• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG

PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN

MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR

SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Sukmaningrum Dwi P.

NIM H3410418

(3)

ABSTRAK

SUKMANINGRUM DWI P. Aalisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RATNA WINANDI ASMARANTAKA.

Produk florikultura yang menduduki urutan tertinggi serta berpeluang untuk dikembangkan dibandingkan dengan bunga potong lainnya adalah bunga krisan. Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan pembudidaya bunga krisan potong yang usahanya tidak terlepas dari adanya risiko. Adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan dan manusia menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi dan produktivitas bunga krisan potongnya. Fluktuasi ini menjadi indikasi adanya risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi, menganalisis probabiltias dan dampaknya serta alternatif strategi penanganan bunga krisan potong tipe standard dan spray. Hasil identifikasi sumber risiko produksi menggunakan analisis deskriptif diperoleh diantaranya sumber risiko hama, penyakit, cuaca dan tenaga kerja. Hasil analisis probablitas menggunakan metode z – score pada kedua tipe bunga krisan potong mempunyai urutan yang berbeda dari yang terbesar sampai terkecil adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe standard) dan hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe spray). Analisis dampak menggunakan metode Value at Risk pada kedua tipe bunga krisan menghasilkan urutan yang berbeda pula dari yang terbesar sampai terkecil yaitu hama, cuaca, tenaga kerja, penyakit (tipe standard) dan hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe spray). Strategi preventif dapat dilakukan untuk sumber risiko hama dan penyakit, sedangkan strategi mitigasi dilakukan untuk sumber risiko hama, penyakit, cuaca dan tenaga kerja.

Kata kunci : krisan potong, risiko produksi, z-score, Value at Risk ABSTRACT

SUKMANINGRUM DWI P. Production Risk Analysis of Chrysanthymum morifolium at Berkah Flora company, Megamendung District, Bogor. Supervised by RATNA WINANDI ASMARANTAKA.

(4)

descriptive analysis of risk sources including pests, diseases, weather and labor. Probablitas analysis results use z – score method at both the type of Chrysanthymum morifolium have different rank from highest to smallest are the source of the risk of pests , diseases , weather , labor ( standard type ) and pests , disease , weather , labor (type spray ) . Implication Analysis use Value at Risk method at both types of Chrysanthymum morifolium have different rank from the highest to smallest are risk of pests , weather , labor , disease ( standard type ) and pests , disease , weather , labor ( spray type ) . Preventive Startegic conducted for risk of pests and diseases, while Mitigation Startegic conducted for risk of pests, diseases,weather, and labor.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Manajemen

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG

PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA DI KECAMATAN

MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR

SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Nama : Sukmaningrum Dwi Permatasari

NIM : H34104108

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan serta arahannya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih penulis ucapkan juga kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji skripsi atas semua arahan dan sarannya. Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada Sdri Santika Hamidah selaku pembahas skripsi pada saat seminar yang telah memberikan kritik dan sarannya.Di samping itu, ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada Bapak Surip dan Bapak Nengah selaku pemilik dan direktur operasional. Dan, terimakasih pula kepada Bapak Arif, Bapak dan Ibu Deni, Bapak Wardike, Bapak Bapak Prapto, Ibu Lina beserta staf perusahaan Berkah Flora atas perhatian, dan bantuannya kepada penulis selama proses penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman – teman semua atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan 9

Manfaat Penelitian 10

Ruang Lingkup Penelitian 10

TINJAUAN PUSTAKA 11

Penelitian Terdahulu 11

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Pemikiran Teoritis 15

Kerangka Pemikiran Operasional 21

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Pengumpulan Data 24

Metode Penentuan Responden 24

Metode Pengolahan dan Analisis Data 25

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 31

Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan 31

Organisasi dan Manajemen Perusahaan 32

Sumber Daya Perusahaan 34

Operasional Kegiatan 35

Pemasaran Bunga Krisan Potong 40

PEMBAHASAN 42

Identifikasi Sumber – Sumber Risiko 42

(10)

KESIMPULAN 67

Simpulan 67

Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 71

RIWAYAT HIDUP 108

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008 - 2012 1 2 Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura

di Indonesia tahun 2011 - 2012 2

3 Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di

Indonesia tahun 2008 - 2012 3

4 Volume, nilai impor dan ekspor florikultura tahun 2012 4 5 Pemilihan responden berdasarkan tujuan dari pengambilan

data 25

6 Sumber daya fisik pada persahaan Berkah Flora 34 7 Varietas bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora 41 8 Harga jual bunga krisan potong grade A pada perusahaan

Berkah Flora 41

9 Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko

produksi pada bunga krisan potong tipe standard 53 10 Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko

produksi pada Bunga krisan potong tipe spray 55

11 Perbandingan dampak risiko produksi pada bunga krisan

potong tipe standard 57

12 Perbandingan dampak risiko produksi pada bunga krisan

potong tipe spray 58

13 Status risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan

potong tipe standard 60

14 Status risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan

potong tipe spray 60

DAFTAR GAMBAR

1 Produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan spray 8

2 Siklus manajemen risiko 18

3 Peta risiko 20

4 Kerangka pemikiran operasional 22

5 Peta risiko (Pemetaan risiko) 29

6 Peta risiko strategi preventif 30

7 Peta risiko strategi mitigasi 30

8 Struktur organisasi pada perusahaan Berkah Flora 32

9 Skema proses produksi bunga krisan potong 36

10 Layout bedengan pada setiap green house Berkah Flora 37

11 Serangan hama Thrips 44

12 Serangan hama Tungau merah 45

13 Serangan hama Leaf miner 45

14 Serangan hama Appids 46

15 Serangan hama Ulat Grayak 46

16 Penyakit White rust 47

17 Penyakit Busuk Pangkal Batang 48

(12)

19 Kegagalan panen akibat tenaga kerja 51 20 Peta risiko bunga krisan potong tipe standard 61

21 Peta risiko bunga krisan potong tipe spray 62

DAFTAR LAMPIRAN

1 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman krisan

tahun 2009 - 2011 71

2 Sentra tanaman hias di Provinsi Jawa Barat 72

3 Produksi tanaman hias krisan di Jawa Barat 73

4 Produksi dan produktivitas bunga krisan potong Berkah

Flora 74

5 Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard 77 6 Analisis probabilitas sumber risiko cuaca (Krisan tipe

standard) 79

7 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit (Krisan tipe

standard) 80

8 Analisis probabilitas sumber risiko tenaga kerja (Krisan tipe

standard) 81

9 Analisis probabilitas sumber risiko hama (Krisan tipe

standard) 82

10 Analisis dampak sumber risiko cuaca (Krisan tipe standard) 83 11 Analisis dampak sumber risiko penyakit (Krisan tipe

standard) 84

12 Analisis dampak sumber risiko tenaga Kerja (Krisan tipe

standard) 85

13 Analisis dampak sumber risiko hama (Krisan tipe standard) 86 14 Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe spray 87 15 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit (Krisan tipe

spray) 89

16 Analisis probabilitas sumber risiko hama (Krisan tipe spray) 90 17 Analisis probabilitas sumber risiko tenaga kerja (Krisan tipe

spray) 91

18 Analisis probabilitas sumber isiko cuaca (Krisan tipe spray) 92 19 Analisis dampak sumber risiko penyakit (Krisan tipe spray) 93 20 Analisis dampak sumber risiko hama (Krisan tipe spray) 94 21 Analisis dampak sumber risiko tenaga Kerja (Krisan tipe

spray) 95

22 Analisis dampak sumber risiko cuaca (Krisan tipe spray) 96 23 Kuisioner penelitian analisis risiko produksi bunga krisan

potong pada perusahaan Berkah Flora Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor 97

24 Gambar budidaya bunga krisan potong pada perusahaan

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Peranan subsektor hortikultura dapat membantu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki gizi masyarakat dan meningkatkan devisa negara yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan nasional (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).

Subsektor hortikultura juga berperan penting dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan rata – rata pertumbuhannya sebesar 2,70%. Perkembangan nilai PDB hortikultura di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008 – 2012 (Milyar)

Komoditas

Nilai PDB (Rp) Rata - rata pertumbuhan

(%) 2008 2009 2010 2011 2012(*)

Buah 47.060 48.437 45.482 46.846 48.217 0,69 Sayuran 28.205 30.506 31.244 32.181 34.807 5,43 Florikultura 5.085 5.494 3.665 3.775 4.079 -3,55 Biofarmaka 3.853 3.897 6.174 6.359 6.432 15,93 Total 84.203 88.334 86.565 89.161 93.535 2,70 Sumber : Direktorat Jendaral Hortikultura (2012) (diolah)

Keterangan :

(*) Angka sementara

(15)

Tabel 2. Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura di Indonesia Impor 396.192.273 462.692.841 16,78

Buah Ekspor 9.270.594 10.285.654 10,95

Impor 627.018.669 884.924.028 41,13 Florikultura Ekspor 7.614.135 9.846.080 29,31 Impor 1.274.545 1.587.290 24,54 Biofarmaka Ekspor 10.177.697 14.098.475 38,52 Impor 9.534.281 10.857.035 13,87 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012) (diolah)

Keterangan :

(*) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 2, salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai peluang besar untuk memenuhi permintaan dari dalam maupun luar negeri adalah tanaman florikultura. Jika dilihat pada Tabel 2 tersebut, potensi ekspor florikultura cukup besar dalam memenuhi permintaaan pasar luar negeri dilihat dari perkembangan nilai ekspor yang semakin meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 29,31%. Selain itu, nilai impor produk florikultura juga mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahunn 2012 sebesar 24,54%. Peningkatan nilai impor ini membuktikan bahwa permintaan pasar akan produk florikultura tidak hanya terjadi di luar negeri saja tetapi permintaan di dalam negeripun juga semakin meningkat dan berkembang. Jadi, perkembangan nilai ekspor dan impor produk florikultura pada tahun 2011-2012 ini mengindikasikan bahwa pasar bisnis florikultura masih terbuka lebar untuk dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan pasar.

Menurut Saragih yang diacu dalam Zebua (2011), Agribisnis florikultura merupakan keseluruhan kegiatan bisnis berkaitan dengan bunga-bungaan dimana perkembangan florikultura di Indonesia mencakup tiga alasan yang mendukung diantaranya potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas.

Jika dilihat dari segi manfaatnya, komoditas agribisnis florikultura dibagi menjadi tanaman hias pot, tanaman hias taman, dan tanaman hias bunga potong. Menurut Zebua (2011), tanaman hias bunga potong (cut flower) merupakan komoditi yang perlu perhatian khusus dalam pengusahaannya dimana dibutuhkan ketrampilan dalam hal penguasaan teknologi budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi. Selain itu, pengusaha bunga potong juga dituntut untuk dapat memperdagangkan produksinya dalam keadaan segar dengan menampilkan bentuk dan warna produknya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen.

(16)

kematian. Disamping itu, bunga potong juga bisa digunakan untuk upacara ritual keagamaan, kenegaraan, bahan dalam industri makanan, minuman, kosmetika dan minyak wangi.

Menurut data yang diperoleh dari statistik hortikultura, teradapat 9 jenis bunga potong yang banyak diproduksi di Indonesia pada tahun 2008-2012 diantaranya bunga anggrek, anthurium, anyelir, gerbera, gladiol, haliconia, krisan, mawar, dan sedap malam. Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia pada tahun 2008- 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia tahun 2008 - 2012

Komoditas Luas Panen (m2) Pertumbuhan (%) Produksi (Tangkai) Pertumbuhan (%)

2011 2012 2011 2012 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013) (diolah)

Pada Tabel 3, bunga potong yang mempunyai luas panen terluas dan meningkat dari tahun 2011- 2012 adalah bunga krisan dengan pertumbuhan sebesar 11,81%. Begitu pula dilihat dari jumlah produksinya, bunga krisan potong mempunyai jumlah produksi meningkat dan paling besar dibandingkan dengan delapan bunga potong lainnya. Berdasarkan luas panen dan jumlah produksinya, bunga krisan potong menduduki posisi tertinggi sebagai bunga potong dalam komoditas florikultura.

Perkembangan luas panen dan produksi florikultura khususnya bunga potong cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ini secara tidak langsung dipicu oleh berkembangnya bisnis – bisnis jasa seperti florist, restoran dan hotel yang membutuhkan bunga potong untuk menambah estetika ruangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Permana (2011) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi tanaman hias terkait dengan penggunaan tanaman hias dan bunga segar yang kini semakin luas, tidak saja merupakan kebutuhan pada kalangan florist dan

flowershop, melainkan juga sudah menjadi kebutuhan primer hotel dan restoran. Selain itu, kebutuhan akan produk florikultura dapat dikatakan sudah mulai menjadi suatu trend bagi kalangan tersebut diatas karena selain memiliki nilai estetika, penggunaan bunga segar juga dapat meningkatkan prestise dari konsumen.

(17)

krisan potong memiliki daya tahan dan kesegaran yang relatif lama, mudah dirangkai serta harganya yang ekonomis. Pembudidayaan bunga krisan terbagi menjdadi dua tipe yaitu tipe standar (satu batang terdapat satu bunga) dan tipe spray (satu batang terdapat banyak bunga). Perkembangan permintaan bunga krisan pada tahun 2012 dapat dilihat dari jumlah volume, nilai impor dan ekspor bunga krisan (Tabel 4).

Tabel 4. Volume, nilai impor dan ekspor florikultura tahun 2012 N

5 Tanaman Hias Lainnya 12.893,43 6.341,24 9.710.077 16.584.580 Total 12.906,02 6.493,04 9.997.477 18.813.074 Sumber : Badan Pusat Statistik diolah Direktorat Jenderal Hortikultura (2013)

Berdasarkan Tabel 4 diatas, volume impor paling tinggi terdapat pada bunga krisan potong. Volume impor ini dapat diartikan bahwa permintaan pasar akan bunga krisan di dalam negeri masih sangat besar dibandingkan permintaan pasar pada bunga lainnya. Jika dilihat dari Tabel 4, besarnya volume impor bunga krisan potong mengindikasikan bahwa permintaan bunga krisan potong di dalam negeri belum bisa terpenuhi semuanya sehingga pemerintah harus mengimpor bunga krisan potong dari negara lain untuk memenuhinya yaitu sebanyak 8 ton. Sedangkan dilihat dari nilai impor dan ekspornya, bunga krisan memiliki nilai (US $) tertinggi dibandingkan bunga potong lainnya. Hal ini membuktikan bahwa bunga krisan masih sangat populer dan banyak diminati serta mempunyai potensi besar untuk memasuki pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Volume dan nilai baik impor maupun ekspor bunga krisan potong ini mengindikasikan adanya permintaan pasar terhadap krisan. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif seperti terbukanya peluang untuk mengekspor dengan harga yang mampu bersaing dan semakin mendorong minat pengusaha & petani untuk memproduksi bunga potong krisan. Keadaan ini terlihat dari semakin meluasnya usaha membudidayakan bunga krisan di berbagai sentra produksi baik dalam skala kecil maupun besar.

Pada saat ini, bunga krisan telah dikembangkan di beberapa propinsi sentra produksi yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan krisan (Lampiran 1). Berdasarkan data pada Lampiran 1 tersebut dapat dilihat dan disimpulkan bahwa hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat kegiatan usaha pembudidayaan bunga krisan sehingga bunga krisan telah menjadi komoditas florikultura primadona untuk dibudidayakan di Indonesia.

(18)

adanya dukungan dari kondisi tanah dan iklim yang dimiliki Propinsi Jawa Barat yang sesuai dengan pertumbuhan bunga krisan yaitu kondisi tanahnya yang banyak berada di dataran tinggi dan subur. Dilihat dari segi geografisnya, iklim di daerah pegunungannya relatif cocok dengan pengusahaan bunga krisan. Beberapa daerah di Propinsi Jawa Barat yang menjadi sentra bunga krisan diantaranya Kabupaten Bandung, Cianjur, Sukabumi, Bogor, dan Garut (Lampiran 2).

Salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Barat sekaligus menjadi salah satu penghasil bunga krisan adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah dari lima sentra produksi dan pengembangan bunga krisan terbesar di Jawa Barat dengan jumlah produksi yang cukup tinggi. Namun, pertumbuhan jumlah produksi bunga krisan potong di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian jumlah produksi bunga krisan di Kabupaten Bogor (Lampiran 3). Tingkat fluktuasi yang tinggi ini dapat memberikan gambaran besarnya tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan ataupun petani di Kabupaten Bogor dalam usaha pembudidayaan bunga krisan potong.

Bunga krisan yang dihasilkan di Kabupaten Bogor biasanya akan dipasok sebagian besar ke kota – kota besar seperti Bandung, Bogor, Jakarta dan di luar Pulau Jawa. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan peran dari Kabupaten Bogor sebagai salah satu penopang ekonomi Propinsi Jakarta dan propinsi lainnya khususnya dalam bidang agribisnis florikultura.

Ada tiga kecamatan yang memproduksi bunga krisan di daerah Kabupaten Bogor khususnya Kabupaten Bogor Tengah diantaranya Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, dan Kecamatan Tamansari. Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dalam usaha budidaya bunga krisan potong yang berada di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tengah. Letak geografis lahan Berkah Flora cocok dan sesuai dengan syarat tempat tumbuh bunga krisan yaitu terletak pada ketinggian 700 – 1200 mdpl. Selain itu, jarak lokasi usaha yang relatif dekat dengan pasar (Jakarta) menjadi salah satu keunggulan dari perusahaan dalam membudidayakan bunga krisan potong. Adapun alasan dari pemilihan perusahaan Berkah Flora ini adalah keunggulan lokasi yang dimiliki perusahaan; luasan lahan yang dimiliki perusahaan untuk budidaya bunga krisan merupakan salah satu lahan paling luas di Desa Sukamanah; dan adanya pencatatan yang berhubungan dengan produksi bunga krisan walaupun pencatatannya ada yang belum rapi.

Pada umumnya, dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis yang bergerak dibidang agribisnis tentunya tidak terlepas dari sebuah risiko. Begitu pula dengan usaha budidaya bunga krisan potong yang dilakukan oleh Berkah Flora juga menghadapi risiko – risiko yang berasal dari berbagai macam sumber risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan dapat menggangu keberlangsungan usaha budidaya bunga krisan potong tersebut. Hal ini juga tidak terlepas dari bunga krisan potong yang menjadi komoditi utama perusahaan dimana perusahaan belum mengusahakan budidaya komoditas tanaman lain selain bunga krisan.

(19)

terkait dengan proses produksi bunga krisan potong. Fluktuasi produksi tersebut dapat mempengaruhi jumlah penerimaan perusahaan Berkah Flora meskipun harga jual bunga krisan potong relatif stabil karena perusahaan telah bekerjasama dengan konsumen untuk menjual bunga krisan potong tersebut sesuai dengan harga jual tetap dalam kesepakatan.

Risiko produksi yang dihadapi Berkah Flora perlu diperhatikan dan diperhitungkan dengan baik karena risiko ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko produksi dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik dan lebih awal maka kerugian serta dampak yang mungkin ditimbulkan oleh risiko dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu pengkajian untuk mengetahui risiko produksi dan sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong yang dihadapi Berkah Flora sehingga nantinya dapat diketahui strategi – strategi yang bisa digunakan dalam mengantisipasi atau menangani risiko produksi kedepannya.

Perumusan Masalah

Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dalam usaha florikultura khusunya bunga krisan potong. Berkah flora mempunyai keunggulan dari segi lokasi usaha yang dimiliki sesuai dengan syarat tempat tumbuh krisan dan lokasinya juga mudah dijangkau serta dekat dengan pasar. Lokasi usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora berada di daerah yang sejuk dengan ketinggian 700 mdpl.

Pembudidayaan bunga krisan potong yang dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora dilakukan secara tunggal (monokultur). Berkah Flora membudidayakan bunga krisan potong dengan dua tipe yaitu bunga krisan tipe standarad dan tipe spray. Usaha yang dijalankan Berkah Flora hanyalah budidaya bunga krisan potong saja sebagai komoditi utamanya. Sejauh ini perusahaan belum melakukan usaha untuk pembudidayaan tanaman selain krisan sebagai usaha sampingannya. Jadi, keberhasilan dalam proses produksi budidaya bunga krisan potong ini sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan serta keberlangsungan dari perusahaan Berkah Flora.

Bunga krisan bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari negara dengan iklim subtropik sehingga dalam pembudidayaannya di Indonesia dibutuhkan suatu modifikasi lingkungan agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Bunga krisan juga layaknya tanaman lain yang juga mudah / rentan terhadap perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit. Bunga krisan juga merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan maupun kondisi kelebihan air hujan. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruh dari hal tersebut diatas adalah membudidayakan bunga krisan potong dengan menggunakan rumah naungan (green house).

Luas lahan total yang dimiliki perusahaan Berkah Flora dalam usaha budidaya bunga krisan potong ini adalah 1,5 ha. Sedangkan jumlah green house yang dimiliki perusahaan sebanyak 48 green house dengan luas rata – rata satu

(20)

membutuhkan luas lahan yang berbeda sesuai dengan jumlah bibit yang akan ditanam untuk satu kali periode tanam dimana satu periode tanam bunga krisan mencapai 3 – 4 bulan. Produksi bunga krisan potong Berkah Flora dibagi sesuai dengan proporsi masing – masing yaitu bunga krisan tipe standard sebanyak 60% dan tipe spray sebanyak 40%.

Pada umumnya indikasi adanya risiko khususnya dalam kegiatan produksi dapat dilihat dari adanya fluktuasi hasil produksi yang diperoleh pada satu periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Selama dua puluh empat periode terakhir ini, usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda – beda pada setiap kali produksinya. Hasil produksi yang beragam ini akan berpengaruh pada tingkat produktivitas tanaman sehingga produktivitas bunga krisan potong pun bisa mengalami fluktuatif (Lampiran 4).

Pada Lampiran 4, produksi standar yang seharusnya bisa dicapai perusahaan dalam satu periode tanamnya berbeda – beda pada setiap periodenya. Produksi standar yang berbeda ini disesuaikan dengan jumlah permintaan bunga pada setiap bulannya yang berbeda – beda. Perubahan permintaan bunga krisan terjadi berdasarkan permintaan pada bulan – bulan islam. Permintaan bunga krisan meningkat pada bulan Dzulhijjah, Rajab, Rabiul Akhir, dan Syawal. Sedangkan permintaan dalam jumlah normal pada bulan Rabiul Awal, Sya’ban, Jumadil Awal, dan Jumadil Akhir. Dan permintaan menurun bunga krisan terdapat pada bulan Muharram, Shafar, Ramadhan, dan Dzuqa’dah. Jika dilihat pada Lampiran 4, periode pertama sampai periode kedelapan merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Sya’ban 1434 H (minggu kedua Maret 2013 - minggu pertama Juli 2013) dengan permintaan yang stabil / normal. Periode sembilan sampai periode keenam belas merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Ramadhan 1434 H (minggu kedua Mei 2013 - minggu pertama September 2013) dengan permintaan yang sedang menurun. Sedangkan pada periode ketujuh belas sampai periode dua puluh empat merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Syawal 1434 H (minggu kedua Mei 2013 - minggu pertama September 2013) dengan permintaan yang sedang meningkat.

Pada Lampiran 4, total produksi standar bunga krisan potong pada periode dengan permintaan meningkat adalah sebesar 9.000 tangkai per periodenya. Sedangkan pada saat permintaan normal, produksi standarnya adalah 7.500 tangkai. Dan produksi standar sebesar 4.000 tangkai ini terjadi saat permintaan menurun. Namun, produksi aktual yang dicapai perusahaan pada 24 kali periode tanam berbeda – beda per periodenya dan tidak sesuai dengan standar keberhasilan yang diinginkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil produktivitas aktual bunga krisan potong yang berfluktuatif dan nilainya pun sebagian besar lebih rendah dari produktivitas standarnya. Produktivitas bunga krisan potong terendah terjadi pada periodeke dua puluh empat yaitu sebesar 2,21 tangkai/ m2. Sedangkan produktivitas bunga krisan potong tertinggi terjadi pada periode ketujuh yaitu sebesar 3,88 tangkai/ m2.

(21)

dengan trend permintaan pada tiap bulannya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4, dimana bunga krisan tipe standard dan tipe spray memiliki produksi aktual yang sebagian besar lebih rendah dibandingkan produksi standarnya. Adanya fluktuasi produksi pada masing – masing tipe bunga krisan ini akan mempengaruhi produktivitas masing – masing tipe bunga krisan. Dan selanjutnya, fluktuasi produksi yang disebabkan oleh risiko produksi ini akan berdampak pada pendapatan yang diterima perusahaan sesuai dengan harga jual masing – masing tipe bunga krisan. Fluktuasi produktivitas kedua tipe bunga krisan potong di Berkah Flora dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa masing – masing tipe bunga krisan mempunyai tingkat produktivitas yang berbeda dan berfluktuatif pada setiap periodenya. Jika dilhat pada Gambar 1 tersebut, produktivitas bunga krisan potong tipe spray dan tipe standard terlihat sangat berfluktuatif. Produktivitas tertinggi pada bunga krisan potong tipe standard dicapai pada saat periode ke tujuh yaitu sebesar 4,27 tangkai/ m2. Dan produktivitas terendah pada bunga krisan potong tipe standard dicapai pada saat periode dua puluh satu yaitu sebesar 1,83 tangkai/

Tangkai /m2

Tangkai /m2

Periode

(22)

m2. Berbeda halnya pada bunga krisan potong tipe spray, produktivitas tertinggi pada bunga krisan potong tipe spray dicapai pada saat periode ke tiga dan kedelapan yaitu sebesar 3,72 tangkai/ m2. Sedangkan produktivitas terendah pada bunga krisan potong tipe spray dicapai pada saat periode ke sepuluh yaitu sebesar 2,54 tangkai/ m2.

Adanya fluktuasi produksi dan produktivitas pada usaha budidaya bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora ini mengindikasikan bahwa perusahaan menghadapi adanya risiko produksi dimana risiko tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai macam sumber – sumber risiko yang terdapat di lokasi usaha. Sumber – sumber risiko ini bisa datang darimana saja seperti faktor lingkungan, sumber daya manusia, dan teknologi yang digunakan dalam budidaya bunga krisan potong ini. Sumber – sumber risiko ini perlu dikaji lebih dalam karena risiko yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut akan berdampak pada penurunan hasil produksi. Produksi yang menurun ini dapat berpengaruh pada perolehan pendapatan serta kelangsungan dan perkembangan usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora mengingat bahwa usaha bunga krisan potong ini merupakan sumber pendapatan utama perusahaan.

Dengan demikian, pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi perusahaan. Penilaian yang tepat dibutuhkan guna membantu perusahaan Berkah Flora dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam pengelolaan risiko tersebut dibutuhkan strategi yang tepat agar nantinya apabila menghadapi kondisi dengan risiko yang sama maka perusahaan dapat terlebih dahulu mengantisipasi dan menanggulangi risiko tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan risiko produksi yang dihadapi perusahan Berkah Flora dimana dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat diteliti diantaranya :

1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray dalam usaha budidaya bunga krisan potong di Berkah Flora?

2. Bagaimana perbandingan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko dan dampak dari sumber – sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dengan tipe spray di Berkah Flora?

3. Bagaimana alternatif strategi yang tepat dan dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

(23)

2. Menganalisis perbandingan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko dan dampak dari sumber – sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dengan tipe spray di Berkah Flora.

3. Menganalisis alternatif strategi yang tepat dan dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan diantaranya:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Berkah Flora dalam perencanaan pengambilan keputusan bisnis sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan usahanya.

2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan pengetahuan dan menganalisis masalah tentang risiko bisnis melalui penerapan langsung dilapangan.

3. Sebagai bahan rujukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih mendalam lagi khususnya mengenai analisis dari usaha budidaya bunga krisan potong.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray yang merupakan produk utama perusahaan Berkah Flora.

2. Kajian masalah dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi bunga krisan potong yang dihadapi Berkah Flora.

3. Data yang digunakan merupakan data primer (hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak Berkah Flora) dan data sekunder (data yang berhubungan dengan kegiatan produksi bunga krisan potong dalam 1 tahun terakhir)

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Risiko menunjukkan peluang atau kemungkinan terhadap suatu kejadian yang bisa diketahui oleh pembuat keputusan dimana pada umumnya risiko dalam kegiatan bisnis dapat menimbulkan dampak negatif. Pada bab kedua ini membahas tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini yaitu risiko khususnya risiko produksi dalam bidang agribisnis hortikultura. Penelitian - penelitian tersebut akan dijadikan sebagai gambaran dan pembelajaran dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian – penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko produksi tanaman hortikultura yaitu Wisdya (2009) menganailisis risiko produksi bunga Anggrek Phalaenopsis, Permana (2011) yang menganalisis tentang risiko produksi bunga mawar potong pada PT Momenta Agrikultura, Parengkuan (2011) menganalisis risiko produksi pada jamur tiram putih, dan Nasti (2013) menganalisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery.

Sumber – Sumber Risiko

Usaha dalam bidang produksi khususnya produk agribisnis sebagian besar menghadapi beberapa sumber penyebab risiko dari faktor – faktor teknis diantaranya perubahan suhu dan cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input, dan kesalahan teknis dari tenaga kerja. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai sumber – sumber risiko yang dihadapi oleh suatu usaha dalam bidang agribisnis. Jika ditinjau dari beberapa penelitian pada komoditi hortikultura sebagian besar sumber risiko yang dihadapi pada umumnya meliputi teknik budidaya, kesalahan teknis sumberdaya manusia, serangan hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi, bibit, dan cuaca/iklim yang tidak pasti.

Pada penelitian Wisdya (2009), permasalahan risiko produksi sering dihadapi PT Ekakarya Graha Flora dalam proses budidaya bunga Anggrek

Phalaenopsis. Sumber – sumber risiko yang dihadapi dalam proses budidaya bunga Anggrek Phalaenopsis diantaranya kondisi curah hujan, serangan hama dan penyakit, kontaminasi serta kerusakan mekanis. Adanya risiko produksi ini menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak kepada penurunan pendapatan perusahaan.

Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) mengenai analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sumber-sumber risiko produksi dalam usaha budidaya bunga mawar potong disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serangan hama dan penyakit. Sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan fluktuasi produksi pada usaha budidaya bunga mawar potong PT Momenta Agrikultura.

(25)

kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi beberapa faktor yang teridentifikasi sebagai sumber risiko produksi antara lain : kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, perubahan suhu udara, serangan hama, dan penyakit pada log jamur. Sumber - sumber risiko tersebut dapat menyebabkan penurunan produktivitas jamur tiram, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian bagi Yayasan Paguyuban Ikhlas.

Sumber risiko juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dengan melakukan analisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery. Berdasarkan hasil penelitian, sumber-sumber risiko yang terjadi pada pengusahaan bunga potong disebabkan adanya cuaca dan iklim, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Faktor – faktor yang merupakan sumber risiko ini memepengaruhi tingkat produksi tanaman krisan sehingga menunjukkan kondisi yang berfluktuasi.

Dari beberapa penelitian di atas, diperoleh variabel yang menjadi sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi budidaya, dan kesalahan teknis pada sumber daya manusia. Variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora.

Pengukuran Risiko

Metode analisis dalam pengukuran risiko dapat dilakukan melalui analisis seperti Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga indikator ini menjadi indikator besar atau kecilnya risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Jika semakin kecil nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin rendah risiko yang dihadapi, bergitu juga sebaliknya semakin besar nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Selain itu, analisis metode nilai standar juga dapat digunakan sebagai alat analisis dalam pengukuran risiko.

Alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation

digunakan dalam penelitian Wisdya (2009), Permana (2011) dan Nasti (2013) dimana ada yang menggunakannya pada usaha spesialisaisi saja ataupun keduanya yaitu spesialisasi dan diversifikasi. Sedangkan pada penelitian Parengkuan (2011) menggunakan metode nilai standar atau z-score dan VaR.

Wisdya (2009) melakukan penelitian mengenai risiko produksi anggrek

Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko menggunakan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan

(26)

maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,319. Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Dengan demikian penerimaan yang diterima perusahaan dari tanaman anggrek dengan teknik seedling relatif lebih kecil.

Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) menggunakan metode analisis manajemen risiko dan analisis risiko. Penilaian terhadap risiko produksi berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan

Expected Return, sedangkan risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran

coefficient variation), menunjukkan bahwa budidaya bunga mawar potong pada PT Momenta Agrikultura (Amzing Farm) menghadapi risiko sebesar 0,23. Artinya, untuk setiap satu tangkai hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada budidaya bunga mawar potong pada perusahaan tersebut diperoleh nilai expected return sebesar 11,27. Artinya, PT Momenta Agrikultura dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 11,27 tangkai per meter2 untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya bunga mawar potong dapat member harapan perolehan hasil sebesar 11,27 tangkai untuk setiap meter2.

Penelitian Nasti (2013) mengenai analisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery menggunakan pendekatan Expected Return, ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dampak dan probabilitas sumber risiko dengan metode Expert opinion dan Delphy. Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah produksi krisan per tahun pada kegiatan spesialisasi menunjukkan nilai coefficient variation sebesar 0,11 pada krisan tipe spray dan 0,30 pada krisan tipe standar. Nilai tersebut menunjukkan bahwa produksi krisan tipe standar pada Natalia Nursery mengalami risiko produksi yang lebih besar dibandingkan tipe spray. Sedangkan analisis risiko produksi krisan pada kegiatan diversifikasi menunjukkan nilai coefficient variation sebesar 0,12. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan diversifikasi, perusahaan dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi dibandingkan dengan pengusahaan krisan secaa spesialisasi.

(27)

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, pengukuran terhadap risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Dalam pengukuran risiko, alat analisis yang banyak digunakan adalah coefficient variation, variance

dan standard deviation. Namun, berdasarkan tujuan penelitian ini alat analisis Z-score dan VaR. digunakan untuk pengukuran probabilitas dan dampak dari sumber risiko bunga krisan potong secara spesialisasi.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan yang sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko.

Strategi pengelolaan risiko diversifikasi produk dilakukan oleh Wisdya (2009) dimana ia juga mengemukakan strategi yang dapat dilakukan PT EGF untuk menekan risiko diantaranya (1)melakukan diversifikasi dengan pola tanam tumpangsari sehingga dapat mengurangi risiko dan mengefisienkan biaya, (2) kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, (3) usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011), strategi preventif dipilih sebagai alternatif strategi penanganan dalam mengatasi risiko produksi pada PT Momenta Agrikultura. Strategi yang dapat dilakukan adalah penambahan alat pengatur cahaya dan suhu sederhana yang dapat terbuat dari jaring paranet yang bertujuan untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Serta melakukan sistem karantina sederhana yang dapat terbuat dari screen yang bertujuan untuk memperlambat proses penyebaran hama dan penyakit,peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu strategi preventif merupakan alternatif yang tepat untuk mencegah risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi.

Strategi penanganan risiko produksi dari hasil penelitain Nasti (2013) pada usaha budidaya bunga krisan potong diantaranya adalah (1) strategi preventif, yaitu dengan pelaksanaan SOP, perbaikan indukan, perbaikan sistem naungan; (2) strategi mitigasi dengan diversifikasi produksi, unit usaha, serta dengan pengalihan risiko; (3) pengendalian OPT; (4) pengembangan sumber daya manusia; (5) membangun kemitraan.

Pada penelitian Parengkuan (2011) yang memiliki alat analisis yang berbeda dengan penelitian-penelitiannya lainnya, strategi yang dilakukan adalah menggunakan kapur anti serangga dan membersihkan area kumbung untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang mungkin merusak log jamur, pengecekan suhu udara agar jamur dapat tumbuh optimal dengan dipasang alat pengukur suhu ruangan (termometer atau hygrometer), frekuensi penyiraman atau pengkabutan ruangan kumbung lebih ditingkatkan, memberikan pelatihan kontinyu untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusianya.

(28)

Parengkuan (2011) dan Nasti (2013). Strategi preventif dan strategi mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Parengkuan (2011) dan Nasti (2013). Sedangkan pada penelitian Permana (2011) hanya menjadikan strategi preventif sebagai strategi penanganan risikonya. Lain halnya dengan Wisdya (2009) yang menjadikan alternatif strategi diversifikasi saja sebagai strategi penanganan risikonya. Adanya beberapa perbedaan tersebut disebabkan kondisi tempat dan komoditas yang berbeda sehingga alternatif strategi yang diberikan juga akan berbeda. Namun, semua hasil penelitian terdahulu akan dapat memberikan landasan terhadap penelitian ini dalam membahas keadaan di lokasi penelitian.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan secara umum dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada topik penelitian dimana topik penelitian yang akan diambil adalah analisis risiko produksi pada komoditas hortikultura. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Parengkuan (2011) yaitu menggunakan metode analisis risiko Z-score dan VaR. Selain itu, penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) dimana menganalisis risiko pada satu komoditas secara spesialisasi.

Dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya secara umum terletak pada lokasi penelitian dan komoditasnya (florikultura). Selain itu, perbedaan juga terdapat pada metode analisis yang digunakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009), Permana (2011), dan Nasti (2013) dimana ketiga penelitian tersebut menggunakan alat analisis variance, standar deviation, dan coefficient variation.

Jadi, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai topik risiko produksi pada satu komoditas hortikultura yaitu bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora dimana alat analisis yang digunakan adalah metode nilai standar Z-score

untuk menghitung probabilitas dan metode VaR untuk menghitung dampak dari sumber risiko. Penentuan alat analisis yang digunakan oleh peneliti disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu menganalisis probabilitas dan dampak dari masing – masing sumber risiko produksi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(29)

Konsep Dasar Risiko

Menurut Hardaker yang diacu dalam Sianturi (2011), definisi risiko merupakan pengetahuan yang tidak sempurna dimana diketahuinya peluang dari hasil sedangkan ketidakpastian itu sendiri diartikan sebagai kondisi dimana peluangnya dari hasil tidak diketahui.

Berdasarkan Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian dimana ketidakpastian tersebut terjadi akibat kurang tersedianya informasi mengenai apa yang terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan memiliki dua dampak yaitu merugikan dan menguntungkan. Jika ketidakpastian memberikan dampak menguntungkan maka hal tersebut dinamakan kesempatan (opprtunitty). Sedangkan ketidakpastian yang memberikan dampak merugikan biasanya disebut sebagai risiko. Dalam hal ini, Risiko berhubungan dengan suatu kejadian yang memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.

Terkait dengan risiko dan ketidakpastian, Roumasset (1979) menjelaskan bahwa kondisi risiko dan ketidakpastian dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Risiko didefinisikan sebagai situasi dimana kemungkinan hasil dari suatu peristiwa yang sifatnya acak dapat ditentukan dan besarnya probabilitas dari setiap peristiwa tersebut telah diketahui. Adapun ketidakpastian adalah situasi dimana hasil dari suatu kegiatan dapat diketahui namun tingkat probabilitasnya tidak dapat diestimasi.

Konsep risiko lainnya diambil dari Darmawi (2005) yang menyatakan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dalam artian bahwa penggunaan kata kemungkinan tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko dimana kondisi tersebut muncul disebabkan oleh (Darmawi, 2005) :

1. Jarak waktu sejak mulainya perencanaan atas kegiatan sampai berakhirnya kegiatan tersebut. Semakin panjang jarak waktu semakin besar ketidakpastiannya.

2. Adanya keterbatasan dalam tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Adanya keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik pengambilan keputusan.

Sumber-Sumber Risiko

Pada umumnya ada dua sumber faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko yakni internal dan eksternal. Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sedangkan sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

(30)

1. Risiko produksi

Beberapa sumber risiko dari risiko produksi diantaranya hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar atau risiko harga

Barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik merupakan risiko – risiko yang ditimbulkan oleh pasar. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi

Risiko yang ditimbulkan dalam kelembagaan atau institusi adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko kebijakan

Risiko kebijakan yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko finansial atau keuangan

Risiko yang timbul antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko dapat diartikan sebagai suatu cara atau upaya yang digunakan perusahaan dalam melakukan pemilihan alternatif yang ada untuk mengurangi dampak dari risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Dalam Djohanputro (2006), manajemen risiko korporat didefinisikan sebagai proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif risiko, memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko.

Pengertian manajemen risiko menurut Darmawi (2005) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengetahui, menganalisis, mengendalikan risiko di setiap kegiatan dalam pengambilan keputusan berdasarkan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Definisi lain dari manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan perusahaan untuk mengidentifiksai, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang muncul dari kegiatan operasionalnya (Hanggraeni, 2010).

Manajemen risiko berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko dimana strategi ini digunakan untuk mengendalikan risiko dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan.

(31)

kemudian risiko yang terdapat dalam daftar risiko tersebut dilakukan proses selanjutnya yaitu pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini dilakukan dengan pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko dimana pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko dari perusahaan. Status risiko menunjukkan tingkatan risiko mana yang lebih berisiko dibandingkan yang lain. Sedangkan peta risiko digunakan untuk menunjukkan posisi sebaran risiko di perusahaan. Posisi sebaran risiko dalam peta risiko ini akan membantu perusahaan dalam menentukan penanganan risiko yang tepat dan sesuai dengan status risiko yang paling krusial. Setelah ditentukan model penanganan risiko yang tepat, kemudian dilakukan implementasi serta evaluasi risiko oleh perusahaan (Kountur, 2008).

Proses manajemen risiko terdiri dari limatahapan yaitu diawali identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, pengawasan dan pengendalian risiko, dan evaluasi pihak yang berkepentingan (Djohanputro, 2006). Lima tahapan proses manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan : = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung Gambar 2 Siklus manajemen risiko

Sumber : Djohanputro (2006)

1. Tahap Identifikasi risiko

Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan dengan pertama – tama melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder) atau berhubungan langsung dengan risiko di perusahaan tersebut.

2. Tahap Pengukuran risiko

Dua faktor yang dijadikan acuan dalam pengukuran risiko mengacu pada yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

3. Tahap Pemetaan risiko

(32)

4. Tahap Model pengelolaan risiko

Beberapa macam model pengelolaan risiko diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

5. Tahap Monitor dan pengendalian

Ada beberapa alasan tahap monitor dan pengendalian ini dianggap penting diantaranya karena manajemen perlu (a) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana, (b) memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif, dan (c) tahap ini untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

Pengukuran Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran risiko untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya (Darmawi, 2005). Informasi yang dimaksud tersebut berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur (frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian). Masing-masing dimensi yang ingin diketahui tersebut paling sedikit memenuhi : (a) Rata-rata nilainya dalam periode anggaran; (b) Variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya; (c) Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri.

Pengukuran risiko adalah proses lebih lanjut setelah risiko yang paling krusial teridentifikasi dan dibuatkan daftar risikonya. Tahap pengukuran risiko ini dilakukan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkatan risiko sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dibandingkan yang lainnya sering disebut dengan status risiko. Sedangkan gambaran dalam bentuk peta yang menunjukkan posisi sebaran risiko perusahaan disebut dengan peta risiko. Dengan diketahui status risiko dan peta risiko kemudian manajemen dapat melakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008).

Pemetaan Risiko

Sebelum melakukan penanganan risiko, terlebih dahulu perlu dilakukan pembuatan peta risiko. Pemetaan risiko itu sendiri dilakukan setelah semua risiko diukur baik kemungkinannya maupun dampaknya. Pemetaan risiko digunakan untuk mengetahui letak posisi dari risiko yang dihadapi perusahaan sehingga nantinya dapat digunakan untuk menentukan penanganan risiko yang tepat. Peta risiko menggambarkan posisi risiko pada peta dengan terdiri dari dua sumbu yaitu probabilitas ditunjukkan pada sumbu vertikal dan dampak risiko pada sumbu horizontal (Kountur, 2008).

(33)

semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan (Kountur, 2008)

Dampak risiko itu sendiri merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi apabila risiko yang bersangkutan benar-benar terjadi. Semakin diperlukan perhatian khusus apabila semakin tinggi dampak dari suatu risiko. Sebaliknya, semakin rendah kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan apabila semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko. Layout pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3 .

Probabilitas (%) Besar

Sedang

Kecil

Kecil Sedang Besar Dampak (Rp) Gambar 3 Peta risiko

Sumber : Kountur (2008)

Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko, diantaranya :

 Kuadran I

Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

 Kuadran II

Daerah dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

 Kuadran III

Daerah yang merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

 Kuadran IV

Kuadran 1 Kuadran 2

(34)

Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Pengelolaan Risiko

Berdasarkan hasil dari pengukuran risiko dan pemetaan risiko selanjutnya dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Terdapat dua macam strategi penanganan risiko (Kountur, 2008), diantaranya :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki system prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

Kerangka Pemikiran Operasional

Berkah Flora merupakan salah satu usaha dalam bidang tanaman hias khususnya bunga krisan potong. Berkah Flora dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi komoditas bunga krisan potong sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi yang akan mengakibatkan fluktuasi produktivitas.

(35)

produksi yang meliputi bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian, intensitas cahaya matahari, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca). Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi bunga krisan potong. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi bunga krisan potong.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman, bibit, intensitas cahaya matahari, cuaca, dan tenaga kerja.Kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada komoditas bunga krisan potong. Analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi yang tepat dan efektif bagi perusahan Berkah Flora untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potongnya. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Keterangan : = Batasan yang diteliti

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian Perusahaan Bunga Krisan Potong Berkah Flora Fluktuasi produktivitas bunga krisan potong tipe standard

dan tipe spray pada perusahaan Berkah Flora

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi bunga krisan potong tipe standard dan spray (analisis deskriptif pada aspek produksi)

Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi (Metode nilai standar / z - score)

Pemetaan risiko dari hasil perhitungan identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak

Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora

Implementasi

Evaluasi Identifikasi dampak dari

(36)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang risiko produksi bunga krisan potong ini dilaksanakan di perusahaan Berkah Flora yang berlokasi di Kampung Munjul, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penetapan Bogor sebagai daerah penelitian karena Bogor berpotensi menjadi daerah sentra pengembangan budidaya bunga krisan potong. Hal tersebut juga terlihat dari jumlah produksi bunga krisan di Kabupaten Bogor yang rata – rata meningkat dari tahun ke tahunnya (Lampiran 3).

Pemilihan lokasi penelitian di perusahaan Berkah Flora dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya bunga krisan potong terbesar di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dimana dalam menjalankan usahanya seringkali menghadapi risiko khususnya pada bidang produksi tetapi masih bisa bertahan dalam menjalankan usahanya di Bogor. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan perusahaan adalah lokasi usaha dekat dengan pasar (tempat konsumen), ketersediaan data yang berkaitan dengan produksi dan kesediaan pihak perusahaan Berkah Flora untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.

Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2013 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga September 2013.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Dalam penelitian ini data kualitatif terdiri dari fakta-fakta berupa data non numerik tentang kegiatan usaha budidaya bunga krisan potong seperti teknis pelaksanan usaha, kondisi usaha, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam usaha bunga krisan potong, dan hal lainnya yang terkait dengan penelitian. Berbeda dengan data kualitatif, dalam data kuantitatif bentuknya merupakan fakta dan informasi tentang usaha bunga krisan potong yang sudah disusun dan lebih terukur. Data kuantitatif ini berupa data numerik yang terdiri dari informasi tentang data hasil produksi, jumlah penjualan, harga jual bunga krisan potong dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

Gambar

Tabel 1. Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008 – 2012 (Milyar)
Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia tahun 2008 - 2012
Gambar 1 Produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray
Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh bahwa hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling sering terjadi pada pengusahaan komoditas bunga yang diusahakan PT

Dampak (Rp) Status Risiko 1. Berdasarkan status risiko tersebut dapat diketahui penyakit memiliki status risiko yang paling besar, diikuti oleh keterampilan tenaga kerja,

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan

Upaya yang dilakukan oleh CV MGA dalam mengelola risiko yang dihadapi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada terlebih dahulu selanjutnya diambil

Kelangkaan pestisida menjadi sumber risiko sebesar 12%, risiko yang disebabkan oleh kelangkaan pestisida dan obat – obatan ini terjadi karena terkadang

Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor ini berisikan mengenai tahapan perencanaan kegiatan

Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini karena terdapat beberapa hal akibat tenaga kerja yang menyebabkan penurunan produksi, sehingga tenaga kerja merupakan sumber risiko produksi