• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Petani Peserta terhdap Program Sistem Pertanian Terpadu (Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Petani Peserta terhdap Program Sistem Pertanian Terpadu (Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERaADAP PROGRAM

SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)

.

W s u s Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau)

OLEH

:

ROZA

YULIDA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(120)

ROZA YULIDA. 2002. Partisipasi Petani Peserta Terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) (Kasus Desa Tambak Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propmsi Riau). Dibimbmg oleh SUMARDJO dan DJOKO SUSANTO.

Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta maupun LSM yang menjadikan masyarakat setempat sebagai sasaran dari program yang dilaksanakan, namun umumnya program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan kurang berdampak nyata, sehingga partisipasi masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan tersebut masih rendah. Salah satu program pemberdayaan yang akhir-akhir

ini

cukup banyak mendapatkan perhatian adalah program Sistem Pertanian Terpadu (SPT).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menjelaskan tmgkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak; dan (2) menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak.

Penelitian

ini

dilaksanakan di salah satu desa yang telah melaksanakan program SPT yaitu wilayah Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau. Populasi penelitian

ini

adalah seluruh petani peserta (anggota SPT) yang terlibat dalam kegiatan SPT di Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau yang berjumlah 50 orang. Instrumen atau alat ukur yang digunakan sebagai pengumpulan data penelitian

ini

adalah kuisioner atau bentuk angket tertutup sebagai alat pengumpulan data primer, dan daftar pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan data primer termasuk untuk kepenthgan observasi. Untuk, menguji hipotesis digunakan analisis Korelasi tau-b Kendall's.

Dari hasil penelitian diketahui tingkat partisipasi anggota SPT terkategori sedang (40%) atau dapat dikatakan dari keempat tahap paritispasi, tingkat partispasi anggota cenderung masih rendah. Anggota baru dapat dikatakan berpartisipasi tinggi jika anggota SPT mampu melakukan perencanaan, mampu melaksanakan, mampu m e d a a t k a n hasil dan mampu menilai usahataninya dengan baik. Kecenderungannya partisipasi anggota tmggi pada tahap pelaksanaan (5 2%), namun anggota masih kurang maksimal m e d a a t k a n hasil (50%) kegiatan SPT, dan kurang mampu untuk melakukan perencanaan (44%) apa yang terbaik bagi usahataninya, serta tidak mampu melakukan penilaian (62%) terhadap apa yang telah dilakukan untuk kegiatan pengembangan usahataninya.

(121)

partisipasi anggota. Karakteristik internal petani peserta (anggota SPT) yang berhubungan nyata positif dengan partisipasi, meliputi: (1) pendidhu formal; (2) pendidikan non formal; (3) luas lahan garapan; (4) tingkat pendapatan; (5) pengalaman usahatani; dan (6) tingkat kekosmopolitan.

Karakteristik eksternal anggota berhubungan nyata positif dengan partisipasi anggota terhadap program SPT. Karakteristik eksternal petani peserta (anggota SPT) yang berhubungan nyata positif dengan partisipasi, meliputi: (1) kondisi lingkungan, (2) intensitas penyuluhan; (3) ketepatan saluran penyuluhan; (4) jumlah sumber informasi; (5) keterjangkauan harga; dan (6) ketersediaan saprodi.

Persepsi anggota yang menganggap sistem pertanian terpadu sebagai suatu inovasi berhubungan nyata positif dengan partisipasi anggota SPT. Ciri sifat inovasi yang dikaji dan berhubungan nyata positif meliputi; (1) keuntungan relatif; (2) keselarasan; (3) dapat dicoba dan (4) cepat hasil terlihat, sedangkan sifat inovasi (5) kerumitan berhubungan nyata negatif dengan partisipasi anggota.

Sikap anggota SPT berhubungan nyata positif dengan partisipasi. Sikap anggota yang berhubungan nyata positifyaitu dari sikap kesetujuan pribadi anggota.

Karakteristik internal dan karakteristik eksternal anggota berhubungan nyata positif dengan persepsi sifat inovasi yang terdiri dari sifat inovasi keuntungan relat* keselarasan, dapat dicoba dan cepat hasil terlihat menurut anggota kecuali sifat inovasi kerumitan berhubungan nyata negatif:

Karakteristik internal dan karakteristik eksternal anggota juga berhubungan nyata positif dengan sikap kesetujuan pribadi anggota, namun karakteristik internal dan eksternal anggota tidak berhubungan nyata dengan sikap kesetujuan sosial anggota, kecuali karakteristik internal pengalaman usahatani anggota berhubungan nyata positif.

Persepsi anggota yang menganggap program SPT sebagai suatu inovasi berhubungan nyata positif dengan sikap kesetujuan pribadi anggota, kecuali sifat inovasi kerumitan berhubungan nyata negatif.

(122)

SURAT

PERNYATAAN

Bahwa sesungguhnya sebuah &ya ilmiab yang disusun atas dasar pemikiran dan rancangan ilmiah adalah hak pniadi, maka dengan ini saya :

Nama : Roza Yulida

NIM : P.05500003

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasa jana Institut Pertanian Bogor,

dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang bejudul 'Rrtisipasi Petani Peserta

-

Terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu (Kasus Dew Tambak Kec. Langgam

Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)" adalah benar merupakan hasil karya send-iri

dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah

teranghium di dalam tesis ini.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, Nopember 2002

(123)

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERHADAP PROGRAM

SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)

(Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau)

ROZA

YULIDA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(124)

Judul Tesis : PARTISIPASI PETANI PESERTA TERHADAP PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERPADU (Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)

Nama : ROZAYULIDA

N R P : P.05500003

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. S Ketua

Dr. Qoko Susanto. SKM. APU Anggota

2. Ketua Program Studi Program Pascasa jana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

'Margono Slamet

(125)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangkinang Propmsi Riau tanggal 17 Nopember 1974

sebagai anak ke 5 dari delapan bersaudara, pasangan ayah Azhar dan ibu Syamsinar.

Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian

(Agrobislis), Fakultas Pertanian Universitas Riau, lulus pada tahun 1998.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister pada Program Studi Ilmu

Penyuluhan Pembangunan diperoleh pada Tahun 2000. Beasiswa pendidikan

diperoleh dari Pemerintah Daerah Riau.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Riau sejak

(126)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah

ini

berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2002 ini ialah 'Tartisipasi Petani Peserta

Terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) (Kasus Desa Tambak Kecamatan

Langgam Kabupaten Pelalawan Propmsi Riau)".

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sumardjo, MS dan Bapak

Dr. Djoko Susanto, SKM, APU selaku pembimbing yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbmgan mulai dari proses perencanaan penelitian hingga selesainya

penulisan tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Ir.

Elyas Direktur Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR), Bapak

Ir.

Hartono

Field Officer Desa Tambak, Bapak h. Wildan Pen* Pertanian Lapangan Desa

Tambak, serta Bapak Udin salah seorang anggota SPT Desa Tambak, serta teman-

teman di PPMR yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Penulis

juga menyampaikan terima kasih

untuk

mahasiswa pascasarjana Program Studi

Penyuluhan Pembanguuan Angkatan Tahun 2000, atas saran dan kerjasama yang

selama

ini

terjalin akrab dan penuh kekeluargaan.

Ungkapan rasa syukur dm terirna kasih

untuk

Ayahnda M a r dan Ibunda Syamsinar, Kakak-kakak dan Adik-adik tercmta, serta sehuvh keluarga, atas segala

do'a dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2002

(127)

...

...

DAFTAR TABEL m

...

DAFTAR GAMBAR v

...

DAFTAR LAMPIRAN vi

...

Latar Belakang 1

Perurnusan Masalah

...

4

...

Tujuan Penelitian 5

...

Manfaat Penelitian 6

...

TINJAUAN PUSTAKA 7

...

Persep si 7

...

Sikap 10

...

Partisip asi 13

...

Karakteristik Internal 16

...

Karakteristik Eksternal 18

.

Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal, Persepsi, Sikap.

. . .

...

dan Partislpasi 21

Sistem Pertanian Terpadu (SPT) Tanpa Limbah Terbuang Program

...

Pemberdayaan Masyarakat Riau 22

...

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 27

...

Kerangka Berpikir 27

...

(128)

...

METODE PENELITIAN 3 3

...

Rancangan Penelitian ... Lokasi Penelitian ... Populasi

...

Instrumen Penelitian

...

Pengumpulan Data

Kesahihan clan Keterandalan ...

Analisis Data

...

D e W Operasional ...

...

HASIL DAN PEMBAHASAN 45

...

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

...

Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak

Karakteristik Internal Petani Peserta (Anggota SPT) Sistem Pertanian

...

Terpadu

... Karakteristik Eksternal Anggota Sistem Pertanian Terpadu

...

Persepsi Anggota SPT Terhadap Sistem Pertanian Terpadu

...

Sikap Anggota SPT terhadap Sistem Pertanian Terpadu

...

Partisipasi Anggota SPT terhadap Sistem Pertanian Terpadu

...

Faktor-Fakt or yang Berhubungan dengan Partisipasi

...

KESIMPULAN DAN SARAN 86

Kesimpulan

...

86

Saran

...

88

...

(129)

Halaman

...

1

.

Ragam Sumber Informasi yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 20

2

.

Sebaran Umur Anggota SPT

...

52

3 . Sebaran Pendidikan Formal Anggota SPT

...

52

...

4 . Sebaran Pendidikan Non Formal Anggota SPT 53

5

.

Sebaran Luas Lahan Anggota SPT ... 54

...

6 . Sebaran Pendapatan Anggota SPT 55

7

.

Sebaran Pengalaman Usahatani Anggota SPT ... 56

...

8

.

Sebaran Kekosmopolitan Anggota SPT 57

9

. Sebaran Kondisi Lingkungan Menurut Anggota SPT

...

58

10

.

Sebaran Penilaian Anggota SPT tentang Intensitas Penyuluhan ... 59

1 1 . Sebaran Ketepatan Saluran Penyuluhan Menurut Anggota SPT

...

60

12 . Sebaran Penhian Anggota SPT tentang Jumlah Surnber Informasi

...

61

....

13 . Sebaran Penilaian Anggota SPT tentang Keterjangkauan Harga Saprodi 62

14 . Sebaran Peniliaian Anggota tentang Ketersediaan Sarana Produksi ... 63

15

.

Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Keuntungan Kelatif Program SPT 64

16

.

Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Keselarasan Program SPT

...

65

17

. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Kerumitan Program SPT

... 65

18

.

Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Dapat Dicoba program SPT ... 66
(130)

20

.

Persepsi Anggota SPT terhadap Program SPT di Desa Tambak Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

...

68

2 1 . Sebaran Sikap Kesetujuan Pribadi Anggota SPT terhadap Program SPT

...

69

22

.

Sebaran Sikap Kesetujuan Sosial Anggota SPT terhadap Program SPT

...

70

23

.

Sikap Anggota SPT terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu di Desa

Tambak Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau ... 71

24 . Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Perencanaan Program SPT ... 71

25

.

Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Pelaksanaan Program SPT ... 72

26 . Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam P e d a a t a n Hasil Sistem Pertanian Terpadu

...

73

27 . Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Penilaian Sistem Pertanian Terpadu 74

28 . Tmgkat Partisipasi Anggota SPT terhadap Program SPT di Desa Tambak

Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau ... 75

29 . Hubungan antara Karakteristik Internal Anggota dengan Partisipasi Anggota Terhadap SPT di Desa Tambak

...

76

30 . Hubungan antara Karakteristik Eksternal Anggota dengan Partisipasi Anggota

...

Terhadap SPT di Desa Tambak 78

3 1 . Hubungan antara Persepsi Anggota dkgan Partisipasi Anggota Terhadap

SPT di Desa Tambak

...

80

32

.

Hubungan antara Sikap Anggota dengan Partisipasi Anggota Terhadap SPT di Desa Tambak

...

81

33 . Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal dengan Persepsi Anggota

...

terhadap Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak 82

34

.

Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal dengan Persepsi Anggota terhadap Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak

...

84

35 . Hubungan antara Persepsi Anggota dengan Sikap Anggota terhadap Sistem

...

(131)

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

1. Sistem Pertanian Terpadu (SPT) tanpa Limbah Terbuang (Integrated Farming

System with Zero Waste

...

. .. ... .

. .

...

.

. .. ... . ... . . ... . ... . . ...

26 2. Bagan Kerangka Berpikir Partisipasi Masyarakat Peserta Terhadap Program
(132)

DAFI'AR LAMPIRAN

Halaman

1. Identitas Petani peserta (anggota SPT) Desa Tambak ... 92

(133)

La tar Belakang

Hal yang sangat mendasar yang terdapat dalam Undang-Undang Otonomi

Daerah adalah upaya pemberdayaan masyarakat, upaya menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas pengembangan peran serta masyarakat secara aktif (Ginting, 2000).

Menurut Ginting (2000) pentingnya partisipasi masyarakat, khususnya dalam

rangka otonomi daerah dapat dilihat dalam penjelasan Undang-Undang No.22 Tahun

1999 tentang Pemerintah daerah di mana dicantumkan bahwa penyelenggaraan

Otonomi Daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah. Penerapan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dan

pemerataan tidak dengan sendirinya dapat tenvujud. Untuk menerapkan prinsip-

prinsip ini diperlukan berbagai upaya yang mengarah pada peningkatan sumber daya

manusia, khususnya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Peran serta atau

partisipasi masyarakat misalnya hanya dapat diwujudkan apabila mereka telah

memiliki kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk itu. Karena itu, perlu sejumlah upaya yang dilakukan secara sistematis dalam memberdayakan masyarakat.

Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai

pihak baik pemerintah, swasta maupun LSM yang menjadikan masyarakat setempat

sebagai sasaran dari program yang dilaksanakan, namun umumnya program

(134)

masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan tersebut masih rendah. Pada

saat program pemberdayaan yang dilaksanakan habis masa pelaksanaannya, maka

masyarakat yang semula ikut berpartisipasi kembali kepada cara kehidupannya

semula. Masyarakat seringkali hanya sebagai objek dari banyaknya program

pemberdayaan yang dilaksanakan, tanpa memikirkan apa yang dirasakan oleh

masyarakat tersebut.

Salah satu kabupaten di Riau adalah Kabupaten Pelalawan yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang nomor 5 3 tahun 1999 yang merupakan hasil pemekaran

Kabupaten Kampar dan diresmikan Mendagri tanggal 12 Oktober 1999. Peresmian

operasionalnya dilakukan oleh Bapak Gubernur Riau pada tanggal 5 Desember 1999

dengan ibukota Pangkalan Kerinci, dengan jumlah penduduk sampai akhir tahun

1998 sebanyak 213.393 jiwa dengan kepadatan rata-rata 17 jiwa/km2, dengan luas

wilayah + 12.490,42 km2 yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah

dan daerah perbukitan. Ditinjau dari aspek pemerintahan Kabupaten Pelalawan terdiri

dari 4 kecamatan definitif, 6 kecamatan pembantu, 4 kelurahan dan 83 desa serta 3

.

desa persiapan. Dari 87 desakelurahan 45 desa di antaranya merupakan desa IDT

(Laporan Bupati Pelalawan, 2000).

Walaupun potensi sumber daya alam di Kabupaten Pelalawan cukup besar,

namun belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena terbatasnya modal dan

teknologi serta prasarana p enunj ang lainnya sehingga kondisi kesej ahteraan

masyarakat relatif masih rendah.

Salah satu perusahaan yang beroperasi di Riau adalah Perusahaan Riau

(135)

Kabupaten Pelalawan yang juga merupakan perusahaan pulp and paper terbesar di

Asia Tenggara. Melihat dari cukup pesatnya perkembangan perusahaan ini dengan

memanfaatkan potensi sumberdaya alam di Kabupaten Pelalawan sudah seharusnya

perusahaan ini memperhatikan masyarakat sekitarnya tempat perusahaan beroperasi.

Sehingga perusahaan tidak hanya mengambil keuntungan dari potensi sumber daya

yang ada tetapi juga dapat membangun masyarakat sehingga kesejahteraan bersama

antara pihak perusahaan dan masyarakat setempat dapat diciptakan.

Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pihak perusahaan (RAPP) telah

membentuk suatu wadah yang dinamakan Program Pemberdayaan Masyarakat Riau

(PPMR) atau yang sebelumnya dinamakan dengan program Commurzity

Developmerzt (Program pengembangan masyarakat). Program ini merupakan suatu

mekanisme layanan sumber daya dukung untuk membantu masyarakat agar mereka

dapat mengentaskan dirinya sendiri.

Eksistensi PPMR lebih difokuskan pada proses pendampingan masyarakat

untuk identifikasi permasalahan dasar dan menemukan unggulan komparatif berupa

potensi diri dan lingkungannya. Dukungan PPMR, adalah berupa upaya

memunculkan kreatititas kelompok basis masyarakat lokal dalam bentuk aneka

kegiatan pemecahan masalah berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

Tujuan dari program pemberdayaan ini adalah : (1) Meningkatkan sumberdaya alam dan lingkungannya secara arif dan berkelanjutan, (2)

Memberdayakan masyarakat untuk menganalisis diri dan lingkungannya serta

mengaktualisasikan kreatifitasnya untuk pemenuhan kebutuhan dan pemecahan

(136)

masyarakat yang berkeadilan, demokratis dan harmonis antara keduanya. Dengan

strategi yang dilakukan adalah ; (1) Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembangunan wilayahnya dan

mampu memanfaatkan secara optimal, (2) Pendampingan bagi kelompok terentan

sebagai pendidikan masyarakat, untuk tercapainya perubahan diri dan kelompok

secara mendasar @ndamental change), mampu melaksanakan penyesuain

(adaptability), serta terealisirnya berkelanjutan (sustainability) pada setiap kegiatan

yang dirintis.

Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini cukup

banyak mendapatkan perhatian baik dari pemerintah setempat, media massa maupun

media elektronik adalah program sistem pertanian terpadu (SPT) yang dilaksanakan

oleh PT. RAPP dalam wadah PPMR. Salah satu desa yang telah melaksanakan

program tersebut adalah Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau.

Maka menjadi sangat menarik untuk dikaji bagaimana partisipasi masyarakat

setempat yang yang mengikuti program tersebut atau petani peserta (anggota SPT) .

terhadap program SPT tersebut, dimana program ini dilaksanakan pada saat

partisipasi masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat cenderung masih

rendah.

Perumusan Masalah

Pemberdayaan masyarakat yang diusahakan tidak akan dapat dilaksanakan

(137)

sasaran dari program pemberdayaan adalah masyarakat setempat, tempat program itu

dilaksanakan.

Namun seringkali program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan

tidak melihat dari sisi masyarakat itu sendiri. Pelaksanaannya cenderung pada apa

yang diinginkan oleh pihak-pihak yang menginghkan pelaksanaan program tersebut.

Oleh karena itulah banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan

kurang dirasakan dampaknya oleh masyarakat yang melaksanakannya. Partisipasi

ma syarakat sering kali hanya sebatas selama program tersebut masih berlang sung

atau dapat dikatakan partisipasi masyarakat masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program

SPT di Desa Tambak.

2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani peserta

(anggota SPT) terhadap program SPT

di

Desa Tambak.

Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan tingkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program

SPT

di

Desa Tambak.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani

(138)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai :

1. Bahan ma sukan bagi pelaksana dan pengelola kegiatan program sistem pertanian

terpadu (SPT) dalam menentukan kebijakaq untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dan pengembangan kegiatan selanjutnya.

2. Bahan acuan untuk mengadakan penelitian lanjut tentang SPT, terutama dalam

(139)

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi

Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan

mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Menurut Desiderato (1976) dalam Rakhmat (2000) persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Thoha (1999) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang

lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa

persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar tentang situasi.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum persepsi adalah; (1)

Relativitas, yaitu persepsi kita bersifat relatif, walaupun suatu obyek tidak dapat kita

perkirakan yang tepat tetapi setidaknya kita dapat mengatakan yang satu melebihi

yang lainnya. Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan sangat

ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas, persepsi kita

sangat selektif, panca indra menerima stimuli dari sekelilingnya dengan melihat

obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya. Karena kapasitas memproses

(140)

dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi pilihan

terhadap persepsi; (3) Organisasi, persepsi kita terorganisir, kita cenderung menyusun

pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang berserakan

dan menyajikannya dalam bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan

latar (belakang). Dalam sekejab panca indra akan melakukan seleksi dan sosok yang

menarik mungkin akan menciptakan suatu pesan. Penafsiran mengenai gambar sering

ditentukan oleh latar (belakang); (4) Arah, melalui pengamatan seseorang dapat

memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan. Penataan adalah sangat penting bagi

pembuat pesan untuk mengurangi tafsiran yang diberikan oleh stimulus; dan (5)

Perbedaan kognitif, persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi

yang sama karena adanya perbedaan kognitif. Setiap proses mental, individu bekerja

menurut caranya sendiri tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi

terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan atau ketertutupan fikiran,

sikap otoriter dan sebagainya.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) sejurnlah studi telah menganalisis

hubungan antar ciri-ciri suatu inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi

tersebut menggunakan pertimbangan obyektif, atau menganggap bahwa petani

mempunyai persepsi yang sama. Hal ini menyebabkan hasil studi tidak mencapai

kesimpulan yang sama, tetapi semuanya menunjukkan adanya beberapa ciri penting,

sebagai berikut:(l) Keuntungan relatif, apakah inovasi memungkinkan petani

mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada

yang telah dilakukan sebelumnya. Keuntungan relatif ini dipengaruhi oleh pemberian

(141)

demikian bisa memotifasi petani untuk mencoba suatu inovasi, tetapi sulit bagi petani

untuk melihat manfaat yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan; (2)

Kompatibilitaskeselarasan, kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan

kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelurnnya, atau dengan

keperluan yang dirasakan oleh petani; (3) Kompleksitas, inovasi sering gaga1 karena

tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan atau

keterampilan khusus, adakalanya lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket

inovasi yang relatif sederhana tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan-kaitan tersebut

sulit dipahami; (4) Dapat dicoba, petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika

telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada

mengadop si inovasi dengan cepat dalam skala besar. Inova si tersebut menyangkut

banyak resiko. Kemudahan untuk dicoba ada hubungannya dengan kemudahan

memilah. Program pengembangan pertanian sehamsnya meningkatkan sistem inovasi

yang dapat dicoba ; (5) Dapat diamati, Pengamatan petani seringkali menjadi sebab untuk memulai suatu diskusi. Agen penyuluhan yang ingin memperoleh kepercayaan .

dari petani hams mulai mempromosikan inovasi yang telah berhasil. Untuk i t - hams

dicari inovasi yang dapat diserap dengan cepat. Dalam jangka waktu tertentu inovasi

yang berdampak pada pendapatan petani akan memperoleh perhatian bahkan tanpa

bantuan agen penyuluhan sekalipun.

Selain itu Jahi (1988) menyatakan bahwa laju adopsi yang berbeda dapat

diterangkan oleh lima karakteristik inovasi berikut h i ; ( I ) keuntungan relatif(relatrf

advarztage), pengadopsi hams menganggap inovasi tersebut lebih baik daripada apa

(142)

obyektif atau tidak; (2) kesesuaian inovasi dengan tata nilai maupun pengalaman

yang ada (compatability), inovasi hams sesuai dengan kepercayaan, tata nilai, dan

norma-norma sosial yang ada; (3) kerumitan untuk mempelajari dan menggunakan

inovasi tersebut (complexity), inovasi hendaknya juga tidak memiliki ciri complexity,

yang menunjukkan tingkat kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi

itu; (4) kesempatan untuk mencoba inovasi itu secara terbatas (triability), suatu

inovasi akan lebih mudah didifusikan bila dapat dicoba dalam suatu skala terbatas,

sebelum sepenuhnya diadopsi; dan (5) cepatnya hasil inovasi itu dapat diamati

(observability), jika hasil inovasi itu dapat cepat terlihat, maka calon-calon

pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, melainkan dapat terus

ke tahap adopsi.

Sikap

Rachmat (2000) menyimpulkan beberapa ha1 mengenai definisi sikap, yaitu;

(1) sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam

menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan

kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap obyek sikap.

Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau

kelompok.; (2) sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan

sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang hams pro atau

kontra terhadap sesuatu;menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan;

menyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang hams dihindari (Sherif dan

(143)

mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak

menyenangkan; dan (5) sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi

merupakan hasil belajar.

Gibson dan Ivancevich (1997) menyatakan bahwa sikap (attitude) adalah

kesiap-siagaan mental yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai

pengaruh tert entu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi

yang berhubungan dengannya.

Winkel ( 199 1) menyatakan sikap (attitude) merupakan kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap

obyek itu, berguna atau berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai baik untuk

saya, dia mempunyai sikap positif, bila dinilai obyek jelek untuk saya, dia

mempunyai sikap negatif

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), sikap dapat didefinisikan sebagai

perasaan, fikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap .

adalah pengetahuan, perasan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Lebih

mudahnya sikap adalah kecondongan evaluatifterhadap suatu objek atau subjek yang

memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek

sikap. Keyakinan bahwa perilaku membawa akibat tertentu beserta penilaian terhadap

akibat tersebut merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap.

Menurut Syah (1999) dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau

kecenderungan mental. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap

(144)

Dari uraian Gibson dan Ivancevich (1997) berdasarkan teori Rosenberg dan

Wibowo (2000) berdasarkan teori Triandis, menyatakan bahwa sikap memiliki tiga

komponen, yaitu;

(1) Komponen kognitif dari suatu sikap berisi ide, anggapan-anggapan, pengetahuan,

keyakinan dari orang yang bersangkutan mengenai obyek sikap. Unsur penting

dari kognisi adalah kepercayaan evaluatif dari seseorang. Kepercayaan evaluatif

diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik yang dirniliki oleh orang

terhadap obyek atau orang.

(2) Komponen afektif dari suatu sikap meliputi seluruh emosi atau perasaan orang

yang bersangkutan terhadap obyek sikap. Dengan adanya komponen ini obyek

sikap dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau

tidak disukai.

(3) Komponen perilaku berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk

bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu. Apabila orang memiliki

kognisi yang positif dan perasaan yang juga positifterhadap obyek tertentu, maka

ia akan cenderung mendekati (membantu, mendukung dan semacamnya) obyek

tersebut. Sebaliknya, bila ia memiliki kognisi yang negatif dan perasaan yang

negatif pula maka ia akan cenderung untuk menjauhi, merusak, atau menentang

obyek sikapnya.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan bagaimana

seseorang memutuskan untuk menolak atau menerima sesuatu dari hasil penilaiannya

(145)

Menuut Van den Ban dan Hawkins (1999) untuk pengambilan keputusan yang

tepat, perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan telah tercapai. Janis ( 1977) dalam Van den Ban dan Hawkins (1999) tentang proses pengambilan keputusan ada

beberapa ha1 yang menjadi pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan

(Decisioit-making) yaitu (1) keuntungan yang didapat dan kerugian untuk diri sendiri;

(2) keuntungan yang dapat dirasakan dan kerugian untuk orang lain; (3) kesetujuan

diri atau ketidaksetujuan diri; dan (4) kesetujuan sosial atau ketidaksetujuan sosial.

Partisipasi.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), partisipasi memiliki konotasi

yang berbeda-beda untuk berbagai orang, di antaranya adalah sebagaimana terumus

dalam pokok-pokok berikut:

(1) Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program penyuluhan dengan cara

menghadiri rapat-rapat, mendemontrasikan metode baru untuk usaha tani

mereka, mengajukan pertanyaan pada petugas penyuluhan, dsb.

(2) Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluh oleh kelompok-kelompok petani,

seperti pertemuan-pertemuan tempat petugas penyuluh memberikan ceramah,

mengelola kursus-kursus demontrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis

oleh petugas penyuluh dan peneliti untuk petani, dsb.

(3) Petani atau wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam

pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan

(146)

Partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih

efisien untuk mencapai tujuan program penyuluhan yang telah dirumuskan.

Memberikan kesempatan yang lebih kepada petani untuk mempengaruhi masa depan

mereka sendiri dapat pula menjadi tujuan, sebagaimana memberi kekuasaan lebih

kepada masyarakat.

Wardojo dalam Vitayala dkk ( 1995) mengatakan bahwa pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan, secara sederhana adalah keikutsertaan masyarakat

baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk

sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat

lain di dalam pembangunan. Sebagai bentuk kegiatan, partisipasi masy arakat dalam

pembangunan mencakup partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan

kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan

hasil pembangunan.

Jika dilihat dari aspek-aspek yang terlibat dalam partisipasi serta apabila

dihubungkan dengan kolompok (masyarakat), maka partisipasi dapat diartikan ,

sebagai keterlibatan mentavpikiran dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok,

yang mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada kelompok, dalam upaya

mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap upaya yang bersangkutan

sehingga membantu berhasilnya program (Ginting, 2000)

Kemampuan berpartisipasi dalam anggapan dasarnya tersimpul implikasi

bahwa ia merupakan hasil dari suatu proses khas yang menyangkut dorongan atau

mot% sikap, kecerdasan, pengetahuan, keterampilan serta penggunaan metode, sarana

(147)

Menurut Ginting (2000) Besarnya dorongan atau motif berpartisipasi banyak

bergantung pada kemampuan yang bersangkutan melihat kesempatan untuk

berpartisipasi serta keuntungan yang mungkin diperoleh. Untuk itu biasanya perlu

diupayakan ketersediaan sumber-sumber penunjang yang memungkinkan seseorang

berpartisipasi. Kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan tidak akan

datang begitu saja, apabila masyarakat terasing jauh dari aset, modal dan keuntungan

pembangunan.

Yadav ( 1980) dalam Mardikanto ( 1994) mengidentifikasikan partisipasi sebagai; (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam

pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan; (3) partisipasi dalam

pemantauan dan evaluasi program dan proyek-proyek pembangunan; serta (4)

partisipasi dalam berbagai manfaat pembangunan.

Untuk tumbuhnya partisipasi sebagai suatu tindakan yang nyata, diperlukan

tiga persyaratan yang menyangkut hal-ha1 sebagai berikut; ( I ) adanya kemauan untuk

berpartisipasi, secara psikologis, kemampuan berpartisipasi dapat muncul oleh

adanya motif intrinsik (dari dalam diri sendiri) maupun ekstrinsik (karena

rangsangan, dorongan atau tekanan dari luar); (2) kemampuan untuk berpartisipasi,

adanya kemauan untuk berpartisapasi belum tentu akan menjamin partisipasi yang

diharapkan jika yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk

dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang bersangkutan; dan (3) kesempatan

untuk berpartisipa si, adanya kemauan dan kemampuan untuk berpartisipa si yang

(148)

menjamin tumbuhnya partisipasi, jika kepada mereka tidak diberikan dan ditunjukkan

adanya kesempatan untuk berpartisipasi ( Mardikanto, 1994).

Dan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi atau

keikutsertaan seseorang dalam suatu program dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu

adanya kesempatan, adanya kemauan dan adanya kemampuan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan tersebut.

Dalam konteks pembangunan, jika sejumlah faktor penunjang telah ada dan

tersedia atau dapat disediakan oleh yang bersangkutan, maka partisipasi lebih mudah

digerakkan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai

keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan

pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-had pembangunan

(Gintmg, 2000)

Karakteristik Internal

Lionberger (1960) dalam Mardikanto (1993) mengemukakan beberapa faktor .

yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi movasi meliputi:

(1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karma

memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Ukuran usahatani selalu

berhubungan positif dengan adopsi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) banyak

teknologi maju baru yang memerlukan skala operasi yang besar dan sumber dan

sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk keperluan adopsi inovasi tersebut.

(2) Tmgkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat

(149)

Menurut Soekartawi (1988) pendapatan usahatani yang tmggi seringkali ada

hubungannya dengan tingkat &si inovasi pertanian. Kemauan untuk

melakukan percobaan atau perubahan dalam &si inovasi pertanian yang cepat

sesuai dengan kondisi pertanian yang dimiliki oleh pet& maka umumnya ha1

ini menyebabkan pendapatan petani yang lebih tmggi. Dengan demikian petani

akan kembali mvestasi kapital untuk adopsi movasi selanjutnya. Sebaliknya

banyak kenyataan yang menunjukkan bahwa para petani yang berpenghasilan

lebih rendah lambat dalam melakukan &si movasi.

(3) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa

diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Menurut Soekartawi (1988) petani-

petani yang lebih tua tampaknya kurang cenderung melakukan &si inovasi

pertanian daripada mereka yang relatif umur muda. Beberapa studi menunjukkan

difbsi movasi yang paling tinggi adalah mereka yang pada usia setengah tua.

(4) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif

mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya selalu lebih inovatif dibanding

orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap

sesuatu yang baru.

(5) Pendidikan. Menurut Rogers (1983) pendidikan tampaknya menjadi suatu

faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Penggunaan media

yang tinggi juga melengkapi mereka dengan tmgkat pengetahuan yang lebih

tmggi dalam beberapa topik. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif

(150)

yang berpendidikan lebih rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi

movasi dengan cepat (Soekartawi, 1988). Menurut Mardikanto (1994) proses

adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani

clan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan adopsi teknologi baru hanya akan dapat berkembang dengan cepatnya apabila masyarakat (petani)

yang menerimanya cukup mempunyai dasar pendidikdpengetahuan dan

keterampilan untuk menerapkannya sesuai dengan persyaratan yang hams

ditaatinya.

Karakteristik Eksternal

( 1) Kondisi lingkungan

Menurut Rakhmat (2000) kaum determinisme lingkungan sering menyatakan

bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak orang

menghubungkan kemalasan bangsa Indonesia pada matapencarian bertani dan

matahari yang selalu bersinar setiap hari. Sebagian pandangan mereka telah diuji

.

dalam berbagai penelitian, seperti efek temperatur pada tmdakan kekerasan,

perilaku interpersonal, dan suasana emosional.

(2) Penyuluhan. Menurut Mardikanto (1993) beberapa aspek penyuluhan yang

berpengaruh adalah:

-

Saluran komunikasi yang digunakan, jika movasi dengan mudah dan jelas dapat

disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasaran dengan

(151)

disampaikan lewat media antar pribadi. Sebaliknya, jika inovasi tersebut sulit

disampaikan lewat media masa atau sasarannya belum mampu memanfaatkan

media masa, inovasi yang disampaikan lewat media antar pribadi akan lebih cepat

diadopsi oleh masyarakat sasarannya. Menurut Soekartawi (1988) inovasi yang

disampaikan secara individual akan berjalan secara lebih cepat bila dibandingkan

dengan inovasi tersebut dilakukan secara massal.

-

Penyuluh, kecepatan adopsi juga dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh

penyuluh, khususnya tentang upaya yang dilakukan penyuluh untuk

mempromosikan inovasinya. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, proses

adopsi akan semakin cepat pula. Demikian juga, jika penyuluh mampu

berkomunikasi secara efektif dan trampil menggunakan saluran komunikasi yang

paling efektq proses adopsi pasti akan berlangsung lebih cepat dibanding dengan

yang lainnya. Menurut Soekartawi (1988) semakin giat penyuluh pertanian

melakukan promosi tentang adopsi inovasi maka semakin cepat pula adopsi inovasi

yang dilakukan oleh petani. Menurut Mosher ( 199 1) peranan penyuluh yang paling .

sering diabaikan ialah peranannya sebagai teman yang memberikan dorongan

kepada petani yang ingin mencoba salah satu atau beberapa metoda baru, akan

tetapi yang merasa dikelilingi oleh petani-petani tetangga yang mendesaknya untuk

mengikuti cara-cara yang biasa saja atau yang menunggu kesempatan untuk

mengejeknya jika metoda baru itu gagal. Peranan peyuluh sebagai pendorong

semangat mereka yang lebih berani itu terutama penting dalam tahap-tahap

(152)

-

Ragam sumber informasi. Menurut Mardikanto (1993) kecepatan adopsi inovasi

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok sasaran penyuluhan pada tiap

tahapan adopsi juga sangat drpengaruhi oleh ragam informasi yang

menyampaikannya seperti terdapat pada Tabel 1.

Tabel. 1 Ragam sumber informasi yang mempengaruhi kecepatan adopsi

w t a n Sumber informasi yang efektif untuk tahap adopsi

jenjang Kesadaran Tumbuh minat Menilai Mencoba Adopsi

1. mediamasa m d a masa temadtetangga temadtetangga temadtetangga

2. temanltetangga temadtetangga penyuluh penyuluh penyuluh

3. penyuluh penyuluh Pe@Wg pedagang media rnasa

4. pedagang pedagang media masa media masa pedagang

Menurut Soekartawi (1988) sumber informasi juga sangat berpengaruh

terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa,

tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari

informan lain.

(3) Sarana produksi. Menurut Mosher (1991) penyediaan bahan-bahan dan alat-alat

produksi yang dapat dibeli, diambil dengan mudah oleh para petani d m .

tersedianya alat-alat angkutan yang baik dan ekonomis yang dapat memperlancar

usahatani mempakan syarat mutlak yang hams ada bagi pelaksanaan

pembahaman pertanian. Tiap bahan atau alat hams memiliki lima sifat supaya petani mau membelinya dan tems membeli lagi dari tahun ke tahun ; (1) efektivitas dari segi teknis; ( 2) mutunya dapat drpercaya; (3) harganya tidak

rnahal; (4) hams tersedia setempat dan setiap waktu petani memerlukannya; dan

(153)

Hubungan antara karakteristik internal dan eksternal, persepsi, sikap dan partisipasi

Thoha (1999) menyatakan bahwa persepsi timbul karena adanya dua faktor

baik internal maupun eksternal. Faktor internal antaranya tergantung pada proses

kepercayaan dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa

lingkungan.

Sikap-sikap barn yang didasarkan pada pengalaman responden atau pemikiran

sistematis ternyata lebih memungkinkan membawa perubahan perilaku daripada

sikap-sikap yang dangkal. Sikap petani lebih besar kemungkinannya berkaitan

dengan perilaku mereka jika mereka telah mencoba sendiri sebuah inovasi atau

mengumpulkan informasi mengenainya dari sumber-sumber terpercaya daripada

sekedar mendengarkan pembahasan menarik dari radio. Perilaku tidak hanya

drpengaruhi oleh harapan pribadi, tetapi juga oleh harapan sosial.

Menurut Soekartawi (1988) kebanyakan petani kecil agak lamban dalam

mengubah sikapnya terhadap perubahan ini. Hal ini disebabkan oleh sumberdaya

yang mereka miljki, khumsuya sumberdaya lahan, terbatas sekali. Sehingga mereka sulit untuk mengubah sikapnya untuk adopsi inovasi karena mereka khawatir kalau

adopsi inovasi tersebut ternyata gagal. Sebab sekali adopsi inovasi itu gagal, mereka

akan sulit untuk mendapatkan atau mencukupi makan anggota keluarganya.

Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, mengharuskan mereka

mampu memahami arti dan d a a t pembangunan bagi dirinya. Karena itu

masyarakat perh memiliki persepsi yang jelas tentang hubungan antara pelaksanaan

(154)

perbaikan taraf hidup, baik perorangan maupun kelompok. Persepsi seperti ini dapat dibentuk melalui penyuluhan yang diberikan secara sistimatis (Gintmg, 2000).

Menurut Anwar dan Reksowardoyo (1984) perilaku manusia dapat

dipengaruhi oleh tiga unsur yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jadi untuk

menimbulkan perubahan perilaku dapat dilakukan melalui perubahan salah satu dari

ketiga unsur, atau dengan melalui perubahan dua dari ketiga unsur itu, atau melalui

perubahan ketiga unsur tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketiga

unsur tersebut memiliki kaitan yang erat. Perubahan satu unsur akan mengarah pada

perubahan pada unsur yang lam. Misalnya, seorang atau kelompok masyarakat

menolak pengembangan satu inovasi di wilayahnya. Sikap penolakan bisa timbul dari

ketidaktahuan tentang tujuan dan manfaat inovasi atau karena tidak ikut dalam

pelaksanaan inovasi itu. Apabila mereka diberi pengertian tentang manfaat inovasi

tersebut biasanya akan terbentuk sikap positif dan bila diikutsertakan kemungkinan

mereka akan turut serta menerapkan.

Sistem Pertanian Terpadu (SIT) Tanpa Limbah Terbuang

Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR)

Konsep pembangunan ekonomi kerakyatan yang dilaksanakan oleh PPMR

adalah program pemberdayaan masyarakat yang menitikberatkan pada pembangunan

pertanian terpadu yang disebut dengan "Integrated Farming System (iTFS) Zero

Waste" atau "Sistem Pertanian Terpadu (SPT) tanpa ada limbah yang terbuang"

berupa pengembangan agribisnis berbasiskan komoditi unggulan dalam satu lahan

(155)

Penyusunan program model

ini

dilakukan karena jenis tanah di Riau yang

pada umumnya Red Yellow Podzolik (Podzolik Merah Kuning) dan jenis tanah

gambut yang kualitasnya kurang layak untuk dijadikan lahan pertanian tanaman

pangan clan hortikultura. Jenis tanah podzolik merah kuning adalah tanah yang miskin

unsur hara dan struktur sifat fisik yang kompak sehingga tanah menjadi keras, sulit

menyerap air, dan proses difbsi udara kecil yang berakibat pada sulitnya akar

menyerap unsur-unsur pertumbuhan dari tanah. Sedangkan tanah gambut adalah

tanah yang memiliki keasaman tinggi (pH rendah) dan struktur rapuh yang juga tidak

layak untuk dijadikan lahan pertanian. Untuk itu dibutuhkan substansi lain yang

mampu memperkaya kandungan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah sehingga

layak untuk dijadikan lahan pertanian tersebut di atas.

Kelemahan yang umumnya ditemukan masyarakat adalah sempitnya lahan

pertanian dan sistem pertanian yang masih tradisional pada petani miskin yang

memiliki keterbatasan dana, bahkan dapat dikatakan tidak ada untuk menggarap

lahannya dengan jenis tanah podzolik atau gambut. Solusi yang dibawa oleh PPMR

.

mengatasi berbagai kelemahan tersebut adalah konsep agribisnis dengan pola

integrated farming system with zero waste. Konsep ini merubah pola pertanian dari monokultur yang selama ini dilaksanakan masyarakat ke arah polikultur (multzple

cropping) melalui usaha pertanian yang terintegrasi dengan usaha peternakan dan

perikanan.

Integrated farming system (7FS) with zero waste atau sistem pertanian terpadu

tanpa ada limbah yang terbuang adalah sistem pertanian yang mengumpulkan

(156)

pertanian. Semua subsistem

ini

akan saling mendukung dan memperkuat antara satu

dengan lainnya sehingga tidak ada sisa produk dari satu subsistem yang terbuang

karma akan bermanfaat untuk subsistem lainnya.

Konsep IFS

ini

menjadikan peternakan sebagai basis untuk kelanjutan

aktifitas kegiatan lainnya. Di sampmg menghasilkan anak dan daging juga diperoleh

kotoran dari hewan ternak yang dapat dijadikan substrat utama untuk pembuatan

pupuk kompos dengan campuran hijauan, dedak, larutan gula

+ mikroorganisme

fermentasi alami (MFA). Pupuk kompos ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki

kesuburan tanah jenis podzolik merah kuning dan gambut. Pemdaatan kotoran

ternak untuk pupuk kompos adalah rangkaian integrated dari peternakan ke pertanian.

Sementara itu untuk kebutuhan makanan ternak, juga diperhdcan hijauan dari kegiatan

pertanian termasuk rumput makanan ternak, juga diperlukan hijauan dari kegiatan

pertanian termasuk rumput makanan ternak yang juga dipupuk dengan pupuk

kompos. Disamping pemanfaatan untuk pertanian, kotoran ternak juga bermanfaat

untuk pupuk dasar kolam menumbuhkan pakan alami phytoplankton dalam usaha

.

perikanan sehingga kolam subur dan pertumbuhan ikan juga menjadi lebih baik.

Hasil dari seluruh kegiatan usaha pertanian, peternakan dan perikanan yang

dilaksanakan dalam sistem ini tidak terbatas pada usaha produksi saja, tetapi lebih

ditiugkatkan dengan pengolahan, sortasi dan pengemasan (packaging) yang akan

dikelola melalui sektor mdustri kecil. Produk IFS ini dapat dipasarkan langsung atau

sebagai bahan baku mdustri bahan makanan seperti pisang yang dapat dikonsumsi

langsung atau dijadikan bahan baku pembuatan keripik pisang, pisang salai dan lam

(157)

jalan, pasar, dan industri kecil sebagai dukungan dari sistem produksi agribisnis.

Diharapkan, hasil pengembangan mdustri kecil yang juga akan mengdcutsertakan

bidang jasa

ini

dapat terus ditmgkatkan sehingga dapat memenuhi pasar lokal,

nasional bahkan dalam skala besar dapat untuk ekspor.

Agar program SPT ini dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan

(sustainable), maka diperlukan proses pendampingan masyarakat atau peserta

program oleh seorang Field OEcer (FO) dan penyuluh PPMR. Field Officer

ini

bertugas sebagai pembimbing petani dan mengakomodasi segala keperluan petani

dalam pelaksanaan program SPT melalui koordinasi dengan Field Coordinator

PPMR. Dalam pelaksanaan h g s i dan tugasnya di lapangan Field Officer dalam

beberapa hari setiap minggu tmggaVmenginap di salah satu rumah penduduk dengan

tujuan untuk mengenal dan memahami sosio kultural masyarakat desa tempatnya

bertugas. Sedangkan penyuluh tmggal menetap di salah satu desa untuk memberikan

penyuluhan tentang SPT kepada petani peserta (anggota SPT), dan memberikan

informasi kepada field officer tentang apa saja yang dibutuhkan oleh anggota dan

.

pennasalahan apa yang dihadapi anggota. Hal

ini

penting di samping untuk menjalin hubungan silaturahmi yang erat juga sangat bermanfaat untuk mencari alternatif

pengembangan program dan mengetahui kebutuhan-kebutuhan serta suara-suara

masyarakat dalam pembangunan desa untuk PPMR bisa ikut andil di dalamnya.

Tindak lanjut dari pelaksanaan program ini yang perlu dikembangkan adalah sistem

perkreditan yang murah dan mudah terutama untuk petani miskin dalam jangka waktu

panjang sehingga siklus integrated farming system dapat tercapai minimal dalam

(158)

Gambarl. Sistem Pertanian Terpadu (SPT) tanpa limbah terbuang (Integrated Farming System with Zero Waste)

Industri Kecil

* Pongolahan

T

Kompos

.

-: * s o m i s

A

"ranaman pang-

& Hortkdtura

t

* Pengepakan

P

a

a r

(159)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir

Kebijakan tentang pemberdayaan masyarakat merupakan tanggung jawab

selurub warga negara Indonesia. Upaya nyata pemberdayaan masyarakat dirasakan

semakin dibutuhkan, karma tmgkat kemiskiuan sudah menunjukkan sinyal yang

mengkhawatirkan. Keberadaan perusahaan terutama di Propmsi Riau khususnya Kabupaten Pelalawan yang merupakan tempat di mana salah satu perusahaan besar

beroperasi, merupakan saham yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat sekitar

lokasi perusahaan baik melalui program pemberdayaan secara langsung maupun tidak

lang sung.

Pembangunan masyarakat pedesaan lingkungan sekitar lokasi perusahaan

merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan masyarakat secara luas. Hal ini

dapat dikaji bahwa pembangunan masyarakat merupakan ha1 yang sangat penting

dalam proses pembangunan nasional, karenanya selalu berusaha agar dapat ,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkesmambungan dan serasi dengan

pembangunan nasional. Hal

ini

hanya dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dengan demikian

masyarakat pedesaan sekitar perusahaan dibina untuk menjadi mitra perusahaan

dalam meningkatkan produktivitas dan sekaligus meniugkatkan kesejahteraan serta

(160)

Kegiatan program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) yang dilaksanakan oleh

PPMR merupakan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan hgsi-fimgsi sumber

daya alam secara maksimal dengan sasaran masyarakat yang tinggal di desa sekitar

perusahaan dengan tujuan : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan yang menyangkut aspek sosial ekonomi dan budaya, (2) meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia dengan harapan agar masyarakat menjadi partner dalam

pembangunan, dan (3) memperbaiki lingkungan, sehingga tercapai kesinambungan

yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat.

Pencapaian tujuan SPT ini, ditentukan oleh kesepakatan yang positif dari

pihak PPMR dan masyarakat sebagai mitranya. Komitmen positif dari perusahaan

berupa tingkat kecakapan dan kesungguhan aparat pelaksana dan pengelola kegiatan

SPT, sedangkan komitmen masyarakat lebih tercermin pada persepsi, sikap dan

partisipasi yang positif untuk mendukung kegiatan SPT. Persepsi, sikap dan

partisipasi masyarakat pedesaan lingkungan perusahaan terhadap kegiatan program

SPT adalah persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat yang termasuk dalam lokasi

perusahaan maupun di luar lokasi perusahaan.

Mengacu pada kajian teoritik dapat dikemukakan bahwa partisipasi positif

terhadap program dapat terjadi jika masyarakat memiliki persepsi dan sikap yang

positif terhadap kegiatan tersebut. Persepsi masyarakat ini menyangkut pandangan

dan interpretasi terhadap makna kegiatan, yang berhubungan dengan partisipasi.

Sikap masyarakat berkaitan dengan respon atau tanggapan menolak atau menerima

(161)

diorientasikan pada keterlibatan emosional dan mental serta kontribusi terha

Gambar

Gambar 2. Bagan kerangka berfikir " Partisipasi Petani Peserta Terhadap Program
Tabel 2. Sebaran Umur Anggota SPT
Tabel 5. Sebaran Luas Lahan Anggota SPT
Tabel 6. Sebaran Pendapatan Anggota SPT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus karena berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi praktik kerja yang berjudul “Uji Pengendalian

Di SMP Negeri 13 Magelang mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang mempunyai materi yang beragam didalam seni di Indonesia dan mancanegara. Di

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 t entang Cara Penyusuna n Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Berdasarkan perubahan sistem informasi penyewaan bus pariwisata yang berjalan dan setelah kebutuhan-kebutuhan sistem yang baru telah ditentukan, maka langkah-langkah

(Salim, 2010) :1) Pasal 108 ayat (1) pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, 2) Pasal 100 pemegang IUP wajib menyerahkan

karakteristik ilmu sejarah, (2) mengembangkan intelektual siswa dengan berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, (3) membantu guru mencapai tujuan

Kemandirian seorang Notaris terletak pada hakekatnya selaku Pejabat umum, hanyalah mengkonstatir atau merelateer atau merekam secara tertulis dan otentik dari