• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI

KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

ARYANTI RAMADHAN H34104117

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)

i

RINGKASAN

ARYANTI RAMADHAN. Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Produksi tanaman sayuran di Indonesia yang cenderung meningkat menjadikan sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga mendorong kebutuhan pangan yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia.

Salah satu komoditas sayuran yang penting untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya permintaan cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar ekspor maupun pasar lokal cabai paprika.

Fluktuasi produktivitas yang dialami petani dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha cabai paprika. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, dan tenaga kerja.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

Penelitian dilakukan pada budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dengan melakukan pengamatan, wawancara, serta diskusi. Analisis yang bersifat kuantitatif dilakukan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi dengan menggunakan alat perhitungan yang sesuai, yaitu metode nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari risiko.

Hasil penelitian menunjukkan sumber risiko produksi yang disebabkan serangan hama memiliki tingkat probablitas terbesar yaitu 44 persen, serangan penyakit menempati posisi kedua yaitu 36,7 persen, dan yang terkecil adalah

(3)

ii perubahan cuaca sebesar 16,6 persen. Sedangkan analisis dampak dari sumber– sumber risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak terbesar disusul serangan penyakit dan perubahan suhu.

Sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak yang paling besar yaitu Rp 6 876 142, sumber risiko yang disebabkan serangan penyakit menempati urutan kedua yaitu sebesar Rp 5 188 450. Angka tersebut mengindikasikan bahwa sumber risiko akibat serangan hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling memberikan dampak terhadap usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family, akan tetapi dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan oleh pihak petani cabai paprika walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Sumber risiko akibat perubahan suhu memiliki dampak terkecil yaitu sebesar Rp 2 643 375. Hasil dari perhitungan dampak risiko produksi selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi.

Urutan proses selanjutnya yang dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko sehingga dihasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu diidentifikasi. Serangan hama merupakan sumber risiko produksi dengan status risiko dengan nilai 302.550.239, kedua serangan penyakit dengan status risiko sebesar 190.416.098 dan terakhir perubahan suhu dengan nilai 43.880.024.

Setelah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko dan menghitung probabilitas serta dampak dari masing-masing sumber risiko, akhirnya didapat dua jenis usulan strategi bagi budidaya cabai paprika, yaitu strategi mitigasi dan strategi. Strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risiko serangan hama adalah sebagai berikut: pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator (kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimia. Strategi mitigasi yang diusulkan oleh serangan penyakit adalah pengasapan serbuk belerang , pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obat-obatan kimia dan strategi yang diusulkan untuk perubahan suhu adalah dengan cara pengaturan jarak tanamam pada saat penanaman, memeriksa suhu di dalam greenhouse setiap pagi dan sore hari, menggukur cairan nutrisi sebelum melakukan penyiraman dengan menggunakan alat ukur, dan pemberian nutrisi di sesuaikan dengan umur tanaman.

(4)

iii

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI

KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

ARYANTI RAMADHAN H34104117

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(5)

iv Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

Nama : Aryanti Ramadhan

NRP : H34104117

Disetujui, Pembimbing

Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 1979 03 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Aryanti Ramadhan H34140117

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 April 1990. Penulis adalah anak kedua dari Lima bersaudara dari pasangan Bapak Babam Damini dan Ibunda Nenden Nenah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pabaki 1 pada tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 Bandung pada tahun 2004, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung.

Sejak tahun 2007-2010 penulis mengikuti pendidikan di D-III Agribisnis, program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Kemudian penulis melanjutkan studi di Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko yang dihadapi oleh usaha tani Bapak Deden. Khususnya risiko produksi dan menganalisis penyebab terjadinya risiko produksi, karena selama ini perusahaan mengalami fluktuasi produksi yang diperoleh.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2013 Aryanti Ramadhan

(9)

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai buntuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Amzul Rifin. Phd selaku dosen evaluator atas evaluasinya terhadap proposal skripsi yang telah disusun.

3. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen evaluator atas masukannya yang telah diberikan di dalam penyempurnaan sikripsi ini.

4. DR. Ir. Netty Tinaprillia, MSi selaku dosen penguji atas masukkan yang telah diberikan di dalam penyempurnaan penyususnan skrispsi ini.

5. Ir. Burhanuddin, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

6. Seluruh staff dosen secretariat manajemen agribisnis yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis selama menjalani kuliah dan penyusunan skripsi.

7. Ayahanda (Babam Damini) dan Ibunda (Nenden Nenah) tercinta ysng telah memberikan dukungan doa dan materi mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan yang teramat cerah.

8. Kakakku tercinta (Farid Gandar Abdulloh dan Eka Yuda Ginanjar) serta adikku (Aditya Rahman, Fitri Nurul Hikmah dan Ulfa Amelia Anugrah) yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan sempurna.

9. Bapak Deden Wahyu Amaludin selaku pemilik usaha yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan ibu Nia selaku sekertaris yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama penelitian. Serta seluruh karyawan Kelompok Tani Dewa Family atas bantuan dan kerjsamanya selama penelitian.

(10)

ix 10.Astrid Bagjariani atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku (Astri, Dewi N, Dewi M, Riri, Merizka, Adit, Hani) dan seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis Angkatan1 IPB yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Maret 2013 Aryanti Ramadhan

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Gambaran Komoditas Cabai Paprika ... 8

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 16

3.1.1. Konsep Risiko ... 16

3.1.2. Manajemen Risiko ... 17

3.1.3. Pengukuran Risiko ... 20

3.1.4. Pemetaan Risiko ... 21

3.1.5. Konsep Penanganan Risiko ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.4. Metode Analisis Data ... 26

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 26

4.4.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 27

4.4.3. Analisis Dampak Risiko ... 28

4.4.4. Pemetaan Risiko ... 29

4.4.5. Penanganan Risiko ... 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Dewa Family ... 32

5.2. Wilayah Tanam Cabai Paprika Kelompok Tani Dewa Family .... 32

5.3. Keadaan Tanaman dan Produksi di Kelompok Tani Dewa Family 33 5.4. Organisasi dan Manajemen ... 34

5.5. Sumber Daya ... 35

5.6. Teknis dan Teknologi Produksi ... 35

5.7. Pemasaran Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family ... 44

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA ... 45

6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi ... 45

6.2. Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian . 48 6.3. Analisis Probabilitas Risiko Produksi... 49

(12)

xi

6.5. Pemetaan Risiko Produksi... 53

6.6. Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 55

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1. Kesimpulan... 57

7.2. Saran ... 58

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor. Halaman

1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis

Tanaman Tahun 2009 sampai Tahun 2010 ... 1

2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika

di Pulau Jawa Tahun 2008-2009 ... 3

3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di

Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 ... 4

4. Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram

Cabai Paprika Segar ... 8

5. Perbedaan Karakteristik Cabai Paprika Ekspor dan Lokal ... 43 6. Perbandingan Probabilitas Risiko dari Sumber Risiko Produksi .... 50 7. Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi ... 53 8. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi ... 53

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor. Halaman

1. Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family Tahun 2012 ... 6

2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)... 19

3. Peta Risiko ... 21

4. Kerangka Pemikiran Operasional. ... 24

5. Strategi Preventif Risiko ... 31

6. Strategi Mitigasi Risiko ... 31

7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family ... 34

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor. Halaman

1. Data Produksi Cabai Paprika ... 62

2. Kuisioner Penelitian ... 63

3. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan Hama... 68

4. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit... 69

5. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Suhu ... 70

6. Analisis Dampak Sumber Risiko Serangan Hama ... 71

7. Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit ... 72

(16)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sayur merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai negara yang agraris, Indonesia memiliki bermacam-macam komoditas sayuran sebagai asset vital negara yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat. Potensi pengembangan produksi komoditas sayuran dapat dilihat melalui peningkatan produksi sayuran pada tahun 2007 sampai tahun 2009 sebesar 33,78 persen (Dirjen Hortikultura, 2011). Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan sayuran yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Perkembangan produksi tanaman sayuran dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman Tahun 2009 sampai Tahun 2010

Jenis Tanaman 2009 2010 Pertumbuhan/Growth 2009-2010 Absolut (%) Kubis 1.358.113 1.385.044 26.931 1,98 Petsai 562.838 583.770 20.932 3,72 Kacang Panjang 483.793 489.449 5.656 1,17 Wortel 358.014 403.827 45.813 12,80 Kacang Merah 110.051 116.397 6.346 5,77 Kembang Kol 96.038 101.205 5.167 5,38 Lobak 29.759 32.381 2.622 8,81 Cabai Paprika 4.462 5.533 1 071 24,00

Sumber: Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Semusim Indonesia, BPS (diolah)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pada tahun 2009 sampai tahun 2010 perkembangan produksi sayuran mengalami pertumbuhan setiap tahun. Hasil produksi terbesar ditempati oleh kubis tetapi tingkat pertumbuhannya dari tahun

(17)

2 2009 sampai tahun 2010 kecil yaitu sebesar 1,98 persen. Berbeda dengan cabai paprika yang hasil produksinya paling kecil setiap tahun, tetapi pertumbuhan dari tahun 2009 sampai tahun 2010 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sayuran lainnya yaitu sebesar 24 persen.

Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika mengalami perkembangan terbesar dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya pertumbuhan produksi cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap bahan masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar lokal maupun pasar ekspor.

Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan (Cahyono,2003).

Teknik budidaya cabai paprika pada awalnya dilakukan dilahan terbuka, tetapi sekarang sudah dikembangkan teknik budidaya cabai paprika di bawah naungan (hidroponik). Media yang dipakai dalam membudidayakn cabai paprika di hidroponik adalah arangsekam, karena media tersebut berporos, dapat menyerap nutrisi, air, oksigen dan mendukung akar tanaman. Sistem pengairan di hidroponik menggunakan cara fertigasi yaitu mencampurkan air dan cairan nutrisi. Keunggulan membudidaya secara hidroponik diantaranya adalah produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas1.

Saat ini penanaman cabai paprika terus dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga cabai paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Salah satu

1

Pengenalan Hidroponik. Situs Hijau. www.situshijau.co.id . [4 Januari 2011] Pengenalan Hidroponik. Situs Hijau. www.situshijau.co.id . [4 Januari 201 Pengenalan Hidroponik. Situs Hijau. www.situshijau.co.id . [4 Januari 20103

(18)

3 wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam memproduksi cabai paprika di Indonesia adalah Pulau Jawa. Selain melalui nilai perkembangan produksi, prospek pengembangan usaha cabai paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen cabai paprika di Pulau Jawa pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008-2009

No Provinsi

Tahun 2008 Tahun 2009 Pertumbuhan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (%) Produksi (%) 1 Jawa Barat 38 1.674 113 3.780 197,37 125,81 2 Jawa Tengah 1 10 0 0 -100,00 -100,00 3 Jawa Timur 17 228 88 442 417,65 93,86 Total 56 1.912 201 4.222 258,93 120,82

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2011)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui pada tahun 2008 sampai tahun 2009 Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen dan produksi yang signifikan. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil cabai paprika terbesar di Pulau Jawa. Potensi pengembangan cabai paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan cabai paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan luas panen dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 197,37 persen dan pertumbuhan produksinya sebesar 125,81 persen.. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha komoditas cabai paprika di Provinsi Jawa Barat masih memiliki potensi yang baik.

Beberapa Kabupaten dan kota yang membudidayakan cabai paprika di Provinsi Jawa Barat adalah di daerah Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Garut, Cianjur, dan Sukabumi merupakan sentral daerah produksi cabai paprika yang cukup luas. Jumlah luas panen, produksi dan produktivitas cabai paprika di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

(19)

4 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di Provinsi Jawa

Barat Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Sukabumi 13 97 7.46 Cianjur 7 82 11.71 Bandung 19 486 25.58 Garut 4 140 35.00 Bandung Barat 80 10.857 135.71

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2011

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan sentral produksi cabai paprika dengan luas panen 80 ha dan produksi yang dihasilkan sebesar 10 .857 ton pada tahun 2011 dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Jawa Barat. Daerah yang berpotensi menjadi pengembangan cabai paprika adalah Kabupaten Bandung barat, hal ini dikarenkan hasil produktivitas yang dihasilkan tinggi yaitu sebesar 135.71 ton/ha.

Di Kabupaten Bandung Barat sendiri terdapat beberapa desa yang memproduksi cabai paprika antara lain Desa Pasirlangu. Desa Pasirlangu merupakan daerah agropolitan cabai paprika dan cabai paprika yang dihasilkan petani di daerah tersebut sudah dipasarkan ke pasar lokal dan telah mampu masuk ke pasar ekspor. Desa Pasirlangu merupakan salah satu Desa di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi dan mendukung dalam pengembangan basis pertanian khususnya komoditas cabai paprika.

Salah satu kelompok tani yang terdapat di Desa Pasirlangu adalah kelompok tani Dewa Family. Kelompok Tani Dewa Family membudidayakan tanaman cabai paprika dengan cara hidroponik. Meskipun teknik budidaya cabai paprika menggunakan hidroponik, ternyata dalam membudidayakan cabai paprika Kelompok Tani Dewa Family mengalami kendala, yaitu hasil panen tidak sesuai dengan harapan sebesar 7.483 kg. Kendala yang terjadi mengidentifikasikan bahwa dalam menjalankan usahanya Kelompok Tani Dewa Family mengalami risiko produksi.

Hasil produksi yang menurun bisa menyebabkan potensi kerugian bagi Kelompok Tani Dewa Family. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji tentang risiko produksi komoditas cabai paprika di

(20)

5 Kabupaten Bandung Barat di Desa Pasirlangu khususnya di Kelompok Tani Dewa Family untuk meminimalisir terjadinya risiko produksi.

1.2. Perumusan Masalah

Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu berdiri pada tahun 1997. Awal mulanya lahan usaha kelompok tani Dewa Family digunakan untuk usaha Bunga Potong dan Labu Siam. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalam mengusahakan cabai paprika, Kelompok tani Dewa Family sekarang hanya fokus pada cabai paprika. Namun dengan demikian, kelompok tani Dewa Family juga mengusahakan komoditas hortikultura lainnya yang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan Timun Jepang.

Cabai paprika yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family, dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. Cabai paprika adalah produk unggulan dan memiliki permintaan terbesar untuk diekspor. Dalam penelitian ini akan dikaji risiko produksi pada tanaman cabai paprika. Cabai paprika juga produk tanaman hortikultura pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak dan dibutuhkan dalam bentuk segar.

Dalam mengelola usahanya, Kelompok Tani Dewa Family memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh Kelompok Tani Dewa Family. Hasil produksi cabai paprika pada Kelompok Tani Dewa Family dalam 30 greenhouse memiliki jumlah hasil yang bervariasi ada yang memenuhi standar dan ada juga yang tidak memenuhi standar dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jika digambarkan dengan grafik produksi aktual cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu dapat dilihat pada Gambar 1

(21)

6 Gambar 1. Produksi Standar dan Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family

Tahun 2012

Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi cabai paprika di 30 greenhouse dalam satu siklus musim tanam yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family belum semuanya bisa memenuhi standar produksi ada yang masih di bawah standar produksi. Belum memenuhinya hasil produksi dikarenakan adanya risiko dalam proses produksi cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Risiko yang terjadi cenderung megurangi hasil yang diperoleh Kelompok Tani. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalahserangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Dampak yang paling terlihat dari risiko produksi tersebut adalah penurunan kualitas ataupun penurunan hasil produksi secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak risiko dari sumber-sumber risiko pada kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family? 3. Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko

(22)

7 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

3. Menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian – penelitian berikutnya dengan topik penelitian sejenis. B. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam melakukan budidaya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Komoditas yang dikaji adalah Cabai Paprika. Hal ini dikarenakan Cabai Paprika merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu sayuran ini dapat digunakan pula sebagai obat serta penyedap bahan makan.

2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut dengan menggunakan data primer dan sekunder.

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Komoditas Cabai Paprika

Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuranyang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika mengandung zat gizi yang cukup tinggi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C serta mineral seperti Ca, Fe, P dan K. Rasa dan warna cabai paprika bermacam-macam tergantung varietas yang ditanam. Zat kapsaisin (C16H12O12) yang biasanya terdapat pada buah cabai tidak terkandung dalam cabai paprika, sehingga rasa cabai paprika tidak pedas, bahkan cenderung manis. Oleh karena itu cabai paprika disebut juga cabai manis. (Suhendar E, 2010).

Cabai paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang sehat untuk dikonsumsi. Saat ini cabai paprika mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Jumlah kandungan gizi cabai paprika setiap 100 gram cabai paprika hijau segar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram Cabai Paprika Segar

No Jenis zat Kadar

1 Protein 0,90 g 2 Lemak 0,30 g 3 Karbohidrat 4,40 g 4 Kalsium 7 mg 5 Fosfor 22 mg 6 Zat besi 0,40 mg 7 Kalium 11 mg 8 Vitamin A 22 IU 9 Vitamin B-1 540 mg 10 Vitamin B-2 0,02 mg 11 Vitamin C 160 mg 12 Niasin 0,40 mg

Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries (1982)

dalam Imam Harjono, 1994. Dikutif olehHeru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000.

(24)

9 Cara penanaman cabai paprika secara hidroponik agak berbeda dengan cara menanam di tanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Menanam cabai paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. (Prihmantoro dan Indriani 2003).

Komoditas cabai paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk cabai paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok atau lonceng dan yang berbentuk lonjong (Hadinata, 2004), tergantung varietasnya. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap hama. Cabai paprika yang dibedakan menurut segi warna utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai cabai paprika, antara lain yaitu Ningsih (2005) yang melakukan penelitian mengenai analisis Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Waruwu (2011) yang melakukan penelitian tentang Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.

Ningsih (2005) di Desa Pasir Langu yang menilai pendapatan berdasarkan golongan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitiannya, petani golongan I (luas greenhouse >1.900 m2) memiliki biaya total usahatani paprika hidroponik yang lebih besar dibandingkan dengan petani golongan II (luas greenhouse <1.900 m2). Sementara pada penelitian Waruwu (2011) di PT Saung Mirwan yang menilain pendapatan berdasarkan pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan merupakan nilai dari total penjualan produksi paprika yang dihasilkan. Sementara total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan TFC (Total Fixed Cost) dengan TVC (Total Variable Cost). TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat. Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

(25)

10 produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman.

Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp 8.612.819,20 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp 7.913.911,90 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani paprika di PT Saung Mirwan atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan kedua penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian. Persamaan lain dengan penelitian Waruwu (2011) terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih (2005) yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian hasil produksi yang diperoleh dari 30 di greenhouse di satu siklus tanam yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui risiko produksi berdasarkan sumber-sumber risiko produksi, dampak yang dihasilkan dari sumber risiko produksi dan strategi alternatif untuk meminimalisir terjadinya risiko.

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian

Penelitian mengenai risiko sudah banyak dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri dan dipelajari sumber-sumber, dampak, strategi penanganan risiko, serta hal-hal lain yang terkait dengan risiko tersebut. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan risiko.

(26)

11 Penelitian yang mengkaji tentang risiko produksi menyatakan adanya risiko produksi yang timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan, bisa diartikan peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Penelitian Setyarini (2011) yang berjudul Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada cabai paprika di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu Malang, terdapat beberapa sumber risiko terdapat beberapa sumber risiko diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan pengukuran risiko yang dihadapi cabai paprika yaitu dengan menggunkan variance, standard deviation dan coefficient variation. Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh PT. Kusuma Sastria Dinasari Wisatajaya Batu, Malang dalam usaha tani cabai paprika yaitu 0,15. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai paprika yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,15 kg pada saat terjadinya risiko produksi.

Penelitian Sembiring (2010) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sembiring melakukan penelitian mengenai sayuran organik untuk mengetahui tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan dapat meminimalisir risiko produksi atau tidak. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi dalam perusahaan, maka perlu mencari alternatif strategi dalam penanganan risiko agar dapat meminimalisir risiko produksi tersebut. The Pinewood Organic Farm melakukan budidayakan berbagai macam tanaman diantaranya adalah brokoli, cabe kriting merah, pare, sawi putih, selada kriting hijau, seledri, terong ungu, timun lokal, tomat, bayah hijau, buncis, caisin, daun bawang, jagung manis, kacang merah, kacang panjang lobak, dan wortel. Produk unggulan dalam perusahaan The Pinewood Organic Farm adalah brokoli, caisin, sawi putih dan tomat.

(27)

12 Penelitian Situmeang (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Kelompok Tani Menteng dalam melakukan kegiatan budidaya cabai merah keriting menghadapi masalah yaitu risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi antara lain serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha bagi Kelompok Tani Menteng.

Berbeda dengan penelitian Sumpena (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV Mushroom Production House Kota Bogor. CV Mushroom Production House melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi masalah dalam produksinya. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat.

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation dan analisis metode nilai standar. Pada penelitian Setyarini (2011), Sembiring (2010) dan Situmeang (2011) menggunakan alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan pada penelitian Sumpena menggunakan metode nilai standar atau z-score.

Metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Metode ini dapat digunakan apabila terdapat data historis dan data dalam bentuk kontinus (decimal). Sedangkan Value ar Risk (Var) digunakan untuk menganalisis dampak dari terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. Var adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksi dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep Var berdiri di atas observasi statistik atas risiko pada kegiatan produksi dan permintaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan, sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar menghitung

(28)

13 besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan.

Dari hasil perhitungan Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, coefficient variantion menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) produksi yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Berdasarkan penelitian Tarigan (2009) tentang Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Sumpena (2011), sumber-sumber risiko pada jamur tiram putih di CV Mushroom Production House Kota Bogor. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat. Berdasarkan hasil analisis probabilitas dan dampak risiko dengan metode nilai standar (z-score) dan value at risk (var) hasil probabilitas dan dampak risiko yang besar ada pada sumber risiko serangan hama dengan nilai probabilitas sebesar 20,90% dan dampak terbesar dengan nilai Rp.

(29)

14 303.698,34. Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa serangan hama yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang memadai. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasikan sumber-sumber risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Strategi penangan risiko dalam penelitian Ginting (2009) pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam. Pada penelitian Parengkuan (2011) tentang Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Meliputi dua strategi yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pekerja dan supervisor sebagai pengawas langsung dilapang, memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada terutama fasilitas fisik seperti bangunan yang sudah tidak layak. Strategi mitigasi juga dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan (merger), proses ini dapat dilakukan dengan menggabungkan diri dengan pembudidaya lain

(30)

15 di wilayah setempat, terutama pembudidaya skala kecil yang belum terlalu kuat. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan dapat memberikan kekuatan kebersamaan untuk memajukan secara bersama-sama usaha budidaya jamur ini. Lain halnya dengan strategi dalam penelitian Sembiring (2010), Penanganan untuk mengatasi risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm dapat dilakukan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, pengelolan daerah perkebunan dan diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan strategi dalam penangan risiko produksi antara penelitian Ginting (2009), Parengkuan (2011) dan Sembiring (2010). Strategi preventif dijadikan alternatif strategi oleh Ginting (2009), sedangkan Strategi preventif dan mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Parengkuan (2011), dan untuk penelitian Sembiring (2010) Menambahkan strategi diversifikasi pada strategi penangan risikonya. Perbedaan alternatif strategi ini dikarenakan kondisi tempat dan komoditas yang berbeda. Dengan hasil penelitian terdahulu akan memberikan landasan terhadap penelitian ini.

(31)

16

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitian ini menggunakan kerangkat teoritis yang berasal dari penulisan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif berbagai aspek untuk mendukung dalam penelitian. Pengetahuan, teori, dan dalil tersebut diperoleh dari sumber bacaan atau literatur, jurnal, dan logika penulis. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut.

3.1.1. Konsep Risiko

Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Definisi risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian (merugikan) yang dapat diukur oleh pengambil keputusan. Pada umumnya peluang pada suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman dalam mengelola suatu usaha.

Sementara menurut Darmawi H (2005), risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai hal, antara lain :

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

(32)

17 Menurut Basyib F (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.

Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportinitiy), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan.

3.1.2. Manajemen Risiko

Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Sementara itu, definisi manajemen risiko menurut Darmawi H(2005) adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko pada setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.

Menurut Lam J (2007) manajemen risiko dapat didefenisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan sehingga dapat mengurangi potensi risiko

(33)

18 yang bersifat merugikan yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan profit. Hal ini penting untuk mengoptimalkan profit dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengelolaan serta koordinasi dalam setiap pengelolaan risiko yang ada. Selain itu dapat dilakukan pengidentifikasian risiko, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekunsi risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruhan bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada didalam perusahaan.

Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko ini dapat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu risiko lingkungan, risiko proses, dan risiko informasi. Tahap ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini terdiri dari tahap pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu dengan pemetaan risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko ini nantinya akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengeloaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008).

Menurut Kountur (2008), ada begitu banyak risiko dan tidak mungkin kita dapat mengidentifikasi seluruhnya. Jika kita ingin mengidentifikasi risiko sebanyak-banyaknya, maka kita akan kehabisan waktu, energi dan biaya. Oleh karena itu, dapat digunakan aplikasi dari hukum pareto pada risiko yaitu bahwa 80 persen kerugian perusahaan disebabkan oleh hanya 20 persen risiko yang krusial. Jika kita dapat menangani 20 persen risiko krusial tersebut, maka kita sudah dapat menghindari 80 persen kerugian dan itu merupakan jumlah yang sangat besar. Namun jika salah menangani risiko, dimana yang ditangani justru bukan risiko yang krusial, tetapi justru yang tidak penting bukan tidak mungkin kita menangani 80 persen risiko yang sebenarnya hanya memberikan kontribusi 20 persen saja, sehingga sangat penting untuk dapat mengetahui mana risiko-risiko yang krusial.

(34)

19 Jadi tidak semua risiko perlu diidentifikasi, tetapi cukup pada risiko-risiko yang krusial. Menurut siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai Gambar 2.

Keterangan :

= Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung

Gambar 2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004) Tahap 1. Identifikasi risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa yang dihadapi oleh perusahaan, langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Tahap 2. Pengukuran risiko

Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi H (2005) sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Tahap 3. Pemetaan risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

Evaluasi pihak yang berkepentingan Identifikasi risiko Pengukuran risiko Pengawasan dan pengendalian risiko Model pengelolaan

(35)

20 Tahap 4. Model pengelolaan risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan pengendalian

Monitor dan pengendalian penting karena :

1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana.

2. Manajemen perlu memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif 3. Monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap

kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

3.1.3. Pengukuran Risiko

Menurut Darmawi H (2005), sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu : jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian. Sementara itu, paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah rata-rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya dan dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainnya kerugian-kerugian itu ditanggung sendiri.

Pengukuran risiko adalah untuk mengahasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya, sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen dapat dilakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta

(36)

21 risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008).

3.1.4. Pemetaan Risiko

Setelah perusahaan selesai melakukan identifikasi risiko maka dilakukan pengukuran risiko. Kountur (2008) mengatakan terdapat dua tujuan utama dari pengukuran risiko yaitu mencari status risiko dan mencari peta risiko. Status menunjukkan besarnya risiko sehingga manajemen bisa membuat pemisahan antara kejadian yang berisiko dan tidak berisiko. Pemetaan risiko adalah meletakkan kejadian tersebut pada kuadran peta risiko.

Terdapat empat kuadran dengan dua sumbu pada peta risiko yaitu sumbu horizontal yang menggambarkan dampak dari kejadian tersebut dan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko. Kuadran 1 dan 2 merupakan kuadran dengan probabilitas yang besar sementara kuadran 2 dan 4 merupakan kuadran dengan dampak yang besar. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 3. Peta Risiko

Sumber: Kountur (2008)

3.1.5. Konsep Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui stategi penanganan risiko seperti apa yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan

KUADRAN I KUADRAN II

KUADRAN III KUADRAN IV

Dampak (Rp)

(37)

22 dengan beberapa cara, diantaranya : membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah sebagai berikut :

a) Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan komoditi atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan semua komoditi yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b) Penggabungan

Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c) Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui aruransi, leasing, autsourcing, dan hedging.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok Tani Dewa Family dalam menjalankan usaha budidaya cabai paprika menghadapi kendala yang dihadapi yaitu risiko produksi. Risiko produksi tersebut bisa dilihat dari fluktuasinya produktivitas hasil panen cabai paprika. Penyebab dari terjadinya risiko produksi dalam budidaya cabai paprika diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Dampak dari risiko produksi yaitu hasil produksi yang tidak sesuai dengan target, sehingga petani mengalami kerugian.

(38)

23 Dalam penelitian ini akan melakukan identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Kelompok Tani Dewa Family. Setelah mengetahui sumber-sumber risiko produksi kemudian mengidentifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Dewa Family. Analisis ini dilakukan dengan analisis deskriptif dengan cara pengamatan langsung tempat penelitian, pencatatan, wawancara dan pngeisian kuisioner dengan ketua kelompok tani. Kemudian melakukan analisis kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan dampak risiko produksi cabai paprika yang diakibatkan oleh sumber risiko. Pengukuran kemungkinan terjadi risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (Z-score), sedangkan untuk pengukuran dampak dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan dengan menggunakan data produksi cabai paprika ( 30 greenhouse ) pada satu siklus dan harga jual cabai paprika. Hasil dari analisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko yang akan menunjukkan letak dari setiap sumber risiko produksi. Setelah dilakukan peta risiko maka ditemukan alternatif strategi penangan risiko produksi yang tepat untuk mengendalikan dari setiap sumber risiko produksi. Alur dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

(39)

24 Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.

Pemetaan risiko dari hasil perhitungan identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak

Fluktuasi produksi pada Budidaya

Cabai paprika di kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kabupaten Bandung Barat

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan analisis

deskriptif pada aspek produksi

Identifikasi dampak dari sumber-sumber risiko produksi terhadap produktivitas(Metode Value at

Risk)

Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi

terhadap produktivitas menggunakan metode nilai

standar

Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan di Kelompok Tani Dewa Family di Desa

(40)

25

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di kelompok tani Dewa Family dengan pertimbangan kelompok tani Dewa Family ini adalah salah satu sentral produksi cabai paprika di Kabupaten Bandung Barat. Usaha ini bergerak dalam bidang budidaya cabai paprika dengan jumlah greenhouse 18. Kelompok tani Dewa Family beralamat di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan data dan kesedian pihak anggota kelompok tani Dewa Family. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2012 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Desember 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengan didukung beberapa data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung secara mendalam dengan anggota kelompok tani Dewa Family budidaya cabai paprika, untuk melakukan pendalaman lebih jauh dengan pihak yang berkepentingan di kelompok tani baik petani, maupun karyawan kelompok tani Dewa Family untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang terjadi di kelompok tani Dewa Family, penyebab risiko yang terjadi pada budidaya cabai paprika, dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh kelompok tani Dewa Family.

Data penunjang lainnya atau data sekunder meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah produksi yang diperoleh dan data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang terjadi pada saat budidaya cabai paprika, data yang diperoleh dari literatur yang terkait seperti penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor,

(41)

26 berbagai situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan bahan pustaka lain yang relevan.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dilakukan dengan cara :

1. Melakukan pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung proses persemaian dan budidaya cabai paprika yang dilakukan pada 30 greenhouse yang bergabung di Kelompok Tani Dewa Family. Data yang digunakan adalah data dari satu siklus produksi. Fluktuasi produktivitasnya di lihat dari setiap greenhouse. Perhitungan menggunakan data siklus produksi karena ingin diketahui risiko produksi secara keseluruhan proses budidaya cabai paprika, dari mulai persemaian sampai panen terakhir. 2. Melakukan wawancara dengan ketua Kelompok Tani Dewa Family, divisi

produksi dan panjaga greenhouse untuk mengetahui proses persemaian, persiapan greenhouse, penanaman, pemeliharaan dan panen cabai paprika. Mengetahui kendala yang terjadi dan sumber risiko produksi cabai paprika. 3. Melakukan wawancara dengan sekertaris untuk mengetahui jumlah input yang

digunakan, hasil panen, jumlah penjualan, harga cabai paprika per kg dan perkembangan usaha.

4.4. Metode Analisis Data

Metode untuk mengolah data dalam penelitian ini terdiri atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif, analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis nilai standar (z-score) dan value at risk (VaR).

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif meruapakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif untuk membuat deskriptif, gambaran

(42)

27 secara sistematik, faktual dan akuratmengenai fakta-fakta. Analisis ini untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya cabai paprika di Kelompok tani Dewa Family.

4.4.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha cabai paprika. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Pengukuran pertama dari risiko dilakukan dengan besarmya kemungkinan probabilitas yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besar kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko yang perlu diperhatikan.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi budidaya cabai paprika. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko adalah :

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Adapun rumus yang digunakan :

Keterangan: x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika

xi = Data produksi kelompok tani tahun 2012 n = Jumlah greenhouse (30)

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  bahwa  produksi  cabai  paprika  di  30  greenhouse  dalam  satu  siklus  musim  tanam  yang  dihasilkan  Kelompok  Tani  Dewa  Family  belum  semuanya  bisa  memenuhi  standar  produksi  ada  yang  masih  di  bawah  standar produks
Gambar 5.    Strategi Preventif Risiko
Gambar 7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family  DIVISI PASCA PANEN

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi sumber- sumber risiko, analisis probabilitas terjadinya risiko, dan analisis dampak risiko yang bersumber dari mortalitas akan membantu Plasma X

Hasil dari perhitungan probabilitas dan dampak dari tiap-tiap sumber risiko produksi, selanjutnya dikombinasikan untuk mengetahui status risiko dari setiap risiko,

Analisis probabilitas dan dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko telah dilakukan. Selanjutnya, dalam manajemen risiko perusahan perlu mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko produksi pada Pasir Gaok Fish Farm, menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko yang

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis risiko produksi dari kegiatan budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru dan hubungannya dengan return yang

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi risiko- risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya bunga potong mawar di PT Momenta Agrikultura

[r]

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Risiko Harga Dan Pendapatan Pada Usahatani Cabai