• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Di CV. Shandi Mocha Jaya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Mobil Di CV. Shandi Mocha Jaya Medan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL DI CV. SHANDI MOCHA JAYA MEDAN

TESIS

Oleh:

SHANDI IZHANDRI 087011109

FAKULTAS HUKUM MAGISTER KENOTARIATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Perjanjian sewa menyewa mobil timbul akibat proses perkembangan pembangunan didunia bisnis, hal ini juga membantu masyarakat luas untuk membuka usaha seperti penyewaan mobil tersebut yang mana tujuannya mencapai kesejahteraan disetiap individu masyarakat tersebut. Usaha penyewaan mobil atau sering disebut rental mobil disini dimaksud ialah, yang mempunyai badan hukum seperti CV atau Perseroan Terbatas (PT) yang mana disebut sebagai penyedia jasa dan pihak lain sebagai penyewa (pemakai jasa), hubungan hukum terhadap keduanyalah yang menimbulkan perjanjian sewa menyewa mobil tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian tesis ini mencakup tiga permasalahan. Pertama, Bagaimanakah bentuk perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi Mocha Jaya dan beberapa perusahaan rental mobil dikota Medan sebagai perbandingan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ? Kedua Bagaimanakah penerapan perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi Mocha Jaya menurut hukum perlindungan konsumen ? Ketiga Bagaimanakah pertanggung jawaban penyewa dan perusahaan rental mobil apabila mengalami kerusakan atau kehilangan dalam masa sewa berjalan ?

Penelitian dilakukan dengan metode normatif sosiologis dengan maksud untuk memperoleh data baik dari segi prakteknya maupun dari segi ilmiahnya. Pengumpulan data primer dilakukan dikota medan dengan melakukan wawancara dengan informan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan. Data yang terkumpul dianalisa secara kuantitatif yang dikualitatifkan dan kemudian disimpulkan dengan metode induktif ke deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, bentuk perjanjian sewa menyewa tersebut berasal dari asas kebebasan berkontrak, sesuai populasi dan sample dalam penelitian ini CV. Shandi Mocha Jaya masih keliru dalam menerapkan asas kebebasan berkontrak tersebut, hal ini berkaitan dengan unsur-unsur yang terdapat pada perjanjian sewa-menyewa, seperti halnya dalam keseimbangan antara para pihak terhadap hak dan kewajiban yang termuat dalam Pasal Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata. Kedua, perjanjian sewa menyewa tersebut cenderung dibuat secara baku (sepihak), sehingga hal tersebut lebih menguntungkan pihak perusahaan dari pada calon penyewa (konsumen), dalam hal ini konsumen hanya dapat menerima ketentuan yang dimuat dalam perjanjian tersebut atau menolaknya sehingga tidak terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak, dapat dikatakan tidak ada diatur mengenai perlindungan terhadap konsumen. Ketiga, Dilihat dari segi pertanggungjawaban atas kerusakan/kehilangan selama masa sewa berjalan maka dalam hal ini beban yang dipikul oleh penyewa akan lebih berat dibanding pemilik atau perusahaan rental mobil tersebut oleh karena ketentuan yang dimuat sepihak dalam perjanjian tersebut.

(3)

ABSTRACT

Car leasing agreement resulted from the process of business development and this activity helps the community to run their own car rental business that can bring welfare to them. This car rental business in this study is a corporate body such as CV (Commanditaire Vennootschap = limited

partnership) or PT (Perseroan Terbatas = Limited Liability Company) which is called service provider

and the other party is called car hirer (the service user. The legal relationship between the two parties is materialized in the form of car leasing agreement.

The purpose of this study was to find out the form of car leasing agreement applied by CV. Shandi Mocha Jaya and several car rental companies in Medan as comparison viewed from the Indonesia Civil Codes, to look at how the car leasing agreement was applied by CV. Shandi Mocha Jaya according to the law on consumer’s protection, and to examine what the responsibility of either the car hirer or the car rental company is just in case the rented car is damage or missing while the lease term is going on.

This study employed the sociological normative method to obtain the data covering b both practical and scientific facets. The primary data for this study were collected in Medan through interviewing the informants, and the secondary data were obtained through library research. The data obtained were quantitatively analyzed, qualitatively processed, then concluded through inductive to deductive method.

The result of this showed that, first, the form of the car leasing agreement was based on the principle of freedom to contract. According to the population and samples for this study, CV. Shandi Mocha Jaya still improperly applied the principle of freedom to contract, especially the things related to the aspects found in leasing agreement such as the balance of rights and responsibilities of both parties stated in Article 1338 and Article 1320 of the Indonesian Civil Codes; second, this leasing agreement tended to be the unilaterally made standard form that it seemed to be more beneficial for the company rather than the customer (the future car hirer), in this case, the consumer could only take or leave the stipulation stated in the agreement that there was no balance of rights and responsibilities of both parties, or in other words, customer’s protection was not regulated in the leasing agreement made by the company; third, in relation to the responsibility for any damage or missing occurs while the lease term is going on, the risk imposed upon the car hirer is bigger than that upon the owner or the car rental company because of the stipulation unilaterally included to the leasing agreement.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah

mengkaruniakan kesehatan dan kelapangan berpikir kepada penulis sehingga

akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk tesisi ini dapat juga terselesaikan oleh penulis.

Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa Nikmat Islam kepada kita semua.

Tesis penulis ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERJANJIAN SEWA-MENYEWA MOBIL DI CV. SHANDI MOCHA JAYA

MEDAN”. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam

mencapai gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

Dalam menyelesaikan tulisan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, maka pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin

mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :

- Bapak Prof. DR. Runtung SH. M.Hum. selaku Dekan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

- Bapak Prof. DR. Muhammad Yamin SH. MS. selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus

juga sebagai Dosen Pembimbing III Penulis.

(5)

- Bapak Notaris Syafnil Gani SH. M.Hum selaku dosen pembimbing II penulis

- Ibu DR. T. Keizerina Devi A SH. CN. M.Hum selaku dosen penguji penulis

- Bapak Notaris Syahril Sofyan SH. MKn selaku dosen penguji penulis

- Direktur dan Komisaris CV. Shandi Mocha Jaya Medan beserta staff dimana

penelitian tesis ini dilakukan.

- Pimpinan PT. Serasi Auto Raya Cab. Medan /Trac Astra Rent A Car, PT. Pelita

Armada, CV. Berkah Auto Service, CV. Karunia Indah agung beserta staff

dimana penelitian tesis ini dilakukan.

- Bibi Rosnidar SH.M.Hum yang banyak membantu dalam kegiatan perkuliahan

penulis

- Bapak dan Ibu Dosen dan sekaligus Staf Administrasi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

- Ibunda DR. Drg. Hj. Fazwishni Siregar Sp.Ort dan Ayahanda Ir. H. Rizal Effendi

yang telah memberikan pandangan kepada penulis tentang pentingnya ilmu di

hari – hari kemudian nantinya.

- Abangda Enzo Karunia ST

- Istri tercinta Dessy Agustina Harahap SH dan putriku Mocha Nada Venezia

Hutasuhut, kalianlah inspirasi dan penyemangat hidupku

- Mertua Hj. Derhana Ritonga dan H. Aliander Harahap yang mendukung dan

memperhatikan penulis dalam segala aspek

- Rekan-rekan se-almamater.

(6)

Akhirnya saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak, yang telah

membantu penulisan tesis ini, serta tidak lupa kepada rekan-rekan peserta seminar

yang memberikan kritik dan saran, guna kepentingan penyempurnaan penelitian tesis

ini, dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011

Shandi Izhandri NIM : 087011109

 

 

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Shandi Izhandri

TTL : Jakarta 3 Agustus 1984

Alamat : Jalan Pembangunan gg H.Ruriz No 9 Helvetia Timur Medan

Orang Tua : Ir. H. Rizal Effendi dan DR. Drg. Hj. Fazwishni Siregar Sp.Ort

Istri : Dessy Agustina Harahap SH

Anak : Mocha Nada Venezia Hutasuhut

Mertua : H. Aliander Harahap dan Hj. Derhana Ritonga

Pendidikan : SD Tunas Jaka Sampurna Bekasi Selatan

SLTPN 109 Jakarta Timur

SLTAN 61 Jakarta Timur

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... 2

ABSTRACT... 3

KATA PENGANTAR... 4

RIWAYAT HIDUP... 7

DAFTAR ISI... 8

DAFTAR TABEL... 11

BAB I : PENDAHULUAN ………. 12

A. Latar Belakang ……… 12

B. Perumusan Masalah……….... 22

C. Tujuan Penelitian………. 22

D. Manfaat Penelitian……….... 23

E. Keaslian Penelitian……….. 23

F. Kerangka Teori dan Konsepsi……… 24

1. Kerangka Teori…………..……….………….…………...……. 24

2. Konsepsi……….………..……… 33

G. Metode Penelitian ……… 37

1. Sifat Penelitian………... 37

2. Jenis Penelitian... 37

3. Lokasi Penelitian Populasi dan Sample Penelitian…………... 37

4. Alat Pengumpulan Data……….………... 39

5. Analisis Data………..………... 39

BAB II : BENTUK PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL PADA CV. SHANDI MOCHA JAYA DAN BEBERAPA PERUSAHAAN RENTAL MOBIL DI KOTA MEDAN SEBAGAI PERBANDINGAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA………... 41

A. Pengertian Umum Tentang Perjanjian ………... 41

1. Sifat dan Asas Hukum Perjanjian………...……….. 43

(9)

3. Lahirnya Suatu Perjanjian ………...………..……... 56

4. Syarat Sahnya Perjanjian Sewa-Menyewa... 59

5. Pengertian Dan Unsur Sewa Menyewa... 61

6. Berakhirnya Perjanjian Sewa-Menyewa ... 69

B. Manfaat Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Mobil di CV. Shandi Mocha Jaya Dan Beberapa Perusahaan Rental Mobil Sebagai Perbandingan Terhadap Hak dan Kewajiban Para Pihak……... 71

1. PT. Pelita Armada... 76

2. PT. Henry Aero Star & Rent Car... 82

3. CV. Berkah Auto Service... 86

4. CV. Karya Indah Amanah... 89

BAB III : PENERAPAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL PADA CV. SHANDI MOCHA JAYA MENURUT HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN... 94

A. Pengertian Umum Perlindungan Konsumen……….…... 96

1. Pengertian Konsumen... 96

2. Dasar Perlindungan konsumen... 98

3. Aspek Hak dan Kewajiban Konsumen... 100

4. Aspek Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha (Dalam Hal Ini CV. Shandi Mocha Jaya)... 102

B. Asas Kebebasan Berkontrak Dan Klausul Baku Dalam Hubungannya Dengan Perjanjian Sewa Menyewa... 104

BAB IV : PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN DAN PENYEWA MOBIL APABILA MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN DALAM MASA SEWA BERJALAN... 119

A. Risiko Pihak Penyewa Dalam Masa Sewa Berjalan Dan Hubungan Pertanggung Jawaban Dengan Perasuransian ……... 119

1. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Asuransi di Indonesia... 122

2. Perjanjian Asuransi Kerugian (Dalam Hal Ini Asuransi Kendaraan Bermotor... 125

B. Perbandingan Perjanjian Sewa Menyewa Antara CV. Shandi Mocha Jaya Dengan Beberapa Perusahaan Rental Mobil di Kota Medan Terhadap Kerusakaan Atau Kehilangan Dalam Masa Sewa Berjalan... 133

1. PT. Pelita Armada... 134

2. PT. Henry Aero Star & Rent Car... 134

(10)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………... 138

A. Kesimpulan………... 138

B. Saran……..………... 140

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL I : SAMPLE PENELITIAN YANG TELAH

DITENTUKAN TERLEBIH DAHULU BERDASARKAN OBJEK PENELITIAN

SEBAGAI PERBANDINGAN ... 38 TABEL II : PERBANDINGAN BEBERAPA PERUSAHAAN

RENTAL MOBIL DI KOTA MEDAN TERHADAP KERUSAKAAN ATAU KEHILANGAN

(12)

ABSTRAK

Perjanjian sewa menyewa mobil timbul akibat proses perkembangan pembangunan didunia bisnis, hal ini juga membantu masyarakat luas untuk membuka usaha seperti penyewaan mobil tersebut yang mana tujuannya mencapai kesejahteraan disetiap individu masyarakat tersebut. Usaha penyewaan mobil atau sering disebut rental mobil disini dimaksud ialah, yang mempunyai badan hukum seperti CV atau Perseroan Terbatas (PT) yang mana disebut sebagai penyedia jasa dan pihak lain sebagai penyewa (pemakai jasa), hubungan hukum terhadap keduanyalah yang menimbulkan perjanjian sewa menyewa mobil tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian tesis ini mencakup tiga permasalahan. Pertama, Bagaimanakah bentuk perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi Mocha Jaya dan beberapa perusahaan rental mobil dikota Medan sebagai perbandingan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ? Kedua Bagaimanakah penerapan perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi Mocha Jaya menurut hukum perlindungan konsumen ? Ketiga Bagaimanakah pertanggung jawaban penyewa dan perusahaan rental mobil apabila mengalami kerusakan atau kehilangan dalam masa sewa berjalan ?

Penelitian dilakukan dengan metode normatif sosiologis dengan maksud untuk memperoleh data baik dari segi prakteknya maupun dari segi ilmiahnya. Pengumpulan data primer dilakukan dikota medan dengan melakukan wawancara dengan informan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan. Data yang terkumpul dianalisa secara kuantitatif yang dikualitatifkan dan kemudian disimpulkan dengan metode induktif ke deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, bentuk perjanjian sewa menyewa tersebut berasal dari asas kebebasan berkontrak, sesuai populasi dan sample dalam penelitian ini CV. Shandi Mocha Jaya masih keliru dalam menerapkan asas kebebasan berkontrak tersebut, hal ini berkaitan dengan unsur-unsur yang terdapat pada perjanjian sewa-menyewa, seperti halnya dalam keseimbangan antara para pihak terhadap hak dan kewajiban yang termuat dalam Pasal Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata. Kedua, perjanjian sewa menyewa tersebut cenderung dibuat secara baku (sepihak), sehingga hal tersebut lebih menguntungkan pihak perusahaan dari pada calon penyewa (konsumen), dalam hal ini konsumen hanya dapat menerima ketentuan yang dimuat dalam perjanjian tersebut atau menolaknya sehingga tidak terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak, dapat dikatakan tidak ada diatur mengenai perlindungan terhadap konsumen. Ketiga, Dilihat dari segi pertanggungjawaban atas kerusakan/kehilangan selama masa sewa berjalan maka dalam hal ini beban yang dipikul oleh penyewa akan lebih berat dibanding pemilik atau perusahaan rental mobil tersebut oleh karena ketentuan yang dimuat sepihak dalam perjanjian tersebut.

(13)

ABSTRACT

Car leasing agreement resulted from the process of business development and this activity helps the community to run their own car rental business that can bring welfare to them. This car rental business in this study is a corporate body such as CV (Commanditaire Vennootschap = limited

partnership) or PT (Perseroan Terbatas = Limited Liability Company) which is called service provider

and the other party is called car hirer (the service user. The legal relationship between the two parties is materialized in the form of car leasing agreement.

The purpose of this study was to find out the form of car leasing agreement applied by CV. Shandi Mocha Jaya and several car rental companies in Medan as comparison viewed from the Indonesia Civil Codes, to look at how the car leasing agreement was applied by CV. Shandi Mocha Jaya according to the law on consumer’s protection, and to examine what the responsibility of either the car hirer or the car rental company is just in case the rented car is damage or missing while the lease term is going on.

This study employed the sociological normative method to obtain the data covering b both practical and scientific facets. The primary data for this study were collected in Medan through interviewing the informants, and the secondary data were obtained through library research. The data obtained were quantitatively analyzed, qualitatively processed, then concluded through inductive to deductive method.

The result of this showed that, first, the form of the car leasing agreement was based on the principle of freedom to contract. According to the population and samples for this study, CV. Shandi Mocha Jaya still improperly applied the principle of freedom to contract, especially the things related to the aspects found in leasing agreement such as the balance of rights and responsibilities of both parties stated in Article 1338 and Article 1320 of the Indonesian Civil Codes; second, this leasing agreement tended to be the unilaterally made standard form that it seemed to be more beneficial for the company rather than the customer (the future car hirer), in this case, the consumer could only take or leave the stipulation stated in the agreement that there was no balance of rights and responsibilities of both parties, or in other words, customer’s protection was not regulated in the leasing agreement made by the company; third, in relation to the responsibility for any damage or missing occurs while the lease term is going on, the risk imposed upon the car hirer is bigger than that upon the owner or the car rental company because of the stipulation unilaterally included to the leasing agreement.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini diketahui bahwa Negara Indonesia dalam taraf membangun,

adapun pembangunan itu merupakan usaha untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat, hal ini tentunya harus diimbangi oleh peningkatan kemampuan

di bidang perekonomian. Membicarakan masalah pembangunan, dewasa ini kita

melihat suatu perkembangan yang menggembirakan, salah satunya dapat dilihat

dibidang perdagangan, perkembangan dunia perdagangan itu sendiri yang membawa

suatu konsekuensi kepada perkembangan sarana maupun prasarana yang mendukung

dunia perdagangan tersebut, yang salah satunya adalah sarana pengangkutan seperti

mobil.

Sarana pengangkutan seperti mobil bukan hanya sebagai penyedia jasa

pengangkutan, juga merupakan kegiatan ekonomi atau siklus perekonomian

dikhalayak ramai atau masyarakat luas dengan maksud dan tujuan tentunya untuk

mencapai kesejahteraan disetiap indivudu masyarakat tersebut. 1

Maksud dari hal ini ialah keterkaitan antara si penyedia jasa dengan si

pemakai jasa dimana terjadi hubungan menguntungkan diantaranya. Menguntungkan

artinya bagi pihak penyedia jasa tentunya mendapat imbalan berupa uang dari jasa

1

(15)

yang telah diberikannya kepada pihak pemakai jasa tersebut, dan pihak pemakai jasa

juga mendapat keuntungan oleh karena telah tercapai maksud dan tujuannya.2

Dalam hal tersebut, seiring dengan berjalannya pembangunan seperti hal yang

disebut diatas, banyak masyarakat umum membuka suatu usaha penyediaan jasa

pengangkutan atau yang berkaitan dengan penyewaan angkutan (dalam hal ini mobil)

yang juga sering disebut perusahaan-perusahaan rental mobil.

Perusahaan rental mobil ini kenyataannya dapat membantu perekonomian

para pengusaha yang bergerak dibidang jasa ini. Tidak hanya itu seperti uraian diatas,

bahwa hal lain yang menguntungkan juga kepada si pemakai jasa tersebut. Dimana si

pemakai jasa atau si penyewa mobil dapat leluasa menjalankan urusannya karena

telah mendapat fasilitas yang diberikan oleh perusahaan rental mobil tersebut.

Misalnya saja pemakai jasa tersebut bukanlah orang yang berdomisili di suatu daerah

dimana tempat perusahaan rental mobil tersebut berada, melainkan orang yang datang

dari daerah lain karena hal-hal yang berkaitan dengan tugas atau urusan lain yang

membutuhkan transportasi darat seperti mobil untuk menuju ketempat tujuan

nantinya.

Melihat hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk membahas masalah

pengangkutan yakni tertuju pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang

jasa penyewaan mobil atau disebut juga rental mobil, sebagai suatu sarana yang

banyak dibutuhkan seiring dengan perkembangan pembangunan dewasa ini. Karena

dalam hal ini penulis melihat akan banyak dijumpai persoalan-perseoalan yang

2

(16)

berkaitan dengan hukum yang nantinya akan bermanfaat juga bagi

pengusaha-pengusaha atau perusahaan rental mobil dan masyarakat luas tentunya.

Salah satu persoalan dalam hal ini ialah mengenai bentuk perjanjian

sewa-menyewa oleh para pihak, baik pihak perusahaan sebagai penyewa atau pihak si

pemakai jasa dalam hal ini si menyewa. Sebelum mengupas mengenai apa dan

bagaimana pelaksanaan perjanjian menyewa itu, yang dalam hal ini objek

sewa-menyewa tersebut adalah jasa pengangkutan mobil, sebaiknya di latar belakang ini

peneliti menguraikan bahwa perjanjian sewa-menyewa tersebut berlandaskan pada

suatu pendirian badan hukum artinya pihak penyedia jasa atau pihak penyewanya

haruslah berbentuk perusahaan, baik Persero (PT) maupun Persero Komanditer (CV)

dan individual (seseorang) maupun badan hukum sebagai pihak pemakai jasa atau si

menyewanya. Karena dalam hal sewa-menyewa individu (seseorang) dengan individu

lainnya (seseorang lainnya) dapat melakukan perjanjian sewa-menyewa tersebut

asalkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang terkait didalamnya. Hal ini

bertujuan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan nantinya.

Selanjutnya dalam hal sewa-menyewa ini maka para pihak tersebut tentunya

akan dibuat suatu perjanjian yang khusus berlaku bagi mereka. Istilah ”perjanjian”

dalam ”hukum perjanjian” merupakan kesepadanan dari istilah ”Overeenkomst”

dalam bahasa Belanda, atau ”Agreement” dalam bahasa inggris.3 Karena itu, istilah

”hukum perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah ”hukum

3

(17)

perikatan”. Jika dengan istilah ”hukum perikatan” dimaksudkan untuk mencakup

semua bentuk perikatan dalam buku ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang selanjutnya dalam hal ini disingkat menjadi KUH Perdata, jadi termasuk ikatan

hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari

undang-undang, maka dengan istilah ”hukum perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai

pengaturan tentang ikatan hukum dari perjanjian saja.4 Suatu perjanjian adalah

semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan

kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan

transaksi dagang.5

Sebagaimana diketahui bahwa, perjanjian itu ada bermacam-macam, ada

”perjanjian bernama” (benoemd verbintennis) dan ada ”perjanjian tidak bernama”

(onbenoemd verbintennis). Perjanjian bernama diatur dalam titel V-XVIII Buku III

KUH Perdata, seperti jual beli, sewa-menyewa dan lain sebagainya. ”Perjanjian tidak

bernama” adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi ada di dalam

kehidupan masyarakat. Misalnya, sewa beli. Perjanjian ini lahir dalam praktek,

karena kita ketahui bahwa hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak

dimana KUH Perdata memberikan pedoman tentang perjanjian tidak bernama ini

pada Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua persetujuan, baik yang

mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama

tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.

4

ibid

5

(18)

Ketentuan umum pada pasal tersebut di atas ialah dapat terlihat jelas dari

Pasal 1338 ayat 1 KUH perdata: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya“. Dari uraian tersebut, maka

perjanjian sewa-menyewa mobil ini termasuk perjanjian bernama yang diatur dalam

Buku III Bab VII mengenai sewa-menyewa. Tetapi oleh karena hukum perjanjian

menganut asas kebebasan berkontrak, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana

para pihak mempergunakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam KUH Perdata

tersebut dan menerapkannya dalam perjanjian sewa-menyewa mobil. KUH Perdata

memberikan pengertian bahwa kontrak adalah suatu perbuatan dimana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.6

Penerapan ketentuan mengenai perjanjian sewa-menyewa tersebut tentunya

dijumpai dalam KUH Perdata Buku ke 3 mengenai perjanjian dalam. Sewa-menyewa

ini ada bermacam-macam, ada sewa-menyewa rumah, tanah, maupun barang-barang

lainnya yang dapat dijadikan obyek sewa-menyewa. Penulis disini membatasi diri,

hanya membahas mengenai sewa-menyewa mobil. Hal ini perlu untuk

menghindarkan salah tafsir mengenai apa yang akan dibahas dalam tesis ini.

Menurut R. Subekti, pengertian sewa-menyewa yang diatur dalam Pasal 1548

KUH Perdata adalah: “Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang selama

suatu waktu tertentu dan dengan membayar suatu harga yang oleh pihak yang

6

(19)

tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya“.7

Mengingat banyaknya perusahaan penyewaan mobil tersebut, peneliti tertarik

mengangkat persoalan-persoalan hukum yang ada pada suatu perusahaan. Perusahaan

sebagaimana dimaksud ialah perusahaan yang bernama CV. Shandi Mocha Jaya,

berkedudukan di Kota Medan. Sebagai perbandingan nantinya akan diteliti pula

beberapa perusahaan rental mobil sebagai pendukung dalam kesempurnaan penelitian

ini.

Pasca penulisan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian

pendahuluan oleh peneliti sebagai pendukung dalam hal pelaksanakan penelitian

nantinya. Oleh karenanya dapat diuraikan bahwa perusahaan CV. Shandi Mocha Jaya

pada saat ini mengalami permintaan rental mobil yang semakin lama semakin

meningkat, seiring nama baik dan meluasnya relasi. Dapat diuraikan bahwa pada

bulan pertama CV. Shandi Mocha Jaya menerima permintaan rental mobil sebanyak

15 (lima belas) unit perbulan. Selanjutnya pada bulan berikutnya meningkat menjadi

25 (dua puluh lima) unit perbulan. Sampai akhirnya saat ini menjadi 190 (seratus

sembilan puluh) unit per bulan.8

Oleh karena hal tersebutdiatas pula lah yang melatar belakangi pertumbuhan

dan perkembangan khususnya dibidang perekonomian yang tujuannya adalah

mencapai kesejahteraan. Tetapi kenyataanya sampai saat sekarang belum dapat

ditemui pengaturan hukum yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana

7

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, 1979 II. Hal 7

8

(20)

dimaksud. Misalnya saja seringnya dijumpai pertikaian mengenai tanggung jawab

atas perjanjian sewa-menyewa yang telah disepakati antara kedua belah pihak yang

berjanji tersebut atau muncul konflik-konflik baru yang berkaitan dengan perjanjian

sewa-menyewa antara kedua belah pihak, sampai-sampai berurusan juga dengan

pihak yang berwajib atau aparatur penegak hukum seperti polisis, bahkan ada juga

yang harus diselesaikan melalui pengadilan atau jalur litigasi. Hal ini tentunya akan

menguras waktu yang lama dan juga menggorbankan uang yang banyak jumlahnya

untuk proses penyelesaiannya. Yang tidak lain permasalahan tersebut timbul oleh

karena kurang sempurnanya pengaturan hukum yang diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan ini.

Pada dasarnya sewa-menyewa merupakan masalah pokok dalam hukum

perdata dan merupakan bagian dari hukum perjanjian yang diatur dalam KUH

Perdata yang menganut asas konsensualisme. Artinya ialah hukum perjanjian

menganut suatu asas bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja

dan perjanjian itu sudah ada pada saat terjadinya konsensus tersebut.9 Hal lain ialah

pada suatu objek yang diperjanjikan, yang dalam hal ini adalah jasa transportasi atau

mobil sebagai satu prasarana pengangkutan. Mobil merupakan alat angkutan atau

transportasi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan

aktivitas berpergian, tetapi dalam masa sulit, bagi sebahagian orang, mobil

merupakan barang mewah yang mahal untuk dibeli oleh sebab itu, masyarakat

memilih cara lain yaitu dengan melakukan penyewaan yang menurut mereka lebih

9

(21)

sanggup untuk menyewanya. Dan dari peristiwa ini juga akan timbul suatu hubungan

hukum antara masyarakat (konsumen) sebagai pemakai jasa atau penyewa dan pihak

perusahaan rental atau si menyewakan jasa tersebut (dalam hal ini mobil), sehingga

perbuatan sewa-menyewa ini dinamakan sebagai satu perikatan.

Dalam penyewaan mobil dapat terjadi hal yang tidak diinginkan baik pihak

penyewa maupun yang menyewakan seperti kerusakan pada mobil maupun

kehilangan. Di dalam perjanjian sewa-menyewa mobil ini, masalah risiko dalam masa

sewa berjalan pihak si pemberi sewa dalam hal ini CV. Shandi Moca Jaya dengan

tegas menyatakan di dalam Surat Perjanjian, bahwa pihaknya sudah mengalihkan

risiko ke pihak perusahaan asuransi pemilik akan memperbaiki kembali dengan

mempergunakan uang asuransi.10

Dalam prakteknya, pihak penyewa atau pemakai jasa tersebut tidak dapat

menentukan kapan dan akan mengetahui hal-hal yang menyebabkan kerugian. Sebut

saja sebagai contoh misalnya terjadi kecelakaan/kehilangan yang menyebabkan

kerusakan/kerugian dalam masa sewa berjalan diwajibkan membayar “Own Risk”

(OR) agar dapat diklaim asuransi diperbaiki ke bengkel.11

Perjanjian sewa menyewa di CV Shandi Mocha Jaya menggunakan perjanjian

baku atau sepihak.12 Maksud dari perjanjian baku atau sepihak disini ialah dimana

konsumen hanya dapat memilih untuk menyetujui kontrak yang ditawarkan atau tidak

10

Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010.

11

Ibid.

12

(22)

menyetujuinya yang dikenal juga dengan istilah “take it or leave it contract”13.

Hubungan hukum yang terjadi dengan menggunakan perjanjian dengan

syarat-syarat baku (al-gemenevoorwaarden atau standart contract), sebagaimana

dimaksud memberikan bermacam-macam batasan diantaranya: ”Perjanjian dengan

syarat-syarat baku adalah syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa

perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tertentu, tanpa

membicarakan lebih dahulu isinya”.14

Pengertian lain dari perjanjian baku yaitu :

1. perjanjian yang di dalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan ditungkan

dalam bentuk formulir yang bermacam-macam bentuknya.15

2. perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau

pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hhukum dengan

pengusaha. Yang distandardisasikan atau dibakukan adalah meliputi model,

rumusan, dan ukuran.16

Isi dari perjanjian sewa-menyewa mobil antara CV Shandi Mocha Jaya

dengan penyewa atau konsumen ditentukan dan dibuat secara sepihak oleh CV

Shandi Mocha Jaya. Oleh karena itu kedudukan antara CV Shandi Mocha Jaya

dengan penyewa atau konsumen tidak seimbang. Maka perlu kiranya hak-hak

konsumen dilindungi, agar konsumen tidak dirugikan dalam perjanjian tersebut.

13

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 48

14

E.H. Hondius, Syarat-syarat Baku dalam Hukum Kontrak, termuat dalam Compendium Hukum Belanda, Yayasan Kerjasama Ilmu Hukum Indonesia-Belanda, s-Gravenhage 1978, hal.140.

15

Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hal. 46

16

(23)

Banyak ahli hukum menilai perjanjian baku sebagai perjanjian yang tidak sah,

cacat dan bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak. Namun demikian

perjanjian baku sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis karena para pengusaha akan

memperoleh efisiensi dalam pengeluaran biaya dan waktu, selain itu perjanjian baku

berlaku di masyarakat sebagai suatu kebiasaan17.

Sebagaimana uraian-uraian terdahulu di atas, maka tergambarlah bahwa

dalam hal ini peneliti telah menentukan judul dan topik penelitian yang berkaitan

mengenai seluruh objek perjanjian maupun aspek-aspek terkait dalam hukum

perjanjian sewa-menyewa, baik itu pengaturan perjanjian secara umum dalam KUH

Perdata maupun pengaturan perjanjian yang timbul oleh adanya kesepakatan bersama

antara para pihak yang dituangkan dalam perjanjian khusus diantara mereka, dan hal

lain yang mungkin terkait terhadap penerapan perjanjian sewa-menyewa tersebut

seperti permasalahan perlindungan hukum yang ditinjau dari segi perlindungan

konsumen, pertanggung jawaban yang mungkin berkaitan pula terhadap

perasuransian dan hal-hal lainnya juga. Berdasarkan uraian diatas telah tergambar

permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti, oleh karenanya perlulah diadakan

penelitian untuk melihat bagaimana Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa

Menyewa Mobil di CV Shandi Mocha Jaya.

17

(24)

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian18 ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi

Mocha Jaya dan beberapa perusahaan rental mobil dikota Medan sebagai

perbandingan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ?

2. Bagaimanakah penerapan perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi

Mocha Jaya menurut hukum perlindungan konsumen ?

3. Bagaimanakah pertanggung jawaban penyewa dan perusahaan rental mobil

apabila mengalami kerusakan atau kehilangan dalam masa sewa berjalan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian sewa menyewa mobil pada CV. Shandi

Mocha Jaya ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. Untuk mengetahui penerapan perjanjian sewa menyewa mobil pada CV.

Shandi Mocha Jaya menurut hukum perlindungan konsumen.

3. Untuk mengetahui pertanggung jawaban penyewa dan perusahaan rental

mobil apabila mengalami kerusakan atau kehilangan dalam masa sewa

berjalan.

18

(25)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis

1. Secara Teoretis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi

para peneliti lanjutan.

b. Sebagai bahan pengembangan ilmu khususnya hukum perjanjian

2. Secara Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan

pemasukan bagi para pihak dalam lebih memahami permasalahan dalam

rental mobil, baik itu masyarakat pada umumnya dan kalangan bisnis pada

khususnya, ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehubungan dengan

pelaksanaan perjanjian sewa menyewa.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang penuils ketahui atau berdasarkan informasi yang ada dan

penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan sekolah Pasca Sarjana, Magister

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, bahwa belum ada penelitian

sebelumnya dengan judul “Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa Menyewa Mobil di

(26)

Akan tetapi dalam penelurusan tersebut ada judul yang menangkat mengenai

perjanjian sewa-menyewa, namun permasalahan dan bidang kajiannya sangat jauh

berbeda, yaitu :

1. Tesis atas nama Karya Mahmud Khaiyath, dengan judul “Pembatalan

Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak Menurut Hukum Perjanjian

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan).

2. Tesis atas nama Syafridawati Tarigan, dengan judul “Perjanjian Sewa

Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (PERSERO) Angkasa Pura II

Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala

Airlines Cabang Medan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori

tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau

pegangan teoritis dalam penelitian19

Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada

unsur-unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga

sangat ditentukan oleh teori20. Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan

19

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994, hal 80

20

(27)

mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan

menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis.

Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses

tertentu terjadi.21 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis

artinya mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka

teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.22

Teori diartikan sebagai ungkapan mengenal kausal yang logis di antara

perubahan (variabel) dalam bidang tertentu, sehingga dapat di gunakan sebagai

kerangka pikir (frame of thinking) dalam memahami serta menangani permasalahan

yang timbul dalam bidang tersebut.

Fungsi teori dalam penelitian adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk

dan meramalkan serta menjelaska gejala yang di amati.23 Oleh karenanya dalam

penelitian ini digunakan teori keadilan sebagai pisau analitis. Teori keadilan ini

dipelopori oleh Aristoteles, pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa

kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih

khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi

keadilan, yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti

dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya

21

J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, UI Press Jakarta, 1996, hal 203

22

Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Andi, Yogyakarta, 2006, hal 6

23

(28)

dengan keadilan”. Yang sangat penting dari pandanganya ialah pendapat bahwa

keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat

pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan

numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang

biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan

bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi

tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan

sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan

perdebatan seputar keadilan. 24

Aritoleles dalam bukunya “Rhetorica” mengatakan bahwa tujuan dari hukum

adalah menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh

kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil.

Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur yaitu dengan memberikan

keadilan kepada setiap orang yang berhak ia terima serta memerlukan peraturan

tersendiri bagi tiap-tiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut maka menurut teori

ini hukum harus membuat apa yang dinamakan “Algemeene Regel”

(peraturan/ketentuan umum) yang mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas

mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara

alat-alatnya.

24

(29)

b. Sifat Undang-Undang yang berlaku bagi siapa saja.

Namun demikian dalam praktek apabila kepastian hukum dikaitkan dengan

keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini

dikarenakan di satu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip-prinsip

kepastian hukum, Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara

kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani

pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.25

Roscoe Pound menyatakan hukum yang baik adalah hukum yang sesuai

dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.26 Berarti bahwa hukum itu

mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Dari pandangan Pound ini

dapat disimpulkan bahwa unsur normatif (ratio) dan empirik (pengalaman) dalam

suatu peraturan hukum harus ada. Kedua-duanya adalah sama perlunya. Artinya,

Hukum yang ada pada dasarnya berasal dari gejala-gejala atau nilai-nilai dalam

masyarakat sebagai suatu pengalaman, kemudian dikonkretisasi menjadi

norma-norma hukum melalui tangan–tangan para ahli hukum sebagai hasil kerjanya ratio,

yang seterusnya dilegalisasi atau diberlakukan sebagai hukum oleh Negara.27

Menurut Roscoe Pound keadilan dikonsepsikan sebagai hasil- hasil konkrit

yang bisa diberikan kepada masyarakat. Dimana hasil yang di peroleh itu hendaknya

25

ibid

26

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, 2007, hal 66

27

(30)

berupa pemuasan kebutuhan manusia tersebut, maka akan semakin efektif

menghindari pembenturan anatara manusia.28

Selanjutnya penelitian ini juga menggabungkan teori keadilan sebagaimana

telah disebut diatas, dengan teori hasrat (Will Theory) yang menekankan kepada

pentingnya “hasrat” dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi,

kekuatan berlaku, dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut. Jadi

yang terpenting adalah “manifestasi” dari kehendak para pihak, bukan kehendak yang

“aktual” dari mereka. Jadi suatu kontrak mula-mula dibentuk dahulu, sedangkan

pelaksanaan kontrak merupakan persoalan belakangan29

Menurut Subekti, “perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal”.30

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, mendefinisikan “perjanjian adalah suatu

perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak

berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak

melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.31

Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa “definisi

perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula

terlalu luas”. Perjanjian mengandung pengertian yaitu: suatu hubungan Hukum

28

Keadilan dan kepastian hukum, http://yahyazein.blogspot.com/2008/07/keadilan-dan-kepastian-hukum.html diakses pada tanggal 26 Mei 2010

29

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. Hal 5

30

R. Subekti, Op Cit, Hal 5

31

(31)

kekeayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada

satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain

untuk menunaikan prestasi.

Dari uraian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang

memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum

(rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih,

yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu

prestasi. Kalau demikian, perjanjian adalah hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang

oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu

perjanjian yang mengandung hukum antara perorangan adalah hal-hal yang terletak

dan berada dalam lingkungan hukum.

Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan

yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda

kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul

hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orangtuanya seperti yang diatur

dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak

yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu

tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum”(rechtshandeling). Tindakan/perbuatan

hukum yang dilakukan oleh pihak pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum

perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk

memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani

(32)

“hak/recht” dan pihak sebelah lagi memikul menyerahkan/menunaikan prestasi

“kewajiban/pdicht”. Prestasi ini adalah “objek” atau “voorwerp”, tanpa prestasi,

hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum; sama sekali tidak

mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi

mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau kreditur”. Pihak yang wajib

menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”.

Vermogenrecht (hukum kekayaan) yang bersifat pribadi dalam perjanjian/verbintenis

baru bisa tercipta apabila ada "tindakan hukum" (rechtshandeling).

Sekalipun yang menjadi objek atau voorwerp (voorwerp der verbintenis) itu

merupakan benda, namun hukum perjanjian hanya mengatur dan mempermasalahkan

hubungan benda/kekayaan yang menjadi objek perjanjian antara “pribadi tertentu”

(bepaalde persoon). Sedangkan pengertian lain tentang perjanjian yaitu pada pasal

1313 KUH Perdata. Menurut ketentuan pasal ini, “perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih lainnya”. Ketentuan pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan, karena ada

beberapa kelemahan, seperti diuraikan berikut ini.

1) Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui dari perumusan “satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih

lainnya”. Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak

saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling

(33)

2) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian

"perbuatan" termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa

(zaakwaameming), tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad) yang

tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai kata

“persetujuan”.

3) Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam pasal

tersebut diatas terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan

perkawinan, janji kawin, yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.

Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur

dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang di kehendaki oleh

buku ketiga KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat

kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal.

4) Tanpa menyebut tujuan. Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan

tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri

tidak jelas untuk apa.

Dalam defenisi yang dikemukakan diatas, secara jelas terdapat konsensus

antara pihak-pihak. Pihak yang satu setuju dan pihak yang lainnya juga setuju untuk

melaksanakan sesuatu, kendatipun pelaksanaan itu datang dari satu pihak, misalnya

dalam perjanjian pemberian hadiah (hibah). Dengan perbuatan memberi hadiah itu,

pihak yang diberi hadiah setuju untuk menerimanya, jadi ada konsensus yang saling

(34)

Perjanjian yang dibuat itu dapat berbentuk kata-kata secara lisan, dapat pula

dalam bentuk tertulis berupa satu akta. Perjanjian yang dibuat secara tertulis (akta)

biasanya untuk kepentingan pembuktian, misalnya polis pertanggungan.

Hukum perjanjian merupakan peristiwa hukum yang selalu terjadi dalam

kehidupan bermasyarakat, sehingga apabila ditinjau dari segi yuridisnya, hukum

perjanjian itu tentunya mempunyai perbedaan satu sama lain dalam arti kata bahwa

perjanjian yang berlaku dalam masyarakat itu mempunyai coraknya yang tersendiri

pula. Corak yang berbeda dalam bentuk perjanjian, merupakan bentuk atau jenis dari

perjanjian. Bentuk atau jenis perjanjian tersebut, tidak diatur secara terperinci dalam

undang-undang, akan tetapi dalam pemakaian hukum perjanjian oleh masyarakat

dengan penafsiran pasal dari KUH Perdata terdapat bentuk atau jenis yang berbeda.

Pada dasarnya, perjanjian sewa-menyewa mobil mempergunakan ketentuan

yang terdapat dalam KUH Perdata, namun dalam satu hal mereka (para pihak yang

terlibat dalam suatu perjanjian), tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang diatur

dalam KUH Perdata sesuai dengan asas konsensualisme (kebebasan) yang dianut

dalam hukum perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang,

ketertiban umum, dan kesusilaan.

Maka dalam hal meminta pertanggung-jawaban para pihak jika mobil yang

disewakan mengalami kerusakan akan dilihat terlebih dahulu kepada susunan

peristiwa penyebab timbulnya kerusakan tersebut. Jika memang jelas kelihatan bahwa

ada pihak yang telah melalaikan kewajibannya dan dengan sebab tersebut terjadi

(35)

2. Konsepsi

Suatu konsep merupakan “abstraksi”32 mengenai suatu fenomena yang

dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,

kelompok atau individu tertentu”.33 Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan

pegangan pada proses penelitian, perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang

dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut:

b. Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara CV.

Shandi Mocha Jaya dengan pihak kedua, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan dari suatu barang selama

waktu tertentu kepada pihak yang lainnya dengan disanggupi

pembayarannya.34

c. Para pihak adalah pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa-menyewa

mobil, sesuai surat perjanjian sewa-menyewa mobil yang masing-masing

dikeluarkan oleh perusahaan rental mobil/sebagai penyedia jasa.35

d. Mobil adalah alat transportasi atau pengangkutan yang dijadikan obyek sewa

menyewa untuk dinikmati kegunaannya.36

32

Abstraksi berarti proses atau perbuatan memisahkan; keadaan linglung; metode untuk mendapatkan hukum atau pengertian melalui penyaringan terhadap gejala atau peristiwa sehingga menunjukkan sebab akibat atau penegertian umum., Kamus Bahasa Indonesia, ed.2-cet.10, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hal. 3

33

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 19

34

Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) ,diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), Pasal 1548

35

Lihat lamipran, perjanjian sewa-menyewa mobil oleh beberapa perusahaan rental mobil.

36

(36)

e. Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu

peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa

barang yang menjadi objek perjanjian.37

Mengenai masalah risiko, di dalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1553

KUH Perdata, yang mengatakan “bahwa di dalam sewa-menyewa, risiko

mengenai barang yang dipersewakan ditanggung oleh si pemilik barang“,

dalam hal ini adalah pihak yang menyewakan.

Semua mobil dari CV. SHANDI MOCHA JAYA telah diasuransikan pada

perusahaan-perusahaan asuransi ternama seperti Jasa Raharja, Garda Oto,

Jaya Proteksi, dan sebagainya.38

f. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak

yang kuat kedudukannya pada perjanjian itu.

Pendapat Asser menyatakan bahwa “setiap orang yang menandatangani

perjanjian baku, bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditanda

tanganinya". Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir

perjanjian baku, maka tanda tangan itu akan membangkitkan kepercayaan

bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi dari formulir

yang telah ditanda tanganinya. Tidak mungkin seseorang menandatangani apa

yang tidak diketahui isinya.39

37

R. Subekti, Op Cit, hal. 67

38

Hasil wawancara dengan Ibu Derhana Ritonga, Komisaris pada CV. Shandi Mocha Jaya, Medan, 23 Juni 2010.

39

(37)

g. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.40

h. CV. SHANDI MOCHA JAYA adalah suatu persekutuan komanditer yang

bergerak dibidang jasa penyewaan mobil. Bermula pada akhir tahun 2004,

sewa-menyewa mobil diawali dengan satu unit mobil saja, dan pemasaran

kepada konsumen dilakukan dari mulut ke mulut.41

Seiring berjalannya waktu dan sebagai respon terhadap permintaan pasar atau

konsumen yang semakin meningkat, didaftarkanlah CV. SHANDI MOCHA JAYA

kepada notaris pada tanggal 26 Juli 2008. Barang atau Mobil ditambah demi

memuaskan konsumen sebanyak 8 (delapan) unit. Karena bergerak dibidang jasa

penyewaan mobil, maka hal-hal seperti perawatan kendaraan, asuransi kenderaan,

kendaraan pengganti, layanan darurat dan perpanjangan STNK merupakan cakupan

layanan jasa standar yang disediakan. Jasa yang disediakan juga meliputi pengemudi

yang telah diberi program pelatihan mengemudi yang aman dan baik, serta etika kerja

dan sikap mental yang positif.

Pengemudi atau karyawan CV. SHANDI MOCHA JAYA, sekarang ini

berjumlah 8 (delapan) orang yang memiliki SIM A yang masih berlaku mendapatkan

40

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal 1. “Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan Konsumen/UUPK) tersebut cukup memadai. Kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen”.

41

(38)

gaji perbulannya dan demi kesejahteraan karyawan, CV. SHANDI MOCHA JAYA

terdaftar pada asuransi kesehatan dan kecelakaan tenaga kerja JAMSOSTEK.

Asas kebebasan berkontrak (contractvrijheid) berhubungan dengan isi

perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian itu

diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata mempunyai

kekuatan mengikat. Dengan demikian maka, kebebasan berkontrak adalah salah satu

asas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini adalah

perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia

Penulis dalam hal ini cenderung mengikuti apa yang dikemukakan oleh Prof.

Mariam Darus, bahwa perjanjian baku atau klausula baku yang terdapat pada

peranjian sewa-menyewa mobil antara CV. SHANDI MOCHA JAYA dengan

penyewa mobil (konsumen) adalah bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak

yang bertanggung jawab.

Kesepakatan yang tercipta pada perjanjian sewa-menyewa mobil itu bukan

merupakan hasil murni dari tawar-menawar antara penyewa mobil di satu pihak

dengan CV. Shandi Mocha Jaya di pihak lainnya. Perbedaan posisi para pihak

ketika perjanjian sewa-menyewa mobil itu disepakati adalah tidak adanya

kesempatan pihak penyewa mobil untuk mengadakan "real bargaining" dengan

pihak CV. Shandi Mocha Jaya. Penyewa mobil hanya mempunyai pilihan "take it"

atau "leave it".42

42

(39)

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang bertujuan untuk menggambarkan

secara sistematis, faktual dan akurat terhadap sesuatu populasi atau daerah tertentu,

mengenai sifat-sifat atau faktor-faktor tertentu, maksudnya hasil data penelitian

diolah, dianalisa dan selanjutnya diuraikan secara cermat terhadap aspek-aspek

hukum perlindungan yang diberikan kepada para pihak berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. 43

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian hukum ini dilakukan pendekatan normatif (yang berkaitan

dengan sinkronisasi hukum) dan sosiologis (yang berkaitan dengan efektifitas

hukum).44 Digabungkannya pendekatan normatif (legal resereach) dan empiris atau

sosiologis secara sekaligus dimaksudkan untuk lebih mendapatkan hasil penelitian

yang lebih memadai, sebab dengan cara ini akan diperoleh data baik dari segi

prakteknya maupun teori ilmiahnya.

3. Lokasi penelitian Populasi dan Sample Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikota Medan Ibukota Provinsi Sumatera Utara

dengan pertimbangan bahwa kota Medan saat ini termasuk kota pertumbuhan dan

penggembangan ekonomi yang baik, juga sebagai salah satu kota terbesar di

Indonesia.

43

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1997, h. 36

44

(40)

Populasi adalah seluruh obyek atau gejala atau kejadian yang diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah CV. Shandi Mocha Jaya.

Sample penelitian dalam hal ini telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan

objek yang diteliti (purposive sampling), antara lain beberapa perusahaan rental mobil

di Medan sebagai perbandingan yang digambarkan dalam tabel berikut ini :

[image:40.612.109.533.375.586.2]

TABEL I

SAMPLE PENELITIAN YANG TELAH DITENTUKAN TERLEBIH DAHULU BERDASARKAN OBJEK PENELITIAN SEBAGAI

PERBANDINGAN

NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT JUMLAH ARMADA

1.

2.

3.

4.

PT. Pelita Armada

PT. Serasi Auto Raya Cabang Medan /Trac Astra Rent A Car

CV. Berkah Auto Service

CV. Karya Indah Amanah

Jl. Setia Budi Komp. Tasbi Blok Mm No. 19

Medan

Jl. Gatot Subroto No.151 Medan

Jl. T. Amir Hamzah No. 65

Medan

Jl. Tuar No. 7 Medan

250 Unit

1400 Unit

60 Unit

40 Unit

Sumber : Data Primer yang diolah, 2010

Dalam hal ini berguna sebagai kesempurnaan penelitian nantinya, juga

(41)

gejala yang timbul pada penelitian ini, yang mana mencakup seluruh pihak-pihak

yang terkait dalam hubungan hukum terhadap perjanjian sewa menyewa mobil

tersebut.

4. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan studi dokumen yakni

dengan melakukan studi kepustakaan berupa bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer yaitu Undang-Undang

Perbankan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Dokumen

Perusahaan, KUHPerdata, dan peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan materi

penelitian. Bahan hukum sekunder adalah buku-buku literatur, tulisan para ahli, dan

hasil penelitian yang berupa laporan tertulis. Bahan hukum tertier adalah berupa

kamus dan ensiklopedia, majalah, jurnal atau surat kabar yang berkaitan.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.45

Untuk itu setelah data primer dan data sekunder selesai dikumpulkan dan disusun

secara sistematis, selanjutnya data tersebut diseleksi dan diolah kemudian dianalisis

secara kualitatif. Sifat kualitatif adalah terletak pada kumpulan informasi subyektif

yang berasal dari peneliti maupun sasaran penelitiannya, dimana jenis datanya lebih

45

(42)

membentuk kalimat daripada data sekunder. Maka dapat ditarik kesimpulan yang

menggambarkan keadaan umum tentang status dan objek-objek yang diteliti.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir

induktif-deduktif yaitu dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik

(43)

BAB II

BENTUK PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL PADA CV. SHANDI MOCHA JAYA DAN BEBERAPA PERUSAHAAN RENTAL MOBIL

DI KOTA MEDAN SEBAGAI PERBANDINGAN

DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk perjanjian secara umum dan

penerapan perjanjian tersebut pada CV. Shandi Mocha Jaya, sebagai salah satu

perusahaan penyedia jasa khususnya pengangkutan (rental mobil). Telah disebutkan

pada bab terdahulu bahwa kegiatan penyedian jasa pengangkutan (rental mobil) ini

ialah salah satu kegiatan perekonomian yang tujuannya untuk mencapai

kesejahteraan. Oleh sebab itu penerapan suatu perjanjian sewa-menyewa ini sangatlah

krusial sifatnya, artinya pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tersebut harus

dibarengi atau dijalankan dengan melihat dasar hukum dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang ada. Oleh karenanya dalam bab ini akan di kupas (di

uraikan) mengenai bentuk-bentuk perjanjian sewa-menyewa tersebut.

A. Pengertian Umum Hukum Perjanjian

Perjanjian diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang berjudul “Tentang Perikatan”. Perjanjian merupakan salah satu sumber

perikatan, sumber perikatan yang lain adalah Undang-undang.46

46

(44)

Pengertian perjanjian dapat dilihat pada Pasal 1313 KUH Perdata. Menurut

ketentuan pasal ini, “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”.

Sebagaimana diketahui bahwa perjanjian sewa-menyewa mobil ini termasuk

perjanjian bernama (benoemd verbintennis) yang diatur dalam Buku III Bab VII

mengenai sewa-menyewa. Maka dengan demikian, perjanjian (verbintenis) adalah

hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan

cara perhubungannya. Oleh kerana itu perjanjian yang mengandung hukum antara

perorangan adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum.

Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan

yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda

kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul

hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orangtuanya seperti yang diatur

dalarn hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak

yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu

tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum”(rechtshandeling). Tindakan/perbuatan

hukum yang dilakukan oleh para pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum

perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk

memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani

(45)

“hak/recht” dan pihak sebelah lagi memikul “kewajiban/pdicht”

menyerahkan/menunaikan prestasi.47

Prestasi ini adalah “Objek” atau “voorwerp” dari verbintenis. Tanpa prestasi,

hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum; sama sekali tidak

mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi

mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau kreditur”. Pihak yang wajib

menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”. 48

Sekalipun yang menjadi objek atau voorwerp (voorwerp der verbintenis) itu

merupakan benda, namun hukum perjanjian hanya mengatur dan mempermasalahkan

hubungan benda/kekayaan yang menjadi objek perjanjian antara “pribadi tertentu”

(bepaalde persoon). 49

Kitab Undang-undang Hukum Perdata mensyaratkan beberapa hal dalam

kaitannya dengan pembuatan perjanjian, diantaranya adalah mengenai syarat sahnya

perjanjian dan terpenuhinya beberapa asas hukum perjanjian. Untuk itu dapat

diklasifikasikan pula beberapa hal yang terkait dengan pembuatan perjanjian khusnya

dalam hal sewa-menyewa, yakni :

1. Sifat dan Asas Hukum Perjanjian

Untuk menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki

oleh para pihak sebelum perjanjian sewa-menyewa yang dibuat menjadi perikatan

47

Kartini Mulyadi & Gunawan Wijaya, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.21.

48

Ibid, hal. 25.

49

(46)

yang mengikat bagi para pihak, oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diberikan

berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas

rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada

akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan

pelaksanaan atau pemenuhannya. Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai

asas-asas perjanjian, perlu dijelaskan pengertian asas-asas. Istilah asas-asas merupakan terjemahan

dari bahasa Latin “principium”, bahasa Inggris “principle” dan bahasa Belanda

“beginsel”, yang artinya dasar yaitu sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir/

berpendapat. 50

Kata “principle” atau asas adalah suatu yang dapat dijadikan sebagai alas,

sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat menyadarkan, utk mengembalikan

sesuatu hal yang hendak dijelaskan. Pengertian asas dalam bidang hukum yang

memuaskan dikemukakan oleh para ahli antara lain “A Principle is the broad reason

which lise at the base of a rule of law”. Ada dua hal yang terkandung dalam makna

asas tersebut yakni pertama, asas merupakan pemikiran, pertimbangan, sebab yang

luas atau umum, abstrak (the board reason); kedua, asas merupakan hal yang

mendasari adanya norma hukum (the best the rule of law), oleh karena itu asas

hukum tidak sama dengan norma hukum, walaupun adakalanya norma hukum itu

sekaligus merupakan asas hukum. Karakter asas hukum yang umum, abstrak itu

membuat cita-cita, harapan (das sollen), dan bukan peraturan yang akan diperlakukan

50

(47)

secara langsung kepada subjek hukum. Asas hukum bukanlah suatu perintah hukum

yang kongkrit dan tidak pula memiliki sanksi yang tegas, hal-hal tersebut hanya ada

dalam norma hukum yang kongkrit seperti peraturan yang sudah dituangkan dalam

wujud pasal-pasal perundang-undangan, dalam peraturan-peraturan dapat ditemukan

aturan yang mendasar berupa asas hukum yang merupakan cita-cita dari

pembentuknya. Asas hukum diperoleh dari proses analitis (konstruksi yuridis) yaitu

dengan menyaring (abstraksi) sifat-sifat khusus yang melekat pada aturan yang

kongkrit, untuk memperoleh sifat-sifatnya yang abstrak.51

Berikut ini dibahas asas-asas umum hukum perjanjian sewa-menyewa yang

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.52

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Buku ketiga Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang perjanjian

menganut sistem terbuka. Hal ini berarti, hukum perjanjian memberi

kebebasan yang seluas-luasnya kepada pihak-pihak yang ingin membuat

perjanjian selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,

ketertiban umum dan kesusilaan baik.53

Menurut Subekti, pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum

pelengkap atau optional law yang berarti pasal-pasal tersebut boleh

dikecualikan oleh para pihak dalam pembuatan perjanjian, para pihak

diperbolehkan membuat ketentuan yang menyimpang manakala dibutuhkan

51

Ibid , hal 158

52

Kartini Mulyadi & Gunawan Wijaya Op Cit, hal. 14

53

(48)

selama tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1337 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Jika para pihak tidak mengatur sendiri dalam

pasal-pasal perjanjiannya, maka mengenai hal tersebut, para pihak akan tunduk pada

pengaturan yang diberikan oleh Undang-Undang.54 Sistem terbuka dan azas

kebebasan berkontrak dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersirat

dalam Pasal 1338 ay

Gambar

SAMPLE PENELITIAN YANG TELAH DITENTUKAN TERLEBIH TABEL I DAHULU BERDASARKAN OBJEK PENELITIAN SEBAGAI
TABEL  II

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian suplementasi formula tepung ikan gabus dalam meningkatkan kadar albumin serum pada pasien sindrom

Berdasarkan pengamatan peneliti di TK Education 21 Kulim Pekanbaru bahwa masih terdapat kecerdasan interpersonal yang rendah hal Berdasarkan hasil dari penelitian

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah

Ibn Khaldun meskipun telah mencetuskan teori ‘ asabiyyahnya dan pentingnya asabiyyah (solidaritas golongan) untuk mencapai kekuasaan, ia lebih lanjut mengatakan bahwa peran

Näistä neljä (kykenemättömyys nukkua, rajoittuminen hengitysputkeen ja/tai erilaisiin johtoihin, kipujen tunteminen sekä janoisuuden tunne) ovat myös potilaiden mukaan

Perhitungan neraca kayu di suatu tempat pada tahun tertentu idealnya dihitung dengan memasukan seluruh input kayu yang masuk ke Pulau Jawa, baik melalui pelabuhan resmi

Model Adaptasi Wujud Visual Wayang Analisis yang telah dilakukan pada tokoh Cakil, Bima, Gatotkaca, Arjuna, Abimanyu, Sinta, Anoman, dan Petruk merupakan langkah awal

Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan