DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR
PERTAMA DAN VARIASI BENTUK SHOVEL GIGI
INSISIVUS PERTAMA DI RAHANG ATAS PADA
MAHASISWA FKG USU ANGKATAN
2007/2008, 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MIRA OKTAVIONA NIM : 050600073
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2009
Mira Oktaviona
Distribusi Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama dan Variasi Bentuk
Shovel Gigi Insisivus Pertama di Rahang Atas Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan
2007/2008, 2008/2009
xiv + 60 halaman
Indonesia merupakan bangsa yang multi-etnik, campuran antara ras
Mongoloid dan Austromelanesid yang menghasilkan ras Proto Melayu dan Deutro
Melayu. Adanya pencampuran ras tersebut menyebabkan karakteristik gigi sulit
untuk ditentukan, diantaranya bentuk morfologi seperti tonjol carabelli pada gigi
molar pertama dan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas. Selain itu,
penelitian bentuk morfologi gigi yang dikaitkan dengan ras masih jarang dilakukan di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi distribusi tipe tonjol
carabelli dan variasi bentuk shovel pada ras yang terdapat di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penelitan ini dilakukan melalui pengamatan terhadap 121 model studi rahang
atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
angkatan 2007/2008, 2008/2009.
Persentase keberadaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas
angkatan 2007/2008, 2008/2009 berdasarkan hasil penelitian rendah yaitu 33,1%,
sedangkan persentase shovel incisor tinggi 95,9%. Tipe tonjol carabelli dengan
persentase terbanyak adalah tipe V/absent (66,9%) dan yang paling sedikit adalah
tipe IV/pit (1,7%). Bentuk shovel dengan persentase terbanyak adalah shovel
samar-samar (42,2%) dan yang paling sedikit adalah shovel tidak ada (4,1%). Berdasarkan
uji X2 tidak ada perbedaan persentase tipe tonjol carabelli dan variasi bentuk shovel
yang signifikan antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) serta
antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan
adanya kedekatan hubungan antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina yang
ada di Indonesia dengan ras Mongoloid.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 18 April 2009
Pembimbinng : Tanda tangan
Yendriwati, drg., M. Kes
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 18 April 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Yendriwati, drg., M. Kes
ANGGOTA : 1. Lisna Unita R, drg., M. Kes
2. Dr. Ameta Primasari, drg., M. Kes., MDSc
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha
Pemberi Kemudahan kepada setiap urusan hambaNya, sungguh setiap kejadian
berada dalam kehendakNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Harmodius Harun dan Masrawati
yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan dukungan baik materil/spiritual,
serta ketiga adinda yang penulis sayangi karena Allah SWT, Melki, Lia dan Nella
yang selalu mencurahkan doa dan kasih sayang. Dalam penulisan skripsi ini penulis
telah mendapatkan bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Prost (K)., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Drg. Lisna Unita R, M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Drg. Yendriwati, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan mengarahkan penulis dalam
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di bagian Biologi Oral yang telah
membantu penulis dalam menyeleseikan skripsi ini.
5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K)., selaku kepala bagian UPT
penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.
6. Drg. Amrin Thahir selaku pembimbing akademik penulis di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Kepada seluruh teman-teman mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008,
2008/2009 yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti seleksi
dan bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
8. Teman-teman terbaik penulis Oja, Indri, Anggun, Yulia, Fania, Ulfa, Dian,
Ofni, Linni, Meylisa, Nabila, Dina, Lia, Suci, Runi, Mala, Puspa yang telah
memberikan persahabatan yang tulus dan seluruh rekan-rekan angkatan 2005, meski
tak tersurat nama-nama mereka tetap tersirat dalam ingatan penulis.
9. Teman-teman kost penulis Ayu, Dina, Fina, kak Hasnah, Siska. Terima
kasih atas bantuan dan dukungan serta kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini
oleh karena itu, untuk kesempurnaan skripsi ini diharapkan saran dan kritik yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai informasi bagi dokter gigi
dan mahasiswa kedokteran gigi.
Medan, 18 April 2009 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………. i
HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……… iii
KATA PENGANTAR………... iv
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR GAMBAR………. xii
DAFTAR GRAFIK……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN………. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Rumusan Masalah………. 3
1.3 Tujuan Penelitian………... 4
1.4 Manfaat Penelitian………. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tonjol Carabelli……….. 5
2.1.1 Pengertian Tonjol Carabelli………... 5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Tonjol Carabelli………. 6
2.1.3 Tipe Tonjol Carabelli………. 8
2.2 Bentuk Shovel Gigi Insisivus………... 10
2.2.1 Pengertian Bentuk Shovel Gigi Insisivus………... 10
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bentuk Shovel…….……… 11
2.2.3 Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus……… 12
2.3 Penentuan Ras……… 13
2.4.1 Pengertian Ras Manusia………... 14
2.4.2 Klasifikasi Ras Manusia……….. 15
2.4.2.1 Ras Kaukasoid……….. 15
2.4.2.2 Ras Mongoloid……….. 16
2.4.2.3 Ras Negroid………... 17
2.1.3 Ras Manusia Indonesia………... 18
2.4.3.1 Ras Proto Melayu……….. 19
2.4.3.2 Ras Deutro Melayu……… 19
2.4.3.3 Etnis Cina di Indonesia……….. 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep………. 21
3.2 Hipotesa Penelitian……… 21
3.3 Alur Penelitian…..……… 22
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian……… 23
4.2 Tempat dan Waktu……… 23
4.3 Populasi Penelitian……… 23
4.4 Sampel Penelitian……….. 23
4.4.1 Kriteria Inklusi……….. 24
4.4.2 Kriteria Eksklusi………... 24
4.4.3 Besar Sampel……… 24
4.5 Variabel Penelitian……… 26
4.6 Definisi Operasional……….. 27
4.7 Bahan dan Alat Penelitian……….. 30
4.7.1 Alat……… 30
4.7.2 Bahan………. 32
4.8 Prosedur Pengumpulan Data……….. 32
4.8.1 Pemilihan Sampel……….. 32
4.8.2 Cara Mendapatkan Model………. 33
4.8.3 Pengamatan……… 33
4.9 Analisa Data……….……….. 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis kelamin dan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009….. 35
5.2. Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009………. 36
5.2.2 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009… 38 5.2.3 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar
pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009…………... 40 5.2.4 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli berdasarkan
keberadaan bilateral atau unilateral pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009……… 41 5.3 Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas pada
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009……... 42 5.3.1 Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang
atas berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)…..………. 44 5.3.2 Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus
pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009… 45 5.3.3 Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus
pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009……….. 47 5.3.4 Persentase variasi bentuk shovel berdasarkan keberadaan
bilateral/unilateral pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/20009.……… 48
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Persentase dan Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ras Pada Mahasiswa Fakultas FKG USU Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) Angkatan 2007/2008, 2008/2009…..………. 49 6.2 Persentase Distribusi Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama
Rahang Atas Pada Mahasiswa FKG USU Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) Angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 50 6.3 Persentase Distribusi Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan……… 57 7.2 Saran……….. 58
DAFTAR PUSTAKA……….. 59
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis kelamin dan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009………. 36
2. Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin dan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009……….. 37
3. Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)………... 38
4. Persentase distribusi tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 20082009…………... 39
5. Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 40
6. Persentase distribusi tipe tonjol carabelli berdasarkan keberadaan bilateral atau unilateral pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan
2007/2008, 2008/2009……….. 42
7 . Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin dan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 43
8. Persentase bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)…..………... 44
Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 45
10. Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tonjol carabelli……… 6
2. Tonjol carabelli tipe I dilihat dari palatal (a), tonjol carabelli tipe I dilihat dari mesial (b)……… 8
3. Tonjol carabelli tipe II dilihat dari palatal (c), tonjol carabelli tipe II dilihat dari mesial (d)……….. 9
4. Tonjol carabelli tipe III dilihat dari palatal (satu groove) (e), tonjol carabelli dilihat dari palatal (dua groove) (f)……….. 9
5. Tonjol carabelli tipe IV dilihat dari palatal……… 10
6. Gigi insisivus rahang atas dengan bentuk shovel………... 11
7. Gigi insisivus rahang atas tanpa bentuk shove………... 11
8. Tipe-tipe tonjol carabelli: (a) tipe I (Pronounced Tubercle); (b) tipe II (Slight tubercle); (c) tipe III (Groove); (d) tipe IV (Pit); (e) tipe V (Absent)... 28
9. Variasi bentuk shovel incisor: (a) grade 0 (Shovel tidak ada); (b) grade 1 (Shovel samar-samar); (c) grade 2 (Semi shovel); (d) grade 3 (Shovel)…… 29
10. Sendok cetak………... 31
11. Vibrator………... 31
12. Kromopan………... 32
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Persentase distribusi tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 20082009…………... 39
2. Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan ras pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 41
3. Persentase distribusi variasi bentuk shovel gigi insisivus pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009………... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Skema Alur Pikir
2 Lembar Kuisioner Penelitian
3 Lembar Persetujuan
4 Master Tabel
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2009
Mira Oktaviona
Distribusi Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama dan Variasi Bentuk
Shovel Gigi Insisivus Pertama di Rahang Atas Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan
2007/2008, 2008/2009
xiv + 60 halaman
Indonesia merupakan bangsa yang multi-etnik, campuran antara ras
Mongoloid dan Austromelanesid yang menghasilkan ras Proto Melayu dan Deutro
Melayu. Adanya pencampuran ras tersebut menyebabkan karakteristik gigi sulit
untuk ditentukan, diantaranya bentuk morfologi seperti tonjol carabelli pada gigi
molar pertama dan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas. Selain itu,
penelitian bentuk morfologi gigi yang dikaitkan dengan ras masih jarang dilakukan di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi distribusi tipe tonjol
carabelli dan variasi bentuk shovel pada ras yang terdapat di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penelitan ini dilakukan melalui pengamatan terhadap 121 model studi rahang
atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
angkatan 2007/2008, 2008/2009.
Persentase keberadaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas
angkatan 2007/2008, 2008/2009 berdasarkan hasil penelitian rendah yaitu 33,1%,
sedangkan persentase shovel incisor tinggi 95,9%. Tipe tonjol carabelli dengan
persentase terbanyak adalah tipe V/absent (66,9%) dan yang paling sedikit adalah
tipe IV/pit (1,7%). Bentuk shovel dengan persentase terbanyak adalah shovel
samar-samar (42,2%) dan yang paling sedikit adalah shovel tidak ada (4,1%). Berdasarkan
uji X2 tidak ada perbedaan persentase tipe tonjol carabelli dan variasi bentuk shovel
yang signifikan antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) serta
antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan
adanya kedekatan hubungan antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina yang
ada di Indonesia dengan ras Mongoloid.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penduduk Indonesia merupakan campuran ras Mongoloid dan
Austromelanesit (Austroloid dan Negroid) yang menghasilkan ras Proto Melayu dan
Deutro Melayu.1 Adanya pencampuran ras ini menyebabkan karakteristik gigi
manusia Indonesia sulit untuk ditentukan, diantaranya bentuk morfologi seperti tonjol
carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama
rahang atas.
Tonjol carabelli adalah tonjol tambahan yang terdapat disisi palatal dari tonjol
mesiopalatal molar permanen pertama rahang atas.2 Kraus membagi tonjol carabelli
kedalam lima tipe yaitu: tipe I (pronounced tubercle), tipe II (slight tubercle), tipe III
(groove), tipeIV (pit) dan tipe V (absent). Karakteristik gigi yang bersifat diturunkan
ini dipengaruhi oleh pertumbuhan/perkembangan gigi, lingkungan dan evolusi.3
Berdasarkan hasil penelitian Bhatt V, Narayan N (1993), tonjol carabelli lebih
banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Tipe absent lebih sering
dijumpai pada perempuan.4 John W Hsu (cit. Junastuti M, Tyas C, 2006) menyatakan
tonjol carabelli seringkali ditemukan bilateral pada gigi molar pertama rahang atas
tetapi karena adanya sistem mastikasi keberadaannya bisa menjadi unilateral.3
Bentuk shovel adalah kombinasi bentuk dari permukaan lingual yang konkaf
permanen pertama rahang atas.5 Herdlicka membagi bentuk shovel kedalam empat
skor yaitu: skor 0 (bentuk shovel tidak ada), skor 1 (bentuk shovel samar-samar), skor
2 (semi shovel), skor 3 (shovel).6 Hanihara (1975 cit. Tongkom S, 1994) menyatakan
tidak ada perbedaan yang berarti antara prevalensi bentuk shovel gigi insisivus
laki-laki dan perempuan begitu juga dengan prevalensi antara gigi insisivus kiri dan
kanan.7 Karakteristik gigi yang juga bersifat diturunkan ini dipengaruhi oleh oklusi
dan adaptasi dalam pertumbuhan perkembangannya.3
Pada ras Mongoloid prevalensi tonjol carabelli rendah dibandingkan ras
Kaukasoid. Namun, lebih sering ditemukan gigi insisivus dengan bentuk shovel.3
Yaacob menyatakan prevalensi bentuk shovel pada gigi insisivus ras Mongoloid
mendekati 90%.8 Alvesalo (1975 cit. Mavrodisz K et al, 2007) melaksanakan
penelitian untuk masyarakat Eropa (ras Kaukasoid) menyimpulkan bahwa tonjol
carabelli didapat sebanyak 70-90% pada masyarakat tersebut.9 Karakteristik gigi
berupa tonjol carabelli dan bentuk shovel dapat digunakan untuk membedakan ras
Kaukasoid dengan ras Mongoloid.10
Secara umum manusia Indonesia mirip ras Mongoloid, tidak selalu dijumpai
tonjol carabelli pada gigi molar perama rahang atas. Berdasarkan hasil penelitian
Mindya Juniastuti (2006) pada mahasiswa FKG UI suku Batak, Jawa dan Cina,
didapat tipe tonjol carabelli terbanyak adalah tipe V/absent (42 -51%) dan tipe tonjol
carabelli paling sedikit ditemui adalah tipe I/pronounced tubercle (2 - 4 %).3 Hasil
penelitian Wahjuningsih (2005), pada populasi Cina didapat bentuk shovel terbanyak
Jawa adalah shovel samar-samar (38,6%), populasi Madura adalah bentuk shovel
samar-samar (34,3% ) dan untuk populasi NTT yang terbanyak adalah bentuk shovel
samar-samar (35%).11
Penelitian mengenai bentuk morfologi gigi ini penting, mengingat belum
adanya penelitian bentuk morfologi gigi yang dikaitkan dengan ras yang ada di
Medan, sehingga penulis merasa perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan
bentuk morfologi gigi yang bisa dijadikan karakteristik gigi geligi ras-ras yang ada di
Medan, dimana subjek yang dipilih pada penelitian ini adalah model rahang atas
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Berapa persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina?
2. Berapa persentase tipe tonjol carabelli dan bentuk shovel yang bilateral dan
unilateral pada gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas pada
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina?
3. Apakah ada perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina?
4. Apakah ada perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama
dan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras
Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
2. Untuk mengetahui persentase tipe tonjol carabelli dan bentuk shovel yang
bilateral dan unilateral pada gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang
atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
3. Untuk mengetahui perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan
bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang pada mahasiswa FKG USU ras
Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
4. Untuk mengetahui perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan
bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan
pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan informasi mengenai karakteristik gigi yang
terdapat pada rahang atas ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk
mengetahui karakteristik gigi geligi ras-ras yang ada di Indonesia khususnya ras-ras
yang ada di Medan.
3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonjol Carabelli
Simon Hilson (1996) menyatakan tonjol carabelli pertama kali digambarkan
oleh Georg Carabelli pada tahun 1842, seorang dokter gigi asal Austria.2,9 Semenjak
itu, banyak penelitian yang diadakan untuk melihat keberadaan tonjol ini guna
kepentingan antropologi, model heriditer dan forensik. Insiden dan derajat perbedaan
bentuk tipe diantara populasi bisa digunakan untuk menentukan, membandingkan
perbedaan karakteristik gigi antar populasi yang ada.9
2.1.1 Pengertian Tonjol Carabelli
Menurut Georg Carabelli (1842 cit. Simon Hilson, 1996), tonjol carabelli
adalah tonjol tambahan kecil pada mesiolingual dari molar permanen pertama rahang
atas.2 Alvesolo (1975 cit. Mavrodisz K et al, 2007) mengemukakan bahwa tonjol
carabelli adalah bentuk morfologi gigi yang khas terdapat pada permukaan
mesiopalatal molar permanen pertama rahang atas, jarang terdapat pada molar
Gambar 1. Tonjol carabelli2
2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Tonjol Carabelli
Dari literatur yang ada didapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas adalah:
a. Genetik
Mavrodisz K et al (2007) menyatakan karakteristik gigi seperti ukuran, bentuk
dan jumlah tonjol ditentukan oleh genetik. Oleh karena itu karakteristik tersebut
berbeda antar ras yang ada. Menurut Dietz (1991 cit. Mavrodisz K et al, 2007) ada
gen yang dominan yang bertanggung jawab terhadap munculnya tonjol carabelli.9
Gen homozigot bertanggung jawab terhadap pronounced tubercle dan gen heterozigot
bertanggung jawab terhadap slight, groove, pit dan tubercle(Kraus, cit. Lahdesmaki,
2006). Portin (cit. Lahdesmaki, 2006) menyatakan keberadaan tonjol carabelli
dikontrol oleh banyak gen. Model sederhana dari penurunan sistem Mendel sulit
untuk diterapkan pada penurunan karakteristik tonjol carabelli karena variasi bentuk
b. Evolusi
Pada mulanya tonjol ini ditemukan pada Austrapithecus, manusia
Neanderthal, hanya dalam bentuk sederhana, groove. Sekarang tonjol carabelli dapat
dijumpai dalam beberapa bentuk yaitu pronounced tubercle, slight tubercle, dan pit.
Hal ini memberikan arti bahwa telah ada evolusi pada tonjol carabelli dari bentuk
yang sederhana menjadi tonjol yang berkembang baik. 9 Keberadaan tonjol carabelli
bersifat diturunkan dan seringkali bilateral, namun karena adanya proses evolusi bisa
keberadaannya unilateral (Hsu JW, cit. Juniastuti M, Tyas C 2006).3
c. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti faktor mekanik (mastikasi), nutrisi dan beberapa
penyakit gigi mempengaruhi proses pembentukan dan tumbuh kembang tonjol
carabelli. Keberadaan tonjol carabelli seringkali bilateral tetapi karena adanya sistem
mastikasi bisa keberadaannya unilateral (Hsu JW, cit. Juniastuti M, Tyas C, 2006).
Gigi molar yang mempunyai tonjol carabelli rentan terkena karies.3
d. Pertumbuhan dan perkembangan gigi
Selama perkembangan gigi dapat terjadi kelainan/gangguan yang melibatkan
struktur, bentuk, jumlah dan ukuran gigi. Susunan lapisan epitel bagian dalam enamel
khususnya regio protocon bisa memodifikasi perkembangan tonjol carabelIi (Kondo,
cit. Lahdesmaki, 2006). Gigi yang tumbuh dan berkembang dengan normal akan
memungkinkan untuk munculnya tonjol carabelli daripada gigi yang pertumbuhan
dan perkembangannya tidak normal. Ukuran mahkota gigi dengan tonjol carabelli
yang besarnya normal lebih memungkinkan untuk munculnya tonjol carabelli
sedangkan ukuran mahkota gigi yang kecil (mikrodonsia) akan mengurangi
kemungkinan untuk munculnya tonjol carabelli.12
2.1.3 Tipe Tonjol Carabelli
Ada beberapa klasifikasi yang telah dibentuk untuk menggambarkan tipe
tonjol carabelli. Diantaranya ada yang membagi tonjol carabelli kedalam lima tipe
(Kraus, 1951 cit. Tomkom S, 1994), kedalam tiga tipe (Jorgensen, 1956 cit. Tomkom
S, 1994), kedalam delapan tipe (Hanihara, 1961; Dahlberg, 1963 cit. Tomkom S,
1994). Klasifikasi yang paling sederhana dan mudah untuk diamati dibandingkan
klasifikasi lainnya adalah klasifikasi dari Kraus.7 Tipe tonjol carabelli menurut
klasifikasi Kraus ( cit. Juniastuti M, Tyas C, 2006) yaitu:3
1. Tipe I (Pronounced tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol
mesiopalatal M1 rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk panah dengan
puncak jelas terpisah dari sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.
Gambar 2. (a) Tonjol carabelli tipe I dilihat dari palatal,
(b) Tonjol carabelli tipe I dilihat dari mesial13
2. Tipe II (Slight tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol
mesiopalatal M1 rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk panah dengan
puncak menempel disisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.
Gambar 3. (c) Tonjol carabelli tipe II dilihat dari palatal, (d) Tonjol carabelli tipe II dilihat dari mesial13
3. Tipe III (Groove) adalah cekungan memanjang yang tidak memisahkan
tonjol gigi. Dengan jumlah satu atau lebih disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas.
Gambar 4. (e) Tonjol carabelli tipe III dilihat dari palatal (satu groove),
(f) Tonjol carabelli tipe III dilihat dari palatal (dua groove)13
d c
e
4. Tipe IV (Pit) adalah adanya cekungan kecil berupa titik/pertemuan tiga
groove tipis yang mengarah ke satu titik disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas.
Gambar 5. Tonjol carabelli tipe IV13
5. Tipe V (Absent) adalah tidak ditemukan peninggian enamel maupun
cekungan disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.
2.2 Bentuk Shovel Gigi Insisivus
Istilah shovel pertama kali diperkenal oleh Miihlreiter pada tahun 1870.7
Herdlicka pada tahun 1920 dianggap sebagai pelopor terhadap penelitian bentuk
shovel gigi insisivus, istilah shovel digunakannya untuk menggambarkan gigi
insisivus rahang atas populasi ras Mongoloid seperti orang Indian Amerika, Malaya,
Mongolia, Cina dan Jepang dan jarang dijumpai pada populasi lain.14 Sciulli (1990
cit. Tongkom S, 1994) menyatakan bentuk shovel gigi insisivus muncul sebagai
karakteristik yang khas pada populasi Asia Timur.7
2.2.1 Pengertian Bentuk Shovel Gigi Insisivus
Herdlicka (1921 cit. John W Hsu et al, 1999) menyatakan bentuk shovel gigi
berupa cekungan pada permukaan palatal dan bagian lateral dibatasi oleh penonjolan
enamel.6 Karakteristik gigi ini mirip dengan bentuk sekop. Penonjolan marginal
ridges dari bentuk shovel gigi insisivus tidak hanya pada enamel tetapi juga
melibatkan dentin (Tratman, 1950 cit. Tongkom S, 1994). Bentuk shovel ini tidak
hanya dijumpai pada gigi insisivus tetapi juga pada gigi caninus rahang atas
(Hanihara, 1961 cit. Tongkom S, 1994).7
Gambar 6. Gigi insisivus RA dengan bentuk shovel 15
Gambar 7. Gigi insisivus RA tanpa bentuk shovel
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bentuk Shovel
a. Genetik
Seperti tonjol carabelli keberadaan bentuk shovel pada gigi insisivus juga
dipengaruhi oleh gen (diturunkan), karena itu bentuk shovel ini tidak dijumpai pada
semua ras. Ras Mongoloid mempunyai prevalensi tinggi bentuk shovel gigi insisivus
Marginal ridge
Tanpa
dibandingkan ras-ras lainnya. Yacoob (1996) menyatakan prevalensi bentuk shovel
gigi insisivus rahang atas pada ras mongoloid mendekati 90%.8 Varsha Pilbrow (2004
cit. Mizoguchi, 1985) menyatakan variasi bentuk shovel ini sering ditemukan pada
populasi lokal.14
b. Oklusi
Kikuchi (1954 cit. Mizoguchi Y, 1985) meneliti hubungan antara bentuk
shovel gigi insisivus dengan oklusi pada orang Jepang. Sampel dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu: kelompok oklusi normal, maloklusi, kelompok yang diambil secara
acak. Insiden bentuk shovel pada oklusi normal didapat setengah dari dua kelompok
lainnya. Bentuk shovel berkembang baik pada oklusi edge to edge.14
c. Adaptasi dalam pertumbuhan dan perkembangan
Mizoguchi Y 1985 menyatakan bentuk shovel erat hubungannya dengan
kekuatan gigitan, sebagai respon terhadap gigitan yang kuat pada gigi anterior. Gigi
dengan bentuk shovel lebih kokoh daripada gigi tanpa bentuk shovel. Dahlberg (1963
cit. Mizoguchi Y, 1985) menyatakan frekuensi fraktur pada gigi insisivus rahang atas
tinggi pada anak-anak Eropa dan Amerika yang gigi insisivusnya jarang dijumpai
mempunyai bentuk shovel dari pada anak-anak Jepang yang mempunyai bentuk
shovel pada gigi insisivus.14
2.2.3 Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus
Banyak peneliti yang meneliti variasi bentuk shovel gigi insisivus dalam suatu
populasi dengan menggunakan skor subjektif yang diajukan oleh Herdlicka (1920),
(1) Skor 0 /tidak ada bentuk shovel adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang
atas yang tidak mempunyai bentuk shovel pada permukaan palatal gigi insisivus
pertama rahang atas; (2) Skor 1/shovel samar-samar adalah untuk semua gigi
insisivus pertama rahang atas yang bentuk shovelnya samar-samar atau tidak jelas
pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas; (3) Skor 2/semi shovel
adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas yang penonjolan marginal
rigdes jelas tetapi fossa centralnya dangkal pada permukaan palatal gigi insisivus
pertama rahang atas; (4) Skor 3/shovel adalah bentuk permukaan lingual yang konkaf
dan penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central yang dalam pada
permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas.6,7,14
2.3 Penentuan Ras
Teknik penentuan ras terbagi atas metrik dan non metrik. Dari kedua teknik
diatas, non metrik merupakan cara yang paling banyak dilakukan oleh karena mudah
serta cepat. Penentuan ras secara non metrik disebut juga osteoskopi, didasarkan atas
pengamatan dan deskripsi. Identifikasi ras manusia dengan teknik non metrik bisa
dilihat dari profil wajah, profil dagu, tulang tengkorak (kontur sagital, sutura
metopik, bentuk cavitas nasal, bentuk tulang nasal, spina nasalis anterior, inion,
bentuk orbita, sutura zygomatikomaksilaris, arcus zygomatikus, oval window, bentuk
ramus ascending, bentuk palatum, sutura palatina) dan gigi geligi (oklusi gigi geligi,
lengkung gigi, jarak tonjol pada gigi premolar ada/tidaknya tonjol carabelli pada gigi
molar permanen pertama dan bentuk shovel gigi insisivus permanen pertama dan
sedangkan bentuk shovel merupakan karaktristik pada gigi insisivus ras Mongoloid.
Tonjol carabelli dan bentuk shovel ini bisa digunakan untuk membedakan ras
Kaukasoid dan Mongoloid.10
2.4 Ras Manusia
Ras merupakan suatu konsep yang penting untuk memudahkan pemikiran
dalam mempelajari variasi manusia, bahwa manusia yang hidup di dunia berbeda satu
dengan yang lain. Perbedaan itu bisa tampak pada warna kulit, warna rambut atau
bentuk rambut, bentuk muka dan bentuk gigi-geliginya.5,16 Berdasarkan perbedaan
fisik yang diturunkan dan terus berkembang, manusia dibagi dalam
kelompok-kelompok ras.16,17,18 Keanekaragaman ciri-ciri fisik masing-masing ras ini bukan
suatu hal yang mutlak tetapi merupakan kombinasi sifat fisik antar ras yang
dipengaruhi oleh genetic drift, ekologi dan kebudayaan yang kadang-kadang lebih
menonjol hasilnya meskipun berasal dari ras yang sama.16 Ciri-ciri ras berbeda satu
sama lain disebabkan oleh komponen masyarakat sekitarnya, perkawinan, genetik,
ciri-ciri fisik, gigi dan mulut (Hoebel, cit. Lukman D, 2006).5 Memang terdapat
tumpang-tindih dalam ciri-ciri berbagai ras, tetapi satu ras mempunyai cukup banyak
ciri dibandingkan dengan ras lain sehingga dapat digunakan sebagai sarana
2.4.1 Pengertian Ras Manusia
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pengertian ras. Gross (cit.
Daldjoeni, 1991) mengemukakan ras adalah segolongan manusia yang merupakan
satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan,
sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lain. Kohlbrugge (cit. Daldjoeni, 1991)
menyatakan ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani
karena diturunkan, dimana ciri-ciri rohani tidak diperhitungkan. Haldane (cit.
Daldjoeni, 1991) menyatakan bahwa ras adalah sekelompok manusia yang memiliki
satu kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu.17 Chainur Arrasjid
(1972) dosen fakustas Hukum USU menyatakan bahwa ras adalah segolongan
manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir tertentu yang dilanjutkan kepada
keturunannya.18
2.4.2 Klasifikasi Ras Manusia
Ada banyak sistem klasifikasi ras manusia dari berbagai sarjana terkenal,
dikarenakan oleh tiap-tiap sarjana ini memakai salah satu ciri sebagai dasar
klasifikasinya. Misalnya: klasifikasi yang mengkombinasikan ciri-ciri morfologis
dengan geografis dalam sistemnya (Blumenbach, 1755 cit. Koentjaraningrat, 1968).
Klasifikasi yang memakai warna rambut dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri
terpenting dalam sistemnya (Deniker, 1889 cit. Koentjaraningrat, 1968). Semua
klasifikasi itu masih berdasarkan metode-metode morfologis.16 Secara tradisional ras
ras Mongoloid dan (3) ras Negroid.5,10,13,17 Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata
pembagian ras manusia bisa lebih rinci lagi menjadi ras Khoisan, ras Australoid, ras
Kaukasoid, ras Mongoloid dan ras Negroid.5
2.4.2.1 Ras Kaukasoid
Ras kaukasoid tersebar luas di dunia, terbagi atas subras yaitu: (1) Nordic
mendiami Eropa Utara sekitar Laut Baltik; (2) Alpine mendiami Eropa Tengah dan
Timur; (3) Mediterranean mendiami sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia,
Arabia dan Irania; (4) Indic (India).16,18 Secara umum ras ini memiliki ciri fisik
dengan berkulit putih, tekstur bibir tipis, memiliki bulu yang tebal, rambut lurus atau
bergelombang (cymtorikh), dan bermata biru atau hijau. Bentuk kepala ras Kaukasoid
adalah mesosephali, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit, tepi atas rongga
orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas, dagu melekuk ke dalam, spina nasalis
menonjol, batang hidung curam (mancung), jendela telinga (oval window) terlihat,
dan meatus auditry external membulat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras Kaukasoid
mempunyai ciri lengkung rahang sempit dan berbentuk paraboloid, gigi-geligi sering
crowded, permukaan lingual gigi insisive permanen pertama dan kedua rahang atas
(1.2 1.1, 2.1 2.2) rata (Kiernberger, 1955 ; Pederson, 1949 cit. Lukman D, 2006), gigi
molar permanen rahang pertama bawah (3.6, 4.6) lebih panjang dan bentuk lebih
tapered, mesio-distal gigi premolar permanen kedua rahang atas (1.5, 2.5) lebih besar
dari buko-palatal dan sering dijumpai adanya tonjol carabelli (70-90%) di sisi palatal
2.4.2.2 Ras Mongoloid
Ras Mongoloid terbagi menjadi subras yaitu: (1) Asiatic Mongoloid mendiami
Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur (Cina); (2) Malayan Mongoloid mendiami
Asia Tenggara, kepulaun Indonesia, Malaya dan Filipina; (3) American Mongoloid
terdiri atas orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Tera del Fuego di
Amerika Selatan.16,18 Secara umum ras ini memiliki ciri fisik kulit kuning, kelopak
mata terdapat plica marginalis, mata berwarna coklat sampai hitam, rambut lurus
(lisotrikh), dahi kecil dan tegak. Bentuk kepala ras ini adalah brachicephali, profil
wajah prognatis sedang, rongga orbita membulat, puncak kepala tinggi seperti kubah
(keeling of skull vault), apertura nasal membulat dan jendela telinga (oval window)
tidak terlihat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras Mongoloid mempunyai ciri lengkung
gigi berbentuk elipsoid, gigi insisive rahang atas (1.1, 1.2, 2.1, 2.2) mempunyai
perkembangan penuh pada permukaan palatal bahkan lingual sehingga shovel shaped
incisor, cingulumnya dominan (Herdlicka, 1921 cit. Lukman D, 2006). Bentuk gigi
molar lebih dominan segiempat dan mempunyai fissur-fissur.5 Prevalensi tonjol
carabelli yang rendah.9
2.4.2.3 Ras Negroid
Ras Negroid terdiri atas: (1) African Negroid memdiami benua Afrika; (2)
Negrito mendiami Afrika Tengah, Malaya dan Filipina; (3) Melanesia mendiami
Irian dan Malenesia.16,18 Ciri-ciri ras ini adalah pigmentasi kulit yang kuat (kulit
hitam), bibir dan hidung lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata berwarna
prognasi tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular, apertura nasal yang
lebar, jendela telinga (oval window) terlihat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras
Negroid mempunyai ciri rahang yang cendrung bimaxillary protrusion, lengkung gigi
berbentuk U, gigi insisive rahang atas tidak terdapat cingulum hanya lekuk sedikit
saja, premolar permanen pertama rahang bawah (1.4, 2.4) terdapat dua atau tiga
tonjol, akar premolar rahang atas (1.4, 1.5, 2.4, 2.5) terdapat tiga akar (trifurkasi)
(Biggersstaf, cit. Lukman D, 2006), gigi molar ke empat sering (banyak) ditemukan,
bentuk gigi molar pertama segiempat dan mempunyai fissur seperti sarang laba-laba.5
Selain ketiga ras utama tadi, ada yang dipisahkan menjadi dua ras yang lain,
yaitu ras Khoisan dan ras Australoid.13 Ras Khoisan (orang Bushmen, Hottentot), ras
yang tergolong khusus ini memperlihatkan lengkung rahang berbentuk U yang sangat
nyata dengan gigi insisive kecil-kecil. Sedangkan ras Australoid (suku aborigin dan
suku-suku di kepulauan kecil Pasifik) yang hidup di Asia Tenggara, Pasifik dan
Australia, memperlihatkan lengkung rahang berbentuk paraboloid yang lebar dengan
gigi insisive yang besar-besar.5
2.4.3 Ras Manusia Indonesia
Manusia Indonesia tersusun atas berbagai macam ras yang saling berintegrasi
secara turun temurun membentuk variasi suku-suku dengan ciri-ciri yang ada pada
tiap suku. Menurut ahli antropologi, manusia Indonesia berasal dari orang-orang
Afrika yang menyebar ke berbagai penjuru salah satunya ke utara, kemudian menjadi
timur, Afganistan lalu ke Asia Tengah ada yang menyebar ke arah timur menuju
Tionghoa, Asia Tenggara termasuk Indonesia.17
Mengenai keberadaan orang Melayu di Indonesia diperkirakan berasal dari
benua Asia. Kelompok pertama dikenal sebagai rumpun ras Melayu Proto (Melayu
Tua) dan kelompok kedua dikenal sebagai rumpun ras Melayu Deutro (Melayu
Muda).1,18,19 Ciri-ciri ras Melayu sebagai keseluruhan adalah badan ramping, wajah
bundar, bibir tebal, hidung lebar, rambut lurus, kulit kuning kecoklatan/sawo matang,
wajah mirip orang Mongol karena punya tulang pipi yang menonjol dan
kadang-kadang masih sipit pelupuk matanya.17,18 Ciri-ciri jasmani yang berlainan antara
kelompok Proto Melayu dan Deutro Melayu terdapat pada bentuk kepala. Orang
Melayu tua kepalanya panjang (dolichocephali) sedangkan orang Melayu muda
kepalanya pendek (bracycephali).17
2.4.3.1 Ras Proto Melayu
Rumpun ras Proto Melayu berasal dari daratan benua Asia, daerah Yunan di
Cina Selatan.17 Merupakan kelompok migrasi yang pertama datang ke Indonesia
sekitar 2500-1500 SM.19 Masuk ke Sumatera melalui Semenanjung Melayu,
mula-mula migran pendahulu itu menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan
Barat dan Sulawesi Barat, tetapi setelah itu karena terdesak oleh kelompok Melayu
muda yang datang kemudian, kelompok Melayu tua masuk lanjut ke pedalaman dan
hidup terisolasi.17,18 Kelompok pertama ini lebih murni dari kelompok kedua.18
Enggano yang semuanya berada di pulau Sumatera dan sekitarnya, Dayak di
Kalimantan, Toraja di Sulawesi, Badui dan Tengger di Pulau Jawa.17,19
2.4.3.2 Ras Deutro Melayu
Rumpun ras Deutro Melayu juga berasal dari daratan benua Asia, daerah
Dongson di Vietnam Utara.17 Merupakan kelompok migrasi yang kedua datang ke
Indonesia sekitar 1500 SM.19 Masuk ke Indonesia melalui Semenanjung Melayu dan
Filipina. Suku bangsa yang termasuk Melayu muda ini antara lain orang Aceh,
Melayu, Minangkabau, Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa.17,19
Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah
terlebih dulu kemasukan orang-orang Negrito dan Weddid misalnya di Palembang
dan Jambi (suku Kubu), di Siak (suku Sakai) dan Sulawesi pojok Tenggara (suku
Toala, Tokea dan Tomuna). Suku-suku terasing ini sekarang sudah makin lepas dari
isolasi mereka, sehingga banyak budaya mereka dipengaruhi oleh suku-suku Melayu
disekelilingnya.17 Jadi dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia memperlihatkan
ciri-ciri yang berasal dari sedikitnya dua dari tiga kelompok manusia yaitu kelompok
yang berasal dari Asia Tengah (Mongoloid) dengan Austramelanesid (Australoid dan
Negrito). Jelaslah bagaimana sulitnya membedakan subras dalam satu ras, apalagi
pada individu migrasi dan kawin campur menyebabkan terjadi berbagai subras yang
2.4.3.3 Etnis Cina di Indonesia
Etnis Cina adalah seluruh imigran Cina dan keturunannya yang tinggal dalam
ruang lingkup budaya Indonesia dan tidak tergantung dari kewarganegaraan, bahasa
yang melingkupi budaya Cina, mereka yang memandang dirinya sebagai “Cina” atau
dianggap demikian oleh lingkungannya (Purcell, 1965 cit. Lien Y, 2000). Istilah
Cina-Indonesia merujuk kepada etnis Cina di Indonesia yang memiliki nama
keluarga/marga, tanpa memandang kewarganegaraannya (Leo Suryadinata, 1981 cit.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
1. Terdapat perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
2. Terdapat perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada
3.3 Skema Alur Penelitian
Populasi Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007/2008, 2008/2009
Kuesioner
Calon sampel
Seleksi
- Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (dua keturunan)
- Gigi molar pertama dan insisivus pertama rahang atas erupsi sempurna mahkota utuh, tidak ada karies/tambalan
- Belum pernah perawatan ortodonti dan endodonti
- Kesehatan umum baik
Sampel selektif
Laki-laki Perempuan
Pencetakan lengkung rahang atas
Pengamatan ada/tidak tonjol carabelli Pengamatan tipe tonjol carabelli
dan bentuk shovel insisivus dan variasi bentuk shovel insisivus
Hasil data
Analisa hasil data
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional study dengan melakukan
pengamatan pada 121 model studi rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009, untuk melihat
tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk shovel pada gigi
insisivus pertama.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Laboratorium Biologi Oral FKG USU
Waktu : Bulan Januari 2009 - Februari 2009
4.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan
2007/2008, 2008/2009 yang masih aktif dalam perkuliahan. Dari penyebaran
kuesioner diperoleh mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan
Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009 yang masih aktif adalah 174 orang.
Sampel diperoleh dengan cara penarikan Consequtif sampling.
4.4.1 Kriteria Inklusi
a. Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina asli (dua keturunan).
b. Mahkota gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas erupsi
sempurna.
c. Mahkota gigi molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas utuh.
d. Belum pernah perawatan ortodonti.
e. Belum pernah perawatan endodonti .
f. Kesehatan umum baik.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Gigi molar pertama rahang atas ada karies/ada tambalan yang meluas ke
permukaan palatal.
b. Gigi insisivus pertama rahang atas ada karies/ada tambalan.
c. Ada gigi tiruan pada molar pertama dan gigi insisivus pertama rahang atas
d. Sampel menolak berpartisipasi.
4.4.3 Besar Sampel
N
n =
1+ N ( d )2
Keterangan:
n = besar sampel
N = jumlah populasi 174 orang
d = 0,05 ( untuk taraf kepercayaan 95 %)
Sehingga: N
n =
1+ N (d) 2
174
n =
1+ 174 (0.05) 2
n = 121,25 dibulatkan menjadi 121
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 121 orang.
Jumlah sampel untuk masing-masing ras ditentukan dengan rumus:22
Nh
nh = x n
N
Keterangan:
Nh 1 = jumlah mahasiswa ras Proto Melayu 88 orang
Nh 2 = jumlah mahasiswa ras Deutro Melayu 53 orang
Jumlah sampel untuk ras Proto Melayu:
Nh1
nh1 = x n
N
88
nh1 = x 121
174
= 61,20 dibulatkan menjadi 61
Jadi jumlah sampel untuk ras Proto Melayu adalah 61 orang.
Jumlah sampel untuk ras Deutro Melayu:
Nh2
nh2 = x n
N
53
nh2 = x 121
174
= 36,85 dibulatkan menjadi 37
Jadi jumlah sampel untuk ras Deutro Melayu adalah 37 orang.
Jumlah sampel untuk ras Cina:
Nh3
nh3 = x n
N
33
nh3 = x 121
= 22,94 dibulatkan menjadi 23
Jadi jumlah sampel untuk ras Cina adalah 23 orang.
4.5 Variabel Penelitian
4.6 Defenisi Operasional
1. Tonjol carabelli adalah tonjol tambahan yang terdapat disisi palatal dari
tonjol mesiopalatal molar permanen pertama rahang atas.
2. Tipe tonjol carabelli ditentukan dengan menggunakan metode Kraus yaitu:
a. Tipe I (Pronounced tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol
mesiopalatal molar pertama rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk
Variabel Bebas
panah dengan puncak jelas terpisah dari sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama
rahang atas (Gambar 8a).
b. Tipe II (Slight tubercle) adalah peninggian enamel di sisi palatal tonjol
mesiopalatal molar pertama rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk
panah dengan puncak menempel di sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama
rahang atas (Gambar 8b).
c. Tipe III (Groove) adalah cekungan memanjang yang tidak memisahkan
tonjol gigi. Dengan jumlah satu atau lebih disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas (Gambar 8c).
d. Tipe IV (Pit) adalah adanya cekungan kecil berupa titik/pertemuan tiga
groove tipis yang mengarah ke satu titik disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas (Gambar 8d).
e. Tipe V (Absent) adalah tidak ditemukan peninggian enamel maupun
cekungan disisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas (Gambar 8e).
Gambar 8. Tipe-tipe tonjol carabelli: (a) tipe I (Pronounced Tubercle); (b) tipe II (Slight tubercle); (c) tipe III (Groove); (d) tipe IV (Pit); (e) tipe V (Absent)
3. Bentuk shovel gigi insisivus adalah kombinasi dari bentuk permukaan
lingual yang konkaf dan penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central
pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas.
4. Bentuk shovel gigi insisivus ditentukan dengan menggunakan skor
Herdlicka yaitu:
a. Skor 0 (bentuk shovel tidak ada) adalah untuk semua gigi insisivus pertama
rahang atas yang tidak mempunyai bentuk shovel pada permukaan palatal gigi
insisivus pertama rahang atas (Gambar 9a).
b. Skor 1 (bentuk shovel samar-samar) adalah untuk semua gigi insisivus
pertama rahang atas yang bentuk shovelnya samar-samar atau tidak jelas, tapi masih
bisa dilihat pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9b).
c. Skor 2 (semi shovel) adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas
yang penonjolan marginal rigdes jelas tetapi fossa centralnya dangkal pada
permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9c).
d. Skor 3 (shovel) adalah bentuk permukaan lingual yang konkaf dan
penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central yang dalam pada
permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas (Gambar 9d).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 9. Variasi bentuk shovel incisor: (a) grade 0 (Shovel tidak ada); (b) grade 1 (Shovel samar-samar); (c) grade 2 (Semi shovel); (d) grade 3 (Shovel)
5. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki mahasiswa FKG USU
sesuai dengan yang tercatat pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) dikategorikan atas:
- Laki-laki
- Perempuan
6. Ras Proto Melayu terdiri atas suku Batak, Nias, Talang Mamak, Kubu,
Mentawai, Enggano, Dayak, Toraja, Badui dan Tengger yang berasal dari keturunan
Batak, Nias, Talang Mamak, Kubu, Mentawai, Enggano, Dayak, Toraja, Badui dan
Tengger.
7. Ras Deutro Melayu terdiri atas suku Aceh, Melayu, Minangkabau,
Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa. yang berasal dari keturunan sejauh
dua generasi yaitu kedua orang tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli suku Aceh,
Melayu, Minangkabau, Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa.
8. Suku Cina dari dua generasi adalah suku Cina yang berasal dari keturunan
sejauh dua generasi yaitu kedua orang tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli suku
Cina.
9. Gigi molar pertama rahang atas adalah gigi molar permanen pertama
rahang atas yang telah erupsi sempurna, mahkota utuh tidak ada karies.
10. Gigi insisivus pertama rahang atas adalah gigi insisivus permanen pertama
rahang atas yang telah erupsi sempurna, mahkota utuh tidak ada karies.
11. Teknik pencetakan rahang atas adalah teknik pencetakan rahang atas yang
dilakukan sesuai dengan prosedur pencetakan untuk rahang atas.
4.7 Bahan dan Alat Penelitian
4.7.1 Alat
1. Sendok cetak sebagai alat yang digunakan untuk pencetakan gigi dan
Gambar 10. Sendok cetak
2. Rubber bowl dan spatel untuk pengadukan bahan cetak dan bahan pengisi.
3. Lecron untuk pembuangan kelebihan bahan pencetakan, mengeluarkan dan
merapikan model dari cetakan.
4. Scoope dan measurements (ukuran powder alginat dan air)
5. Kaca mulut, jangka dan pus-pus
6. Kursi dental unit
7. Alat penggetar (HI-SUPARA Yoshida)
Gambar 11. Vibrator
8. Handuk
4.7.2 Bahan
1. Alginat merk Kromopan sebagai bahan untuk mencetak
Gambar 12. Kromopan
2. Stone gips merk Germany sebagai bahan pengisi cetakan.
Gambar13. Dental Stone
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pemilihan Sampel
Sampel diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada mahasiswa FKG USU
angkatan 2007/2008, 2008/2009 yang harus memenuhi persyaratan yang telah
4.8.2 Cara Mendapatkan Model
- Pencetakan untuk mendapatkan model dilakukan oleh operator yang sudah
terampil mencetak.
- Subjek yang telah lulus seleksi diinstruksikan untuk duduk dalam keadaan
rileks dengan pandangan lurus ke depan serta posisi rahang atas sejajar dengan lantai.
- Diukur lebar rahang atas dengan menggunakan jangka kemudian ditentukan
ukuran sendok cetak yang sesuai.
- Setelah didapat sendok cetak yang sesuai dengan rahang atas subjek,
operator mengaduk bahan cetak dengan perbandingan air dan bubuk sesuai dengan
petunjuk pabrik dan mengisikan ke dalam sendok cetak rahang atas.
- Dilakukan pencetakan pada rahang atas subjek.
- Hasil cetakan yang diperoleh segera diisi dengan gips keras (dental stone)
yang telah diaduk dengan perbandingan air dan gips 1:2
- Setelah keras, 1 jam kemudian model dikeluarkan dari cetakan
- Model diberi label nomor.
4.8.3 Pengamatan
Pengamatan terhadap model dilakukan oleh tiga orang secara bergantian, yang
diamati adalah bentuk tonjol carabelli pada bagian palatal dari tonjol mesiopalatal
gigi molar dan bentuk shovel pada permukaan palatal gigi insisivus rahang atas kiri
4.9 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara ditabulasi. Perhitungan data dilakukan
dengan menghitung persentase tonjol carabelli pada gigi molar pertama dan bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto
Melayu, Deutro Melayu dan Cina angkatan 2007/2008, 2008/2009. Untuk
mengetahui adanya perbedaan tonjol carabelli gigi molar pertama dan bentuk shovel
gigi insisivus pertama rahang atas pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap
121 model studi rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu
dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009. Dari kuisioner diketahui
mahasiswa angkatan 2007/2008, 2008/2009 berumur antara 17 tahun sampai 21
tahun.
5.1Jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis kelamin dan ras
pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa FKG USU
angkatan 2007/2008, 2008/2009 diperoleh 121 orang sampel yang memenuhi
kriteria. Pada tabel 1 dapat dilihat sampel laki-laki sebanyak 37 orang (30,6%)
dan sampel perempuan sebanyak 84 orang (69,4%). Sampel ras Proto Melayu
sebanyak 61 orang (50,4%), sampel ras Deutro Melayu sebanyak 37 orang
Tabel 1. JUMLAH DAN PERSENTASE SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
5.2 Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2) dari 121 orang sampel mahasiswa FKG
USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008,
2008/2009 yang mempunyai tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas
adalah 40 orang (33,1%), dan yang tidak mempunyai tonjol carabelli dalah 81 orang
(66,9%).
Pada tabel 2 dapat dilihat persentase sampel laki-laki yang mempunyai tonjol
carabelli pada gigi molar pertama rahang atas adalah sebesar 27,0% (10 orang) dan
sampel perempuan adalah sebesar 35,7% (30 orang). Dengan tingkat nilai p 0,349
(p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan tonjol carabelli pada
gigi molar pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan mahasiswa FKG USU
carabelli pada gigi molar pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan
mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Pada ras Proto Melayu persentase sampel yang mempunyai tonjol carabelli
pada gigi molar pertama rahang atas adalah sebesar 29,5% (18 orang). Pada ras
Deutro Melayu sebesar 37,8% (14 orang) dan ras Cina (Mongoloid) sebesar 34,8% (8
orang). Dengan nilai p 0,684 (p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat
perbedaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG
USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada perbedaan
tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras
Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Tabel 2. PERSENTASE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
5.2.1 Persentase tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid)
Pada tabel 3 dapat dilihat persentase perempuan ras Proto Melayu dan Deutro
Melayu yang mempunyai tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas lebih
banyak dari pada laki-laki. Sedangkan pada ras Cina (Mongoloid) didapat laki-laki
lebih banyak daripada perempuan.
Tabel 3. PERSENTASE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID)
N
5.2.2 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 20082009
Pada tabel 4 dapat dilihat persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan persentase tonjol
carabelli antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil uji X2 tidak ada
perbedaan persentase tipe tonjol carabelli yang signifikan (p>0,05) antara laki-laki
Tabel 4. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No
Grafik 1. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
0
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Dari grafik 1 dapat dilihat pada sampel laki-laki dan perempuan tipe tonjol
carabelli dengan persentase terbanyak adalah tipe V/absent, dan persentase paling
sedikit adalah tipe IV/pit.
5.2.3 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli gigi molar pertama rahang atas berdasarkan ras dan pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 5 dapat dilihat persentase tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas berdasarkan ras, terdapat perbedaan persentase tipe tonjol
carabelli antara ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid).
Berdasarkan hasil uji X2 tidak ada perbedaan persentase tipe tonjol carabelli yang
signifikan (p>0,05) pada ketiga ras tersebut.
Tabel 5. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
Grafik 2. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
Dari grafik 2 dapat dilihat pada sampel ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan
Cina (Mongoloid) tipe tonjol carabelli dengan persentase terbanyak adalah tipe
V/absent, dan persentase paling sedikit adalah tipe IV/pit.
5.2.4 Persentase distribusi tipe tonjol carabelli berdasarkan keberadaan bilateral atau unilateral pada gigi molar pertama rahang atas pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Pada tabel 6 dapat dilihat keberadaan tipe tonjol carabelli pada gigi molar
pertama rahang atas yang bilateral 96,7% dan unilateral 3,3%. Untuk tonjol carabelli
tipe I/pronounced tubercle 100,0% (6 orang) bilateral. Tipe II/slight tubercle 100,0%
(6 orang) bilateral. Tipe III/groove 92,3% (24 orang) bilateral dan 7,7% (2 orang)
unilateral. Tipe IV/pit 100,0% (2 orang) unilateral. Tipe V/absent 100,0% (81 orang)
bilateral.
Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Tabel 6. PERSENTASE DISTRIBUSI TIPE TONJOL CARABELLI BERDASARKAN KEBERADAAN BILATERAL ATAU UNILATERAL PADA GIGI MOLAR PERTAMA RAHANG ATAS PADA MAHASISWA FKG USU RAS PROTO MELAYU, DEUTRO MELAYU DAN CINA (MONGOLOID) ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No Tipe Carabelli Bilateral Unilateral Total Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Tipe I /pronounced tubercle 6 (100,0) 0 (0,0) 6 (100,0) 2 Tipe II /slight tubercle 6 (100,0) 0 (0,0) 6 (100,0) 3 Tipe III /groove 24 (92,3) 2 (7,7) 26 (100,0) 4 Tipe IV /pit 0 (0,0) 2 (100,0) 2 (100,0) 5 Tipe V /absent 81 (100,0) 0 (0,0) 81 (100,0)
Total 117 (96,7) 4 (3,3) 121 (100,0)
5.3 Persentase bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008, 2008/2009
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7) dari 121 orang mahasiswa FKG USU
ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina (Mongoloid) angkatan 2007/2008,
2008/2009 yang mempunyai bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas
adalah 116 orang (95,9%) dan yang tidak mempunyai bentuk shovel pada gigi
Tabel 7. PERSENTASE BENTUK SHOVEL GIGI INSISIVUS PERTAMA RAHANG ATAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN RAS PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008, 2008/2009
No Variabel
Pada tabel 7 dapat dilihat persentase sampel laki-laki yang mempunyai bentuk
shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas adalah sebesar 94,6% (35 orang)
dan sampel perempuan adalah sebesar 96,4% (81 orang). Dengan nilai p 0,641
(p>0,05) maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bentuk shovel pada
gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa
FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina ditolak artinya tidak ada
perbedaan bentuk shovel pada gigi insisivus pertama rahang atas antara laki-laki dan
perempuan pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Cina.
Pada ras Proto Melayu sampel yang mempunyai bentuk shovel pada gigi
insisivus pertama rahang atas adalah sebesar 91,8% (56 orang). Pada ras Deutro
Melayu 100,0% (37 orang) dan ras Cina (Mongoloid) 100,0% (23 orang). Dengan