• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Dd. Mushroom Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Dd. Mushroom Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA

DD.

MUSHROOM

DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN

BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

DODO PUTERA ANDESSA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada DD Mushroom di Kecamatan Ciawi Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Dodo Putera Andessa

(3)

ABSTRAK

DODO PUTERA ANDESSA. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih DD. Mushroom di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI.

Usaha budidaya jamur tiram putih pada DD.Mushroom memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam proses produksinya. Hasil produksi yang bermacam-macam dapat mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi. Fluktuasi produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi. Adanya risiko di DD Mushroom kemudian diidentifikasi sumber-sumber risikonya. Sumber risiko kemudian dianalisis seberapa besar probabilitas dan dampaknya dengan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yaitu metode z-score dan var. Hasil analisis selanjutnya dilakukan strategi penanganan untuk mengatasi risiko pada budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sumber risiko produksi yang terdapat diperusahaan yaitu sumberdaya manusia, hama dan penyakit, serta perubahan cuaca.

Kata kunci: Metode z-score , Risiko produksi, Value at risk

ABSTRACT

DODO PUTERA ANDESSA. Production Risk Analysis of White Oyster Mushroom on DD.Mushroom Ciawi District Bogor Regency Wesy Java. Supervised by ANNA FARIYANTI.

Oyster mushroom cultivation in DD Mushroom has a variety success rate in their production processes. The result of diverse production affects the amount of productivity that causes the fluctuations. Fluctuations in productivity is one indication of the production risk. There is a risk on DD Mushroom then identified each source of risk. Sources of risk then analyzed probability and impact to the method of qualitative analysis and quantitative analysis of the z-score method and var. Results of the analysis is performed to handle the risk management strategies on oyster mushroom cultivation. Based on the results of the research, it is known, there is a source of risk that the company is human error, pests and disease, and weather.

(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA

DD.

MUSHROOM

DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN

BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

DODO PUTERA ANDESSA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada DD Mushroom di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Nama : Dodo Putera Andessa

NIM : H34104124

Disetujui,

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si

Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada DD Mushroom di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber risiko produksi jamur tiram putih, kemungkinan terjadinya risiko, dan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko pada DD Mushroom.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.Ir Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama kegiatan studi dan penyusunan skripsi. Kemudian kepada Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penulis yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini. Kemudian kepada Dr.Ir.Suharno, MAdev selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini serta kepada Arif Karyadi Uswandi, SP yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

Terima kasih kepada Bapak Dida beserta istri atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan mengenai jamur tiram putih. Selain itu, terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan nasehat yang sangat membantu penulis. Kepada teman-teman Agribisnis Alih Jenis 1 saya ucapkan terima kasih atas semua kebersamaan selama kuliah dan bantuannya selama ini. Penulis ucapkan terima kasih pula kepada Adilla Anggiadinta, SE yang telah menjadi pendamping setia dan selalu mendukung, mencurahkan perhatian serta mendoakan penulis baik secara langsung dan tidak langsung. Tidak lupa saya ucapkan juga kepada Varian Khasira yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi. Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada ibunda dan ayahanda tercinta yaitu Bapak Idroos Mochtar dan Ibu Irawati yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi DD Mushroom dan semua pihak yang berkepentingan.

(7)

DAFTAR ISI

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Konsep Risiko 10

Jenis dan Sumber Risiko 10

Analisis Risiko 11

Manajemen Risiko 13

Teknik Pemetaan 14

Penanganan Risiko 16

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 18

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 20

Analisis Dampak Risiko 21

Pemetaan Risiko 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22

Sejarah Perusahaan DD. Mushroom 22

Lokasi DD. Mushroom 22

Kegiatan Produksi DD. Mushroom 23

Proses Produksi DD. Mushroom 23

Struktur Organisasi DD. Mushroom 25

Sumberdaya Manusia 26

ANALISIS RISIKO PRODUKSI 26

Identifikasi Sumber Risiko Produksi 26

Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi 28

Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi 30

Pemetaan Risiko 32

(8)

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

(9)

DAFTAR TABEL

1 Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2007-2009 (Milyar Rp) 1 2 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman di Indonesia

Tahun 2007-2011 2

3 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jamur Tahun 2007-2011 2 4 Perbandingan Kandungan Gizi Jamur (dalam %) 3 5 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jamur Tiram Putih

di Pulau Jawa Tahun 2010 3

6 Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam

Penelitian 19

7 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kegagalan Penyakit 28 8 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kegagalan Perubahan Suhu 29 9 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kegagalan Sumberdaya

Manusia 29

10 Analisis Dampak Sumber Risiko Kegagalan Penyakit 30 11 Analisis Dampak Sumber Risiko Kegagalan Perubahan Suhu 31 12 Analisis Dampak Sumber Risiko Kegagalan Sumberdaya Manusia 31 13 Hasil Perhitungan Probabilitas dan Dampak Sumber Risiko Produksi 32

14 Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi 32

DAFTAR GAMBAR

1 Produktivitas Jamur Tiram Putih DD. Mushroom 5 2 Hubungan Antara VaRian Return dengan Expected Return dan

Utilitas dengan Marginal Utility 12

3 Hubungan Risiko dengan Return 13

4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 14

5 Peta Risiko 15

6 Preventif Risiko 16

7 Mitigasi Risiko 17

8 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Jamur

Tiram Putih 17

9 Peta Risiko 22

10 Struktur Organisasi DD. Mushroom 25

11 Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi 33

DAFTAR LAMPIRAN

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini juga menjadi sumber mata pencarian utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian yang perlu untuk diperhatikan serta dikembangkan adalah pada sub sektor hortikultura yang terdiri dari sayur - sayuran, buah - buahan, tanaman bunga, tanaman hias dan tanaman obat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Komoditas sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia dimana komoditas sayuran merupakan bagian dari sektor pertanian. Kontribusi untuk komoditas hortikultura bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB).

Tabel 1 Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2007-2009 (Milyar Rp)

No Komoditas Tahun

2007 2008 2009

1 Sayuran 25.587 28.205 30.506

2 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437

3 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494

4 Obat-obatan 4.105 3.853 3.897

Total 76.795 84.202 88.334

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan PDB komoditas hortikultura Indonesia yang menunjukkan perkembangan positif pada beberapa komoditi terutama pada komoditas sayuran. Komoditas sayuran pada tahun 2007 sebesar 25.587 milyar rupiah mengalami peningkatan sebesar 10,23 persen. Kemudian, pada tahun 2008 sebesar 28.205 milyar rupiah terjadi peningkatan sebesar 8,15 persen menjadi 30.506 milyar rupiah. Sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberikan nilai tambah bagi pembangunan nasional. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada komoditas sayuran merupakan salah satu usaha subsektor hortikultura yang dapat memajukan pembangunan ekonomi Indonesia.

(12)

Tabel 2 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman di Indonesia Tahun Buncis 266.790 266.551 290.993 336.494 337.041

Jamur 48.246 43.047 38.465 61.376 45.851

Kacang panjang 488.499 455.542 483.793 489.449 456.254

Keterangan : * = angka sementara

Sumber : Departemen Pertanian (2012)

Tabel 2 menunjukkan perkembangan produksi dari sebagian besar tanaman sayuran di Indonesia. Sebagian besar tanaman sayuran pada tabel tersebut mengalami penurunan serta peningkatan produksi pada seluruh jenis tanaman. Perkembangan produksi jamur sendiri pada beberapa tahun terakhir sempat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 produksi jamur sebesar 38.465 ton mengalami peningkatan sebesar 37 persen sehingga produksi tahun 2010 menjadi 61.376 ton. Produksi jamur pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 25,29 persen sehingga produksi tahun 2011 menjadi 45.851 ton.

Penurunan produksi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kesalahan dalam proses budidaya, perubahan cuaca dan iklim, hama dan penyakit serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan karyawan. Peningkatan produksi dikarenakan bertambahnya jumlah pelaku usaha budidaya jamur.

Tabel 3 Luas lahan, Produksi dan Produktivitas Jamur Tahun 2007-2011

Indikator Tahun

Keterangan : * = angka sementara

Sumber : Departemen Pertanian (2012)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa produktivitas jamur mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009, namun mengalami peningkatan kembali peningkatan pada tahun 2010 dan 2011.

(13)

Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur tiram putih dalam bahasa latin yang disebut Pleurotus ostreatus ini merupakan jamur yang dibudidayakan dengan menggunakan substrat serbuk kayu dan diinkubasi ke dalam kumbung. Jamur tiram putih sendiri memiliki beberapa keunggulan salah satunya yaitu dapat dibudidayakan dengan mudah dan juga dapat dilakukan sepanjang tahun. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat berlanjut sepanjang tahun. Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yaitu protein dan lemak yang tinggi dibandingkan jamur merang dan jamur kuping. Kandungan karbohidrat jamur tiram putih lebih tinggi dibanding jamur merang dan jamur kuping. Perbandingan kandungan gizi jamur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan Kandungan Gizi Jamur (dalam %)

Jenis Jamur Protein Lemak Karbohidrat

Jamur merang 1,8 0,3 4,6

Jamur tiram putih 27 1,6 58

Jamur kuping 8,4 0,5 82,8

Sumber : Herbowo (2011)

Jamur tiram putih merupakan tanaman pertanian yang sangat berkaitan dengan faktor alam dalam memperoleh hasil produksi. Faktor alam merupakan faktor yang sulit diprediksi, mudah berubah dan tidak dapat dikendalikan. Faktor alam merupakan suatu ketidakpastian yang dapat menyebabkan terjadinya risiko dalam suatu usaha pertanian. Risiko tersebut dapat terjadi pada kegiatan usaha jamur tiram putih. Budidaya jamur tiram putih milik Bapak Dida perlu memperhatikan adanya indikasi risiko untuk kelangsungan usaha yang dapat berdampak kepada perolehan pendapatan usaha.

Dalam usaha pertanian, dapat terjadi berbagai macam risiko. Risiko yang umum dan sering muncul antara lain risiko harga dan risiko produksi. Identifikasi merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui risiko pada usaha yang dianggap berisiko. Indikasi suatu risiko dapat dilihat dari fluktuasi harga dan hasil produksi yang diperoleh pada suatu usaha dalam periode tertentu.

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki luas panen jamur tiram putih terbesar kedua setelah Jawa Timur namun memiliki produktivitas terendah. Luas panen, produksi dan produktivitas jamur tiram putih di Pulau Jawa pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jamur Tiram Putih di Pulau Jawa Tahun 2010

(14)

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), daerah sentra jamur tiram putih di Jawa Barat yaitu Subang, Purwakarta, Cianjur, Cirebon, Bandung, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Bogor dan Sumedang. Daerah sentra penghasil jamur tiram putih terdapat di Kabupaten Bogor. Di Kabupaten Bogor terdapat beberapa pelaku usaha budidaya jamur tiram putih. DD Mushroom merupakan salah satu pelaku usaha di bidang budidaya jamur tiram putih dengan jumlah baglog 120.000 kg. Namun, DD Mushroom pun mengalami produksi terendah mencapai 60.000 kg. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan ada risiko produksi dalam usaha jamur tiram putih, maka penting untuk dikaji adanya risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih.

Perumusan Masalah

Usaha jamur tiram putih DD Mushroom merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram putih pada tahun 2009. Jamur tiram putih merupakan jenis sayuran yang mulai banyak dibudidayakan saat ini. Jamur tiram putih memiliki media tanam yang disebut baglog yang terbuat dari serbuk gergaji yang dicampur dengan beberapa bahan lainnya. Media tanam tersebut diolah agar memperoleh bibit yang baik.

Usaha budidaya jamur tiram putih ini memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dari tiap hasil produksinya. Indikasi risiko dapat dilihat dari fluktuasi dari hasil produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Diduga penyebab terjadinya risiko produksi yang dihadapi perusahaan DD. Mushroom dalam membudidayakan jamur tiram ini beragam. Oleh karena itu, risiko produksi perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akan berdampak pada kerugian yang akan ditanggung oleh pemilik usaha.

Pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2013, usaha budidaya jamur tiram putih DD Mushroom mengalami enam kali siklus produksi dan hasil produksi tersebut menghasilkan produktivitas yang bervariasi setiap siklusnya. Pada siklus pertama yaitu bulan Januari sampai April 2012 mampu menghasilkan sebanyak 103.429 kg, siklus kedua yaitu Mei sampai Agustus 2012 mampu menghasilkan 96.801 kg, siklus ketiga yaitu September sampai Desember 2012 mampu menghasilkan sebanyak 102.665 kg, siklus keempat yaitu Januari – April 2013 mampu menghasilkan sebanyak 82.771 kg, siklus kelima yaitu Mei samapi Agustus 2013 mampu menghasilkan 95.788 kg, dan siklus keenam mampu menghasilkan sebanyak 104.772 kg.

Usaha jamur tiram putih DD Mushroom memperoleh produktivitas tertinggi untuk tanaman jamur tiram putih yang dibudidayakan yaitu sebesar 0,9 kg per baglog, sedangkan produktivitas terendah yaitu 0,7 kg per baglog. Hal tersebut didapatkan selama 6 siklus produksi. Penurunan produktivitas disebabkan adanya serangan hama dan penyakit dan kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi. Selain itu, sumberdaya manusia pun dapat menjadi sumber risiko produksi jamur tiram putih.

(15)

penurunan produktivitas disebabkan adanya serangan penyakit dan kondisi cuaca. Perubahan kondisi cuaca dari musim hujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Ketika musim kemarau tubuh buah jamur tiram putih akan tumbuh dengan kerdil. Ketika musim penghujan baglog menjadi mudah terserang penyakit karena kondisi suhu yang rendah. Hal tersebut terjadi karena jamur tiram putih merupakan tumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan suhu. Fluktuasi produktivitas jamur tiram putih dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Produktivitas Jamur Tiram Putih DD Mushroom

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa hasil produksi jamur tiram putih mengalami kondisi yang tidak stabil setiap periodenya, hal tersebut menunjukkan adanya risiko pada perusahaan DD Mushroom. Kondisi tersebut menyebabkan kerugian dalam usaha ini dan berdampak terhadap pendapatan perusahaan.

Kerugian akibat risiko produksi tersebut menyebabkan jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Berdasarkan perumusan diatas, disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi jamur tiram putih pada DD

Mushroom?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi jamur tiram putih terhadap penerimaan DD Mushroom?

3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko produksi jamur tiram putih yang dihadapi oleh DD Mushroom?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi jamur tiram putih pada DD Mushroom.

(16)

3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha budidaya jamur tiram putih pada DD Mushroom.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, diantaranya :

1. Sebagai bahan masukan dalam mengelola usaha budidaya jamur tiram putih agar lebih waspada dalam menghadapi risiko dan mengurangi kerugian yang ada.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiah tentang risiko produksi jamur tiram putih.

3. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Jamur

Jamur digolongkan ke dalam tumbuhan yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil (tidak memiliki zat hujan hijau daun)sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar. Tubuhnya tersusun dari sel-sel berupa benang (hifa) yang akan menyusun tubuh buah yang disebut miselium.Hifa akan tumbuh bercabang-cabang, sedangkan miselium akan berbentuk bulatan. Struktur berbentuk bulatan tersebut menjadi awal mula tubuh buah pada jamur.

Menurut Chazali dan Putri (2009), jamur sudah dikonsumsi dan dibudidayakan sejak 3000 tahun yang lalu, biasanya digunakan sebagai campuran makanan ataupun obat-obatan herbal. Jamur dahulu kala menjadi salah satu makanan mewah yang disantap oleh para raja-raja. Umumnya jamur konsumsi memiliki rasa yang lezat dan mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh, contoh jamur konsumsi antara lain jamur tiram, jamur kuping, jamur shiitake, jamur champignon, dan jamur merang.

Jamur tiram putih dalam bahasa latin disebut Pleurotus ostreatus. Jamur tiram putih termasuk ke dalam jamur kayu, karena tumbuh pada substrat kayu yang telah lapuk maupun pada potongan pohon yang telah mati. Jamur tiram ini memiliki tekstur daging yang lembut dan lezat rasanya, sehingga sangat digemari. Ditambah lagi, jamur tiram memilik kandungan gizi yang tinggi dan banyak mengandung berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral dan vitamin. Jamur ini dapat tumbuh dengan baik di ketinggian hingga 600 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kisaran suhu 15-30 oC dan kelembaban 80-90 persen. Pertumbuhan jamur tiram putih tidak membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi dan berkembang baik pada media tanam yang asam, yakni pada PH 5,5-7. Jamur ini tumbuh terutama pada waktu musim hujan (Redaksi Agromedia, 2002).

Jamur tiram putih memiliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan jamur tiram lainnya, diantaranya:

(17)

2. Jamur tiram putih memiliki daya simpan lebih lama apabila dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu.

3. Jamur tiram putih memiliki kandungan protein yang lebih besar apabila dibandingkan dengan jamur tiram cokelat yaitu sebesar 2,7 %.

4. Jamur tiram putih memiliki tudung yang lebih tebal apabila dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu.

Penelitian Terdahulu

Sumber-Sumber Risiko Agribisnis

Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Sumber-sumber risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar berasal dari faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi hortikultura seperti Purwanti (2011), Situmeang (2011), Parengkuan (2011), Ginting (2009), Tarigan (2009), dan Widsya (2009) yang masing-masing peneliti menemukan sumber risiko pada produksi sayuran hidroponik, cabai merah keriting, sayuran organik, jamur putih, jamur tiram, dan Anggrek Phalaenopsis. Risiko produksi pada umumnya meliputi teknik budidaya, human error, serangan hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi irigasi (hidroponik) dan cuaca/iklim yang tidak pasti.

Wisdya (2009) yang menemukan bahwa faktor-faktor penyebab risiko produksi pada produksi anggrek Phalaeonopsis antara lain reject yang terdiri dari kontaminasi dalam pembibitan dengan teknik kultur jaringan, serangan hama penyakit, virus, mutan, stagnan, dan kerusakan mekanis pada tanaman yang sulit diprediksi. Peluang untuk kondisi tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali perusahaan mencapai persentase keberhasilan produksi dan pendapatan tertinggi, normal dan terendah selama periode siklus berlangsung. Faktor-faktor penyebab munculnya persentase keberhasilan produksi kondisi tertinggi dan terendah antara lain curah hujan, serangan hama dan penyakit dan kerusakan mekanis.

Parengkuan (2011) menjelaskan bahwa sumber risiko pada jamur tiram putih adalah kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, perubahan suhu udara. Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit.

(18)

dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat penyuntikan bibit jamur tiram putih ke dalam substrat (media tanam).

Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran coefficient variation (Purwanti 2011) adalah 0,28 yang artinya untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,28 kg. Perhitungan expected return sebesar 4,67 yang artinya perolehan hasil sebanyak 4,07 kg/m2.

Situmeang (2011) memperoleh perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0,5. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Sedangkan strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0,5.

Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko jamur putih (Parengkuan 2011) diperoleh hasil bahwa probabilitas dan dampak risiko terbesar ada pada sumber risiko kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log dengan nilai sebesar 45,2 persen, sedangkan perubahan suhu udara merupakan merupakan sumber risiko yang memberikan dampak terbesar dengan nilai Rp 17.053.516 Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit.

Penilaian risiko pada jamur tiram (Ginting 2009) diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih.

(19)

tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas (Widsya 2009) pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078.

Dari beberapa penelitian terdahulu, penulis memperoleh variabel yang menjadi sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi budidaya, dan human error. Variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada budidaya jamur tiram putih.

Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur/mengetahui pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance), dan simpangan baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan 2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar.

Menurut Wisdya (2009) strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT. EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi (portofolio) pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Adanya diversifikasi akan dapat diminimisasi tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot (untuk menampung hasil produk yang reject).

(20)

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini, khususnya penelitian yang Parengkuan (2011), karena penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode analisis risiko yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko

Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.

Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Secara umum peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif terhadap pelaku bisnis. Sedangkan menurut Harwood et al (1999), risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.

Basyib (2007) mendefinisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.

Jenis dan Sumber Risiko

Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapatdihadapi oleh petani, yaitu :

1. Risiko produksi

(21)

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.

3. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

4. Risiko Finansial

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

Kountur (2006) mengelompokkan jenis risiko berdasarkan sundut pandang. Risiko berdasarkan sudut pandangnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan berdasarkan penyebab timbulnya risiko tersebut.

Risiko yang dilihat dari akibat yang ditimbulkan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang berakibat merugikan atau sebaliknya memberikan keuntungan.

2. Risiko murni adalah jenis risiko yang akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kerugian.

Pengelompokan risiko berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko Keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga.

2. Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor-faktor manusia, teknologi dan alam.

Analisis Risiko

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Analisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan kepuasan (utility).

(22)

mengambil keputusan terhadap risiko yang dihadapi. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan Utilitas dengan Marginal Utility.

Sumber : Debertin 1986

Berdasarkan pada Gambar 2, perilaku seseorang pelaku bisnis dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isouliti pembuat keputusan maka adanya varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan kenaikan retur yang diharapkan. Pada kurva U(y)1 menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang semakin menurun dari pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, namun demikian kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang mendekati titik original akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan berikutnya.

2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoulatiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan returnyang diharapkan. Pada kurva U(y)2 menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang tetap terhadap penigkatan pendapatan.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return

Utility (U) Utility (U) Utility (U)

U(y)1

U(y)2 U(y)3

Y Y Y

Expected Return Expected Return Expected Return U1

U2 U

3

(23)

yang diharapkan lebih rendah. Sedangkan pada kurva U(y)3 menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang semakin meningkat dari pendapatan.

Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Hubungan Risiko dengan Return

Sumber : Hanafi 2006

Beberapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return (Hanafi 2006).

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).

Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk

Retu rn

Expected Return

(24)

mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menanganirisiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan

Sumber : Kountur 2008

Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak.

Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risikoyang besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Sedangkan leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.

Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bilarisiko tersebut terjadi.Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin

(25)

tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 5 .

Gambar 5 Peta Risiko

Sumber : Kountur 2008

Berdasarkan pada Gambar 5, ada empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam

(26)

kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Penanganan risiko strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6.

Probabilitas(%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp)

Gambar 6 Preventif Risiko Sumber : (Kountur 2006)

2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7.

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

(27)

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 7 Mitigasi Risiko

Sumber : (Kountur 2006)

Kerangka Pemikiran Operasional

Jamur tiram putih merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, khususnya bagi DD. Mushroom karena memiliki nilai ekonomis dan tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Untuk mengetahui tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan, maka dilakukan analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan risiko produksi yang ada, maka dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi perusahaan DD Mushroom. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 8.

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

Kuadran 2

Analisis lingkungan eksternal :

1.Perubahan suhu 2.Penyakit

3.Sumberdaya Manusia

Fluktuasi Produksi

Harga Produksi

Kerugian

Strategi Probabilitas

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu

Penelitian dilakukan pada budidaya jamur tiram putih usaha DD. Mushroom, yang berlokasi di KP. Gadog Desa Pandansari Rt. 04 Rw. 03 Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kondisi iklim Kecamatan Ciawi baik untuk pertumbuhan jamur, selain itu Kecamatan Ciawi merupakan salah satu daerah penghasil jamur di Bogor selain dari Kecamatan Cisarua dan daerah Ciapus. Penelitian ini dilakukan pada DD. Mushroom mulai dari bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk memperoleh informasi tentang perusahaan dan alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko adalah pemimpin perusahaan, sedangkan untuk memperoleh informasi tentang budidaya jamur tiram putih, wawancara dilakukan dengan bagian produksi. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, internet dan literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

(29)

judgement/purposive sampling dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas dalam memberikan data-data yang akurat. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas tentang produksi jamur tiram putih dan risiko yang dihadapi perusahaan.

Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode

Analisis

Berdasarkan informasi pada Tabel 6, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar probability dan dampak risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan keuangan perusahaan dan produksi jamur tiram putih pada DD. Mushroom. Laporan ini dapat memberikan informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko digunakan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu asset. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada budidaya jamur tiram putih dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak perusahaan.

Analisis Deskriptif

(30)

meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi jamur tiram putih pada 6 siklus terakhir. Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada budidaya jamur tiram putih ini adalah:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi jamur tiram putih)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penururnan produksi jamur adalah:

Dimana: = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko budidaya jamur tiram putih n = Jumlah data

xi = Nilai per periode kejadian berisiko

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko 2

Dimana: s = Standar deviasi dari kejadian berisiko budidaya jamur tiram putih xi = nilai per periode dari kejadian berisiko

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data

3. Menghitung z-score

Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko budidaya jamur tiram putih x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal

(31)

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari budidaya jamur tiram putih diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi jamur tiram putih yang mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya jamur tiram putih. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi jamur tiram putih setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR.Nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut: (Kountur 2006).

Dimana:VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko jamur tiram

putih

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko

Pemetaan Risiko

(32)

Besar

Kecil

Kecil Besar Gambar 9 Peta Risiko

Sumber : (Kountur 2006)

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2006).

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Perusahaan DD Mushroom

DD Mushroom merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pembudidayaan jamur tiram putih dan mulai berproduksi pada awal tahun 2007. Usaha jamur tiram putih di DD Mushroom didirikan oleh bapak Dida Mansyur. Pendirian usaha DD Mushroom berawal dari kerjasama berbentuk Plasma, dimana Plasma tersebut menyediakan media jamur tiram putih yang sudah jadi. Pada tahun 2008, bapak Dida Mansyur tidak melanjutkan kerjasama dengan Plasma dikarenakan bermasalah dengan supply yang sering terlambat. Pada tahun 2009, bapak Dida Mansyur memulai produksi sendiri dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh BIOTROP di kota Bogor.

Bapak Dida Mansyur mendirikan DD Mushroom ini dengan tujuan mencari nafkah untuk keluarganya dan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat setempat serta memanfaatkan lahan yang ada dengan berbagai potensi baik dari sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang melimpah guna mendapat keuntungan baik secara finansial maupun sosial atas kegiatan yang dilakukan serta memanfaatkan peluang pasar yang tinggi setiap tahunnya terhadap permintaan jamur tiram putih.

Lokasi DD Mushroom

DD Mushroom berlokasi di Kampung Gadog Desa Pandansari Rt 04 Rw 03 Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat dengan suhu berkisar Probabilitas (%)

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

Kuadran 2

(33)

26°C-30°C. Luas lahan yang dimiliki DD Mushroom yaitu 3300 meter persegi untuk usaha jamur tiram putih yaitu berupa bangunan, kumbung dan penunjang lainnya. Secara administratif, Desa Pandan Asri Kecamatan Ciawi memiliki batas-batas wilayah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Megamendung 2. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Ciliwung

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciawi

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Megamendung Selatan

Kegiatan Produksi DD Mushroom

DD Mushroom beroperasi pada hari senin sampai sabtu mulai pukul 07.00 sampai 16.00 WIB . DD Mushroom terdiri bagian produksi, bagian perawatan dan pemasaran. Bagian produksi bertugas persiapan dan pencampuran bahan baku dalam membuat baglog, bagian ini merupakan bagian terpenting dalam menentukan kualitas dan kuantitas jamur tiram putih segar yang akan dihasilkan. Bagian perawatan bertugas merawat baglog selama masa pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih (fruit body) sampai pemanenan dan pemasaran jamur tiram putih ke pasar TU kemang.

Proses Produksi DD Mushroom

Produksi jamur tiram putih pada DD Mushroom melibatkan beberapa bagian yaitu bagian produksi, bagian perawatan dan pemasaran. Berikut ini adalah proses produksi jamur tiram putih di DD Mushroom :

a) Pembuatan Media Taman

Bahan baku utama yang diperlukan untuk membuat log yaitu serbuk gergaji, Serbuk gergaji yang digunakan yaitu dari jenis kayu yang tidak mengandung kadar minyak (kayu pinus). Kemudian bahan baku tersebut dicampur secara merata dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih dahulu agar ukurannya seragam dan tidak tercampur benda asing seperti kerikil, pecahan gelas dan lainnya.

Setelah itu, semua bahan baku tersebut dicampur sampai homogen dan ditambah dengan air secukupnya kemudian dikomposkan selama satu hari. Proses pengomposan ini dimaksudkan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba, sehingga senyawa-senyawa yang lebih sederhana mudah dicerna oleh jamur. Tahap berikutnya yaitu pengisian bahan baku.

(34)

b) Sterilisasi

Sterilisasi baglog bertujuan untuk menghambat pertumbuhan semua jasad hidup yang mungkin terbawa bersama bahan baku. Seluruh baglog dimasukan kedalam alat steamer untuk dilakukan proses sterilisasi pada suhu 100˚C selama 4 jam. c) Inokulasi

Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan inokulasi yaitu masalah kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi. Peralatan inokulasi yang digunakan yaitu sendok makan dan baglog yang harus disterilkan menggunakan alkohol 70 persen dan lampu spritus. Semua alat yang digunakan dalam inokulasi dibilas kedalam larutan alkohol 70 persen kemudian dinyalakan beberapa saat.

Sebelum diinokulasi, baglog yang telah disterilkan didinginkan terlebih dahulu selama dua hari, apabila tidak didinginkan maka dikhawatirkan bibit jamur yang diinokulasi akan mati. Cara melakukan inokulasi adalah dengan menyusun log kedalam ruang inokulasi, kemudian bibit jamur tiram dimasukkan dengan cara ditebar. Setelah media terisi bibit, pada bagian leher plastik yang telah terpasang cincin paralon ditutup dengan menggunakan kertas koran. Penutupan media dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur, karena miselia jamur tumbuh baik pada kondisi yang tidak terlalu banyak oksigen.

d) Inkubasi

Inkubasi adalah tahap pertumbuhan miselia jamur. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan bibit jamur agar miselia jamur tumbuh. Baglog yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh medianya ditumbuhi miselia secara merata. Inkubasi yaitu menyimpan baglog yang sudah diisi dengan bibit didalam ruang inkubasi selama kurang lebih 40 hari. Suhu optimal untuk pertumbuhan miselia yaitu sekitar 28 sampai 30 derajat celcius. Selama pertumbuhan bibit, intensitas cahaya harus dikurangi, dan kelembaban serta sirkulasi udara harus diatur.

e) Pemeliharaan

Baglog jamur tiram putih yang dapat dipindahkan ke ruang perawatan adalah media yang telah dipenuhi dengan miselium. Pembukaan baglog dapat dilakukan dengan membuka sumbatan koran. Setelah dibuka, sekitar tiga sampai tujuh hari kemudian jamur tiram mulai tumbuh. Pertumbuhan tubuh buah awal umumnya ditandai dengan adanya bintik-bintik serat berwarna putih yang makin lama makin membesar dan dalam selang waktu beberapa hari akan tumbuh jamur kecil dan dapat dipanen dengan cara dipetik langsung apabila ukurannya sudah cukup besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen yaitu antara 26 sampai 28 derajat celcius. Selama pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur sekitar 90 persen karena apabila kurang dari 90 persen media akan mengering. Kelembaban udara selama pertumbuhan tubuh buah dapat tetap dipertahankan yaitu dengan menyiram lantai dan pengabutan.

f) Pemanenan

(35)

dan mempermudah pemasaran. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada baik berukuran besar maupun kecil sampai ke akar-akarnya untuk menghindari akar atau batang yang tertinggal. Setelah pemanenan pertama, maka baglog disiram air dengan menggunakan air mengalir secara keseluruhan, hal ini bertujuan agar sisa-sisa akar yang tertinggal maupun hama pengganggu larut bersama air saat dilakukan penyiraman. Penanganan pascapanen yang dilakukan sangat sederhana yaitu dengan membersihkan kotoran yang menempel dibagian akar dengan cara memotong bagian akar jamur yang kotor menggunakan gunting. Sedangkan untuk menghasilkan output dalam bentuk baglog jamur tiram putih, maka kegiatan yang diperlukan hanya sampai pada tahap inkubasi. Sementara untuk menghasilkan output dalam bentuk jamur tiram segar maka kegiatan yang dilakukan mulai dari pembuatan baglog sampai pemanenan dan penanganan pascapanen.

Struktur Organisasi DD Mushroom

Organisasi secara umum memiliki pengertian adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pencapaian tujuan bersama dilakukan melalui fungsi manajemen perusahaan. Agar fungsi manajemen tersebut dapat berjalan dengan lancar maka suatu perusahaan harus dapat menggambarkan secara jelas pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab. DD Mushroom didirikan oleh Bapak Dida dan dikelola sendiri oleh beliau. Berikut ini merupakan Struktur organisasi DD Mushroom.

Gambar 10 Struktur Organisasi DD Mushroom Sumber : DD Mushroom, 2013

Pembagian kerja dilakukan agar kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keahlian masing-masing sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Fungsi dari struktur organisasi DD Mushroom adalah sebagai berikut :

1) Pemilik perusahaan

a) Menyediakan modal usaha serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh perusahaan

b) Mengawasi segala kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan Pemilik

Dida

Pengisisan Baglog

Produksi Baglog

(36)

2) Produksi baglog

Kegiatan yang dilakukan yaitu menyiapkan media produksi, proses sterilisasi, memindahkan baglog yang sudah disterilisasi ke ruang inokulasi, dan memindahkan baglog yang sudah diberi bibit dari ruang inokulasi ke ruang inkubasi.

3) Pengisian baglog

Kegiatan yang dilakukan yaitu memasukan media tanam kedalam plastik sehingga membentuk baglog.

4) Pembibitan

Kegiatan yang dilakukan yaitu membuat media bibit produksi, inokulasi media bibit (membuat F2), dan inokulasi baglog (pembibitan).

5) Perawatan dan Pemeliharaan

Kegiatan yang dilakukan yaitu memelihara kondisi kumbung jamur, menyiram, panen, sortasi, packing dan mengirim hasil panen jamur.

Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan. Pencapaian yang maksimal terhadap hasil perusahaan akan sangat didukung oleh peran sumberdaya manusia. Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya manusia sangat penting karena menjadi peranan utama dalam pelaksanaan kegiatan usaha.

Tenaga kerja yang dimiliki oleh DD Mushroom berjumlah 13. Kebutuhan akan tenaga kerja ini dapat disesuaikan dengan target produksi dan diusahakan tidak terlalu banyak dengan harapan masing-masing pegawai dapat bekerja secara efektif dan efisien Tenaga kerja yang ada di perusahaan ini merupakan masyarakat sekitar perusahan yang diajak bergabung oleh pemilik perusahaan. Karyawan ditempatkan dibagiannya bukan berdasarkan pendidikan, knowledge, atau skill mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM

Identifikasi Sumber Risiko Produksi

(37)

Sumber risiko pada usaha budidaya jamur tiram putih diantaranya hama dan penyakit, cuaca dan iklim serta sumberdaya manusia. Tiga sumber risiko produksi tersebut mempengaruhi terjadinya kegagalan produksi serta produktivitas jamur tiram putih. Pada usaha budidaya jamur tiram putih pada DD Mushroom tidak ditemukan adanya hama. Sumber risiko produksi pada DD Mushroom adalah penyakit, sumberdaya manusia dan perubahan suhu.

1. Penyakit

Serangan penyakit pada budidaya jamur tiram putih dapat menurunkan produktivitas. Hal yang menyebabkan munculnya serangan penyakit adalah rungan yang tidak steril, baglog yang tidak bersih, kondisi kumbung dan juga kondisi bahan baku yang kurang baik, Penyakit yang menyerang baglog jamur tiram putih pada DD Mushroom yaitu jamur oncom atau Neurospora sitophila. Jamur ini menyebabkan penghambatan pertumbuhan miselium dan tubu buah jamur bahkan dapat membuar miselium jamur tiram putih mati. Jamur ini termasuk jamur yang sulit dimatikan, karena karakter dari sporanya sendiri bersifat termofilik (mampu bertahan dalam suhu tinggi) dan dapat menyerang media baglog yang matang atau pun tidak. Indikator terdapatnya neurospora yaitu munculnya serbuk berwarna orange pada permukaan kapas penyumbat baglog. Pertumbuhan jamur neurospora disebabkan kandungan nutrisi yang tinggi pada media baglog jamur.

Kegagalan akibat penyakit umumnya sebanyak 0,5-3 persen. Kegagalan akibat penyakit pada siklus pertama yaitu 3000 kg, pada siklus kedua sebanyak 1800 kg, pada siklus ketiga sebanyak 2640 kg, pada siklus keempat sebanyak 840 kg, siklus kelima sebanyak 2400 kg, siklus keenam 3600 kg.

2. Perubahan Suhu

Pada usaha jamur tiram putih suhu udara merupakan suatu peranan penting dalam agar dapat menghasilkan jamur yang baik. Pada umumnya suhu optimal pertumbuhan jamur tiram yaitu 22 – 280C. Perubahan suhu udara pada kumbung yang ekstrim akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih. Pada peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau menyebabkan penurunan hasil panen jamur karena tubuh buah jamur tiram yang tumbuh kerdil, sehingga hasil panen tidak maksimal. Pada peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan akan menyebabkan kondisi jamur basah, sehingga pada saat akan dipanen kadar air yang terkandung dalam jamur tinggi. Jika kadar air yang terkandung tinggi maka kualitas jamur akan menurun karena umur simpannya pendek. Kondisi tersebut tidak dapat dihindari dan akan selalu berulang pada setiap tahunnya.

Kegagalan yang disebabkan oleh perubahan suhu yang terjadi kurang dari 5 persen. Pada siklus pertama terdapat 2400 kg, kedua yaitu 4800 kg, siklus ketiga 3240 kg, siklus keempat 6000 kg, siklus kelima 4440 kg dan siklus keenam 1800 kg.

3. Sumberdaya Manusia

Gambar

Tabel 2  Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman di Indonesia Tahun 2007-2011
Tabel 4 Perbandingan Kandungan Gizi Jamur (dalam %)
Gambar 1 Produktivitas Jamur Tiram Putih DD Mushroom
Gambar 2 Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) tersebut terjadi peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa

Lima menit sebelum kuliah dimulai Dosen sudah berada dalam ruangan.. SEMESTER PROGRAM

Setelah masukan dari konsumen didapatkan, maka dilakukan perbaikan- perbaikan terhadap produk Grab It secara berkelanjutan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan

Alasan utama terbatasnya pelemahan karena harga jual sudah rendah sehingga menyulitkan produsen untuk terus membanjiri pasar (terlihat dengan utilitas nasional hanya

7.1 Menyampaikan berbagai informasi secara lisan dalam kalimat sederhana sesuai konteks dengan lafal Hanyu Pinyin yang tepat, yang mencerminkan kecakapan berbahasa yang santun

Karena itu Anda dapat menulis tentang hal-hal yang sudah dikenal peserta didik, baru kemudian diperkenalkan prinsip-prinsip baru yang akan Anda perkenalkan.. Dapat pula

Game Edukasi Fisika Java Indra Yusiana,

hasilnya berbeda dengan jika pekerjaan itu dikerjakan bersama-sama. Banyak hal yang harus ada di dalam organisasi. Semua itu harus?. dipenuhi agar tujuan bisa