Lampiran 2: Hasil Analisis SWOT
a)
Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Air Limbah Domestik
No. Faktor Internal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi
pengelolaan air limbah domestic. 4.00 4.00
1.2 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Samosir dalam program PPSP 2016
4.00 4.00
1.3 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 3 tanggal 14 Juli 2016.
4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan air limbah domestik yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait.
1.00 1.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Adanya Sarana dan prasarana Air limbah domestik seperti
IPAL dan pembangunan MCK. 2.00 2.00
3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait air limbah.
2.00 2.00
4 Aspek Komunikasi
4.1 Adanya kader kesehatan/tim penyuluh kesehatan dan Media informasi sebagai alat komunikasi dalam penyuluhan air limbah domestik.
4.00 4.00
4.2 Pemanfaatan Media yang ada belum optimal dalam
mengkomunikasikan komponen air limbah. 2.00 2.00
4.3 Adanya spanduk, poster, baliho mengenai informasi
pengolahan air limbah domestik. 2.00 2.00
5 SDM
5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan air limbah
domestik (PNS dan THL). 2.00 2.00
5.2 Peran serta wanita mulai diberdayakan misalnya dalam
kegiatan bulan bakti gotong royong. 2.00 2.00
JUMLAH NILAI KEKUATAN 29.00
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Regulasi utama (perda pengelolaan air limbah domestik)
belum ada. 4.00 4.00
1.2 Belum ada UPTD khusus pengelola air limbah
(Pengelolaan masih di Dinas PU, Pertambangan dan Energi).
1.3 Belum ada peraturan khusus tentang pengelolaan lumpur
tinja. 4.00 4.00
1.4 Belum ada standarisasi penampungan air limbah yang
berwawasan lingkungan. 4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pendanaan dari APBD Propinsi, DAK dan Pusat masih sangat minim.
4.00 4.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Sarana dan prasarana air limbah domestik belum ada
(baik kualitas maupun kuantitas). 4.00 4.00
3.2 Belum adanya master plan pengelolaan air limbah secara
terpadu. 4.00 4.00
3.3 Belum ada IPAL dan IPLT untuk pengolahan lumpur tinja 4.00 4.00
3.4 Fungsi saluran drainase yang masih bercampur dengan
pembuangan air limbah domestik. 4.00 4.00
4 Aspek Komunikasi
4.1 Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan
berkesinambungan kepada masyarakat. 3.00 3.00
4.2 Pemanfaatan Media yang ada belum optimal dalam
mengkomunikasikan komponen air limbah. 3.00 3.00
5 SDM
5.1 Kerterbatasan jumlah tenaga teknis dan pengetahuan
dalam hal manajemen pengelolaan air limbah. 4.00 4.00
5.2 Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan air limbah. 3.00 3.00
JUMLAH NILAI KELEMAHAN 49.00
SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN -20.00
No.
Faktor Eksternal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Masih terbuka peluang kerjasama dengan pihak swasta
untuk pengolahan limbah cair. 4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari pusat maupun
propinsi. 4.00 4.00
2.2 Adanya peluang dukungan anggaran dari swasta. 3.00 3.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio, Media
Cetak, Televisi dan lain-lain) 4.00 4.00
3.2 Meningkatkan kemitraan antar program-program
pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran tentang sanitasi air limbah.
3.00 3.00
4.1 Adanya kegiatan sedot tinja oleh swasta (usaha
perorangan). 1.00 1.00
4.2 Kemudahan ijin usaha untuk sanitasi baik swasta maupun
perorangan. 4.00 4.00
5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan
Kesetaraan Gender
5.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan misalnya
karang taruna. 4.00 4.00
5.2 Adanya desa percontohan PHBS. 1.00 1.00
5.3 Peran serta pelajar dalam kebersihan lingkungan. 4.00 4.00
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Menerapkan PHBS 4.00 4.00
7 Demografi dan LH
7.1 Kepadatan penduduk saat ini masih dikategorikan tidak
padat (di bawah 25 jiwa/Ha). 4.00 4.00
JUMLAH NILAI PELUANG 40.00
ANCAMAN (THREATS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Belum ada peran swasta dalam pengelolaan air limbah
domestik. 4.00 4.00
1.2 Rendahnya komitmen dari stakeholder dalam
penganganan air limbah domestik. 4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Proporsi APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan bahwa anggaran untuk air limbah masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan anggaran untuk kegiatan lainnya.
4.00 4.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan air
limbah domestik oleh pihak swasta. 3.00 3.00
3.2 Media massa belum menganggap air limbah sebagai
primadona dalam pemberitaan. 3.00 3.00
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Pencemaran pembuangan SPAL yang cukup tinggi. 4.00 4.00
4.2 Kualitas septik tank masyarakat masih terdapat yang
belum memenuhi standard teknis. 2.00 2.00
4.3 Masih banyak masyarakat yang belum melakukan
penyedotan tanki septik yang sudah penuh.
5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan
Kesetaraan Gender
5.1 Sarana pembuangan air limbah domestik belum menjadi
prioritas utama. 4.00 4.00
5.2 Rendahnya minat investasi pihak swasta dalam
melaksanakan pengelolaan air limbah. 4.00 4.00
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Masih terdapat masyarakat yang BABS. 4.00 4.00
6.2 Rendahnya budaya malu dalam BABS. 4.00 4.00
ternak rumah tangga.
7 Demografi dan LH
7.1 Penyebaran penduduk masih belum merata. 4.00 4.00
JUMLAH NILAI ANCAMAN 48.00
SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN -8.00
b)
Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Persampahan
No. Faktor Internal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan berwawasan lingkungan. 3.00 3.00
1.2 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi
pengelolaan persampahan. 3.00 3.00
1.3 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.
3.00 3.00
1.4 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 3 tanggal 14 Juli 2016.
3.00 3.00
1.5 Adanya Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi
Persampahan. 4.00 4.00
1.6 Adanya kerjasama antar SKPD terkait pengelolaan
persampahan (Dinas Pasar, Kebersihan dan
Pertamanan).
2.00 2.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan
persampahan yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait.
2.00 2.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Adanya sarana dan prasarana persampahan seperti truk sampah, amroll motor sampah dan kontainer/tong sampah.
2.00 2.00
3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait persampahan.
3.00 3.00
4 Aspek Komunikasi
4.1 Adanya surat kabar, televisi dan radio sebagai alat
komunikasi dalam penyuluhan persampahan. 1.00 1.00
5 SDM
5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan
persampahan (PNS dan THL) 2.00 2.00
5.2 Peran serta wanita mulai diberdayakan misalnya dalam
kegiatan bulan bakti gotong royong. 3.00 3.00
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Belum ada perda yang mengatur tentang sistem
pengelolaan persampahan. 4.00 4.00
1.2 Belum terciptanya koordinasi yang baik antar SKPD terkait dalam penanganan pengelolaan sampah, termasuk dengan Pemerintahan Desa.
3.00 3.00
1.3 Belum adanya Bank Sampah 4.00 4.00
1.4 Tidak berfungsinya TPST yang ada. 4.00 4.00
1.5 Belum adanya rumah kompos. 4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Proporsi anggaran untuk pengelolaan sampah masih
minim. 3.00 3.00
2.2 Dana DAK bidang sanitasi belum menyentuh program
bidang persampahan. 4.00 4.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Kurangnya Sarana dan prasarana persampahan (Baik
kualitas maupun kuantitas). 4.00 4.00
3.2 Belum adanya master plan pengelolaan persampahan
secara terpadu. 4.00 4.00
3.3 Teknologi yang digunakan belum sanitary landfill. 4.00 4.00
3.4 Frekwensi pengangkutan sampah masih kurang/rendah. 3.00 3.00
3.5 Kurangnya jangkauan dan kualitas pelayanan sistem
pengolahan persampahan. 3.00 3.00
3.6 Pengadaan tempat sampah yang tidak terpilah menurut
jenis (organik dan non organik). 4.00 4.00
4 Aspek Komunikasi
4.1 Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan
berkesinambungan kepada masyarakat terkait
persampahan.
4.00 4.00
4.2 Pemanfaatan media yang ada belum optimal dalam
mengkomunikasikan komponen persampahan. 4.00 4.00
5 SDM
5.1 Masyarakat dan pihak swasta belum melakukan 3R
(reuse, reduce dan recycle). 4.00 4.00
5.2 Belum adanya program pemerintah yang mendukung
penanganan 3R (reuse, reduce dan recycle). 4.00 4.00
JUMLAH NILAI KELEMAHAN 64.00
SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN -33.00
No. Faktor Eksternal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Adanya UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Persampahan. 2.00 2.00
Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga.
1.3 Adanya program dukungan dari Pemerintah Pusat
mapun Provinsi dalam penanganan persampahan. 2.00 2.00
1.4 Adanya peran pihak swasta untuk ikut dalam
penyediaan sarana kebersihan lingkungan. 1.00 1.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari Pusat maupun
Propinsi. 3.00 3.00
2.2 Masih terbuka kerjasama pemerintah dengan swasta
terkait pengelolaan persampahan. 1.00 1.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio,
Media Cetak, Televisi dan lain-lain). 3.00 3.00
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Adanya teknologi pemanfaatan sampah menjadi barang
bernilai. 3.00 3.00
5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan
Kesetaraan Gender
5.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan,
misalnya karang taruna. 4.00 4.00
5.2 Adanya kesempatan kepada pihak swasta dan
masyarakat dalam pengembangan sampah organik dan
non organik.
4.00 4.00
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Adanya peran serta PKK, DWP, dll. 2.00 2.00
7 Demografi dan LH
7.1 Masih tersedianya lahan masyarakat yang belum
termanfaatkan. 2.00 2.00
JUMLAH NILAI PELUANG 29.00
ANCAMAN (THREATS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Kurangnya peran swasta dalam pengelolaan
persampahan. 4.00 4.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Dukungan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan
Pusat masih minim dalam bidang Persampahan. 3.00 3.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Metode komunikasi yang dilakukan masih satu arah
sehingga kurang efektif 3.00 3.00
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Masyarakat masih sulit membayar retribusi sampah 4.00 4.00
4.2 Belum adanya masyarakat yang bersedia menyerahkan
lahannya untuk lokasi pembangunan TPA baru 4.00 4.00
5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan
Kesetaraan Gender 4.00
5.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan
5.2 Bertambahnya industri rumah tangga, perhotelan dan
restaurant. 4.00 4.00
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dan masih banyaknya masyarakat yang
membuang sampah secara sembarangan.
4.00 4.00
6.2 Masih banyak masyarakat yang membakar sampah
sehingga menyebabkan pencemaran udara. 4.00 4.00
6.3 Susahnya merubah perilaku masyarakat dan masih adanya anggapan masyarakat bahwa kebersihan adalah
tanggung jawab pemerintah.
4.00 4.00
6.4 Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya
hidup mempengaruhi jumlah sampah. 4.00 4.00
7 Demografi dan LH
7.1 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. 4.00 4.00
JUMLAH NILAI ANCAMAN 46.00
SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN -17.00
c)
Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Drainase
No. Faktor Internal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi drainase 2.00 2.00
1.2 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.
2.00 2.00
1.3 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu SelatanNomor 3 tanggal 14 Juli 2016
3.00 3.00
1.4 Adanya kerjasama antar SKPD terkait pengelolaan
drainase (Dinas PU, Pertambangan dan Energi). 2.00 2.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan drainase
yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait. 3.00 3.00
2.2 Adanya program pemberdayaan masyarakat PNPM
untuk membangun drainase. 2.00 2.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Telah adanya sarana dan prasarana drainase. 2.00 2.00
3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait Drainase.
2.00 2.00
3.3 Adanya PP 38 Tahun 2011 tentang pengelolaan drainase 3.00 3.00
4.1 Adanya surat kabar, televisi dan radio sebagai alat
komunikasi dalam penyuluhan terkait drainase. 1.00 1.00
5 SDM
5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan terkait
drainase (PNS dan THL). 3.00 3.00
JUMLAH NILAI KEKUATAN 25.00
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Peran swasta dalam hal pengelolaan drainase masih sangat minim, termasuk kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dalam hal pengelolaan drainase masih sangat minim.
1.00 1.00
1.2 Perda terkait drainase belum ada. 1.00 1.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Jika dibandingkan dengan kebutuhan terkait drainase, proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pendanaan dari APBD Propinsi, DAK dan Pusat masih sangat minim.
2.00 2.00
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Kurangnya Sarana dan prasarana drainase (Baik kualitas
maupun kuantitas). 3.00 3.00
3.2 Belum adanya master plan pengelolaan drainase secara
terpadu. 4.00 4.00
3.3 Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air akibat
sedimen. 3.00 3.00
3.4 Sistim jaringan drainase yang telah dibangun masih
banyak yang kurang berkualitas. 3.00 3.00
3.5 Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh
permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
2.00 2.00
4 Aspek Komunikasi
4.1 Belum ada database drainase sehingga belum ada
bahan untuk dikomunikasikan melalui mas media 1.00 1.00
5 SDM
5.1 Keterbatasan jumlah tenaga teknis dan pengetahuan dalam hal manajemen pengelolaan drainase, khususnya tenaga pengawas.
3.00 3.00
5.2 Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan drainase. 2.00 2.00
JUMLAH NILAI KELEMAHAN 23.00 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 2.00
No. Faktor Eksternal Skor Angka
1.00 2.00 3.00 4.00
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
pembangunan drainase
2 Aspek Keuangan
2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari pusat maupun
propinsi 4.00 4.00
2.2 Masih terbuka kerjasama pemerintah dengan swasta
terkait pengelolaan drainase 2.00 2.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio,
Media Cetak, Televisi dan lain-lain) 2.00 2.00
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Adakah LSM peduli lingkungan? 1.00 1.00
4.2 Adanya program RPI2JM baik ditingkat nasional maupun
daerah yang mendukung pembangunan drainase 3.00 3.00
4.3 Adanya lahan untuk membangun saluran drainase 4.00 4.00
5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan
Kesetaraan Gender
5.1 Peran serta PKK harus perlu ditingkatkan. 2.00 2.00
5.2 Adanya usulan Musrenbang dari masyarakat terkait
drainase lingkungan. 2.00 2.00
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan
misalnya karang taruna 2.00 2.00
7 Demografi dan LH
7.1 Masih terdapatnya lahan hijau. 3.00 3.00
JUMLAH NILAI PELUANG 27.00
ANCAMAN (THREATS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Kurangnya peran swasta dalam pengelolaan drainase. 1.00 1.00
2 Aspek Keuangan
2.1 Tingginya biaya pembangunan dan pemeliharaan sistim
drainase. 3.00 3.00
3 Aspek Komunikasi
3.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan
drainase. 4.00 4.00
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Pencemaran drainase masih cukup tinggi, masih sering
terdapat sedimen akibat pengelolaan yang kurang tepat. 4.00 4.00
4.2 Masih banyak masyarakat Kabupaten Labuhanbatu
Selatan yang belum merelakan tanahnya untuk pembangunan drainase dikarenakan sebagian tanah di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih tanah
ulayat/perkebunan.
4.00 4.00
4.3 Belum ada perda terkait drainase. 4.00 4.00
5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan
Kesetaraan Gender
5.1 Masih ada masyarakat yang membuang sampah ke
6 Aspek Sosial Budaya 6.1 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
drainase. 4.00 4.00
6.2 Susahnya merubah perilaku masyarakat dan masih adanya anggapan masyarakat bahwa kebersihan adalah tanggung jawab pemerintah.
4.00 4.00
7 Demografi dan LH
7.1 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. 4.00 4.00
JUMLAH NILAI ANCAMAN 36.00 SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 9.00
a)
Posisi pengelolaan : Komponen Air Limbah
Berdasarkan hasil analisis
SWOT,
maka posisi pengelolaan air limbah domestik berada
pada kuadran 3 (-20 : -8) pada posisi berputar, ini menggambarkan bahwa situasi yang
sangat buruk
.
karena kekuatan internal rendah, maka Pemerintah di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan lebih bekerja keras untuk penganganan dan pengelolaan air limbah
domestik. Untuk itu dapat digunakan alternatif strategi 1, yakni percepatan
pengembangan/pembangunan.
1
2
3
2
-20 ; -8
b)
Posisi pengelolaan : Komponen Persampahan
Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengelolaan Persampahan berada pada
kuadran 3 (-33 : -17) pada posisi berputar, ini menggambarkan bahwa situasi yang
sangat buruk,
karena ada kekuatan internal rendah. Untuk harus bekerja keras dalam
pengelolaan sampah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk itu dapat digunakan
alternatif strategi 3, yakni percepatan pengembangan/pembangunan.
1
2
c)
Posisi pengelolaan : Komponen Drainase
Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengelolaan Komponen Drainase berada
pada kuadran 1 (2 ; 9) pada posisi Pertumbuhan Cepat, ini menggambarkan bahwa
situasi yang sangat baik,
karena ada kekuatan internal dan juga dukungan eksternal yang
dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota untuk pembangunan dan pengelolaan
komponen drainase di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk itu dapat digunakan
alternatif strategi 1, yakni pengembangan.
4
1
2
1
3
(2 : 9)
a)
Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kekuatan (S)1. Adanya SKPD terkait yang membidangi
pengelolaan air limbah
2. Adanya Pokja Sanitasi Kabupatena
Labuhanbatu Selatan dengan Surat Keputusan Nomor 201 tanggal, 28 Maret tahun 2016. 3. Adanya perihatian Pemerintah Daerah dalam
mengalokasikan anggaran dalam APBD. 4. Sudah adanya Sarana dan prasarana Air
limbah domestik seperti IPAL Komunal dan MCK.
5. Sudah adanya Laboratorium pengujian
kuwalitas air.
6. Sudah ada dokumen RPJMD RPI2JM, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait air limbah.
7. Sudah adanya kader /tim penyuluh kesehatan dalam pensosialisasian air limbah.
8. Adanya kerjasama dengan media dalam mengkomunikasikan air limbah.
9. Sudah ada spanduk, poster, baliho mengenai informasi pengolahan air limbah domestik. 10. Adanya tenaga teknis dalam hal pengelolaan
air limbah domestik (PNS dan THL).
Kelemahan (W)
1. Belum adanya UPTD khusus pengelola air limbah (Pengelolaan masih di Dinas Kebersihan, dan Pertamanan dan BLH). 2. Belum adanya peraturan khusus tentang
pengelolaan lumpur tinja.
3. Proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kota, disisi lain pendanaan dari APBD Propinsi dan APBN masih sangat minim.
4. Peran serta swasta dalam penanggulangan air limbah masih rendah.
5. Sarana dan prasarana air limbah belum berpungsi dengan baik (IPAL dan IPLT). 6. Belum adanya master plan pengelolaan air
limbah secara terpadu
7. Fungsi saluran drainase masih bercampur dengan pembuangan air limbah
8. Belum maksimalnya kegiatan penyuluhan yang berkesinambungan oleh SKPD Teknis kepada masyarakat.
9. Pemanfaatan Media dan pihak swasta belum
optimal dalam mensosialisasikan
penanganan air limbah.
10. Terbatasnya jumlah tenaga teknis dalam hal manajemen pengelolaan air limbah.
Faktor Internal
Fak
tor E
x
stern
al
11. Kurangnya kesadaran masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan air limbah
Peluang (O)
1. Peluang kerjasama dengan pihak swasta untuk pengolahan air limbah cukup terbuka. 2. Dijadikannya Kabupaten Labuhanbatu Selatan
sebagai Kabupaten Bersih Di Provinsi Sumatera Utara
3. Dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi cukup tinggi. 4. Dukungan anggaran dari pihak swasta cukup
berpotensi.
5. Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio, Media Cetak, Televisi dan lain-lain) dalam.
6. Adanya lembaga kemasyarakatan dan swasta sebagai mitra pemerintah dalam menangani air limbah.
7. Terbukanya usaha sedot tinja oleh pihak swasta maupun masyarakat (perseorangan) 8. Kemudahan perizinan untuk usaha bidang
sanitasi baik swasta maupun perorangan 9. Adanya kelompok masyarakat binaan peduli
lingkungan (karang taruna, BKM, LSM dan lain lain)
10. Peran serta masyarakat melalui gotong royong pada lingkungan cukup tinggi.
Strategi (S-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)
1. Memfasilitasi penyusunan Renstra, Renja, dan RKA UPTD PAL
2. Optimalisasi pendanaan DAU untuk subsektor air limbah
3. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD teknis terkait untuk mengawal pembiayaan sub-sektor air limbah.
4. Mendorong Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk optimalisasi IPAL.
5. Optimalisasi skala layanan fasilitas pengolahan air limbah setempat, IPAL Komunal, untuk area berisiko.
6. Optimalisasi pengadaan lahan untuk
pembangunan IPAL Komunal pada area berisiko.
7. Melakukan terobosan pengadaan lahan
pembangunan IPAL Kawasan/Terpusat
8. pembangunan IPAL Kawasan pada area
berisiko.
9. Optimalisasi SDM aparatur khususnya peran sanitarian untuk melakukan kampanye dan pemicuan pengelolaan air limbah
Strategi (W-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)
1. Mendorong SKPD terkait untuk
mengoperasionalkan/membentuk UPTD PAL Kabupaten Labuhanbatu Selatan
2. Optimalisasi fasilitasi DJCK-PPLP dalam penyusunan DED dan AMDAL optimalisasi IPLT.
3. Optimalisasi DAK Sanitasi dan DAK LH
4. Optimalisasi akses pembiayaan
pembangunan IPAL Komunal sumber dana APBN dan Pinjaman/Hibah.
5. Mendorong SKPD terkait dan Pokja Sanitasi untuk menyusun Masterplan Air Limbah serta retribusi air limbah kemudian mendaftarkan untuk Prolegda agar di-Perda-kan/Perwal.
6. Advokasi dan sosialisasi kepada TAPD
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan
Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor air limbah.
11. Adanya semboyan daerah tentang kebersihan
12. Kepadatan penduduk masih tergolong
dengan Kepadatan Sedang.
13. Lingkungan permukaan kota yang cukup baik untuk membangun instalasi air limbah dengan sistem grafitasi.
10. Optimalisasi skala layanan MCK++ dan IPAL Komunal pada area berisiko.
Ancaman (T)
1. Belum optimalnya peran serta swasta dalam pengelolaan air limbah.
2. Komitmen dari stakeholder dalam
penanganan air limbah belum optimal.
3. Proporsi anggaran pihak swasta masih relatif kecil.
4. Penyebaran informasi melalui pihak swasta dan masyarakat relatif kecil.
5. Air limbah belum menjadi primadona dalam pemberitaan oleh media masa.
6. IPLT tidak berfungsi secara optimal
7. Pencemaran lingkungan oleh masyarakat dan pihak swasta masih cukup tinggi.
8. Kualitas septik tank masyarakat dan pihak swasta sebagian besar belum memenuhi standard teknis.
9. Sebagian besar masyarakat dan pihak swasta belum melakukan penyedotan tanki septik lebih dari 3 tahun.
10. Sebagian besar masyarakat dan pihak swasta
Strategi (S-T)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Menyiapkan stimulus atau insentif rehabilitasi tangki septik rumah tangga pada area berisiko serta penyambungan ke fasilitas pengolahan air limbah.
2. Mengoptimalkan media untuk pemicuan,
kampanye, advokasi dan sosialisasi
pengelolaan air limbah yang aman dan STOP BABS.
Strategi (W-T)
(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Meningkatkan pendanaan untuk sektor sanitasi dalam konteks penanganan dan pengelolaan air limbah domistik skala Kabupaten.
2. Menumbuhkembangkan minat dan
kepedulian masyarakat, CSR/Swasta dalam kepedulian sanitasi subsektor air limbah domestik.
3. Percepatan pembangunan sarana dan
prasarana sektor air limbah domestik, baik pembangunan Tangki Septik, MKC++,
Sistem Komunal, IPAL
SPAL-Kawasan/Terpusat Skala Kota.
4. Mempersiapkan dan melengkapi dokumen perencanaan teknis dan non teknis.
5. Membuat dan membetuk regulasi dan
kelambagaan dan memisahkan antara regulator dan operator.
belum memahami mamfaat pengelolaan air limbah dengan baik.
11. Belum optimalnya peranserta kelompok masyarakat dan pihak swasta (Karang taruna, BKM dan LSM) dalam pengelolaan air limbah. 12. Rendahnya minat investasi pihak swasta di
bidang pengelolaan air limbah.
13. Budaya masyarakat dalam BABS masih ada. 14. Sarana dan Prasarana untuk BAB belum
memadai.
15. Penyebaran penduduk belum merata.
16. Sungai masih dijadikan sebagai tempat MCK bagi sebahagian masyarakat
b)
Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Persampahan
Kekuatan (S)1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten yang berwawasan lingkungan
2. Adanya SKPD terkait yang membidangi
pengelolaan persampahan.
3. Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan untuk menangani sanitasi dengan keikutsertaan dalam program PPSP 2016.
4. Adanya Perda tentang Retribusi Persampahan.
5. Adanya kerjasama antar SKPD terkait
pengelolaan persampahan (Dinas Kebersihan, dan Pertambangan dan BLH).
6. Adanya program dan kegiatan SKPD dalam mendukung pencapaian Adipura.
7. Adanya perihatian Pemerintah Daerah dalam
mengalokasikan anggaran bidang
persampahan dalam APBD.
8. Adanya peran serta BUMD dan swasta (CSR)
dalam pemenuhan sarana prasarana
persampahan.
9. Ada sarana dan prasarana persampahan yang mendukung.
10. Adanya dokumen RPJMD RPI2JM, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan bidang persampahan.
11. Adanya media informasi (surat kabar, radio, baliho dan lain lain) sebagai alat komunikasi dalam penyuluhan persampahan.
12. Adanya tenaga teknis dan THL dalam kegiatan pengelolaan persampahan.
13. Adanya peran serta wanita dalam kegiatan
Kelemahan (W)
1. Belum optimalnya kinerja SKPD teknis dalam pengelolaan persampahan
2. Belum adanya masterplan pengelolaan persampahan secara terpadu.
3. Proporsi anggaran untuk pengelolaan sampah belum optimal.
4. Proporsi anggaran yang ada pada SKPD Teknis sebahagian besar belum menyentuh secara langsung ke bidang persampahan.
5. Kurangnya Sarana dan prasarana
persampahan
6. Teknologi yang digunakan pada TPA belum sanitary landfill.
7. Frekwensi Pengangkutan sampah belum optimal.
8. Jangkauan pelayanan belum mencakup
semua kelurahan.
9. Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan berkesinambungan kepada masyarakat dan pihak swasta.
10. Pemanfaatan media yang ada belum optimal dalam mengkomunikasikan penanggulangan persampahan.
11. Kuranganya pemahaman aparatur SKPD terkait tentang teknologi pengolahan persampahan.
12. Kurangnya inovasi dalam pengelolaan managemen persampahan.
13. Kwalitas sumber daya manusia Tenaga Harian Lepas (THL) relatif rendah.
Faktor Internal
Fak
tor E
x
stern
al
bulan bakti gotong royong dan kegiatan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera. Peluang (O)
1. Adanya dasar hukum yang kuat tentang persampahan (UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan dan PP Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga).
2. Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Pusat mapun Pemerintah Provinsi dalam penanganan persampahan.
3. Ditetapkannya Kabupaten Labuhanbatu
Selatan sebagai Kota Sehat di Provinsi Sumatera Utara..
4. Peran pihak swasta dalam penyediaan sarana kebersihan.
5. Adanya dukungan anggaran dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
6. Terbuka kerjasama pemerintah dengan
swasta terkait pengelolaan persampahan. 7. Tersedia berbagai jenis media informasi
(Radio, Media Cetak, Televisi dan lain-lain)
8. Adanya teknologi pemanfaatan sampah
menjadi barang bernilai.
9. Kelompok masyarakat peduli lingkungan, misalnya karang taruna.
10. Kesempatan kepada pihak swasta dan
masyarakat dalam pengembangan sampah organik dan non organik.
11. Peran serta masyarakat melalui gotong royong pada lingkungan dan rumah ibadah cukup tinggi.
Strategi (S-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)
1. Mendorong penyediaan fasilitas pengangkut sampah untuk memenuhi jumlah kebutuhan. 2. Optimalisasi pengangkutan sampah langsung
dan tidak langsung
3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga kota terkait pengelolaan persampahan TPS 3R
4. Optimalisasi pendanaan DAU untuk subsektor persampahan.
5. Optimalisasi retribusi persampahan
6. Advokasi dan sosialisasi kepada TAPD Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor persampahan.
7. Mendorong Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk optimalisasi TPA.
8. Optimalisasi pembiayaan APBN pembangunan TPA menjadi Sanitary Landfill.
Strategi (W-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)
1. Menyiapkan stimulus/insentif terkait pengurangan sampah setempat.
2. Optimalisasi DAK Sanitasi dan DAK LH 3. Optimalisasi fasilitasi DJCK-PPLP dalam
penyusunan Masterplan/PTMP dan DED dan AMDAL optimalisasi TPA.
4. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD teknis terkait (DKP dan KLH) untuk mengawal pembiayaan sub-sektor persampahan. 5. Memperluas penyediaan sarana TPS 3R dan
advokasi serta sosialisasi pengurangan sampah.
12. Adanya semboyan daerah tentang kebersihan lingkungan.
13. Masih banyaknya masyarakat dan pihak swasta sebagai sumber retribusi yang belum terlayani.
14. Adanya sampah yang bisa di daur ulang menjadi bernilai ekonomi.
Ancaman (T)
1. Kurangnya minat swasta dalam pengelolaan persampahan.
2. Belum terorganisasi wadah bagi masyarakat pemulung.
3. Lemahnya koordinasi pemerintah daerah terhadap pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam hal pendanaan dibidang persampahan
4. Partisipasi pihak swasta maupun
BUMD/BUMN dalam sharing anggaran masih relatif kecil.
5. Kurangnya sosialisasi dan pemahaman
masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan.
6. Sosialisasi melalui media (radio, media masa, baliho dan lain lain) belum optimal.
7. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam
membayar retribusi sampah.
8. Belum semua objek retribusi terlayani petugas kebersihan.
9. Budaya masyarakat yang kurang perduli dengan kebersihan lingkungan.
10. Tingginya pertambahan volume sampah
akibat perkembangan kota yang tidak dibareangi dengan penyediaan sarana dan prasarana.
Strategi (S-T)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga terkait pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.
2. Membuat/menyusun Perda terkait pengelolaan Persampahan.
3. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam pemilahan sampah dengan konsep TPS 3R.
Strategi (W-T)
(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana pengelolaan dan pengakutan sampah.
2. Membentuk lembaga/UPDT dalam
pengelolaan persampah. 3. Meningkatkan konsep TPS 3R.
4. Meningkatkan anggaran dan pembangunan pengelolaan persampah.
5. Menjalin kerjasama dengan pihak donor, LSM, CSR/Swasta.
6. Meningkatkan pemicuan, advokasi,
kampanye mulai dari level Sekolah Dasar Sekolah Menengah Atas sampai dengan warga masyarakat terhadap risiko sampah yang tidak dikelola dengan benar.
7. Memperkuat regulasi/peraturan dan
memberikan sanksi terhadap pelanggaran penganganan sampah.
11. Paradigma masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan masih rendah, sebahagian
masyarakat masih membuang sampah ke sungai dan membakar.
12. Paradigma masyarakat yang masih
menganggap bahwa penanganan
persampahan hanya tanggung jawab
pemerintah.
13. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi.
14. Sebahagian jalan/gang lingkungan
permukiman tidak bisa dilalui kendaraan truk sampah.
c)
Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase
Kekuatan (S)1. Adanya SKPD Daerah, SKPD Provinsi, serta Balai Wilayah yang membidangi penanganan drainase primer, sekunder dan tersier diwilayah kota.
2. Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk perccepatan pembangunan sanitasi dengan ikut sertanya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.
3. Adanya Tim Pokja Sanitasi yang disahkan
dengan keputusan Bupati Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Nomor 188 Tahun 2016. 4. Adanya kebijakan prioritas pembangunan
daerah di bidang insfrastruktur sanitasi melalui RPJMD 2016-2021.
5. Adanya aspek hukum perundang undangan yang mengatur (PP 38 Tahun 2011 tentang pengelolaan drainase).
6. Adanya alokasi anggaran APBD dan APBN untuk pengelolaan drainase di wilayah kota.
7. Adanya saluran drainase yang telah
terbangun.
8. Adanya dokumen acuan bagi pemerintah daerah (RPJMD, RPI2JM Renstra dan Renja SKPD) serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan.
9. Tingginya peranserta kepala desa/lurah dalam hal penyuluhan tentang kebersihan drainase kepada masyarakat..
10. Kwalitas SDM yang baik dalam perencanaan dan pemeliharaan drainase di wilayah kota.
Kelemahan (W)
1. Kurangnya perhatian SKPD Teknis terkait tentang pengendalian dan pemeliharaan drainase
2. Belum optimalnya penegakan hukum oleh pemerintah tentang pelanggaran aturan senpadan sungai.
3. Belum adanya kejelasan pemerintah Pusat, Provinsi tentang pembagian kewenangan
penanganan drainase di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
4. Proporsi anggaran tentang pembangunan , pemeliharaan dan pengendalian relatif kecil. 5. Petugas yang ada belum memadai untuk
pemeliharaan drainase
6. Belum adanya master plan pengelolaan drainase secara terpadu
7. Belum semua lingkungan permukiman
memiliki drainase.
8. Drainase yang ada sebahagian belum terkoneksi antara saluran sekunder, tersier dan primer.
9. Belum optimalnya penyuluhan/sosialisasi oleh SKPD Teknis tentang drainase.
10. Pemerintah daerah melalui SKPD Teknis belum optimal melibatkan pihak masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan drainase.
11. Keterbatasan jumlah tenaga teknis tentang pengetahuan dan pemahaman dalam
perencanaan, pembangunan serta
Faktor Internal
Fak
tor E
x
stern
al
11. Adanya petugas Tenaga Harian Lepas (THL)
untuk pemeliharaan drinase. 12. Masih kurangnya kesadaran masyarakat pemeliharaan drinase. tentang pengelolaan dan pemeliharaan drainase.
Peluang (O)
1. Adanya kebijakan pemerintah provinsi
maupun pemerintah pusat tentang program prioritas bidang sanitasi.
2. Adanya sungai lintas di Kab. yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3. Adanya dukungan anggaran dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
4. Adanya peluang kerjasama pemerintah
dengan swasta terkait pengelolaan drainase pada lingkungan perumahan.
5. Tersedia berbagai jenis media informasi (Radio, Media Cetak, Baliho dan lain-lain) dalam mensosialisasikan pengelolaan drinase. 6. Adanya kelompok masyarakat binaan (Karang
taruna, BKM, PKK, LSM dan lain lain) sebagai media komunikasi kepada masyarakat.
7. Adanya peluang kerja sama dengan
kelompok masyarakat binaan dalam
pengelolaan drainase.
8. Adanya peran serta masyarakat dalam
menghibahkan tanah untuk pembangunan drainase.
9. Adanya kelompok binaan yang turut
berpatisipasi dalam pemeliharaan drinase. 10. Tingginya keperdulian masyarakat, dalam
menjaga kebersihan lingkungan.
11. Makin meningkatnya investor bidang properti
Strategi (S-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)
1. Melakukan optimalisasi pembangunan
jaringan drainase perkotaan.
2. Prioritas pembangunan jaringan drainase pada daerah genangan/banjir.
3. Melaksanakan rehab dan pemeliharaan
drainase perkotaan secara periodik dan rutin. 4. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD Teknis
terkait untuk mengawal pembiayaan sub-sektor drainase perkotaan.
5. Advokasi dan sosialisasi kepada Tim
Aanggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor drainase.
Strategi (W-O)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)
1. Memperluas pembuatan biopori di
lingkungan permukiman.
2. Mendorong penyusunan Masterplan Drainase dan menjadikannya Perda.
3. Optimalisasi pendanaan DAK untuk
subsektor drainase.
dengan kwalitas lingkungan permukiman yang lebih layak.
12. Georafis kota yang mendukung
pembangunan drainase dengan sistem grafitasi yang baik.
Ancaman (T)
1. Lambatnya penangnan dan penataan
drainase primer dan sekunder yang menjadi kewenangan pemerintah atasan.
2. Belum optimalnya koordinasi antara
pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam hal penanganan drinase.
3. Tingginya biaya untuk pembangunan dan penataan drainase primer dan sekunder. 4. Banyaknya drinase primer dan sekunder yang
harus ditangani.
5. Belum optimalnya sosialisasi tentang rencana penganan drinase primer maupun sekunder oleh pemerintah atasan.
6. Banyaknya bermunculan bangunan pada
sempadan sungai.
7. Sebahagian besar masyarakat tidak
mengetahui kawasan terlarang membangun pada bantaran sungai..
8. Penertiban bangunan pada bantaran sungai menghadapi tantangan yang berat.
9. Masih ada masyarakat yang membuang
sampah ke saluran drainase.
10. Rendah kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan drainase.
11. Paradigma masyarakat yang masih
menganggap bahwa penanganan dan
Strategi (S-T)
(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Optimalisasi gotong royong warga menjaga kebersihan drainase lingkungan permukiman.
2. Memperkuat regulasi dan menjalankan
dengan baik.
3. Meningkatkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan sektor drainase.
4. Membentuk UPDT dalam pengelolaan
drainase.
Strategi (W-T)
(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)
1. Menyusun regulasi terkait pengelolaan drainase perkotaan/lingkungan.
2. Mempersiapakan dokumen perencanaan
yang matang sesuai dengan arahan RTRW. 3. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga
donor, LSM, CSR atapun pihak swasata tertarik dalam pengelolaan drainase perkotaan/lingkungan.
4. Meningkatkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan sektor drainase.
pengelolaan drainase hanya tanggung jawab pemerintah.
12. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi
pada bantaran sungai mengakibatkan
pencemaran.
13. Adanya kawasan kumuh perkotaan terutama pada bantaran sungai.