SKRIPSI
OLEH
ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA
KABUPATEN SIMALUNGUN
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan
konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.
Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.
iv ABSTRACT
The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.
The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.
The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.
From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “ Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa
Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun ” sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, Anggap
Habeahan dan Sriani, kepada kakak terbaik Sri Mariati Habeahan S.Pd dan
Camelia Habeahan yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta
motivasi, inspirasi dan dukungan materil bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapakn terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Kepala Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
vi
3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak persiapan
hingga skripsi ini diselesaikan.
4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak
persiapan hingga skripsi ini diselesaikan
5. Ibu Asfriyati SKM, M.kes selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD dan ibu Dra. Jumirah, Apt, M.kes selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan demi
penyusunan skripsi yang lebih baik
7. Seluruh dosen dan staf pengawai FKM USU khususnya Depatemen Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis menyelesaikan
skripsi ini, dan kepada abangda Marihot Samosir S.T yang banyak membantu
penulis dalam hal administrasi.
8. Bapak wardiono S.Sy dan ibu Eni Susrini serta Masyarakat Desa Maligas
Tongah yang telah berpartisipasi, meluangkan waktu selama melakukan
penelitian.
9. Drs. Ali Muda L.Tobing serta seluruh keluarga besar terimakasih atas doa dan
dukungan yang diberikan.
10.Desi Ratna Sari, Effi Janiarti, Dian Fifit Sundari, Ranika Harahap terimakasih
12.Ismail Husin Tanjung S.T terima kasih atas motivasi, dukungannya, kesabaran
dan kebersamaannya semoga selalu terjaga.
13.Terima kasih kepada GAMADIKSI USU : Kk Tami, Blisa, Nizalia, Mentari,
Ary, Reza S, Gantara, Reza N, Adzri, Syahputra, Rifal atas dukungan dan
kebersamaan selama ini.
14.Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat:
Mariana, Rini, Chintya, Siti SP, Nuhalis, Ika, Nita, Rosalyn, Kamal, Ira, kak
Anggi, kak Yuni. Untuk teman-teman di FKM: Anis, Atika, Syahraeni, dan
seluruh Stambuk 2010 reguler.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan, waktu,
maupun kemampuan penulis. Meskipun demikian penulis mengharapkan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan bagi semua pihak yang
membaca skripsi ini serta bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agusutus 2015 Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
RIWAYAT HIDUP ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Umum ... 6
1.3.2 Tujuan Khusus... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1 Ketahanan Pangan ... 8
2.1.1 Subsistem Ketahanan Pangan... 11
2.2 Konsumsi Pangan ... 12
2.3 Pengeluaran Pangan ... 14
2.4 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi ... 16
2.5 Kerangka Konsep ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.3 Populasi dan Sampel ... 20
3.3.1 Populasi ... 20
3.3.2 Sampel ... 20
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4.1 Data Primer ... 21
3.4.2 Data Sekunder ... 22
3.5 Definisi Operasional ... 22
3.6 Aspek Pengukuran ... 23
3.7 Pengolahan Data ... 26
3.8 Analisis Data ... 27
4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan ... 34 4.4.2 Tingkat Kecukupan Energi Rata-rata
Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.4.3 Tingkat Kecukupan Protein Rata-rata
Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.5 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Pendapatan Kepala Rumah Tangga ... 36 4.5.1 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 36 4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga... 37 4.5.3 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Petani Padi Berdasarkan Pendapatan ... 37 4.5.4 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota keluarga ... 38 4.5.5 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 39 4.5.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi
Pangan Rumah TanggaPetani Padi
Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga ... 40 4.5.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi
Pangan Rumah TanggaPetani Padi
Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 40 4.5.1 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi
Pangan Rumah TanggaPetani Padi
BerdasarkanPendidikan Kepala Keluarga ... 41
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi ... 42 5.2 Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Petani Padi ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 50 6.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 10
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 28
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 29
Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas
Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 30
Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32
Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi
di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 34
Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 35
Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 37
Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 38
Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39
Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39
Tabel 4.16 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 40
Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga
Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 41
Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
xii
DAFTAR GAMBAR
Lampiran III Output Hasil Pengolahan Data ... 73
Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian ... 82
Lampiran VI Surat Keterangan selesai Penelitian ... 83
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Entywe Habeahan
Tempat Lahir : Bangun Pardamean
Tanggal Lahir : 22 Nopember 1992
Suku Bangsa : Batak Pakpak
Agama : Islam
Nama Ayah : Anggap Habeahan
Suku Bangsa Ayah : Batak Pakpak
Nama Ibu : Sriani
Suku Bangsa Ibu : Jawa
Pendidikan Formal
1. SD Negeri 094136 Pamatang Sidamanik : Tahun 1999-2005
2. MTs Swasta Khairatul Islamiyah Pematangsiantar : Tahun 2005-2007
3. MA swasta Al Washliyah Pematangsiantar : Tahun 2007-2010
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Tahun 2010-2015
Universitas Sumatera Utara
konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.
Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.
iv ABSTRACT
The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.
The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.
The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.
From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaan
pangan harus dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk
pemenuhan aspirasi humanistisk masyarakat, yaitu hidup maju, mandiri, dalam
suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai angka
237.556.363 jiwa (BPS, 2012). Jumlah penduduk dunia akan terus bertambah
diperkirakan akan mencapai 9 milyar dalam rentang 8 – 10,5 milyar jiwa pada
tahun 2050 (NGI, edisi januari 2011). Dengan demkian ada tambahan pangan
setiap tahun untuk mencukupi pertumbuhan penduduk. Sebagaimana dalam
Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang pangan dimana, pemerintah
berkewajiban memenuhi kebutuhan pangan dan menyediakan pangan dalam
jumlah yang cukup, bermutu dan bergizi layak, aman dan merata serta terjangkau
oleh setiap rumah tangga.
Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya
ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Dalam
Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, defenisi ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari
ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
2
Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari 3
(tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3)
konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah)
dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi pada daerah tersebut.
Sedangkan secara mikro (tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh
kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian.
Konsumsi pangan secara lansung berpengaruh pada status gizi. Terkait dengan hal
tersebut, permasalahan yang sering dihadapi di dalam suatu negara tidak hanya
mencakup ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk,
tetapi juga mencakup masalah belum terpenuhinya kecukupan gizi (Baliwati,
2004).
Manusia membutuhkan pangan baik dalam jumlah (kuantitas) maupun
mutu (kualitas). Jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi merupakan salah satu
hal penting untuk pembentukan kualitas manusia. Semakin beragam dan
berkualitas pangan yang dikonsumsi, maka akan menambah asupan gizi yang
diterima oleh tubuh.
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012, norma
kecukupan energi sebesar 2150 kkal/orang/hari dan protein sebesar 57
gr/orang/hari. Angka nasional untuk rata-rata konsumsi energi dan protein pada
tahun 2013 penduduk pedesaan dibawah standar yakni sebesar 1852,82 kkal dan
rata-rata konsumsi protein sebesar 50,80 gram, yang artinya angka konsumsi
energi dan protein penduduk pedesaan masih dibawah angka konsumsi energi dan
Pangan dan gizi merupakan dua unsur yang saling berkaitan dalam
meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas hidup manusia. Penyediaan
pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan serta dapat dijangkau oleh
masyarakat. Status gizi seseorang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pangan
yang dikonsumsi oleh seseorang karena setiap pangan memiliki nilai gizi yang
berbeda-beda. Status gizi yang baik dapat mencerminkan baik atau buruknya
ketahanan pangan suatu rumah tangga (Amaliyah, 2011).
Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga
yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman, dan bergizi dalam
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari untuk dapat hidup aktif dan sehat.
Menurut Jonsson dan Toole terdapat empat tingkatan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga, yaitu: 1) rumah tangga tahan pangan, 2) rumah tangga rentan
pangan, 3) rumah tangga kurang pangan, dan 4) rumah tangga rawan pangan
(Rumalean dkk, 2011).
Penentuan tingkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
memerlukan beberapa faktor utama yaitu askes (fisik dan ekonomi) terhadap
pangan, ketersediaan pangan dan risiko yang terkait dengan askes serta
ketersediaan pangan (Purwantini dkk, 2000). Banyak metode yang dijadikan
indikator dalam mengukur derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Salah
satu indikator ketahanan pangan yang mengukur ketahanan pangan rumah tangga
yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole yaitu tingkat pengeluaran pangan dan
4
Tingkat pengeluaran pangan merupakan salah satu indikator yang
digunakan dalam menganalisis ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat
pengeluaran pangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk makanan oleh suatu
rumah tangga dalam waktu setiap bulannya dan membandingkan dengan total
pengeluaran sebulan. Semakin besar tingkat pengeluaran pangan berarti ketahanan
pangan suatu rumah tangga semakin kurang. Semakin tinggi kesejahteraan
masyarakat suatu negara, maka besar tingkat pengeluaran rumah tangga semakin
kecil. Semakin rendah kesejahteraan masyarakat suatu negara, maka tingkat
pengeluaran semakin besar (Amaliyah, 2011).
Menurut penelitian Ariani dan Handewi (2003) faktor akses merupakan
penyebab masalah pada rumah tangga di Indonesia menjadi rentan pangan
sebanyak 47,3%. Rumah tangga rentan pangan dilihat dari tingkat pengeluaran
pangan sebesar lebih dari 60% dan konsumsi energi lebih dari 80% kecukupan
energi yang ditentukan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, secara
garis besar persentase pengeluaran masyarakat Kabupaten Simalungun berasal
dari konsumsi pangan. Pada tahun 2013 persentase pengeluaran untuk makanan
sebesar 56,55%, angka persentase pengeluaran untuk makanan masih lebih besar
dari persentase pengeluaran untuk makanan penduduk perdesaan secara nasional
sebesar 54,68%. Dapat dilihat pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sangat
besar dibandingkan pengeluaran rumah tangga bukan untuk konsumsi.
Kabupaten Simalungun memiliki 31 kecamatan satu diantaranya adalah
mempunyai produksi padi sawah terbesar sebanyak 51.527 dari pada
kecamatan-kecamatan yang lain. Dimana, jumlah beras yang dihasilkan oleh Kabupaten
Simalungun sebanyak 440.992 ton. (BPS, 2013).
Rumah tangga petani umumnya adalah masyarakat pedesaan yang
menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penelitian yang dilakukan oleh
Mustofa (2012), Rumah tangga miskin di Yogyakarta sebanyak 51,5%
menggantukan hidupnya dengan bekerja pada usaha pertanian.
Berdasarkan survei pendahuluan Desa Maligas Tongah merupakan desa
penghasil padi terbesar terbesar sebanyak 2.752 ton di Kecamatan Tanah jawa.
Desa Maligas Tongah terbagi atas empat dusun, dusun pertama mayoritas suku
batak sedangkan 3 dusun mayoritas suku jawa. Data penduduk untuk desa
Maligas Tongah pada tahun 2014 sebanyak 2413 orang dengan jumlah keluarga
keluarga tani sebanyak 359 keluarga dan kebanyakan penduduk yang bekerja
sebagai petani. Petani di Desa maligas Tongah banyak yang menjual padi yang
dihasilkan kepada para tengkulak yang dilakukan setelah panen selesai. Menurut
ketua penyuluh pertanian lapangan di Desa Maligas Tongah ada juga petani hanya
mengambil 20% dari hasil panen. Pendapatan petani di ukur dari berapa ton padi
yang dihasilkan selama masa panen. Pendapatan yang dihasilkan oleh penggarap
dan buruh tani akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemilik lahan dikarenakan
upah yang diterima melihat hari kerja. Ketika terjadi ketidakstabilan pendapatan,
keluarga tani hanya dapat belanja sesuai dengan keadaan pendapatan (BPS, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan pada survei pendahuluan, kurangnya
6
bulan oleh masyarakat desa maligas tongah tidak menjadikan mereka membatasi
pengeluaran konsumsi pangan. Banyaknya makanan berkalori tinggi dijual dengan
harga murah di daerah desa maligas tongah misalnya, bakso, misop, lontong,
bakso kojay, dan jajanan pasar lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku
konsumsi pangan masyarakat di Desa Maligas Tongah.
Banyaknya produksi yang dihasilkan belum tentu dapat memenuhi
ketersediaan pangan yang cukup sehingga belum dapat mencerminkan ketahanan
pangan rumah tangga. Tingginya tingkat pendapatan suatu rumah tangga petani
maka semakin besar rumah tangga petani memperoleh pangan yang baik sehingga
kesejahteraan terjamin. Banyakanya pendapatan yang rendah akan mengakibatkan
buruknya kondisi pangan rumah tangga sehingga besarnya pendapatan akan
dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi untuk pangan. Tingginya tingkat
pengeluaran untuk pangan mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang rendah.
Kenyataan ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan
Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana gambaran ketahanan pangan rumah tangga petani
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan
Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengeluaran pangan rumah tangga petani padi
perbulan.
2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan konsumsi energi rata-rata rumah
tangga petani padi.
3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan protein rata-rata rumah tangga
petani padi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, khususnya kepala desa dan perangkat desa dapat
dijadikan sumber pemikiran dalam pengambilan keputusan bidang pangan
dan gizi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari
ketahanan pangan rumah tangga khusunya daerah Desa Maligas Tongah
Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini didijadikan sumber referensi dalam
penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi sebagai masukan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ketahanan Pangan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercemin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dan jumlah maupun mutu,
aman, merata, dan terjangkau. Menurut Tim Penelitian-LIPI (2004), berdasarkan
defenisi ketahanan pangan dari FAO dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang
mengadopsi defenisi FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai
kondisi ketahanan pangan yaitu : 1) kecukupan ketersediaan pangan, 2) stabilitas
ketersediaan pangan tanpa fluktasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun,
3) aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta 4) kualitas/keamanan
pangan.
Konsep ketahanan pangan lazimnya memenuhi lima syarat utama, yaitu
ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan, stabilitas pangan serta
status gizi. Ketersediaan pangan merupakan syarat yang menunjukkan bahwa
pangan tersebut tersedia dalam jumlah cukup, aman dan bergizi untuk semua
orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor,
cadangan pangan maupun bantuan pangan, dimana pangan tersebut juga harus
mampu mencukupi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kebutuhan yang aktif
dan sehat (Soemarno, 2010).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002, ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari
terjangkau. Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari
3 (tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3)
konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah)
dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi. Sedangkan secara mikro
(tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga
memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian (Baliwati, 2004).
Ketahanan pangan rumah tangga sebagaimana rumusan Internasional
Congres of nutrition (ICN)) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992
mendefenisikan ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah
tangga untuk memenuhi kecukupan pangan dan anggotanya dari waktu kewaktu
agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiataan sehari-hari. Dalam
sidang Committee on World Food Security 1995, persyaratan harus diterima oleh
budaya setempat memperluas defenisi ketahanan pangan (Suhadi Purwantoro,
2009).
Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah kemampuan sebuah
keluarga untuk cukup satu tahun dalam hal pangan untuk menjamin kecukupan
intake makanan bagi seluruh anggota keluarga. Ketahanan pangan merupakan
konsep yang multidimensi, meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi dari
produksi, distribusi konsumsi dan status gizi (Sukandar dkk, 2006)
Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis
dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan
ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga
10
Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang
sifat sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada
ketidakstabilan harga pangan, produksi dan pendapatan (setiawan 2004).
Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga
yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman dan bergizi dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk dapat hidup sehat dan aktif. Jonsson and
Toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000) mengenai metode pengukuran
ketahanan pangan rumah tangga yang menggabungkan dua indikator yaitu tingkat
pengeluaran pangan dan konsumsi energi rata-rata keluarga. Batasan untuk
konsumsi energi rata-rata keluarga adalah 80%, sedangkan batasan tingkat
pengeluaran pangan adalah 60% dari total pengeluaran. Indikator tersebut dapat di
lihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga
Tingkat Pengeluaran Pangan Rendah
(≤ 60% Pengeluaran Total)
Tinggi (> 60% Pengeluaran
Total) Cukup
(> 80% kecukupan energi rata-rata)
1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan
Kurang
(≤ 80% kecukupan energi rata-rata Keluarga)
3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan
Sumber : Jonsson and toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000)
Tabel di atas menjelaskan bahwa ada empat tingkatan dalam menilai
ketahanan pangan rumah tangga yaitu: rumah tangga tahan pangan, rumah tangga
rentan pangan, rumah tangga kurang pangan, dan rumah tangga rawan pangan.
Selain itu, dianggap penting untuk mengetahui mengenai karakteristik dari rumah
2.1.1Sistem Ketahanan Pangan
Secara umum, ketahanan pangan mencakup empat aspek, yakni kecukupan (sufficiency), akses (access, keterjaminan (security), dan waktu (time).
Berdasarkan empat aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang sebagai
suatu sistem yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu;
1. Ketersediaan dan stabilitas pangan (food avability and stability), dipengaruhi
oleh sumber daya (alam, manusia, dan sosial) dan produksi pangan (on farm
and off farm)
2. Kemudahan memperoleh pangan (food accessibility, dipengaruhi oleh
pendapatan rumah tangga dan produksi pangan yang tergantung pada harga
pangan maupun tingkat sumber daya yang terdapat dalam keluarga yaitu
tenaga kerja dan modal.
3. Pemanfaatan pangan (food utilization), dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan
status gizi (Setiawan, 2004)
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem pangan yang terintergrasi atas
berbagai subsistem. Subsistem utamnya adalah ketersediaan pangan, distribusi
pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan
sinergis dan interaksi dari ketiga subsistem.
Secara hakiki ketahanan pangan (food security) dapat diartikan sebagai
terjaminnya akses pangan untuk segenap rumah tangga dan individu setiap waktu
sehingga mereka dapat bekerja dan hidup sehat. Ketahanan pangan ditentukan
secara bersama antara ketersediaan pangan dan akses individu atau rumah tangga
12
akses ekonomi dalam memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang
sehat dan produktif dari hari ke hari (Nurmala, 2012)
2.2Konsumsi Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia yang termasuk bahan tambahan pangan, bahan
buku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyajian, pengolahan,
atau pembuatan makanan dan minuman (Depkes, 2004)
Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang
dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada
waktu tertentu (Hardinsyah &Martianto, 1992). Konsumsi makanan rumah tangga
merupakan makanan dan minuman yang layak untuk dikonsumsi oleh seluruh
anggota keluarga (supariasa dkk, 2002).
Tiga tujuan seseorang mengkonsumsi pangan yaitu tujuan fisiologis,
psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar
atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan. Tujuan psikologis
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi
kepuasan emosional atau selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah berhubungan
dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil
maupun kelompok besar (Riyadi 1996 dalam herdiana 2009).
Menurut Baliwati (2004), konsumsi pangan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Kegiatan sosial,
bangsa/negara berpengaruh kuat dan kekal tehadap apapun dan bagaimana
penduduk makan. Pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih
pangan, jenis pangan yang diproduksi, cara pengolahannya, penyalurannya,
penyiapan, dan penyajian.
Tercukupinya konsumsi pangan merupakan syarat mutlak terwujudnya
ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari
perubahan konsumsi pangan yang mengarah kepada penurunan kuantitas dan
kualitas, termasuk perubahan frekunsi konsumsi makanan pokok. Angka rill
kuantitas konsumsi pangan harus dibandingkan dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan untuk mengetahui cukup tidaknya asupan gizi (Khosman, 2002).
Konsumsi pangan mempunyai pengaruh secara lansung terhadap status gizi,
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda, tergantung dari umur, jenis kelamin, tingkat
aktivitas (ringan, sedang, dan berat), dan keadaan fisiologis tubuh. Widyakarya
nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi
energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2000
kkal/kapita/hari dan 52 gram/kapita/hari (Adriani dan Bambang, 2012)
Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup serta seimbang merupakan salah
satu faktor penting yang menentukkan tingkat kesehatan dan intelegensia
manusia. Tingkat kecukupan konsumsi pangan dan gizi seseorang akan
mempengaruhi keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani yang
bersangkutan. Sementara itu, tingkat dan pola konsumsi pangan dan gizi rumah
tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat
14
dikonsumsi oleh manusia, secara kualitatif dapat diperkirakan dari nilai energi
(kal) yang dikandungnya. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein
yang ada di dalam bahan makanan ( Almatsier, 2009).
2.3Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat
memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga terdiri
atas dua kelompok yaitu pengeluaran untuk makanan (pangan) dan bukan
makanan (nonpangan). Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang akan
dibelikan untuk dikonsumsi pangan, sedangkan pengeluaran nonpangan adalah
jumlah uang yang dibelanjakan untuk keperluan selain pangan seperti pendidikan,
listrik, air, komunikasi, transportasi, tabungan, biaya produksi pertanian dan non
pangan lainya (kartika, 2005).
Tingkat kebutuhan/permintaan terhadap kedua kelompok tersebut pada
dasarnya berbeda-beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan
didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan
terlihat sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.
Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi
pergeseran pola pengeluaran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan
untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan
makanan (BKP Kota Medan, 2010)
Pengeluaran pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging,
telur, dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan
minuman jadi, minuman alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran non
pangan terdiri dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, pakainan, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan
asuransi, keperluan pesta dan upacara (BPS, 2013).
Tingkat antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan
sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan
rumah tangga. Dari tingkat pengeluaran pangan dapat diketahui bahwa semakin
tinggi tingkat pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan
pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan (Purwantini dan Ariani, 2008). Teori Engel’s menyatakan bila persentase makanan terhadap total
pengeluaran lebih dari 80 persen maka tingkat kesejahteraan rendah. Artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka semakin rendah persentase pengeluaran konsumsi makanan. Berdasarkan Teori Engel’s, Maka
suatu rumah tangga bisa dikatakan sejahtera apabila persentase pengeluaran
terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada persentase pengeluaran bukan
makanan. (Sijirat, 2004).
Menurut Hildawati (2008) dalam penelitiannya pada kelompok nelayan,
bahwa pengeluaran rumah tangga perkapita perbulan mempengaruhi tingkat
konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan. Rumah tangga yang memliki
pengeluaran perkapita perbulan lebih tinggi mempunyai peluang 6,1 kali lebih
tinggi tingkat konsumsi energinya dan 8,3 kali lebih tinggi tingkat konsumsi
proteinnya dibandingkan dengan rumah tangga yang tingkat pengeluaran
16
2.4Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi
Rumah tangga petani padi merupakan suatu unit kelembagaan yang setiap
saat mengambil keputusan produksi, konsumsi, curahan tenaga kerja dan
reproduksi. Rumah tangga petani padi dapat dipandang sebagai satu kesatuan unit
ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan
produksi, konsumsi maupun tenaga kerja dan mempunyai yang ingin dipenuhi
dari sumberdaya yang dimiliki (Purwita dkk, 2009).
Pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang diduga sebagai
determinan dalam keberagaman konsumsi pangan. Pendapatan dikaitkan dengan
daya beli pangan yang biasanya didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi
rumah tangga untuk memperoleh bahan pangan berdasarkan besarnya alokasi
pendapatan untuk pangan, harga pangan yang dikonsumsi, dan jumlah anggota
rumah tangga (Hardinsyah, 2007 dalam Arbaiyah, 2013).
Tingkat pendapatan menentukan jenis dan jumlah pangan yang akan dibeli
serta seberapa besar dari pendapatan yang akan dikeluarkan untuk membeli
pangan. Daya beli keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan konsumsi
pangan yang bergizi. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, kurang mampu
memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, dan pasti mempengaruhi
tingkat keberagaman konsumsi pangan. Pengeluaran keluarga juga penting untuk
diperhitungkan, karena pengeluaran keluarga dianggap sebagai proksi dari
pendapatan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsumsi pangan suatu keluarga
Menurut Prabawa (1998 dalam Herdiana 2009) mengungkapkan bahwa
setinggi apapun tingkat pendapatan yang diperoleh seorang kepala rumah tangga
dalam rumah tangganya, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan ditentukan
oleh perdapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh
total pendapatan yang diterima, juga ditentukan oleh jumlah anggota rumah
tangga.
Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pendapatan perkapita,
pengeluaran dan konsumsi pangan. Rumah tangga dengan banyak anak dan jarak
kelahiran antar keluarga yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak
masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga tetapi hanya
mencukupi sebagian dari anggota rumah tangga (Martianto dan Ariani 2004).
Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat
kecukupan energi dan ketahanan pangan. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga
maka semakin rendah tingkat kecukupan energi dan semikin rendah peluang
rumah tangga menjadi tahan pangan (Sukandar dkk, 2006).
Menurut BPS (2001) dalam Arbaiyah (2013), besarnya keluarga atau rumah
tangga menyatakan seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam keluarga
tersebut yang dapat memberi indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi
besaran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang selanjutnya akan
meningkatkan berat beban rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhannya.
Ketahanan pangan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh modal sosial yang
18
keluarga. semakin tinggi tingkat intensitas anggota rumah tangga dalam
berinteraksi sosial maka ketahanan pangan rumah tangga semakin kuat (Suandi,
2007).
Selain Pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan
menpunyai peran penting dalam tingkat ketahanan pangan. Hasil penelitian
Megawangi (1994 dalam Herdiana 2009) mengatakan bahwa rumah tangga yang
kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin
dibandingkan dengan rumah tangga yang kepala keluarganya memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh farida (2009) mengatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan didalam keluarga maka tingkat
ketahanan pangan menjadi lebih baik.
2.5Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka konsep Karateristik rumah tangga
petani padi : 1. Pendapatan 2. Pendidikan kepala
keluarga
3. Jumlah anggota rumah tangga
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi
1. Tingkat Pengeluaran Pangan
Berdasarkan gambar diatas dapat didefenisikan bahwa ketahanan pangan
rumah tangga petani padi di pengaruhi oleh karateristik rumah tangga tersebut
seperti pendapatan, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga.
Ketahanan pangan rumah tangga petani padi dapat dilihat dari segi tingkat
20
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui gambaran situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah
Jawa Kabupaten Simalungun. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan
pertimbangan masyarakat desa terpilih relatif homogen sebagai masyarakat petani
khususnya petani padi dan dapat dijangkau peneliti. Penelitian ini akan
dilaksanakan mulai Agustus 2014 sampai Agustus 2015.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga petani padi
yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun Tahun 2014 sebanyak 359 rumah tangga tani.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian rumah tangga tani yang ada di Desa Maligas
tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Penentuan
besar sampel dilakukan dengan menggunakan besar sampel untuk survei sampel
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
P = Proporsi populasi, dalam penelitian ditetapkan 0,5
d = besar penyimpangan yang dapat diterima
Z21-α/2
=
Tingkat kecenderungan atau kepercayaan 95% ditetapkan 1,96Pemilihan sampel dilakukan secara system random sampling dimana tiap
keluarga tani terpilih diberi nomor. Sampel pertama diambil secara acak dengan
undian selanjutnya kelipatan untuk masing-masing keluarga tani.
Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:
1. Keluarga tani adalah benar tercatat dalam daftar kelompok tani dan
terdaftar dikantor kelurahan sebagai penduduk.
2. Kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya berkomunikasi dengan baik.
3. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lengkap
(sekurang-kurangnya terdiri dari ayah dan ibu).
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan alat
bantu kuesioner, wawancara, dan observasi. Data tersebut meliputi: Karakteristik
22
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data demografi penduduk yang
diperoleh dari kantor kepala desa/kelurahan di lokasi penelitian.
3.4 Defenisi Operasional
Untuk lebih memperjelas arah penelitian ini, maka penulis memberikan
defenisi operasional sebagai berikut:
1. Rumah tangga petani padi adalah sekelompok individu yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dalam
satu atap dan makan dalam satu dapur, dimana kepala keluarganya
berprofesi sebagai petani padi sawah.
2. Karakteristik rumah tangga petani padi adalah ciri-ciri khas yang dimiliki
oleh setiap rumah tangga, terdiri dari : pendapatan, tingkat pendidikan
kepala keluarga, jumlah anggota keluarga.
3. Pendapatan adalah upah kerja yang diterima oleh kepala keluarga dari
hasil panen padi.
4. Pendidikan kepala keluarga adalah tingkat pendidikan formal terakhir
yang dicapai oleh kepala keluarga petani padi.
5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu
rumah tangga.
6. Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkat kemampuan sebuah
keluarga untuk menjamin ketersediaan bagi seluruh anggota keluarga
yang di ukur dari aspek tingkat pengeluaran pangan dan tingkat
7. Tingkat pengeluaran pangan adalah persentase pengeluaran pangan dari
rumah tangga petani padi .
8. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi oleh rumah
tangga petani padi dalam satu bulan.
9. Jumlah pangan adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi keluarga
dalam sehari yang dilihat dari tingkat kecukupan energi.
10.Tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi adalah persentase
dari banyaknya energi yang harus dipenuhi dari makanan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi dibandingkan dengan angka
kecukupan energi rata-rata keluarga.
11.Tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi adalah banyaknya
protein yang harus di penuhi dari makanan yang dikonsumsi oleh rumah
tangga petani padi dibandingkan dengan angka kecukupan protein
keluarga.
3.5 Aspek Pengukuran
Adapun aspek pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Pendapatan diukur dengan menggunakan kuesioner dan dibagi dua kelompok
berdasarkan UMK Kabupaten Simalungun 2014 (Rp 1.695.000) yaitu :
a. Pendapatan diatas UMK
24
2. Pendidikan kepala keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan
klasifikasinya menjadi lima kelompok (Hidayat,2004 dalam Giyanti,2008)
yaitu:
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. PT
3. Jumlah anggota keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (BKKBN, 1996 dalam Hidayati,
2011)yaitu:
a. Keluarga kecil : 4 orang
b. Keluarga besar: > 4 orang
4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga.
Dalam mengukur ketahanan pangan rumah tangga, dapat dilakukan dengan
pengukuran yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole (1991), menggunakan
dua indikator yaitu tingkat pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi
energi. Kemudian dikategorikan menjadi (Jonsson and toole dalam Maxwell
dkk (2000) :
Tahan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari
pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah
tangga cukup yaitu >80% dari kecukupan energi rata-rata
Rentan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari
pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah
tangga cukup yaitu > 80% dari kecukupan energi rata-rata
keluarga.
Kurang Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari
pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi rata-rata
keluarga.
Rawan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari
total pengeluaran dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi keluarga
5. Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Dihitung dengan membagi pengeluaran untuk bahan pangan selama sebulan
dengan total pengeluaran selama sebulan dikalikan dengan 100% (Smith and
Subandoro, 2007). Tingkat pengeluaran pangan diklasifikasi dengan kriteria
pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yaitu :
a. Rendah ≤ 60% dari pengeluaran total
b. Tinggi > 60% dari pengeluaran total
6. Konsumsi Pangan Rumah Tangga
Dalam penelitian ini konsumsi pangan yang diperhitungkan adalah konsumsi
energi dan protein rata-rata rumah tangga.
c. Tingkat kecukupan energi keluarga dilihat dengan menggunakan fomulir
26
Tingkat energi keluarga diklasifikasi dengan kriteria pengukuran
ketahanan pangan rumah tangga yaitu :
1. Cukup > 80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga.
2. Kurang ≤ 80% dari kecukupan energi rata rata keluarga.
b. Tingkat kecukupan protein keluarga dilihat dengan menggunakan formulir
Food List Method .
3.6 Pengolahan Data
pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu
komputer dengan tahapan sebagai berikut:
a.Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang
diperoleh melalui wawancara. Edit meliputi kelengkapan pengisian,
kesalahan pengisian kuesioner. Edit dilakukan dilapangan. Peneliti
mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari
kuesioner yang diberikan. Hasil edit didapatkan semua data terisi lengkap
dan benar.
b. Coding, yaitu memberikan kode berupa angka tertentu pada kuesioner
c. Entri Data, memasukkan data ke dalam program komputer.
3.7 Analisis Data
Data karakteristik rumah tangga petani padi, ketahanan pangan, tingkat
konsumsi energi rata-rata keluarga dan tingkat pengeluaran pangan yang telah
dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Maligas Tongah merupakan salah satu desa dari 18 desa yang ada di
Kecamatan Tanah Jawa dan mempunyai luas 77a Ha, Secara geografis berbatasan
dengan:
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jawa Tongah
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bah Kisat
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Mekar Mulia
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saribu Asih
4.1.1 Jumlah Penduduk Desa Maligas Tongah berdasarkan Kelompok Umur
Desa Maligas Tongah mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2413 jiwa
dengan rincian sebagai berikut dalam tabel distribusi jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014
No Kelompok Umur n %
1. 0-9 486 20,1
2. 10-19 593 24,6
3. 20-29 441 18,3
4. 30-39 336 13,9
5. 40-49 322 13,4
6. 50-59 172 7,1
7. >60 63 2,6
Jumlah 2413 100,0
Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah 2014
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah penduduk
yaitu 593 jiwa (24,6%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada
kelompok umur >60 yaitu 63 jiwa (2,6%).
4.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Maligas
Tongah dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014
Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan paling banyak adalah tingkat pendidikan tidak tamat SD
sebanyak 753 orang (31,2%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan
S1 sebanyak 12 orang (0,5%).
4.2 Karakteristik Respoden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi : pendidikan,
pendapatan, dan jumlah anggota rumah tangga. Gambaran karaketirstik responden
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
No Tingkat Pendidikan n %
1. Tidak Tamat SD 753 31,2
2. SD 682 28,3
3. SMP 513 21,3
4. SMA 431 17,9
5. DI – DIII 22 0.9
6. S1 - S3 12 0,5
30
Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga
berada pada kelompok SMA sebanyak 28 responden (36,8%). Jumlah anggota
keluarga dalam satu rumah tangga berada pada kelompok lebih kecil sama dengan
4 sebanyak 63 responden (82.9%). Pendapatan kepala keluarga berada pada
kelompok pendapatan rendah dibawah upah Minimum Kabupaten (Rp 1.695.000)
sebanyak 43 orang (56,6%).
4.3 Pengeluaran Pangan Keluarga
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 responden yang
diwawancarai menggunakan kuesioner diketahui rata-rata pengeluaran pangan dan
pengeluaran non pangan perbulan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah
Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Jenis Pengeluaran Pangan
8. Kacang-kacangan 24.013,16 2,51
9. Minyak dan Lemak 46.039,47 4,82
10. Bumbu-bumbuan 51.276,32 5,37
11. Bahan Minuman 51.855,26 5,43
12. Makanan Minuman Jadi 42,447,37 4,44
13. Rokok 530.131,6 55,51
14. Tembakau dan Sirih 5,263,1 0,50
Jumlah 954.973,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata pengeluaran pangan
terbesar pada rokok sebesar Rp 530.131,6 (55,51%) sedangkan pengeluaran
pangan yang terkecil pada umbi-umbian yaitu sebesar Rp 3118,42 (0,33%).
Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Jenis Pengeluaran Non Pangan
7. Perlengkapan Pribadi 46.868,4 5,39
8. Pendidikan 318.421,1 36,62
9. Kesehatan 55.118,4 6,33
10. Pakaian 1.973,6 0,22
11. Keperluan Sosial 14.0921,1 16,20
12. Tabunagn/Arisan 13.3618,4 15,36
13. Pajak Ansuransi 1.513,1 0,01
32
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui rata-rata pengeluaran non
pangan terbesar terdapat pada pengeluararan non pangan yaitu pendidikan sebesar
Rp 318.421,1 (36,62%) sedangkan pengeluaran non pangan terkecil adalah
minyak tanah Rp 1.184,2 (0,13%).
4.4 Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada penelitian ini diukur
dari aspek tingkat pengeluaran pangan keluarga dan tingkat kecukupan energi
rata-rata keluarga. Tingkat pengeluaran pangan dibedakan menjadi dua kriteria,
yaitu tingkat pengeluaran pangan tinggi dan rendah. Sedangkan tingkat kecukupan
konsumsi energi rata-rata keluarga dibedakan atas dua kriteria, cukup dan kurang.
4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga
Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat pengeluaran pangan
di Desa Maligas Tongah.
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Tingkat Pengeluaran Pangan
n %
1. Rendah 35 47.4
2. Tinggi 41 52,6
Jumlah 76 100,00
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah
tangga petani padi memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dari 60%
yaitu sebanyak 41 rumah tangga (52,6%) sedangkan tingkat pengeluaran pangan
4.4.2 Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi
yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui
jumlah tingkat kecukupan energi rata-rata rumah tangga petani padi sebagai
berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Energi
Keluarga/hari
n %
1. Cukup 65 85,5
2. Kurang 11 14,5
Jumlah 76 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki
tingkat kecukupan energi rata-rata keluarga yang kategori cukup 80% sebanyak
65 rumah tangga (85,5%) dan rumah tangga yang kategori kurang sebanyak 11
rumah tangga (14,5%).
4.4.3 Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi
yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui
jumlah tingkat kecukupan Protein rata-rata rumah tangga petani padi sebagai
34
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Protein
Keluarga/hari
n %
1. Cukup 1 1,3
2. Kurang 75 98,7
Jumlah 76 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki
tingkat kecukupan protein rata-rata keluarga yang kategori cukup sebanyak 1
rumah tangga (1,3%) dan rumah tangga yang kategori sebanyak 11 rumah tangga
(98,7%).
Setelah diketahui pengukuran dari kedua aspek, maka dapat diketahui
kriteria ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah
seperti tabel dibawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Ketahanan Pangan Rumah Tangga
n %
1. Tahan Pangan 31 40,8
2 Rentan Pangan 34 44,7
3. Kurang Pangan 4 5,3
4. Rawan Pangan 7 9,2
Jumlah 76 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 diatas bahwa paling banyak rumah tangga petani
padi di Desa Maligas Tongah berada pada kelompok rentan yaitu sebanyak 34
rumah tangga (44,7%). Sedangkan sisanya terdiri dari 31 rumah tangga petani
padi (40,8%) berada pada kelompok tahan pangan sebanyak 4 rumah tangga
(5,20%) rumah tangga petani padi berada pada kelompok kurang pangan dan 7
4.5Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga
Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga
berdasarkan pendapatan kepala keluarga rumah tangga petani padi.
Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
Pendapatan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tahan
Pangan
Rentan Pangan
Kurang Pangan
Rawan Pangan
Jumlah
n % n % n % n % n %
< Rp
1.695.000 9 20,9 25 58,1 2 4,7 7 16,3 43 100,0 Rp
1.695.000 22 66,7 9 27,3 2 6,1 0 0 33 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
pendapatan rumah tangga berada pada kelompok Rp 1.695.000 yaitu 43 rumah
tangga (79,1%) dengan rawan pangan sebanyak 7 rumah tangga (16,3%), rentan
pangan sebanyak 25 rumah tangga (58,1%), kurang pangan sebanyak 2 rumah
tangga (4,70%) dan tahan pangan sebanyak 9 anggota rumah tangga (20,9%).
4.5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan kepala Keluarga
Tabel berikut ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga
36
Tabel 4.11 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kepala keluarga yang memiliki
tingkat pendidikan SMA berada pada kelompok SMA sebesar 28 rumah tangga
(36,8%) dengan rawan pangan sebanyak 1 orang (3,6%), rentan pangan sebanyak
13 rumah tangga (46,4%, kurang pangan sebanyak 2 rumah tangga (7,1%), dan
tahan pangan sebanyak 12 rumah tangga (42,9%).
4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga
Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga
petani padi berdasarkan Jumlah Anggota rumah tangga.
Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015
Jumlah Anggota
Rumah Tangga