• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 2: Hasil Analisis SWOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 2: Hasil Analisis SWOT"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 2: Hasil Analisis SWOT

a)

Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Air Limbah Domestik

No. Faktor Internal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi

pengelolaan air limbah domestic. 4.00 4.00

1.2 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Samosir dalam program PPSP 2016

4.00 4.00

1.3 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 3 tanggal 14 Juli 2016.

4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan air limbah domestik yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait.

1.00 1.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Adanya Sarana dan prasarana Air limbah domestik seperti

IPAL dan pembangunan MCK. 2.00 2.00

3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait air limbah.

2.00 2.00

4 Aspek Komunikasi

4.1 Adanya kader kesehatan/tim penyuluh kesehatan dan Media informasi sebagai alat komunikasi dalam penyuluhan air limbah domestik.

4.00 4.00

4.2 Pemanfaatan Media yang ada belum optimal dalam

mengkomunikasikan komponen air limbah. 2.00 2.00

4.3 Adanya spanduk, poster, baliho mengenai informasi

pengolahan air limbah domestik. 2.00 2.00

5 SDM

5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan air limbah

domestik (PNS dan THL). 2.00 2.00

5.2 Peran serta wanita mulai diberdayakan misalnya dalam

kegiatan bulan bakti gotong royong. 2.00 2.00

JUMLAH NILAI KEKUATAN 29.00

KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Regulasi utama (perda pengelolaan air limbah domestik)

belum ada. 4.00 4.00

1.2 Belum ada UPTD khusus pengelola air limbah

(Pengelolaan masih di Dinas PU, Pertambangan dan Energi).

(2)

1.3 Belum ada peraturan khusus tentang pengelolaan lumpur

tinja. 4.00 4.00

1.4 Belum ada standarisasi penampungan air limbah yang

berwawasan lingkungan. 4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pendanaan dari APBD Propinsi, DAK dan Pusat masih sangat minim.

4.00 4.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Sarana dan prasarana air limbah domestik belum ada

(baik kualitas maupun kuantitas). 4.00 4.00

3.2 Belum adanya master plan pengelolaan air limbah secara

terpadu. 4.00 4.00

3.3 Belum ada IPAL dan IPLT untuk pengolahan lumpur tinja 4.00 4.00

3.4 Fungsi saluran drainase yang masih bercampur dengan

pembuangan air limbah domestik. 4.00 4.00

4 Aspek Komunikasi

4.1 Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan

berkesinambungan kepada masyarakat. 3.00 3.00

4.2 Pemanfaatan Media yang ada belum optimal dalam

mengkomunikasikan komponen air limbah. 3.00 3.00

5 SDM

5.1 Kerterbatasan jumlah tenaga teknis dan pengetahuan

dalam hal manajemen pengelolaan air limbah. 4.00 4.00

5.2 Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan air limbah. 3.00 3.00

JUMLAH NILAI KELEMAHAN 49.00

SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN -20.00

No.

Faktor Eksternal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

PELUANG (OPPORTUNITIES)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Masih terbuka peluang kerjasama dengan pihak swasta

untuk pengolahan limbah cair. 4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari pusat maupun

propinsi. 4.00 4.00

2.2 Adanya peluang dukungan anggaran dari swasta. 3.00 3.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio, Media

Cetak, Televisi dan lain-lain) 4.00 4.00

3.2 Meningkatkan kemitraan antar program-program

pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran tentang sanitasi air limbah.

3.00 3.00

(3)

4.1 Adanya kegiatan sedot tinja oleh swasta (usaha

perorangan). 1.00 1.00

4.2 Kemudahan ijin usaha untuk sanitasi baik swasta maupun

perorangan. 4.00 4.00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan

Kesetaraan Gender

5.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan misalnya

karang taruna. 4.00 4.00

5.2 Adanya desa percontohan PHBS. 1.00 1.00

5.3 Peran serta pelajar dalam kebersihan lingkungan. 4.00 4.00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Menerapkan PHBS 4.00 4.00

7 Demografi dan LH

7.1 Kepadatan penduduk saat ini masih dikategorikan tidak

padat (di bawah 25 jiwa/Ha). 4.00 4.00

JUMLAH NILAI PELUANG 40.00

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Belum ada peran swasta dalam pengelolaan air limbah

domestik. 4.00 4.00

1.2 Rendahnya komitmen dari stakeholder dalam

penganganan air limbah domestik. 4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Proporsi APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan bahwa anggaran untuk air limbah masih relatif kecil jika

dibandingkan dengan anggaran untuk kegiatan lainnya.

4.00 4.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan air

limbah domestik oleh pihak swasta. 3.00 3.00

3.2 Media massa belum menganggap air limbah sebagai

primadona dalam pemberitaan. 3.00 3.00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Pencemaran pembuangan SPAL yang cukup tinggi. 4.00 4.00

4.2 Kualitas septik tank masyarakat masih terdapat yang

belum memenuhi standard teknis. 2.00 2.00

4.3 Masih banyak masyarakat yang belum melakukan

penyedotan tanki septik yang sudah penuh.

5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan

Kesetaraan Gender

5.1 Sarana pembuangan air limbah domestik belum menjadi

prioritas utama. 4.00 4.00

5.2 Rendahnya minat investasi pihak swasta dalam

melaksanakan pengelolaan air limbah. 4.00 4.00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Masih terdapat masyarakat yang BABS. 4.00 4.00

6.2 Rendahnya budaya malu dalam BABS. 4.00 4.00

(4)

ternak rumah tangga.

7 Demografi dan LH

7.1 Penyebaran penduduk masih belum merata. 4.00 4.00

JUMLAH NILAI ANCAMAN 48.00

SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN -8.00

b)

Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Persampahan

No. Faktor Internal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan berwawasan lingkungan. 3.00 3.00

1.2 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi

pengelolaan persampahan. 3.00 3.00

1.3 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.

3.00 3.00

1.4 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 3 tanggal 14 Juli 2016.

3.00 3.00

1.5 Adanya Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi

Persampahan. 4.00 4.00

1.6 Adanya kerjasama antar SKPD terkait pengelolaan

persampahan (Dinas Pasar, Kebersihan dan

Pertamanan).

2.00 2.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan

persampahan yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait.

2.00 2.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Adanya sarana dan prasarana persampahan seperti truk sampah, amroll motor sampah dan kontainer/tong sampah.

2.00 2.00

3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait persampahan.

3.00 3.00

4 Aspek Komunikasi

4.1 Adanya surat kabar, televisi dan radio sebagai alat

komunikasi dalam penyuluhan persampahan. 1.00 1.00

5 SDM

5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan

persampahan (PNS dan THL) 2.00 2.00

5.2 Peran serta wanita mulai diberdayakan misalnya dalam

kegiatan bulan bakti gotong royong. 3.00 3.00

(5)

KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Belum ada perda yang mengatur tentang sistem

pengelolaan persampahan. 4.00 4.00

1.2 Belum terciptanya koordinasi yang baik antar SKPD terkait dalam penanganan pengelolaan sampah, termasuk dengan Pemerintahan Desa.

3.00 3.00

1.3 Belum adanya Bank Sampah 4.00 4.00

1.4 Tidak berfungsinya TPST yang ada. 4.00 4.00

1.5 Belum adanya rumah kompos. 4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Proporsi anggaran untuk pengelolaan sampah masih

minim. 3.00 3.00

2.2 Dana DAK bidang sanitasi belum menyentuh program

bidang persampahan. 4.00 4.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Kurangnya Sarana dan prasarana persampahan (Baik

kualitas maupun kuantitas). 4.00 4.00

3.2 Belum adanya master plan pengelolaan persampahan

secara terpadu. 4.00 4.00

3.3 Teknologi yang digunakan belum sanitary landfill. 4.00 4.00

3.4 Frekwensi pengangkutan sampah masih kurang/rendah. 3.00 3.00

3.5 Kurangnya jangkauan dan kualitas pelayanan sistem

pengolahan persampahan. 3.00 3.00

3.6 Pengadaan tempat sampah yang tidak terpilah menurut

jenis (organik dan non organik). 4.00 4.00

4 Aspek Komunikasi

4.1 Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan

berkesinambungan kepada masyarakat terkait

persampahan.

4.00 4.00

4.2 Pemanfaatan media yang ada belum optimal dalam

mengkomunikasikan komponen persampahan. 4.00 4.00

5 SDM

5.1 Masyarakat dan pihak swasta belum melakukan 3R

(reuse, reduce dan recycle). 4.00 4.00

5.2 Belum adanya program pemerintah yang mendukung

penanganan 3R (reuse, reduce dan recycle). 4.00 4.00

JUMLAH NILAI KELEMAHAN 64.00

SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN -33.00

No. Faktor Eksternal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

PELUANG (OPPORTUNITIES)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Persampahan. 2.00 2.00

(6)

Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga.

1.3 Adanya program dukungan dari Pemerintah Pusat

mapun Provinsi dalam penanganan persampahan. 2.00 2.00

1.4 Adanya peran pihak swasta untuk ikut dalam

penyediaan sarana kebersihan lingkungan. 1.00 1.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari Pusat maupun

Propinsi. 3.00 3.00

2.2 Masih terbuka kerjasama pemerintah dengan swasta

terkait pengelolaan persampahan. 1.00 1.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio,

Media Cetak, Televisi dan lain-lain). 3.00 3.00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Adanya teknologi pemanfaatan sampah menjadi barang

bernilai. 3.00 3.00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan

Kesetaraan Gender

5.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan,

misalnya karang taruna. 4.00 4.00

5.2 Adanya kesempatan kepada pihak swasta dan

masyarakat dalam pengembangan sampah organik dan

non organik.

4.00 4.00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Adanya peran serta PKK, DWP, dll. 2.00 2.00

7 Demografi dan LH

7.1 Masih tersedianya lahan masyarakat yang belum

termanfaatkan. 2.00 2.00

JUMLAH NILAI PELUANG 29.00

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Kurangnya peran swasta dalam pengelolaan

persampahan. 4.00 4.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Dukungan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan

Pusat masih minim dalam bidang Persampahan. 3.00 3.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Metode komunikasi yang dilakukan masih satu arah

sehingga kurang efektif 3.00 3.00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Masyarakat masih sulit membayar retribusi sampah 4.00 4.00

4.2 Belum adanya masyarakat yang bersedia menyerahkan

lahannya untuk lokasi pembangunan TPA baru 4.00 4.00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan

Kesetaraan Gender 4.00

5.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan

(7)

5.2 Bertambahnya industri rumah tangga, perhotelan dan

restaurant. 4.00 4.00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dan masih banyaknya masyarakat yang

membuang sampah secara sembarangan.

4.00 4.00

6.2 Masih banyak masyarakat yang membakar sampah

sehingga menyebabkan pencemaran udara. 4.00 4.00

6.3 Susahnya merubah perilaku masyarakat dan masih adanya anggapan masyarakat bahwa kebersihan adalah

tanggung jawab pemerintah.

4.00 4.00

6.4 Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya

hidup mempengaruhi jumlah sampah. 4.00 4.00

7 Demografi dan LH

7.1 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. 4.00 4.00

JUMLAH NILAI ANCAMAN 46.00

SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN -17.00

c)

Tabel Pembobotan Analisis SWOT Komponen Drainase

No. Faktor Internal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya SKPD terkait yang sudah membidangi drainase 2.00 2.00

1.2 Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk pembangunan sanitasi dengan ikutnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.

2.00 2.00

1.3 Adanya Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang disahkan dengan keputusan Bupati Labuhanbatu SelatanNomor 3 tanggal 14 Juli 2016

3.00 3.00

1.4 Adanya kerjasama antar SKPD terkait pengelolaan

drainase (Dinas PU, Pertambangan dan Energi). 2.00 2.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Sudah ada alokasi APBD untuk pengelolaan drainase

yang dianggarkan setiap tahunnya pada SKPD terkait. 3.00 3.00

2.2 Adanya program pemberdayaan masyarakat PNPM

untuk membangun drainase. 2.00 2.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Telah adanya sarana dan prasarana drainase. 2.00 2.00

3.2 Adanya dokumen RPJMD, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait Drainase.

2.00 2.00

3.3 Adanya PP 38 Tahun 2011 tentang pengelolaan drainase 3.00 3.00

(8)

4.1 Adanya surat kabar, televisi dan radio sebagai alat

komunikasi dalam penyuluhan terkait drainase. 1.00 1.00

5 SDM

5.1 Terdapatnya tenaga teknis dalam hal kegiatan terkait

drainase (PNS dan THL). 3.00 3.00

JUMLAH NILAI KEKUATAN 25.00

KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Peran swasta dalam hal pengelolaan drainase masih sangat minim, termasuk kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dalam hal pengelolaan drainase masih sangat minim.

1.00 1.00

1.2 Perda terkait drainase belum ada. 1.00 1.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Jika dibandingkan dengan kebutuhan terkait drainase, proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pendanaan dari APBD Propinsi, DAK dan Pusat masih sangat minim.

2.00 2.00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Kurangnya Sarana dan prasarana drainase (Baik kualitas

maupun kuantitas). 3.00 3.00

3.2 Belum adanya master plan pengelolaan drainase secara

terpadu. 4.00 4.00

3.3 Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air akibat

sedimen. 3.00 3.00

3.4 Sistim jaringan drainase yang telah dibangun masih

banyak yang kurang berkualitas. 3.00 3.00

3.5 Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh

permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.

2.00 2.00

4 Aspek Komunikasi

4.1 Belum ada database drainase sehingga belum ada

bahan untuk dikomunikasikan melalui mas media 1.00 1.00

5 SDM

5.1 Keterbatasan jumlah tenaga teknis dan pengetahuan dalam hal manajemen pengelolaan drainase, khususnya tenaga pengawas.

3.00 3.00

5.2 Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan drainase. 2.00 2.00

JUMLAH NILAI KELEMAHAN 23.00 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 2.00

No. Faktor Eksternal Skor Angka

1.00 2.00 3.00 4.00

PELUANG (OPPORTUNITIES)

1 Aspek Kelembagaan

(9)

pembangunan drainase

2 Aspek Keuangan

2.1 Adanya peluang dukungan anggaran dari pusat maupun

propinsi 4.00 4.00

2.2 Masih terbuka kerjasama pemerintah dengan swasta

terkait pengelolaan drainase 2.00 2.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio,

Media Cetak, Televisi dan lain-lain) 2.00 2.00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Adakah LSM peduli lingkungan? 1.00 1.00

4.2 Adanya program RPI2JM baik ditingkat nasional maupun

daerah yang mendukung pembangunan drainase 3.00 3.00

4.3 Adanya lahan untuk membangun saluran drainase 4.00 4.00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan

Kesetaraan Gender

5.1 Peran serta PKK harus perlu ditingkatkan. 2.00 2.00

5.2 Adanya usulan Musrenbang dari masyarakat terkait

drainase lingkungan. 2.00 2.00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Adanya kelompok masyarakat peduli lingkungan

misalnya karang taruna 2.00 2.00

7 Demografi dan LH

7.1 Masih terdapatnya lahan hijau. 3.00 3.00

JUMLAH NILAI PELUANG 27.00

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Kurangnya peran swasta dalam pengelolaan drainase. 1.00 1.00

2 Aspek Keuangan

2.1 Tingginya biaya pembangunan dan pemeliharaan sistim

drainase. 3.00 3.00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Minimnya penyebaran informasi terkait pengelolaan

drainase. 4.00 4.00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Pencemaran drainase masih cukup tinggi, masih sering

terdapat sedimen akibat pengelolaan yang kurang tepat. 4.00 4.00

4.2 Masih banyak masyarakat Kabupaten Labuhanbatu

Selatan yang belum merelakan tanahnya untuk pembangunan drainase dikarenakan sebagian tanah di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih tanah

ulayat/perkebunan.

4.00 4.00

4.3 Belum ada perda terkait drainase. 4.00 4.00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan

Kesetaraan Gender

5.1 Masih ada masyarakat yang membuang sampah ke

(10)

6 Aspek Sosial Budaya 6.1 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

drainase. 4.00 4.00

6.2 Susahnya merubah perilaku masyarakat dan masih adanya anggapan masyarakat bahwa kebersihan adalah tanggung jawab pemerintah.

4.00 4.00

7 Demografi dan LH

7.1 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. 4.00 4.00

JUMLAH NILAI ANCAMAN 36.00 SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 9.00

(11)

a)

Posisi pengelolaan : Komponen Air Limbah

Berdasarkan hasil analisis

SWOT,

maka posisi pengelolaan air limbah domestik berada

pada kuadran 3 (-20 : -8) pada posisi berputar, ini menggambarkan bahwa situasi yang

sangat buruk

.

karena kekuatan internal rendah, maka Pemerintah di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan lebih bekerja keras untuk penganganan dan pengelolaan air limbah

domestik. Untuk itu dapat digunakan alternatif strategi 1, yakni percepatan

pengembangan/pembangunan.

1

2

3

2

-20 ; -8

(12)

b)

Posisi pengelolaan : Komponen Persampahan

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengelolaan Persampahan berada pada

kuadran 3 (-33 : -17) pada posisi berputar, ini menggambarkan bahwa situasi yang

sangat buruk,

karena ada kekuatan internal rendah. Untuk harus bekerja keras dalam

pengelolaan sampah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk itu dapat digunakan

alternatif strategi 3, yakni percepatan pengembangan/pembangunan.

1

2

(13)

c)

Posisi pengelolaan : Komponen Drainase

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi pengelolaan Komponen Drainase berada

pada kuadran 1 (2 ; 9) pada posisi Pertumbuhan Cepat, ini menggambarkan bahwa

situasi yang sangat baik,

karena ada kekuatan internal dan juga dukungan eksternal yang

dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota untuk pembangunan dan pengelolaan

komponen drainase di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk itu dapat digunakan

alternatif strategi 1, yakni pengembangan.

4

1

2

1

3

(2 : 9)

(14)

a)

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kekuatan (S)

1. Adanya SKPD terkait yang membidangi

pengelolaan air limbah

2. Adanya Pokja Sanitasi Kabupatena

Labuhanbatu Selatan dengan Surat Keputusan Nomor 201 tanggal, 28 Maret tahun 2016. 3. Adanya perihatian Pemerintah Daerah dalam

mengalokasikan anggaran dalam APBD. 4. Sudah adanya Sarana dan prasarana Air

limbah domestik seperti IPAL Komunal dan MCK.

5. Sudah adanya Laboratorium pengujian

kuwalitas air.

6. Sudah ada dokumen RPJMD RPI2JM, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan terkait air limbah.

7. Sudah adanya kader /tim penyuluh kesehatan dalam pensosialisasian air limbah.

8. Adanya kerjasama dengan media dalam mengkomunikasikan air limbah.

9. Sudah ada spanduk, poster, baliho mengenai informasi pengolahan air limbah domestik. 10. Adanya tenaga teknis dalam hal pengelolaan

air limbah domestik (PNS dan THL).

Kelemahan (W)

1. Belum adanya UPTD khusus pengelola air limbah (Pengelolaan masih di Dinas Kebersihan, dan Pertamanan dan BLH). 2. Belum adanya peraturan khusus tentang

pengelolaan lumpur tinja.

3. Proporsi anggaran masih terbatas dan masih tergantung pada APBD Kota, disisi lain pendanaan dari APBD Propinsi dan APBN masih sangat minim.

4. Peran serta swasta dalam penanggulangan air limbah masih rendah.

5. Sarana dan prasarana air limbah belum berpungsi dengan baik (IPAL dan IPLT). 6. Belum adanya master plan pengelolaan air

limbah secara terpadu

7. Fungsi saluran drainase masih bercampur dengan pembuangan air limbah

8. Belum maksimalnya kegiatan penyuluhan yang berkesinambungan oleh SKPD Teknis kepada masyarakat.

9. Pemanfaatan Media dan pihak swasta belum

optimal dalam mensosialisasikan

penanganan air limbah.

10. Terbatasnya jumlah tenaga teknis dalam hal manajemen pengelolaan air limbah.

Faktor Internal

Fak

tor E

x

stern

al

(15)

11. Kurangnya kesadaran masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan air limbah

Peluang (O)

1. Peluang kerjasama dengan pihak swasta untuk pengolahan air limbah cukup terbuka. 2. Dijadikannya Kabupaten Labuhanbatu Selatan

sebagai Kabupaten Bersih Di Provinsi Sumatera Utara

3. Dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi cukup tinggi. 4. Dukungan anggaran dari pihak swasta cukup

berpotensi.

5. Tersedianya berbagai jenis media informasi (Radio, Media Cetak, Televisi dan lain-lain) dalam.

6. Adanya lembaga kemasyarakatan dan swasta sebagai mitra pemerintah dalam menangani air limbah.

7. Terbukanya usaha sedot tinja oleh pihak swasta maupun masyarakat (perseorangan) 8. Kemudahan perizinan untuk usaha bidang

sanitasi baik swasta maupun perorangan 9. Adanya kelompok masyarakat binaan peduli

lingkungan (karang taruna, BKM, LSM dan lain lain)

10. Peran serta masyarakat melalui gotong royong pada lingkungan cukup tinggi.

Strategi (S-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)

1. Memfasilitasi penyusunan Renstra, Renja, dan RKA UPTD PAL

2. Optimalisasi pendanaan DAU untuk subsektor air limbah

3. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD teknis terkait untuk mengawal pembiayaan sub-sektor air limbah.

4. Mendorong Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk optimalisasi IPAL.

5. Optimalisasi skala layanan fasilitas pengolahan air limbah setempat, IPAL Komunal, untuk area berisiko.

6. Optimalisasi pengadaan lahan untuk

pembangunan IPAL Komunal pada area berisiko.

7. Melakukan terobosan pengadaan lahan

pembangunan IPAL Kawasan/Terpusat

8. pembangunan IPAL Kawasan pada area

berisiko.

9. Optimalisasi SDM aparatur khususnya peran sanitarian untuk melakukan kampanye dan pemicuan pengelolaan air limbah

Strategi (W-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)

1. Mendorong SKPD terkait untuk

mengoperasionalkan/membentuk UPTD PAL Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2. Optimalisasi fasilitasi DJCK-PPLP dalam penyusunan DED dan AMDAL optimalisasi IPLT.

3. Optimalisasi DAK Sanitasi dan DAK LH

4. Optimalisasi akses pembiayaan

pembangunan IPAL Komunal sumber dana APBN dan Pinjaman/Hibah.

5. Mendorong SKPD terkait dan Pokja Sanitasi untuk menyusun Masterplan Air Limbah serta retribusi air limbah kemudian mendaftarkan untuk Prolegda agar di-Perda-kan/Perwal.

6. Advokasi dan sosialisasi kepada TAPD

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan

Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor air limbah.

(16)

11. Adanya semboyan daerah tentang kebersihan

12. Kepadatan penduduk masih tergolong

dengan Kepadatan Sedang.

13. Lingkungan permukaan kota yang cukup baik untuk membangun instalasi air limbah dengan sistem grafitasi.

10. Optimalisasi skala layanan MCK++ dan IPAL Komunal pada area berisiko.

Ancaman (T)

1. Belum optimalnya peran serta swasta dalam pengelolaan air limbah.

2. Komitmen dari stakeholder dalam

penanganan air limbah belum optimal.

3. Proporsi anggaran pihak swasta masih relatif kecil.

4. Penyebaran informasi melalui pihak swasta dan masyarakat relatif kecil.

5. Air limbah belum menjadi primadona dalam pemberitaan oleh media masa.

6. IPLT tidak berfungsi secara optimal

7. Pencemaran lingkungan oleh masyarakat dan pihak swasta masih cukup tinggi.

8. Kualitas septik tank masyarakat dan pihak swasta sebagian besar belum memenuhi standard teknis.

9. Sebagian besar masyarakat dan pihak swasta belum melakukan penyedotan tanki septik lebih dari 3 tahun.

10. Sebagian besar masyarakat dan pihak swasta

Strategi (S-T)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Menyiapkan stimulus atau insentif rehabilitasi tangki septik rumah tangga pada area berisiko serta penyambungan ke fasilitas pengolahan air limbah.

2. Mengoptimalkan media untuk pemicuan,

kampanye, advokasi dan sosialisasi

pengelolaan air limbah yang aman dan STOP BABS.

Strategi (W-T)

(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Meningkatkan pendanaan untuk sektor sanitasi dalam konteks penanganan dan pengelolaan air limbah domistik skala Kabupaten.

2. Menumbuhkembangkan minat dan

kepedulian masyarakat, CSR/Swasta dalam kepedulian sanitasi subsektor air limbah domestik.

3. Percepatan pembangunan sarana dan

prasarana sektor air limbah domestik, baik pembangunan Tangki Septik, MKC++,

Sistem Komunal, IPAL

SPAL-Kawasan/Terpusat Skala Kota.

4. Mempersiapkan dan melengkapi dokumen perencanaan teknis dan non teknis.

5. Membuat dan membetuk regulasi dan

kelambagaan dan memisahkan antara regulator dan operator.

(17)

belum memahami mamfaat pengelolaan air limbah dengan baik.

11. Belum optimalnya peranserta kelompok masyarakat dan pihak swasta (Karang taruna, BKM dan LSM) dalam pengelolaan air limbah. 12. Rendahnya minat investasi pihak swasta di

bidang pengelolaan air limbah.

13. Budaya masyarakat dalam BABS masih ada. 14. Sarana dan Prasarana untuk BAB belum

memadai.

15. Penyebaran penduduk belum merata.

16. Sungai masih dijadikan sebagai tempat MCK bagi sebahagian masyarakat

(18)

b)

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Persampahan

Kekuatan (S)

1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten yang berwawasan lingkungan

2. Adanya SKPD terkait yang membidangi

pengelolaan persampahan.

3. Adanya komitmen Pemerintah Kabupaten

Labuhanbatu Selatan untuk menangani sanitasi dengan keikutsertaan dalam program PPSP 2016.

4. Adanya Perda tentang Retribusi Persampahan.

5. Adanya kerjasama antar SKPD terkait

pengelolaan persampahan (Dinas Kebersihan, dan Pertambangan dan BLH).

6. Adanya program dan kegiatan SKPD dalam mendukung pencapaian Adipura.

7. Adanya perihatian Pemerintah Daerah dalam

mengalokasikan anggaran bidang

persampahan dalam APBD.

8. Adanya peran serta BUMD dan swasta (CSR)

dalam pemenuhan sarana prasarana

persampahan.

9. Ada sarana dan prasarana persampahan yang mendukung.

10. Adanya dokumen RPJMD RPI2JM, renstra dan renja SKPD terkait serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan bidang persampahan.

11. Adanya media informasi (surat kabar, radio, baliho dan lain lain) sebagai alat komunikasi dalam penyuluhan persampahan.

12. Adanya tenaga teknis dan THL dalam kegiatan pengelolaan persampahan.

13. Adanya peran serta wanita dalam kegiatan

Kelemahan (W)

1. Belum optimalnya kinerja SKPD teknis dalam pengelolaan persampahan

2. Belum adanya masterplan pengelolaan persampahan secara terpadu.

3. Proporsi anggaran untuk pengelolaan sampah belum optimal.

4. Proporsi anggaran yang ada pada SKPD Teknis sebahagian besar belum menyentuh secara langsung ke bidang persampahan.

5. Kurangnya Sarana dan prasarana

persampahan

6. Teknologi yang digunakan pada TPA belum sanitary landfill.

7. Frekwensi Pengangkutan sampah belum optimal.

8. Jangkauan pelayanan belum mencakup

semua kelurahan.

9. Belum ada kegiatan penyuluhan rutin dan berkesinambungan kepada masyarakat dan pihak swasta.

10. Pemanfaatan media yang ada belum optimal dalam mengkomunikasikan penanggulangan persampahan.

11. Kuranganya pemahaman aparatur SKPD terkait tentang teknologi pengolahan persampahan.

12. Kurangnya inovasi dalam pengelolaan managemen persampahan.

13. Kwalitas sumber daya manusia Tenaga Harian Lepas (THL) relatif rendah.

Faktor Internal

Fak

tor E

x

stern

al

(19)

bulan bakti gotong royong dan kegiatan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera. Peluang (O)

1. Adanya dasar hukum yang kuat tentang persampahan (UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan dan PP Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga).

2. Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Pusat mapun Pemerintah Provinsi dalam penanganan persampahan.

3. Ditetapkannya Kabupaten Labuhanbatu

Selatan sebagai Kota Sehat di Provinsi Sumatera Utara..

4. Peran pihak swasta dalam penyediaan sarana kebersihan.

5. Adanya dukungan anggaran dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.

6. Terbuka kerjasama pemerintah dengan

swasta terkait pengelolaan persampahan. 7. Tersedia berbagai jenis media informasi

(Radio, Media Cetak, Televisi dan lain-lain)

8. Adanya teknologi pemanfaatan sampah

menjadi barang bernilai.

9. Kelompok masyarakat peduli lingkungan, misalnya karang taruna.

10. Kesempatan kepada pihak swasta dan

masyarakat dalam pengembangan sampah organik dan non organik.

11. Peran serta masyarakat melalui gotong royong pada lingkungan dan rumah ibadah cukup tinggi.

Strategi (S-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)

1. Mendorong penyediaan fasilitas pengangkut sampah untuk memenuhi jumlah kebutuhan. 2. Optimalisasi pengangkutan sampah langsung

dan tidak langsung

3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga kota terkait pengelolaan persampahan TPS 3R

4. Optimalisasi pendanaan DAU untuk subsektor persampahan.

5. Optimalisasi retribusi persampahan

6. Advokasi dan sosialisasi kepada TAPD Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor persampahan.

7. Mendorong Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk optimalisasi TPA.

8. Optimalisasi pembiayaan APBN pembangunan TPA menjadi Sanitary Landfill.

Strategi (W-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)

1. Menyiapkan stimulus/insentif terkait pengurangan sampah setempat.

2. Optimalisasi DAK Sanitasi dan DAK LH 3. Optimalisasi fasilitasi DJCK-PPLP dalam

penyusunan Masterplan/PTMP dan DED dan AMDAL optimalisasi TPA.

4. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD teknis terkait (DKP dan KLH) untuk mengawal pembiayaan sub-sektor persampahan. 5. Memperluas penyediaan sarana TPS 3R dan

advokasi serta sosialisasi pengurangan sampah.

(20)

12. Adanya semboyan daerah tentang kebersihan lingkungan.

13. Masih banyaknya masyarakat dan pihak swasta sebagai sumber retribusi yang belum terlayani.

14. Adanya sampah yang bisa di daur ulang menjadi bernilai ekonomi.

Ancaman (T)

1. Kurangnya minat swasta dalam pengelolaan persampahan.

2. Belum terorganisasi wadah bagi masyarakat pemulung.

3. Lemahnya koordinasi pemerintah daerah terhadap pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam hal pendanaan dibidang persampahan

4. Partisipasi pihak swasta maupun

BUMD/BUMN dalam sharing anggaran masih relatif kecil.

5. Kurangnya sosialisasi dan pemahaman

masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan.

6. Sosialisasi melalui media (radio, media masa, baliho dan lain lain) belum optimal.

7. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam

membayar retribusi sampah.

8. Belum semua objek retribusi terlayani petugas kebersihan.

9. Budaya masyarakat yang kurang perduli dengan kebersihan lingkungan.

10. Tingginya pertambahan volume sampah

akibat perkembangan kota yang tidak dibareangi dengan penyediaan sarana dan prasarana.

Strategi (S-T)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga terkait pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.

2. Membuat/menyusun Perda terkait pengelolaan Persampahan.

3. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam pemilahan sampah dengan konsep TPS 3R.

Strategi (W-T)

(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana pengelolaan dan pengakutan sampah.

2. Membentuk lembaga/UPDT dalam

pengelolaan persampah. 3. Meningkatkan konsep TPS 3R.

4. Meningkatkan anggaran dan pembangunan pengelolaan persampah.

5. Menjalin kerjasama dengan pihak donor, LSM, CSR/Swasta.

6. Meningkatkan pemicuan, advokasi,

kampanye mulai dari level Sekolah Dasar Sekolah Menengah Atas sampai dengan warga masyarakat terhadap risiko sampah yang tidak dikelola dengan benar.

7. Memperkuat regulasi/peraturan dan

memberikan sanksi terhadap pelanggaran penganganan sampah.

(21)

11. Paradigma masyarakat terhadap kebersihan

lingkungan masih rendah, sebahagian

masyarakat masih membuang sampah ke sungai dan membakar.

12. Paradigma masyarakat yang masih

menganggap bahwa penanganan

persampahan hanya tanggung jawab

pemerintah.

13. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi.

14. Sebahagian jalan/gang lingkungan

permukiman tidak bisa dilalui kendaraan truk sampah.

(22)

c)

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase

Kekuatan (S)

1. Adanya SKPD Daerah, SKPD Provinsi, serta Balai Wilayah yang membidangi penanganan drainase primer, sekunder dan tersier diwilayah kota.

2. Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk perccepatan pembangunan sanitasi dengan ikut sertanya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam program PPSP 2016.

3. Adanya Tim Pokja Sanitasi yang disahkan

dengan keputusan Bupati Kabupaten

Labuhanbatu Selatan Nomor 188 Tahun 2016. 4. Adanya kebijakan prioritas pembangunan

daerah di bidang insfrastruktur sanitasi melalui RPJMD 2016-2021.

5. Adanya aspek hukum perundang undangan yang mengatur (PP 38 Tahun 2011 tentang pengelolaan drainase).

6. Adanya alokasi anggaran APBD dan APBN untuk pengelolaan drainase di wilayah kota.

7. Adanya saluran drainase yang telah

terbangun.

8. Adanya dokumen acuan bagi pemerintah daerah (RPJMD, RPI2JM Renstra dan Renja SKPD) serta dokumen RKPD yang memuat rencana program dan kegiatan.

9. Tingginya peranserta kepala desa/lurah dalam hal penyuluhan tentang kebersihan drainase kepada masyarakat..

10. Kwalitas SDM yang baik dalam perencanaan dan pemeliharaan drainase di wilayah kota.

Kelemahan (W)

1. Kurangnya perhatian SKPD Teknis terkait tentang pengendalian dan pemeliharaan drainase

2. Belum optimalnya penegakan hukum oleh pemerintah tentang pelanggaran aturan senpadan sungai.

3. Belum adanya kejelasan pemerintah Pusat, Provinsi tentang pembagian kewenangan

penanganan drainase di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

4. Proporsi anggaran tentang pembangunan , pemeliharaan dan pengendalian relatif kecil. 5. Petugas yang ada belum memadai untuk

pemeliharaan drainase

6. Belum adanya master plan pengelolaan drainase secara terpadu

7. Belum semua lingkungan permukiman

memiliki drainase.

8. Drainase yang ada sebahagian belum terkoneksi antara saluran sekunder, tersier dan primer.

9. Belum optimalnya penyuluhan/sosialisasi oleh SKPD Teknis tentang drainase.

10. Pemerintah daerah melalui SKPD Teknis belum optimal melibatkan pihak masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan drainase.

11. Keterbatasan jumlah tenaga teknis tentang pengetahuan dan pemahaman dalam

perencanaan, pembangunan serta

Faktor Internal

Fak

tor E

x

stern

al

(23)

11. Adanya petugas Tenaga Harian Lepas (THL)

untuk pemeliharaan drinase. 12. Masih kurangnya kesadaran masyarakat pemeliharaan drinase. tentang pengelolaan dan pemeliharaan drainase.

Peluang (O)

1. Adanya kebijakan pemerintah provinsi

maupun pemerintah pusat tentang program prioritas bidang sanitasi.

2. Adanya sungai lintas di Kab. yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

3. Adanya dukungan anggaran dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.

4. Adanya peluang kerjasama pemerintah

dengan swasta terkait pengelolaan drainase pada lingkungan perumahan.

5. Tersedia berbagai jenis media informasi (Radio, Media Cetak, Baliho dan lain-lain) dalam mensosialisasikan pengelolaan drinase. 6. Adanya kelompok masyarakat binaan (Karang

taruna, BKM, PKK, LSM dan lain lain) sebagai media komunikasi kepada masyarakat.

7. Adanya peluang kerja sama dengan

kelompok masyarakat binaan dalam

pengelolaan drainase.

8. Adanya peran serta masyarakat dalam

menghibahkan tanah untuk pembangunan drainase.

9. Adanya kelompok binaan yang turut

berpatisipasi dalam pemeliharaan drinase. 10. Tingginya keperdulian masyarakat, dalam

menjaga kebersihan lingkungan.

11. Makin meningkatnya investor bidang properti

Strategi (S-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Memamfaatkan Peluang)

1. Melakukan optimalisasi pembangunan

jaringan drainase perkotaan.

2. Prioritas pembangunan jaringan drainase pada daerah genangan/banjir.

3. Melaksanakan rehab dan pemeliharaan

drainase perkotaan secara periodik dan rutin. 4. Mendorong Pokja Sanitasi dan SKPD Teknis

terkait untuk mengawal pembiayaan sub-sektor drainase perkotaan.

5. Advokasi dan sosialisasi kepada Tim

Aanggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Banggar DPRD terkait pembiayaan sub-sektor drainase.

Strategi (W-O)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Meraih Peluang)

1. Memperluas pembuatan biopori di

lingkungan permukiman.

2. Mendorong penyusunan Masterplan Drainase dan menjadikannya Perda.

3. Optimalisasi pendanaan DAK untuk

subsektor drainase.

(24)

dengan kwalitas lingkungan permukiman yang lebih layak.

12. Georafis kota yang mendukung

pembangunan drainase dengan sistem grafitasi yang baik.

Ancaman (T)

1. Lambatnya penangnan dan penataan

drainase primer dan sekunder yang menjadi kewenangan pemerintah atasan.

2. Belum optimalnya koordinasi antara

pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam hal penanganan drinase.

3. Tingginya biaya untuk pembangunan dan penataan drainase primer dan sekunder. 4. Banyaknya drinase primer dan sekunder yang

harus ditangani.

5. Belum optimalnya sosialisasi tentang rencana penganan drinase primer maupun sekunder oleh pemerintah atasan.

6. Banyaknya bermunculan bangunan pada

sempadan sungai.

7. Sebahagian besar masyarakat tidak

mengetahui kawasan terlarang membangun pada bantaran sungai..

8. Penertiban bangunan pada bantaran sungai menghadapi tantangan yang berat.

9. Masih ada masyarakat yang membuang

sampah ke saluran drainase.

10. Rendah kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan drainase.

11. Paradigma masyarakat yang masih

menganggap bahwa penanganan dan

Strategi (S-T)

(Menggunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Optimalisasi gotong royong warga menjaga kebersihan drainase lingkungan permukiman.

2. Memperkuat regulasi dan menjalankan

dengan baik.

3. Meningkatkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan sektor drainase.

4. Membentuk UPDT dalam pengelolaan

drainase.

Strategi (W-T)

(Mengatasi Kelemahan Untuk Mengatasi Ancaman)

1. Menyusun regulasi terkait pengelolaan drainase perkotaan/lingkungan.

2. Mempersiapakan dokumen perencanaan

yang matang sesuai dengan arahan RTRW. 3. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga

donor, LSM, CSR atapun pihak swasata tertarik dalam pengelolaan drainase perkotaan/lingkungan.

4. Meningkatkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan sektor drainase.

(25)

pengelolaan drainase hanya tanggung jawab pemerintah.

12. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi

pada bantaran sungai mengakibatkan

pencemaran.

13. Adanya kawasan kumuh perkotaan terutama pada bantaran sungai.

Referensi

Dokumen terkait

Lamun di perairan pantai Karang Tirta tersebar pada daerah intertidal di zona pemukiman, zona pariwisata dan zona mangrove dengan pola penyebaran masing-masing

Pupuk hayati berbahan baku mikroba endofit Bacillus mycoides, Pseudomonas pseudomallei, dan Klebsiella ozaenae yang terseleksi ini sangatlah diharapkan dapat

Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanannya

Diatas telah diutarakan bahwa untuk dapat diambil dan didonorkan matanya seseorang harus menjadi anggota donor mata lebih dahulu sebagai calon donor mata pada Bank Mata

Penggunaan media dalam bentuk Adobe Flash akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Selain

sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (1), PPNS dapat memberitahukan secara lisan atau telepon, surat elektronik, dan pesan singkat kepada Penyidik Polri guna

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Tyas Orchid maka dapat disimpulkan bahwa visi dari perusahaan Tyas Orchid yaitu ingin menjadi pemimpin pasar untuk bisnis tanaman hias

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi (Kunandar, 2009:75). Pada tahap refleksi ini dikaji secara