• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU Dr.pirngadi Medan Periode Januari-Desember 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU Dr.pirngadi Medan Periode Januari-Desember 2007"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSU

Dr. PIRNGADI MEDAN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

NURAISYAH NASUTION O75102021

Karya Tulis Ilmiah

Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya

Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU

Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat

karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau

diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008

Yang menyatakan

(3)

Judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture

Perineum Pada Ibu Bersalin di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode

Januari – Desember 2007.

Nama Nuraisyah Nasution

Nim 075102021

Program D IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I

(Ir. Dwi Lindarto, MT) (dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)

...Penguji II

(Dina Indarsita, M.Kes)

...Penguji III

(Ir. Dwi Lindarto, MT)

Program D IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai dari persyaratan Kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D IV Bidan Pendidik.

(Dewi Elizadiani Suza, S.Kp,MNS) (dr. Murniati Manik, Msc,SpKK

Nip : 132 258 269 Nip : 130 810 210

)

(4)

Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU Dr.pirngadi Medan Periode Januari-Desember 2007.

Peneliti : Nuraisyah Nasution

N i m : 075102021

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2008

ABSTRAK

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik

secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Terjadinya rupture

perineum disebabkan oleh faktor ibu yaitu paritas, jarak kelahiran dan berat badan

lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan yaitu

ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi. Di RSU Dr.

Pirngadi Medan masih banyak ditemukan masalah pada wanita hamil dan bersalin termasuk ditemukannya kasus rupture perineum pada ibu bersalin.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan

retrospective, menggunakan teknik purpose sampling diperoleh bahwa data ibu

bersalin yang mengalami rupture perineum sebanyak 100 orang.

Hasil analisis data dengan menggunakan analisa univariat menunjukkan bahwa berdasarkan faktor ibu, mayoritas ibu dengan paritas multipara (42%), mayoritas dengan jarak kelahiran 2-3 tahun (47%), berat badan bayi mayoritas 3.000-3.500 gram (41%), mayoritas riwayat persalinan dengan ekstraksi vakum (60%). Hasil analisa bivariat menunjukkan paritas pada ibu scundigravida, paling banyak dengan derajat dua (11%). Hasil uji – square menunjukkan paritas dan riwayat persalinan memiliki probabilitas p = 0,01 (P < 0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan derajat rupture perineum. Sedangkan jarak kelahiran dan berat badan bayi tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan derajat rupture

perineum.

Diharapkan para peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya rupture perineum dengan variabel penelitian yang lebih banyak

Kata kunci : Rupture perineum pada ibu bersalin

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan, kesehatan, dan kemampuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin di RSU Dr. Pirngadi Medan

Periode Januari – Desember 2007”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat

bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini

perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & Sp.A(K) selaku Rektor USU

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tcipta, SpA (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Pelaksana Program D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, selaku Koordinator mata kuliah

Metodologi Penelitian.

(6)

bimbingan serta arahan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh Staf Dosen Pengajar D-IV Bidan Pendidik, yang telah banyak

memberikan ilmu dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di

Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu, Ayah dan saudaraku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

9. Bapak Drs. PGS yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Rekan-rekan mahasiswi D-IV Bidan Pendidik, adikku tersayang Irma dan

Dina yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2008

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pernyataan ... i

Lembaran Pengesahan... ii

Abstrak ... iii

1.3.Pertanyaan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Rupture Perineum ... 6

2.1.1. Pengertian ... 6

2.1.2. Klasifikasi Rupture Perineum... 7

2.1.3. Tanda-Tanda Dan Gejala Robekan Jalan Lahir ... 7

2.1.4. Penyebab Robekan Jalan Lahir ... 8

2.1.5. Resiko Robekan Jalan Lahir ... 9

2.1.6. Tindakan Yang Dilakukan ... 9

2.1.7. Penanganan Robekan Jalan Lahir ... 10

2.1.8. Pengobatan Robekan Jalan Lahir ... 11

2.1.9. Komplikasi... 12

2.2. Persalinan ... 14

2.3. Faktor-Faktor terjadinya Rupture Perineum ... 15

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Disain Penelitian ... 25

4.2. Populasi dan Sampel ... 25

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

4.4. Pertimbangan Etik ... 26

4.5. Instrumen Penelitian ... 27

4.6. Pengumpulan Data ... 27

4.7. Analisa Data ... 27

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Analisa Univariat ... 30

5.1.2. Analisis Bivariat... 32

5.2. Pembahasan ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran ... 43

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Variabel Rupture Perineum Berdasarkan

Paritas, Jarak Kelahiran, Berat Badan Bayi, Riwayat Persalinan 31

Tabel 5.1.1.a Paritas Dengan Derajat Rupture Perineum ... 33

Tabel 5.1.1.b Jarak Kelahiran Dengan Derajat Rupture Perineum ... 34

Tabel 5.1.1.c Berat Badan Bayi Dengan Derajat Rupture Perineum ... 35

(10)

Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU Dr.pirngadi Medan Periode Januari-Desember 2007.

Peneliti : Nuraisyah Nasution

N i m : 075102021

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2008

ABSTRAK

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik

secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Terjadinya rupture

perineum disebabkan oleh faktor ibu yaitu paritas, jarak kelahiran dan berat badan

lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan yaitu

ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi. Di RSU Dr.

Pirngadi Medan masih banyak ditemukan masalah pada wanita hamil dan bersalin termasuk ditemukannya kasus rupture perineum pada ibu bersalin.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan

retrospective, menggunakan teknik purpose sampling diperoleh bahwa data ibu

bersalin yang mengalami rupture perineum sebanyak 100 orang.

Hasil analisis data dengan menggunakan analisa univariat menunjukkan bahwa berdasarkan faktor ibu, mayoritas ibu dengan paritas multipara (42%), mayoritas dengan jarak kelahiran 2-3 tahun (47%), berat badan bayi mayoritas 3.000-3.500 gram (41%), mayoritas riwayat persalinan dengan ekstraksi vakum (60%). Hasil analisa bivariat menunjukkan paritas pada ibu scundigravida, paling banyak dengan derajat dua (11%). Hasil uji – square menunjukkan paritas dan riwayat persalinan memiliki probabilitas p = 0,01 (P < 0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan derajat rupture perineum. Sedangkan jarak kelahiran dan berat badan bayi tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan derajat rupture

perineum.

Diharapkan para peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya rupture perineum dengan variabel penelitian yang lebih banyak

Kata kunci : Rupture perineum pada ibu bersalin

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara

berkembang. Kematian yang terjadi pada wanita subur di negara berkembang sekitar

25-50%. Angka kematian ibu merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan

obstetri di suatu negara. Bila Angka Kematian Ibu masih tinggi berarti sistem

pelayanan obstetri masih buruk (Saifuddin, 2001).

Menurut WHO (World Health Organization) pada 2006 melaporkan bahwa

hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia.

Peristiwa ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Di

negara maju, angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 1000.000 kelahiran hidup,

sedangkan di negara berkembang, angka kematian ibu rata-rata dapat mencapai 18

kali lebih tinggi, yaitu 480 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini disebabkan karena

di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, hampir 80% persalinan

masih ditangani oleh dukun (Nasution, 2006).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) pada 2006,

angka kematian ibu di Indonesia mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup.

Masalah yang ditemukan adalah masih rendahnya kesehatan perempuan yang

(12)

nifas, serta kualitas hidup perempuan yang masih rendah baik dari segi kesehatan

maupun kemampuan ekonominya (Sutikno, 2006).

Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

setelah persalinan berlangsung. Perdarahan tersebut disebabkan oleh atonia uteri,

retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir (Manuaba, 1998). Salah satu

penyebab perdarahan tersebut adalah robekan perineum atau laserasi jalan lahir

sebesar 4-5%, dan ini merupakan penyebab yang banyak terjadi pada saat persalinan

(Mochtar, 1998).

Hasil penelitian Dina (2007) di Rumah Sakit Haji Medan terhadap data

pasien yang dikumpulkan melalui catatan rekam medik tahun 2004-2006

menunjukkan bahwa kejadian rupture perineum sebanyak 141 orang. Dari 141 ibu

yang mengalami rupture perineum, berdasarkan paritas paling banyak pada

primipara sebanyak 88 orang (62,64%), berdasarkan jarak kelahiran paling banyak

pada jarak kelahiran 2-3 tahun yaitu 27 orang ( 50,95%) dan berat badan bayi

paling banyak pada berat badan > 3500 gram yaitu 66 orang (46,81%).

Penelitian Irmayasari (2006) di Klinik Bersalin Nursyawaliyah menunjukkan

bahwa dari 30 ibu yang mengalami rupture perineum berdasarkan paritas yang

paling banyak adalah primipara yaitu 48 orang (60%), berdasarkan jarak kelahiran

paling banyak > 3 tahun dan berdasarkan berat badan bayi paling banyak adalah

3000-4000 gram.

Di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2006 seperti yang dilaporkan Asrol Byrin

(13)

Robekan jalan lahir merupakan yang paling banyak terjadi terhadap

perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.

Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya

disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Saifuddin, 2001).

RSU Dr. Pirngadi adalah salah satu rumah sakit rujukan yang terdapat di

kota Medan yang menerima persalinan dan memiliki alat penanganan rupture medik

lengkap. Hal yang mendasari pemilihan RSU Dr. Pirngadi Medan sebagai tempat

penelitian adalah masih banyak masalah yang ditemukan pada wanita hamil dan

bersalin termasuk ditemukannya kasus rupture perineum pada ibu bersalin, dan

peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture

perineum pada ibu bersalin.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di RSU

Dr.Pirngadi Medan Januari-Desember 2007.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di RSU

(14)

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture

perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode

Januari-Desember 2007 berdasarkan paritas

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture

perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode

Januari-Desember 2007 berdasarkan jarak kelahiran.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture

perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode

Januari-Desember 2007 berdasarkan berat badan bayi.

d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture

perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode

Januari-Desember 2007 berdasarkan riwayat persalinan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian

adalah faktor-faktor apa yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada

ibu bersalin ?

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi

praktek pelayanan kebidanan untuk menurunkan angka kejadian rupture

(15)

b. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan sebagai

aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi pengalaman bagi peneliti terutama dalam meneliti

faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture perineum dan bagi peneliti

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rupture Perineum 2.1.1 Pengertian

Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang

terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

serta diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat

bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan.

Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas

apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir

semua primipara (Wiknjosastro, 2002). Robekan dapat terjadi bersamaan dengan

atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik

biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Mochtar, 2005).

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang

bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus

diperhatikan yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber

perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus

(ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir

(17)

2.1.2 Klasifikasi Rupture perineum

Jenis robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:

a. Derajat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian

depan, kulit perineum.

b. Derajat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,

kulit perineum dan otot perineum.

c. Derajat tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit

perineum, otot-otot perineum dan sfingterani eksterna.

d. Derajat empat : Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingterani

yang meluas sampai ke mukosa rectum (Soepardiman, 2006).

2.1.3 Tanda-tanda dan gejala robekan jalan lahir

Tanda dan gejala robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan

b. Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir

c. Uterus tidak berkontraksi dengan baik

d. Plasenta tidak normal

Gejala yang sering terjadi adalah:

a. Pucat

b. Lemah

(18)

2.1.4 Penyebab Robekan Jalan Lahir

Yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir adalah Partus

presipitatus.

a. Kepala janin besar

b. Presentasi defleksi (dahi, muka).

c. Primipara

d. Letak sungsang.

e. Pimpinan persalinan yang salah.

f. Pada obstetri dan embriotomi : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, dan

embriotomi (Mochtar, 2005).

Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak

kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya,

riwayat persalinan. ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi

(Wiknjosastro, 2000). Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada

pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Bidan diharapkan

melaksanakan pertolongan persalinan di tengah masyarakat melalui bidan polindes,

sehingga peranan dukun makin berkurang. Bidan dengan pengetahuan medisnya

dapat mengetahui hamil dengan risiko tinggi dan mengarahkan pertolongan pada

kehamilan dengan risiko rendah yang mempunyai komplikasi ringan sehingga

dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal. Dengan demikian

komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan semakin

(19)

2.1.5 Risiko Robekan Jalan Lahir

Risiko yang ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan yang

dapat menjalar ke segmen bawah uterus (Mochtar, 2005). Risiko lain yang dapat

terjadi karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang hebat adalah ibu tidak

berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.

Keluarnya bayi melalui jalan lahir umumnya menyebabkan robekan pada

vagina dan perineum. Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu memang

sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Petugas kesehatan atau dokter akan

segera menjahit robekan tersebut dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan

sekaligus penyembuhan. Penjahitan juga bertujuan merapikan kembali vagina ibu

menyerupai bentuk semula (Sutikno, 2006).

2.1.6 Tindakan Yang Dilakukan

Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :

a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma

terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir.

b. Memperbaiki robekan jalan lahir.

c. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira

selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu

atau lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan.

d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan makanan

(20)

2.1.7 Penanganan Robekan Jalan Lahir

Penanganan robekan jalan lahir adalah

a. Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang

bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi.

b. Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis

demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang terbuka ke arah

vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah yang akan

menyebabkan luka lama sembuh.

c. Dengan memberikan antibiotik yang cukup (Mochtar, 2005)

Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali

jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan

dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan

memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi

pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari puncak

luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai bawah laserasi.

Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Ikat benang

dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm.

melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan jari paling kecil ke dalam anus

untuk mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa menyebabkan fistula

dan bahkan infeksi (Depkes, 2004).

Rupture perineum derajat empat atau robekan yang lengkap memerlukan

(21)

diperhatikan dan tepi mukosa rectum dibalikkan ke dalam lumen usus dengan

jahitan berulang. Jahitan ini diperkuat lagi dengan jahitan terputus sekeliling fasia

endopelvis. Ujung robekan sfingterani cenderung mengalami retraksi ke lateral

dan posterior. Setelah diidentifikasi dan dijepit dengan forcep, ujung robekan

didekatkan dengan dua atau tiga jahitan (Ben, 1998).

2.1.8 Pengobatan Robekan Jalan Lahir

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah dengan

memberikan uterotonika setelah lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan

sebelum bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi

terjadinya perdarahan pada kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.

Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk

mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan

mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan

perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Mencegah kontaminasi dengan rectum

b. Menangani dengan lembut jaringan luka

(22)

2.1.9 Komplikasi

Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera

diatas, yaitu :

a. Perdarahan

Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam

waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat

selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan

darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta

memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes,

2006).

b. Fistula

Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada

vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka

air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung

kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi

iskemia (Depkes, 2006).

c. Hematoma

Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena

adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa

nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.

Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa

(23)

vulva yang timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang

menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak darah yang

hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada

salah satu sisi introitus di daerah rupture perineum ( Martius, 1997).

d. Infeksi

Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada

kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam

tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh

melebihi 380

Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari

perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (rupture uteri). Penanganan yang

dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sumber

dan jumlah perdarahan. Jenis robekan perineum adalah mulai dari tingkatan ringan

sampai dengan robekan yang terjadi pada seluruh perineum yaitu mulai dari derajat

satu sampai dengan derajat empat. Rupture perineum dapat diketahui dari tanda dan

gejala yang muncul serta penyebab terjadinya. Dengan diketahuinya tanda dan gejala

terjadinya rupture perineum, maka tindakan dan penanganan selanjutnya dapat

dilakukan.

C, tanpa menghitung pireksia nifas. Setiap wanita yang mengalami

pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan dilakukan inspeksi pada traktus

gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi (Liwellyin,

(24)

Kaitan yang ditemukan dalam penulisan ini adalah penyebab terjadinya

rupture perineum, hal-hal yang dapat dilakukan serta tanda dan gejala yang terlihat

serta upaya lanjutan yang berkaitan dengan penanganannya.

2.2 Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( Manuaba, 1998).

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap (Saifuddin, 2001).

Menurut Mochtar (1998), adapun faktor-faktor persalinan adalah :

a. Jalan lahir (passage)

b. Janin ( passenger)

c. Tenaga atau kekuatan (power)

d. Psikis wanita

e. Penolong persalinan.

Tahap pertama persalinan adalah ketika serviks terbuka penuh untuk

membiarkan kepala bayi lewat, sebelum terbuka serviks tebal, agak keras menjadi

tipis dan lembut dengan perlahan ditarik oleh kontraksi otot-otot uterus. Jika

kemajuan persalinan berjalan lambat perubahan posisi dan pergerakan seringkali

membantu mempercepat proses persalinan dan mengurangi rasa nyeri (Manuaba,

(25)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). kala dua

persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Kala tiga dan kala empat persalinan disebut juga kala uri

atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga dan kala empat persalinan merupakan

kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) serta kala dua (kala pengeluaran bayi).

Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor-faktor terkait dengan persalinan

mencakup mulai dari jalan lahir, janin, tenaga dan kekuatan, psikis wanita dan

penolong persalinan.

2.3 Faktor-faktor terjadinya Rupture Perineum

Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (yang

mencakup paritas, jarak kelahiran dan beat badan lahir), riwayat persalinan yang

mencakup ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan episiotomi.

2.3.1 Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seseorang ibu baik hidup

maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian rupture perineum.

Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih besar untuk

mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini

dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi

(26)

2.3.2 Jarak kelahiran

Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang

dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong

risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran

2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu

juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami

robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga proses pemulihan belum

sempurna dan robekan perineum dapat terjadi (Depkes, 2004).

2.3.3 Berat badan bayi

Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum

yaitu pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus

melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu.

Perkiraan berat janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi

dokter atau bidan. Pada masa kehamilan, hendaknya terlebih dahulu mengukur

tafsiran beran badan janin (Chalik, 2001).

Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor ibu dalam hal paritas memiliki

kaitan dengan terjadinya rupture perineum. Ibu dengan paritas satu atau ibu

primipara mengalami resiko yang lebih tinggi. Jarak kelahiran kurang dari dua

tahun juga termasuk dalam kategori risiko tinggi karena dapat menimbulkan

komplikasi dalam persalinan. Dalam kaitannya dengan terjadinya rupture perineum,

(27)

2.3.4 Riwayat Persalinan

Riwayat persalinan mencakup episiotomi, ekstraksi cunam dan ekstraksi

vakum. Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya rupture perineum.

a. Episiotomi

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum

rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum

(Wiknjosastro, 2000). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan

yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas

adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Pertimbangan untuk melakukan episiotomi

harus mengacu kepada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai

dengan kondisi yang dihadapi (Handaya, 2005). Tujuan episiotomi adalah

menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak

perlu.

b Indikasi

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun

pihak janin.

1. Indikasi janin

a. Sewaktu melahirkan janin prematur.

Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada

(28)

b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan ekstraksi

cunam, ekstraksi vakum dan janin besar.

2. Indikasi ibu

Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan

terjadi robekan perineum, misalnya pada primipara, persalinan sungsang,

persalinan dengan ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan anak besar

(Wiknjosastro, 2000).

Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para

penolong persalinan percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah

penyulit dan infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan

spontan, tetapi belum ada bukti yang mendukung hal tersebut

Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :

a. Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma.

b. Sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan

laserasi derajat tiga atau empat yang terjadi tanpa episiotomi.

c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan.

d. Meningkatnya risiko infeksi (JNPK-KR, 2002).

c. Jenis Episiotomi

Berdasarkan lokasi sayatan episiotomi terdiri dari :

a. Episiotomi medialis

Sayatan dimulai pada garis tengah komissura lurus ke bawah tetapi tidak

(29)

b. Episiotomi mediolateralis

Sayatan ini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju arah

belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan kearah kanan ataupun kiri,

tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.

3. Episiotomi lateralis

Sayatan ini dilakukan kearah lateral mulai dari angka 3 atau 9 sesuai dengan

arah jarum jam.

d Ekstraksi Vakum

Ektraksi vakum merupakan suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin

dilahirkan dengan ektsraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum yang

dipasang dikepalanya (Soepardiman, 2005). Pada ekstraksi vakum, keadaan

fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya caput suksadenum pada kepala

janin sebagai kompensasi akibat penghisapan atau tekanan negatif.

Alat ekstraktor vakum terdiri dari beberapa bagian :

a. Pompa atau mesin penghisap dengan tekanan negatif

b. Botol atau tabung udara dilengkapi dengan manometer untuk membuat dan

mengatur tekanan negatif.

c. Pipa atau selang penghubung antara mesin/botol dengan mangkuk ekstraktor

vakum.

d. Rantai atau gagang penarik terpasang pada mangkukl ekstraktor vakum.

(30)

Dari uraian tersebut terlihat bahwa riwayat persalinan memiliki kaitan

dengan terjadinya rupture perineum. Episiotomi merupakan tindakan insisi pada

perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput

darah, jaringan selaput darah jaringan pada septum rsektovaginal, otot-otot dan

fasial perineum dan kulit sebelah dalam perineum. Namun demikian, tindakan

episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang terjadi lebih hebat. Ekstraksi vakum

merupakan suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dengan

ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum yang dipasang di

(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di RSU

Dr.Pirngadi Medan periode Januari-Desember 2007 terdiri atas variabel independen

dengan empat variabel yaitu paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi dan riwayat

persalinan. Variabel tersebut memiliki pengaruh dengan variabel dependen yaitu

terjadinya rupture perineum. Kerangka konsep dijelaskan dalam bentuk skema

sebagai berikut :

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor ibu Paritas

Jarak kelahiran

Berat badan bayi Rupture perineum

(32)

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Dependen

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi antara anus dan vulva

Cara ukur : Mencatat langsung kasus dari rekam medik yang sudah diobservasi oleh

petugas kesehatan

3.2.2 Variabel Independen

a. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu sampai persalinan sekarang.

Cara ukur : Mencatat dari rekam medik ibu bersalin, dengan kategori

a. Primipara

b. Scundigravida

c. Multipara

d. Grandemultipara

Alat ukur : lembar checklist

Skala ukur : ordinal

b. Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran adalah rentang waktu kelahiran anak saat ini dengan anak

sebelumnya.

Cara ukur : Mencatat dari rekam medik jarak anak yang lahir saat ini dengan

sebelumnya, dengan kategori :

(33)

b. 2-3 tahun

c. > 3 tahun

Alat ukur : Lembar checklist

Skala ukur : ordinal

c. Berat badan bayi

Berat badan bayi adalah berat badan yang ditimbang dengan menggunakan

timbangan bayi.

Cara ukur : Mencatat langsung dari rekam medik berat badan bayi yang telah

ditimbang oleh petugas kesehatan dengan kategori :

a. 3000-3500 gram

b. > 3500 gram

c. > 4000 gram

Alat ukur : lembar checklist

Skala ukur : ordinal

d. Riwayat persalinan adalah proses terjadinya persalinan.

Cara ukur : Mencatat langsung dari rekam medik riwayat persalinan ibu dengan

kategori :

a. Ekstraksi vakum

b. Episiotomi

Alat ukur : lembar checklist

(34)

3.3 Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi dan riwayat persalinan

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

rupture perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode

Januari-Desember 2007.

4.2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan

periode Januari-Desember 2007 sejumlah 500 orang.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami rupture perineum

dengan menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel secara

purposive didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh penulis berdasarkan

ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui). Dari hasil survei pendahuluan di RSU

Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan bulan Januari 2007 diperoleh bahwa data ibu

bersalin yang mengalami rupture perineum sebanyak 100 orang yang dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian.

(36)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan bahwa

rumah sakit tersebut merupakan salah satu tempat rujukan dan lokasi serta

wilayahnya mudah dijangkau oleh peneliti, alat penanganan rupture medik lengkap.

Penelitian ini dilakukan mulai dari September 2007 sampai dengan Mei 2008.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Institusi

Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara dan RSU Dr. Pirngadi Medan. Dalam melakukan penelitian ini, ada

beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian pada Ketua

Program D-IV Bidan Pendidik FK USU.

b. Peneliti mengajukan surat keterangan izin penelitian ke bagian Tata Usaha

RSU Dr.Pirngadi Medan untuk memperoleh surat pengantar izin penelitian

yang ditujukan kepada bagian penelitian RSU Dr.Pirngadi Medan.

c. Setelah mendapat surat izin penelitian dari Direktur RSU Dr.Pirngadi Medan,

peneliti mengantar surat izin tersebut ke ruang bersalin dengan terlebih dahulu

melapor kepada kepala ruangan untuk melakukan penelitian.

d. Setelah mendapat izin meneliti dari kepala ruangan, peneliti dapat melakukan

proses pengumpulan data dari rekam medik yang mencakup paritas, jarak

(37)

e. Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden.

f. Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar checklist

catatan rekam medik dari status ibu bersalin yang mengalami rupture perineum.

4.6 Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dengan menggunakan data Sekunder dari catatan

rekam medik yang ada di RSU Dr.Pirngadi Medan. Penelitian dilakukan sendiri oleh

peneliti setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik FK

USU dan Direktur RSU Dr.Pirngadi Medan.

4.7 Analisa Data

Sebelum melakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data

dengan komputer untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah

dalam pengolahan data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut. Coding yaitu

memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry

yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau

(38)

mempengaruhi terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin. Perhitungan statistik

dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

variabel independen yang diteliti yaitu paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi dan

riwayat persalinan.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi variable bebas dan rupture perineum sebagai variabel terikat.

Perhitungan statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan ketentuan :

(O - E)

X

2 2

O =

Σ

Keterangan

X2

O = frekuensi yang diselidiki atau diobservasi atau frekuensi empiris = harga chi-square dihitung dibandingkan dengan chi-square tabel.

(39)

Dari hasil perhitungan statistik akan diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi antara variabel yang diteliti. Apabila nilai chi-square hitung lebih

besar daripada nilai chi-square table, maka ada pengaruh antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Tetapi bila nilai chi-square hitung lebih kecil daripada

nilai chi-square tabel, maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan

(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Dalam bab ini, diuraikan hasil penelitian mengenai faktor yang

mempengaruhi rupture perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan

periode Januari-Desember 2007 berdasarkan paritas, jarak kelahiran, berat badan

bayi, riwayat persalinan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

lembar checklist catatan rekam medik dari status ibu bersalin yang mengalami

rupture perineum.

5.1.1 Analisa Univariat

Dari jumlah sampel sebanyak 100, ibu dengan paritas multipara sebanyak

42 responden (42%), ibu dengan paritas scundigravida sebanyak 41 responden

(41%), ibu dengan paritas grandemultipara sebanyak 15 responden (15%) dan ibu

dengan paritas primpara sebanyak 2 responden (2%). Responden dengan jarak

kelahiran 2-3 tahun sebanyak 47 orang (47%), ibu dengan jarak kelahiran > 3

tahun sebanyak 40 responden (40%) dan ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun

sebanyak 13 responden (13%). Berdasarkan berat badan bayi dapat dilihat bahwa

bayi dengan berat badan 3.000-3.500 gram adalah sebanyak 41 orang (41%), berat

badan bayi > 3.500 adalah sebanyak 39 responden (39%) dan bayi dengan berat

badan bayi > 4000 gram adalah sebanyak 20 orang (20%). Dilihat dari riwayat

(41)

ekstraksi vakum adalah sebanyak 60 responden (60%) dan ibu dengan riwayat

persalinan episiotomi adalah sebanyak 40 responden (40%). Berdasarkan derajat

terjadinya rupture perineum terlihat bahwa ibu yang mengalami rupture perineum

derajat dua adalah sebanyak 39 responden (39%), derajat tiga sebanyak 35

responden (35%), ibu bersalin dengan rupture perineum derajat satu sebanyak 17

responden (17%) dan ibu dengan derajat empat sebanyak 9 responden (9%). Hal

ini dapat dilihat pada tabel dibawah berikut.

Tabel 5.1.1

Distribusi frekuensi variabel rupture perineum berdasarkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, riwayat persalinan.

No Variabel n %

2. Jarak kelahiran

(42)

4. Riwayat persalinan

5. Derajat Rupture Perineum

Derajat satu

5.1.2 Analisa Bivariat

a. Paritas Dengan Derajat Rupture Perineum

Berdasarkan paritas pada ibu primipara dengan derajat tiga yang mengalami

rupture perineum yaitu sebanyak 3 orang (3%). Paritas pada ibu scundigravida yang

mengalami rupture perineum derajat satu berjumlah 1 orang (1%), derajat dua

sebanyak 11 orang (11%), derajat tiga sebanyak 21 orang (21%) kemudian derajat

empat sebanyak 6 orang (6%). Paritas pada ibu multipara dengan rupture perineum

derajat satu sebanyak 10 orang (10%), derajat dua sebanyak 21 orang (21%), derajat

tiga sebanyak 8 orang (8%), dan derajat empat sebanyak 3 orang (3%). Selanjutnya

paritas pada ibu Grandemultipara dengan rupture perineum derajat satu sebanyak 6

orang (6%), derajat dua sebanyak 7 orang (7%), derajat tiga sebanyak 3 orang (3%),

sedang derajat empat tidak ada ibu dengan paritas grandemultipara yang mengalami

(43)

Hasil uji – square menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,01 (P < 0,05)

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan derajat rupture

perineum.

Tabel 5.1.1. a

Paritas Dengan Derajat Rupture Perineum

Paritas

Derajat Rupture Perineum

P

0,01 Derajat Satu Derajat Dua Derajat Tiga Derajat Empat

Total

b. Jarak Kelahiran Dengan Derajat Rupture Perineum

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa jarak kelahiran < 2 tahun

terhadap terjadinya rupture perineum derajat satu berjumlah 1 orang (1%), derajat

dua sebanyak 7 orang (7%), derajat tiga sebanyak 4 orang (4%), derajat empat

berjumlah 1 orang (1%), selanjutnya jarak kelahiran antara 2 – 3 tahun yang

mempengaruhi terjadinya rupture perineum derajat satu sebanyak 8 orang (8%),

derajat dua sebanyak 20 orang (20%), derajat tiga sebanyak 15 orang (15%), dan

derajat empat sebanyak 4 orang (4%) sedangkan jarak kelahiran > 3 tahun terhadap

terjadinya rupture perineum derajat satu sebanyak 8 orang (8%) derajat dua sebanyak

12 orang (12%), derajat tiga sebanyak 16 orang (16%) dan derajat empat sebanyak 4

(44)

Hasil uji chi – square menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,789 (P > 0,05)

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara jarak kelahiran dengan derajat

rupture perineum.

Tabel 5.1.1. b

Jarak Kelahiran Dengan Derajat Rupture Perineum

Jarak kelahiran

Derajat Rupture Perineum

P

0,789 Derajat Satu Derajat Dua Derajat Tiga Derajat

Empat

c. Berat Badan Bayi Dengan Derajat Rupture Perineum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa berat

badan bayi antara 3000 – 3500 gram terhadap ibu yang mengalami rupture perineum

derajat satu sebanyak 7 orang (7%), derajat dua sebanyak 15 orang (15%), derajat tiga

sebanyak 17 orang (17 %) dan derajat empat sebanyak 3 orang (3%), sedangkan berat

badan bayi > 3500 gram terhadap ibu yang mengalami rupture perineum derajat satu

sebanyak 8 orang (8 %), derajat dua sebanyak 16 orang (16%), derajat tiga sebanyak

11 orang (11%), derajat empat sebanyak 2 orang (2 %), dan berat badan bayi > 4000

gram yang mengalami rupture perineum derajat satu sebanyak 2 orang (2 %), derajat

dua sebanyak 8 orang (8%), derajat tiga sebanyak 7 orang (7 %), derajat 4 sebanyak 4

(45)

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,523 (p > 0,05)

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara berat badan bayi dengan rupture

perineum.

Tabel 5.1.1. c

Berat Badan Bayi Dengan Derajat Rupture Perineum

Berat badan bayi

Derajat Rupture Perineum

P

0,523 Derajat Satu Derajat Dua Derajat Tiga Derajat Empat Total

n % n % n % n %

3000 – 3500 gram 7 7 15 15 17 17 3 3 42

> 3500 gram 8 8 16 16 11 11 2 2 37

> 4000 gram 2 2 8 8 7 7 4 4 21

Jumlah 17 17 39 39 35 35 9 9 100

d. Riwayat Persalinan Dengan Derajat Rupture Perineum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa riwayat

persalinan dengan ekstraksi vakum yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum

derajat satu sebanyak 6 orang (6%), derajat dua sebanyak 32 orang (32%), derajat

tiga sebanyak 18 orang (18%), dan derajat empat sebanyak 4 orang (4%). Sedangkan

riwayat persalinan dengan episiotomi terhadap terjadinya rupture perineum derajat

satu sebanyak 11 orang (11%), derajat dua sebanyak 7 orang (7%), derajat tiga

sebanyak 17 orang (17%), dan derajat empat sebanyak 5 orang (5%).

Hasil uji chi – square menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,03 (p < 0,05)

artinya ada pengaruh yang signifikan antara riwayat persalinan dengan derajat

rupture perineum.

(46)

Tabel 5.1.1. d

Riwayat Persalinan Dengan Derajat Rupture Perineum

Riwayat Persalinan

Derajat Rupture Perineum

P

0,03 Derajat Satu Derajat Dua Derajat Tiga Derajat Empat Total

n % n % n % n %

Ektraksi vakum 6 6 32 32 18 18 4 4 60

Episiotomi 11 11 7 7 17 17 5 5 40

Jumlah 17 17 39 39 35 35 9 9 100

5.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh hasil penelitian bahwa paling banyak

responden dengan paritas multipara (42%) dan paling sedikit dengan paritas

primipara (2%).

Menurut Wiknjosastro (1999) paritas memiliki pengaruh terhadap kejadian

rupture perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko

yang lebih besar untuk mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas

lebih dari satu yang disebabkan oleh jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh

kepala bayi masih kaku, sehingga otot-otot perineum kurang elastis.

Hasil penelitian yang diperoleh terkait faktor paritas dengan terjadinya

rupture perineum sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina (2007)

yang mengemukakan bahwa paritas ibu dengan jumlah terbanyak berpengaruh

terhadap kejadian rupture perineum. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut

Irmayasari (2006) yang melakukan penelitian mengenai paritas ibu terhadap kejadian

rupture perineum menunjukkan bahwa ibu dengan paritas primipara adalah yang

(47)

Ibu bersalin dengan usia 30 tahun pada primipara dan diatas 35 tahun pada

grandemultipara lebih memerlukan tindakan spesialis karena pada usia ini ibu

sering mengalami rupture perineum pada saat persalinan. Mochtar (1998) bahwa

ibu bersalin pada primipara banyak terjadi robekan perineum karena ibu belum

memiliki pengalaman dalam persalinan dan tidak mengetahui kapan waktu yang

tepat untuk meneran yang benar kepada saat kepala turun hingga di perineum dan

pada ibu primipara, perineum ibu masih kaku dan kurang elastis.

Berdasarkan jarak kelahiran, paling banyak 2-3 tahun yaitu sebanyak 47

responden (47%) dan paling sedikit dengan jarak kelahiran <2 tahun yaitu 13

responden (13%).

Danuatmadja (2005) mengemukakan bahwa jarak kelahiran 2-3 tahun

merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Jarak kelahiran

kurang dari 2 tahun tergolong risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi

pada persalinan, begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin mengalami

robekan perineum derajat tiga atau empat sehingga proses pemulihan belum

sempurna dan robekan perineum dapat terjadi. Pada jarak kelahiran kurang dari dua

tahun tergolong risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan.

Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan

janin (Depkes, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Dina di Rumah Sakit Haji Medan (2007)

(48)

berpengaruh terhadap kejadian rupture perineum sebesar (50,955). Irmayasari

(2006) yang melakukan penelitian tentang terjadinya rupture perineum juga

menunjukkan bahwa jarak kelahiran memiliki tingkat persentase yang tinggi terhadap

kejadian rupture perineum.

Berdasarkan berat badan lahir ditemukan bahwa paling banyak dengan berat

badan 3000 -3.500 gram sebanyak 41 responden (41%) dan paling sedikit dengan

berat badan bayi lebih dari 4000 gram.

Menurut Mansjoer (2000) berat badan janin dapat mengakibatkan rupture

perineum pada berat badan janin diatas 3000 gram dan 4000 gram. Berat badan

janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum yaitu pada berat badan

janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia

bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin tergantung pada

pemeriksaan klinik atau ultrasonografi dokter atau bidan. Pada masa kehamilan,

hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran beran badan janin (Chalik, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Dina (2007) dan Irmayasari (2006) dalam

hal berat badan bayi terlihat bahwa berat badan bayi paling banyak adalah pada

berat badan diatas 3500 gram. Hasil kedua penelitian tersebut, sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan peneliti.

Berdasarkan riwayat persalinan, dari 100 responden yang mengalami rupture

perineum, paling banyak dengan riwayat persalinan ekstraksi vakum sebanyak 60

(49)

Menurut Handaya (2005) episiotomi dilakukan karena nyeri waktu

menjahit luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat

diselesaikan dalam waktu singkat akan memakan waktu yang lebih lama dan

kemungkinan kejadian infeksi yang lebih tinggi. Indikasi episiotomi dalam hal ini

adalah perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu

dan apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan.

Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat

pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau

elastisitas jaringan tersebut. Pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus

mengacu kepada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai

dengan kondisi yang dihadapi (Handaya, 2005). Tujuan episiotomi adalah

menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan

darah yang tidak perlu.

Peranan bidan dalam mempersiapkan penjahitan adalah membantu ibu

mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau

meja, menggunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi,

memberikan anestesi lokal dan menjahit luka, memeriksa vagina, serviks dan

perineum secara lengkap (Ocviyanti, 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan Soepardiman (2005) ekstraksi vakum dalam

persalinan dilakukan dalam rangka memberikan pertolongan kepada ibu bersalin.

(50)

dalam persalinan, beberagai upaya telah dilakukan, dan salah satu diantaranya dengan

riwayat persalinan dengan ekstraksi vakum.

Manuaba (1998) mengemukakan bahwa pertolongan persalinan bidan dalam

menghadapi perdarahan robekan jalan lahir dapat dilakukan dengan cara evaluasi

sumber, melakukan ligasi sumber perdarahan, melakukan rujukan ke fasilitas yang

cukup dan melakukan evaluasi persalinan bila sulit menjahir robekan.

Berdasarkan derajat terjadinya rupture perineum, paling banyak dengan

derajat dua sebanyak 39 responden (39%) dan paling sedikit dengan derajat empat

sebanyak 9 responden (9%).

Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari

perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (rupture uteri). Penanganan yang

dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sumber

dan jumlah perdarahan. Jenis robekan perineum adalah mulai dari tingkatan ringan

sampai dengan robekan yang terjadi pada seluruh perineum mulai dari derajat satu

sampai dengan derajat empat. Rupture perineum dapat diketahui dari tanda dan gejala

yang muncul serta penyebab terjadinya. Dengan diketahuinya tanda dan gejala

terjadinya rupture perineum, maka tindakan dan penanganan selanjutnya dapat

dilakukan.

Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan

persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Bidan dalam hal ini diharapkan

melaksanakan pertolongan persalinan dengan lebih baik melalui polindes, sehingga

(51)

medisnya dapat mmeilah-milah hamil dengan resiko tinggi, risiko rawan atau

resiko tinggi, dan mengarahkan pertolongan pada kehamilan dengan resiko rendah.

Pertolongan persalinan dengsn risiko rendah mempunyai komplikasi ringan

sehingga dapat menurunkan agnka kematian ibu maupun perinatal. Dengan

demikian, komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan dan

saran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum

pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-Desember 2007.

6.1. Kesimpulan.

Berdasarkan faktor ibu dengan analisis univariat menunjukkan bahwa

mayoritas ibu dengan paritas multipara (42%), mayoritas dengan jarak kelahiran 2-3

tahun (47%), berat badan bayi mayoritas 3.000-3.500 gram (41%), mayoritas riwayat

persalinan dengan ekstraksi vakum (60%).

Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat dengan uji – square

menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan derajat rupture

perineum. Jarak kelahiran terhadap terjadinya rupture perineum, menunjukkan tidak

ada pengaruh yang signifikan antara jarak kelahiran dengan derajat rupture perineum.

Berat badan bayi antara 3000-3500 gram terhadap ibu yang mengalami

rupture perineum, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara berat

badan bayi dengan rupture perineum.

Riwayat persalinan dengan ekstraksi vakum yang berhubungan dengan

terjadinya rupture perineum, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara

(53)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi pendidikan

Pendidikan tentang kesehatan dan kehamilan dan persalinan lebih

ditingkatkan lagi bukan hanya dalam hal teori, namun juga dalam praktek untuk

meningkatkan pemahaman dan untuk menambah wawasan tentang pentingnya

kesehatan ibu. Disamping itu, petugas kesehatan, bidan dan dokter perlu terus

meningkat evaluasi dan pemeriksaan terhadap ibu hamil dan bersalin.

6.2.2 Bagi praktek kebidanan pelayanan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi

praktek pelayanan kebidanan dalam memberikan pertolongan persalinan yang baik

sebagai usaha untuk menurunkan angka kejadian rupture perineum dan diharapkan

kepada bidan untuk tetap meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam

memberikan pertolongan persalinan.

6.2.3 Peneliti selanjutnya

Untuk pemahaman yang lebih baik, peneliti selanjutnya perlu melakukan

penelitian yang lebih luas dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

rupture perineum dan bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anggina, Dina. 2007. Karakteristik Iibu Bersalin Dengan Ruptur Perineum di

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2005-2007. Akademi Kebidanan Nusantara.

Danu Atmadja, F. 1998. Patologi Dalam Persalinan. Jakarta : Tiga Perkasa.

Departemen Kesehatan. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2006. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2005. Medan : Dinkes.

Handaya, 2005. Pengantar Ilmu Bedah Obstetri,

Oktober 2007.

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Hurlock, E. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Irmayasari. 2006. Beberapa Faktor Pada Ibu Bersalin Terhadap Kejadian Ruptur

Perineum di Klinik Nursyawaliyah 2006. Akademi Kebidanan Bakti Inang

Persada.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta : EGC.

Martinus , Gerhard. 1997. Bedah Kebidanan. Jakarta : EGC.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta.: EGC.

Mansjoer. 2005. Mengatasi Perdarahan pada ibu Melahirkan.

co.id. Tanggal 10 Oktober 2007.

Nasution, S. 2006. Penanganan Kasus Kedarutan Obstetri. Http:www.library. usu.ac.id. Tanggal 12 Oktober 2007.

(55)

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates.

Liwellyin, William. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Saifuddin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Scharz, R. 1998. Kedaruratan Obstetri. Jakarta : Widya Medika.

Sutikno, F.B. 2006. Aneka Tindakan Usai Melahirkan. Http:www.tabloid. nakita. Tanggal 10 Oktober 2007.

Soepardiman. 2006. Pengantar Ilmu Bedah Obstetri. Http://

Tanggal 10 Oktober 2007.

Taber, Ben-Zion. 1997. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

(56)

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU T.A. 2007-2008

No Kegiatan Sep 2007 Okt 2007 Nop 2007 Des 2007 Jan 2008 Feb 2008 Mar 2008 Apr 2008 Mei 2008 Jun 2008

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Pengajuan Judul

2 Searching Proposal

Pendahuluan Tinjauan Pustaka Kerangka Konsep

Research Design & Metodologi Instrumen Penelitian Final Proposal Sidang Proposal Perbaikan Proposal 3 Mengajukan Izin Penelitian

Melakukan Data Collection Analisa Data

4 Searching Literature

(57)

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

No. Uraian Kuantitas Satuan Biaya Satuan Jumlah Biaya

1 Biaya Personal

- Peneliti Utama 1 Orang @Rp 100.000 Rp 300.000 - Operator Komputer 1 Orang @Rp 50.000 Rp 50.000 - Surveyor (Pencari

sumber data)

Terbilang : Tiga Juta Seratus Empat Belas Ribu Rupiah

Peneliti

(Nuraisyah Nasution )

(58)

LEMBAR CHECKLIST

IBU BERSALIN YANG MENGALAMI RUPTUR PERINEUM DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

PERIODE JANUARI–DESEMBER 2007

No. Rekam Medik : ………

1. Rupture perineum

Derajat satu

Derajat dua

Derajat tiga

Derajat empat

2. Paritas

Primipara Scundigravida Multipara

Grandemultipara

3. Jarak

< 2 tahun

2-3 tahun

> 3 tahun

4. Berat badan bayi

3000 – 3500 gram

> 3500 gram

> 4000 gram

5. Riwayat persalinan

(59)

MASTER TABEL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADI RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

PERIODE JANUARI – DESEMBER 2007

No.Rekam Medik

Derajat Rupture Perineum Paritas Jarak kelahiran Berat badan bayi Riwayat persalinan

(60)

Gambar

Tabel 5.1.1 rupture perineum
Tabel 5.1.1. b Jarak Kelahiran Dengan Derajat
Tabel 5.1.1. c Berat Badan Bayi Dengan Derajat
Tabel 5.1.1. d Riwayat Persalinan Dengan Derajat

Referensi

Dokumen terkait

a. Kendala dan solusi berkaitan dengan banyaknya runtutan kegiatan pembelajaran yang dirumuskan. Berkaitan dengan kendala ini, guru berpendapat bahwa adanya runtutan

Tidak ada perbedaan yang nyata terhadap rasa dengan adanya variasi penambahan stabilizer HPMC SS13 pada mayones susu kedelai reduced fat Lampiran 9.3 .Data

Perlu peran serta yang baik dari keluarga dan tim kesehatan untuk memberikan dukungan kepada anak agar anak mempunyai harapan untuk sembuh yang akan berimbas kepada

Menurut Zimmerman (2002), salah satu fase dalam regulasi diri dalam belajar adalah fase forethought (perencanaan) yakni fase dimana seorang pembelajar akan

- Pertama, dalam revisi modul yang akan dilakukan (sesuai dari hasil evaluasi) sebaiknya tulisan lebih dikaitkan dengan konsep dan teori Ilmu Sosial dan dapat digunakan sebagai

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan

 Dengan  populernya  internet  SmartSketch   berubah  nama  menjadi  CelAnimator,  kemudian  FutureSplash,  animasi  berbasis   vektor  yang  juga  bersaing

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelaku bisnis untuk memahami dengan lebih baik peran penting program pengembangan dalam menciptakan