• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PEMBUATAN MEDIA ANIMASI DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA CHANDRA KUSUMA TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PEMBUATAN MEDIA ANIMASI DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA CHANDRA KUSUMA TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS

PEMBUATAN MEDIA ANIMASI DAN KREATIVITAS TERHADAP

KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS ANEKDOT

SISWA KELAS X SMA CHANDRA KUSUMA

TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Master Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

SRI FERWITASARI

NIM 8136192028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

SRI FERWITASARI : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi dan Kreativitas terhadap Kemampuan Memahami Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Chandra Kusuma Tahun Pembelajaran 2015/2016. Tesis. Medan. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan memahami teks anekdot siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan media animasi dengan model pembelajaran kooperatif, perbedaan kemampuan memahami teks anekdot siswa dengan kreativitas tinggi dan kemampuan memahami teks anekdot siswa kreativitas rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kreativitas dalam memengaruhi kemampuan memahami teks anekdot siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Chandra Kusuma. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan memahami teks anekdot dan angket kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memahami teks anekdot menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan media animasi lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif dan kemampuan memahami teks anekdot pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah, serta ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan media animasi dengan tingkat kreativitas dalam memengaruhi kemampuan memahami teks anekdot siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

SRI FERWITASARI : The Effect of Inquiry Learning Model on the Bases of Media Making Animation and Creativity to the Ability of Grade X Students of Chandra Kusuma School in Understanding Anecdotes Text in Academic Year of 2015/2016. Graduate Program UNIMED, 2016.

This research focuses on analyzing the distinction made by students in understanding the anecdotes text between those who have been taught using Inquiry-Based Learning Model on the basis of media making animation and creativity and the ones who use cooperative learning, the distinction made between students who use high creativity and the ones who use low creativity and the interaction between learning model and the creativity in influencing students’ ability in understanding anecdotes text. This is a quasi-experiment research, and the population is the tenth-grade students of Chandra Kusuma School. The sampling is carried out by conducting cluster random sampling. The instrument used are the test of understanding the anecdotes text and creativity questionnaire. The data are analysed by using ANOVA two ways. The research displays that students who use Inquiry-Based Learning Model on the basis of media making animation and creativity are having a better understanding toward anecdotes text compare to those who use cooperative learning model. Furthermore, students’ ability to comprehend the anecdotes text are much higher for those who have high creativity and there is an interaction between the Inquiry-Based Learning Model on the basis of media making animation and the level of creativity in influencing students ability in understanding anecdotes text.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi dan Kreativitas Terhadap Kemampuan Memahami Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Chandra Kusuma Tahun Pembelajaran 2015/2016” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd. dan Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd., sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M. Pd. selaku ketua program pendidikan bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan saran dan masukan. Kemudian ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, Bapak Dr. Wisman Hadi, M. Hum., Bapak Dr. Syahnan Daulay, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

(8)

iv

eksekutif B1 dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda Khairuddin dan Ibunda Dahniar serta adinda Sahri Ullya, S.Pd., Aidi Fitri, S.Pd, Hadi Sopy dan Khairani Putri yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Suami tercinta Sabani, S.Pd. M.Si yang telah dengan sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai. Terima kasih pula untuk ketiga buah hati penulis Rizky Abdullah Basri, Mannawasalwa Alyiza Basri dan Qory Alifia Basri yang rela membagi waktu kebersamaan mereka karena menyelesaikan studi.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skor Ujian Kenaikan Kelas Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Chandra Kusuma

Deliserdang ... 5

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Inkuiri ... 26

Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 64

Tabel 2.3 Tabel Perbedaan Lelucon dan Anekdot ... 75

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 93

Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2x2 ... 94

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 103

Tabel 3.4 Model Pembelajaran ... 114

Tabel 3.5 Rangkuman Rumus Analisis Varians ... 116

Tabel 4.1 Data Tes Awal Kemampuan Memahami Teks Anekdot Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 120

Tabel 4.2 Data Tes Akhir Kemampuan Memahami Teks Anekdot Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 122

Tabel 4.3 Pembagian Tingkat Kreativitas ... 124

Tabel 4.4 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi ... 127

Tabel 4.5 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan Dengan Model Kooperatif ... 129

Tabel 4.6 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi ... 131

Tabel 4.7 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah ... 133

Tabel 4.8 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Animasi pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi ... 135

(10)

viii

Tabel 4.10 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa yang

Memiliki Kreativitas Tinggi ... 138

Tabel 4.11 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah ... 140

Tabel 4.12 Pengelompokkan Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot Berdasarkan Tingkat Kreativitas Tiap Kelas ... 142

Tabel 4.13 Pengelompokan Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot Berdasarkan Tingkat Kreativitas ... 144

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi dan Model Pembelajaran Kooperatif Serta Memiliki Kreativitas Tinggi dan Rendah ... 149

Tabel 4.15 Perhitungan Homogenitas Data Hasil Penelitian ... 151

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Homogenitas Variansi ... 152

Tabel 4.17 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot Siswa Berdasarkan Sel ANAVA ... 155

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Anava ... 156

Tabel 4.19 Perhitungan Uji t Hipotesis Satu ... 157

Tabel 4.20 Perhitungan Uji t Hipotesis Dua ... 158

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Dasar Pembelajaran Inquiri ... 21

Gambar 2.2 Model Pembelajaran Inquiri (Alberta Learning, 2004) .. 24

Gambar 2.3 Hasil Pembelajar Model Pembelajaran Inquiri Arends ... 25

Gambar 2.4 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Arends ... 61

Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ... 96

Gambar 4.1 Skor Pretes Sampel ... 121

Gambar 4.2 Skor Postes Sampel ... 123

Gambar 4.3 Skor Tes Kreativitas Sampel ... 125

Gambar 4.4 Skor Siswa Kelas IBMA ... 127

Gambar 4.5 Skor Siswa Kelas Kooperatif ... 129

Gambar 4.6 Skor Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi ... 131

Gambar 4.7 Skor Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah ... 133

Gambar 4.8 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi ... 135

Gambar 4.9 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah ... 137

Gambar 4.10 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi ... 139

Gambar 4.11 Skor Kemampuan Memahami Teks Anekdot yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah ... 141

Gambar 4.12 Normalitas Skor Pretes... 146

Gambar 4.13 Homogenitas Skor Pretes ... 147

Gambar 4.14 Uji Beda Pretes... 147

Gambar 4.15 Normalitas Skor Postes ... 148

Gambar 4.16 Homogenitas Skor Postes... 151

Gambar 4.17 Data Jumlah Siswa dan Tingkat Kreativitas ... 153

Gambar 4.18 Hasil Uji Anova Kedua Kelas ... 154

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 180

Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran Inkuiri ... 196

Lampiran 3 RPP Model Pembelajaran Konvensional ... 242

Lampiran 4 Instrumen Pilihan Ganda ... 289

Lampiran 5 Daftar Skor Siswa ... 297

Lampiran 6 Validitas Tes Pilihan Ganda ... 299

Lampiran 7 Reliabilitas Tes Pilihan Ganda ... 301

Lampiran 8 Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ... 302

Lampiran 9 Indeks Pengecoh ... 304

Lampiran 10 Distribusi Frekuensi ... 305

Lampiran 11 Perhitungan Statistik Dasar ... 315

Lampiran 12 Perhitungan Normalitas Data ... 327

Lampiran 13 Perhitungan Uji Homogenitas dengan Uji Barlet ... 336

Lampiran 14 Pengujian Hipotesis Satu ... 340

Lampiran 15 Pengujian Hipotesis Dua ... 342

Lampiran 16 Statistik Anava ... 344

Lampiran 17 Uji Lanjut dengan Uji Tukey ... 347

Lampiran 18 Daftar Distribusi F ... 349

Lampiran 19 Daftar Skor Kritis untuk Uji Liliefors ... 351

Lampiran 20 Daftar Distribusi Skor rtabel ... 352

Lampiran 21 Tabel Luas Wilayah Z ... 353

Lampiran 22 Surat Izin Penelitian dari Universitas Negeri Medan ... 354

Lampiran 23 Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 355

Lampiran 24 Surat KeteranganUPBK UNIMED ... 356

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sehingga membawa

dampak perubahan yang positif dalam dunia pendidikan. Tuntutan kebutuhan

akan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan pun semakin tinggi. Oleh sebab

itu sumber daya manusia harus ditingkatkan seiring perkembangan teknologi dan

informasi. Sani (2014:8) menyatakan bahwa pembelajar harus menguasai

informasi, media, dan teknologi, yakni: 1) melek informasi; 2) melek media; dan

melek TIK. Penguasaan ini akan membuat siswa siap menghadapi tantangan di

masa depan.

Sani (2014:9) juga menambahkan bahwa siswa saat ini harus terbiasa

mencari informasi sendiri, mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mampu

bekerja efektif dalam kelompok dan membangun jaringan, serta memiliki

kreativitas yang tinggi. Kompetensi tersebut harus dibentuk dalam diri siswa

ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah baik sebagai efek

pembelajaran maupun sebagai efek penggiring.

Sejalan dengan itu, Toto Rohimat (2014:147) menjelaskan bahwa proses

belajar mengajar di kelas juga bertujuan untuk mencapai perubahan-perubahan

tingkah laku intelektual, moral maupun sosial. Siswa berinteraksi dengan

lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses pembelajaran. Proses

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas ditentukan oleh beberapa komponen

(14)

2

pembelajaran, antara lain: tujuan pembelajaran, materi/bahan ajar, metode dan

media, evaluasi, peserta didik/siswa, pendidik/guru.

Adapun tujuan belajar mengajar tersebut diupayakan pencapaiannya

melalui kurikulum 2013. Pada dasarnya kurikulum 2013 merupakan

penyempurnaan dari KTSP. Widyastono (2014:119) menyatakan bahwa

kurikulum 2013 menekankan pada pengembangan kompetensi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik atau seimbang pada semua

mata pelajaran. Hal ini yang menyebabkan semua mata pelajaran memiliki

kompetensi inti yang sama.

Selanjutnya, kurikulum 2013 telah menyuratkan pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah berbasis teks. Melalui muatan berbasis teks, bahasa

Indonesia diharapkan dapat menjembatani penggunan bahasa dalam

komunitasnya. Selain itu, Bahasa Indonesia tidak dipandang sekadar mengajarkan

berbahasa tetapi sebagai alat mengaktualisasikan diri untuk menjawab fenomena

yang terjadi di tatanan masyarakat. Kemudian bahasa menjadi alat untuk

mengonsumsi pengetahuan bahasa dan akhirnya menuntut peserta didik untuk

memproduksi teks bahasa.

Lebih lanjut, Teks yang diajarkan dalam kurikulum 2013 antara lain

laporan hasil observasi, prosedur kompleks, negosiasi, ekplanasi, ulasan

film/drama, anekdot, eksposisi, cerpen dan cerita ulang. Kemunculan teks anekdot

masih terbilang baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Pemahaman terhadap teks anekdot pada dasarnya sangatlah penting.

(15)

3

dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan wawasan pengetahuan

mengenai kritik dan humor terhadap lingkungan sekitarnya, terutama layanan

publik. Tujuannya adalah agar siswa terampil berpikir kritis dan kreatif serta

mampu bertindak efektif menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata.

Kemampuan menyampaikan kritik yang terkesan lucu juga membantu siswa

ketika ia berhadapan dengan orang lain. Proses inilah yang diharapkan dapat

melatih siswa untuk terampil menyelesaikan permasalahan yang ditemukan di

masa depan.

Layanan publik sering mendapat kritik atau menjadi bahan lelucon yang

membuat gelak tawa. Kritik dan lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot.

Ditambahkan pula bahwa layanan publik memiliki cakupan yang sangat luas,

yakni: hukum, sosial, politik, budaya, pendidikan, lingkungan, administrasi, dan

transportasi. Layanan publik tentunya tidak terlepas dari permasalahan sosial yang

sering kita saksikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Permasalahan sosial yang ada di sekitar bisa kita lihat sehari-hari.

Contohnya: kemiskinan, pengangguran, dan kenalakan remaja. Siswa sebagai

pelajar sudah barang tentu dapat mengambil bagian untuk memberikan

sumbangan pemikiran mereka sesuai tingkat pemahaman mereka. Sebagai pelajar,

siswa dapat berkontribusi menyelesaikan masalah sosial dan memuatnya di media

massa.

Setiarini dan Artini (2013:3) menjelaskan bahwa masalah sosial adalah

suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang

(16)

4

diamati siswa secara sadar dan menumbuhkan pemikiran kritis untuk

menyampaikannnya. Ada banyak cara menyoroti masalah sosial. Salah satunya

dengan menggunakan teks anekdot.

Banyak pembaruan materi dalam Kurikulum 2013, khususnya dalam

pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan kurikulum ini menghendaki adanya

penggunaan model-model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan model ini pun tidak terlepas dari karakteristik siswa. Hal ini

menyebabkan banyaknya pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran

tersebut.

Dalam proses pembelajaran, pemilihan model pembelajaran yang sesuai

dengan materi merupakan salah satu hal yang sangat penting guna mencapai

tujuan pembelajaran. Namun hingga saat ini sebagian besar guru dalam proses

pembelajaran masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional

sehingga siswa pasif dan hasil belajar bahasa Indonesianya rendah. Hal ini bisa

diketahui dari nilai hasil ulangan semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa

kelas X SMA Chandra Kusuma Deliserdang . Sekolah ini masih tahun pertama

menggunakan Kurikulum 2013 yakni tahun pembelajaran 2014/2015. Dalam

pelaksanaan kurikulum tersebut, ternyata hasil belajar siswa pada materi teks

anekdot masih relatif rendah dibandingkan dengan teks yang lain, seperti pada

(17)

5

Tabel 1.1 Nilai Ujian Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Chandra Kusuma Deliserdang

Tahun

dengan baik sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Dari

data tersebut, terlihat bahwa penguasaan materi pada pembelajaran Bahasa

Indonesia tergolong rendah, artinya siswa masih belum memahami konsep materi

dengan baik. Khususnya teks anekdot, siswa masih kesulitan melihat kelucuan

dan sindiran yang terkandung dalam teks tersebut.

Hal senada juga dikemukakan oleh Rahmayanti dkk (2015) yang

menyimpulkan bahwa ada tiga kendala yang dialami oleh siswa saat pembelajaran

teks anekdot. Kendala tersebut adalah (1) siswa mengalami kesulitan untuk

menentukan cerita yang tergolong lucu. Hal ini disebabkan oleh kadar/tingkat

kelucuan yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda. Boleh jadi apa yang

menurut mereka lucu, tetapi menurut orang lain itu tidak lucu; (2) siswa merasa

kesulitan dalam menyusun dialog, terutama dialog-dialog yang menandai

unsur-unsur teks anekdot seperti abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Dengan

kata lain, siswa merasa kesulitan ketika menyusun dialog dengan mengaplikasikan

struktur teks anekdot. dan (3) siswa merasa kesulitan dalam menyatupadukan

(18)

6

menyusun cerita yang bersifat lucu, tetapi sebenarnya unsur lucu tersebut

dimaksudkan untuk menyindir seseorang.

Selain itu, siswa masih kurang memahami istilah atau kata yang

digunakan. Oleh karena banyaknya teks, siswa menjadi bingung dan akhirnya

mereka hanya menghafal materi. Kemungkinan siswa merasa enggan harus

memahami materi melalui kegiatan membaca yang begitu banyak dan karena

merasa tidak nyaman dengan penerapan kurikulum baru, yakni kurikulum 2013.

Selain siswa, sebenarnya guru juga masih belum begitu memahami

pelaksanaan Kurikulum 2013 itu sendiri. Hal ini menyebabkan proses melibatkan

siswa dalam pembelajaran masih kurang sehingga masih didominasi oleh guru.

Akibatnya sering terjadi kesalahan konsep karena materi tidak benar-benar

dipahami oleh siswa. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa itu pada umumnya

hanya disimpan sendiri tanpa dikomunikasikan dengan siswa lain atau guru

sehingga kesulitan itu tidak dapat segera diatasi. Hal ini menyebabkan rendahnya

hasil belajar yang diperoleh siswa.

Rendahnya hasil belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia tidak

terlepas dari peran guru. Salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan model

pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat

mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan pemakaian model

pembelajaran yang kurang tepat dapat mengakibatkan siswa merasa malas dan

bosan dalam mengikuti pelajaran, sehingga dapat mengakibatkan prestasi belajar

yang dihasilkan kurang baik. Pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung masih

(19)

7

karena itu, kemampuan serta kesiapan guru dalam pembelajaran memegang

peranan penting bagi keberhasilan proses pembelajaran pada siswa.

Dell’Olio dan Donk (2007:4) menyatakan “While teachers must also have

models for how to develop appropriate teaching and learning opportunities,

knowing what to teach and when are the essential first steps in the process.”

Seorang guru harus mengetahui model-model pembelajaran untuk

mengembangkan pengajarannya dan memberikan kesempatan belajar pada

siswanya. Guru juga harus mengetahui apa yang akan diajarkan dan langkah awal

dalam proses pembelajaran tersebut.

Selain model pembelajaran, media pengajaran juga memiliki peranan

penting. Media pengajaran yang diharapkan adalah media yang dapat memberikan

deskripsi penjelasan dari pelajaran abstrak menjadi bersifat konkrit. Pelajaran

yang dibuat visualisasinya ke dalam bentuk gambar animasi lebih bermakna,

menarik, lebih mudah diterima, dipahami, dan lebih dapat memotivasi . Menurut

Lee & Owens (2004: 127) penggunaan animasi dan efek khusus sangat bagus dan

efektif untuk menarik perhatian peserta didik dalam situasi pembelajaran baik

permulaan maupun akhir rangkaian pembelajaran. Kegitatan ini membutuhkan

bantuan teknologi yakni komputer dan internet.

Kemajuan pada teknologi tersebut sangat menguntungkan bagi guru.

Teknologi dapat dilibatkan menjadi masukan bagi siswa. Islam, dkk (2014:43)

menyatakan bahwa “We have chance to change our traditional reading and

memorization habits with interesting contents by effective reading use of

(20)

8

kemudahan bagi guru dalam menyiapkan media pembelajaran, khususnya media

animasi. Namun kenyatannya masih terbatasnya penggunaan media animasi

dalam proses pembelajaran, karena memerlukan keahlian khusus.

Media animasi yang merupakan bahan dari teknologi muldimedia dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pengajaran dan dijadikan

lingkungan belajar yang efektif. Islam, dkk (2014:44) menyatakan bahwa:

Multimedia Tecnology can help to create high quality learning environmens especially for student through, different medias like text, graphics, sound, animation etc. It is true that traditional education is slowly moving away from pen-and-paper correspondence course, allowing for a more interactive, integrated learning environment.

Jelaslah bahwa informasi yang disajikan menggunakan gambar dan

animasi lebih mudah dipahami oleh audiens dibandingkan informasi yang dibuat

dengan cara lain. Informasi yang diperoleh dengan membaca seringkali sulit

dimengerti, dan harus membaca berulang-ulang. Selain itu, untuk membaca suatu

informasi biasanya harus menyediakan waktu khusus yang sulit diperoleh karena

kesibukan.

Perkembangan media animasi semakin hari semakin berkembang. Bahkan,

saat ini di dunia internet banyak tersedia web yang menyediakan pembuatan gratis

media animasi. Salah satu media animasi yang gratis dan mudah diakses adalah

Powtoon”. “Powtoon” merupakan layanan online untuk membuat sebuah

paparan yang memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi tulisan

tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan time

(21)

9

Hal ini tentu saja membawa pembaruan dalam dunia pembelajaran. Media

animasi dapat disajikan sebagai media pembelajaran. Dalam hal ini peran guru

yang diandalkan agar media tersebut dapat dimaknai siswa. Tidak hanya guru

yang harus membuat media animasi. Lebih baik melibatkan siswa dalam proses

pembuatannya. Keterlibatan siswa diharapkan membawa perubahan pada hasil

belajarnya. Apalagi melihat aktivitas siswa saat ini, mereka cukup cerdas dalam

penggunaan teknologi internet dan dapat mengeluarkan kreativitas yang mereka

miliki.

Sehubungan dengan kreativitas siswa, Saparahayuningsih (2010:5)

menyatakan bahwa tidak banyak orang menyangkal bahwa kepribadian sampai

pada taraf tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan itu dapat berfungsi sebagai pendorong

dan pengembang kreativitas anak. Kreativitas dianggap sebagai sesuatu yang

harus dimiliki anak agar dapat menghadapi persoalan-persoalan kehidupan di

masa mendatang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sani (2014: 7) yang

menyatakan bahwa pada saat ini kompetensi untuk hidup layak bergantung pada

kreativitas dan kemampuan melakukan inovasi. Oleh sebab itu, kreativitas dapat

dikembangkan melalui pendidikan yang terintegrasi dalam proses belajar

mengajar. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari peran guru sebagi pendidik. Guru

dapat mencari alternatif dan berinovasi untuk menemukan cara baru agar tujuan

pembelajarannya tercapai. Salah satunya yakni dengan mengadopsi model

pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat tentu secara otomatis

(22)

10

Banyak model pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan untuk

memproduksi teks anekdot. Model pembelajaran konvensional ternyata tidak

banyak membantu. Model ini masih didominasi ceramah karena siswa belum

terbiasa. Bahkan, hasil tulisan siswa yang dipajang di majalah dinding ternyata

menjadi kegiatan yang kurang menarik. Hal ini tentu saja mengakibatkan

kreativitas siswa tidak berkembang dan secara langsung berdampak pada

pemahaman terhadap teks anekdot menjadi berkurang.

Adapun pengelolaan kelas menurut Yunita (2013: 94) selama ini belum

mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk berkembangnya

pengalaman belajar peserta didik yang dapat menjadi landasan untuk

berkembangnya kemampuan intelektual peserta didik.

Julientine (2009:2) menambahkan bahwa proses pembelajaran selama ini

masih memiliki kecendrungan terhadap pengekangan kebebasan peserta didik.

Pembelajaran masih banyak didominasi guru dan mengakibatkan siswa hanya

terpaku menuruti perintah gurunya, siswa tidak mendapat kebebasan untuk

mengekspresikan dirinya. Jika hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan

berdampak negatif terhadap pengembangan kreativitas peserta didik, padahal

kreativitas sangatlah penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Karena

kreativitas memang sangat dibutuhkan terutama berkaitan dengan pembangunan

Indonesia yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang

memiliki kreativitas tinggi.

Adapun model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang

(23)

11

kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot. Model ini cukup memadai

bagi siswa untuk menghasilkan cara berpikir kritis dan terampil untuk

memperoleh pengetahuan serta mengembangkan kreativitasnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Musawi dkk (2012:1) yang menyatakan:

Result indicate that the implementation of the web-based inquiry-learning model was successful and adequate to the inquiry-learning setting. This model of learning help most student to manage the tools and techniques used during the course; freedom on the construction of presentations allowed student to explore creatively the subject domain;

Musawi dkk menegaskan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat

membuat siswa lebih sukses dalam mengikuti pembelajarannya. Selain itu, model

ini cukup sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh guru. Kemudian model

inkuiri juga dapat menolong siswa untuk membangun persepsi mereka sehingga

menciptakan kreativitas dalam dirinya..

Selanjutnya, faktor lain yang menentukan keberhasilan dalam proses

belajar mengajar adalah siswa sebagai pelaku dalam kegiatan belajar perlu lebih

aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan di sekolah. Dengan demikian dalam

proses belajar mengajar, siswa dituntut mandiri artinya siswa perlu memiliki

kesadaran, kemauan, dan motivasi dari dalam diri siswa bukan semata-mata

tekanan guru maupun pihak lain.

Selanjutnya, kurangnya penguasaan siswa dalam menuangkan ide akan

mengakibatkan kurang berkembangnya pembelajaran bahasa Indonesia.

Kemudian timbul rasa gelisah dan mengakibatkan kurangnya ketertarikan siswa

dalam pelajaran bahasa Indonesia dan menjadi pelajaran yang membosankan.

(24)

12

pembelajaran bahasa Indonesia lebih menyenangkan. Penelitian ini diharapkan

dapat menjadi solusi dari masalah dan hambatan yang sering terjadi dalam

pengajaran bahasa Indonesia sehingga meningkatkan kemampuan memahami

siswa khususnya teks anekdot.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut:

1. Siswa mengalami kesulitan untuk menentukan cerita yang tergolong lucu.

2. Siswa merasa kesulitan dalam menyusun dialog, terutama dialog-dialog

yang menandai unsur-unsur teks anekdot seperti abstraksi, orientasi,

krisis, reaksi, dan koda.

3. Siswa merasa kesulitan dalam menyatupadukan unsur lucu bernuansa

sindiran.

4. Siswa yang belum memahami kata atau istilah yang digunakan.

5. Proses pembelajaran selama ini masih memiliki kecendrungan terhadap

pengekangan kebebasan peserta didik

6. Kreativitas siswa tidak berkembang jika siswa tidak berkembang jika

siswa tidak mendapat kebebasan untuk mengekspresikan dirinya.

7. Pembelajaran masih banyak didominasi guru dan mengakibatkan siswa

hanya terpaku menuruti perintah gurunya sehingga siswa tidak mendapat

kebebasan untuk mengekspresikan dirinya

(25)

13

C. Pembatasan Masalah

Ditinjau dari berbagai masalah yang muncul, maka masalah yang diteliti

berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan

media animasi dan kreativitas terhadap hasil belajar. Jika proses ini diteliti secara

menyeluruh maka ruang lingkupnya terlalu luas. Hasil belajar pada penelitian ini

dibatasi pada hasil belajar Bahasa Indonesia dalam ranah kognitif berdasarkan

Kurikulum 2013. Adapun batasan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Perbedaan kemampuan memahami siswa yang diajar dengan model

inkuiri berbasis pembuatan media animasi dan model kooperatif dalam

pembelajaran teks anekdot.

2. Perbedaan kemampuan memahami siswa antara kelompok siswa dengan

kreativitas tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas rendah.

3. Interaksi antara model pembelajaran Inkuiri berbasis pembuatan media

animasi dengan kreativitas untuk meningkatkan kemampuan memahami

siswa.

D. Rumusan Masalah

Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan memahami siswa yang diajar dengan

model inkuiri berbasis pembuatan media animasi dan model kooperatif

(26)

14

2. Apakah ada perbedaan kemampuan memahami antara kelompok siswa

dengan kreativitas tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas

rendah.

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inkuiri berbasis

pembuatan media animasi dengan kreativitas untuk meningkatkan

kemampuan memahami siswa.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan kemampuan memahami siswa yang diajar dengan model

inkuiri berbasis pembuatan media animasi dan model kooperatif dalam

pembelajaran teks anekdot.

2. Perbedaan kemampuan memahami siswa antara kelompok siswa dengan

kreativitas tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas rendah.

3. Interaksi antara model pembelajaran Inkuiri berbasis pembuatan media

animasi dengan kreativitas untuk meningkatkan kemampuan memahami

(27)

15

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan secara teoretis dan praktis oleh

pihak-pihak terkait. Secara rinci manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang

relevan bagi peneliti yang lain, baik yang merupakan penelitian lanjutan maupun

penelitian pengembangan yang sifatnya memperluas untuk dijadikan referensi

bagi penelitian yang lebih mendalam tentang Pengaruh Model Pembelajaran

Inkuiri Berbasis Pembuatan Media Animasi dan Kreativitas Terhadap

Kemampuan Memahami Materi Teks Anekdot pada Siswa Kelas X.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada semua pihak yang

terlibat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:

a. Bagi Peserta Didik

1) Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih variatif kepada

peserta didik sehingga belajar bahasa Indonesia menjadi lebih

menyenangkan.

2) Dapat melatih peserta didik dalam mengembangkan kreativitas belajar

bahasa Indonesia sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat,

(28)

16

b. Bagi Pendidik

1) Dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang baru untuk

meningkatkan hasil belajar dan kreativitas peserta didik.

2) Dapat menambah pengetahuan model pembelajaran yang lebih tepat

dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

c. Bagi Lembaga Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, di samping itu untuk

memberikan motivasi kepada pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia

maupun mata pelajaran lainnya untuk mengembangkan model

(29)

172

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang

dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan kemampuan memahami siswa yang diajar dengan model

inkuiri berbasis pembuatan media animasi dan model kooperatif dalam

pembelajaran teks anekdot.

2. Terdapat perbedaan kemampuan memahami antara kelompok siswa dengan

kreativitas tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas rendah.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas dalam memengaruhi

kemampuan memahami teks anekdot siswa. Siswa yang memiliki kreativitas

tinggi memberikan peningkatan pada kemampuan memahami teks anekdotnya

dengan penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis pembutan media animasi.

Sedangkan untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah peningkatannya tidak

sebesar siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Selanjutnya bagi siswa yang

memiliki kreativitas tinggi maupun kreativitas rendah memberikan sedikit

peningkatan pada kemampuan memahami teks anekdotnya dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif.

(30)

173

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa siswa

yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan media animasi

memiliki kemampuan memahami teks anekdot lebih tinggi dibandingkan jika

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif. Dengan demikian diharapkan agar

para guru di Sekolah Menengah Atas mempunyai pengalaman, pemahaman, dan

wawasan dalam memilih model-model pembelajaran. Penguasaan model-model

pembelajaran tersebut dapat menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia yang

menarik dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu, dibutuhkan pula sosialisasi

kepada guru-guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia tentang penerapan

model-model pembelajaran.

Model pembelajaran inkuiri berbasis pembuatan media animasi berangkat dari

asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk

menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di

sekelilingnya merupakan kodrat manusia. Hal ini terjadi sampai manusia menjadi

dewasa. Seiring kedewasan itu, keingintahuan manusia pun berkembang

terus-menerus. Pengetahuan tersebut bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh

keingintahuan itu. Dalam rangka itulah model pembelajaran inkuiri dikembangkan.

Perkembangan teknologi juga tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran saat ini.

(31)

174

dalam membuat media animasi oleh siswa diintegrasikan dalam model pembelajaran

inkuiri agar proses belajar lebih menarik.

Siswa yang memiliki kreativitas tinggi sangat sesuai dengan penggunaan model

pembelajaran berbasis pembuatan media animasi. Sedangkan siswa yang memiliki

kreativitas rendah belum begitu menunjukkan peningkatan. Adanya perbedaan tingkat

kreativitas siswa menuntut guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa. Hal ini tentunya tidaklah mudah. Guru diharapkan menguasai

beberapa model pembelajaran sehingga pengajaran lebih bervariasi dan tidak terfokus

hanya pada satu model pembelajaran saja. Sebab, tidak hanya satu model

pembelajaran yang cocok untuk semua karakter siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, sesuai dengan hasil

penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:

1. Untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa disarankan kepada pihak sekolah

untuk melakukan tes kreativitas dari lembaga resmi. Hasil tes kreativitas tersebut

akan membantu guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa.

2. Untuk guru disarankan jumlah siswa dalam model pembelajaran inkuiri berbasis

media pembuatan animasi hendaknya tidak lebih dari 25 orang untuk

(32)

175

3. Untuk guru disarankan menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis

Pembuatan Media bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi untuk

meningkatkan kemampuan memahami teks anekdot.

4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu mengatur waktu yang tepat

untuk melakukan pembuatan langsung animasi pembelajaran di web Powtoon

karena koneksi internet bisa saja tidak stabil dan membuat proses pembuatan

(33)

176

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Learning.2004. Focus on Inquiry: A Teacher’s Guided to Implementating

Inquiry-Based Learning, (online) (http://www.Irc.learning.gov.ab.ca). Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,

Progresif, dan Kontekstual. Surabaya: Prenadamedia Group. Arends, R.I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw Hill.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Bertolini, Chiara. 2013. The creativity report of Italian literature. Dalam Sern (Ed). Exploring European Literature on Creativity in Pre-School Education and Beyond (hlm.9-21). Online www.creativityinpreschool.eu

Davis, Brent dan Denis Sumara. 2006. Complexity and Education, Inquires into Learning, Teaching, and Research. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Davis, John M. dkk. 2012. Enabling Creativity in Learning Environments: Lessons From the CREANOVA Project. Dalam LEARNing Landscapes | Vol. 6, No. 1, Autumn 2012 (hlm. 179-200)

Fatimah, Nuraini. 2013. Teks Anekdot Sebagai Pengembangan Bahasa dan Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan.

Gomez, Jose. G. 2007. What Do We Know About Creativity? The Journal of Effective Teaching, Vol. 7, No. 1, 2007 31-43

Hakim, L. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Islam, Md. Baharul, dkk. 2014. Child Education Throught Animation: An Experimental Study. International Journal of Computer Graphics & Animation (IJCGA), Vol.4, No.4, Oktober 2014.

(34)

177

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 2003. Model of Teaching, Fifth Edition. New Delhi: Prentice Hall of India.

Juliantine, Tite. 2009. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)

Kemendikbud. 2013. Buku Siswa: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk Kelas X. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kuhlthau, Carol. C. 2007. Guided Inquiry Learning in The 21 Century. Amerika:

Libraries Unlimited.

Lee, W. W & Owens, D. L. (2004). Multimedia-based instruction design: computer-based-training, web-based training, distance broadcast training, performance-based solution. New York: Pfeiffer.

Miarso, Y. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pranada Media. Mujiono. 2009. “Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Portofolio dan Penggunaan Media Komputer Pada Pokok Bahasan Koloid Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa di SMAN Se-Kota Binjai, Tesis”. Medan: Unimed. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat:

Gaung Persada Press.

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Musawi, Al, dkk. 2012. A Case of Webbased Inquiry Learning Models Using Learning Objects. The Turkish Online Journal of Education Technology (TOJET), Vol.11 Issue 1, Januari 2012.

Rahmayanti, Dewi dkk. 2015. “Pembelajaran Teks Anekdot pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 di Kelas X. A Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja. Volume 3 No 1 Tahun 2015”. e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Reigeluth, Charles M. 1983. Instructional-Design Theories and Models, An Overview of their Current Status. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Salli, D dan Copur. 2008. Using Anecdotes in Language Class: English Teaching Forum. Number 1. Turkey.

(35)

178

Santos, Maria Teresa Pereira dos & Maria do Céu Lopes da Silva André. 2013.

Creativity and education in Portugal: the particular case of pre-school. Dalam Sern (Ed). Exploring European Literature on Creativity in Pre-School Education and Beyond (hlm. 43-55) Online www.creativityinpreschool.eu

Saparahayuningsih, Sri. 2010. Peningkatan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa. Volume 1, Nomor 1, September 2010. KREATIF: Jurnal Kependidikan Dasar.

Setiarini, Indah Wukir dan M. G. Santi Artini. 2013. Cakap Berbahasa Indonesia 1 Kelas X SMA. Bogor: Yudhistira.

Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sumayku, James. 2011. “Hubungan Kreativitas dan Sikap Siswa dalam Proses

Pembelajaran dengan Pencapaian Prestasi Belajar pada Jurusan Listrik di SMK Negeri 2 Bitung”. Volume 2, Nomor 2, hal 23-27, September. 2011. ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Sukiyasa, Kadek dan Sukoco. 2013. “Pengaruh Media Animasi terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif”. Volume 3, Nomor 1, hal.126-137, Februari 2013. Jurnal Pendidikan Vokasi.

Susilana dan Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Toto Ruhimat, dkk. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Tuckman, B. W. 1972. Conducting Educational Research. New York: Harcourt

Brace Javanovich.

Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah: dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

(36)

179

Yuliantini, Ni Pt. Ayu, dkk. 2014. “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2”. Volume 2 Nomor 1, hal.1-12. e-Journal Pend. Bhs dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

Yunita, Sri. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kepribadian terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pendidikan Kewarganegaraan

Gambar

Tabel Luas Wilayah Z .....................................................  353
Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Nilai Ujian Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Chandra Kusuma Deliserdang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dimyati Khudzaifah, Metode Penelitian Hukum.. Data primer adalah data utama yang diperoleh melalui data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat lingkar kampus mengenai manajemen yang baik dan profesional serta pembuatan proposal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan udara terkendali tidak mempengaruhi kadar air dan total padatan terlarut nenas hasil pengeringan udara terkendali yang

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal untuk mulai bernafas secara spontan dan regular segera setelah lahir, keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir

PENGUMPULAN DATA & INFORMASI PENDUKUNG AKREDITASI. SDN JATIBENING

banjir terhadap karakteristik campuran SMA Grading 0/11, sedangkan penelitian oleh Waryanto, (1995) meninjau Kinerja SMA Grading 0/11 dengan Filler Portland Cement dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) implementasi nilai kedisiplinan pendidikan karakter yang diterapkan di SMA Kristen Widya Wacana melalui aturan atau tata