• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zonasi kawasan konservasi Gunung Tampomas di Sumedang Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Zonasi kawasan konservasi Gunung Tampomas di Sumedang Jawa Barat"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)

ZONASI KAWASAN KONSERVASI

GUNUNG TAMPOMAS DI SUMEDANG

JAWA BARAT

RONALD GUIDO SUITELA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(142)

Ronald Guido Suitela / NRP 9969708. ZONASI KAWASAN KONSERVASI GUNUNG TAMPOMAS DI SUMEDANG JAWA BARAT. Dibawah

bimbingan: Hadi S. Alikodra (Ketua), Cecep Kusinana (Anggota), d a i ~ Lilik Budi

Prasetyo (Anggota).

Kawasan hutail ilegara di gullu~lg Tainpoillas seluas 4 687,50 ha, terdiri atas

tainai~ wisata alam (TWA) seluas 1 250 ha, adalah kawasai~ hutan lindung dan

hutan produksi P T P e r h ~ ~ t a n i seluas 3 437.50 ha. Berbagai kepentingan ter11adap guiluilg Tainpoinas inenui~tut pengaloltasiai~ ruang yang pro~~orsional, pengalokasiai~ tersebut selailjutnya disebut dellgall zoi~asi Icawasan.

Peilelitiail ini tidak ineilgevaluasi status kawasail dail pengelolaail yailg sudah ada di gui~uilg Tampoinas, tapi deilgan ineilgeksplorasi poteilsi dail ~ ~ ~ e i ~ g a i l l a t i kepeilti~lgai~ yang ada, mencoba ineildesaiil zonasi kawasail koilservasi g u i ~ u ~ l g Tainpomas. Peilgainbila~l data dilakukai~ dellgall wawancara, survey v e ~ e t a s i , dail survey pei~jelajahan. Keinudian data diolah deilgan analisis vegetasi, analisis deskriptif, ailalisis peta dan analisis pernbuatan zona. Hasil peilelitiai~ kernudiail dituai~gkail dalain bei~tuk peta dan digabungkai~ dalain sebuah peta zoilasi kawasail konselvasi.

Dari hasil pengainatan di lapangan didapatkan bahwa karakteristik fisik

kawasail gullung Tampo~nas ineiniliki nilai skor 190 (SK Meiltail 837 tahuu 1980

tentang Icriteria da11 Tata cara Penetapan Hutail Lindung) diillana ililai tersebut melainpaui nilai skor 175 yailg berarti kawasail iili terinasuk ke dalani jellis kawasail yang mutlak dilindungi. Beberapa vegetasi yang doinillan adalah pasang

(Quercus sundaica Bl.), ilangsi (Villebrunea rubescei?~), dahu (Dracontonzeloii

nzang$er.unz), puspa (Schinza wallichii Korth.), d a i ~ sailintell (Castanopsis

javanica A.DC.). Indelcs keanekaragalnan jellis pohon pada kawasail dengall

ketii~ggiail di bawah 1 000 in dpl adala11 3,s sedailgkan untuk vegetasi di atas 1 000 in dpl adalah 2,3. Indeks kenlerataail untuk kawasail di bawah 1 000 111 dpl

adalah 0,9 dan uiltuk kawasail di atas 1 000 in dpl adalah 0,6. Ini menui~jukkai~

bahwa keailekaragainai~ jellis dan kemerataan pada strata di bawah 1 000 in dpl

lebih tinggi. Kondisi i i ~ i mei~ui~jukkan reirtailnya koildisi vegetasi guuung

Tainpo~nas terl~adap gangguan. Satwa yang ditemukan sebai~yak 3 1 jenis buruilg

(143)

Segenap kepentingan yang ada dapat diakolnodir di g u ~ u n g Tampomas dengan memperhatikan potensi ekologis yang ada. Zona kawasan yang dibuat berdasarkan potensi yang ada dapat diuraikan sebagai berikut; Zona inti yang diperuntukkan bagi perlindungan terhadap kedua species kunci elang jawa dan macan tutu1 yang berarti juga ~ ~ ~ e l i n d u ~ l g i habitat dan sumber pakannya. Zona pemanfaatan terbatas diinaksudkan untuk n~engakomodir kepentingan wisata religi dan wisata alain serta penelitiall iliniah. Zona ini juga diinaksudkan untuk mengurangi tekanan terhadap zona inti dengall inenyiapkan atraksi wisata yaug inlconvensional, seperti; canopy trail, seri pendidilcan konservasi, dan lain-lain dalatn rangka inenciptakan deinand terhadap wisata pendidikan. Zona produksi, dimana kepentingan pe~nungutail hasil hutan bisa diakoinodir. Kawasan ini

inencakup kawasan hutan produksi Perhutani. Di dalain kawasan ini juga dapat

dike~nbaugkan beberap atraksi wisata harian yaug cukup inenarik sepei-ti air

tejun dau bulni perkemahan. Merigingat kondisi fisik gunung Tainpoinas yang culcup rentan terl~adap gangguan, maka perlu dikenlbangkall pengelolaan hutan wisata atau kegiatan ekowisata yang tidak lagi ~neletakkan prioritas uta~na pada

hasil hutan berupa kayu, tapi pada hasil hutan intangibel yaug bisa saja

inendatangkan hasil finansial yang lebih banyak. Kawasan penyangga juga harus ditingkatkan inutunya melalui kerjasama antar instansi.

Peranan Pemerintah Daerah sebagai pelnilnpin da11 pengendali manajeinen

(144)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

"ZONASI KAWASAN JKONSERVASI GUNUNG TAMPOMAS

DI SUMEDANG JAWA BARAT"

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya

Bogor, 26 Februari 2002

(145)

ZONASI KAWASAN

ICONSERVASI

GUNUNG TAMPOMAS

DI

SUMEDANG

JAWA BARAT

Oleh:

RONALD GUIDO SUITELA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Uiltuk Me~llperoleh Gelar

Magister Sains pada

Prograin Studi Ilillu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(146)

Judul Tesis : Zonasi Kawasan IConservasi G u ~ l u ~ l g Ta~l~pornas di Sumedang Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Ro~lald Guido Suitela

No~llor Pokok : 99 69 708

Program Studi : 11111u Pengetahuan ICehutanan

Prof. Dr. Ir. Hadi ~.\Alikodra, MS ICetua

Dr. IK Cecep ICusmana. MS Anggota

Dr. 1r. Lilik Budi Prasetyo. MSc. Anggota

2. ICetua Progranl Studi PIC,

./-&!/

--+BE Dr. Is. Dodi Nandika. IMS
(147)

RIWAYAT HIDUP

Penulis diiahirkan di Makassar pada tanggal 24 Oktober 1965 sebagai

anak bungsu dari Pasangan Yan Christian Suitela dan

Rr.

Srie Martinjoeng.

Pendidikan sarjana ditempuh di Progranl Studi Manajemen dan Budidaya Hutan, Jurusatl I<ehutanan, Fakultas Pe~.tanian Universitas Hasanuddin, lulus pada tahun 1990. Sejak tal~un 1999, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Prograln Studi Ilillu Pengetahuan Kehutanan. Beasiswa pendidikan pascasajana diperoleh dari PT. Perhutani.

Pada tahun 1990-1992, penulis bekerja pada Perusal~aan HPH PT. Radar

Utaina Tinlber dail sejak tahun 1993 diteriiua sebagai karyawan Peru111 Perhutani, terakhir menjabat AsperIKBKPH Cibenda KPH Majalengka Peru111 Perl~utani

Unit 111 Jawa Barat tahun 1999, sebelum menjalankan tugas belajar pada Prograiu

Pascasarjana IPB.

(148)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaNya atas selnua berkat dan kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat nlenyelesaikan penelitian ini.

Tesis'ini disusun berdasarkan hasil peneiitia~l tentang Zonasi Kawasan Konservasi

di Gunung Tanlpomas, Kabupaten Sulnedang Jawa Barat, yang dilalcukan di

gunung Tanlpoinas pada bulan April - Juui 2001.

Penulis ingin nlenya~npaikan ucapan terinla Itasill dan penghargaan kepada

Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS., selalcu Ketua Koinisi Pembimbing, selta Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. dan Dr. Ir. Lililc Budi Prasetyo, MSc., selalcu anggota Komisi Pembimbing. Ucapan ternla kasih juga peuulis salnpaikan kepada Direlcsi PT. Penhutani yang telah menlberi kesemnl~atan dan biaya studi kepada kami. Kepada beberapa instansi yang ruembantu nlemberikan infor~nasi yang dibutuhkan; PT Perhutani KPH Sumedang, BICPH Tampomas, Sub Seksi BICSDA Suinedang, Bappeda Suinedang, Canlat Buahdua, dan petugas lapangan dari PT Perhutani dan Sub Seksi BICSDA Sumedang, serta Pak Kasmad, juru kunci

nlakam Daleln Sanliaji gunung Tamnpomas dan kepada Ir. M. Ace. S. ICusun~all,

Ketua LSM 'Forum Tainpomas'.

Selanjutnya penulis ingin menyan~paikan terima kasih kepada teman- teman program studi IPK (Illnu Pengetahuan Kehutanan) Pascasarjana IPB, khususnya Ivan Yusfi Noor, Yuri Yuriana, Aries I. Suparta, dan Nanang Sugiharto yang senantiasa mendampingi dan n~einberikatl dukungan moril dan materil. Kepada kang Nono dan keluarga yang telah ~nenlbantu senantiasa ~nelayani penulis selarna penelitian, Ibu Ira (Staf Program Studi IPK), Oli, Lusi,

Tri, Asong, Dadang, Agus, Abiet, Iwang, Bayu, Atik, Pak Ismail, Pak Endang,

Bibi, dan selnua pihak yang telah mernbantu penulis dan tidak bisa penulis tulis satu persatu.

Akhimya penulis haturkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada orang tua dan saudara-saudara serta khususnya kepada istri dan kedua anak kami, Sheia dan Gemina atas doa, dorongan serta kasih sayangnya.

Tesis ini disusun berdasarkan keadaan dan kondisi tertentu dimana keadaan lapangan dan kondisi sosial ekonomi ~nasyarakat sekitar masih akan nlengalanli banyak perubahan. Hal ini membuka peluang yang sebesar-besamya bagi dilakukalulya penelitian lanjutan dan lebih inendala~n mengenai

pern~asalahan yang terkait dengan gunung Tampomas.

Se~noga tesis ini bernlanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, akhir Januari 2002

(149)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR TABEL

...

:

... ...

v DAFTAR GAMBAR

...

vi

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

~ I I I

PENDAIUJLUAN

Latar belakang

...

1 Perunlusan masalah

...

3

. . ...

Kerangka pemlk~ran 4

. .

...

Tujuan dan Manfaat penel~t~an 5

TINJAUAN PUSTAKA

...

Kawasan Konservasi S

...

Kawasan Perlindungan nlenurut IUCN 9

...

Perencallaail Kawasan Konsewasi 13

...

Pemanfaatan Kawasan Konsewasi 16

Zonasi

...

18

KEADAAN URXUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Luas

...

26

. . . .

K o n d ~ s ~ Fls~k

...

27

. . . .

K o n d ~ s ~ Biot~k

...

29

Sejarah dan Status Kawasan

...

30

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

...

34

.

.

(150)

Bahan dan Alat

...

35

Jenis Data dan Inforlllasi

...

35

Analisis Data

...

.

37

Analisis Pel~entuan Zona

...

39

I-IASIL DAN PEMBAITASAN

Hasil Penelitian

. . . .

Kondls~ Blobk

...

42

. .

...

Kondlsl Sosial Ekonomi 53

...

Pihak-pihak yang Berkepentingan 55

. .

Peluang Panivlsata

...

67

Penlbahasan

...

Beberapa Kepentingan yang ada 71

...

Zonasi Pengelolaan Kawasan Konservasi 76

Pe~lgelolaan Kawasan Kollservasi

...

85

KESIMPULAh'

...

Keiimpulan 89

...

Sara11 89

DAFTAR PUSTAKA

(151)

DAFTAR TABEL

Data Curah Hujau di Lima Stasiun Kli~~~atologi Kabupaten Sumedang s/d

Tahun 2002

...

Data Pengunjung Gunung Talnponlas dalanl 5 Tahun Terakhir

...

Kriteria Penentuan Zona Kawasan I<onservasi Gunung Tampomas

...

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon Strata 1 (<I000 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang Strata 1 (<I000 m dpl)

...

lndeks Nilai Penting Tingkat Pancang Strata 1 (<I000 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Semai Strata 1 (<lo00 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon Strata 2 (>lo00 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang Strata 2 (>I000 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Pancang Strata 2 (<I000 m dpl)

...

Indeks Nilai Penting Tingkat Selnai Strata 2 (<I000 In dpl)

...

Daftar Jenis Burung yang Endemik dan Dilindungi

...

Laju Pertumbuhan Penduduk di sekitar Gunung Tampomas

(152)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kera~lgka Peillikiran Pengelolaan Kawasan Konservasi

...

7

...

Puncak Tanlpomas Dilihat dari Lokasi Batu I<ukus

. . ...

Peta Lokasi Penelltlan

Peta Kelerengan Gunung Talllpo~~~as

...

...

Malcanl Dalem Sanliaji di Puncak Gunung Tanlponlas

...

Papan Infor~llasi di Pintu Gerbang ke TWA dari Desa Narimbang

...

I<awasan Hutan Produksi Gunung Tampomas

....

....

...

Kawasan Hutan Lindung Gunung Tampomas

...

Profil pohon pada strata 1 dan strata 2

...

Peta Penyebaran Satwa di Gunung Tampomas

Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)

...

Puyuh (Arborophilaorientalis)

...

Merak Hijau (Puvo nwticus)

...

...

Kotoran Macan Tutu1 (Pantherapardus)

Captering Air Bantuan Perhutani di Gunung Tampomas

...

...

Peran Masyarakat dalanl Pembangunan Hutan

...

Tananlan Kaliandra Masyarakat di Gunung Tampomas 1981

...

Peziarah Maka~n di Gunung Tamponlas

. .

...

Kelompok Siswa Pengunjung Gunung Tampomas

(153)

22 Galia11 C di Kaki Gunung Tatnponlas (Cibeureun~)

...

67

23 Lokasi Menarik di Gunung Tanlpomas

...

6 s

24 Air Tecjun Ciputrawangi di Petak 3 Kawasan Perhutani

...

69

25 Lokasi bunli Perkemahan G

.

Karang di Kaki Gunung Tanlponlas

...

69

26 Lokasi

Bird

Wutckii?g di Petak 6 Hutan Lindung Perl~utani

...

70

...

27 Gunung Ciremai Dilihat dari Sangiang Taraje 70

...

(154)

DAFTAR LAMPIRAN

Ilalarnan

Daftar Jellis Vegetasi di gunung Tampomas

...

94

Basil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon Strata 1 di gutlung Tampomas

...

96

Ilasil Analisis Vegetasi Tingltat Tiang Strata 1 di gunung Tatnpomas

...

98

Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang Strata 1 di gi~ilung Tanlpornas

...

100

Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Seinai Strata 1 di gunung Tampomas

...

102

Hasil Analisis Vegetasi Tingkat l'ol~oon Strata 2 di gunuug Tampomas

...

104

Ilasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang Strata 2 di gunung Tainpomas

...

106

Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang Strata 2 di gunung Tampomas

...

108

...

Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Semai Strata 2 di gunung Tampomas 110

Dafiar Tumbuhan bawah di gunung Tanlpomas

...

112 Dafiar Jenis Burung di gunung Tampomas

...

113

...

Frekuensi Perjumpaan Burung di gunung Tampomas 114

...

Dafiar Jenis Man~alia di gunung Tampomas 115

...

(155)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Gu~lu~lg Tampo~nas (1.684 m dpl.) terdiri atas areal tanla11 wisata slam

( T W A ) di sebelah atas dan hutan lindut~g serta hutan tanamall PT. Perhutani di

sebelah bawah. T W A Gunung Tampomas seluas 1.250 ha (luas keseluruhan

mencapai 4.687,52 ha) ditetaplcail berdasarltat~ SK Mentan No..

423/I(PTS/UM/7/1979 tanggal 1 Juli 1979.

Secara keselurul~an dapat dikatakan baliwa Guilu~lg Tanlpoiilas adalah

kawasan ko~lservasi yang seyogyanya aka11 ~lienlberikan k e u ~ ~ t u i ~ g a i ~ - k e u i ~ t ~ ~ ~ ~ g a ~ i

bagi daerah dan masyarakat setempat. Oleh karena itu pengelolaan kawasan

Gunung Tanlpoinas tidak terlepas dari rencana peinbangunan daerah Kabupaten.

MacKi~mon, (1993) menguraikan bahwa kawasan yang dilindungi tidak

ditetapkan untuk dipisahkan dari arus pernbangunan, melainkan merupakan suatu

beatuk pellggunaan lahan yang harus ~llelengkapi kawasan sekitamya apabila

kawasan yang dilindungi i11i diharapkan dapat beitahan.

Seiring diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahui~ 1999 telltang

Pemer~~talian Daerah, Pemerintah Kabupaten dituntut untuk selllakin ~l~enggali

potensi daerallnya rrnttlk dapat mernberikan sulnber pendapatan asli daerah (PAD)

yang baru. Dalam upaya lnencari sebanyak ~nungkin PAD, Pe~neri~~tah Daerah

harus siap dengall infornlasi yang jelas dan dapat dipeitanggungjawabkan,

(156)

2

~nenilllbulkan masalal~ baru. Berbagai kepentingan lain terhadap keberaadaa~l

Gunung Talnpomas juga telah narnpak selama ini, yakni; ziarah religius orang

Indranlayu pesisir ke ptuncak Tampomas, rekreasi para relnaja yang ingin ~nendaki

Gu~lullg Tainpolllas, sel-ta pemenuhan kebutuhan kayu baltar bagi pellduduk di

sekitar Gu~lullg Tampomas.

Sebagai lcawasan kotlservasi (Taman Wisata Alalll dan Nutall Lindung),

Gunung Ta~l~polllas ille~lge~nbail tiga fullgsi utaina yakni perlindz~~zgan sistenz

penyartgga kchidupan, pengawetan keanekaraganlan jerzis tunzbuharz dan satwn

beserta ekosistenzrtya, dan penianfaatarz secara lestari sunzberdaya alaliz hayati

don ekosistenznya (UU No. 5 1990). Dalam ha1 perlindungan dan pengawetan

mungkin sudah berjalan sesuai atau halllpir sesuai dengan aturan yang ditetapkan,

nalllull berkaitan dengall fungsi yang ketiga dimana kawasan ko~lservasi ~nulai

dikaitkan dengall pe~lla~lfaata~l dan hasil yang dapat diperoleh darinya, perlu

diperhatikan banyak hal, kriteria, potensi da11 keserasian petlggunaan ruang.

Penggullaan ruang yang proporsional (sesuai kebutuhan dan fungsi) akan

lnemberi hasil yang optimal bagi daerah dan lnasyarakat lcabupate~l Sumedang.

Sebagai c o ~ ~ t o h , jika pada satu sisi Gunung Talllpomas menurut kriteria yang ada

dapat dibangun suatu daerah tujua~l ekowisata, ~naka perlu dialokasikan ruang

yang tepat bagi kegiatail tersebut. Hal tersebut I~aruslah lnellgacu kepada potensi

sumberdaya yang tersedia, agar tujuan kawasan ,. ekowisata dapat dicapai secara

optimal, yakni; memnberikan tiga keuntutlgan yakni pelestarian sunlber daya

(157)

3

Pengaturan ruang tersebut lebih dikenal dellgall istilah zonasi, dengat] kata

lain jika ingin me~lge~llba~lgkan dan nlengelola kawasan k o n s e ~ ~ a s i Gunung

Tanlpon~as secara optimal, maka kita harus menetapka~~ dulu zonasi pengelolaan

kawasan hutan Gunung Tampomas tersebut.

P e r u ~ i i u s a n nasala ah

Pengelolaan l t a w a s a ~ ~ ltonservasi Gunung Tam1~omas tidak lepas dari

rencana pe~nbangunan dan pengembangan wilayah Kabupaten Suinedang. Untuk

mendapatkan hasil yang optimal, kawasan konservasi harus diatur sesuai dengan

fungsinya. Pe~nbagian daerah rnenurut fungsi~lya tersebut sebaiknya ditentukan

sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dikandungnya dan keberadaa~mya.

Masalah yang pertanla adalah bagaimana potensi kawasan tersebut, secara

fisik, biotik juga ha1 yang menarik lain~iya sepe~ti bentang alandpen~andangan

s e ~ t a situs-situs sejarah yaug ~ n u n g k i ~ l terdapat di kawasan tersebut.

Masalah yang kedua adalah bagaimana keinginan setiap konlpone~~ yang

berkepentingan dengan Guuung Tampotnas. Dengan n~engetahui kei~lgitlatl

masyarakat, Petnda sete~npat dan senlua pihak yang berkepentingan dan

berhubungan dengall Gunung Tampomas, diharaplcan dapat menjadi acuan bagi

penentuan peruntukan setiap bagian dari areal kawasan konservasi.

Akl~irnya, perlu dijawab bagaimana zonasi kawasan konservasi yang sesuai

dan cocok bagi Gunung Tamnpomas, agar dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

(158)

4

Kerangka Pemikiran

Pengelolaan kawasan konservasi bertujua~l u ~ l t t ~ k perlindungan siste~n

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tu~nbuhan dan satwa

besei?a ekosistein~lya serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alanl hayati

dan ekosistenu~ya. T L ~ L I ~ I ~ tersebut d i atas kiranya dapat mengakomodir lcepe~ltingan-kepe~ltiilga~l terl~adap sebuah kawasan konservasi.

Untuk ~ne~lgako~nodir Icepei~ti~lgan-kepet~tiilga~l yang ada, Gunung

Tainpo~llas sebagai sebuah kawasan konservasi inestinya dibagi ke dalanl zoiia

pengelolaan. Penetlt~~an zona pengelolaan tersebut ~nesti ber~nakna sebagai tempat

memein~hi kepeilti~~gan atau kebutul~an yang dimaksud. Peneiltuan zona atau

pe~nbagian wilayah kawasan konsetvasi ke dalain zona-zona pengelolaan didasari

oleh potensi setiap bagian kawasan tersebut. Potetlsi mencakup kondisi fisik,

biotik, keindahan belltang a l a ~ n dan su~nberdaya lai~ulya dari kawasan itu,

ter~nasuk sejaraldbudaya, sosial ekono~ni nlasyarakat sekitar juga perinasalahan

yang mungkil ada. Setelah dikenali potensinya secara cern~at, berbagai

kriteria bagi kawasan konservasi ~nesti dijadikan acuan bagi pene~ltuan zona.

Kriteria tersebut terinasuk selnua bentuk peratusan yang berlaku.

Setelah 111enentuka.n zona-zona yang diperlulca~l bagi pe~lgelolaa~l kawasan

konservasi iiu, selanjutnya dapat direncanakan zonasi kawasan. Dalam tahap ini

zona-zona yang sudah diinventarisir tersebut didesain dalanl suatu kesatuan

pei~gelolaan yang terpadu. Desain yang dimaksud sudah tesmasuk nlerancang

(159)

5

Rencat~a zollasi yang dibuat belu~n dapat digunakan karena belu~n

ditetapkan dengall peraturan yang berlaku. Untuk memberlakukatu~ya diperlukan

pelnatltapa~l kawasan yang nlencalcup pemancangan batas di lapailgall dan

pengukuhan status ~nelalui SK dan lain-lain.

Setelah dilakultan pelnantapan kawasan, maka kawasan konservasi

dilnaksud telah ~ n e ~ n i l i k i zonasi kawasan yang baku. Berbagai jellis kegiatan yang

dilakulcan mulai dari monitoring, pengamanan, perlindungan, penelitian,

pemanfaatan terbatas, ekotorism, wisata harian, dan lain-lain harus mengacu

kepada zonasi yang telah ditetapkai~ dail harus bermuara kepada tujuan

pellgelolaan kawasan lconservasi; perlindungan, pengawetail dail pemanfaatan

secara lestari (Gambar 1).

Pe~nbangutlan kawasail konse~vasi yang terintegrasi dala~n

pembangulan wilayall Kabupaten Sunledang dapat nleinberi keuntullgan yang

lebih besar dibandingkan dengall pengelolaan yang parsial dan turnpang tindih.

Dengall demikian maka tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang jelas dan

terintegrasi aka11 menlberi sedikit pencerahan terhadap batas wewellang

Pe~neriiltah Kabupaten atas kawasan konservasi yang berada di wilayalmya.

Tujuan d a n Manfaat Penelitian

Pellelitian ini beltujuan lultuk:

1. Mengkaji potensi biofisik Gullung Ta~npo~nas.

2. Mengetahui kebutuhan stakeholders terlladap Gunung Tamnpomas.

(160)

G

Sedangkan lnailfaat penelitiail ini adalah :

1. Meinperjelas f u ~ g s i kawasail koilselvasi bagi ~nasyarakat dan lingkungail

sekitar.

2. Memberi ~ n a s u k a ~ l bagi Pemerintah Kabupateii Sumedang Jawa Barat,

terhadap kebijakan pe~lgelolaa~l sunlberdaya a l a ~ n GLIIIUII~ Tanlpotnas

(161)

PERENCANAAN

PENGELOLAAN

Data Fisik Kawasan Potensi Pariwisata Sosial Ekonorni Masy.

Jenis Kegiatan

Monitoring, PatroliPengamanan, Perlidungan, Penelitian, Bumi Perkemahan

1. Perlindungan

2. Pengawetan

[image:161.842.40.787.80.513.2]

3. Pemanfaatan secara Lestari

(162)

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Konservasi

Dalaln S K ~ i r j e n PHPA No. 129 tahun 1996 tentang Pola Pengelolaan

Icawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan

Lindung, disebutlcan bahwa Itswasan ltonservasi adalah kawasan yang ditetapkan

sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, talnan buru, dan hutan

lindung.

Kawasan sualca alam adalah kawasan dengan ciri khas teltentu, baik d i

darat ll~aupun d i perairan yang ~llenlpunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keanekaragaman tumbuha~~ dan satwa serta ekosistenmya. Kawasan

suaka alaln terdiri dari cagar a l a ~ n dan suaka margasatwa.

Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan ala~nnya

nie~npullyai kekhasan turnbuhan dadatau satwa dan ekosistenmya atau

ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung

secara alami.

*

Suaka Margasatvva adalall kawasan suaka alaln yang lnempunyai ciri khas

berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pelnbinaan terhadap habitatnya.

ICawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri klias te~tentu, baik d i

(163)

9

penla~lfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasa~l

pelestarian alam terdiri atas tanlan nasional, taman wisata alam, dan taman hutan

raya (SIC Dirjen PHPA No. 129, 1996).

Taman Nasional adalah kawasan pelestariall slam yang me~npunyai ekositem

asli, dikelola dengan sistem zonasi yang di~na~lfaatlcan untulc tujuan penelitian,

ilnlu pengetahuan, pendidikan, menuujang budidaya, pariwisata, dan rekreasi

alam.

T a m a n Wisata Alarn adalah kawasan pelestarian ala111 yailg teruta~na

dil~lanfaatltan ~111tuk pariwisata dan rekreasi alam.

* T a m a n K u t a n Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

turnbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli,

yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, illnu pengetahuan, pendidikan,

~nenunjang budidaya, budaya, pariwisata, dau rekreasi.

Tanla11 Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat

diselenggarakamlya perburuan secara teratur.

0 Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat ala~nnya

dipermltukkan guns pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi, abrasi, sel-ta

petneliharaall kesuburan tanah.

Kawasan Perlindungan menurut IUCN

Sistem kawasan alami yang dilindungi setiap bangsa harus dirancallg sesuai

(164)

10

untuk melestarikan su~nberdapa demi pembangunan manusia secara

berkelanjutan. Suatu spektrum kawasan dengall berbagai inacaln sasaran

pengelolaan biasanya akan muncul. Ada manfaatnya untuk inengklasifikall

kawasan-kawasan ini ke dalaln sejumlah kategori dengan inenggunakan kriteria

yang cukup jelas, terlepas dari tata nailla yang diterapkan padanya. Sejalc tahun

1978 IUCN mengella1 10 lcategori kawasan yang dilindungi (MacI<innon, 1993).

Untuk menghadapi ruillenium baru, world coininision telah melnbuat enam

kategori pengelolaan kawasan yang dilindungi dan telah disetujui oleh IUCN pada

tahun 1994. Perkemba~gan dalanl pengelolaan kawasan yang dilindungi dan

kategori baru ini, telah diinlplikasikan secara luas untuk kegiatan konservasi hutan

ole11 WWF dan IUCN (WWF-IUCN. 1998). Penekanannya adalah terhadap;

Intei~retasi, Rancangan, Pengelolaan, Pengujian dan Verifikasi.

Kawasan Perlindungan didefenisikan sebagai : "Suatu luasan lahan dun

atau laut yang khusus difujukan untuk perliizduigaii dun perzgelolaan

keanekaragaman biologi, dun yang berhubungan dengan stiazberdaya alariz dun

budaya, dun dikelola dengan legal atau alat efektif lainnya" (WWF - IUCN,

1998).

Hal ini berai-ti bahwa daerah yang dilindungi bukan hanya terbatas pada

kawasan perlindungan yang didanai oleh negara, tetapi juga termasuk daerah yang

dikelola, sebagai contoh; oleh masyarakat setempat, pemilik lahan swasta, pemilik

saham industri, dan sebagainya. Untuk memberikan kesinambungan yang lebih

besar terhadap peranan dan kisaran kawasan perlindungan di dalam perencanaan

(165)

tentang Kawasan Perlindungan telah menge~nbangkan definisi dasar dan enam

kategori kawasan perlindungan. Kategori kawasan perlindungan menurut IUCN

diajukau pada bulan Februari 1992 pada kongres dunia taman nasio~ial dan

kawasan perlindungan IV di Caracas dan disetujui pada sidang umum IUCN di

Buenos Aires pada bulan Januari 1994 (WCPA, 2000). Semuanya dirangltum

sebagai berilcut :

ZCategori Zn : Cagar slam murnitsuaka rnargasatwa yang dikelola teruta~na

untuk penge~nbangan illnu pengetahuan atau perlindungan margasatwa - sebuah

kawasan hutan dadatau laut yang men~iliki keunikan dala~n ekosistem, geologi,

atau fisiologi, da111atau spesies, dan digunakan untuk penelitian illnu pengetal~uan

dantatau pengawasan lingkungan.

Kntegori Zb : Kawasan suaka margasatwa: kawasan perlindungan yang

dikelola khususnya untuk perlindungan margasatwa - kawasan yang luas yang

belum dimodifikasi atau dataran yang sedikit dimodifikasi dan atau laut,

dipertahankan karakteristik dan pengaruh alaminya, tanpa habitat yang permanen

atau signifikan, yang dilindungi dan dikelola untuk mempertahankan kondisi

alaminya.

Kntegori ZZ : Taman Nasional : kawasan perlindungan yang dilcelola

terutama untuk perlindungan ekosiste~n dan rekreasi - kawasan alami yang berupa

dataran dantatau laut yang dirancang untuk (a) melindungi keseluruhan ekologi

dari satu atau lebih ekosiste~n untuk generasi saat ini dan yang akan datang, (b)

menghindari eksploitasi atau kegiatan yang merugikan terhadap tujuan

(166)

12

spiritual, ilinu pengetahuan, pendidikan, reheasi, dan kunjungan, segala sesuatunya harus disesuaikan dengan lingkungan dan budaya.

Kntcgori ZZZ : Monuine~l alanl : Kawasan perlindungan yang dikelola

khususnya untuk konservasi ciri-ciri alain spesifik-kawasan yang ~nenga~ldung keldlasan alanl atau ciri-ciri aland kebudayaan yang b a s atau iinik karella ter~nasuk langka, dapat nlewakili atau bernilai lteindahan ataii budaya yang diuilai penting.

fitegori ZV: I<awasan pengelolaan habitat/species : I<a\vasan perlindu~lgan yang dikelola terutanla untuk konservasi nlelalui intervensi pengelolaan-kawasan dataran daidatau laut dengan t ~ i u a n pengelolaan utanla untuk rneyakinkan pengelolaan habitat yang sesuai untuk suatu species teitentu.

Kntegori V : LnndscapeLSeascape yang dilindungi : Kawasan perlindungan

yang pengelolaannya be~tujuan untuk memberi konservasi landscape/Seascape

atau untuk rekreasi-kawasan daratan, dengall pantai atau laut yang sesuai dimana interaksi antara manusia dan alaln seringkali mengllasilkan sebuah kawasan yang ~nelniliki karakteristik tersendiri dengan nilai keindahan, ekologi dadatau budaya

dm memiliki keanekaraga~nan biologi tinggi. Meiqaga keseluruhan interaksi tradisional ini sangat penting untuk perlindungan pengelolaan dan evolusi pada kawasan tersebut.

Kntegori VZ: Pengelolaan Sumberdaya kawasim yang dilindungi;

(167)

13

pengelolaan keanekaragaman hayati, juga memberikan suatu produk dan jasa

alam yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Perencanaan p e n g e l o l a a ~ ~ kawasan konservasi

Dalain merenca~~altan pengelolaan kawasan yang dilindungi, MacI<i~mon

(1993) ~nenguraikan 16 langkah sebagai berikut:

a. Penzbentukan Tinz Pevencana, w a l a u p u ~ ~ suatu rencana dapat disiapkan oelh

seorang saja, namul sering dibuat ole11 sebuah ti111 yang terdiri dari 3-6 olang.

Iial ini sangat ber~nanfaat bila anggota tim tersebut memiliki ketna~npuail yang

berbeda-beda dalam metodologi perencanaan, ekologi, sosiologi, ekonomi, dan

berbagai sumber lai~ulya.

b. Pengunzpulan informasi dasar, adalah tahapan pengkajian bahan-bahan yang

tersedia rnengenai kawasan yang dilindungi. Hal ini meliputi peraturan yang

berlaku, data ciri-ciri biofisik, budaya dan sosial ekonomi.

c. lnventarisasi lapangan, perencanaan biasanya memerlukan kerja lapangan

untuk mengumpulkan i~lforinasi baru, ~nemeriksa dan memperbaharui data

yang sudah ada, serta melihat kawasan itu dengan perspektif baru. Tujuam~ya

iu~tuk ~nengemba~lgakan infor~nasi dasar yang diperlukan untuk keputusan

pengelolaan. U ~ n u m ~ y a , suatu kajian terdiri dari su~nberdaya lingkungan dan

pemanfaatan ole11 pengunjung.

d. Penilaian keterbatasan dun lnodal, Keterbatasan lingkungan, ekonomi, politik,

administratif atau hukum perlu dikanali dan dianalisis pada tahap ini. Modal

(168)

14

e. Tinjauan hubungan antar wilayah, Suatu kawasan yang dilindungi harus

terintegrasi sebagai suatu unsur penting pola tataguna tanah regional. Tim

perencana hams mencoba mengkaji dampak pen~bangm~an yang berpotensi di

luar kawasan yang dilindungi, sebagai~nana juga pengaruh kawasan yang

dili~ldungi terhadap wilayah tersebut.

f. Uraikan tugas n'nri kawasan, setelah langltah-langltah diatas lengkap, urailtan

secara rinci 11ilai dan tujuan kawasan tersebut, yang dikaitltan dengan

kunlpulan su~nberdaya ltl~usus yang di~nilikinya, kaitannya dengall wilayah dan

dengall negara sebagai suatu keseluruhan.

g. Pernbagian kawasan ke dalan~ Zona Pengelolaan, kebanyakan kawasan yang

dilindungi aka11 dibagi ke d a l a ~ n berbagai zona untuk tujuan dan pe~nanfaatan

yang berbeda. Ini dapat berkisar mulai dari p e n g e n ~ b a ~ ~ g a l ~ pariwisata yaug

intensif, zona rekreasi yang tersebar, sainpai ke zona produksi sulnberdaya

yang terkendali, atau zona perlindungan mutlak.

h. Pengkajian batas-batas Kawasan, hanya sedikit kawasan dilindungi yang

me~niliki batas-batas yang ideal secara ekologis. Dengan inventarisasi

su~nberdaya, tujuan pengelolaan dan tinjauan integrasi regional serta

pe~nbuatan zotla, dapat dipikirkan i~lodifikasi batas kawasan.

i. Desain program Pengelolaan, Komponell yang berorientasi kepada jalltung

perencanaan yang memusatkan perhatian kepada empat program utama

(169)

15

Pengelolaa~t dan perlindungan sumberdaya, program pengelolaan ini

~nemusatkan perhatian kepada nasala ah yang berkaitan dengan perlinduitgan

su~nberdaya hayati dan fisik dari kawasari.

Pe~ilanfaatail oleli penduduk, progranl ini berkaitan dengan selnua aspek

penlanfaatan ole11 penduduk, termasuk pemanfaatan tradisional, rekreasi,

interl~retasi, dan penyuluhan, sel-ta fasilitas dan pengenlbaiigan yaiig

dipe~lukan w t u k tujuan ini.

*

Penelitian dan pemantauan. Pengelolaan su~nberdaya kawasan yaitg

dilindungi sering ~ t t e ~ n e r l ~ ~ k a l t pemaltarnan proses ekologi yang spesifik.

Sala11 satu aspek penting dari pengelolaan adalah desain dan pengembangan

progranl penelitian utituk ntemenuhi keperluan ini.

Adimintrasi, sarana operasional, tenaga kerja dan sumber dana yang

diperlukan untuk inenyelenggarakan pengelolaan kawasa~l yang dili~tdungi

diuraikan.

j. Siapkan pilihan pengerlzbangan terpadu. Langkah ini meliputi rellcana seluruh

fasilitas fisik yang harus dibangun untuk inelaksanakall berbagai program

pengelolaan. Pilihan pengembangan yang n~eliputiinlplikasi rekayasa dan

konstruksi.

k. Uraikan inzplikasi biaya. Tidak ada rencana yang dapat dievaluasi tanpa

lllenyebutkan biaya yang diusulkan, setidaknya berupa perkiraan kasar. Dala~n

beberapa kasus, dasar kebenaran ekonolni aka11 memerlukan perlakuan intensif

(170)

16

I. Siapkan dan bagikan suatu konsep rencana. Konsep kasar pertanla dari suatu

rencana perlu disusun dan dibagikan ke berbagai orang yang nlerupakan kunci

bagi kebelrhasilan perencatlaan, baik di d a l a ~ n nlaupun di luar lembaga,~apabila

keterlibatan nlasyarakat diinginkan.

m. Analisis daiz evaluasi rencana. Setelah lnencerna ~nasukan dari kelompok yang

menaruh perhatian, seltarang ti111 berada pada posisi untuk menyempitkan

piliha~ulya.

n. Desoin jadwal dun prioritas. Penjadwalan walctu dan prioritas tiap-tiap

kegiatan sangat diperlukan dan lenlbar persetujuan forlnal yang ditandataogani

ole11 Direktur penting untuk diajukan.

o. Siapkan dan pltblikasikan rencana akhir. Dengall persetujuall Direktur,

Rencana disusun, dipublikasikan dan didistribusikan kepada ~nasyarakat umuln

d a l a ~ n format yaug cocok. Salinan dokumen perlu diberikan kepada pimpinan

politik, pejabat kementerian dau dcpar:emen yang terkait, dewan regional,

badan internasional, tenaga ilmuwan yang terlibat dalan~ penelitian dan

pemantauan, serta kelo~npok minat yang sesuai.

p. Pen~antauan dun perbaikan rencana. Rencana perlu diperbaiki segera setelah

i~lfor~uasi baru dan kondisi dasar berubah. Biasanya diadakan dalaln linla

tahunan, namtul dapat ditinjau lebih sering d a l a ~ n setiap kasus yang terjadi.

Pemanfaatan kawasan konservasi

Penlanfaatan kawasan konservasi dapat dia~tikan nlenerilna manfaat dari

(171)

17

peraturan yang ditetapkan nlengijinkan dilakuka~mya kegiatan pelnanfaatan di

d a l a ~ n kawasan konse~vasi.

Bab VI pasal 26 Undang-undang No: 5 tahun 1990, tentang IConservasi

sumberdaya alaln hayati dan ekosiste~unya menyebutkan bahwa Pemanfaatan

secara lestari sumberdaya alanl hayati dan ekosistellmya dilalcukan melalui

kegiatan:

a. Pen~anfaatan ltondisi lingkungan kawasan pelestarian alanl

b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

Beberapa tipe penlanfaata~l diuraikan oleh MacKinnon (1993), dan sesuai

dengall tujuan perlindungan diurutkan sesuai kadar gangguan terhadap ekosistem,

adalah sebagai berikut:

Pengunjung tidak diperbolehkan masuk; hanya pengelolaan perlindungan yang

penting saja dipexkenrulkan, misalnya n~enangkap pen~buru liar, memadamkan

kebakaran.

e Penelitian ilmiah yang hanya terdiri atas pengukuan, penghitungan dan

penganatan, misalnya studi perilaku primata, perhitungan sensus ungulata

yang bernligrasi.

Penelitian ilmiah yang menyangkut percobaan perlakuan skala kecil dan

koleksi spesi~nen untuk keperluan idemtifikasi.

Penggunaan terkendali oleh pengunjung pada sistem jalan setapak sederhana.

Penggunaan jalur jalan tel-tentu oleh masyarakat untuk menjelajahi kawasan

(172)

1s

Banyak digunakan ole11 pengunjung tetapi mereka dilarang melakukan kegiatan

yang mengancam atau mengganggu keadaan alam asli.

Pengumpulan telur, anak atau hewan dewasa yang berke~nbangbiak untuk

industri budidaya margasatwa, atau untuk lnengisi habitat yang kososng.

Mengumpulkan k a y l mati untuk lcayu bakar oleh penduduk desa, selain buah-

buahan, madu atau hasil hutan ilcutan lainnya.

0 Pelnancinga~l ilcan di sungai ole11 pengulljung.

*

Praktek penangkapan ikan dan perburuan tradisional.

Perburuan musilnan yang terkendali.

Pengelolaall habitat untuk meningkatkan julnlah satwa buru, penangkapan ikan

atau pengamatan satwa ole11 pengunjung.

Kelornpok penduduk tradisional yang tinggal d a l a ~ n cagar dan hidup serasi

dengall lingkungannya.

Penggernbalaan ternak dalam suaka.

Pembalakan dengan siste~n tebang pilih.

m Enklave kecil di mana penambangan atau penggalian dapat berlangsung dalam

suaka.

Zonasi

Zonasi adalah penetapan zona atau blok pengelolaan kawasan konservasi

sesuai dengan fungsi dan peruntukannya (Ditjen PHPA,1996). Dalarn pengelolaan

(173)

19

Istila11 zona lebih banyak digunakan untuk kepentingan dalam T a ~ n a n Nasional,

senlentara untuk kawasan konservasi lainnya digunakan istilah blok.

Zona pengelolaan adalah alat yang paling nnnnn bagi pengelola kawasan

yang dilindungi untuk m e ~ ~ ~ i s a h k a n kawasan yang pemanfaatannya beltentangan

serta unluk nlengelola kawasa~l dengan manfaat ganda. Tidak ada zona yang

berlaku unlum; zona yang berbeda ditetapkan atas dasar peruntulcan yang berbeda

pula (MacICinllon, 1993).

MacI<innon (1993), juga ~nenyatakan bahwa penetapan zonasi adalah proses

penerapan berbagai tujuan dan peraturan l~engelolaan ke dalanl berbagai bagian

atau zona suatu kawasar~ dilind~ungi. Jelas bahwa yang dapat dipeitimbangkan

hanyalah yang benar-benar dapat diterapkan pada cagar tertentu, yaitu yang

disebutkan dalam tujuan pengelolaan. Tipe zona berikut ini digunakan dala~n

berbagai kawasan yang dilindungi:

Zorzn Suaka: dimana pengunjung tidak diperkenankan masuk, jenis penelitian

mungkin dibatasi dan hanya tindakan pengelolaan yang benar-benar penting

bagi perlindulgan bole11 dilakukan (misalnya ~nemadamkan kebakaran,

pernatltauan kondisi cagar, nlengejar pe~nburu liar).

Zortn Alclnt: dimana pemanfaatau secara terbatas ole11 pengunjung dibolehkan,

tetapi pengelolaan ditujukan pada pemeliharaan alam yang tidak terganggu,

atau pada tingkat keseimbangan yang diinginkan, atau status 'quo alamiah.

Pengelolaan rekreasi terbatas pada penyediaan jalan setapak sederhana dan

(174)

20

Zorza Perttartfaat(rjz Senti Irzterzsif olelt Pertgurzjung: diinana pengelolaan

menlperllatikan agar pengunjuilg men~peroleh pemandangan alam yang

optimum. Dan~pak jalan, bangunan dan fasilitas diusahakan seiuil1il11al

mungkin, dall aspek alami dijaga; walaupun dapat dilakukan usalla untuk

nlen~perbaiki pengainatan satwa, nlisalilya dengan ineinbangun teinpat

persen~bunyian yang tidak mencolok, nlenara pengintai, atau penyediaan

tempat inengasin.

* Zor~rr Pengelolilrrrt satbun: diinana inanipulasi khas yang menguntungkan

spesies terpilih dapat dilakukan, misalnya penlagaran teinpat penpi bertelur

agar telur tidak di~nangsa predator, membersil~kan gulina air untuk

menggalakkan peiturnbuhan ikan tertentu, atau n~emelihara padang

pengge~nbalaan untuk inenaikkan populasi ungulata.

Zorta Pertzmlfnatarz intertsif: dimana dampak kegiatan inanusia nlemang telah

diperkirakan dan tujuan rekreasi serla administratif lebih utama dibandingkan

tujuan perlindungan dam. Zona seinacaln ini umuinnya sangat kecil

dibandingkan seluruh kawasan dan dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan

fungsinya menjadi :

o Zor~a Pemanfaatan kkhusus: dirnana dapat ditan~pung bangunan

administratif, kawasan pelayanan, tempat parkir kendaraan, rekreasi

pengunju~g dengan intensitas tinggi, bumi perkemahan yang teratur, kantor

staf, instalasi pekerjaan umum, inenara konlunikasi dan fasilitas khusus

(175)

21

o Zona Penzulihatz: di~nana kawasan yang rusak atau tambahan lahan baru

nlemerlukan pengelolaan kl~usus, inisalnya ~nelalui penghijauan untuk

nlenlbantu n~emulil~kan agar inendekati kondisi alaminya.

o Zonapenangkapan Ikan: dinlana diperbolehkan olahraga ~nenlancing

o Sitzrs sejarah: tempat kl~usus dala~ll lcawasan dilindungi ~ultuk kepentingan

sejarah, nlisalnya peninggalan megalitil<, dan lukisan prasejarah dalam gua-

gua.

o Zorza Penzanzaatar~ Tradisioni: di~nana pendud~rk yang hidup secara

tradisional serta serasi dengan ekosistein alam, tetap diizinlcan

mema~lfaatkan cagar.

Zo'orzn Petzyajzggn: dirnana pengelolaan ditujukan untuk mengurangi benturan

antara penggunaan tanah yang tidak sesuai antara cagar dan kawasan yang

berdekatan, misalnya cagar alanl nlutlak dengan lahan pertanian. Dalan zona

ini boleh dilakukan berbagai jenis pernungutan hasil, misalnya pengu~npulan

kayu bakar, olahraga buru, serta panen hasil tumbuh-tumbuhan.

Pada Kawasan Taman Nasional, Zona terdiri atas Zona Inti, Zona Rimba,

Zona Bahari dan Zona Penlanfaatan Taman Nasional. Sedangkan pada kawasan

konservasi lainnya dikenal Blok Inti, Blok Rimba, Blok Perlindungan, dan Blok

Pemanfaatan. Selain itu dikenal juga Istilah pemanfaatan tradisional bagi

pemanfaatan su~nber daya a l a ~ n hayati yang ada dalam kawasan konse~vasi oleh

n~asyarakat setempat. Sedangkan di luar kawasan konservasi dikenal daerah

penyangga atau lebih sering dikenal sebagai buffer zone, adalah wilayah yang

(176)

LL

bebas maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan lnampu ~nenjaga keutuhan kawasau konservasi.

Miller (1978) membagi - kawasan tanla11 nasional ke dalarn zona-zona pengelolaan yang mampu memend~i fimgsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Selai~jutnya jika dalanl zona tersebut diperlukarl pengeinbaugan saraua dan prasaraila fisik uutuk menunjang pengelolaan, nlaka areal pengenlbangan perlu dibentuk. Tapak adalah pusat aktivitas di dala~n setiap areal pengembangan. Sebagai ilustrasi, teinpat berkeinah, WC Umum, teinpat parkir inerupakan sites di

dalain development areas yang berorientasi pada aktivitas pariwisata; laboratoriu~n lapangan, wisina peneliti ~nerupakan sites di dalain developnzent areas yang be~orientasi pada aktivitas penelitian dan pendidikan.

Berdasarkan pengalaman dalam meilgelola talnan nasional d i A~nerilta Latin, Miller (1978) ~neinbedakan zone di dalain taman nasional menjadi 7 zona, yaitu:

a. Zona Ilinu pengetahuan (Intangible or Scientific Zone)

b. Zona Priinitif (PrimitifZone)

c. Zona Pengembangan Ekstensif (Extensive Zone) d . Zona Peinanfaatan Intensif (Intensif Use Zone)

(177)

Hal lain yang mendapat penekanail ole11 Miller (1978) adalall:

a. Zona di dalain tainan nasional tidak ditujukan untuk n~enunjukkan apa yang

dapat diternukan, tetapi menut~jukkan bagailuaila poteisi suinberdaya alam ini

aka11 kita alokasikail dan dimanfaatlcan.

b. Tujuan dari penetapail zorla ini adalall ineinbagi lcawasai~ tanlan nasional (yang

relatif luas) ke dalanl unit-~111it yang dapat dilcelola untuk l~leilcapai tujuatl

teitentu yang telah ditetaplcan.

Untuk Iildonesia, Blower (1976) i~lenyarallkail agar penlbagiail zone sepelti

tersebut di bawah ini dapat diteraplcan:

a. Zona Pemanfaatan Intensif (Intensive Use Zone)

b. Zona Pemanfaatan Terbatas (Moderate Zones)

c. Zona Rimba (Wilderness Areas) 2

d. Zona Inti (Core or Sanctzrary Areas)

MacKinnon (1982), il~einbedakan adanya dua jenis daerah penyangga yang

inungkin dikembangkan, yaitu :

a. Penyangga Ekstensif, yang akan menghasilkan perluasan habitat yang

terdapat di dalam kawasan suaka untuk dapat rneinberikan tingkat kelahiranl

pertuinbuhan populasi (baik hewan rnaupun tanaman) yang lebih tiilggi

dibandingkan dengan kondisi pada kawasan suaka alam sebeluilmya. Contoh-

contoh daerah penyangga ini adalah hutan lindung, hutan wisata &an tarnail

(178)

24

b. Penyangga Sosial, daerah penyangga ini dikembangkan pada kawasa~l suaka

alam dimana ~nasyarakat sekitanlya sangat tergantung dari hasil hutan yang

diperoleh mereka dari dalain kawasan suaka alam. Dengan deinikian

diharapkat~ ~nasyarakat tetap dapat menarik keuntungan, tetapi potensi kawasan

suaka a l a ~ n tersebut dapat dipeitahankan/dijaga kelestaria~u~ya. Contoh daerah

penyangga ini adalah hutan kayu bakar atau hutan enersi.

Bentuk Peinbagian lain yang pernah disarankan ole11 Daryadi (1979) adalah :

a. Zona Inti (Core zone, ScierztiJic zone)

b. Zona Pelnailfaatan Intensif (Itztensifuse zone)

c. Zona Penyangga (Buffer Zone)

Leinbaga Penelitian IPB (1986), meinbagi Tanlan Nasional ke dalain 4 Zone

pengelolaan:

1. Zona Inti (Sanctuary Area), yaitu zone yang dialokasikau untuk h ~ g s i tujuan

pengaweta~dpelestarian, khususnpa bagi obyek-obyek konseivasi utama.

2. Zone R i ~ n b a (Wilderness area), yaitu zone yang dialokasiltan untuk tujuan

penelitian dan pendidikan secara penuh serta rekreasi secara terbatas. Zone ini

diharapkan akan dapat menjadi pagar efektif bagi zone inti dari gangguan

peng~u~jung.

3. Zone Pemanfaatan (Intensive Area), yaitu zone yang dialokasikan untuk

tujuan penelitian, pendidikan dan rekreasi secara penul~ serta pusat

adininistrasi pengelolaan harian.

4. Daerah Penyangga (Buffer Zone), yaitu zone yang dialokasiltan untuk dapat

(179)

25

Khusus ~nengenai daerah penyangga, para ahli tersebut sepakat untuk

sedapat mungkin nleletakkannya di luar kawasan dengan suatu organisasi

pengelolaan tersendiri yang nlelibatka~r unsur pemerintahan lainnya yang terkait.

Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, nlaka tanggung jawab pengenlbangan

daerah penyangga tidak hanya terletak pada Departemen Kehutanan, tetapi lebih

kepada Penlerintah Daerah, sebagai suatu kesatuan dengan tetap tnengikuti arahan

(180)

KEADAAN

UMUM

LOKASI PENELITIAN

Letak dan Luas

Gunung Tampomas terletak di antara 6' 42' LS sampai dengan 6" 48' LS

dan 107" 53' BT sampai dengan 108' 00' BT, atau di arah Timur laut Kota Sumedang dan merupakan gunung tertinggi di wilayah ini. Kawasan hutan

Gunung Tampomas terdiri dari taman wisata alam di puncak gunung seluas

1

250

ha dan kawasan hutan Perhutani seluas 3.437,50 ha, keseluruhan kawasan hutan

Gunung Tampomas adalah 4.687,50 ha.

Berjarak lebii kurang 50 km dari Bandung dan 230

km

dari Jakarta via [image:180.613.123.474.409.659.2]

Bandung dan dapat ditempuh dalam waktu lebii kurang 5 jam dari Jakarta.

(181)
[image:181.595.77.492.80.738.2]

I

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Kondisi Fisik

Jenis tanah di Gunung Tampomas adalah andosol coklat kekuningan dari

bahan induk abulpasir volkan intermedier basis dan fisiografi volkan (Peta Tanah

(182)

Tabel 1. Data Curah Hujan di Lima Stasiun Klimatologi Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Kecamatan

I

CurahHujan

I

HariHujan

I

ICIIT*

Sumber : Buku Sumedang dalam Angka Tahun 2000 Keterangan : *) Indeks Curah Hujan Tahunan.

Berdasarkan klasifkasi Schmidt Ferguson, Iklim di daerah Gunung

Tampomas termasuk ke dalam tipe hujan C (Schmidt Ferguson, dalam Handoko,

1995).

Pada gambar 4 di bawah ini menunjukkan kelas kelerengan kawasan hutan

Gunung Tampomas. Secara umum dapat diliiat bahwa sebagian besar kawasan

[image:182.611.88.503.145.302.2]
(183)
[image:183.608.88.504.104.407.2]

PETA KELERENGAN

Gambar 4. Peta Kelerengan Gunung Tampomas

Kondisi Biotik

Vegetasi

Vegetasi di Tampomas didominasi oleh nangsi (Villebrunea rubescens),

kondang (Ficus variegata), dan cangcaratan (Uaucleapurpurescens). Di lokasi ini

juga ditemukan beberapa jenis Anggrek (Ditjen PHPA, 1987).

Fauna

Selanjutnya dikemukakan juga beberapa jenis fauna yang dapat ditemui di

daerah ini adalah monyet (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), surili

(184)

30

(Dimopium javanense), kasintu (Gallus varius), dan burung jalak (Sturnus

contrajalla).

Ada yang lnenarik dari fauna di Gunung Tampomas, beberapa yang

ditemukan adalah satwa enden~ik yang dilindungi. Diantaranya elang jawa

(Spizaetus bartelsi). Pada tahun 1998 telah dipublilcasikan pejutnpaan dengar1 7

individu elang jawa di Puncak-Manik dan puncak Narimbang (Setiadi, 2000).

Jenis burung lain yang ditemukan, diairtaranya; merak hijau, puyuh gonggong

jawa, takur tohtor.

Selain itu, macan tutu1 (Pantl7era pardzis) dan beberapa anggota keluarga

primata; kera (Macaca fascicularis) dan lutung (Presbytis cristata).

Sejarah dan Status Kawasan

Tarnan Wisata Alam Gunung Tampomas

Sebelum ditetapkan sebagai taman wisata alam (TWA), kawasan hutan

Gunung Tampomas adalah hutan alain lnurni yang ditetapkan sebagai hutan

lil~dung berdasarkan Government Besluit pada tanggal 27 Juli 1927, No. 27.

(Ditjen PHPA,1987).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 5 Juli 1979 No.

423/KPTS/UN/7/1979, ditetapkan taman wisata alam Gunung Tampomas seluas

1.250 ha. Lokasinya di bagian puncak gunung dan berbatasan langsu~~g dengan

kawasal~ hutan Perhutani yang mengelilinginya. Kawasan hutan ini pernal~

(185)

31

Selain menjadi tujuan wisata bagi para reniaja dari kota Sumedang dan

sekitarnya, TWA Gunung Tampomas juga menjadi tujuan wisata religi bagi

orang-orang Indrarnayu yang percaya bahwa di puncak Gunung Tampomas

terletak makam Dalem Samiaji. Hampir setiap malam jumat sampai dengan

beberapa hari setelahnya ada pengunjung yang menginap di lokasi makam yang

dipercaya tersebut.

Kawasan taman wisata alam Gunung Tampomas dikelola oleh Balai KSDA

Jawa Barat

I1

yang berkedudukan di Ciamis Jawa Barat. Sub Seksi KSDA

Sumedang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi yang berkedudukan di

Sumedang dan mengkoordinir beberapa staf lapangan yang bertugas untuk

[image:185.611.84.501.429.590.2]

kawasan TWA Gunung Tampomas dan taman buru Masigit - Kareumbi.

Gambar 5 . Makam Dalem Samiaji di Puncak Gunung Tampomas

Gambar 6 . Papan Informasi di Pintu Gerbang ke TWA dari Desa Narimbang

Inforrnasi mengenai jumlah pengunjung yang datang ke Gunung Tampomas

(186)
[image:186.608.104.502.120.220.2]

32

Tabel 2. Data Pengunjung Gunung Tampomas dalam 5 tahun terkahii.

Kawasan Perhutani BKPH Tampomas

Kawasan hutan di Gunung Tampomas selain taman wisata alanl adalah

Kawasan Perhutani seluas 3.437,50 ha terdiri atas hutan produksi (Gambar 7) dan

hutan lindung (Gambar 8). Kawasan hutan tersebut adalah bagian dari wilayah

kerja Perhutani BKPH Tampomas, selain kawasan hutan lainnya di gunung

Palasari dan gunung Kunci di selatan kota Sumedang serta blok Cijoho yang

berada di utara Gunung Tampomas. kelas perusahaan yang diusahakan adalah

pinus dengan tanarnan tertua saat ini (2002) adalah tanarnan tahun 1943 pada

petak 9a seluas 14,20 ha dan petak 9d seluas 22,60 ha. .

[image:186.608.81.501.499.786.2]

No. 1

]

2 3 4 5

Gambar 7. Kawasan Hutan Produksi Gambar 8. Kawasan Hutan Lmdung

Gunung Tampomas Gunung Tampomas.

Sumber : Buku Tamu Juru Kunci Gunung Tampomas.

Tahun 1997 1998 1999 '2000 200 1

Jumlah 84 1 550 700 1.000 1.356 Keterangan Asal :

Mancanegara: Belanda & Jepang

Domestik : Irian, Bandung, Jakarta

(187)

33

Kegiatan pokok pengelolaan hutan produksi Perhutani di Gunung

Tampomas adalah penanaman, pemeliharaan dan penebangan dengan segenap

komponen kegiatannya. Selain itu kegiatan produktif Iainnya adaIah penyadapan

getah pinus

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan Konservasi
Gambar 2. Puncak Tampornas Dilihat dari Lokasi Batu Kukus.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Data Curah Hujan di Lima Stasiun Klimatologi Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEEMPAT Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 11 F Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim Penerbitan Tabloid/Majalah Sejada

1) Penataran dan pelatihan dengan tujuan memperluaskan wawasan profesi guru dan keilmuan para guru. 2) Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan seminggu

[r]

Visualisasi Tiga-Dimensi dan Karakterisasi Struktur Rekahan Bantuan Reservoir Gheotermal Pada Sumurn KMJ 11Lapangan Panas Bumi Kamojang Jawa Barat.. Universitas Pendidikan Indonesia

Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Laut Menurut Desa dan Jenis Perahu Penangkap Ikan... Banyaknya Perahu/ Kapal Penangkap Ikan

atau relung hidup ( niche ) yang lebih potensial di suatu areal dibanding spesies lain dalam suatu komunitas.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengelolaan Komponen Drainase berada pada kuadran 1 (2 ; 9) pada posisi Pertumbuhan Cepat, ini menggambarkan bahwa

3. Peneliti memberikan tes karakteristik kemampuan berpikir lntuitif kepada siswa gaya tipe juding. Peneliti memberi kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan lembar