EVALUASI PRODUKTIVITAS BEBERAPA VARIETAS PADI
ASEP HAMBALI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Produktivitas Beberapa Varietas Padi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Asep Hambali
ABSTRAK
ASEP HAMBALI. Evaluasi Produktivitas Beberapa Varietas Padi. Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS.
Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai Juni 2014 dan dilaksanakan di Balai Penelitian Padi Muara, Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas beberapa varietas padi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu varietas yang terdiri dari 6 varietas. Varietas yang digunakan adalah varietas unggul baru (Inpari 13, Ciherang, Mekongga), padi tipe baru (IPB 4S), varietas lokal (Mentik Wangi), dan varietas hibrida (Hipa Jatim 2). Masing-masing varietas diulang sebanyak tiga kali sehingga terbentuk 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum varietas unggul (VUB) Inpari 13, Ciherang dan Mekongga memiliki produktivitas lebih tinggi dari varietas yang lain (lokal, PTB, hibrida). Produktivitas VUB berkisar antara 4.59 hingga 5.62 ton ha-1. Hasil produktivitas ketiga VUB ini dipengaruhi oleh komponen hasilnya yaitu anakan produktif, bobot 1000 butir, persentase gabah isi dan ketahanan terhadap hama penyakit.
Kata kunci : varietas padi, komponen hasil, produktivitas.
ABSTRACT
ASEP HAMBALI. Evaluation of Productivity on Several Rice Varieties. Supervised by ISKANDAR LUBIS
The research was conducted during February to June 2014 in Muara Rice Research Institute, Bogor. The purpose of this study was to determine the factors that affect the productivity of some rices varieties The design used was a randomized complete design group with one factor consists of 6 varieties. The varieties used were high yielding varieties (Inpari 13, Ciherang, Mekongga), a new plant type of rice (IPB 4S), local variety (Mentik Wangi), and hybrid variety (Hipa Jatim 2). Each variety was replicated of three. The results showed that in general, high yielding varieties (VUB) Inpari 13, Ciherang and Mekongga have higher productivity than other varieties (local, PTB, hybrid). VUB Productivity ranged from 4.59 to 5.62 tons per hectare. The results of the three VUB productivity was influenced by yield components such as number of productive tillers, 1000 grain weight, percentage of filled grain and resistance to pests and diseases.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
EVALUASI PRODUKTIVITAS BEBERAPA VARIETAS PADI
ASEP HAMBALI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul “Evaluasi Produktivitas Beberapa Varietas Padi” yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas beberapa varietas dan tipe padi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Iskandar Lubis, MS selaku dosen pembimbing dan pengarah untuk penelitian ini. Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada Balai Besar Padi Kebun Percobaan Muara beserta staf yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga, Rizal Ali Akbar, Radhiya, Gery, Uci, AGH 47, Paguyuban Bidik Misi IPB, Sospol, dan Senior Resident atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani dan Morfologi Padi 2
Varietas Unggul Baru (VUB) 2
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah 3
Faktor yang Mempengaruhi Daya Hasil Padi 3
METODE PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat 4
Bahan dan Alat 4
Rancangan Percobaan Penelitian 4
Pelaksanaan Penelitian 5
Pengamatan 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Penelitian 6
Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam 8
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman 7
2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas terhadap peubah
pengamatan 9
3 Nilai rataan tinggi tanaman padi pada 3 MST- 8MST 10 4 Nilai rataan jumlah anakan padi pada 3 MST- 8MST 11 5 Nilai rataan intensitas warna daun padi berdasarkan skala chlorophyll
meter minolta SPAD pada 5 MST, dan 8 MST 12
6 Bobot kering rata-rata biomassa tajuk padi pada 6 MST, 8 MST, dan
Panen 13
7 Nilai rataan komponen hasil padi 16
8 Hasil dan indeks panen padi 17
DAFTAR GAMBAR
9 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman percobaan, (a) Walang Sangit, (b) Kepik, (c) Wereng Cokelat, (d) Blas Leher, (e) Hawar Daun
Bakteri 8
10 Perbandingan tinggi tanaman hasil penelitian dengan tinggi tanaman
deskripsi setiap varietas 10
11 Kondisi tanaman pada umur 8 MST , (a) IPB 4S ulangan 1, (b) Inpari
13 ulangan 2, (c) Ciherang ulangan 3 11
12 Grafik rata-rata biomassa tajuk padi (gram) pada 6 MST, 8 MST dan
Panen 13
13 Jumlah anakan maksimal dan anakan produktif 14
14 Perbandingan jumlah anakan produktif berdasarkan deskripsi varietas dengan jumlah anakan produktif hasil penelitian 14 15 Panjang malai varietas yang diamati, (a) Inpari 13, (b) Ciherang, (c)
Mekongga, (d) IPB 4S, (e) Mentik Wangi, (f) Hipa Jatim 2 15
DAFTAR LAMPIRAN
16 Deskripsi Varietas Inpari 13 22
17 Deskripsi Varietas Ciherang 23
18 Deskripsi Varietas Mekongga 24
19 Deskripsi Varietas IPB 4S 25
20 Deskripsi Varietas Mentik Wangi 26
21 Deskripsi Varietas Hipa Jatim 2 27
22 Dokumentasi Selama Penelitian 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan konsumsi beras yang cukup tinggi. Menurut Deptan (2011) konsumsi beras Indonesia lebih besar dibandingkan Malaysia dan Thailand yang hanya berkisar 65 kg dan 70 kg perkapita pertahun. Deptan (2013) menyatakan bahwa konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg kapita-1 tahun-1 jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia yaitu 60 kg kapita-1 tahun-1. Berdasarkan data BPS (2013) produksi padi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 71 279 709 ton dengan luas panen 13 835 252 ha dan produktivitas nasional 5.152 ton ha-1. Angka impor beras Indonesia masih tinggi, pada tahun 2011 sebesar 2 750 476 ton, tahun 2012 sebesar 1 810 372 ton dan tahun 2013 sebesar 472 664 ton (BPS 2014).
Strategi yang ditempuh dalam rangka peningkatan produksi adalah peningkatan produktivitas padi, perluasan areal padi sawah, dan pengelolaan lahan. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan diantaranya dengan mengunakan bibit dari varietas unggul. Selama kurun waktu 30 tahun sejak 1970-an, kontribusi peningkatan produktivitas padi dengan penanaman varietas unggul terhadap produksi padi nasional mencapai 56.1%, lebih besar dibanding kontribusi perluasan areal lahan yang hanya 26.3% (Las et al. 2004). Penanaman varietas unggul berdaya hasil tinggi sangat diandalkan dalam peningkatan produktivitas. Varietas unggul padi memiliki sifat yaitu berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, umur genjah, dan rasa pulen (Suprihatno et al. 2009).
Varietas merupakan salah satu komponen penting yang berkontribusi dalam peningkatkan produksi dan produktivitas padi. Banyaknya varietas unggul yang dilepas, dapat dijadikan alternatif pilihan bagi petani memilih varietas yang sesuai dengan kondisi agroklimatnya (Minarsih et al 2013). Sejak penelitian padi tahun 1943 hingga 2006 telah dilepas 189 varietas padi. Dalam periode 2000 – 2006, Badan Litbang Pertanian telah melepas 59 varietas unggul padi, 43 varietas untuk lahan sawah irigasi, 5 varietas padi gogo, dan 9 varietas padi pasang surut (Sembiring 2007). Oleh karena itu, perlu upaya intensif mensosialisasikan varietas-varietas tersebut secara lebih luas kepada masyarakat.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas beberapa varietas padi.
Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Padi
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia dan merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Tanaman padi termasuk ke dalam famili Poaceae (Gramineae). Spesies padi yang banyak dibudidayakan adalah Oryza sativa L. dan Oryza glaberrima L.
Oryza sativa L. terdiri atas dua sub spesies, yaitu japonica dan indica. Oryza sativa sub spesies japonica memiliki ciri biji yang berbentuk bulat, lebar dan tebal, berdaun warna hijau tua dan sempit serta ada yang memiliki bulu panjang dan ada yang tidak berbulu sedangkan Oryza sativa sub spesies indica memiliki daun sempit dan biji tipis dan ramping, umumnya tidak berbulu (Matsuo dan Hoshikawa 1993).
3 Varietas Unggul Baru (VUB)
Penggunaan benih varietas unggul berkontribusi cukup besar dalam peningkatan produksi tanaman padi nasional. Keberhasilan pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 merupakan salah satu bukti bahwa penggunaan benih dari varietas unggul disertai teknik budidaya yang baik dapat meningkatkan hasil yang jauh lebih tinggi. Balai Besar Penelitian Padi telah menghasilkan banyak varietas unggul yang mempunyai potensi hasil dan sifat lain yang lebih baik dari varietas sebelumnya. Potensi hasil varietas unggul lama hanya berkisar 3-4 ton ha-1, sedangkan potensi hasil varietas unggul baru (VUB) dan varietas unggul hibrida (VUH) dapat mencapai 7-8 ton ha-1 dan 8-10 ton ha-1. Perkembangan keunggulan VUB padi ditentukan oleh produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, adaptabilitas luas, umur relatif genjah, dan kualitas nasi yang lebih baik (Samaullah 2007).
Berdasarkan hasil sidang pelepasan varietas yang diselenggarakan di Puslitbang Tanaman Pangan Bogor, pada Desember 2010 dan keluarnya SK Mentan No. 2015-2017/Kpts/SR.120/4/2011, secara resmi telah dilepas varietas unggul baru, varietas itu adalah Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan dan Inpari 16 Pasundan. Ketiga varietas tersebut cocok ditanam di ekosistem sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl. Inpari 13 termasuk varietas yang dilepas untuk menambah ketersediaan benih yang dipakai oleh petani. Karakteristik varietas Inpari-13 adalah mempunyai bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 102 cm, anakan produktif 17 batang, warna kaki hijau, warna daun hijau, permukaan daun kasar, posisi daun agak tegak, posisi daun bendera tegak, warna batang hijau, bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih. Pelepasan varietas tersebut, diharapkan akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya (Balitpa 2010).
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah
Optimalisasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem yang masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata hasil 4.7 ton/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6 – 7 ton/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh : a) rendahnya efisiensi pemupukan, b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit, c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif, d) sedikit hara K dan unsur mikro, e) sifat fisik tanah tidak optimal, f) pengendalian gulma kurang optimal (Makarim et al. 2000).
4
Faktor yang Mempengaruhi Daya Hasil Padi
Komponen hasil seperti jumlah anakan, panjang malai, jumlah bulir per malai dan bobot bulir per malai dapat menunjukkan angka produktivitas padi. Menurut Suprayogi dan Ismangil (2004) daya hasil suatu genotipe tanaman dapat dideterminasi dengan melihat kemampuan fotosintesis dan metabolisme tanaman. Laju asimilasi erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Investasi hasil asimilasi dalam pertumbuhan tanaman selama periode vegetatif menentukan produktivitas tanaman.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Balai Penelitian Padi Muara, Bogor, Jawa Barat. Lokasi tersebut terletak pada ketinggian 250 mdpl dengan jenis tanah latosol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Juni 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 3 varietas padi sawah unggul baru (VUB), 1 varietas tipe baru (PTB), 1 varietas hibrida, dan 1 varietas lokal. Benih padi VUB dan Hibrida didapatkan dari BB Padi Sukamandi, Subang. Benih PTB dan Lokal didapatkan dari Departemen AGH, IPB. Varietas yang digunakan adalah Inpari 13, Ciherang, Mekongga (Varietas Unggul Baru), IPB 4S (Padi Tipe Baru), Mentik Wangi (Varietas Lokal), Hipa Jatim (Varietas Hibrida). Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea (250 kg/ha), pupuk SP-36 (150 kg/ha), pupuk KCl (150 kg/ha), Phonska (300 kg/ha) dan pestisida jika terjadi serangan hama dan penyakit. Alat yang akan digunakan adalah hand tractor, cangkul, garu, sabit, meteran, soil plant analysis development (SPAD), moisture tester, knapshake sprayer, alat panen dan mesin perontok padi.
Rancangan Percobaan Penelitian
Penilitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Perlakuan dalam percobaan ini terdiri atas satu faktor tunggal, yaitu varietas padi sawah. Faktor ini terdiri atas enam taraf varietas padi sawah, yaitu Inpari 13 (V1), Ciherang (V2), Mekongga (V3), IPB 4S (V4), Mentik Wangi (V5), HIPA Jatim 2 (V6). Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga didapatkan 18 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan yang berukuran 5 m × 5 m dengan jarak tanam 25 cm × 25 cm.
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007) :
5 keterangan:
Yij : respon/nilai pengamatan pada varietas ke-i, ulangan ke-j
µ : rataan umum
αi : pengaruh varietas ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6)
βj : pengaruh ulangan ke-j (1, 2, 3)
εij : pengaruh galat percobaan pada varietas ke-i, ulangan ke-j
Data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil padi dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam), jika hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter yang diuji dan mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan atau pengaruh pada variabel yang lain.
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor. Sebagian lahan digunakan sebagai tempat persemaian dengan beberapa varietas. Pemupukan dilakukan pada saat bibit berumur 5 hari setelah semai (HSS) dengan pupuk urea 10 g/m2. Bibit siap dipindahkan dan ditanam setelah berumur 21 HSS pada petak berukuran 5 m × 5 m. Jumlah bibit per lubang tanam yaitu tiga bibit dengan jarak tanam 25 cm × 25 cm. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam (HST).
Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 7 HST, pemupukan kedua saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST), dan pemupukan ketiga saat tanaman berumur 7 MST. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan seluruhnya pada pemupukan pertama sedangkan pupuk Urea diberikan tiga kali, yaitu 30 % pada pemupukan pertama, 40 % pada 4 MST dan 30 % pada 7 MST.
Pemeliharaan meliputi pengambilan keong mas, penyiangan gulma, pengaturan air, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pemanenan dimulai ketika malai telah menguning kurang lebih 90 %. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang menggunakan arit/sabit. Padi yang telah dipanen kemudian dirontok dengan cara dibanting dan menggunakan perontok sederhana.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada sepuluh tanaman contoh per petak dengan komponen yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi yang diamati mulai 3 MST hingga 8 MST dengan menggunakan meteran. 2. Jumlah anakan yang diamati mulai 3 MST sampai 8 MST.
3. Jumlah anakan total dan anakan produktif yang dihitung pada saat panen. 4. Bobot kering tajuk diamati pada saat tanaman berumur 6 MST, 8 MST,
6
5. Warna daun dan pendugaan kandungan klorofil diamati pada 5 MST, dan 8 MST dengan menggunakan SPAD pada daun teratas yang telah membuka sempurna.
6. Pengamatan komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir gabah isi dengan kadar air 14 %, persentase gabah isi dan gabah hampa pada setiap malai sampel.
7. Dugaan hasil per hektar dengan menghitung produktivitas ubinan (1.5 m x 1.5 m) dikonversikan ke hektar.
8. Indeks panen diperoleh dari perbandingan antara bobot gabah kering dengan bobot biomas total.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Balai Penelitian Padi Muara, Bogor. Kondisi lahan berjenis tanah Latosol dengan ketinggian 250 mdpl, dan beririgasi teknis. Curah hujan selama percobaan berkisar antara 337-511 mm/bulan, suhu minimum (23.1o-23.6o C) dan maksimum (29.7o-31.5o C) dari bulan Februari 2014 sampai April 2014 (Stasion Klimatologi Dramaga Bogor 2014). Kisaran suhu dan kelembaban yang tinggi mendukung perkembangan hama dan penyakit seperti hawar daun terutama pada saat tanaman dalam fase vegetatif (3 MST- 8 MST). Serangan Blas leher, penggerek batang, walang sangit, kepik hijau, dan hama burung muncul di awal fase reproduktif hingga fase pematangan ( 9 MST-Panen). Suhu, radiasi surya dan curah hujan mempengaruhi hasil padi secara langsung yang melibatkan produksi gabah bernas, dan tidak langsung mendukung hama dan penyakit ( Yoshida 1981)
Hama yang menyerang tanaman adalah keong mas, penggerek batang, kepik hijau, wereng cokelat, walang sangit dan burung. Hama keong mas (Pomacea canaliculata L.) menyerang tanaman padi pada 1-2 MST. Hama keong mas dikendalikan dengan cara mengeringkan lahan, mengambil secara manual dan membuat parit disekeliling petakan.
Pengendalian gulma dilakukan ketika gulma sudah cukup besar dan sebelum melakukan pemupukan (4 MST dan 6 MST). Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut secara manual. Gulma yang paling dominan tumbuh di lahan adalah gulma berdaun lebar. Gulma yang mengganggu tanaman tidak terlalu tinggi karena lahan tergenangi secara teratur. Lahan yang paling banyak ditumbuhi gulma adalah lahan V4 (IPB 4S). Hal ini diduga karena pertanaman pada lahan varietas IPB 4S tidak terlalu rimbun.
7
campestris pv. oryzae. Pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi serangan hawar daun bakteri adalah penyemprotan bakterisida. Hampir semua petakan dan varietas terserang hawar dan bakteri. Serangan cukup tingi terjadi pada varietas Inpari 13 dan Hipa Jatim 2. Ganguan hama wereng cokelat juga terjadi pada rumpun-rumpun padi IPB 4S dan Hipa Jatim 2 namun dapat segera dikendalilan dengan insektisida.
Hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) menyerang tanaman padi dengan merusak biji padi yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan susu dari biji padi pada waktu fase awal pembentukan biji (setelah padi berbunga). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini adalah menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa. Hama ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Varietas yang terserang adalah Inpari 13, Ciherang, dan Mentik Wangi dimana varietas ini termasuk varietas yang paling cepat berbunga di banding varietas yang lain. Pada fase ini ditemukan juga pengerek batang namun bisa dikendalikan dengan insektisida.
Gangguan Blas leher terlihat ketika padi berumur 11 MST dimana semua malai memasuki fase gabah ½ matang. Serangan penyakit blas leher diduga terjadi ketika tanaman mengalami fase pembungaan. Gangguan ini ditandai dengan bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah serta mengakibatkan beberapa malai mengalami kehampaan. Penyakit blas leher disebabkan oleh cendawan
Pyricularia grise. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Varietas yang terserang penyakit ini adalah Inpari 13 dan IPB 4S, namun IPB 4S adalah varietas yang paling tinggi terserang.
Hama Burung menyerang tanaman padi pada fase pemasakan bulir 12-13 MST. Hama ini menyerang padi dengan cara memakan gabah padi di lahan. Pengendalian dilakukan secara manual dengan mengusirnya. Semua varietas mengalami gangguan hama ini, namun varietas Inpari 13 dan Mentik Wangi yang mengalami serangan paling tinggi. Pada fase pemasakan bulir ini terjadi kerebahan pada varietas Mentik Wangi pada setiap ulangan karena angin dan hujan dan pengaruh tinggi tanaman.
Tabel 1 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman
Varietas
8
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 1 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman percobaan, (a) Walang Sangit, (b) Kepik, (c) Wereng Cokelat, (d) Blas Leher, (e) Hawar Daun Bakteri
Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam
Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST, 4 MST, 7 MST, dan 8 MST, jumlah anakan pada umur 3 MST hingga 8 MST, intensitas warna daun dengan SPAD pada 5 MST dan 8 MST, serta jumlah anakan produktif sedangkan bobot kering tajuk menunjukkan hasil sidik ragam yang tidak nyata. Hasil sidik ragam komponen hasil menunjukkan pengaruh nyata dan sangat nyata untuk peubah panjang malai, jumlah gabah permalai, gabah isi, dan gabah hampa, namun tidak nyata untuk bobot seribu butir. Faktor varietas menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot ubinan dan konversi bobot ubinan terhadap gabah kering perhektar sedangkan indeks panen menunjukkan hasil sidik ragam yang tidak berpengaruh nyata.
9 Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas terhadap peubah pengamatan
Peubah Varitas Koefisien Keragaman (%) Tinggi Tanaman (cm)
3 MST ** 2.10
4 MST * 5.44
5 MST tn 4.48
6 MST tn 4.52
7 MST ** 3.78
8 MST ** 3.31
Jumlah Anakan
3 MST ** 5.13
4 MST ** 6.77
5 MST ** 5.30
6 MST ** 4.75
7 MST ** 5.74
8 MST ** 11.76
SPAD
5 MST ** 1.55
8 MST ** 1.93
Bobot Kering Tajuk (gr)
6 MST tn 13.11
8 MST tn 17.59
Panen tn 13.16
Jumlah Anakan Produktif ** 6.45
Komponen Hasil
Panjang Malai (cm) ** 4.41
Jumlah Gabah/Malai * 11.94
Gabah Isi (%) ** 5.96
Gabah Hampa (%) ** 21.60
Bobot 1000 butir (gr) tn 5.42
Bobot Kering Ubinan (kg) * 18.98
Bobot Gabah Kering Ha-1 (Ton) * 18.98
Indeks Panen (gram) tn 7.29
Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
Tinggi Tanaman
10
Tabel 3 Nilai rataan tinggi tanaman padi pada 3 MST- 8MST
Varietas Tinggi Tanaman (cm)
Menurut Siregar (1981) tinggi tananaman padi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tinggi tanaman pendek ( kurang dari 115 cm), sedang (115-125 cm), dan tinggi (lebih dari 125 cm). Berdasarkan hasil penelitian semua varietas termasuk kedalam varietas dengan tinggi tanaman pendek karena kurang dari 115 cm, namun jika melihat deskripsi tanaman varietas dengan tinggi tanaman pendek adalah varietas Inpari 13, Ciherang, Mekongga. Vareietas IPB 4S, Mentik Wangi, Hipa Jatim 2 dapat dikategorikan tanaman dengan tinggi tanaman sedang dengan tinggi tanaman 114-116 cm.
Gambar 2 Perbandingan tinggi tanaman hasil penelitian dengan tinggi tanaman deskripsi setiap varietas
Jumlah Anakan
Hasil rataan jumlah anakan setiap varietas pada umur tanaman 8 MST menunjukkan bahwa varietas Mekongga merupakan varietas yang memiliki anakan tertinggi dengan jumlah anakan 28.30 anakan dan varietas IPB 4S merupakan varietas terendah dengan jumlah anakan 14.93 anakan. Varietas Inpari 13 dan Ciherang menunjukkan nilai rataan yang tidak berbeda nyata dengan
Inpari 13 Ciherang Mekongga IPB 4S Mentik
Wangi
12
Intensitas Warna Daun
Warna daun adalah suatu indikator yang berguna bagi kebutuhan pupuk nitrogen (N) tanaman padi. Petani umumnya menggunakan warna daun sebagai suatu indikator visual dan subjektif bagi kebutuhan tanaman padi akan pupuk N. Jika daun-daun pucat atau hijau kekuningan, para petani menganggap bahwa tanaman memerlukan lebih banyak N. Alat sederhana yang dapat menentukan jumlah khlorofil dalam daun tanaman disebut SPAD-502. Alat ini secara digital mencatat jumlah relatif dari molekul khlorofil, jadi sangat sensitif dan akurat (Gani 2006).
Dobermann and Fairhurst (2000) melaporkan nilai SPAD sebesar 35 bagi daun paling atas yang telah mengembang sempurna digunakan sebagai suatu nilai batas bagi kekurangan N (perlu diberi N) pada padi unggul yang pindah tanam. Berdasarkan pengamatan menggunakan SPAD semua varietas tidak mengalami kekurangan hara N.
Tabel 5 Nilai rataan intensitas warna daun padi berdasarkan skala chlorophyll meter minolta SPAD pada 5 MST, dan 8 MST
Varietas Nilai SPAD
5 MST 8 MST
Inpari 13 39.20bc 41.80b
Ciherang 39.90b 40.76b
Mekongga 38.40cd 40.30b
IPB 4S 41.13a 44.66a
Mentik Wangi 37.67d 37.80c
Hipa Jatim 2 41.36a 41.66b
a
Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5 %
Tabel 5 menunjukkan intensitas warna daun pada pengamatan 5 MST dan 8 MST berbeda sangat nyata pada setiap varietas. Pada umur tanaman 5 MST varietas dengan nilai SPAD tertinggi adalah IPB 4S dan Hipa Jatim 2 dengan nilai masing-masing 41.13 dan 41.36, sedangkan untuk nilai terendah adalah vareitas Mentik Wangi (37.67). Nilai SPAD menunjukkan bahwa semua varietas sudah tercukupi untuk kebutuhan hara N.
13 Bobot Kering Tajuk
Varietas padi memiliki bobot kering tajuk pada 6 MST, 8 MST dan Panen tidak berbeda nyata namun nilai rataan menujukan bahwa terjadi penurunan bobot kering tajuk setelah 8 MST. Penelitian Simangunsong (2013) menjelaskan bahwa bobot kering tajuk antar varietas IPB 3S, Mentik Wangi, Inpari 13 dan Hipa 8 tidak berbeda nyata dari umur tanaman 4 MST hingga tanaman berbunga, namun terjadi penumpukan asimilat pada anthesis dan terjadi penurunan setelahnya hingga tanaman panen.
Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa varietas Inpari 13, Ciherang, Mekongga, dan Mentik Wangi mengalami penurunan bobot kering tajuk pada saat panen, berbeda dengan varietas IPB 4S dan Hipa Jatim 2 yang tidak mengalami penurunan bobot kering tajuk pada saat panen. Data bobot kering tajuk akan lebih baik jika dilengkapi dengan hasil pengamatan bobot kering tajuk ketika berbunga dan 2 MST setelah berbunga. Hal ini ditegaskan oleh Makarim dan Suhartatik (2006) bahwa sejak inisiasi malai, terjadi penumpukan asimilat yang mencapai puncaknya pada antesis (pembungaan) dan setelah itu simpanan tersebut berkurang drastis dan berbanding terbalik dengan bobot gabah yang terus bertambah sejak antesis.
Tabel 6 Bobot kering rata-rata biomassa tajuk padi pada 6 MST, 8 MST, dan Panen
Varietas Bobot Kering Tajuk (gram)
6 MST 8 MST Panen
14
Inpari 13 Ciherang Mekongga IPB 4S Mentik Wangi
Hipa Jatim 2 Anakan Produktif Deskripsi Anakan Produktif Penelitian
Jumlah Anakan Total dan Anakan Produktif
Kemampuan setiap varietas untuk membentuk anakan padi berbeda. Varietas unggul baru (VUB) seperti Inpari 13, Ciherang, Mekongga mampu membentuk anakan yang banyak dengan rataan anakan total masing-masing 17.23 anakan, 16.70 anakan dan 19.40 anakan. Padi tipe baru IPB 4S memiliki kemampuan membentuk anakan yang relatif sedikit (14.76 anakan) dibanding varietas lokal Mentik Wangi (15.60 anakan) namun keduanya tidak berbeda nyata. Padi Hibrida Hipa Jatim 2 memiliki anakan yang cukup tinggi (18.23 anakan) yang tidak berbeda nyata denagn varietas Mekongga dengan jumlah anakan paling tinggi sebanyak 19.40 anakan.
Gambar 5 Jumlah anakan maksimal dan anakan produktif
Gambar 5 menunjukkan bahwa Mekongga adalah varietas dengan anakan produktif tertinggi (17.60 anakan). Jumlah anakan produktif beberapa varietas tidak berbeda nyata seperti Inpari 13 (14.43 anakan), Ciherang (14.80 anakan), Mentik Wangi (13.93 anakan), dan Hipa Jatim 2 (15.26 anakan). IPB 4S adalah varietas dengan anakan produktif yang paling rendah (12.20 anakan). Data menunjukkan kesesuaian dengan deskripsi masing-masing varietas.
Gambar 6 Perbandingan jumlah anakan produktif berdasarkan deskripsi varietas dengan jumlah anakan produktif hasil penelitian
17.23abc 16.70bc
Inpari 13 Ciherang Mekongga IPB 4S Mentik Wangi
16
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah gabah per malai varietas IPB 4S (132.89 gabah malai-1), Hipa Jatim 2 (131.63 gabah malai-1), Ciherang (119.70 gabah malai-1), dan Inpari 13 (115.09 gabah malai-1) tidak berbeda nyata. Jumlah gabah per malai terendah ditunjukkan oleh varietas Mekongga ( 92.01 gabah malai-1 ) dan Mentik wangi (95.34 gabah malai-1). Gabah per malai berkolerasi postif dengan panjang malai (r = 0.562) namun berkolerasi negatif dengan anakan produktif (r = -0.573) dan persentasi gabah isi (r = -0.523). Suatu varietas dengan gabah per malai tinggi disertai dengan panjang malai tinggi akan memiliki hasil gabah kering rendah jika jumlah malai per rumpunnya rendah atau gabah isinya rendah (Abdullah 2009).
Tabel 7 Nilai rataan komponen hasil padi
Varietas rendah dibawah 75% dan gabah hampa tinggi dengan persentase 26.99%-29.66%. ketiga varietas ini berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Ciherang dan Mentik Wangi. Kehampaan yang tinggi (lebih dari 20%) disebabkan karena kemampuan tanaman menyediakan asimilat sangat terbatas, sinks yang banyak tidak terisi atau tidak termanfaatkan karena sources yang terbatas (Makarim et all 2004). Persentase gabah isi berkorelasi negatif dengan panjang malai (r = -0.672) namun berkolerasi dengan bobot 1000 butir (r = 0.515). pada tabel 7 ditunjukkan bobot 1000 butir setiap varietas tidak berbeda nyata, dan berkisar 26.06 g- 28.06 g.
Hasil dan Indeks Panen Padi
17 banyak (115.09 gabah malai-1). Tabel korelasi Inpari 13 (lampiran 9) menunjukkan adanya korelasi positif antara anakan produktif dengan bobot gabah ubinan serta konversi produktivitasnya (r = 1.000 ). Hasil yang tinggi pada varietas Ciherang diduga karena varietas ini memiliki anakan produktif yang cukup tinggi (14.80 anakan) dan bobot 1000 butir yang tinggi (28.06 gram) dan cukup tahan hama dan penyakit, tabel korelasi Ciherang menunjukkan adanya korelasi postif antara anakan produktif dengan bobot 1000 butir (r = 0.998). hasil yang tinggi pada varietas Mekongga diduga karena varietas ini memiliki anakan produktif tinggi (17.60 anakan), persentase gabah isi tinggi (88.73%) dan hasil ubinan yang tinggi (1.26 kg) serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
IPB 4S merupakan varietas dengan hasil ubinan dan produktivitas terendah (0.67 kg/3.00 ton) namun tidak berbeda nyata dengan Mentik Wangi (0.86 kg/3.84 ton) dan Hipa Jatim 2 (0.84 kg/3.72 ton). Hasil yang rendah pada IPB 4S diduga karena varietas ini memiliki jumlah anakan produktif rendah (12.20 anakan), kehampaan yang cukup tinggi (29.66%) dan terserang hama dan penyakit seperti blas leher, hawar daun, wereng cokelat, dan burung. Hasil panen Mentik Wangi rendah diduga karena varietas ini mengalami kerebahan cukup tinggi pada fase pematangan pada seluruh petakannya. Menurut Yoshida (1981) tanaman rebah meyebabkan pembuluh-pembuluh xylem dan floem menjadi rusak sehingga menghambat pengangkutan hara mineral dan fotosintat sehingga banyak menghasilkan gabah hampa atau kerusakan pada malai yang mengakibatkan hasil pada padi rendah. Varietas Hipa Jatim 2 adalah varietas yang mempunyai deskripsi varietas dengan hasil yang tinggi dengan rata-rata hasil 9.3 ton ha-1 dan potensi hasil 10.7 ton ha-1 namun hasil pada penelitian rendah (3.64 ton ha-1), hal ini diduga karena varietas ini memiliki persentase gabah isi rendah (73.00 %) dan serangan penyakit hawar daun, hama pengegerek batang dan hama burung.
Indeks panen merupakan rasio bobot gabah dengan total biomas. Hasil dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan indeks hasil atau meningkatkan produksi bahan kering total (Zapata 1983). Tabel 8 menunjukkan Indeks panen semua varietas tidak berbeda nyata (berada pada kisaran 0.420 – 0.476). hasil indeks panen semua varietas mendekati nilai rataan indeks hasil varietas-varietas unggul. indeks hasil rata-rata untuk varietas-varietas unggul adalah 0.5 (Makarim dam suhartatik 2009). Indeks panen ini sangat dipengaruhi oleh bobot gabah dengan total biomas yang diperoleh oleh masing-masing varietas.
Tabel 8 Hasil dan indeks panen padi
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas varietas unggul baru (VUB) Inpari 13, Ciherang dan Mekongga berkisar antara 4.68 hingga 5.73 ton ha-1. Secara umum produktivitas pada setiap varietas lebih rendah dari deskripsi varietasnya, hal ini diduga karena adanya pengaruh dari curah hujan yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi proses fotosintesis karena penyinaran cahaya matahari yang tidak optimal dan terjadinya serangan hama dan penyakit. Berdasarkan tabel korelasi faktor-faktor tanaman yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah jumlah anakan per rumpun, anakan produktif dan persentasi gabah isi.
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Sularjo. 2008. Perkembangan dan prospek Padi Tipe Baru di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 27 (1):1-8
Abdullah B. 2009. Perakitan dan Pengembangan Varietas Padi Tipe Baru [Internet]. [diunduh pada 2014 september 23]. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_03.pdf Atman, Yardha. 2008. Pengaruh Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Padi Sawah Varietas Batang Lembang. [Internet]. [diunduh pada 2014 Oktober 22]. Tersedia pada : http: // digilib.litbang.deptan.go.id/~jambi/ getiptan. php?src=2008/pros53r.pdf&format=application/pdf
[Balitpa] Balai Penelitian Padi. 2010. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia 2010. [Internet]. [diunduh 2013 November 26]. Tersedia pada : http://www.litbang.deptan.go.id/inpari13.BBPadi10028.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel Luas Panen Produktivitas Tanaman Padi
Seluruh Provinsi. [Internet]. [diunduh 2013 November 26]. Terseda pada : http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik
[Deptan] Departemen Pertanian. 2011. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Direktorat Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian.[diunduh 2013 November 26]:296-299. Tersedia pada : http://www.litbang. deptan.go.id/ special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf
[Deptan] Departemen Pertanian. 2012. Kebijakan Dan Rekomendasi Pengembangan Diversifikasi Pangan (Suatu Program Aksi). [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 21]. Tersedia pada : http: // pascapanen. litbang. Deptan .go.id/assets/media/berita/KEBIJAKAN_DAN_REKOMENDASI_P ENGEMBANGAN_DIVERSIFIKASI_PANGAN.pdf
Dobermann A, Fairhurst T. 2000. Rice : Nutrient Disordes and Nutrient Management. Canada (US): Potash and Phospate Institute
Fauziah A. 2014. Pengembangan Benih dan Varietas Unggul Padi Sawah Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research.
Gunarsih A, Daradjat AA. 2007. Viabilitas kecepatan senesens pada sejumlah genotipe padi sawah serta korelasinya dengan hasil dan komponen hasil.
20
Hoshikawa,K. 1993. Rice Seed, Germination and Seedlings. Di dalam: Matsuo T, Hoshikawa K.1993 Science of The Rice Plant Volume One Morphology.
Tokyo (JP): Food and Agriculture Policy Research Center. hlm 91-132. Las I, Widiarta IN, dan B. Suprihatno. 2004. Perkembangan varietas dalam
perpadian nasional. Di dalam : Makarim AK, editor. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. hlm 1-25.
Makarim AK, Las AM, Fagi, Widiarta IN, Pasaribu D. 2004. Padi Tipe Baru: Budidaya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Subang (ID). Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Makarim AK, Suhartik E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi.[Internet]. Makarim, AK, U.S. Nugraha, U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi
Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya MI. 2006. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.
Miah, MNH, Yoshida T, Yamamoto Y, Nitta Y. 1996. Characteristics of dry matter production and partitioning of dry matter in yielding semi dwarf indica and japonica-indica hybrid rice varieties. J.Crop Sci. 65:672-685 Minarsih A, Prayudi B, Warsito. 2013. Keragaan beberapa varietas unggul baru
padi sawah irigasi dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di kabupaten Klaten. Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura; 2013 Juni [tanggal tidak jelas]; Madura, Indonesia. Madura (ID). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. hlm 582-587
Samaullah MY. 2007. Pengembangan varietas unggul dan komersialisasi benih sumber padi.[Internet]. [diunduh 2013 Desember 3]: 870-872. Tersedia pada :http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2008_p2bn2_27. pdf
Sembiring H. 2007. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 22] : 39-59 . tersedia pada :www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2008_p2bn1_03.pdf Simangunsong M. 2013. Analisis produktivitas beberapa tipe padi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta (ID): Sastra Hudaya.
Suprayogi dan Ismangil. 2004. Laju akumulasi bahan kering, kemampuan serapan N, P, dan Na beberapa varietas padi pada cekaman garam, perlakuan nitrogen, dan phosphat. Agronomika (4)1:11-17.
Suprihatno B, Dradjat A A, Satoto, Baehaki, Widiarta IN, Setyono A, Indrasari SD, Lesmana OS, Sembiring H. 2009. Deskripsi varietas padi. Subang (ID). Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi.
Suprihatno B. 2009. Peta jalan perakitan dan pengembangan varietas unggul hibrida tipe baru menuju sistem produksi padi berkelanjutan.
Pengembangan inovasi pertanian. 2(1):1-13.
21 Zapata FJ. 1983. Rice Anther Culture at IRRI. In Cell and Tissue Culture Techniques for Cereal Crop Improvement. Science Press. Beijing (CH). P. 27-46
Zen S, Zarwan, Bahar H. 2002. Parameter genetik karakter agronomi padi gogo.
22
Lampiran 1 Deskripsi Varietas Inpari 13 INPARI 13
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Hama Penyakit : -Tahan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe 1,2, dan 3
- Agak tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri starin III, IV dan VII, tahan terhadap penyakit Blas ras 033 dan agak tahan terhadap ras 133, 073, dan 173
Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Pemulia : Nafisah, Cucu Gunarsih, Bambang
Suprihatno, Aan A. Daradjat, Trias Sitaresmi, M. Yamin Samaullah
Peneliti : Baehaki SE, Triny SK, Suprihatno, Prihardi Wibowo, Anggia Nasution, Rina Dirgahayu, AA Kamandalu, Akmal, Ali Imron, Zairin Teknisi : Thoyib S, Maman S, Uan DS, Karmita, Meru,
Suwarsa, Dede Munawar
Dilepas tahun : 2010
23 Lampiran 2 Deskripsi Varietas Ciherang
CIHERANG
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Indeks Glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama Penyakit : T -Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
T -Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat
Dilepas tahun : 2000
24
Lampiran 3 Deskripsi Varietas Mekongga MEKONGGA
Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3 Asal persilangan : A2790/2*IR64
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Agak kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl Instansi pengusul : Balitpa dan BPTP Sultra
Pemulia : Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan Sahardi
Tim peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
Teknisi : M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D., S. Toyib S. M., Edi S. MK, M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.
Dilepas tahun : 2004
25 Lampiran 4 Deskripsi Varietas IPB 4S
PADI IPB 4S
Nomor silsilah : IPB97-F-20-2-1
Asal persilangan : IPB6-d-10s-1-1-1/Fatmawati
Golongan : Cere
Ketahanan terhadap hama : Agak rentan terhadap wereng coklat Biotipe 1,2, dan 3.
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap blas ras 033 dan ras 073, agak tahan terhadap HDB ras III.
Anjuran tanam : Lahan irigasi dan tadah hujan, 0 – 600 m dpl. Pemulia : Hajrial Aswidinnoor, Willy Bayuardi S., Desta
Wirnas, dan Yudiwanti WE Kusumo
Peneliti : Toni Eka Putra, Sutardi, Titiek Ismaryati, Asep Suryana, Said Gatta, Winda Halimah, Deni Hamdan Permana, Sumiyati, Baehaki SE, dan Triny S. Kadir.
Teknisi : Adang, Jaenal, Suti’ah, Jumisnan, Joko Mulyono, Sulaeman, Rohana, Iroh, Siti Nurmah, Odah, Robiah
Pengusul : Institut Pertanian Bogor
26
Lampiran 5 Deskripsi Varietas Mentik Wangi MENTIK WANGI
Nomor aksesi : 1754
Provinsi asal : Jawa Tengah
Kabupaten : Magelang
Umur tanaman : 125 hari
Tinggi tanaman : 114 cm
Anakan produktif : 14
Warna kaki : Kuning emas
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Putih
Warna daun : Hijau
Muka daun : Tidak berambut
Posisi daun bendera : Mendatar Panjang daun bendera : 30.8 cm Lebar daun bendera 1.6 cm
Bentuk gabah : Gemuk pipih
Warna gabah : Kuning bersih
Bobot 1000 butir : 18 gram
27 Lampiran 6 Deskripsi Varietas Hipa Jatim 2
HIPA JATIM 2
Nomor seleksi : H175
Asal seleksi : CMS A1/PK88
Umurtanaman : ±119 harisetelahtanam
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggitanaman : ±116 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuningjerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 21,5%
Rata –rata hasil : 9,3 t/haGKG
Potensi hasil : MK 10,9 t/haGKG
MH10,7 t/haGKG Ketahanan terhadap
•Hama : Agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 •Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe III, rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV danVIII, rentan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Tidak dianjurkan ditanam didaerah endemik hama dan penyakit utama padi
Pemulia : Satoto, Murdhani Direja, Sudibyo T. W Utomo, Yuni Widyastuti, dan Indrastuti Apri Rumanti
Dilepas tahun : 2011
Lampiran 8 Tabel hasil uji korelasi antar peubah terhadap komponen produksi
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.708**
Bobot kering tajuk -0.127tn -0.065tn
Anakan produktif -0.658** 0.500* 0.139tn
Panjang malai 0.661** -0.833** -0.013tn -0.545*
Bobot 1000 butir -0.137tn 0.396tn -0.287tn 0.096tn -0.325tn
Persentase gabah isi -0.423tn 0.529* -0.245tn 0.383tn -0.672** 0.515*
Gabah per malai 0.121tn -0.423tn 0.174tn -0.573* 0.562* -0.315tn -0.523*
Indeks Panen -0.529* 0.288tn -0.229tn 0.104tn -0.249tn 0.028tn 0.193tn 0.256tn
Bobot gabah ubinan -0.663** 0.671** -0.034tn 0.497* -0.644** 0.377tn 0.707** -0.333tn 0.296tn Hasil ton per hektar -0.663** 0.671** -0.035tn 0.497* -0.644** 0.376tn 0.707** -0.333tn 0.296tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
2
Lampiran 9 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas Inpari 13
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.089tn
Bobot kering tajuk 0.439tn -0.934tn
Anakan produktif -0.850tn -0.448tn 0.099tn
Panjang malai -0.726tn 0.749tn -0.937tn 0.256tn
Bobot 1000 butir -0.187tn 0.995tn -0.965tn -0.358tn 0.811tn
Persentase gabah isi -0.980tn -0.109tn -0.253tn 0.938tn 0.576tn -0.011tn
Gabah per malai -0.973tn 0.316tn -0.634tn 0.706tn 0.865tn 0.408tn 0.908tn
Indeks Panen -0.996tn -0.000tn -0.358 0.894tn 0.662tn 0.099tn 0.994tn 0.949tn
Bobot gabah ubinan -0.863tn -0.427tn 0.076tn 1.000* 0.279tn -0.336tn 0.946tn 0.723tn 0.904tn Hasil ton per hektar -0.863tn -0.427tn 0.076tn 1.000* 0.279tn -0.336tn 0.946tn 0.723tn 0.904tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
3 Lampiran 10 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas Ciherang
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.661tn
Bobot kering tajuk 0.476tn 0.346tn
Anakan produktif -0.962tn 0.430tn -0.698tn
Panjang malai 0.976tn -0.808tn 0.237tn -0.879tn
Bobot 1000 butir -0.942tn 0.369tn -0.744tn 0.998* -0.846tn
Persentase gabah isi 0.009tn -0.756tn -0.875tn 0.265tn 0.226tn 0.329tn
Gabah per malai 0.610tn 0.191tn 0.987tn -0.804tn 0.424tn -0.841tn -0.787tn
Indeks Panen 0.517tn 0.300tn 0.999* -0.732tn 0.319tn -0.775tn -0.851tn 0.994tn
Bobot gabah ubinan 0.482tn -0.976tn -0.541tn -0.224tn 0.661tn -0.159tn 0.880tn -0.400tn -0.500tn Hasil ton per hektar 0.480tn -0.976tn -0.543tn -0.222tn 0.659tn -0.159tn 0.882tn -0.402tn -0.502tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
4
Lampiran 11 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas Mekongga
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun 0.417tn
Bobot kering tajuk -0.412tn -1.000**
Anakan produktif -0.877tn -0.803tn 0.799tn
Panjang malai -0.128tn -0.955tn 0.956tn 0.589tn
Bobot 1000 butir 0.983tn 0.241tn -0.236tn -0.772tn 0.058tn
Persentase gabah isi 0.053tn 0.930tn -0.932tn -0.950tn -0.997* -0.133tn
Gabah per malai 0.684tn 0.948tn -0.947tn -0.950tn -0.811tn 0.537tn 0.765tn
Indeks Panen -0.979tn -0.593tn 0.589tn 0.956tn 0.327tn -0.924tn -0.255tn -0.818tn
Bobot gabah ubinan 0.204tn -0.805tn 0.808tn 0.292tn 0.945tn 0.382tn -0.967tn -0.575tn 0.000tn Hasil ton per hektar 0.204tn -0.805tn 0.808tn 0.292tn 0.945tn 0.382tn -0.967tn -0.575tn 0.000tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
5 Lampiran 12 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas IPB 4S
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.512tn
Bobot kering tajuk -0.532tn 1.000*
Anakan produktif -0.755tn 0.950tn 0.957tn
Panjang malai 0.722tn -0.964tn -0.970tn -0.999*
Bobot 1000 butir 0.494tn 0.494tn 0.473tn 0.198tn -0.245tn
Persentase gabah isi 0.367tn -0.987tn -0.983tn -0.888tn -0.909tn -0.627tn
Gabah per malai 0.667tn -0.981tn -0.986tn -0.992tn 0.997* -0.318tn 0.938tn
Indeks Panen -0.023tn -0.847tn -0.834tn -0.639tn 0.675tn -0.881tn 0.921tn 0.729tn
Bobot gabah ubinan 0.005tn -0.861tn -0.849tn -0.660tn 0.695tn -0.867tn 0.932tn 0.748tn 1.000* Hasil ton per hektar 0.009tn -0.863tn -0.851tn -0.663tn 0.698tn -0.865tn 0.933tn 0.750tn 1.000* Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
6
Lampiran 13 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas Mentik Wangi
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.087tn
Bobot kering tajuk -0.822tn 0.639tn
Anakan produktif -0.686tn -0.666tn 0.149tn
Panjang malai -0.906tn 0.500tn 0.986tn 0.313tn
Bobot 1000 butir -0.899tn 0.515tn 0.988tn 0.297tn 1.000*
Persentase gabah isi -1.000* 0.106tn 0.833tn 0.672tn 0.914tn 0.907tn
Gabah per malai -0.885tn -0.386tn 0.463tn 0.945tn 0.606tn 0.592tn 0.876tn
Indeks Panen 0.718tn -0.756tn -0.987tn 0.015tn -0.945tn -0.950tn -0.731tn -0.312tn
Bobot gabah ubinan -0.926tn 0.457tn 0.976tn 0.359tn 0.999* 0.998* 0.933tn 0.643tn -0.928tn Hasil ton per hektar -0.926tn 0.455tn 0.976tn 0.361tn 0.999* 0.998* 0.933tn 0.645tn -0.927tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
7 Lampiran 14 Tabel hasil uji korelasi antar peubah pada varietas Hipa Jatim 2
Karakter Pengamatan
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun
Bobot kering tajuk (g)
Anakan produktif
Panjang malai
Bobot 1000 butir (g)
Persentase gabah isi
Gabah per malai
Indeks Panen Jumlah anakan per rumpun -0.625tn
Bobot kering tajuk -0.308tn 0.935tn
Anakan produktif 0.094tn 0.718tn 0.918tn
Panjang malai -0.010tn -0.774tn -0.948tn -0.996tn
Bobot 1000 butir 0.791tn -0.972tn -0.826tn -0.535tn 0.604tn
Persentase gabah isi -0.503tn -0.360tn -0.667tn -0.908tn 0.869tn 0.131tn
Gabah per malai -0.774tn -0.000tn -0.364tn -0.703tn 0.641tn -0.224tn 0.937tn
Indeks Panen -0.191tn -0.646tn -0.875tn -0.995tn 0.983tn 0.450tn 0.945tn 0.770tn
Bobot gabah ubinan -0.159tn 0.870tn 0.988tn 0.968tn -0.986tn -0.730tn -0.773tn -0.502tn -0.939tn Hasil ton per hektar -0.169tn 0.875tn 0.990tn 0.965tn -0.984tn -0.737tn -0.766tn -0.493tn -0.935tn Keterangan : *) nyata pada taraf 5% ; **) nyata pada taraf 1% ; tn) tidak nyata
8
Lampiran 15 Petak percobaan di kebun percobaan Muara
U
Saluran Irigasi Keterangan :
V = Varetas U = Ulangan
V1U1 V3U1 V5U1 V2U1 V6U2 V4U1
Ulangan 1
V5U2 V2U2 V4U2 V6U2 V3U2 V1U2
Ulangan 2
V4U3 V6U3 V3U3 V1U3 V5U3 V2U3
Ulangan 3
ABSTRAK
ASEP HAMBALI. Evaluasi Produktivitas Beberapa Varietas Padi. Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS.
Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai Juni 2014 dan dilaksanakan di Balai Penelitian Padi Muara, Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas beberapa varietas padi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu varietas yang terdiri dari 6 varietas. Varietas yang digunakan adalah varietas unggul baru (Inpari 13, Ciherang, Mekongga), padi tipe baru (IPB 4S), varietas lokal (Mentik Wangi), dan varietas hibrida (Hipa Jatim 2). Masing-masing varietas diulang sebanyak tiga kali sehingga terbentuk 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum varietas unggul (VUB) Inpari 13, Ciherang dan Mekongga memiliki produktivitas lebih tinggi dari varietas yang lain (lokal, PTB, hibrida). Produktivitas VUB berkisar antara 4.59 hingga 5.62 ton ha-1. Hasil produktivitas ketiga VUB ini dipengaruhi oleh komponen hasilnya yaitu anakan produktif, bobot 1000 butir, persentase gabah isi dan ketahanan terhadap hama penyakit.
Kata kunci : varietas padi, komponen hasil, produktivitas.
ABSTRACT
ASEP HAMBALI. Evaluation of Productivity on Several Rice Varieties. Supervised by ISKANDAR LUBIS
The research was conducted during February to June 2014 in Muara Rice Research Institute, Bogor. The purpose of this study was to determine the factors that affect the productivity of some rices varieties The design used was a randomized complete design group with one factor consists of 6 varieties. The varieties used were high yielding varieties (Inpari 13, Ciherang, Mekongga), a new plant type of rice (IPB 4S), local variety (Mentik Wangi), and hybrid variety (Hipa Jatim 2). Each variety was replicated of three. The results showed that in general, high yielding varieties (VUB) Inpari 13, Ciherang and Mekongga have higher productivity than other varieties (local, PTB, hybrid). VUB Productivity ranged from 4.59 to 5.62 tons per hectare. The results of the three VUB productivity was influenced by yield components such as number of productive tillers, 1000 grain weight, percentage of filled grain and resistance to pests and diseases.
4
Faktor yang Mempengaruhi Daya Hasil Padi
Komponen hasil seperti jumlah anakan, panjang malai, jumlah bulir per malai dan bobot bulir per malai dapat menunjukkan angka produktivitas padi. Menurut Suprayogi dan Ismangil (2004) daya hasil suatu genotipe tanaman dapat dideterminasi dengan melihat kemampuan fotosintesis dan metabolisme tanaman. Laju asimilasi erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Investasi hasil asimilasi dalam pertumbuhan tanaman selama periode vegetatif menentukan produktivitas tanaman.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Balai Penelitian Padi Muara, Bogor, Jawa Barat. Lokasi tersebut terletak pada ketinggian 250 mdpl dengan jenis tanah latosol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Juni 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 3 varietas padi sawah unggul baru (VUB), 1 varietas tipe baru (PTB), 1 varietas hibrida, dan 1 varietas lokal. Benih padi VUB dan Hibrida didapatkan dari BB Padi Sukamandi, Subang. Benih PTB dan Lokal didapatkan dari Departemen AGH, IPB. Varietas yang digunakan adalah Inpari 13, Ciherang, Mekongga (Varietas Unggul Baru), IPB 4S (Padi Tipe Baru), Mentik Wangi (Varietas Lokal), Hipa Jatim (Varietas Hibrida). Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea (250 kg/ha), pupuk SP-36 (150 kg/ha), pupuk KCl (150 kg/ha), Phonska (300 kg/ha) dan pestisida jika terjadi serangan hama dan penyakit. Alat yang akan digunakan adalah hand tractor, cangkul, garu, sabit, meteran, soil plant analysis development (SPAD), moisture tester, knapshake sprayer, alat panen dan mesin perontok padi.
Rancangan Percobaan Penelitian
Penilitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Perlakuan dalam percobaan ini terdiri atas satu faktor tunggal, yaitu varietas padi sawah. Faktor ini terdiri atas enam taraf varietas padi sawah, yaitu Inpari 13 (V1), Ciherang (V2), Mekongga (V3), IPB 4S (V4), Mentik Wangi (V5), HIPA Jatim 2 (V6). Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga didapatkan 18 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan yang berukuran 5 m × 5 m dengan jarak tanam 25 cm × 25 cm.
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007) :
5 keterangan:
Yij : respon/nilai pengamatan pada varietas ke-i, ulangan ke-j
µ : rataan umum
αi : pengaruh varietas ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6)
βj : pengaruh ulangan ke-j (1, 2, 3)
εij : pengaruh galat percobaan pada varietas ke-i, ulangan ke-j
Data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil padi dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam), jika hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter yang diuji dan mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan atau pengaruh pada variabel yang lain.
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor. Sebagian lahan digunakan sebagai tempat persemaian dengan beberapa varietas. Pemupukan dilakukan pada saat bibit berumur 5 hari setelah semai (HSS) dengan pupuk urea 10 g/m2. Bibit siap dipindahkan dan ditanam setelah berumur 21 HSS pada petak berukuran 5 m × 5 m. Jumlah bibit per lubang tanam yaitu tiga bibit dengan jarak tanam 25 cm × 25 cm. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam (HST).
Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 7 HST, pemupukan kedua saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST), dan pemupukan ketiga saat tanaman berumur 7 MST. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan seluruhnya pada pemupukan pertama sedangkan pupuk Urea diberikan tiga kali, yaitu 30 % pada pemupukan pertama, 40 % pada 4 MST dan 30 % pada 7 MST.
Pemeliharaan meliputi pengambilan keong mas, penyiangan gulma, pengaturan air, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pemanenan dimulai ketika malai telah menguning kurang lebih 90 %. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang menggunakan arit/sabit. Padi yang telah dipanen kemudian dirontok dengan cara dibanting dan menggunakan perontok sederhana.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada sepuluh tanaman contoh per petak dengan komponen yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi yang diamati mulai 3 MST hingga 8 MST dengan menggunakan meteran. 2. Jumlah anakan yang diamati mulai 3 MST sampai 8 MST.
3. Jumlah anakan total dan anakan produktif yang dihitung pada saat panen. 4. Bobot kering tajuk diamati pada saat tanaman berumur 6 MST, 8 MST,
6
5. Warna daun dan pendugaan kandungan klorofil diamati pada 5 MST, dan 8 MST dengan menggunakan SPAD pada daun teratas yang telah membuka sempurna.
6. Pengamatan komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir gabah isi dengan kadar air 14 %, persentase gabah isi dan gabah hampa pada setiap malai sampel.
7. Dugaan hasil per hektar dengan menghitung produktivitas ubinan (1.5 m x 1.5 m) dikonversikan ke hektar.
8. Indeks panen diperoleh dari perbandingan antara bobot gabah kering dengan bobot biomas total.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Balai Penelitian Padi Muara, Bogor. Kondisi lahan berjenis tanah Latosol dengan ketinggian 250 mdpl, dan beririgasi teknis. Curah hujan selama percobaan berkisar antara 337-511 mm/bulan, suhu minimum (23.1o-23.6o C) dan maksimum (29.7o-31.5o C) dari bulan Februari 2014 sampai April 2014 (Stasion Klimatologi Dramaga Bogor 2014). Kisaran suhu dan kelembaban yang tinggi mendukung perkembangan hama dan penyakit seperti hawar daun terutama pada saat tanaman dalam fase vegetatif (3 MST- 8 MST). Serangan Blas leher, penggerek batang, walang sangit, kepik hijau, dan hama burung muncul di awal fase reproduktif hingga fase pematangan ( 9 MST-Panen). Suhu, radiasi surya dan curah hujan mempengaruhi hasil padi secara langsung yang melibatkan produksi gabah bernas, dan tidak langsung mendukung hama dan penyakit ( Yoshida 1981)
Hama yang menyerang tanaman adalah keong mas, penggerek batang, kepik hijau, wereng cokelat, walang sangit dan burung. Hama keong mas (Pomacea canaliculata L.) menyerang tanaman padi pada 1-2 MST. Hama keong mas dikendalikan dengan cara mengeringkan lahan, mengambil secara manual dan membuat parit disekeliling petakan.
Pengendalian gulma dilakukan ketika gulma sudah cukup besar dan sebelum melakukan pemupukan (4 MST dan 6 MST). Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut secara manual. Gulma yang paling dominan tumbuh di lahan adalah gulma berdaun lebar. Gulma yang mengganggu tanaman tidak terlalu tinggi karena lahan tergenangi secara teratur. Lahan yang paling banyak ditumbuhi gulma adalah lahan V4 (IPB 4S). Hal ini diduga karena pertanaman pada lahan varietas IPB 4S tidak terlalu rimbun.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas beberapa varietas padi.
Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor tanaman yang mempengaruhi produktivitas padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Padi
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia dan merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Tanaman padi termasuk ke dalam famili Poaceae (Gramineae). Spesies padi yang banyak dibudidayakan adalah Oryza sativa L. dan Oryza glaberrima L.
Oryza sativa L. terdiri atas dua sub spesies, yaitu japonica dan indica. Oryza sativa sub spesies japonica memiliki ciri biji yang berbentuk bulat, lebar dan tebal, berdaun warna hijau tua dan sempit serta ada yang memiliki bulu panjang dan ada yang tidak berbulu sedangkan Oryza sativa sub spesies indica memiliki daun sempit dan biji tipis dan ramping, umumnya tidak berbulu (Matsuo dan Hoshikawa 1993).