0,012).

7) Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat tindakan (p value = 0,015).

8) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat sikap (p value = 0,021).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan agar :

(50)

2) Para remaja sebaiknya lebih menyadari tidak baiknya kebiasaan mengenakan pakaian/celana serba ketat dan minim karena memudahkan terjadinya Tinea kruris.

3) Para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa (repeatable) sebaiknya dapat menggunakan variabel yang lebih beragam dan populasi yang lebih luas serta sampel yang lebih besar.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, Swastika & Goedadi, M.H., 2001. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 33-35.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, h. 75-78.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, h. 164-169.

Bagian Farmakologi FK UI, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru, h. 560-570.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2002. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, h. 466-468.

Berman, Kevin, 2011. Jock itch. Available from: http:// nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000876.htm [Accessed 6 April 2012]. Boel, Trelia, 2003. Mikosis Superfisial. Tersedia dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf [Diakses 6 April 2012].

Brooks, Geo, 2001. Jawetz, Mel ick, & A elberg’s Me ical Microbiology nd

Ed. McGraw-Hill Companies Inc, p. 319-325.

Budiarto, Eko, 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, h. 25-30.

Budimulja, Unandar & Wasitaatmadja, Sjarif, 1999. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 92-93.

Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair, 2009. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, h. 66-73.

Google Maps. Denah Lokasi SMA Harapan 1 Medan. Tersedia dari: http://maps.google.co.id [Diakses 25 Agustus 2012].

Graham-Brown, Robin, 2002. Lecture Notes on Dermatology 8th Ed. UK: Blackwell Science, p. 33-34.

(52)

Hakim, Zainal, 1993. Era Baru Pengobatan Dermatofitosis. Tersedia dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91963133.pdf [Diakses 6 April 2012]. Murtiastutik, Dwi, 2009. Atlas HIV & AIDS dengan Kelainan Kulit. Surabaya:

Airlangga University Press, h. 92-93.

Nasution, M.A., 2005. Mikologi dan Mikologi Kedokteran Beberapa Pandangan Dermatologis. Tersedia dari: http://library.usu.ac.id/download/e-book/Mansur%20Amirsyam%20Nasution.pdf [Diakses 6 April 2012].

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, h.122-128.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, h. 20-22.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, h. 121-123.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, h. 147-154.

Sastroasmoro, Sudigdo, 2002. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto, h. 97-108.

Siregar, R.S., 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, h. 29-31.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, h. 87-95.

Wiederkehr, Michael. 2012. Tinea Cruris. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1091806 [Accessed 6 April 2012]. Zahara, Devira. 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan:

(53)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(CURRICULUM VITAE)

Nama : Muhammad Arif Siregar

Tempat / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 25 November 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Garu 1 No.57/1 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Washliyah Pematangsiantar Tahun 1995-1996

2. SD Negeri 122338 Pematangsiantar Tahun 1996-2002

3. SMP Negeri 4 Pematangsiantar Tahun 2002-2005

4. SMA Negeri 4 Pematangsiantar Tahun 2005-2008

Riwayat Pelatihan : 1. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Remaja Kota Pematangsiantar Tahun 2005 Riwayat Organisasi : 1. Panitia BAKSOSWIL-1 ISMKI Tahun

2011

(54)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya, Muhammad Arif Siregar, adalah seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan tahun 2009. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa-Siswi Tentang Tinea Kruris di SMA Harapan 1 Medan

Tahun 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa-siswi tentang Tinea kruris. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Adik untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya memohon kesediaan Adik untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jika Adik bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Adik.

Identitas pribadi Adik sebagai partisipan akan disamarkan, kerahasiaan data Adik akan dijamin sepenuhnya, dan semua informasi yang Adik berikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Adik dapat bertanya langsung kepada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 081370496110.

Demikian informasi ini saya sampaikan, atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Adik-Adik sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya, Peneliti,

Gambar

Gambar 2.1. Predileksi Tinea Kruris
Gambar 2.2. Regio Inguinal Meluas ke Pubis
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan pengelolaan ini, penulis menitik beratkan pada instalasi jaringan intranet di Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Jakarta Timur diharapkan membuka peluang ke arah

Menindaklanjuti point 1 (satu) diatas, pelaksanaan pemberian penjelasan pada tanggal 15 Februari 2017 yang dilaksanakan bertepatan dengan hari libur nasional dalam hal

Apabila perusahaan Bapak tidak dapat menunjukan dokumen - dokumen yang dimaksud diatas serta data personil dan data peralatan yang tertera berbeda dengan kenyataan

Adapun masa sanggah dilaksanakan mulai hari Senin 22 Juli 2013 sampai dengan hari Rabu 24 Juli 2013, sanggahan dapat disampaikan kepada Ketua Panitia Pelelangan Pekerjaan

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No..

Anak yang tekun berlatih akan mendapat ..... Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang jelas

[r]

Neuroticism (N) merupakan dimensi yang mengukur tingkat kecemasan seseorang. Orang dengan nilai Neuroticism yang tinggi cenderung lebih mudah merasa kuatir dalam