• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016

Oleh :

Iin Sundari Hasibuan NIM 4112111019

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016

Iin Sundari Hasibuan (4112111009) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau Tahun Ajaran 2015/2016. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A kelas VIII-B sebanyak 61 orang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Data yang digunakan adalah tes PAM yang diambil dari 15 butir soal UN Sekolah Dasar dan tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian sebanyak 4 soal yang sebelumnya telah diujicobakan untuk melihat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda tes. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas tes menggunakan uji F.

Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil tes PAM kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang diberi pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah 64,37 dengan simpangan baku 9,47 dan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang diberi pembelajaran langsung adalah 45,38 simpangan baku 7,05. Untuk uji hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh t = 8,865dant = 2,001. Ternyata t > t , sehingga ditolak

dan diterima sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada

ALLAH SWT atas segala berkah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning(CTL) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A 2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara

lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Matematika.

6. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi penulis

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan,

dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA)

(5)

v

8. Bapak Dr. Togi, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Bapak Dr. Edy

Surya, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak Lasman, S.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan

penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Pagar Merbau

Kabupaten Deli Serdang.

11. Ibu Titir Hutajulu, S.Pd, sebagai guru bidang studi matematika di SMP

Negeri 1 Pagar Merbau dan peserta didik kelas VIII-A dan VIII-B atas

kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada suami tercinta H. Ahmad Sawil Nasution, S.Pd.I., kedua

orang tua tercinta Ayahanda Usman Gazali Hasibuan dan Ibunda Salbiah, dan

anakku tersayang M. Ridwan Nasution, untuk setiap tetes keringat dan air

mata, untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak

pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli

berapa kali mengecewakan, dan terima kasih untuk perjuangan dan

pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.

13. Terima kasih kepada kedua mertuaku tercinta Almarhum H. M. Ridwan

Nasution dan Hj. Asiah Rangkuty, abangku tersayang Bastian Hanafi

Hasibuan dan Ari Harison Hasibuan, dan adikku terkasih M. Syafi'i Hasibuan

untuk dukungan, perhatian juga sayang yang begitu besar, dan juga terima

kasih untuk pelajaran hidup yang begitu berharga.

14. Kepada keluarga besar saya, ibu, oom, uwak, bou, amangboru, bunde, pakcik,

udak, kakak, abang, adik, abang ipar, kakak ipar, dan adik ipar yang telah

memberikan do’a, semangat, serta dukungan.

15. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2011 yang sangat luar biasa, terima kasih

untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan, untuk

petualangan bersama yang telah kita lewati, untuk suka dan duka yang

(6)

vi

16. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, terkasih, tersayang, Hany Fitri

Damayanti, Chairina Aulia, Mita Sri Utami, Nisma Ariyati, dan Rukiah

Harahap yang dipertemukan untuk berjuang bersama-sama.

17. Kawan-kawan PPLT SMP Negeri 1 Pagar Merbau 2015 yang pernah menjadi

bagian cerita indah dalam hidup penulis.

18. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2011 yang pernah berbagi cerita

dan membekaskan kenangan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga

dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir

kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini

semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia

pendidikan.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis 10

2.1.1 Masalah Dalam Matematika 10

2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika 11

2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15

2.1.4 Model Pembelajaran 19

2.1.5 Model Pembelajaran Kontekstual 20

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual 20

2.1.5.2 Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual 22

(8)

viii

2.1.5.4 Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Kelas 29

2.1.5.5 Teori-teori Yang Relevan 30

2.1.5.6 Elemen dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 32

2.1.5.7 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual 34

2.1.5.8 Pembelajaran Kontekstual dan Pemecahan Masalah 35

2.1.6 Pembelajaran langsung 37

2.1.7 Materi Teorema Phytagoras 39

2.2 Penelitian yang Relevan 45

2.3 Kerangka Konseptual 48

2.4 Hipotesis Penelitian 49

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 50

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 50

3.2.1 Populasi 50

3.2.2 Sampel 50

3.3 Variabel Penelitian 50

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian 51

3.5 Prosedur Penelitian 52

3.6 Instrumen Penelitian 54

3.6.1 Tes Pemecahan Masalah Matematik 54

3.6.2 Validasi Tes 56

3.6.3 Reliabilitas Tes 57

3.6.4 Indeks Kesukaran 58

3.6.5 Daya Pembeda Soal 59

3.7 Teknik Analisis Data 60

3.7.1 Uji Normalitas 61

3.7.2 Uji Homogenitas 62

(9)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 65

4.1.1 Deskripsi Hasil Tes PAM Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol 65

4.1.2 Deskripsi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67

4.2 Analisis Data 68

4.2.1 Uji Normalitas Data 68

4.2.2 Uji Homogenitas Data 69

4.2.3 Uji Hipotesis 70

4.3 Kesulitan dan Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal 72

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 75

4.5 Keterbatasan Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbandingan Langkah-langkah Pemecahan Masalah 15

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya 17

Table 2.3 Sintaks/Tahapan Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL 33

Tabel 2.4 Perbedaan Pedagogik Antara Pembelajaran CTL Dengan

Pembelajaran Konvensional 39

Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Post-test) 52

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pemecahan Masalah Matematika 55

Tabel 3.3 Acuan Penskoran Tes Pemecahan Masalah 55

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Posttest 57

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Posttest 58

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Akhir (Posttest) 66

Tabel 4.1 Data Nilai Tes PAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65

Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 69

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 70

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Tes PAM 71

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir 48

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 54

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data PAM 66

Gambar 4.2 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data Postes 68

Gambar 4.3 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1 72

Gambar 4.4 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 73

Gambar 4.5 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 3 74

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Kelas Eksperimen) 85

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa 1 dan 2 93

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Kelas Eksperimen) 104

Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa 3 dan 4 112

Lampiran 5 Tes Pengetahuan Awal Matematika 121

Lampiran 6 Alternatif Tes Pengetahuan Awal Matematika 124

Lampiran 7 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 125

Lampiran 8 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (PMM) 126

Lampiran 9 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan PMM 128

Lampiran 10 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 132

Lampiran 11 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 133

Lampiran 12 Rangkuman Hasil Validasi Soal Posttest Oleh Validator 134

Lampiran 13 Perhitungan Validitas Posttest 135

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Posttest 138

Lampiran 15 Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Posttest 141

Lampiran 16 Perhitungan Daya Beda Soal Posttest 142

Lampiran 17 Data Tes Kemampuan Awal Matematik Siswa 144

Lampiran 18 Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 146

Lampiran 19 Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 148

Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data 150

Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data 162

Lampiran 22 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes PAM 164

Lampiran 23 Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 166

Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 168

Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 169

Lampiran 26 Daftar Nilal Persentil untuk Distribusi F 170

Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t 171

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti

wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap

lingkungan alam sekitarnya.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sugiono, 2008:42):

“Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. ”

Pendidikan memiliki peran dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

bermutu agar mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta dapat menggunakannya untuk kesejahteraan bangsa. Seperti yang

disampaikan oleh Trianto (2013: 1) bahwa:

“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.”

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

peningkatan kualitas pendidikan. Banyaknya permasalahan pendidikan yang

(14)

2

pendidikan yang belum dapat dicari pemecahannya. Salah satunya berkaitan erat

dengan pendidikan matematika.

Lerner (dalam Abdurrahman, 2012:201) mengemukakan bahwa

matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal

yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kuantitas. Hudojo (2005:37) menyatakan bahwa

matematika suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu

matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada

setiap anak didik sejak SD bahkan sejak TK. Hal ini dimaksudkan untuk

membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,

kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua orang

sejak usia dini. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.

Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012:204):

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Selanjutnya Cockroft (1982:1) berpendapat bahwa matematika perlu

(15)

3

logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan), dan (6)Give satisfaction to attempt to solve challenging problems (memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang).

Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya peranan matematika yaitu

sebagai alat untuk memecahkan masalah baik dalam kehidupan kerja atau dalam

kehidupan sehari-hari, sebagai ilmu pengetahuan, dan pembentukan pola pikir

serta sikap.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005, memaparkan standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi

(mathematical content) dan standar proses (mathematical processes). Standar

proses meliputi pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian

(reasoning and proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan

representasi (representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun

standar proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman

dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga

menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integral dalam pembelajaran

matematika, sehingga tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh

Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Dengan demikian, sudah sewajarnyalah pemecahan masalah ini harus

mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan

potensi intelektual siswa. Untuk mencari penyelesaian dari pemecahan masalah

matematika para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses

ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru.

Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam

(16)

4

biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah

matematika menurut Polya (1973:5), yaitu: 1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang

tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang

harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih

operasional (dapat dipecahkan), 2)Devising a plan(merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan

yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola

atau aturan, dan menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3)

Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (melihat kembali), memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, memeriksa sanggahannya,

mencari hasil itu dengan cara yang lain, melihat apakah hasilnya dapat dilihat

dengan sekilas dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk

soal-soal lainnya.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada

substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep

matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat

kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau

kemampuan berpikirnya. Trianto (2013:90) menyatakan bahwa sebagian besar

siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan

bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi

baru. Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Sanjaya (2013):

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, oleh karena itu anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam kesempatan lain, Arends (dalam Trianto, 2013:90) juga

mengemukakan bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar

(17)

5

juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan

bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Laporan The Third International Mathematics Science Study (TIMSS) tahun 1999 (dalam Syaiful, 2012:37) menunjukkan bahwa kemampuan siswa

kelas dua SMP (eighth grade) Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan

soal tentang fakta dan prosedur, akan tetapi sangat lemah dalam menyelesaikan

soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi/pembuktian, pemecahan

masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan generalisasi atau

konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.

Nurdalilah, dkk (2011) pada penelitiannya menyatakan bahwa banyak

siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami soal, merumuskan dari apa

yang diketahui dari soal, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses

perhitungan atau strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga

diungkapkan oleh Hoiriyah (2014) dalam penelitiannya, yaitu bahwa dari 40

orang siswa terdapat 70% siswa yang belum mampu menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan, 75% siswa belum mampu merencanakan penyelesaian

masalah, 80% siswa belum mampu melakukan perhitungan dengan benar, dan

90% siswa belum bisa memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.

Hasil wawancara peneliti pada tanggal 10 Agustus 2015 dengan guru

matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau, Ibu Titir Hutajulu, S.Pd,

menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah tersebut

bersifat monoton, guru menyampaikan materi di depan kelas, memberikan contoh

soal yang relevan, dan memberikan soal yang cenderung dapat diselesaikan

melalui prosedur yang sudah ada sebagai latihan. Beliau tidak menguasai banyak

model maupun metode pembelajaran yang ada sehingga selama ini siswa terbiasa

diajarkan dengan metode pembelajaran langsung. Beliau juga mengatakan

siswanya tidak begitu berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa

mudah lupa dan mengerti hanya ketika ia menjelaskan.

Berdasarkan paparan di atas yang menjadi salah satu masalah utama

(18)

6

dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur

yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa masih tergolong rendah.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu

memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Model pembelajaran yang

digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu

mempengaruhi pengetahuan mereka.

Salah satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL). Sagala (2009) mengatakan bahwa :

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Hal senada juga diungkapkan oleh University of Wasshington, 2001

(dalam Trianto, 2013) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang

memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan,

memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka

dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah-masalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi

apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dan

mengacu pada masalah-masalah dunia nyata berhubungan dengan peran dan

tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan

tenaga kerja. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu: (1)

kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya

(questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa

(19)

7

yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa

belajar menyelesaikan pemecahan masalah matematik adalah pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) , maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A 2015/2016”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari

dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan / diaplikasikan

pada situasi baru.

2. Rendahnya minat belajar matematika siswa.

3. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sehingga

menyebabkan siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematik.

5. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan

masalah.

6. Belum adanya penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengaktifkan siswa agar kemampuan pemecahan masalah matematik siswa meningkat.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu

adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam

penelitian ini dibatasi khususnya pada identifikasi masalah nomor 4 dan 6

sehingga peneliti meletakkan fokus penelitian ini pada pengaruh model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau

(20)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau

T.A 2015/2016?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pembelajaranContextual Teaching and Learning(CTL) dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan

penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga

pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin

(21)

9

1.7. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong siswa

mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pembelajaran

kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang

sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata.

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu: (1)

kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya

(questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment).

b. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,

yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,

menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.

c. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang

berpusat pada guru, dimana lebih menekankan guru sebagai pusat

informasi serta peserta didik sebagai penerima informasi. Trianto

(2013:43) mengungkapkan bahwa sintaks pembelajaran langsung terdiri

dari fase 1 yaitu, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; fase 2

yaitu, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan; fase 3 yaitu,

membimbing pelatihan; fase 4 yaitu, mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik; fase 5 yaitu, memberikan kesempatan untuk

(22)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan

model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung

dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik berturut-turut

adalah 64,37 dan 45,38, sehingga terdapat pengaruh model pembelajaran

Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di SMP Negeri 1 Pagar Merbau. Hal ini juga dibuktikan

dari hasil pengujian hipotesis dimanat > t yaitu8,865 > 2,001.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

diantaranya adalah bagi:

1. Guru

a. Penelitian ini membuktikan bahwa model Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sehingga dapat dijadikan model pembelajaran alternatif

yang dapat diterapkan dalam kelas.

b. Guru dapat memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah difasilitasi

oleh sekolah untuk menanamkan minat belajar siswa sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

c. Perlunya motivasi eksternal yang berasal dari guru sehingga para siswa

menyadari betapa pentingnya memahami konsep-konsep yang telah

diajarkan sebelumnya sebagai modal pembelajaran selanjutnya. Hal ini

diharapkan mampu mempermudah siswa dalam meningkatkan

(23)

81

2. Sekolah

Pihak sekolah hendaknya mampu memberikan dukungan dalam hal

memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar para guru dapat

menerapkan berbagai jenis model pembelajaran, khususnya model

Contextual Teaching And Learning (CTL) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

3. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan

Diharapkan untuk terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan kelemahan

dari setiap model pembelajaran, sebelum metode tersebut digunakan dalam

proses pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan mampu memberikan

hasil yang lebih maksimal.

4. Peneliti lain

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya terkhususnya mahasiswa

pendidikan matematika agar meneliti lebih dalam lagi tentang kemampuan

pemecahan masalah matematik siswa. Banyak model-model pembelajaran

lain yang mungkin dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Masih banyak hal-hal

menarik dalam pemecahan masalah matematik yang dapat dieksplore lebih

(24)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Alipta, M., (2015), Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Pinang T.A 2014/2015,Skripsi, FMIPA Unimed.

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Carson, J., (2007),A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching Knowledge, The Mathematics Educator, Vol. 17, No. 2, 7–14 [Online] http://www.files.eric.ed.gov./fulltext/EJ841561.pdf, 02 Maret 2015

Cockroft, W. H., (1982),Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.

Dahar, W., (1991),Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.

Hoiriyah, D., (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di MAN 1 Padangsidimpuan, Tesis, FMIPA UNIMED [Online] http://www.repository.unimed.ac.id, 09 Mei 2015

Hosnan. 2014.Pendekatan Saintik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

(25)

83

Lubis, T. Z., (2011), Penerpan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2011/2012,Skripsi, FMIPA Unimed.

Malau, E., (2014), Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi SPLDV di Kelas X SMA Negeri 1 Parbuluan T.A 2013/2014, Skripsi, FMIPA Unimed.

Mohammad, E., dkk., (2013), Matematika untuk Kelas VIII, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Muslich, M. (2007),KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S., (2008),Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8 Mathematics, Reston, VA, United States.

Nurdalilah, dkk, (2011), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan, Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 109-119 [Online] http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439-Jurnal%20109-119.pdf, 09 Mei 2015

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, Princeton.

Ritonga, M., (2015), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual di Kelas VII-2 SMP Negeri 1 Simpang Empat T.A 2014/2015, Skripsi, FMIPA Unimed.

Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar,Alfabeta, Bandung.

(26)

84

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005),Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Suprijono, A., (2012), Cooperatif Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Edumatika Volume 02 Nomor 01 [Online] http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20-%20Syaiful.pdf., 07 Mei 2015

Trianto, (2013), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

(27)

ii

RIWAYAT HIDUP

Iin Sundari Hasibuan dilahirkan di Medan, pada tanggal 21 Juni 1993.

Ayah tercinta bernama Usman Gazali Hasibuan dan ibu tercinta bernama Salbiah.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dan merupakan saudara

kandung dari Bastian Hanafi Hasibuan, Ari Harison Hasibuan dan M. Syafi'i

Hasibuan. Pada tahun 1999, penulis memulai pendidikan di SD Negeri 101778

dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan sekolah di Mts

Negeri 2 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan

sekolah di SMA PAB 1 Medan Estate dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun

2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Matematika, FMIPA Universitas Negeri Medan melalui jalur beasiswa Bidik

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam rangka melestarikan Budaya Indonesia, yankni pencak silat adalah dengan Demonstrasi dalam jangka waktu tertetu agar lebih dikenal

KARYA YEPPA INDAH INDAH PURWODADI, PANAM, PEKANBARU POS.. 85 RIO FAUZI

Hasil dari analisis karakteristik kimia kerupuk jamur tiram memiliki kadar protein 20,05%.Selanjutnya kelayakan usaha, meliputi kapasitas produksi, harga pokok produksi, harga

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pengujian yang dilakukan dapat digunakan untuk menyeleksi pustaka metagenomik dari DNA mikrob

Puji syukur Alhamdulillah bagi Allah SWT yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “UPAYA

Pendidikan adalah usaha sabar dan terancam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Sebagai alternatif, digunakan fuzzy use case points yang merupakan modifikasi dari use case points yaitu dengan menambahkan atau memodifikasi nilai pengali dari

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci