• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA

KABUPATEN SIMALUNGUN

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan

(4)
(5)

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

(6)

iv ABSTRACT

The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.

The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.

The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.

From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.

(7)

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “ Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa

Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun ” sebagai salah

satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, Anggap

Habeahan dan Sriani, kepada kakak terbaik Sri Mariati Habeahan S.Pd dan

Camelia Habeahan yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta

motivasi, inspirasi dan dukungan materil bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis

mengucapakn terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Kepala Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

(8)

vi

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak persiapan

hingga skripsi ini diselesaikan.

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak

persiapan hingga skripsi ini diselesaikan

5. Ibu Asfriyati SKM, M.kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD dan ibu Dra. Jumirah, Apt, M.kes selaku

dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan demi

penyusunan skripsi yang lebih baik

7. Seluruh dosen dan staf pengawai FKM USU khususnya Depatemen Gizi

Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis menyelesaikan

skripsi ini, dan kepada abangda Marihot Samosir S.T yang banyak membantu

penulis dalam hal administrasi.

8. Bapak wardiono S.Sy dan ibu Eni Susrini serta Masyarakat Desa Maligas

Tongah yang telah berpartisipasi, meluangkan waktu selama melakukan

penelitian.

9. Drs. Ali Muda L.Tobing serta seluruh keluarga besar terimakasih atas doa dan

dukungan yang diberikan.

10.Desi Ratna Sari, Effi Janiarti, Dian Fifit Sundari, Ranika Harahap terimakasih

(9)

12.Ismail Husin Tanjung S.T terima kasih atas motivasi, dukungannya, kesabaran

dan kebersamaannya semoga selalu terjaga.

13.Terima kasih kepada GAMADIKSI USU : Kk Tami, Blisa, Nizalia, Mentari,

Ary, Reza S, Gantara, Reza N, Adzri, Syahputra, Rifal atas dukungan dan

kebersamaan selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat:

Mariana, Rini, Chintya, Siti SP, Nuhalis, Ika, Nita, Rosalyn, Kamal, Ira, kak

Anggi, kak Yuni. Untuk teman-teman di FKM: Anis, Atika, Syahraeni, dan

seluruh Stambuk 2010 reguler.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan, waktu,

maupun kemampuan penulis. Meskipun demikian penulis mengharapkan skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan bagi semua pihak yang

membaca skripsi ini serta bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agusutus 2015 Penulis

(10)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1 Ketahanan Pangan ... 8

2.1.1 Subsistem Ketahanan Pangan... 11

2.2 Konsumsi Pangan ... 12

2.3 Pengeluaran Pangan ... 14

2.4 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi ... 16

2.5 Kerangka Konsep ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 20

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4.1 Data Primer ... 21

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional ... 22

3.6 Aspek Pengukuran ... 23

3.7 Pengolahan Data ... 26

3.8 Analisis Data ... 27

(11)

4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan ... 34 4.4.2 Tingkat Kecukupan Energi Rata-rata

Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.4.3 Tingkat Kecukupan Protein Rata-rata

Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.5 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Pendapatan Kepala Rumah Tangga ... 36 4.5.1 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 36 4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga... 37 4.5.3 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendapatan ... 37 4.5.4 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota keluarga ... 38 4.5.5 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 39 4.5.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga ... 40 4.5.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 40 4.5.1 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

BerdasarkanPendidikan Kepala Keluarga ... 41

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi ... 42 5.2 Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Petani Padi ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 50 6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 10

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 28

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 29

Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas

Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 30

Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32

Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 34

Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 35

Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

(13)

Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 37

Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 38

Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39

Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39

Tabel 4.16 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 40

Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 41

Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

(15)

Lampiran III Output Hasil Pengolahan Data ... 73

Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian ... 82

Lampiran VI Surat Keterangan selesai Penelitian ... 83

(16)

xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Entywe Habeahan

Tempat Lahir : Bangun Pardamean

Tanggal Lahir : 22 Nopember 1992

Suku Bangsa : Batak Pakpak

Agama : Islam

Nama Ayah : Anggap Habeahan

Suku Bangsa Ayah : Batak Pakpak

Nama Ibu : Sriani

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 094136 Pamatang Sidamanik : Tahun 1999-2005

2. MTs Swasta Khairatul Islamiyah Pematangsiantar : Tahun 2005-2007

3. MA swasta Al Washliyah Pematangsiantar : Tahun 2007-2010

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Tahun 2010-2015

Universitas Sumatera Utara

(17)

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

(18)

iv ABSTRACT

The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.

The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.

The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.

From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaan

pangan harus dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk

pemenuhan aspirasi humanistisk masyarakat, yaitu hidup maju, mandiri, dalam

suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai angka

237.556.363 jiwa (BPS, 2012). Jumlah penduduk dunia akan terus bertambah

diperkirakan akan mencapai 9 milyar dalam rentang 8 – 10,5 milyar jiwa pada

tahun 2050 (NGI, edisi januari 2011). Dengan demkian ada tambahan pangan

setiap tahun untuk mencukupi pertumbuhan penduduk. Sebagaimana dalam

Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang pangan dimana, pemerintah

berkewajiban memenuhi kebutuhan pangan dan menyediakan pangan dalam

jumlah yang cukup, bermutu dan bergizi layak, aman dan merata serta terjangkau

oleh setiap rumah tangga.

Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya

ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Dalam

Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, defenisi ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari

ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan

(20)

2

Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari 3

(tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3)

konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah)

dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi pada daerah tersebut.

Sedangkan secara mikro (tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh

kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian.

Konsumsi pangan secara lansung berpengaruh pada status gizi. Terkait dengan hal

tersebut, permasalahan yang sering dihadapi di dalam suatu negara tidak hanya

mencakup ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk,

tetapi juga mencakup masalah belum terpenuhinya kecukupan gizi (Baliwati,

2004).

Manusia membutuhkan pangan baik dalam jumlah (kuantitas) maupun

mutu (kualitas). Jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi merupakan salah satu

hal penting untuk pembentukan kualitas manusia. Semakin beragam dan

berkualitas pangan yang dikonsumsi, maka akan menambah asupan gizi yang

diterima oleh tubuh.

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012, norma

kecukupan energi sebesar 2150 kkal/orang/hari dan protein sebesar 57

gr/orang/hari. Angka nasional untuk rata-rata konsumsi energi dan protein pada

tahun 2013 penduduk pedesaan dibawah standar yakni sebesar 1852,82 kkal dan

rata-rata konsumsi protein sebesar 50,80 gram, yang artinya angka konsumsi

energi dan protein penduduk pedesaan masih dibawah angka konsumsi energi dan

(21)

Pangan dan gizi merupakan dua unsur yang saling berkaitan dalam

meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas hidup manusia. Penyediaan

pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan serta dapat dijangkau oleh

masyarakat. Status gizi seseorang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pangan

yang dikonsumsi oleh seseorang karena setiap pangan memiliki nilai gizi yang

berbeda-beda. Status gizi yang baik dapat mencerminkan baik atau buruknya

ketahanan pangan suatu rumah tangga (Amaliyah, 2011).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga

yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman, dan bergizi dalam

memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari untuk dapat hidup aktif dan sehat.

Menurut Jonsson dan Toole terdapat empat tingkatan ketahanan pangan tingkat

rumah tangga, yaitu: 1) rumah tangga tahan pangan, 2) rumah tangga rentan

pangan, 3) rumah tangga kurang pangan, dan 4) rumah tangga rawan pangan

(Rumalean dkk, 2011).

Penentuan tingkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga

memerlukan beberapa faktor utama yaitu askes (fisik dan ekonomi) terhadap

pangan, ketersediaan pangan dan risiko yang terkait dengan askes serta

ketersediaan pangan (Purwantini dkk, 2000). Banyak metode yang dijadikan

indikator dalam mengukur derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Salah

satu indikator ketahanan pangan yang mengukur ketahanan pangan rumah tangga

yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole yaitu tingkat pengeluaran pangan dan

(22)

4

Tingkat pengeluaran pangan merupakan salah satu indikator yang

digunakan dalam menganalisis ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat

pengeluaran pangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk makanan oleh suatu

rumah tangga dalam waktu setiap bulannya dan membandingkan dengan total

pengeluaran sebulan. Semakin besar tingkat pengeluaran pangan berarti ketahanan

pangan suatu rumah tangga semakin kurang. Semakin tinggi kesejahteraan

masyarakat suatu negara, maka besar tingkat pengeluaran rumah tangga semakin

kecil. Semakin rendah kesejahteraan masyarakat suatu negara, maka tingkat

pengeluaran semakin besar (Amaliyah, 2011).

Menurut penelitian Ariani dan Handewi (2003) faktor akses merupakan

penyebab masalah pada rumah tangga di Indonesia menjadi rentan pangan

sebanyak 47,3%. Rumah tangga rentan pangan dilihat dari tingkat pengeluaran

pangan sebesar lebih dari 60% dan konsumsi energi lebih dari 80% kecukupan

energi yang ditentukan.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, secara

garis besar persentase pengeluaran masyarakat Kabupaten Simalungun berasal

dari konsumsi pangan. Pada tahun 2013 persentase pengeluaran untuk makanan

sebesar 56,55%, angka persentase pengeluaran untuk makanan masih lebih besar

dari persentase pengeluaran untuk makanan penduduk perdesaan secara nasional

sebesar 54,68%. Dapat dilihat pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sangat

besar dibandingkan pengeluaran rumah tangga bukan untuk konsumsi.

Kabupaten Simalungun memiliki 31 kecamatan satu diantaranya adalah

(23)

mempunyai produksi padi sawah terbesar sebanyak 51.527 dari pada

kecamatan-kecamatan yang lain. Dimana, jumlah beras yang dihasilkan oleh Kabupaten

Simalungun sebanyak 440.992 ton. (BPS, 2013).

Rumah tangga petani umumnya adalah masyarakat pedesaan yang

menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penelitian yang dilakukan oleh

Mustofa (2012), Rumah tangga miskin di Yogyakarta sebanyak 51,5%

menggantukan hidupnya dengan bekerja pada usaha pertanian.

Berdasarkan survei pendahuluan Desa Maligas Tongah merupakan desa

penghasil padi terbesar terbesar sebanyak 2.752 ton di Kecamatan Tanah jawa.

Desa Maligas Tongah terbagi atas empat dusun, dusun pertama mayoritas suku

batak sedangkan 3 dusun mayoritas suku jawa. Data penduduk untuk desa

Maligas Tongah pada tahun 2014 sebanyak 2413 orang dengan jumlah keluarga

keluarga tani sebanyak 359 keluarga dan kebanyakan penduduk yang bekerja

sebagai petani. Petani di Desa maligas Tongah banyak yang menjual padi yang

dihasilkan kepada para tengkulak yang dilakukan setelah panen selesai. Menurut

ketua penyuluh pertanian lapangan di Desa Maligas Tongah ada juga petani hanya

mengambil 20% dari hasil panen. Pendapatan petani di ukur dari berapa ton padi

yang dihasilkan selama masa panen. Pendapatan yang dihasilkan oleh penggarap

dan buruh tani akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemilik lahan dikarenakan

upah yang diterima melihat hari kerja. Ketika terjadi ketidakstabilan pendapatan,

keluarga tani hanya dapat belanja sesuai dengan keadaan pendapatan (BPS, 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan pada survei pendahuluan, kurangnya

(24)

6

bulan oleh masyarakat desa maligas tongah tidak menjadikan mereka membatasi

pengeluaran konsumsi pangan. Banyaknya makanan berkalori tinggi dijual dengan

harga murah di daerah desa maligas tongah misalnya, bakso, misop, lontong,

bakso kojay, dan jajanan pasar lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku

konsumsi pangan masyarakat di Desa Maligas Tongah.

Banyaknya produksi yang dihasilkan belum tentu dapat memenuhi

ketersediaan pangan yang cukup sehingga belum dapat mencerminkan ketahanan

pangan rumah tangga. Tingginya tingkat pendapatan suatu rumah tangga petani

maka semakin besar rumah tangga petani memperoleh pangan yang baik sehingga

kesejahteraan terjamin. Banyakanya pendapatan yang rendah akan mengakibatkan

buruknya kondisi pangan rumah tangga sehingga besarnya pendapatan akan

dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi untuk pangan. Tingginya tingkat

pengeluaran untuk pangan mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang rendah.

Kenyataan ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan

Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran ketahanan pangan rumah tangga petani

(25)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan

Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengeluaran pangan rumah tangga petani padi

perbulan.

2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan konsumsi energi rata-rata rumah

tangga petani padi.

3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan protein rata-rata rumah tangga

petani padi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, khususnya kepala desa dan perangkat desa dapat

dijadikan sumber pemikiran dalam pengambilan keputusan bidang pangan

dan gizi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari

ketahanan pangan rumah tangga khusunya daerah Desa Maligas Tongah

Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini didijadikan sumber referensi dalam

penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi sebagai masukan

(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ketahanan Pangan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa

ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercemin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dan jumlah maupun mutu,

aman, merata, dan terjangkau. Menurut Tim Penelitian-LIPI (2004), berdasarkan

defenisi ketahanan pangan dari FAO dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang

mengadopsi defenisi FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai

kondisi ketahanan pangan yaitu : 1) kecukupan ketersediaan pangan, 2) stabilitas

ketersediaan pangan tanpa fluktasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun,

3) aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta 4) kualitas/keamanan

pangan.

Konsep ketahanan pangan lazimnya memenuhi lima syarat utama, yaitu

ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan, stabilitas pangan serta

status gizi. Ketersediaan pangan merupakan syarat yang menunjukkan bahwa

pangan tersebut tersedia dalam jumlah cukup, aman dan bergizi untuk semua

orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor,

cadangan pangan maupun bantuan pangan, dimana pangan tersebut juga harus

mampu mencukupi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kebutuhan yang aktif

dan sehat (Soemarno, 2010).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002, ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari

(27)

terjangkau. Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari

3 (tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3)

konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah)

dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi. Sedangkan secara mikro

(tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga

memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian (Baliwati, 2004).

Ketahanan pangan rumah tangga sebagaimana rumusan Internasional

Congres of nutrition (ICN)) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992

mendefenisikan ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah

tangga untuk memenuhi kecukupan pangan dan anggotanya dari waktu kewaktu

agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiataan sehari-hari. Dalam

sidang Committee on World Food Security 1995, persyaratan harus diterima oleh

budaya setempat memperluas defenisi ketahanan pangan (Suhadi Purwantoro,

2009).

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah kemampuan sebuah

keluarga untuk cukup satu tahun dalam hal pangan untuk menjamin kecukupan

intake makanan bagi seluruh anggota keluarga. Ketahanan pangan merupakan

konsep yang multidimensi, meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi dari

produksi, distribusi konsumsi dan status gizi (Sukandar dkk, 2006)

Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis

dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan

ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga

(28)

10

Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang

sifat sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada

ketidakstabilan harga pangan, produksi dan pendapatan (setiawan 2004).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga

yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman dan bergizi dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk dapat hidup sehat dan aktif. Jonsson and

Toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000) mengenai metode pengukuran

ketahanan pangan rumah tangga yang menggabungkan dua indikator yaitu tingkat

pengeluaran pangan dan konsumsi energi rata-rata keluarga. Batasan untuk

konsumsi energi rata-rata keluarga adalah 80%, sedangkan batasan tingkat

pengeluaran pangan adalah 60% dari total pengeluaran. Indikator tersebut dapat di

lihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rendah

(≤ 60% Pengeluaran Total)

Tinggi (> 60% Pengeluaran

Total) Cukup

(> 80% kecukupan energi rata-rata)

1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan

Kurang

(≤ 80% kecukupan energi rata-rata Keluarga)

3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan

Sumber : Jonsson and toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000)

Tabel di atas menjelaskan bahwa ada empat tingkatan dalam menilai

ketahanan pangan rumah tangga yaitu: rumah tangga tahan pangan, rumah tangga

rentan pangan, rumah tangga kurang pangan, dan rumah tangga rawan pangan.

Selain itu, dianggap penting untuk mengetahui mengenai karakteristik dari rumah

(29)

2.1.1Sistem Ketahanan Pangan

Secara umum, ketahanan pangan mencakup empat aspek, yakni kecukupan (sufficiency), akses (access, keterjaminan (security), dan waktu (time).

Berdasarkan empat aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang sebagai

suatu sistem yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu;

1. Ketersediaan dan stabilitas pangan (food avability and stability), dipengaruhi

oleh sumber daya (alam, manusia, dan sosial) dan produksi pangan (on farm

and off farm)

2. Kemudahan memperoleh pangan (food accessibility, dipengaruhi oleh

pendapatan rumah tangga dan produksi pangan yang tergantung pada harga

pangan maupun tingkat sumber daya yang terdapat dalam keluarga yaitu

tenaga kerja dan modal.

3. Pemanfaatan pangan (food utilization), dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan

status gizi (Setiawan, 2004)

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem pangan yang terintergrasi atas

berbagai subsistem. Subsistem utamnya adalah ketersediaan pangan, distribusi

pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan

sinergis dan interaksi dari ketiga subsistem.

Secara hakiki ketahanan pangan (food security) dapat diartikan sebagai

terjaminnya akses pangan untuk segenap rumah tangga dan individu setiap waktu

sehingga mereka dapat bekerja dan hidup sehat. Ketahanan pangan ditentukan

secara bersama antara ketersediaan pangan dan akses individu atau rumah tangga

(30)

12

akses ekonomi dalam memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang

sehat dan produktif dari hari ke hari (Nurmala, 2012)

2.2Konsumsi Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang

diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

minuman bagi konsumsi manusia yang termasuk bahan tambahan pangan, bahan

buku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyajian, pengolahan,

atau pembuatan makanan dan minuman (Depkes, 2004)

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang

dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada

waktu tertentu (Hardinsyah &Martianto, 1992). Konsumsi makanan rumah tangga

merupakan makanan dan minuman yang layak untuk dikonsumsi oleh seluruh

anggota keluarga (supariasa dkk, 2002).

Tiga tujuan seseorang mengkonsumsi pangan yaitu tujuan fisiologis,

psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar

atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan. Tujuan psikologis

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi

kepuasan emosional atau selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah berhubungan

dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil

maupun kelompok besar (Riyadi 1996 dalam herdiana 2009).

Menurut Baliwati (2004), konsumsi pangan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Kegiatan sosial,

(31)

bangsa/negara berpengaruh kuat dan kekal tehadap apapun dan bagaimana

penduduk makan. Pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih

pangan, jenis pangan yang diproduksi, cara pengolahannya, penyalurannya,

penyiapan, dan penyajian.

Tercukupinya konsumsi pangan merupakan syarat mutlak terwujudnya

ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari

perubahan konsumsi pangan yang mengarah kepada penurunan kuantitas dan

kualitas, termasuk perubahan frekunsi konsumsi makanan pokok. Angka rill

kuantitas konsumsi pangan harus dibandingkan dengan angka kecukupan gizi

yang dianjurkan untuk mengetahui cukup tidaknya asupan gizi (Khosman, 2002).

Konsumsi pangan mempunyai pengaruh secara lansung terhadap status gizi,

Kebutuhan gizi setiap orang berbeda, tergantung dari umur, jenis kelamin, tingkat

aktivitas (ringan, sedang, dan berat), dan keadaan fisiologis tubuh. Widyakarya

nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi

energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2000

kkal/kapita/hari dan 52 gram/kapita/hari (Adriani dan Bambang, 2012)

Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup serta seimbang merupakan salah

satu faktor penting yang menentukkan tingkat kesehatan dan intelegensia

manusia. Tingkat kecukupan konsumsi pangan dan gizi seseorang akan

mempengaruhi keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani yang

bersangkutan. Sementara itu, tingkat dan pola konsumsi pangan dan gizi rumah

tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat

(32)

14

dikonsumsi oleh manusia, secara kualitatif dapat diperkirakan dari nilai energi

(kal) yang dikandungnya. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein

yang ada di dalam bahan makanan ( Almatsier, 2009).

2.3Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga terdiri

atas dua kelompok yaitu pengeluaran untuk makanan (pangan) dan bukan

makanan (nonpangan). Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang akan

dibelikan untuk dikonsumsi pangan, sedangkan pengeluaran nonpangan adalah

jumlah uang yang dibelanjakan untuk keperluan selain pangan seperti pendidikan,

listrik, air, komunikasi, transportasi, tabungan, biaya produksi pertanian dan non

pangan lainya (kartika, 2005).

Tingkat kebutuhan/permintaan terhadap kedua kelompok tersebut pada

dasarnya berbeda-beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan

didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi

pergeseran pola pengeluaran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan

untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan

makanan (BKP Kota Medan, 2010)

Pengeluaran pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging,

telur, dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan

(33)

minuman jadi, minuman alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran non

pangan terdiri dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya

kesehatan, pakainan, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan

asuransi, keperluan pesta dan upacara (BPS, 2013).

Tingkat antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan

sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan

rumah tangga. Dari tingkat pengeluaran pangan dapat diketahui bahwa semakin

tinggi tingkat pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan

pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan (Purwantini dan Ariani, 2008). Teori Engel’s menyatakan bila persentase makanan terhadap total

pengeluaran lebih dari 80 persen maka tingkat kesejahteraan rendah. Artinya

bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka semakin rendah persentase pengeluaran konsumsi makanan. Berdasarkan Teori Engel’s, Maka

suatu rumah tangga bisa dikatakan sejahtera apabila persentase pengeluaran

terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada persentase pengeluaran bukan

makanan. (Sijirat, 2004).

Menurut Hildawati (2008) dalam penelitiannya pada kelompok nelayan,

bahwa pengeluaran rumah tangga perkapita perbulan mempengaruhi tingkat

konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan. Rumah tangga yang memliki

pengeluaran perkapita perbulan lebih tinggi mempunyai peluang 6,1 kali lebih

tinggi tingkat konsumsi energinya dan 8,3 kali lebih tinggi tingkat konsumsi

proteinnya dibandingkan dengan rumah tangga yang tingkat pengeluaran

(34)

16

2.4Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi

Rumah tangga petani padi merupakan suatu unit kelembagaan yang setiap

saat mengambil keputusan produksi, konsumsi, curahan tenaga kerja dan

reproduksi. Rumah tangga petani padi dapat dipandang sebagai satu kesatuan unit

ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan

produksi, konsumsi maupun tenaga kerja dan mempunyai yang ingin dipenuhi

dari sumberdaya yang dimiliki (Purwita dkk, 2009).

Pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang diduga sebagai

determinan dalam keberagaman konsumsi pangan. Pendapatan dikaitkan dengan

daya beli pangan yang biasanya didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi

rumah tangga untuk memperoleh bahan pangan berdasarkan besarnya alokasi

pendapatan untuk pangan, harga pangan yang dikonsumsi, dan jumlah anggota

rumah tangga (Hardinsyah, 2007 dalam Arbaiyah, 2013).

Tingkat pendapatan menentukan jenis dan jumlah pangan yang akan dibeli

serta seberapa besar dari pendapatan yang akan dikeluarkan untuk membeli

pangan. Daya beli keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan konsumsi

pangan yang bergizi. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, kurang mampu

memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, dan pasti mempengaruhi

tingkat keberagaman konsumsi pangan. Pengeluaran keluarga juga penting untuk

diperhitungkan, karena pengeluaran keluarga dianggap sebagai proksi dari

pendapatan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsumsi pangan suatu keluarga

(35)

Menurut Prabawa (1998 dalam Herdiana 2009) mengungkapkan bahwa

setinggi apapun tingkat pendapatan yang diperoleh seorang kepala rumah tangga

dalam rumah tangganya, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan ditentukan

oleh perdapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh

total pendapatan yang diterima, juga ditentukan oleh jumlah anggota rumah

tangga.

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pendapatan perkapita,

pengeluaran dan konsumsi pangan. Rumah tangga dengan banyak anak dan jarak

kelahiran antar keluarga yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak

masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup

untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga tetapi hanya

mencukupi sebagian dari anggota rumah tangga (Martianto dan Ariani 2004).

Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat

kecukupan energi dan ketahanan pangan. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga

maka semakin rendah tingkat kecukupan energi dan semikin rendah peluang

rumah tangga menjadi tahan pangan (Sukandar dkk, 2006).

Menurut BPS (2001) dalam Arbaiyah (2013), besarnya keluarga atau rumah

tangga menyatakan seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam keluarga

tersebut yang dapat memberi indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi

besaran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang selanjutnya akan

meningkatkan berat beban rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhannya.

Ketahanan pangan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh modal sosial yang

(36)

18

keluarga. semakin tinggi tingkat intensitas anggota rumah tangga dalam

berinteraksi sosial maka ketahanan pangan rumah tangga semakin kuat (Suandi,

2007).

Selain Pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan

menpunyai peran penting dalam tingkat ketahanan pangan. Hasil penelitian

Megawangi (1994 dalam Herdiana 2009) mengatakan bahwa rumah tangga yang

kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin

dibandingkan dengan rumah tangga yang kepala keluarganya memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh farida (2009) mengatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan didalam keluarga maka tingkat

ketahanan pangan menjadi lebih baik.

2.5Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka konsep Karateristik rumah tangga

petani padi : 1. Pendapatan 2. Pendidikan kepala

keluarga

3. Jumlah anggota rumah tangga

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi

1. Tingkat Pengeluaran Pangan

(37)

Berdasarkan gambar diatas dapat didefenisikan bahwa ketahanan pangan

rumah tangga petani padi di pengaruhi oleh karateristik rumah tangga tersebut

seperti pendapatan, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

Ketahanan pangan rumah tangga petani padi dapat dilihat dari segi tingkat

(38)

20

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk

mengetahui gambaran situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah

Jawa Kabupaten Simalungun. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan

pertimbangan masyarakat desa terpilih relatif homogen sebagai masyarakat petani

khususnya petani padi dan dapat dijangkau peneliti. Penelitian ini akan

dilaksanakan mulai Agustus 2014 sampai Agustus 2015.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga petani padi

yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 sebanyak 359 rumah tangga tani.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian rumah tangga tani yang ada di Desa Maligas

tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Penentuan

besar sampel dilakukan dengan menggunakan besar sampel untuk survei sampel

(39)

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

P = Proporsi populasi, dalam penelitian ditetapkan 0,5

d = besar penyimpangan yang dapat diterima

Z21-α/2

=

Tingkat kecenderungan atau kepercayaan 95% ditetapkan 1,96

Pemilihan sampel dilakukan secara system random sampling dimana tiap

keluarga tani terpilih diberi nomor. Sampel pertama diambil secara acak dengan

undian selanjutnya kelipatan untuk masing-masing keluarga tani.

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Keluarga tani adalah benar tercatat dalam daftar kelompok tani dan

terdaftar dikantor kelurahan sebagai penduduk.

2. Kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya berkomunikasi dengan baik.

3. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lengkap

(sekurang-kurangnya terdiri dari ayah dan ibu).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan alat

bantu kuesioner, wawancara, dan observasi. Data tersebut meliputi: Karakteristik

(40)

22

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data demografi penduduk yang

diperoleh dari kantor kepala desa/kelurahan di lokasi penelitian.

3.4 Defenisi Operasional

Untuk lebih memperjelas arah penelitian ini, maka penulis memberikan

defenisi operasional sebagai berikut:

1. Rumah tangga petani padi adalah sekelompok individu yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dalam

satu atap dan makan dalam satu dapur, dimana kepala keluarganya

berprofesi sebagai petani padi sawah.

2. Karakteristik rumah tangga petani padi adalah ciri-ciri khas yang dimiliki

oleh setiap rumah tangga, terdiri dari : pendapatan, tingkat pendidikan

kepala keluarga, jumlah anggota keluarga.

3. Pendapatan adalah upah kerja yang diterima oleh kepala keluarga dari

hasil panen padi.

4. Pendidikan kepala keluarga adalah tingkat pendidikan formal terakhir

yang dicapai oleh kepala keluarga petani padi.

5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu

rumah tangga.

6. Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkat kemampuan sebuah

keluarga untuk menjamin ketersediaan bagi seluruh anggota keluarga

yang di ukur dari aspek tingkat pengeluaran pangan dan tingkat

(41)

7. Tingkat pengeluaran pangan adalah persentase pengeluaran pangan dari

rumah tangga petani padi .

8. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi oleh rumah

tangga petani padi dalam satu bulan.

9. Jumlah pangan adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi keluarga

dalam sehari yang dilihat dari tingkat kecukupan energi.

10.Tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi adalah persentase

dari banyaknya energi yang harus dipenuhi dari makanan yang

dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi dibandingkan dengan angka

kecukupan energi rata-rata keluarga.

11.Tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi adalah banyaknya

protein yang harus di penuhi dari makanan yang dikonsumsi oleh rumah

tangga petani padi dibandingkan dengan angka kecukupan protein

keluarga.

3.5 Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Pendapatan diukur dengan menggunakan kuesioner dan dibagi dua kelompok

berdasarkan UMK Kabupaten Simalungun 2014 (Rp 1.695.000) yaitu :

a. Pendapatan diatas UMK

(42)

24

2. Pendidikan kepala keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan

klasifikasinya menjadi lima kelompok (Hidayat,2004 dalam Giyanti,2008)

yaitu:

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. PT

3. Jumlah anggota keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (BKKBN, 1996 dalam Hidayati,

2011)yaitu:

a. Keluarga kecil : 4 orang

b. Keluarga besar: > 4 orang

4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga.

Dalam mengukur ketahanan pangan rumah tangga, dapat dilakukan dengan

pengukuran yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole (1991), menggunakan

dua indikator yaitu tingkat pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi

energi. Kemudian dikategorikan menjadi (Jonsson and toole dalam Maxwell

dkk (2000) :

Tahan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari

pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah

tangga cukup yaitu >80% dari kecukupan energi rata-rata

(43)

Rentan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari

pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah

tangga cukup yaitu > 80% dari kecukupan energi rata-rata

keluarga.

Kurang Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari

pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi rata-rata

keluarga.

Rawan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari

total pengeluaran dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi keluarga

5. Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Dihitung dengan membagi pengeluaran untuk bahan pangan selama sebulan

dengan total pengeluaran selama sebulan dikalikan dengan 100% (Smith and

Subandoro, 2007). Tingkat pengeluaran pangan diklasifikasi dengan kriteria

pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yaitu :

a. Rendah ≤ 60% dari pengeluaran total

b. Tinggi > 60% dari pengeluaran total

6. Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Dalam penelitian ini konsumsi pangan yang diperhitungkan adalah konsumsi

energi dan protein rata-rata rumah tangga.

c. Tingkat kecukupan energi keluarga dilihat dengan menggunakan fomulir

(44)

26

Tingkat energi keluarga diklasifikasi dengan kriteria pengukuran

ketahanan pangan rumah tangga yaitu :

1. Cukup > 80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga.

2. Kurang ≤ 80% dari kecukupan energi rata rata keluarga.

b. Tingkat kecukupan protein keluarga dilihat dengan menggunakan formulir

Food List Method .

3.6 Pengolahan Data

pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu

komputer dengan tahapan sebagai berikut:

a.Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang

diperoleh melalui wawancara. Edit meliputi kelengkapan pengisian,

kesalahan pengisian kuesioner. Edit dilakukan dilapangan. Peneliti

mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari

kuesioner yang diberikan. Hasil edit didapatkan semua data terisi lengkap

dan benar.

b. Coding, yaitu memberikan kode berupa angka tertentu pada kuesioner

c. Entri Data, memasukkan data ke dalam program komputer.

(45)

3.7 Analisis Data

Data karakteristik rumah tangga petani padi, ketahanan pangan, tingkat

konsumsi energi rata-rata keluarga dan tingkat pengeluaran pangan yang telah

dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

(46)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Maligas Tongah merupakan salah satu desa dari 18 desa yang ada di

Kecamatan Tanah Jawa dan mempunyai luas 77a Ha, Secara geografis berbatasan

dengan:

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jawa Tongah

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bah Kisat

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Mekar Mulia

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saribu Asih

4.1.1 Jumlah Penduduk Desa Maligas Tongah berdasarkan Kelompok Umur

Desa Maligas Tongah mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2413 jiwa

dengan rincian sebagai berikut dalam tabel distribusi jumlah penduduk

berdasarkan kelompok umur dibawah ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Kelompok Umur n %

1. 0-9 486 20,1

2. 10-19 593 24,6

3. 20-29 441 18,3

4. 30-39 336 13,9

5. 40-49 322 13,4

6. 50-59 172 7,1

7. >60 63 2,6

Jumlah 2413 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah penduduk

(47)

yaitu 593 jiwa (24,6%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada

kelompok umur >60 yaitu 63 jiwa (2,6%).

4.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Maligas

Tongah dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014

Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk berdasarkan

tingkat pendidikan paling banyak adalah tingkat pendidikan tidak tamat SD

sebanyak 753 orang (31,2%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan

S1 sebanyak 12 orang (0,5%).

4.2 Karakteristik Respoden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi : pendidikan,

pendapatan, dan jumlah anggota rumah tangga. Gambaran karaketirstik responden

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

No Tingkat Pendidikan n %

1. Tidak Tamat SD 753 31,2

2. SD 682 28,3

3. SMP 513 21,3

4. SMA 431 17,9

5. DI – DIII 22 0.9

6. S1 - S3 12 0,5

(48)

30

Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga

berada pada kelompok SMA sebanyak 28 responden (36,8%). Jumlah anggota

keluarga dalam satu rumah tangga berada pada kelompok lebih kecil sama dengan

4 sebanyak 63 responden (82.9%). Pendapatan kepala keluarga berada pada

kelompok pendapatan rendah dibawah upah Minimum Kabupaten (Rp 1.695.000)

sebanyak 43 orang (56,6%).

4.3 Pengeluaran Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 responden yang

diwawancarai menggunakan kuesioner diketahui rata-rata pengeluaran pangan dan

pengeluaran non pangan perbulan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah

(49)

Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Jenis Pengeluaran Pangan

8. Kacang-kacangan 24.013,16 2,51

9. Minyak dan Lemak 46.039,47 4,82

10. Bumbu-bumbuan 51.276,32 5,37

11. Bahan Minuman 51.855,26 5,43

12. Makanan Minuman Jadi 42,447,37 4,44

13. Rokok 530.131,6 55,51

14. Tembakau dan Sirih 5,263,1 0,50

Jumlah 954.973,7 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata pengeluaran pangan

terbesar pada rokok sebesar Rp 530.131,6 (55,51%) sedangkan pengeluaran

pangan yang terkecil pada umbi-umbian yaitu sebesar Rp 3118,42 (0,33%).

Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Jenis Pengeluaran Non Pangan

7. Perlengkapan Pribadi 46.868,4 5,39

8. Pendidikan 318.421,1 36,62

9. Kesehatan 55.118,4 6,33

10. Pakaian 1.973,6 0,22

11. Keperluan Sosial 14.0921,1 16,20

12. Tabunagn/Arisan 13.3618,4 15,36

13. Pajak Ansuransi 1.513,1 0,01

(50)

32

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui rata-rata pengeluaran non

pangan terbesar terdapat pada pengeluararan non pangan yaitu pendidikan sebesar

Rp 318.421,1 (36,62%) sedangkan pengeluaran non pangan terkecil adalah

minyak tanah Rp 1.184,2 (0,13%).

4.4 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada penelitian ini diukur

dari aspek tingkat pengeluaran pangan keluarga dan tingkat kecukupan energi

rata-rata keluarga. Tingkat pengeluaran pangan dibedakan menjadi dua kriteria,

yaitu tingkat pengeluaran pangan tinggi dan rendah. Sedangkan tingkat kecukupan

konsumsi energi rata-rata keluarga dibedakan atas dua kriteria, cukup dan kurang.

4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat pengeluaran pangan

di Desa Maligas Tongah.

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Tingkat Pengeluaran Pangan

n %

1. Rendah 35 47.4

2. Tinggi 41 52,6

Jumlah 76 100,00

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah

tangga petani padi memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dari 60%

yaitu sebanyak 41 rumah tangga (52,6%) sedangkan tingkat pengeluaran pangan

(51)

4.4.2 Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi

yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui

jumlah tingkat kecukupan energi rata-rata rumah tangga petani padi sebagai

berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Energi

Keluarga/hari

n %

1. Cukup 65 85,5

2. Kurang 11 14,5

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki

tingkat kecukupan energi rata-rata keluarga yang kategori cukup 80% sebanyak

65 rumah tangga (85,5%) dan rumah tangga yang kategori kurang sebanyak 11

rumah tangga (14,5%).

4.4.3 Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi

yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui

jumlah tingkat kecukupan Protein rata-rata rumah tangga petani padi sebagai

(52)

34

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Protein

Keluarga/hari

n %

1. Cukup 1 1,3

2. Kurang 75 98,7

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki

tingkat kecukupan protein rata-rata keluarga yang kategori cukup sebanyak 1

rumah tangga (1,3%) dan rumah tangga yang kategori sebanyak 11 rumah tangga

(98,7%).

Setelah diketahui pengukuran dari kedua aspek, maka dapat diketahui

kriteria ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah

seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Ketahanan Pangan Rumah Tangga

n %

1. Tahan Pangan 31 40,8

2 Rentan Pangan 34 44,7

3. Kurang Pangan 4 5,3

4. Rawan Pangan 7 9,2

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas bahwa paling banyak rumah tangga petani

padi di Desa Maligas Tongah berada pada kelompok rentan yaitu sebanyak 34

rumah tangga (44,7%). Sedangkan sisanya terdiri dari 31 rumah tangga petani

padi (40,8%) berada pada kelompok tahan pangan sebanyak 4 rumah tangga

(5,20%) rumah tangga petani padi berada pada kelompok kurang pangan dan 7

(53)

4.5Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga

Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga

berdasarkan pendapatan kepala keluarga rumah tangga petani padi.

Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendapatan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tahan

Pangan

Rentan Pangan

Kurang Pangan

Rawan Pangan

Jumlah

n % n % n % n % n %

< Rp

1.695.000 9 20,9 25 58,1 2 4,7 7 16,3 43 100,0 Rp

1.695.000 22 66,7 9 27,3 2 6,1 0 0 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

pendapatan rumah tangga berada pada kelompok Rp 1.695.000 yaitu 43 rumah

tangga (79,1%) dengan rawan pangan sebanyak 7 rumah tangga (16,3%), rentan

pangan sebanyak 25 rumah tangga (58,1%), kurang pangan sebanyak 2 rumah

tangga (4,70%) dan tahan pangan sebanyak 9 anggota rumah tangga (20,9%).

4.5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan kepala Keluarga

Tabel berikut ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga

(54)

36

Tabel 4.11 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kepala keluarga yang memiliki

tingkat pendidikan SMA berada pada kelompok SMA sebesar 28 rumah tangga

(36,8%) dengan rawan pangan sebanyak 1 orang (3,6%), rentan pangan sebanyak

13 rumah tangga (46,4%, kurang pangan sebanyak 2 rumah tangga (7,1%), dan

tahan pangan sebanyak 12 rumah tangga (42,9%).

4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga

petani padi berdasarkan Jumlah Anggota rumah tangga.

Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Jumlah Anggota

Rumah Tangga

Gambar

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Gambar 2.1 Kerangka konsep
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahasa Aceh dialek Peusangan. Hal ini didasari oleh alasan bahwa kebanyakan buku bahasa Aceh terdahulu juga berisikan contoh-contoh yang demikian. Di samping itu,

Pelaksanaan seni tayub dalam kehidupan masyarakat baik itu saat pelaksanaan untuk ritual, hiburan maupun politik merupakan suatu fakta sosial yang tidak dapat dipungkiri dan

Dinas kesehatan kabupaten/kota merekap hasil laporan puskesmas dan mengirimkan laporan LROA dan diare ke dinas kesehatan provinsi setiap triwulan menggunakan Form 13C

nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (tidak nyaman terhadap luka dekubitus). Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

Sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang imunisasi dasar anak dan mempunyai pengalaman menjadi kader lebih dari 5 sampai dengan

Pada umumnya orangtua atau keluarga pasien dengan hipospadia mengeluh dengan kondisi anaknya karena penis yang melengkung kebawah dan adanya lubang

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sri Redjeki Hartono yang menyatakan bahwa kegiatan ekonomi pada hakikatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan, yaitu suatu

Hubungan yang terjadi pada lantrak pemerintah adalah hubungan hukum yang bersifat privat, sehingga penyelesaian sengketa iasa konstruksi masuk dalam ,onih hukum