• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

ARWANA

SUPER RED

DI PD DIAN ARDYKA,

PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN MENGENAI SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

(4)

red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILA.

Sektor perikanan memberikan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, salah satu contohnnya adalah peningkatan volume ekspor ikan hias perikanan ikan hias dalam peningkatan pertumbuhan nilai produk domestik bruto Indonesia. Arwana super red adalah salah satu jenis ikan hias yang masuk ke dalam komoditi ekspor ikan hias Indonesia tersebut. Komoditi arwana super red mengalami fluktuasi produksi ditiap tahunnya, hal tersebut menunjukan bahwa terdapat risiko dalam usaha budi daya arwana super red. Risiko budi daya arwana super red tersebut juga dihadapi oleh kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka yang merupakan salah satu perusahaan ekspor arwana terbesar di Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi penanganan sumber risiko yang tepat dalam produksi benih arwana di PD Dian Ardyka, dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas sumber risiko, menganalisis dampak risiko, menganalisis status risiko, dan pembuatan peta risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi kendala pada umur benih yang muda, serangan penyakit, benih cacat, dan telur pecah pada benih. Alternatif strategi yang diusulkan dalam menangani sumber risko tersebut menggunakan pendekatan strategi preventif dan mitigasi.

Keyword : arwana, sumber risiko, strategi

ABSTRACT

MUZAKIR RAHIM. Risk Analysis of Fish Hatchery Production of Arwana Super red in PD Dian Andyka, Pontianak, West Kalimantan. Guided by Netti Tinaprila.

Fishery sector contributes an important contribution in economic condition of Indonesia, one of which is the increase of ornamental fish export volume in increasing the growth of gross domestic product in Indonesia. Arwana super red is one of ornamental fish that is put into the category of export comodity in Indonesia. Arwana super red comodity experiences fluctuation every year. This shows that there is a risk in the business of arwana super red. This risk is also faced by PD Dian Ardyka, one of the biggest arwana super red export companies in Pontianak. The aim of this research was to find the appropriate strategy to overcome the risk in seed production of arwana super red in PD Dian Ardyka by identifying the risk source and making the risk map. The result of this research indicated that the company faced problems when the age of seed was still young. Moreover, the company also faced problems like disease attact, deformed seed, and broken egg on the seed. The alternative strategy proposed in the risk source handling was by using the approach of preventive strategy and mitigation.

(5)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

ARWANA

SUPER RED

DI PD DIAN ARDYKA,

PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.

Nama : Muzakir Rahim NIM : H34114033

Disetujui oleh,

Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM. Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Januari 2014 ini adalah Analisis Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Netti Tinaprila, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ardyka Anggriawan B.B.E.ST dari PD Dian Ardyka selaku direktur dan pemilik perusahaan, yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, serta seluruh saudara dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pembenihan yang dihadapi PD Dian Ardyka. Analisis risiko produksi juga dilakukan dengan memberikan alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan perusahaan.

Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Bogor, Maret 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Ikan Arwana Super Red 8

Sumber – Sumber Risiko 9

Metode Analisis Risiko 10

Strategi Pengelolaan Risiko 11

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Konsep Risiko dan Ketidakpastian 13

Sumber – Sumber Risiko 13

Pengukuran Risiko 14

Pemetaan Risiko 15

Strategi Penanganan Risiko 16

Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODE PENELITIAN 21

Lokasi Dan Waktu Penelitian 21

Data dan Sumber Data 21

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Analisis Data 22

Analisis Kuantitatif 22

Analisis Manajemen Risiko 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

(11)

Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red 30

Pemeliharaan Induk 30

Pemanenan larva/benih 32

Pemeliharaan Benih 32

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super red 33 Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko 33

Analisis Probabilitas 38

Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko 40

Pemetaaan Risiko 42

Strategi Penanganan Risiko 44

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 50

DAFTAR TABEL

1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian,

peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun

2010-2012 1

2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di

Indonesia tahun 2007-2011 2

3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012 3 4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko 22

5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014 30

6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian

Ardyka 36

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005

(ekor) 4

2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d

2013 6

3 Peta Risiko 16

4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 17

5 Kerangka Pemikiran Operasional 20

6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 26

7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 27

8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka 43

9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka 45 10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka 46

LAMPIRAN

1 Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden 51 2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden 52 3 Contoh data historis perusahaan dan cara pencatatan data 53 4 Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d

2013 54

5 Perhitungan hatching rate pada kegiatan pemijahan induk di PD Dian

Ardyka periode produksi tahun 2013 s.d 2014 55

6 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko

umur larva muda di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 56 7 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko

serangan penyakit di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 57 8 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko

cacat/afkir di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 58 9 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko

telur pecah di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 59 10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD

Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 60

11 Perhitungan VaR dari sumber risiko serangan penyakit di PD Dian

Ardyka tahun 2012 s.d 2013 61

12 Perhitungan VaR dari sumber risiko cacat/afkir di PD Dian Ardyka

(13)
(14)

Latar Belakang

Sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Nilai kontribusi sektor perikanan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menempati urutan kedua setelah sektor tanaman bahan makanan diakhir tahun 2012. Nilai kontribusi yang diberikan sektor perikanan pada PDB Indonesia mencapai angka Rp255.33 triliun, dibandingkan dengan nilai PDB tanaman bahan makanan yang mencapai angka Rp574.33 triliun, sedangkan sektor lainnya menempati urutan setelah sektor perikanan dalam nilai PDB Indonesia. Sektor perkebunan menempati urutan ketiga dengan nilai PDB mencapai Rp159.75 triliun, diikuti sektor peternakan yang menempati urutan keempat dengan nilai PDB sebesar Rp146.09 triliun dan sektor kehutanan yang menempati urutan terakhir dengan nilai PDB mencapai Rp54.91 triliun. Semua penjelasan tersebut didasarkan pada data Tabel 1 PDB Indonesia dari tahun 2010 hingga akhir tahun 2012.

Tabel 1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun 2010-2012

Lapangan Usaha

Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Rata-rata perubahan (%/tahun) 2010 2011 2012

Tanaman Bahan Makanan

482 377.10 529 968.00 574 330.00 9.12 Tanaman

Perkebunan 136 048.50 153 709.30 159 753.90 8.45 Peternakan 119 371.70 129 297.70 146 089.70 10.65 Kehutanan 48 289.80 51 781.30 54 906.50 6.64 Perikanan 199 383.40 226 691.00 255 332.30 13.17 Total 985 470.50 1 091 447.30 1 190 412.40 9.91 Sumber : BPS (2013), diolah

(15)

Tabel 2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di Indonesia

Pertumbuhan nilai PDB Indonesia pada sektor perikanan didukung juga oleh pertumbuhan produksi pada sektor perikanan ikan hias di Indonesia. Volume ekspor ikan hias mencapai peningkatan hingga 11.56 persen pada tahun 2007-2012 (DKP, 2007-2012). Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor pendukung, seperti luasan areal perairan serta iklim di Indonesia. Luasan perairan Indonesia sebesar 3.257.483 km2, dari luas areal perairan tersebut terdapat beranekaragam jenis-jenis ikan hias asli Indonesia yang mencapai ratusan species akibat oleh iklim tropis di Indonesia. Sebagian besar species ikan hias asli Indonesia banyak diminati oleh para hobiis dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki keunikan warna dan bentuk tubuh yang indah. Beberapa jenis ikan hias asli Indonesia yang banyak diminati di pasaran nasional maupun internasional yaitu ikan arwana, ikan botia, ikan Pelangi (dari Sulawesi/Genus Telmatherina) dan dari Irian (Genus Melanotaenia). Jenis - jenis tersebut merupakan ikan asli Indonesia dan bersifat endemik (Kottelat, et al.,1993; Allen, 1995).

(16)

Tabel 3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012

Negara Nilai Ekspor (US$ Juta) Perubahan tahun 2010-2012 (%) diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah satu komoditi yang memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada penjelasan tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan para hobiis terhadap jenis ikan arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut, seperti sisik di sekujur tubuh bewarna merah dengan dasar kuning emas berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna sirip dayung dan ekor bewarna merah cerah. (Flona, 2008).

Ikan arwana super red adalah ikan endemik yang hidup pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. Di Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum1. Jenis ikan ini adalah jenis ikan yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam Appendix I CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya. Perjanjian ini didirikan tahun 1973 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975, oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red tidak boleh berasal dari penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran.

Pembudidayaan atau penangkaran ikan arwana super red sudah mulai marak dilakukan di berbagai daerah Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena teknologi penanganan produksi yang relatif mudah serta kelangsungan hidup yang tinggi hingga mencapai 90-100 persen (Emillia, 2002), serta memberikan keuntungan yang cukup tinggi pada pembudidaya ikan hias, karena satu anakan ikan arwana

1

http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html

(17)

super red dengan ukuran 7 cm dapat dihargai sekitar 3 juta rupiah di pasaran internasional.

Salah satu provinsi yang menjadi pusat atau sentra produksi dari kegiatan penangkaran ikan arwana super red tersebut adalah provinsi Kalimantan Barat. Diakhir tahun 2010, telah tecatat sebanyak 89 perusahaan penangkar yang diizinkan melakukan aktivitas perdagangan ikan arwana (Departemen Kehutanan, 2011). Jumlah angka perusahaan penangkar ikan tersebut masih lebih banyak dari jumlah perusahaan penangkar ikan di provinsi lainnya.

Kegiatan penangkaran ikan arwana super red terbagi atas tiga kegiatan produksi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Perusahaan penangkaran yang ada di Kalimantan Barat melakukan seluruh rangkaian ketiga proses produksi tersebut dalam satu areal perusahaan. Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan yang terdiri dari proses pemijahan alami ikan arwana, pemanenan telur, hingga proses pemeliharaan benih dengan ukuran 7-9 cm. Dilanjutkan dengan kegiatan pendederan yang memeliharan benih dari ukuran 9 cm sampai dengan 15 cm, dan terakhir melakukan kegiatan pembesaran atau kegiatan penyediaan induk yang dimulai pada saat ikan berumur kurang lebih 1.5 tahun hingga 15 tahun atau batas umur produktifnya (Rahim, 2011).

Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival rate (derajat kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7 cm memiliki kisaran survival rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki kisaran survival rate sebesar 35-85 persen, sedangkan kegiatan pembesaran memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95 persen (Apin , 2004; Machmud & Hartono 2008; PT Arwana Indonesia, 2009). Data fluktuasi survival rate pada tiap tingkatan ukuran menunjukan bahwa kegiatan pembenihan merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi akbiat terdapat banyaknya fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang terjadi dalam kegiatan pembesaran ikan arwana.

Hasil penjualan dari kegiatan pembenihan ikan arwana super red selalu mengalami perubahan jumlah penjualan ikan arwana tiap tahunnya. Berikut adalah gambar 1 dari data jumlah ekspor penjualan benih ikan hias arwana super red.

Gambar 1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor) Sumber : Departemen Kehutanan tahun 2009

(18)

Data di atas memperlihatkan terjadinya perubahan atau fluktuasi hasil penjualan benih yang dihasilkan pada kegiatan pembenihan arwana super red ditiap tahunnya. Pada tahun 2004 total penjualanan benih mencapai 76 919 ekor, angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 14 747 ekor dari tahun sebelumnya, yang mencapai penjualan sebanyak 91 666 ekor pada tahun 2003.

Berdasarkan data pasar ekspor sebelumnya, secara total pasar ikan hias mengalami pertumbuhan hingga akhir tahun 2011 (termasuk pasar ikan arwana super red), sehingga dapat disimpulkan fluktuasi penjualan benih arwana tidak disebabkan oleh adanya fluktuasi pasar, akan tetapi disebabkan karena adanya fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko produksi pada kegiatan pembenihan. Risiko produksi ditimbulkan oleh penanganan produksi yang menggunakan teknologi sederhana dalam kegiatannya. Hal ini dikarenakan belum ada teknologi atau penelitian yang melakukan uji coba kawin suntik dalam mempercepat proses perkawinan pada ikan arwana, sehingga hasil produksi bergantung pada kondisi kondisi air sungai atau habitat pembenihan ikan arwana tersebut. Pengontrolan kualitas air menjadi faktor penting dalam kegiatan usaha pembenihan ikan arwana, sehingga kualitas air yang baik menjadi faktor pendukung keberhasilan suatu kegiatan pembenihan ikan arwana, sebaliknya kualitas air yang buruk dapat menimbulkan kerugian dari usaha pembenihan ikan arwana.

Pembuangan limbah pabrik kelapa sawit dan industri tambang ke aliran sungai menyebabkan kualitas air sungai di Kalimantan Barat menurun dalam periode tahun terakhir. Hal tersebut menimbulkan terjadinya penurunan hasil produksi yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kegiatan pembenihan ikan arwana super red. Beberapa perusahaan mengalami kebangkrutan akibat kejadian tersebut, menurut data kementrian kehutanan di tahun 2011 terdapat jumlah 2 perusahaan penangkar yang mencabut hak ijin perdagangan ikan arwana akibat usaha yang dijalankan tidak berjalan dengan baik, sehingga jumlah perusahaan penangkar yang ada pada tahun 2009 berjumlah 87 perusahaan penangkar (Departemen Kehutanan, 2011).

Selain faktor kualitas air, faktor lainnya yang dapat menimbulkan fluktuasi produksi tersebut adalah pemberian pakan yang tidak memperhatikan nutrisi bagi induk dan benih, serangan hama dan penyakit, serta kualitas benih yang dihasilkan, karena benih yang berkualitas buruk/afkir tidak akan dijual kepada pasar ikan hias yang ada (Rahim, 2011).

Oleh sebab itu analisis risiko produksi pada kegiatan pembenihan perlu dikaji lebih dalam, agar risiko – risiko yang ada dikegiatan pembenihan tersebut dapat diidentifikasi dalam upaya meminimalisir risiko untuk mencapai keuntungan yang maksimum pada usaha kegiatan bisnis di pembenihan ikan arwana.

Rumusan Masalah

(19)

satu perusahaan tebesar dari 6 perusahaan eksportir ikan arwana di Kalimantan Barat, dan atas dasar inilah peneliti memilih perusahaan sebagai rujukan tempat penelitian dari kajian yang diteliti.

Perusahaan mengalami fluktuasi hasil produksi yang disebabkan oleh kematian benih pada kegiatan pembenihan di usaha penangkarannya. Tingkat kematian (mortalitas) benih di perusahaan juga mengalami fluktuasi akibat sumber risiko yang dihadapinya seperti umur larva yang muda, serangan penyakit, dan lainnya. Fluktuasi mortalitas benih didapat dari data produksi perusahaan selama 24 bulan di tahun 2012 dan 2013 (Lampiran 1), seperti yang tertera pada Gambar 2

Gambar 2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Fluktuasi mortalitas benih tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko produksi pada perusahaan, sehingga perusahaan menanggapi risiko tersebut dengan menciptakan teknologi yang baru untuk meminimalisir risiko produksi pada usahanya, salah satu contohnya yaitu teknologi water vortex, teknologi tersebut dapat digunakan sebagai simulator benih yang ada di dalam rahang induk jantan pada saat benih dierami (Rahim, 2011), namun teknologi water vortex belum juga mampu mengatasi permasalahan terhadap kerugian yang ditimbulkan dari risiko produksi yang ada.

Pada awal tahun 2013 perusahaan menghadapi permasalahan dalam menghadapi ketidaktentuan hasil produksi yang didapat akibat penurunan jumlah input berupa larva ikan arwana super red. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa kejadian merugikan, seperti panen larva yang selalu berumur muda serta serangan penyakit. Kejadian merugikan tersebut mendorong perusahaan untuk mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam menghadapi sumber risiko tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam mengenai strategi atau upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber risiko serta meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan.

Mortalitas Benih Arwana Super Red di PD Dian Ardyka Tahun 2012 - 2013

Mortalitas Benih (%) Tahun 2012

(20)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sumber risiko apa yang terjadi di kegiatan produksi pembenihan ikan arwana super red di PD. Dian Ardyka?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko tersebut ?

3. Bagaimana strategi atau upaya yang dilakukan PD Dian Ardyka dalam mengatasi risiko produksi ikan arwana di perusahaannya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan arwana super red yang dihadapi oleh PD Dian Ardyka.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber - sumber risiko yang dihadapi PD Dian Ardyka.

3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko pembenihan ikan arwana super red di PD Dian Ardyka.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.

2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.

3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

PD Dian Ardyka memiliki usaha di bidang usaha ikan arwana super red, golden arwana, banjar red, dan hijau arwana. Komoditas yang dikaji pada penelitian ini adalah ikan arwana super red. Penelitian ini mengkaji risiko produksi ikan arwana super red, khusus pada kegiatan produksi ikan yang hanya mencakup pada tahap pembenihan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai aktifitas kegiatan budi daya pembenihan ikan arwana super red sudah banyak dilakukan di Indonesia, penelitian tersebut menjelaskan karakteristik serta cara membudi dayakan ikan arwana super red, hal ini berbanding terbalik dengan penelitian tentang risiko produksi ikan arwana super red, sehingga penelitian risiko produksi pada ikan arwana super red jarang ditemukan.

Kesulitan dalam mencari penelitian-penelitian yang berkaitan tentang risiko produksi ikan arwana menyebabkan kurangnya literatur pendukung yang relevan dalam melancarkan kegiatan penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana ini. Penyebab sulitnya literatur didapat dikarenakan kebanyakan para civitas akademik masih jarang sekali yang mencoba menganalisis risiko produksi pada kegiatan budi daya arwana, khususnya arwana super red.

Peneliti hanya bisa merujuk pada penelitian-penelitian risiko produksi komoditas jenis ikan hias lainnya seperti Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat oleh Fransmudiyanto Silaban tahun 2011. Penelitian risiko produksi lainnya diambil dari komoditas non ikan hias, yakni komoditas ikan konsumsi, seperti Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV. Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor oleh Titisari Dewiaji tahun 2011; Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan Patin PT.Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Azizah Purwitasari tahun 2011; serta skripsi yang berjudul Manajemen Risiko Dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT.Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ditulis oleh Ana Lestari tahun 2009.

Ikan Arwana Super Red

(22)

Tawang, Sungai Puyam, Sungai Seriang), dan danau-danau di Kalimantan Barat (Danau Aji, Danau Saih, Danau Maid, Danau Siluk).

Ikan arwana adalah ikan yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999), khusus di Kalimantan Barat telah dikeluarkan pengumuman Gubernur mengenai perlindungan arwana. Masuk dalam Red Data Book IUCN tahun 1969 dan tanggal 1 Juli 1975 masuk daftar Appendix I CITES. Status appendix I CITES pada arwana, menyebabkan perdagangan arwana ke luar negeri harus memenuhi aturan serta standar international, sehingga aktivitas penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku.

Perdagangan ke luar negeri pada jenis ikan arwana dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar ikan arwana ke luar negeri, serta melakukan pembuatan berita acara dalam perdagangan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam-Departemen Kehutanan, disertai serfifikasi dokumen dari CITIES.

Kegiatan pembenihan pada umumnya, meliputi kegiatan pemeliharaan induk dan kegiatan pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan induk pada umumnya dilakukan dalam kolam kayu dengan dasar pasir, padat penebaran induk berkisar 12 m2/ekor dengan bobot tubuh 5 – 8 kg/ekor. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dengan feeding rate (FR) sebesar 0.4 persen dari biomassa. Pakan yang diberikan berjenis pakan alami berupa udang, sotong, jangkrik, kecoa, dll. Pemijahan induk dilakukan secara alami dengan sex ratio (1 ekor jantan : 1 ekor betina). Monitoring perkawinan induk perlu dilakukkan untuk mengamati tingkah laku ikan arwana yang melakukan perkawinan dimalam hari. Panen telur dilakukan setelah 7 hari dari didapatkannya induk ikan yang melakukan perkawinan hasil monitoring malam tersebut.

Satu dapat induk betina menghasilkan telur sebanyak 20-70 butir telur, dengan diameter telur sebesar 1.9 cm dan berat telur sebesar 1 gram, besarnya jumlah telur serta diam bergantung pada umur indukan, induk yang berumur lebih tua biasanya memiliki diam telur yang lebih besar dari induk muda dan jumlah telur yang lebih sedikit dibandingkan induk muda. Penetasan telur/hatching rate (HR) pada arwana pada umumnya sebesar 100 persen dan tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) dari larva ke benih sebesar 78 persen.

Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 7 – 10 cm, pemanenan dilakukan dengan cara memuasakan benih satu hari sebelum pengiriman, pengiriman dapat dilakukan pada wadah packing berupa kantong plastik, dengan memasukan chip serta sertifikat ke dalam box pengiriman (Rahim, 2011).

Sumber – Sumber Risiko

(23)

yang banyak ditemui dalam bidang perikanan adalah kondisi perubahan cuaca atau iklim yang tidak menentu, serangan penyakit dan hama, kualitas pasokan benih ikan yang kurang baik, serta kualitas sumber daya manusia atau tenaga kerja yang buruk (Silaban, 2011; Dewiaji, 2011; dan Lestari, 2009). Salah satu sumber acuan lainnya menjelaskan, bahwa sumber risiko yang ditemui dalam kegiatan usaha budi daya adalah risiko alam, risiko sumber daya manusia, risiko teknologi, dan risiko proses (Purwitasari, 2011).

Melihat rujukan penelitian terdahulu tersebut, peneliti berpendapat bahwa masih ada sumber risiko lainnya yang terdapat dalam kegiatan budi daya perikanan selain perubahan cuaca, kualitas air, serangan penyakit, kualitas SDM, dan kualitas benih, sumber risiko lainnya tersebut dapat berupa kualitas pakan serta kualitas indukan. Peneliti berpendapat bahwa pakan yang baik akan memberikan nutrisi yang sehat pada ikan, sehingga metabolisme dan produksi pada ikan dapat berjalan dengan baik, hal tersebut menciptakan bobot dan jumlah telur yang maksimal. Kualitas induk perlu dijadikan sumber risiko karena kualitas merupakan kunci dari keberhasilan dalam menciptakan kualitas benih ikan yang baik, sehingga kualitas induk menjadi risiko sendiri dalam kegiatan budi daya perikanan.

Semua sumber risiko tersebut dapat terjadi dalam kegiatan penelitian risiko produksi pembenihan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sumber risiko yang terjadi terdapat sumber risiko yang baru dan belum dijelaskan pada penjelasan sebelumnya. Penentuan prioritas sumber risiko yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang diadopsi dari manajemen strategi, analisis ini dilakukan untuk membandingan salah satu sumber risiko dengan sumber yang lainnya, hal ini dilakukan karena peneliti menyadari bahwa kemungkinan data historis yang didapat belum mampu menjelaskan semua peristiwa risiko/sumber risiko secara keseluruhan yang terjadi di perusahaan, sehingga dengan dilakukannya uji analisis perbandingan tersebut dapat mengatasi permasalahan kurang akuratnya data histosris yang didapat.

Metode Analisis Risiko

(24)

Sedangkan (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009) melakukan analisis risiko produksi dengan cara menilai probabilitas terhadap sumber-sumber risiko produksi yang ada di dalam objek penelitian yang ditelitinya, serta mengukur besarnya dampak yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko. Analisis tersebut dilakukan dengan cara metode pengukuran probababilitas dengan menggunakan metode Z-Score dan pengukuran besarnya dampak sumber risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Setelah dilakukannya analisis probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko, hasil dari analisis probabilitas dan dampak risiko dipakai untuk memetakan risiko sehingga didapat alternatif penanganan terhadap sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh kegiatan budi daya objek penelitian. Metode penelitian analisis probabilitas dan dampak risiko sangat tepat dilakukan pada penelitian-penelitian tersebut, karena penelitan-penelitian tersebut hanya mengkaji satu komoditas yang ada di salah satu perusahaan, sehingga mendalami pengetahuan tentang sumber-sumber risiko yang terjadi beserta dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut.

Berdasarkan dua pendekatan analisis risiko tersebut, peneliti mencoba menggunakan analisis probabilitas serta mengukur dampak risiko yang ditimbulkan pada usaha pembenihan ikan arwana yang merujuk pada penelitian terdahulu (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009), hal ini dikarenakan peneliti ingin mengkaji sumber risiko yang terjadi di kegiatan pembenihan ikan arwana tentunya dengan menambahkan uji coba analisis perbandingan pada sumber-sumber risiko yang terjadi.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko sangat perlu dilakukan agar dapat meminimalisir dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang menggunakan pemetaan risiko sebagai cara untuk mengetahui alternatif pilihan strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti. Pemetaan risiko dapat dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009), sedangkan acuan penelitian lainnya (Silaban, 2011) menjelaskan strategi pengelolaan risiko hanya didapat dari analisis deskriptif yakni melalui wawancara dan observasi lapangan, sehingga pada kegiatan penelitiannya tidak terdapat pemetaan risiko yang dapat merumuskan alternatif strategi dengan tepat bagi perusahaan yang ditelitinya. Berikut hasil dari perumusan alternatif strategi bagi perusahaan pada masing-masing kegiatan penelitian :

Menurut (Silaban, 2011) strategi yang dilakukan oleh PT. Taufan Fish Farm dalam meminimalisir risiko produksi pembenihan ikan hias di perusahaan tersebut dengan cara diversifikasi komoditas yang diproduksi. Fungsi diversifikasi dilakukan untuk menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan pembenihan satu jenis ikan hias dengan keuntungan komoditas ikan lainnya.

(25)

kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan benih tebar, peningkatan keamanan lokasi budi daya. Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan pembudi daya benih ikan lele dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan pengukuran sampel ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan.

Menurut (Purwitasari, 2011) alternatif penanganan risiko operasional yang terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I ditangani dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak risiko proses adalah dengan melakukan diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak dilakukan dengan baik. Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi. Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Strategi lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah monitor, prevent at source, low control dan detect and monitor.

Menurut (Lestari, 2009) kuadran yang dapat ditangani dengan strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III, yaitu dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan, dan pengepakan benur, serta pelatihan sumber daya manusia dengan melakukan kontrak pembelian yang dilakukan oleh pihak perusahaan bersama pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko dilakukan oleh PT.Suri Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran II melalui kegiatan pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan serta perlakuan induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei yang baik.

Dari penjelasan strategi pada masing-masing acuan penelitian, penulis mencoba untuk merumuskan penelitiannya yang merujuk pada pemetaan risiko terlebih dahulu (Dewiaji, 2009; Purwitasari, 2011; dan Lestari 2009) agar alternatif strategi yang didapat lebih akurat dan tepat, dikarenakan penetuan penanganan strategi menggunakan pemetaan risiko.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(26)

Konsep Risiko dan Ketidakpastian

Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang berbeda.

Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu.

Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997; Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu.

Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan pengukuran tersebut.

Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.

Sumber – Sumber Risiko

Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan, risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al, 1999).

(27)

Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang terjangkau.

Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

Sedangkan risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko produksi, sehingga sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan gagalnya panen seperti rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.

Pengukuran Risiko

(28)

sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut (Kountour, 2008).

Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return, return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Pemetaan Risiko

Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.

Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

(29)

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas tinggi dan tingkat dampak tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Strategi Penanganan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yakni dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi.

Diversifikasi adalah suatu cara pengurangan risiko dengan cara menyebar investasi ke beberapa jenis usaha yang dapat meminimalkan risiko kehilangan semua aset perusahaan bila suatu investasi pada salah satu jenis usaha memburuk, dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi tersebut perusahaan

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Dampak (Rp) Probabilitas (Rp)

Tinggi Rendah

Tinggi

Garis normal

Rendah Garis normal

(30)

Gambar 4Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur 2006

penting untuk mempertimbangkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut terhadap tingkat risiko yang akan dihadapai oleh perusahaan, serta pemilihan jenis investasi tersebut harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan (Barron, 1993). Sedangkan kelebihan dari diversifikasi sendiri adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya, serta keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi rumit (Hardwood et al, 1999).

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi Gambar 4

Keterangan : garis proses

garis hasil (ouput)

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan. Dalam manajemen risiko, pengambil keputusan perlu mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko tersebut kemudian diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penanganan risiko yaitu :

EVALUASI

IDENTIFIKASI RISIKO

PENGUKURAN RISIKO

PENANGANAN RISIKO

Daftar Risiko

Expected Return

Usulan (Strategi pengelolaan Risiko)

(31)

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko

b. Penggabungan

Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut.

(32)

Kerangka Pemikiran Operasional

PD. Dian Ardyka memiliki lahan seluas 8 Ha untuk memproduksi berbagai jenis ikan arwana diantaranya ikan arwana super red dan golden arwana yang dibudi dayakan di dalam media kolam dan akuarium, dengan komoditas utamanya yakni ikan arwana super red. Dalam menjalankan kegiatan pembenihan ikan arwana super red, PD Dian Ardyka menghadapi kendala yakni adanya fluktuasi/perubahan hasil produksi yang menurun akibat dari perubahan kualitas air secara mendadak, yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca tidak menentu serta buangan limbah pabrik dari kegiatan perkebunan kelapa sawit. Fluktuasi jumlah benih di perusahaan juga disebabkan karena terdapat serangan penyakit serta panen larva yang berumur muda. Perusahaan kesulitan dalam menangani perubahan hasil produksi yang tidak menentu tersebut, sehingga diperlukan solusi atau penanganan yang tepat terhadap beberapa kejadian yang merugikan tersebut dengan menetapkan beberapa alternatif strategi yang harus dijalankan perusahaan.

(33)

Kegiatan Pembenihan Ikan Arwana Super red di

PD.Dian Ardyka

Penurunan Kualitas air Serangan penyakit Kualitas pakan buruk

Kondisi cuaca yang tidak stabil Sumber daya manusia yang kurang Cacat/afkir Umur larva muda Kualitas induk buruk

Telur pecah

Pemetaan Risiko

Strategi Penanganan Risiko

Sumber – Sumber Risiko Analisis perbandingan

berpasangan sumber-sumber risiko (pairwise comparison)

Risiko Produksi

Analisis Probabilitas

(Z-score) Fluktuasi Hasil

Produksi

Analisis Dampak Risiko (Metode Value at risk/VaR)

Alur hubungan antar variabel

Alur penggunaan alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan Keterangan

Peluang Harga

(34)

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PD Dian Ardyka yang berlokasi di jalan Transkalimantan gang kemuning, Kecamatan Sui Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi didasarkan atas posisi perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan ekspor benih ikan arwana super red terbesar di Kaliamantan Barat. Selain posisi perusahaan, pemilihan lokasi di PD Dian Ardyka dilakukan untuk melanjutkan kegiatan penelitian terdahulu, karena sebelumnya peneliti melakukan tugas akhir untuk menyelesaikan studi diploma di perusahaan tersebut. Pengumpulan data dari perusahaan PD Dian Ardyka dilakukan dari bulan Desember tahun 2013 sampai Januari 2014.

Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan pengamatan langsung serta wawancara dengan pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen risiko yang diterapkan perusahaan, kegiatan pembenihan ikan arwana super red itu sendiri (yang mencakup luas lahan, jumlah produksi, beserta data lainnya). Salah satu data sekunder yang digunakan atau diambil pada kegiatan penelitian ini adalah data historis produksi yang berjalan di perusahaan tersebut dari tahun awal tahun 2012 hingga akhir tahun 2013, sedangkan data sekunder lainnya dapat diperoleh dari buku, artikel, jurnal, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung kegiatan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan bawahannya seperti teknisi dan sekretaris perusahaan (dalam kelengkapan data). Teknik observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha pembenihan ikan arwana super red yang dilakukan oleh perusahaan PD Dian Ardyka meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan risiko. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengindentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam usaha pembenihan ikan hias serta strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan.

(35)

Metode Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian serta data pendukung lainnya akan diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi terhadap hasil produksi perusahaan yang berfluktuatif (dilihat dari hasil panen) yang dihadapi oleh PD Dian Ardyka. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keadaan atau gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan secara pendekatan deskriptif.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis Pengukuran risiko, probabilitas risiko, dan dampak risiko pada kegiatan pembenihan ikan arwana super red di perusahaan.

1. Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-Sumber Risiko

Analisis perbandingan berpasangan dilakukan untuk mengukur tingkat prioritas yang terjadi antar sumber risiko. Hal ini dilakukan apabila data historis yang didapat belum mencakup semua atau menginterpretasikan semua sumber risiko yang terjadi di perusahaan. Analisis perbandingan dilakukan dengan melakukan pembobotan atau penilaian skor pada tiap-tiap sel yang membandingkan risiko yang satu dengan risiko yang lainnya, uji ini dapat dilakukan seperti tabel dibawah :

Tabel 4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko Sumber

Risiko A B ... n Total Skor

Total Bobot

A 1 Xij Xij/X

B 1 Xij Xij/X

... 1 ... ...

n 1 n n

Total Xt 1

Tabel di atas memperlihatkan perbandingan antara kolom-kolom sumber risiko yang dilakukan dengan mengisi skor salah satu kolom sumber risiko dengan sumber risiko yang lainnya, namun tidak dapat dilakukan penilaian skor dalam perbandingan kolom sumber risiko yang sama, karena memiliki pengaruh yang sama (hal ini dapat dilihat pada kolom tabel yang di bold warna abu-abu). Papan kolom skor disi berdasarkan wawancara beberapa pihak-pihak yang berkepentingan di perusahaan, seperti : direktur, teknisi hatchery, dan agen perantara penjualan.

Nilai skor dibuat range sebanyak 10 angka, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1 = Peluang terjadinya kedua sumber risiko sama besar.

2 = Peluang sumber risiko sedikit lebih besar (1-25 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan

(36)

4 = Peluang sumber risiko sangat besar (51-75 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan

5 = Peluang sumber risiko mutlak besarnya (76- 100 persen lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan

½ = Peluang sumber risiko sedikit lebih kecil (1-25 persen lebih kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan

1

/3 = Peluang sumber risiko lebih kecil (26-50 persen lebih kecil) dari

sumber risiko yang dibandingkan

¼ = Peluang sumber risiko sangat kecil (51-75 persen lebih kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan

1

/5 = Peluang sumber risiko mutlak kecilnya (76-100 persen lebih

kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan

Penilaian skor yang dilakukan tiap responden dibantu oleh peneliti dengan memberikan asumsi contoh kasus kematian pada benih ikan arwana sebanyak 100 ekor yang disebabkan oleh dua sumber risiko yang dibandingkan. Responden diberi pilihan untuk memilh sumber risiko berdasarkan kriteria penilaian skor.

Berikutnya nilai skor yang telah diisi tiap responden kemudian ditotalkan dan diambil bagi dengan jumlah responden (lihat Lampiran 2), sehingga didapat matriks sumber risiko berpasangan total (dapat dilihat pada tabel 6 bab pembahasan). Nilai kolom matriks berpasangan total dijumlahkan secara horizontal sehingga didapat nilai Xij dari tiap baris sumber risiko dan didapat jumlah total skor dari semua baris tabel pada nilai Xt. Selanjutnya penilaian bobot dilakukan untuk melihat persentase dari tiap-tiap sumber risiko yang didapat dari masing-masing barisnya dengan rumus membagikan nilai skor pada tiap baris (Xij) dengan total skor secara keseluruhan (Xt) sehingga didapat nilai (Xij/Xt). Jika ditotal secara keseluruhan nilai (Xij/Xt) maka total nilai pembobotan akan bernilai 1, yang menunjukan peluang dari terjadinya suatu kejadian dari sumber-sumber risiko yang telah dimasukkan dalam tabel. Hasil penilaian skor pada tabel di atas adalah penentuan sumber risiko yang dihitung peluang serta dampak kerugian untuk mendapatkan strategi alternatif penanganan risiko lebih lanjut, penentuan sumber risiko tersebut didapat dengan cara mengambil sumber risiko yang memiliki nilai peluang bobot skor melebihi rata- rata total nilai bobot/nilai hasil pembagian 100 persen dengan jumlah sumber risiko yang terjadi (Xij/X > n), hal ini dilakukan untuk menilai keakuratan pemilihan sumber risiko yang akan diteliti, serta keterbatasan dana perusahaan dalam mengatasi sumber risiko yang terjadi.

2. Analisis Probabilitas Risiko

(37)

a. Menghitung rata-rata mortalitas

Rumus yang digunakan untuk mengitung rata-rata adalah :

Dimana :

X = Rata-rata mortalitas benih ikan arwana super red

xi = Data mortalitas benih ikan arwana super red per bulan selama tahun 2012 hingga 2013

n = Jumlah data mortalitas benih arwana selama tahun 2012 hingga 2013

Perhitungan mortalitas benih ikan arwana di PD Dian Ardyka digunakan dalam penelitian ini dikarenakan jumlah input larva yang masuk dalam kegiatan produksi perusahaan berbeda tiap bulannya (lihat Lampiran 3). Perhitungan mortalitas benih tiap bulan dilakukan dengan cara menggabungkan data kematian benih yang terjadi oleh input-input larva yang masuk dalam kurun satu bulan sekali, perhitungan tersebut dilakukan karena input-input larva perusahaan masuk ke dalam kegiatan produksi tidak beraturan, sehingga perlu dibatasi perhitungan mortalitas sesuai siklus produksi perusahaan yakni satu bulan siklus produksi.

b. Menghitung nilai standar deviasi

Rumus yang digunakan untuk nilai standar deviasi adalah :

Dimana :

s = Standar deviasi dari rata-rata mortalitas

xi = Jumlah mortalitas benih per bulan dari kejadian berisiko x = Rata-rata mortalitas benih dari kejadian berisiko

n = Jumlah data

Standar deviasi didapat dari hasil perhitungan rata-rata mortalitas benih yang terjadi tiap bulan di perusahaan yang diakibatkan dari sumber risiko tertentu. Hasil perhitungan standar deviasi digunakan kembali dalam perhitungan z-score.

c. Menghitung nilai standar (z-score) risiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :

Dimana :

z = Nilai Z-score dari kejadian berisiko

(38)

x = Rata-rata mortalitas benih ditiap sumber risiko s = Standar deviasi tiap sumber risiko

Perhitungan z-score didapat setelah mendapatkan hasil perhitungan rata-rata mortalitas benih sumber risiko tertentu dengan standar deviasi sumber risiko tertentu. Perhitungan z-score dibantu dengan penentuan batas normal mortalitas benih untuk sumber risiko tertentu yang ditentukan oleh perusahaan. Penentuan batas normal mortalitas akan tertera dalam hasil perhitungan di Lampiran.

d. Menghitung probababilitas terjadinya risiko

Setelah nilai Z-score didapat dari hasil perhitungan di atas, maka akan dilanjutkan pada pencarian probabilitas terjadinya risiko produksi dengan menggunakan tabel distribusi Z (Normal) sehingga dapat diketahui tingkat persentase kemungkinan terjadinya kejadian atau keadaan pada produksi yang mendatangkan kerugian.

3. Pengukuran Dampak Risiko

Pengukuran dampak risiko pada kegiatan penelitian ini menggunakan metode pengukuran VaR (Value at risk) yang menunjukan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi error sebesar 5 persen, tentunya pengukuran dengan metode tersebut didukung dengan data historis yang ada pada perusahaan PD Dian Ardyka. VaR dihitung dengan rumus berikut :

Dimana :

VaR = Value at risk dari risiko produksi di PD Dian Ardyka selama tahun 2012 hingga tahun 2013

x = Rata-rata kerugian pada sumber risiko tertentu

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi

n = Banyaknya data

(39)

Analisis Manajemen Risiko

Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif, hal tersebut dilakukan untuk melihat kefektifan manajemen risiko dalam meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan arwana super red di PD Dian Ardyka.

Sebelum penanganan risiko dilakukan, perlu adanya pengidentifikasian status risiko untuk menentukan proritas dalam penanganan risiko. Status risiko didapat dari hasil pengkalian probabilitas sumber risiko dengan dampak. Status risiko tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan peta risiko, yang akan berguna dalam pemilihan alternatif strategi dari penanganan risiko dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7

Setelah risiko dipetakan hal selanjutnya adalah penanganan atau manajemen risiko pada kegiatan usaha. Umumnya strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usaha ada dua, yakni : strategi penghindaran risiko (preventif) atau strategi mitigasi (meminimalkan terjadinya risiko).

a. Strategi Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang tinggi. Penentuan tinggi atau rendahnya probabilitas didasarkan atas batas normal atau garis tengah yang membatasi, batas normal probabilitas risiko yang ditolerir perusahaan tersebut ditentukan oleh direktur perusahaan. Penanganan risiko pada strategi preventif akan menggeser risiko yang berada pada kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko pada kuadran II ke kuadran IV. Penanganan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 6 :

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Dampak (Rp) Probabilitas (%)

Tinggi Rendah

Tinggi

Rendah

(40)

b. Strategi Mitigasi

Strategi mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko yang ditimbulkan pada suatu kejadian, dengan berusaha mengubah risiko yang berdampak tinggi menjadi berdampak kecil. Penentuan tinggi atau rendahnya dampak kerugian didasarkan atas batas normal atau garis tengah yang membatasi, batas normal dampak risiko yang ditolerir perusahaan ditentukan oleh direktur perusahaan. Strategi ini menggeser risiko yang berada pada kuadran II ke kuadran I dan menggeser kuadran IV ke kuadran III. Berikut gambar strategi mitigasi risiko :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan PD Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkaran ikan arwana super red yang cukup besar serta terkenal di pasaran ekpor yang berada daerah Kalimantan Barat. Perusahaan mulai berdiri dari tahun 1999 oleh bapak Hermanto Halim dengan luas areal peusahaan sebesar 5000 m2. Lahan tersebut merupakan lahan yang berbentuk rawa sehingga di awal berdirinya, perusahaan belum bisa melakukan aktivitas produksinya selama kurun waktu 3 tahun atau lebih tepatnya hingga tahun 2002, karena perusahaan melakukan konstruksi lahan untuk dijadikan lahan yang siap pakai.

Di awal kegiatan produksi, perusahaan hanya melakukan kegiatan budi daya ikan banjar red arwana, arwana hijau, serta golden arwana. Perusahaan belum bisa melakukan kegiatan produksi ikan arwana super red dikarenakan kurangnya dana investasi dalam melakukan aktivitas budi daya ikan arwana super red. Seiring berjalan kegiatan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan mendapatkan peningkatan penerimaan yang cukup besar. Peningkatan penerimaan yang diterima perusahaan, menyebabkan adanya perluasan lahan serta

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Dampak (Rp) Probabilitas (%)

Tinggi Rendah

Tinggi

Rendah

Gambar

Tabel 1  Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian, peternakan,
Tabel 3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012
Gambar 1   Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor)
Gambar 2
+7

Referensi

Dokumen terkait