• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 24 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 24 MEDAN."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 24 MEDAN

Oleh: Sarifah Sarah NIM 4112111017

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 24 MEDAN Sarifah Sarah (NIM 4112111017)

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakkan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E SMP Negeri 24 Medan T.A 2015/2016 yang berjumlah 34 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus 1 adalah 71,57 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria rendah dengan 21 siswa atau 61,76% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 84,23 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria sedang dimana banyak siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 30 orang atau 88,23% dari seluruh siswa. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Dari hasil pengamatan, pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving di kelas VIII SMP Negeri 24 Medan terlaksana dengan baik.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalaamiin rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak ilmu serta kemudahan-kemudahan yang selalu diberikanNya disaat waktu yang tepat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd dan Ibu Nurliani Manurung selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Nurliani Manurung, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu

(5)

v

Marpaung, S.Pd. selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-E yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Ilham Heri dan Ibunda tercinta Nur Ilma selaku orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga

skripsi ini selesai. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakakku Khadijah Husna, S.Farm dan adik-adikku Nur Sa’adah dan Niswatun Mujahidah yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa. Terimakasih kepada wadah tempat saya bernanung yaitu KAMMI yang telah banyak mengajarkan saya dalam berorganisasi yang baik. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi yaitu Rismawati S.Pd dan Yuli Iman Sari, S.Pd. Terima kasih juga untuk teman-teman PPL SMA Dharma Patra yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan motivasi. Tak lupa terima kasih spesial kepada teman-teman seperjuangan Dik B 2011 yang telah membantu, membangkitkan semangat dan memotivasi untuk sukses bersama. Terimakasi juga untuk saudara-saudara di Lingkaran kecil ku. Semoga Allah selalu menguatkan ukhuwah diantara kita

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, April 2016 Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan Masalah 9

1.5 Tujuan Penelitian 9

1.6 Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 11

2.2 Masalah Dalam Matematika 12

2.3 Pemecahan Masalah Matematika 14

2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15 2.4.1. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah 17

2.5 Metode Pembelajaran 18

2.6Metode Pembelajaran TAPPS 20

(7)

vii

2.6.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran TAPPS 23 2.6.5. Teori Belajar yang Mendukung Metode TAPPS 25

2.7 Kubus dan Balok 26

2.8 Penelitian yang Relevan 28

2.9 Kerangka Konseptual 29

2.10 Hipotesis Tindakan 31

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.1.1 Lokasi Penelitian 32

3.1.2 Waktu Penelitian 32

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 32

3.2.1 Subjek Penelitian 32

3.2.2 Objek Penelitian 32

3.3 Jenis Penelitian 32

3.4 Prosedur Penelitian 32

3.5 Definisi Operasional 39

3.6 Alat Pengumpul Data 39

3.6.1 Obsevasi 39

3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 40

3.7 Teknik Analisis Data 41

3.6.1 Reduksi Data 41

3.6.2 Paparan Data 41

3.6.3 Penarikan Kesimpulan 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46

4.1 Hasil Penelitian 46

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 46

4.1.1.1 Permasalahan I 46

4.1.1.2 Rencana Tindakan Siklus I 49

(8)

viii

4.1.1.4 Observasi I 53

4.1.1.5 Analisis Data I 56

4.1.1.6 Refleksi I 60

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 61

4.1.2.1 Permasalahan II 61

4.1.2.2 Rencana Tindakan Siklus II 62

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 64

4.1.2.4 Observasi II 67

4.1.2.5 Analisis Data II 70

4.1.2.6 Refleksi II 73

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Masalah Nyata yang Dialami Siswa 6 Tabel 1.2 Deskripsi tingkat kemampuan siswa dari indikator pretes 6 Tabel 2.1 Alternatif pemberian skor pemecahan masalah 17 Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah 42

Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Lembar Observasi 43 Tabel 4.1 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada

Pretest 46

Tabel 4.2 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Pretest 47

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa pada Pretest 48

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 53 Tabel 4.5 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada Posttest I 57 Tabel 4.6 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Posttest I 58

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Posttest I 59

Tabel 4.8 Alternatif Penyelesaian Siklus II berdasarkan kesulitan siswa

pada siklus I 62

Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II 67 Tabel 4.10 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada Posttest II 70 Tabel 4.11 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Posttest II 71

Tabel 4.12 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Posttest II 72

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 33 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Pre test 48

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM I 59

Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM II 72

Gambar 4.12 Deskripsi Perubahan Nilai Rata-rata kelas tiap Siklus 73 Gambar 4.21 Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada tes kemampuan pemecahan maslah siklus I

dan siklus II 74

Gambar 4.22 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus I) 84 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I) 89 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus II) 94

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II) 100 Lampiran 5 : Lembar Aktivitas Siswa 1 107

Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa 2 112

Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa 3 117

Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa 4 122

Lampiran 9 : Kisi-Kisi Pre Tes 127

Lampiran 10 : Soal Pre Test 128

Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Pre Tes 129

Lampiran 12 : Lembar Validitas Pre Tes 131

Lampiran 12 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 134 Lampiran 13 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 135 Lampiran 14 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 136

Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 139

Lampiran 16 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 141 Lampiran 17 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142 Lampiran 18 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 143

Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 146

Lampiran 20 : Pendoman Penskoran 148

Lampiran 21 : Lembar Observasi Guru 149

Lampiran 22 : Skor kemampuan pemecahan masalah siswa 157

(12)

xi

Lampiran 24 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 160 Lampiran 25 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 162

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan

berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai hasil, dimana pendidikan itu merupakan wahana untuk membawa peserta didik mencapai tingkat perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga manusia menjadi sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiannya.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kemajuan peradaban suatu bangsa karena pendidikan merupakan suatu upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi (Trianto, 2011 : 4).

Pentingnya pendidikan tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No.20 tahun 2003.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bagian dari pendidikan yang mempunyai peran penting salah satu adalah matematika. Karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan

sains dan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

(14)

2

tiap-tiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pembelajaran matematika di sekolah pada dasarnya bukanlah sekedar mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana belajar menghitung sesuai dengan algoritma yang sangat prosedural, lebih dari itu matematika mempunyai tujuan yaitu mengajarkan bagaimana siswa dapat berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2010:253) bahwa “Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah sehari – hari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Diantaranya yaitu matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Seperti yang dikemukan oleh Cockroft (1982: 1) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(15)

3

Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005 memaparkan:

Standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical processes). Standar proses meliputi pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan representasi (representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun standar proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integrasi dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika maka akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru di semua

tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

(16)

4

siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau sering disebut dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (1973:5) yaitu: 1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang

harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah

dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (memeriksa hasil yang diperoleh), yaitu memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, mencari hasil itu dengan cara yang lain, dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.

Kemampuan pemecahan masalah siswa dinilai masih sangat rendah. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut adalah sebagian siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga siswa cenderung tidak ingin mencoba untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Abdurrahman (2012:252) menjelaskan: “ Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”. Tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi, guru menuntut siswa untuk belajar, guru juga

(17)

5

matematika. Hal ini tergambar dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung.

Didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 24 Medan pada tanggal 9 Oktober 2015 juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VIII SMP

Negeri 24 Medan yang mengatakan bahwa:

Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar guru yang mengajar hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah sehingga siswa tidak aktif. Jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan. Selain itu siswa juga menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Pada materi Kubus dan Balok jika diberikan soal cerita terkait pemecahan masalah, nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah dibanding soal objektif. Dari jawaban yang diberikan siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal.

Hal ini terlihat pada saat peneliti memberikan tes awal (pretes) kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 24 Medan. Tes yang diberikan berupa tes berbentuk

uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi Kubus dan Balok. Berikut adalah hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan

tes yang diberikan.

Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa No

Soal Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan

1 1. Siswa salah dalam

merencanakan 2. Siswa salah dalam

menyelesaikan soal 3. Siswa salah dalam

(18)

6

2 1. Siswa tidak

merencanakan

penyelesaian masalah 2. Siswa tidak

melaksanakan maslah 3. Siswa tidak memeriksa

kembali

3 1. Siswa salah dalam

merencanakan masalah

2. Siswa salah dalam melaksanakan masalah 3. Siswa tidak

memeriksa kembali

Dari keterangan di atas ditemukan kendala pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 24 Medan. Berikut adalah deskripsi tingkat kemampuan siswa dari indikator tes pemecahan masalah pada tes diagnostik yang disajikan pada tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Indikator Tes Pemecahan Masalah pada Pre Test

Indikator Tes Pemecahan Masalah

Banyak Siswa Persentasi Jumlah

Siswa

Memahami Masalah 15 42%

Merencanakan Penyelesaian Masalah

11 30%

Melaksakanan Penyelesaian Masalah

9 25%

Memeriksa Kembali 1 3%

(19)

7

siswa (25%) yang dapat menyelesaikan masalah dan 1 siswa (3%) yang dapat memeriksa kembali.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa

aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka.

Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa “Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.”

Dengan demikian, kemampuan guru dalam memilih metode penyajian materi merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pembelajaran matematika lebih berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan siswanya untuk belajar aktif. Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa belajar aktif akan lebih dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan) sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa pun meningkat.

Oleh karena itu, salah satu alternatif metode pembelajaran aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam penelitian ini adalah metode Think Aloud Pair Problem Solving. Aktivitas metode Think Aloud Pair Problem Solving dilakukan dalam kelompok kecil yang

heterogen, hal ini memungkinkan terjadinya interaksi yang positif antar siswa

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. Metode Think Aloud Pair Problem Solving

(20)

8

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Barkley (2010:259) menjelaskan bahwa:

Metode Think Aloud Pair Problem Solving melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa, satu pihak siswa sebagai problem solver yaitu bertugas menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan menjelaskannya kepada listener dan satu pihak siswa lainnya sebagai listener dan ketika menjadi seorang problem solver, siswa harus dapat menemukan ide-ide, memahami konsep matematika yang dipelajari untuk dapat menyelesaikan permasalahannya, memahami urutan langkah-langkah yang mendasari pemikiran mereka, dan dapat mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan. Sehingga pada saat siswa menjadi seorang problem solver, siswa dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematik mereka. Dengan metode pembelajaran TAPPS, diharapkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul “ Penerapan Metode Pembelajaran

Think Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga kurang mendukung siswa untuk aktif.

2. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya memahami konsep materi matematika.

3. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.

(21)

9

1.3Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Penerapan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving pada pokok bahasan Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Negeri 24 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving Kelas VIII SMP Negeri 24 Medan

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan

(22)

10

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving .

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini memberikan suatu alternatif pengajaran untuk

(23)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada penelitian ini adalah

1. Penerapan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 24 Medan.

2. Peningkatan ini dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara klasikal sebesar 26,47% dari 61,76% pada siklus I menjadi 88,23% pada siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 21 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 71,57 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 84,23.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan

kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving sebagai salah satu alternatif. 2. Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat

(24)

81

3. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 24 Medan, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

4. Kepada mahasiswa selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang sama, hendaknya lebih memperhatikan proses dan alokasi waktu

pelaksanaan metode ini dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar penelitian selanjutnya semakin berhasil. Jika pada proses diskusi

(25)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Albercht, S., (1999), Theacing Matematics, Macc Millan, New York

Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Cockroft, W.H., (1983), Mathematics Counts, Report of the Commitee of inguiry Into the Teaching of Mathematics in Schools, Penerbit Her Majesty’s stationery Office, London

Collis, D.A., (1999), Aural Rehabilitation, Prentice-Hall, New Jersey

David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide, Pfeiffer, San Francisco.

Djamarah, S., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press, Malang.

Joni, R.T., (1998), Penelitian Tindakkan Kelas, Makalah dalam Penataran Calon Pelatih Proyek PGSM Ditjen, Pendidikan Tinggi

Lerner, Janet W., (1988), Learning Disabilities : Theories, Diagnosis and Teaching Strategies, Hpughton Mifflin, New Jersey

Liebeck, Pamel., (1984), How Children Learn Mathematics. Penguin Books, New York

(26)

83

Narlan, S., (2014), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

Nasution, S., 2009, Kurikulum dan Pengajaran, Penerbit Bina Aksara, Jakarta

Paling, D., (1982), Teaching Mathematics in Primary Schools, University Press, Oxford

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, New Jersey.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung..

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sugiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta

Sumarno, Markam., (1989), Pengendalian Kesulitan Belajar dan DMO, FKUI, Jakarta

Stice, (1987), Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia: http://wwwcsi.unian.it/educa/problemsolving/stice_ps.html..[20..Januari 2015]

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Supriati, (2012), Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode Think aloud Pair Problem Solving (TAPPS) di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan, UIN, Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Gambar

Gambar 4.1  Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Indikator Tes

Referensi

Dokumen terkait

Proses percampuran turbulen di perairan pesisir timur Kalimantan, antara delta Mahakam dan Teluk Balikpapan, dipelajari melalui inversi densitas pada profil data

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran

jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada.. malam hari dengan atau tanpa alat

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Pada akhirnya sebagai kesimpulan konsensus, dapat dirumuskan implikasi strategis dan aksi antisipatif yang harus diakomodasi dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir

Penelitian bertujuan melakukan pengoptimuman pelarut ekstraksi dan fase gerak KCKT dengan split-plot mixture-mixture design dan pengoptimuman panjang gelombang deteksi

yang muncul dan mempengaruhi penilaian klien terhadap hasil kerja KAP. Di pihak klien, tentu saja mereka menginginkan jasa yang terbaik yang.. mampu memberikan hasil bagi dana