• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Pada Cv Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Pada Cv Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG

KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANDRI HOTIB MUWAHID

H34114044

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ANDRI HOTIB MUWAHID. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Puith pada CV Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Jamur tiram merupakan salah satu jenis sayuran yang mulai diminati oleh masyarakat Indonesia. Jamur tiram putih sering dijadikan alternatif untuk menggantikan daging karena kandungan lemaknya lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. CV Jaya makmur adalah salah satu perusahaan di Kabupaten bogor yang melakukan usaha budidaya jamur tiram putih. CV Jaya Makmur mengalami fluktuasi produktivitas dalam setiap periode tanamnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jaya Makmur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak risiko serta, menganalisis alternatif strategi penanganan risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram pada CV Jaya Makmur. Pengukuran risiko pada penelitian dilakukan menggunakan alat ukur berupa standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR). Sumber risiko yang teridentifikasi terdiri dari kegagalan proses sterilisasi, penyakit, hama, dan suhu. Probabilitas untuk setiap sumber risiko yaitu, 42.9% untuk kegagalan sterilisasi, 39% untuk penyakit, 39.7% untuk hama, dan 30.2% untuk suhu. Hasil analisis dampak risiko adalah sebesar Rp 139 460 820 untuk kegagalan sterilisasi, Rp 72 053 666 untuk penyakit, Rp 16 472 735 untuk hama, dan Rp 18 594 727 untuk suhu. Strategi penanganan secara preventif dapat dilakukan untuk seluruh sumber risiko, sedangkan strategi penanganan secara mitigasi hanya perlu dilakukan pada sumber risiko produksi kegagalan sterilisasi dan penyakit.

Kata kunci : fluktuasi produktifitas, jamur tiram putih, risiko produksi,

ABSTRACT

ANDRI HOTIB MUWAHID. Production Risk Analysis of White Oyster Mushroom in CV Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Supervised by TINTIN SARIANTI.

Oyster mushroom is one type of vegatables that began enthused by the people of Indonesia. White oyster mushroom is often used as an alternative to replace that meat because the fat content is lower so that more healthy to eat. CV Jaya makmur is one the companies in Bogor that runs the white oyster mushroom cultivation business. CV Jaya Makmur productivity is fluctuating in each cropping period. The purpose of this study is to identify the sources of ptoduction risk, analyzing the probability and impact of risk, and also risk management strategies to analyze alternatives to the cultivation of oyster mushroom on CV Jaya Makmur. Measurement of risk in studies conducted using measuring instrument such as standard deviation, z-score, and Value at Risk (VaR). The sources of the risk identified consists of the failure of the sterilization process, disease, pests, and temperature. Probability for each source of risk is as follows, 42.9% for sterilization failure, 39% for the disease, 39.7% for pests, and 30.2% for temperature. The analysis of the impact of the risk is Rp 139 460 820 for sterilization failure, Rp 72 053 666 for the disease, Rp 16 472 735 for pests, and Rp 18 594 727 for temperature. Preventive treatment strategies can be performed for all sources of risk, whereas handling mitigation strategies is only need to be done at the source of production of failure of sterilization and disease.

(6)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PADA CV JAYA

MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN

BOGOR JAWA BARAT

ANDRI HOTIB MUWAHID

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribismis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul skripsi : Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Pada Cv Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat

Nama : Andri Hotib Muwahid

NRP : H34114044

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP, MM Pembimbing

Diketahui oleh

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram pada CV Jaya Makmur Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9

Sumber-Sumber Risiko 9

Metode Analisis Risiko 10

Strategi Pengelolaan Risiko 11

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Konsep Risiko 12

Sumber dan Jenis Risiko 13

Pengukuran Risiko 15

Manajemen Risiko 16

Teknik Pemetaan 16

Penanganan Risiko 17

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Analisis Data 22

Analisis Deskriptif 23

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 23

Analisis Dampak Risiko 24

Pemetaan Risiko 25

Penanganan Risiko 25

GAMBARAN UMUM CV. JAYA MAKMUR 27

Sejarah Singkat CV. Jaya Makmur 27

Visi, Misi dan Tujuan CV. Jaya Makmur 28

Struktur Organisasi Perusahaan 28

Tenaga Kerja 30

Kegiatan Produksi 30

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN 38

Sumber Risiko Produksi pada CV Jaya Makmur 38

Kegagalan Proses Sterilisasi Baglog 38

Penyakit 40

Hama 41

Suhu 42

Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi 43

Analisis Dampak Risiko Produksi 44

Pemetaan Sumber Risiko Produksi 45

Strategi Penanganan Risiko Produksi 46

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 48

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 - 2010 1 2 Perkembangan volume ekspor-impor sayuran pada tahun 2007 - 2011 2 3 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk sayuran tahun 2007 - 2011 2 4 Produksi sayuran di Jawa Barat tahun 2007 - 2011(dalam ton) 3 5 Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tiram di Pulau Jawa tahun 2011 3 6 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (%) 4 7 Jenis, sumber data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian 22

8 Komposisi media tanam 31

9 Kegagalan akibat kegagalan proses sterilisasi 39

10 Kegagalan akibat penyakit 40

11 Kegagalan akibat hama 42

12 Kegagalan akibat suhu 42

13 Probabilitas sumber risiko produksi 43

14 Dampak sumber risiko produksi 44

15 Status risiko sumber risiko produksi 45

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik produktivitas jamur tiram CV Jaya Makmur 7

2 Proses pengelolaan risiko perusahaan 16

3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi jamur tiram 20

4 Peta risiko 25

5 Preventif risiko 26

6 Mitigasi risiko 26

7 Struktur organisasi CV. Jaya Makmur 28

8 Alur produksi jamur tiram putih CV. Jaya Makmur 30

9 Pengadukan media tanam 31

10 Pembuatan baglog 32

11 Proses sterilisasi 32

12 Steamer 33

13 Proses inokulasi 33

14 Bibit jamur 34

15 Proses inkubasi 34

16 Proses penyiraman 35

17 Pembersihan kumbung 35

18 Proses pemanenan 36

19 Jamur hasil panen 36

20 Proses sortasi jamur 37

21 Pengemasan jamur 37

(12)

23 Baglog rusak akibat penyakit 40

24 Baglog yang terserang hama tikus 41

25 Baglog rusak akibat perubahan suhu 42

27 Pemetaan sumber risiko produksi 45

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis probabilitas sumber risiko suhu 51

2 Analisis dampak risiko suhu 51

3 Analisis probabilitas sumber risiko hama 51

4 Analisis dampak risiko sumber risiko hama 52

5 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit 52

6 Analisis dampak sumber risiko penyakit 52

7 Analisis probabilitas sumber risiko kegagalan proses sterilisasi 53 8 Analisis dampak risiko kegagalan proses sterilisasi 53

9 Dokumentasi penelitian 54

(13)
(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agribisnis merupakan salah satu bidang usaha dalam kegiatan perekonomian yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki potensi sumberdaya alam melimpah. Sektor agribisnis meliputi berbagai bidang yang di dalamnya terdapat agribisnis pertanian. Salah satu satu sektor unggulan dari bidang agribisnis pertanian adalah holtikultura. Secara umum hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, tanaman obat, buah-buahan dan tanaman hias.

Hortikultura berperan penting dalam kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu pengembangan hortikultura memiliki prospek yang cukup baik karena komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dibudidayakan secara tepat serta sebagai ketersediaan sumber pangan. Usaha hortikultura ini juga mampu menyerap tenaga kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Kontribusi hortikultura ke depan akan dapat lebih ditingkatkan melalui peningkatan peran dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Hortikultura, bersinergi dengan para pemangku kepentingan lainnya. Pembangunan hortikultura pada berbagai sentra dan kawasan telah difasilitasi pemerintah melalui berbagai program dan kegiatan baik dengan dana dari pusat (APBN) maupun daerah (APBD), serta dukungan dari masyarakat (petani dan swasta). Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Besar kontribusi subsektor hortikultura terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 - 2010

Komoditas Nilai PDB (dalam milyar rupiah)

2007 2008 2009 2010

Buah-buahan 42 362 47 600 48 437 45 482

Sayuran 25 587 28 205 30 506 31 244

Tanaman hias 4 741 5 085 5 494 3 665

Biofarmaka 4 105 3 853 3 897 6 174

Total 76 795 84 203 88 334 86 565

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

(16)

Sayuran merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan mudah dibudidayakan di Indonesia, komoditas ini juga memiliki keunggulan sebagai sumber serat, vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh sebagai sumber pemenuhan gizi. Selain itu potensi pasar yang cukup menjanjikan baik pasar lokal maupun pasar international menunjukan bahwa sayuran merupakan komoditas unggulan yang dapat bersaing dengan komoditas lain. Perkembangan volume ekspor dan impor dari komoditi sayuran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan volume ekspor-impor sayuran pada tahun 2007 - 2011 Tahun Volume Ekspor (Ton) Volume Impor (Ton)

2007 211 906 782 226

2008 172 733 914 283

2009 195 533 871 087

2010 138 106 851 369

2011 133 948 1 174 286

Rata-rata pertumbuhan

2007-2011 (%) -9% 12%

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa perkembangan volume ekspor sayuran Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 cenderung mengalami penurunan sebesar 9% sedangkan untuk volume impor sayuran Indonesia justru cenderung mengalami peningkatan sebesar 12%. Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih kekurangan pasokan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita akan komoditas sayuran ini. Artinya, peluang pasar terhadap komoditas sayuran ini masih sangat lebar untuk dikembangkan.

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan menjadikan sayuran sebagai alat pemenuhan gizi bagi tubuh menyebabkan tingkat konsumsi terhadap komoditas sayuran cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pengeluaraan rata-rata per kapita per bulan masyarakat Indonesia untuk komoditas sayuran pada tahun 2007 sampai 2011 pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk sayuran tahun 2007 - 2011

Tahun Rupiah/bulan

2007 13 690

2008 15 539

2009 16 813

2010 18 995

2011 25 563

Rata-rata pertumbuhan 2007-2011 (%) 17.72%

Sumber : Departemen Pertanian, 2012 (diolah)

(17)

tanahnya yang baik, sehingga banyak pengusaha yang mengusahakan sayuran di Jawa Barat. Beberapa komoditas sayuran unggulan di Jawa Barat diantaranya adalah bawang merah, cabe merah, kubis, kentang, tomat dan jamur. Jumlah produksi komoditas unggulan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Produksi sayuran di Jawa Barat tahun 2007 - 2011(dalam ton) Tahun Jamur Cabe

Sumber : Departemen Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 4, Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki beberapa komoditas sayuran unggulan yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu komoditas sayuran yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun adalah jamur. Dapat dilihat perkembangan jumlah produksi jamur dari tahun 2007 sampai 2011 cukup besar setiap tahunnya. Pada tahun 2007 produksi jamur di Jawa Barat adalah 255796 ton dan mengalami peningkatan menjadi 5416093 ton pada tahun 2008. Begitupun pada tahun 2009, 2010 dan pada tahun 2011 jumlah produksi jamur di Jawa Barat mencapai 33846602 ton. Hal ini menunjukan bahwa komoditas jamur merupakan komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Daerah penghasil jamur tiram tiram di Indonesia masih didominasi oleh daerah di Pulau Jawa. Beberapa provinsi di Pulau Jawa yang merupakan daerah penghasil jamur adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah produksi jamur tiram di beberapa provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tiram di Pulau Jawa tahun 2011

(18)

sedikit jumlah produksinya jika dibandingkan dengan Jawa Timur dan Jawa Barat. Selain itu jika dilihat dari produktivitas, Jawa Timur merupakan provinsi yang paling rendah produktivitasnya jika dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah, yaitu 66.80 ton/ha. Hal ini diduga karena banyak usaha budidaya jamur tiram putih yang masih melakukan penanganan secara traditional.

Jamur merupakan salah satu jenis sayuran yang mulai diminati oleh masyarakat Indonesia. Pada era modern saat ini, jamur sering dijadikan alternatif karena rasanya yang enak dan teksturnya kenyal. Bahkan untuk masyarakat yang vegetarian, jamur sering digunakan untuk menggantikan daging. Walaupun rasanya hampir menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Jamur mengubah selulosa menjadi polisakrida yang bebas kolesterol sehingga orang yang mengosumsinya terhindar dari risiko terkena serangan stroke. Selain itu, kandungan protein jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga berasal dari tanaman. Gizi lain yang terkandung dalam jamur antara lain karbohidrat; berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, dan besi; seita vitamin B, B,y dan C. Besarnya kandungan gizi beberapa jenis jamur konsumsi dibandingkan dengan bahan makanan lain dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (%)

Bahan Makanan Protein Lemak Karbohidrat

Jamur merang 1.8 0.3 4

Sumber : Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2012

Berdasarkan penjelasan pada Tabel 6 diinformasikan bahwa kandungan gizi jamur dibandingkan dengan bahan makanan lain dinilai cukup baik. Kandungan protein yang dimiliki jamur cukup tinggi dibanding dengan bahan makanan lain yang juga termasuk kedalam kategori sayuran. Kandungan protein jamur tiram adalah 27% dan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kandungan protein pada daging sapi yaitu 21%. Selain itu, jumlah kandungan lemak pada jamur tiram pun jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi yang mencapai 5.5%. Kandungan karbohidrat pada jamur tiram adalah 58% sedangkan daging sapi hanya 0.5%. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang sedang melakukan diet menggunakan jamur sebagai salah satu sumber makanan alternatif.

(19)

permintaan pasar masih tinggi dan terus berkembang. Selain memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, jamur juga merupakan bahan pangan fungsional, yang bersifat sebagai imunomodulator (meningkatkan sistem kekebalan tubuh). Jamur juga dapat menurunkan kolesterol, hipertensi, sebagai anti kanker, anti virus, anti diabetes, meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh (Ahmad et all, 2011).

Peluang pasar jamur di dalam negeri masih terbuka. Berdasarkan pengalaman para petani, produk jamur segar yang dihasilkan dan dipasarkan ke berbagai daerah baik di wilayah sentra maupun non sentra produksi, belum memenuhi kebutuhan pasar. Meskipun tingkat konsumsi jamur Indonesia masih kalah dibandingkan negara lain seperti Jepang, Amerika, dan negara lain di Eropa, pada periode tahun 2005 sampai 2008 tingkat konsumsi jamur Indonesia naik dari 0.05 kg/kapita/tahun menjadi 0.06 kg/kapita/tahun. Jumlah ini dirasa akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan pola hidup masyarakat untuk mengkonsumsi pangan organik dan pangan fungsional, maka kebutuhan jamur akan semakin meningkat.

Sebagai salah satu provinsi penghasil jamur tiram putih terbesar, Jawa Barat memiliki beberapa daerah sentra budidaya jamur tiram putih. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra budidaya jamur tiram. Jumlah produksi jamur tiram di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 mencapai 2 724 851 ton. CV Jaya Makmur adalah salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Usaha budidaya jamur tiram ini tidak terlepas dari adanya risiko seperti halnya usaha lain. Risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan dapat mengganggu keberlangsungan usaha yang dijalankan. Risiko yang dihadapi oleh CV Jaya Makmur bersumber dari beberapa hal terkait dengan proses produksi pada budidaya jamur tiram. Risiko produksi tersebut secara langsung mempengaruhi hasil produksi jamur tiram pada CV Jaya Makmur. Jumlah produksi mungkin saja akan mengalami penurunan ketika usaha budidaya jamur tiram menghadapi suatu risiko produksi. Penurunan jumlah produksi tersebut akan mempengaruhi jumlah penerimaan CV Jaya Makmur, meskipun harga jual jamur produksi CV Jaya Makmur relatif stabil. Berdasarkan kondisi tersebut kemungkinan penurunan jumlah penerimaan usaha CV Jaya Makmur disebabkan oleh jumlah produksi yang berfluktuasi. Risiko ini perlu diperhitungkan, karena risiko ini dapat berdampak pada kerugian perusahaan. Kerugian perusahaan dapat diminimalisasi ketika kemungkinan terjadinya risiko produksi dapat diantisipasi atau ditangani, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan juga dapat diminimalisasi. Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jaya Makmur sehingga strategi penanganan risiko tersebut dapat diaplikasikan pada usaha budidaya jamur tiram ini. Dengan demikian hasil produksi jamur tiram CV Jaya Makmur dapat menjadi lebih optimal.

Perumusan Masalah

(20)

Kabupaten Bogor Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak didalam usaha budidaya jamur tiram. Jamur tiram merupakan salah satu jenis sayuran yang mulai banyak dibudidayakan saat ini. Luas areal usaha CV Jaya Makmur adalah 7000 m2 dengan jumlah kumbung budidaya saat ini sebanyak 3 unit.

Saat ini dalam menjalankan kegiatan budidayanya, CV Jaya Makmur memproduksi sendiri kebutuhan budidaya seperti media tanam yang biasa disebut baglog. Tenaga kerja yang digunakan merupakan sumberdaya yang diambil dari masyarakat sekitar lingkungan lokasi usaha. CV Jaya Makmur saat ini mampu memproduksi 3500 sampai 3600 baglog/hari. CV Jaya Makmur menghadapi beberapa risiko dalam menjalankan usahanya. Hal ini berdampak terhadap penerimaan dan keuntungan, serta lebih lanjut berpengaruh terhadap perkembangan usaha dari CV Jaya Makmur itu sendiri.

Kondisi harga pada usaha budidaya jamur tiram yang diproduksi oleh CV Jaya Makmur relatif stabil. Harga jual jamur tiram yang diproduksi oleh CV Jaya Makmur berkisar antara Rp 8 000/kg sampai Rp 8 500/kg. CV Jaya Makmur juga telah memiliki pelanggan tetap untuk memasarkan jamur tiram hasil produksinya, pelanggan tetap tersebut adalah para pedagang pengumpul. Jamur tiram dipasarkan secara langsung kepada pengumpul dimana para pengumpul datang langsung ke lokasi usaha, sehingga biaya transportasi dan distribusi bukan menjadi tanggungan pihak CV Jaya Makmur. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa harga dan pasar tidak terlalu mempengaruhi penerimaan dari usaha budidaya Jamur tiram pada CV Jaya Makmur. Faktor lain yang mungkin lebih mempengaruhi penerimaan CV Jaya Makmur adalah jumlah produksi, dimana jumlah produksi tersebut mengalami fluktuasi.

(21)

Gambar 1 Grafik produktivitas jamur tiram CV Jaya Makmur

Fluktuasi produktivitas pada Gambar 1 merupakan fluktuasi produktivitas yang terjadi setiap periodenya. Setiap tahun terdapat 3 periode tanam, artinya untuk satu periode tanam log membutuhkan waktu maksimal 4 bulan untuk menghasilkan jamur tiram. Produktivitas tertinggi pada CV jaya Makmur mencapai 0.46 kg per log yang terjadi pada periode ketiga, sedangkan untuk produktivitas terendah mencapai 0.2 kg per log terjadi pada periode kelima. Fluktuasi produktivitas tersebut mengindikasikan bahwa ada risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jaya Makmur dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram. Produktivitas yang tinggi akan berdampak positif pada usaha budidaya yang dilakukan CV Jaya Makmur. Namun jika produktivitas rendah akan berdampak negatif karena akan mempengaruhi penerimaan CV Jaya Makmur dari usaha budidaya jamur tiramnya. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi penurunan produktivitas pada CV Jaya Makmur maka perlu diketahui beberapa sumber risiko yang mungkin terjadi untuk kemudian mengetahui seberapa besar probabilitas dan dampak risiko yang mungkin terjadi akibar sumber-sumber tersebut. Selanjutnya, berdasarkan nilai probabilitas dan dampak tersebut maka dapat diketahui strategi penanganan yang sesuai untuk sumber risiko yang terjadi. Dengan demikian, CV Jaya Makmur mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu memenuhi permintaan dari calon pelanggan baru yang saat ini belum bisa dipenuhi.

Berdasarkan kondisi yang demikian menarik jika dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram pada CV Jaya Makmur. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui probabilitas dari setiap sumber-sumber risiko produksi sehingga diharapkan dampak risiko tersebut dapat diminimalisasi strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan nantinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Jaya Makmur ?

(22)

2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi dalam usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Jaya Makmur ?

3. Bagaimana alternatif strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh CV Jaya Makmur ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada usaha budidaya jamur tiram

putih pada CV Jaya Makmur.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Jaya Makmur.

3. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Jaya Makmur.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi perusahaan, diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan yang dilakukan pihak perusahaan dalam mengelola usaha budidaya jamur tiram.

2. Bagi pembaca, sebagai tambahan informasi dan wawasan untuk dijadikan bahan rujukan penenelitian lebih lanjut mengenai risiko produksi jamur tiram.

3. Bagi penulis, memberikan pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan ini anatara lain

1. Komoditas yang akan dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah jamur tiram putih yang diusahakan CV Jaya Makmur

(23)

3. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko

Usaha dalam sektor agribisnis merupakan usaha yang rawan terhadap risiko dan ketidakpastian. Hal ini dikarenakan usaha dalam sektor agribisnis berhubungan langsung dengan makhluk hidup sebagai komoditi usahanya. Para pelaku usaha di sektor agribisnis perlu mempelajari sumber-sumber risiko yang ada pada usahanya tersebut, untuk kemudian melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak dan akibat serta bisa menentukan alternatif solusi untuk mengatasi risiko tersebut. Hal ini bertujuan untuk meminimalisr kerugian yang akan ditanggung oleh pelaku usaha. Sumber-sumber risiko dalam usaha di bidang agribisnis sebagian besar berasal dari faktor-faktor tekhnis seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input, serta kesalahan tekhnis dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko risiko tersebut dapat dapat dihindari dan dikurangi dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pupuk, dan obat-obatan.

Menurut Putri (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada kumbung jamur tiram putih milik Bapak Ramadin yang terletak di Kampung Kukupu, Kota Bogor, terdapat beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh usaha ini. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sumber-sumber risiko produksi jamur tiram yang dihadapi antara lain, proses kegagalan sterilisasi baglog (pengukusan), penyakit, dan suhu. Ginting (2009) juga melakukan penelitian mengenai risiko produksi pada usaha jamur tiram putih, penelitian dilakukan pada usaha budidaya jamur tiram Cempaka Baru, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa usaha budidaya jamur tiram menghadapi sumber-sumber risiko produksi yang terdiri dari, perubahan cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, keterampilan tenaga kerja dan teknologi pengukusan.

(24)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011), sumber risiko produksi yang dialami pada bunga mawar potong terkait dengan perubahan cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja dalam perawatan mawar potong, dan adanya serangan hama dan penyakit. Sedangkan penelitian yang dilakukan Ginting (2009), sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram dipengaruhi oleh perubahan cuaca, serangan hama, keterampilan tenaga kerja dan teknologi pengukusan yang digunakan dalam proses produksi. Serupa dengan penelitan yang dilakukan oleh Sumpena (2011), sumber-sumber risiko produksi usaha budidaya jamur tiram dipengaruhi oleh cuaca, serangan hama, keterampilan tenaga kerja, teknologi pengukusan yang digunakan, serta adanya tambahan risiko produksi yang dialami yang disebabkan oleh teknologi inkubasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai risiko produksi. Dapat diketahui bahwa pada umumnya risiko yang terjadi pada usaha budidaya tanaman hortikulktura sangat bergantung kepada kondisi alam seperti keadaan cuaca dan iklim, adanya hama dan penyakit, teknik dan teknologi budidaya, serta keterampilan tenaga kerja.

Metode Analisis Risiko

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti, Variance, Standar Deviation, dan Coefficient Variation. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi pada objek penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Selain itu, juga terdapat alat analisis lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang dihadapi suatu objek penelitian. Alat ukur tersebut meliputi standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR).

Putri (2012) menggunakan alat analisis berupa standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR) untuk mengukur status risiko dan dampak risiko dari suatu usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan Ginting (2009) yang juga melakukan penelitian mengenai risiko produksi pada budidaya jamur tiram, menggunakan alat analisis berupa, Standar Deviation, Coefficient Variation dan Expected Return. Pada penelitian Permana (2011) pada PT Momenta Agrikultura di Kabupaten Bandung menggunakan alat analisis berupa Variance, Standar Deviation, Coeffisience Variation dan Expected Return karena ingin mengetahui nilai risiko yang terjadi dan nilai pendapatan yang dihasilkan.

Situmeang (2011), melakukan penelitian mengenai risiko produksi cabai merah keriting pada Kelompok Tani Pondok Menteng Kabupaten Bogor. Mandasari (2012), juga melakukan penelitian mengenai risiko produksi tomat dan cabai merah di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi. Kedua peneliti tersebut menggunakan alat analisis Variance, Standar Deviation, dan Coefficient Variation serta Expected Return untuk nilai risiko tiap komoditi yang dianalisis dan juga menggunakan metode analisis diversifikasi / portofolio untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dalam masing-masing usahanya.

(25)

menganalisis risiko produksi jamur tiram CV Mushroom Production House di Kota Bogor. Keduanya menggunakan alat analisis Standar Deviation, z-score dan Value at Risk (VaR).

Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko produksi adalah Variance, Standar Deviation, Coefficient Variation dan Expected Return selain itu terdapat alat analisis lainnya yaitu z-score dan Value at Risk (VaR).alat analisis yang akan peneliti gunakan adalah z-score dan Value at Risk (VaR). Setelah nantinya diperoleh nilai z-score dan Value at Risk (VaR), maka selanjutnya akan dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko yang terjadi. Sehingga tujuan dari penelitian ini sendiri dapat terjawab.

Strategi Pengelolaan Risiko

Putri (2012) menyatakan bahwa untuk menangani risiko produksi pada usaha jamur tiram putih dapat dilakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif diaplikasikan untuk menangani sumber risiko proses kegagalan produksi dan penyakit. Sedangkan strategi preventif dan mitigasi dilakukan secara bersamaan untuk menangani sumber risiko produksi berupa perubahan suhu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ginting (2009), strategi pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi preventif. Beberapa hal yang dilakukan untuk mengaplikasikan strategi preventif tersebut antara lain, meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca dengan meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya hama, penyakit dan merawat fasilitas fisik, melakukan perencanaan pembibitan dengan baik, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih, dan menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam. Strategi yang sama dikemukakan Permana (2011), strategi preventif merupakan startegi pengelolaan risiko produksi pada PT Momenta Agrikultura, yaitu dengan peningkatan pengaturan cahaya greenhouse dan menerapkan sistem karantina, meningkatkan kualitas perawatan bunga mawar, dan meningkatkan kemampuan dan kinerja karyawan dengan melakukan pelatihan.

(26)

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Yamin (2012), strategi pengelolaan risiko pada PD Pacet Segar adalah dengan melakukan budidaya menggunakan greenhouse, pemberian fungisida ganda pada tanaman tomat, serta melakukan kerjasama dengan ICDF untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Menurut Sumpena (2011), strategi penanganan risiko produksi pada penelitiannya terdiri dari strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang dilakukan dengan membersihkan area kumbung dan meningkatkan intensitas pemeriksaan baglog. Strategi mitigasi yang seharusnya dilakukan adalah memperbaiki sistem perawatan, memperbaiki fasilitas inkubasi, memperbaiki sistem pengukusan dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan dalam menanggulangi risiko adalah strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko yang terjadi, sedangkan startegi mitigasi dilakukan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi.

Penelitian yang sudah ada sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan dan perbedaan terletak pada alat analisis dan komoditas yang diteliti. Secara umum sumber risiko produksi yang dihadapi oleh pelaku usaha pada komoditas hortikultura adalah terkait dengan pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit, kesalahan teknologi budidaya, dan sumber daya manusia. Penelitian ini secara umum juga akan menggunakan alat-alat analisis yang tersedia yang sebelumnya pernah dilakukan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari risiko. Risiko menunjukan peluang dari suatu kondisi situasi yang dapat diukur oleh pembuat keputusan berdasarkan dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari keputusan tersebut. Peluang terhadap suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman mengelola kegiatan usaha.

(27)

seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan Sedangkan menurut Kasidi (2010), risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian.

Menurut Darmawi (2010), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, kondisi yang demikian ditimbulkan oleh beberapa sebab, antara lain :

a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatn itu berakhir.

b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

c. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan atau tekhnik mengambil keputusan dan sebagainya.

Berdasarkan akibat yang ditimbulkan risiko dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan dapat juga memberikan kerugian. Risiko spekulatif biasanya tidak dapat diasuransikan, sedangkan hanya risiko murni yang dapat diasuransikan.

Menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi definisi risiko ialah :

a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian), yaitu suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) hal ini didefinisikan bahwa “possibility” berarti probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

c. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) dimana ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

Djohanputro (2008) definisi risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Untuk menghitung tingkat ketidakpastiaan dapat dengan memperoleh informasi. Yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Tetapi apabila terdapat informasi untuk menghitung probabilitas kejadian masing-masing scenario maka ketidakpastian dapat berubah menjadi risiko. Sedangkan definisi yang paling mendasar risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian lain risiko juga dapat diartikan ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Sumber dan Jenis Risiko

(28)

a. Risiko produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

b. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.

c. Risiko Kelembagaan

Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

d. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut, contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

e. Risiko Finansial

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

Menurut Djohanputro (2008), risiko perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yaitu :

a. Risiko keuangan yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Serta risiko keuangan terdiri dari risiko likuiditas, risiko kredit dan risiko permodalan.

b. Risiko operasional merupakan potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, sumber daya manusia, teknologi dan faktor lain. Risiko operasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia (SDM), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, struktur organisasi.

c. Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengarui eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko strategis ini terdiri dari risiko usaha, risiko transaksi strategis dan transaksi hubungan investor.

d. Risiko eksternalitas yaitu potensi penyimpanan hasil pada eksposur korporat dan strategis dan dapat berdampak pada potensi penutupan usaha karena adanya pengaruh dari faktor eksternal, yang meliputi risiko reputasi, risiko lingkungan, risiko sosial dan risiko hukum.

(29)

sebab terjadinya risiko. Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada 2 macam risiko, yaitu :

a. Risiko keuangan merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.

b. Risiko operasional merupakan risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam

Risiko dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akbat yang ditimbulkan, antara lain :

a. Risiko murni adalah risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan.

b. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Menurut Darmawi (2010), perlunya mengukur risiko yaitu untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yaitu, frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Hal yang ingin diketahui dari masing-masing dimensi tersebut yaitu rata-rata nilainya dalam periode anggaran variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian-kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.

Pengukuran risiko dapat menggunakan Variance, Standart Deviation dan Coefficient Variance. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Standard deviation yang merupakan alat kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Coefficient variation merupakan ukuran yang paling tepat jika dibandingkan dengan variance dan standard deviation bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha. Semakin kecil coefficient variation maka semakin rendah risiko usaha yang akan dihadapi.

(30)

atasnya sulit ditentukan karena sangat tergantung pada masing-masing risiko. Dampak juga dapat dinyatakan dalam ukuran bukan rupiah, bila memang sulit diidentifikasi nilai rupiahnya. Biasanya dinyatakan dalam bentuk kategorisasi.

Manajemen Risiko

Menurut Darmawi (2010), manajemen risiko sebagai suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kerugian perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi perusahaan yang lebih tinggi.

Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Proses pengelolaan risiko menurut Kountur (2008), dapat dihat pada Gambar 2.

Keterangan: Garis Proses

Garis Hasil (output)

Gambar 2 Proses pengelolaan risiko perusahaan Sumber : Kountur, 2008

Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan menidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar dampak dari risiko tersebut. Selanjutnya menangani risiko–risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalisasi (Kountur, 2008).

Teknik Pemetaan

Risiko selalu terkait dengan 2 dimensi, teknik pemetaan yang paling tepat juga menggunakan 2 dimensi yang sama. Dimensi pertama yaitu probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi

PROSES OUTPUT

Evaluasi

Penanganan Risiko Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Daftar Risiko 1. Peta Risiko 2. Status risiko

(31)

kemungkinan suatu risiko terjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi kedalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua berupa dampak. Dampak merupakan tingkat kepentingan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko maka semakin perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebaliknya jika semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumberdaya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi kedalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama.

Terdapat empat kuadran utama dalam pemetaan risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Penanganan Risiko

Setelah seluruh risiko teridentifikasi dan terukur, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penanganan risiko. Menurut Kountur ( 2008) ada 2 strategi penanganan risiko, yaitu :

a. Preventif

(32)

b. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

1. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

2. Penggabungan

Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain. Strategi ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan akuisisi.

3. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko yaitu dengan cara mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing, hedging dan asuransi.

Kerangka Pemikiran Operasional

Jamur tiram merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak diminati oleh masyarakat. Pola konsumsi masyarakat terhadap jamur tiram semakin meningkat seiring dengan berkembangnya pola hidup sehat pada masyarakat. Selain kandungan gizi yang baik, jamur tiram juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kondisi yang demikian merupakan peluang pasar yang cukup potensial untuk pengembangan usaha budidaya jamur tiram. Kegiatan budidaya jamur tiram pun dianggap relatif mudah. Namun karakteristik jamur tiram yang rentan terhadap beberapa hal seperti keadaan cuaca dan iklim, adanya hama dan penyakit, teknik dan teknologi budidaya, serta tenaga kerja yang kurang terampil.

(33)
(34)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi jamur tiram Fluktuasi produktivitas usaha budidaya jamur tiram pada CV Jaya Makmur

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi menggunakan analisis deskrptif pada aspek produksi

Harga

Alternatif strategi dan prioritas pengelolaan risiko produksi jamur tiram pada CV Jaya Makmur

Status risiko

Sumber-sumber risiko produksi

Mengukur probabilitas dari sumber-sumber risiko menggunakan metode nilai standar atau z-score

Mengukur dampak dari sumber-sumber risiko produksi menggunakan Value at Risk (VaR)

(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV Jaya Makmur, yang berlokasi di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung salah satu sentra produksi jamur tiram di Kabupaten Bogor. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah ketersediaan data dan kesedian pihak perusahaan untuk dijadikan tempat peneilitian. Pengumpulan data pada CV Jaya Makmur berlangsung pada bulan Mei hingga bulan Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan keterangan dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang bukan angka. Dalam penelitian ini data kualitatif meliputi perkembangan usaha budidaya jamur tiram ini, teknis pelaksanaan usaha, kondisi usaha, peralatan yang digunakan dalam usaha, dan hal lain yang terkait dengan penelitian. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari fakta dan informasi yang sudah disusun dan lebih terukur. Pada data kuantitatif ini meliputi data produksi jamur tiram per periode, harga jual, harga input produksi, jumlah kebutuhan bahan baku dan semua keterangan yang berupa angka.

(36)

Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dengan cara observasi, wawancara, diskusi dan kuisioner dengan pihak perusahaan. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan melakukan pencatatan langsung dilokasi penelitian baik dari aktivitas produksi dan berbagai kendala risiko yang dihadapi perusahaan.

Proses pengambilan data dan penentuan responden pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan melakukan wawancara, dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan penanggung jawab produksi sebagai responden. Penentuan responden ini berdasarkan pertimbangan memiliki kapabilitas dalam memberikan data yang akurat. Hal ini karena responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas tentang produksi jamur tiram dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan proses produksi.

Metode Analisis Data

Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi dari data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data yang dikelompokkan kedalam dua jenis metode yaitu metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif). Metode analisis yang digunakan untuk menjawab penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis, sumber data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode

(37)

Tabel 7 Jenis, sumber data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian (lanjutan)

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Analisis

Analisis deskriptif dilakukan dengan observasi, wawancara dan diskusi. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen yang diterapkan oleh perusahaan dalam meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang dijalankan perusahaan efektif atau tidaknya juga dapat dikaji dengan analisis deskriptif ini. Dengan analisis deskriptif diharapkan dapat membantu melengkapi analisis risiko yang bersifat kuantitatif.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi jamur tiram putih. Data produksi jamur tiram pada 5 siklus produksi. Menurut (Kountur 2008), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha budidaya jamur tiram pada CV Jaya Makmur adalah : a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi jamur tiram)

Adapun rumus yang digunakan adalah:

Dimana:

= Rata-rata xi xi = Data per i

(38)

b. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

s

=

Dimana:

s = Standar deviasi dari kejadian xi = Nilai per periode dari kejadian

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data

c. Menghitung z-score

Dimana:

z = Nilai z-score dari kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian xi = Nilai per periode dari kejadian

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

d. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari produksi jamur tiram pada CV Jaya Makmur diketahui, maka, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi jamur tiram mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak Risiko

(39)

VaR =

Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data

Pemetaan Risiko

Gambar 4 Peta risiko Sumber : Kountur (2008)

Menurut (Kountur 2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Peta risiko ini dibagi kedalam empat kuadran yang dapat dilihat pada gambar dapat dilihat pada Gambar 4.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko itu sendiri dibagi menjadi 2 bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya diatas 20% atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20% dianggap sebagai kemungkin kecil.

Penanganan Risiko

Setelah hasil pemetaan didapatkan, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penganganan risiko yang sesuai dengan hasil pemetaan. Ada 2 strategi yang dapat dilakukan dalam menangani risiko, yaitu :

a. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan

Besar

Dampak (Rp) Probabilitas

(%)

Besar Kecil

Kecil

Kuadran 1 Kuadran 2

(40)

strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Preventif risiko Sumber : Kountur (2008)

b. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Mitigasi risiko Sumber : Kountur (2008)

MITIGASI

Dampak (Rp) Probabilitas

(%)

Besar Kecil

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4 PREVENTIF

Dampak (Rp) Probabilitas

(%)

Besar Kecil

Kuadran 1 Kuadran 2

(41)

GAMBARAN UMUM CV. JAYA MAKMUR

Sejarah Singkat CV. Jaya Makmur

CV Jaya Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian yaitu usaha budidaya jamur tiram putih. Lokasi usaha CV Jaya Makmur terletak di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Usaha ini didirikan oleh Bapak Agus Darma pada tahun 2011. Beliau bekerja sebagai seorang arsitek, sebelum menjalankan usaha budidaya jamur tiram. Ketertarikan beliau pada usaha budidaya jamur tiram ini berawal dari ajakan seorang teman yang membuka usaha jamur tiram. Akhirnya setelah beliau mendapatkan pengetahuan tentang budidaya jamur tiram dari temannya tersebut, beliau memberanikan diri untuk langsung melakukan usaha budidaya jamur tiram putih.

Pemilihan lokasi usaha budidaya jamur tiram putih dilakukan berdasarkan pertimbangan akan kondisi lokasi yang cocok untuk melakukan usaha budidaya jamur tiram putih. Selain itu, Kecamatan Megamendung merupakan daerah sentra budidaya jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Lokasi yang jauh dari kawasan keramaian kota dan kawasan industri juga menghindari kontaminasi limbah industri terhadap jamur yang diproduksi. Luas areal usaha yang dimiliki oleh CV Jaya Makmur adalah 7000 m2 dengan status kepemilikan lahan yaitu milik sendiri. Jumlah kumbung budidaya yang saat ini dimiliki oleh CV Jaya Makmur adalah sebanyak 3 unit. Masing-masing kumbung budidaya luasnya adalah 16m x 33m. Kapasitas masing-masing kumbung yang ada di CV Jaya Makmur adalah sebanyak 100 000 baglog/kumbung. Fasilitas produksi lain yang dimiliki oleh CV Jaya Makmur antara lain :

a. Ruang pengomposan

b. Ruang pengadukan dan pembuatan baglog c. Ruang sterilisasi

d. Ruang pendinginan log e. Ruang inokulasi

f. Ruang penyimpanan bibit g. Gudang bahan baku

(42)

Visi, Misi dan Tujuan CV. Jaya Makmur

Usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalankan oleh CV Jaya Makmur sudah memiliki perencanaan yang baik. CV Jaya Makmur juga sudah memiliki visi dan misi dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih itu sendiri. Visi dari CV Jaya Makmur adalah mampu menjadi usaha jamur tiram yang mampu menghasilkan jamur tiram putih yang berkualitas terbaik bagi konsumen. Misi dari CV Jaya Makmur dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih adalah melakukan proses produksi secara baik dan benar. Selain ingin mendapatkan keuntungan yang besar, tujuan usaha yang dilakukan oleh CV Jaya Makmur adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga mampu mensejahterakan lingkungan sekitar dimana lokasi usaha ini berdiri.

Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan seorang pimpinan dengan bawahan yang berada di dalam suatu usaha. Struktur organisasi yang dimiliki oleh CV Jaya Makmur masih bersifat sederhana, dimana pemilik membawahi beberapa bagian dengan wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Struktur organisasi diperlukan agar pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang lebih jelas. Struktur organisasi pada CV. Jaya makmur dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur organisasi CV. Jaya Makmur Pemilik

Bagian Inokulasi Pengelola

Bagian Perawatan

Bagian Panen

Bagian Kebersihan Bagian

Sterilisasi Bagian

Pengemasan Bagian

(43)

CV Jaya makmur sudah melakukan pembagian kerja secara cukup baik dimana pembagian kerja dilakukan agar seluruh kegiatan usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Pembagian kerja disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pegawai. Berikut ini adalah pembagian kerja yang dilakukan oleh CV Jaya Makmur :

a. Pemilik

1. Menyediakan modal usaha dan fasilitas yang dibutuhkan dalam usaha budidaya jamur tiram.

2. Melakukan pengawasan terhadap proses produksi jamur tiram. 3. Berkoordinasi dengan pengelola mengenai keputusan yang akan

diambil dalam upaya memajukan usaha. b. Pengelola

1. Mengawasi seluruh kegiatan usaha budidaya jamur tiram.

2. Memberikan laporan kepada pemilik atas apa yang terjadi dalam usaha.

3. Melakukan pengelolaan keuangan, baik pemasukan atau pengeluaran.

1. Memasukan media tanam kedalam plastik. 2. Memadatkan media tanam.

e. Bagian Sterilisasi (pengukusan)

1. Memindahkan baglog dari ruang pengemasan ke alat pengukus (steamer).

1. Memindahkan dan menyusun baglog yang telah diinokulasi kedalam kumbung budidaya.

2. Melakukan penyiraman baglog. 3. Menjaga kebersihan kumbung. h. Bagian Panen

1. Melakukan panen jamur tiram.

2. Melakukan sortasi terhadap jamur tiram yang dipanen. 3. Melakukan pengemasan jamur tiram hasil panen. i. Bagian Kebersihan

(44)

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting dalam keberhasilan suatu usaha. Hingga saat ini CV Jaya Makmur memiliki 37 orang tenaga kerja yang terdiri dari satu orang pengelola, 6 orang di bagian pengadukan, 6 orang di bagian pengemasan, 6 orang dibagian inokulasi, 4 orang di bagian sterilisasi, 6 orang di bagian perawatan, 6 orang di bagian panen, dan 2 orang di bagian kebersihan.

Seluruh tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitar lokasi usaha berdiri, kecuali pengelola. Latar belakang pendidikan para tenaga kerja CV Jaya Makmur cukup bervariasi, mulai dari lulusan Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Dasar. Sistem pembayaran gaji tenaga kerja dilakukan per bulan dan ada juga pembayaran tenaga kerja harian. Pembayaran gaji yang dilakukan per bulan adalah untuk pengelola, bagian pengadukan, bagian pengemasan baglog, bagian sterilisasi, bagian inokulasi, dan bagian perawatan. Sedangkan pembayaran gaji yang dilakukan harian adalah untuk bagian panen, dan bagian kebersihan.

Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh CV. Jaya Makmur dimulai dari pembuatan media tanam, pengukusan (sterilisasi), pembibitan (inokulasi), inkubasi, perawatan, pemanenan, penagnganan pasca panen. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan oleh masing-masing bagian, hal ini dilakukan dengan tujuan agar tenaga kerja lebih bertanggung jawab dan lebih fokus atas apa yang sudah menjadi tugasnya. Alur proses produksi jamur tiram putih yang dilakukan oleh CV. Jaya Makmur dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Alur produksi jamur tiram putih CV. Jaya Makmur Pembuatan Media Tanam

Sterilisasi (Pengukusan) Inokulasi (Pembibitan)

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Gambar

Tabel 1 Nilai PDB  hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 -
Tabel 4 Produksi sayuran di Jawa Barat tahun 2007 - 2011(dalam ton)
Tabel 6 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (%)
Gambar 1 Grafik produktivitas jamur tiram CV Jaya Makmur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lima menit sebelum kuliah dimulai Dosen sudah berada dalam ruangan.. SEMESTER PROGRAM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perputaran piutang pada Koperasi di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, gambaran profitabilitas pada Koperasi di Kecamatan

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai bagan masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh kualitas pelayanan, koleksi, tata ruang perpustakaan, dan skill

pada penelitian ini, karena Kitab Fathul Qorib terdapat banyak sekali contoh huruf ‘Athaf dalam kalimat, sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahami huruf ‘Athaf yang

[r]

menganalisis hukum 16. Obyek penelitian yaitu perlindungan hukum terhadap pekerja seks komersial ditinjau dari aspek kesehatan reproduksi.. Cara atau prosedur yang digunakan

Game Edukasi Fisika Java Indra Yusiana,

1) Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi para peternak dalam mencegah penyakit khususnya yang disebabkan oleh cacing dan menjaga kesehatan hewan ternak.